ABSTRAK Penulisan skripsi yang berjudul “Konflik Perkawinan Adat Batak”, berangkat dari maraknya pernikahan – pernikahan dalam keluarga Batak yang tidak memasukkan proses adat di dalamnya, terutama di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Sumbul. Dalam kenyataannya hal ini terjadi karena adanya unsur – unsur yang melatarbelakangi terjadinya pernikahan tanpa proses adat Batak dan biasanya akan memunculkan pertentangan – pertentangan pandangan yang akan menimbulkan konflik. Dalam penelitian ini, penulis memiliki tujuan untuk lebih mendalami alasan para pasangan yang menikah tanpa adat disamping alasan oleh karena fakor agama. Penulis juga bertujuan untuk mengetahui potensi konflik yang terjadi yang disebabkan oleh pernikahan adat itu sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisa dan informan dalam penelitian ini adalah orang – orang yang terlibat seperti keluarga yang menikah tanpa melakukan prosesi adat, tetua adat, tokoh agama dan warga masyarakat sekitar yang berdomisili di Kecamatan sumbul, Kota Sidikalang Kabupaten Dairi. Potensi konflik yang terjadi dalam adat perkawinan Batak itu sendiri berdasar kepada ajaran agama. Penolakan yang dilakukan oleh pasangan – pasangan yang menikah tanpa adat adalah terhadap hukum adat Batak Toba yang sangat memperhatikan prinsip dasar yakni Dalihan Na Tolu, dan juga aspek adat Batak Toba dalam pembagian Jambar dan mangulosi. Hal tersebut diatas yang menjadi pertentangan bagi pasangan – pasangan yang menikah tanpa adat. Di sisi lain , faktor lain yang membuat semakin maraknya pernikahan tanpa adat dalam kalangan masyarakat Batak Toba adalah karena faktor ekonomi dan faktor lain yang didapat penulis dari hasil penelitian yang dilakukan adalah karena tidak mendapat restu dan juga karena pergaulan bebas atau istilah MBA. Dari hasil penelitian yang di peroleh, maka penulis menyimpulkan bahwa perkawinan tanpa adat banyak terjadi karena berbagai faktor seperti yang telah disebutkan diatas. Pandangan – pandangan yang menolak tentang pemberlakuan aspek – aspek adat tentu saja tidak berlaku bagi semua masyarakat suku Batak Toba yang menganut agama Kristen. Dari data yang didapat penulis, pertentangan yang terjadi dalam ajaran Kristen dengan Adat Batak Toba adalah karena adat tersebut berasal dari kepercayaan nenek moyang bangsa Batak Toba yang belum mengenal Tuhan dan masih menyembah roh – roh sembahan yang mereka sebut dengan nama Debata Mulajadi Na Bolon.Adat adalah segala bentuk aturan hidup. Dan apa yang sering dimaksud dengan adat Batak adalah segala bentuk aturan hidup yang khas yang dilakoni orang Batak seperti ketika bertutur, bertingkah laku, berelasi, atau ketika menjalankan berbagai bentuk acara seremonial (kelahiran, pernikahan, memasuki rumah, kematian dsb). Dan sisi adat yang seringkali dianggap tidak lagi revelan bagi anak-anak muda terkait dengan acara seremonial (Upacara adat) dan ketidaksederajatan dalam hubungan antar posisi. 2 Universitas Sumatera Utara