pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah

advertisement
PENGARUH REBUSAN KULIT MANGGIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH
PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KELURAHAN CANDIREJO
KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG
Un Sukandari Lamo
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRACT
The body’s ability to react to insulin can be decreased in patients with diabetes mellitus.
Management of diabetes mellitus in non-pharmacological them using mangosteen skin. Mangosteen
rind is very beneficial to health because xanthone compounds have high antioxidant function so as to
neutralize and destroy free radical. The purpose of this study was to determine the effect of
mangosteen rind decoction on blood glucose levels in people with type 2 diabetes mellitus in the
Village of West County Candirejo Ungaran Semarang District .
The study design was a quasi experiment kind of non equivalent control group design. The study
population was all patients with type 2 diabetes mellitus in the Village of West County Candirejo
Ungaran Semarang district with a sample of 30 respondents studied using purposive sampling
techniques and data retrieval tool using glucoses. Data analysis using the dependent t test and
independent t test
The results showed that there was the influence of decoction of mangosteen peel effect on blood
glucose levels in people with type 2 diabetes mellitus in the Village of West County Candirejo
Ungaran Semarang district, with a t value (-2.645) <t table (-1.688) while the p-value (0.013) <α
(0,05).
Should people with type 2 diabetes mellitus may make provision mangosteen rind decoction as
consideration for a cheap alternative treatments and side effects of low blood sugar levels drop.
Keywords : mangosteen skin stew, blood sugar
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM) sudah merupakan
salah satu ancaman bagi kesehatan umat
manusia pada abad 21. World Health
Organization (WHO) membuat perkiraan
bahwa pada tahun 2000 jumlah penderita
diabetes mellitus di atas umur 20 tahun
berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun
waktu 25 tahun kemudian jumlah tersebut akan
meningkat menjadi 300 juta orang (Suyono,
2009).
Diabetes mellitus (DM) merupakan salah
satu penyakit yang prevalensinya semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Wordl Health
Organization (WHO) memprediksi kenaikan
jumlah pasien diabetes di Indonesia dari 8,4
juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta
pada tahun 2030, bahkan Indonesia menempati
urutan keempat di dunia sebagai jumlah
penderita diabetes mellitus terbanyak setelah
India, China, dan Amerika (Pratiwi, 2007).
Tingginya populasi penduduk Indonesia
ternyata juga diikuti dengan semakin tingginya
angka kejadian penyakit diabetes mellitus.
Jumlah pengidap diabetes mellitus di Indonesia
menurut data WHO pada tahun 2009 mencapai
8 juta jiwa dan diprediksi akan meningkat
menjadi lebih dari 21 juta jiwa pada tahun
2025. Prevalensi diabetes mellitus tergantung
insulin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2011 sebesar 0,09%, mengalami peningkatan
bila dibandingkan prevalensi tahun 2010
sebesar 0,08%. Prevalensi tertinggi adalah di
Kota Semarang sebesar 0,97%. Sedangkan
prevalensi kasus diabetes mellitus tidak
tergantung insulin lebih dikenal dengan
diabetes mellitus tipe II, mengalami penurunan
dari 0,70% menjadi 0,63% pada tahun 2011.
Prevalensi tertinggi adalah di Kota Magelang
Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2
di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
1
sebesar 7,99% (Dinkes Provinsi Jawa Tengah,
2011). Kejadian penyakit diabetes di Wilayah
Kerja Puskesmas Ungaran Barat pada tahun
2009 tercatat 848 orang, sedangkan pada tahun
2010 angka kejadian tersebut meningkat
menjadi 913 orang. Data ini menunjukkan
angka kejadian diabetes melhtus di Kecamatan
Ungaran Barat khususnya Kelurahan Candirejo
mengalami peningkatan setiap tahunnya
(Puskesmas Ungaran Barat, 2011).
Diabetes mellitus (DM) merupakan
penyakit metabolik dengan karakteristik
peningkatan
kadar
glukosa
darah
(hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang
dikonsumsi dan secara normal bersirkulasi
dalam jumlah tertentu dalam darah. Insulin
merupakan suatu hormon yang diproduksi
pankreas yang berfungsi mengendalikan kadar
glukosa dalam darah dengan mengatur
produksi dan penyimpanannya (American
Diabetes Mellitus Assosiation, 2004 dalam
Smeltzer and Bare, 2008).
Secara klinis terdapat dua tipe diabetes
mellitus yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan
diabetes mellitus tipe 2. Diabetes mellitus tipe
1 disebabkan karena kurangnya insulin secara
absolut akibat proses autoimun sedangkan
diabetes mellitus tipe 2 merupakan kasus
terbanyak (90-95% dari seluruh kasus diabetes
mellitus) yang umumnya mempunyai latar
belakang kelainan diawali dengan resistensi
insulin. Diabetes mellitus tipe 2 berlangsung
lambat dan progresif, sehingga tidak terdeteksi
karena gejala yang dialami penderita sering
bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas,
poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh
(Smeltzer and Bare, 2008).
Kemampuan tubuh untuk bereaksi dengan
insulin dapat menurun pada penderita diabetes
mellitus, keadaan ini dapat menimbulkan
komplikasi baik akut (seperti diabetes mellitus
ketoasidosis dan sindrom hiperosmolar
nonketotik) maupun kronik. Komplikasi kronik
biasanya terjadi dalam jangka waktu 5-10
tahun setelah diagnosa ditegakkan. Komplikasi
kronik terjadi pada semua organ tubuh dengan
penyebab kematian 50% akibat penyakit
jantung koroner dan 30% akibat penyakit gagal
ginjal. Selain itu, sebanyak 30% penderita
diabetes mellitus mengalami kebutaan akibat
retinopati dan 10% menjalani amputasi tungkai
kaki (Smeltzer & Bare, 2008).
2
Mengingat jumlah penderita diabetes
mellitus yang terus meningkat dan besarnya
biaya perawatan penderita diabetes mellitus
yang terutama disebabkan oleh karena
komplikasinya, maka upaya yang paling baik
adalah melakukan pencegahan. Menurut WHO
tahun 1994, upaya pencegahan dapat dilakukan
dengan tiga tahap yaitu pencegahan primer,
sekunder dan tersier. Pencegahan primer
merupakan semua aktivitas yang ditujukan
untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada
populasi umum misalnya dengan kampanye
makanan sehat, penyuluhan bahaya diabetes
mellitus.
Pencegahan
sekunder
yaitu
menemukan penderita diabetes mellitus sedini
mungkin misalnya dengan tes penyaringan
sedini mungkin terutama pada populasi resiko
tinggi sehingga komplikasi tidak terjadi.
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk
mencegah komplikasi atau kecacatan melalui
penyuluhan, maka perlu kerjasama semua
pihak untuk mensukseskannya (Suyono, 2006).
Pengkonsumsian obat-obatan anti diabetes
mellitus dalam jangka panjang beresiko buruk
terhadap kesehatan dan resiko resistensi
(jumlah obat anti diabetes tidak memadai
untuk menjaga kadar glukosa darah tetap
normal) sehingga dosis pemberian obat
semakin lama semakin tinggi. Guna
mengurangi risiko kesehatan di atas perlu
dikembangkan alternatif lain yaitu secara nonfarmakologis meliputi perubahan gaya hidup
dengan melakukan pengaturan pola makan
yang dikenal dengan terapi gizi medis,
meningkatkan aktivitas fisik jasmani dan
edukasi berbagai masalah yang berkaitan
dengan penyakit diabetes mellitus secara terus
menerus misalnya dengan diet dan olahraga
untuk mencapai target glukosa darah yang
diinginkan
maupun
secara
herbal
(menggunakan tumbuh-tumbuhan) yang relatif
lebih aman bagi para diabetes mellitus
(Yunir, 2007).
Salah satu cara untuk mengatasi diabetes
mellitus adalah dengan melakukan terapi
herbal yaitu suatu proses penyembuhan dengan
menggunakan ramuan berbagai tanaman
berkhasiat obat. Saat ini terapi seperti ini
sedang populer di kalangan masyarakat karena
dinilai sebagai pengobatan yang mempunyai
efek samping sedikit, murah dan mudah
didapat serta aman (Utami, 2003).
Terapi herbal biasanya dikaitkan dengan
tumbuh-tumbuhan yang tidak berkayu atau
tanaman yang bersifat perdu. Dalam dunia
Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2
di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
pengobatan istilah herbal adalah salah satu
bagian atau lebih bahan aktif yang bisa dipakai
sebagai obat. Kelebihan dari menggunakan
obat herbal dibandingkan obat farmasi di
antaranya efek sampingnya rendah, mudah
diproduksi, menghilangkan akar penyebab
penyakit, bisa dibeli siapa saja dan di mana
saja, murah dan multi-khasiat. Jenis tanaman
herbal yang sering digunakan untuk terapi di
antaranya adalah temulawak, kunyit, sambiloto
dan kulit manggis (Jaelani, 2007).
Manggis (Garcinia mangostana L)
merupakan salah satu buah-buahan yang
mengandung zat gizi tinggi, terutama kulitnya.
Kulit buah manggis sangat bermanfaat bagi
kesehatan karena senyawa xanthone yang
banyak terkandung di dalam kulit buah.
Xanthone ialah suatu bahan kimia aktif dengan
struktur cincin 6 karbon dan kerangka karbon
rangkap. Senyawa xanthone, mangostin,
garsinone, flavonoid, dan tanin di buah manggis
merupakan senyawa bioaktif fenolik. Kulit buah
manggis yang mengandung senyawa xanthone
memiliki fungsi antioksidan tinggi sehingga
dapat menetralkan dan menghancurkan radikal
bebas yang memicu munculnya penyakit
degeneratif seperti kanker, jantung, arthritis,
katarak dan DM (Mardiana, 2011).
Uji Klinis oleh Jay K Udani dan para
peneliti dari University of California, Los
Angeles (UCLA) school of medicine
membuktikan bahwa jus manggis berpotensi
mencegah diabetes mellitus dan penyakit
kardiovaskuler pada penderita obesitas.
Penelitian yang dilakukan pada 40 penderita
diabetes
mellitus
usia
30-75
tahun
mengkonsumsi 252 gram jus manggis dengan
frekuensi dua kali sehari dapat mengurangi
inflamasi.
Inflamasi
atau
peradangan
merupakan precursor kelainan metabolisme
yang memicu penyakit jantung dan diabetes
mellitus (Mardiana, 2011).
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan di Kelurahan Candirejo Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang pada
tanggal 29 November 2012 dengan melakukan
wawancara terhadap 5 orang yang menderita
diabetes mellitus tipe 2. Selama ini usaha yang
dilakukan oleh 2 penderita untuk mengatasi
diabetes mellitus tipe 2 adalah merubah gaya
hidup dengan melakukan pengaturan pola
makan yang dikenal dengan terapi gizi medis
dan meningkatkan aktivitas fisik jasmani serta
3 penderita dengan mengkonsumsi obat anti
diabetes mellitus.
Peneliti melakukan pengukuran kadar
glukosa darah terhadap 5 orang tersebut,
ternyata 3 dari 5 orang masih mengalami
diabetes mellitus tipe 2. Jadi usaha yang
mereka lakukan belum begitu efektif untuk
menurunkan kadar glukosa darah. Peneliti
juga menanyakan tentang pengetahuan dan
terapi kulit manggis untuk diabetes mellitus
tipe 2 kepada 5 orang tersebut. Hasilnya dari 5
orang tersebut ternyata 2 orang mengetahui
bahwa kulit manggis dapat menurunkan
glukosa darah pada penderita diabetes mellitus
tipe 2 dan 3 orang mengetahui kulit manggis
hanya sisa dari buah manggis yang tidak
berguna serta semuanya belum pernah
mendapatkan terapi kulit manggis tetapi di
antara mereka 1 orang pernah mendapatkan
terapi pare dan hasilnya belum begitu efektif
untuk mengobati diabetes mellitus tipe 2.
Berdasarkan fenomena di atas dan sampai
saat ini belum ditemukan penelitian tentang
pengaruh pemberian terapi rebusan kulit
manggis terhadap kadar glukosa dalam darah
pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan
Candirejo
Kecamatan
Ungaran
Barat
Kabupaten Semarang, maka penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
rebusan kulit manggis terhadap Kadar Glukosa
Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran
Barat Kabupaten Semarang”.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif, metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah quasi experiment atau
eksperimen semu. Penelitian quasi experiment
merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu”
yang dikenakan pada subjek selidik
(Notoadmodjo, 2005).
Jenis Desain dalam penelitian ini
berbentuk Desain non equivalent (pretest dan
posttest) control group design.
Populasi dan Sampel
Populasi yang diteliti adalah penderita
diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo
Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten
Semarang sebanyak 79 orang data di dapat dari
bidan Kelurahan setempat.
Penentuan besar sampel dalam penelitian
ini berdasarkan estimasi (perkiraan) untuk
Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2
di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
3
menguji hipotesis beda rata-rata (numerik) 2
kelompok tidak berpasangan. Jumlah sampel
untuk kelompok kontrol dan kelompok
intervensi masing-masing sebanyak 15 orang.
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
30 responden.
Penelitian ini dilakukan dengan cara
purposive sampling atau sampel yang dipilih
dengan pertimbangan tertentu. Peneliti
mempunyai pertimbangan dalam memilih
sampel yaitu berdasarkan kriteria-kriteria
inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam
penelitian ini, yaitu: 1) Penderita diabetes
melitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo
Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten
Semarang yang bersedia menjadi responden, 2)
Penderita diabetes mellitus tipe 2 yang tidak
mengkonsumsi obat antidiabetes, 3) Penderita
diabetes melitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo
Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten
Semarang yang kadar glukosa darahnya lebih
dari 126 mg/dl atau lebih dari batas normal, 4)
Penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang masih
mampu melakukan aktivitas mandiri.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini,
yaitu: 1) Penderita diabetes mellitus tipe 2
yang rajin melakukan latihan/olahraga, 2)
Penderita diabetes mellitus tipe 2 yang sedang
mengkonsumsi obat-obatan anti diabetes
mellitus, 3) Penderita diabetes mellitus tipe 2
yang mengalami komplikasi (misalnya katarak,
stroke, gagal ginjal dan sebagainya).
Pengumpulan Data
Instrumen penelitian ini menggunakan
GlucoDr.auto untuk mengukur kadar glukosa
darah. Sebelum dilakukan pemberian rebusan
kulit manggis pada penderita diabetes mellitus
tipe 2, penderita diukur terlebih dulu kadar
glukosa darahnya. Peneliti juga menggunakan
lembar observasi yang diisi oleh petugas untuk
mendapatkan hasil apakah rebusan kulit
manggis dikonsumsi atau tidak dikonsumsi.
Analisis Data
Analisa data dilakukan secara bertahap
dan dilakukan melalui proses komputerisasi,
baik analisa univariat maupun bivariat. Analisa
Univariat dilakukan dengan tujuan untuk
mendefinisikan tiap variable yang diteliti
secara terpisah dengan cara membuat table
distribusi rata-rata dari masing-masing
variable. Variabel yang dianalisa adalah
perbedaan kadar glukosa darah puasa pada
penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan
setelah diberikan rebusan kulit manggis.
Analisa ini dilakukan dengan uji statistik
deskriptif. Variable penelitian ini digambarkan
data numerik dalam bentuk nilai minimal,
maksimal dan rata-rata.
Analisa bivariat dilakukan untuk menguji
variabel peneliti yaitu variabel independen
dengan variabel devenden. Sebelum dilakukan
uji hipotesis maka kita harus mengetahui
normalitas dan kesetaraan data. Guna menguji
normalitas data, menggunakan metode analisis
uji shapiro-wilk untuk sampel kecil (≤ 50).
Ketentuan yang digunakan yaitu nilai
keyakinan sebesar 0,95 dan nilai kemaknaan α
= 0,05.
Guna mengetahui apakah ada pengaruh
rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa
darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di
Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran
Barat Kabupaten Semarang digunakanuji t testindependent karena membandingkan data yang
berasal dari dua kelompok data yang tidak
berpasangan. Uji t test-independent termasuk
dalam uji statistik parametrik yaitu uji yang
menggunakan asumsi-asumsi data berdistribusi
normal dengan varian homogen dan diambil
dari sampel yang acak.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Usia pada Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
Tabel 1
Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Usia pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
Kelompok
N
Mean
Min
Maks
Std. dev
(mg/dl)
(mg/dl)
(mg/dl)
(mg/dl)
Kontrol
15
47,9
41,0
58,0
4,87
Intervensi
15
47,5
38,0
62,0
6,20
4
Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2
di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
Tabel 1 menunjukkan usia pada penderita
diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo
Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten
Semarang pada kelompok kontrol paling muda
41 tahun dan paling tua 58 tahun serta rata-rata
47,9 tahun dengan standar deviasi 4,87.
Diperoleh pula usia pada penderita diabetes
mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo
Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten
Semarang pada kelompok intervensi paling
muda 38 tahun dan paling tua 62 tahun serta
rata-rata 47,5 tahun dengan standar deviasi 6,2.
Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
Tabel 2
Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang
Kelompok
Perempuan
Laki-laki
Jumlah
f
%
f
%
f
%
Kontrol
14
93,3
1
6,7
15
100,0
Intervensi
13
86,7
2
13,3
15
100,0
Tabel 2 menunjukkan jenis kelamin pada
penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan
Candirejo
Kecamatan
Ungaran
Barat
Kabupaten Semarang pada kelompok kontrol
sebagian besar perempuan yaitu 14 responden
(93,3%). Diperoleh pula jenis kelamin pada
penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan
Candirejo
Kecamatan
Ungaran
Barat
Kabupaten Semarang pada kelompok kontrol
sebagian besar perempuan yaitu 13 responden
(86,7%).
Analisis Univariat
Gambaran Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Sebelum Diberikan Rebusan Kulit
Manggis pada Kelompok Intervensi dan kelompok kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang
Tabel 3
Gambaran Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Sebelum Diberikan
Rebusan Kulit Manggis pada Kelompok Intervensi di Kelurahan Candirejo
Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
Kelompok
N
Mean
Min
Maks
Std. dev
(mg/dl)
(mg/dl)
(mg/dl)
(mg/dl)
Sebelum
15
235,33
176,00
305,00
46,45
Setelah
15
232,27
170,00
343,00
40,82
Tabel 3 menunjukkan kadar gula darah
sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2
sebelum diberikan rebusan kulit manggis pada
kelompok intervensi di Kelurahan Candirejo
Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten
Semarang paling rendah sebesar 176,00 mg/dl
dan paling tinggi 305,00 mg/dl serta rata-rata
sebesar 235,33 mg/dl dengan standar deviasi
46,45 mg/dl.
Tabel 3 menunjukkan pula bahwa kadar
gula darah sewaktu pada penderita diabetes
mellitus tipe 2 sebelum diberikan air putih
pada kelompok kontrol di Kelurahan Candirejo
Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten
Semarang paling rendah sebesar 164,00 mg/dl
dan paling tinggi 347,00 mg/dl serta rata-rata
sebesar 229,47 mg/dl dengan standar deviasi
43,98 mg/dl.
Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2
di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
5
Gambaran Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Setelah Diberikan Rebusan
Kulit Manggis pada Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang
Tabel 4
Gambaran Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Setelah Diberikan
Rebusan Kulit Manggis pada Kelompok Intervensi di Kelurahan Candirejo
Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
Kelompok
N
Mean
Min
Maks
Std. dev
(mg/dl)
(mg/dl)
(mg/dl)
(mg/dl)
Sebelum
15
198,40
155,00
283,00
35,25
Setelah
15
229,47
164,00
347,00
43,98
Tabel 4 menunjukkan kadar gula darah
sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2
setelah diberikan rebusan kulit manggis pada
kelompok intervensi di Kelurahan Candirejo
Ungaran Barat Kabupaten Semarang paling
rendah sebesar 155,00 mg/dl dan paling tinggi
283,00 mg/dl serta rata-rata sebesar 198,40
mg/dl dengan standar deviasi 35,25 mg/dl.
Tabel 4 menunjukkan pula bahwa kadar
gula darah sewaktu pada penderita diabetes
mellitus tipe 2 setelah diberikan air putih pada
kelompok kontrol di Kelurahan Candirejo
Ungaran Barat Kabupaten Semarang paling
rendah sebesar 164,00 mg/dl dan paling tinggi
347,00 mg/dl serta rata-rata sebesar 229,47
mg/dl dengan standar deviasi 43,98 mg/dl.
Analisis Bivariat
Perbedaan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah diberikan
rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana L) pada kelompok intervensi di Kelurahan Candirejo
Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.
Tabel 5
Perbedaan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah
Diberikan Rebusan Kulit manggis (Garcinia mangostana L) pada Kelompok Intervensi
di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
N
Mean difference SD difference
t hitung p-value
(mg/dl)
(mg/dl)
GD Pre-post
30
36,93
26,34
5,431
0,000
Intervensi
Berdasarkan Tabel 5 di atas, dapat
diketahui bahwa selisih rata-rata kadar gula
darah responden sebelum dan sesudah
diberikan rebusan kulit manggis sebesar 36,93
mg/dl dengan selisih standar deviasi 26,34.
Hasil uji paired t test didapatkan nilai t hitung
sebesar 5,431 dengan p-value sebesar 0,000 <
 (0,05), maka dapat dikatakan bahwa ada
perbedaan kadar gula darah pada penderita
diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah
diberikan rebusan kulit manggis (Garcinia
mangostana L) pada kelompok intervensi di
Kelurahan
Candirejo
Ungaran
Barat
Kabupaten Semarang.
Perbedaan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah diberikan
air putih pada kelompok kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang.
Tabel 6
Perbedaan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah
Diberikan Air Putih pada Kelompok Kontrol di Kelurahan Candirejo
Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
N
GD Pre-post
kontrol
6
30
Mean difference
(mg/dl)
2,80
SD difference
(mg/dl)
9,53
t hitung
p-value
1,138
0,274
Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2
di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat
diketahui bahwa selisih rata-rata kadar gula
darah responden sebelum dan sesudah
penelitian sebesar 2,80 mg/dl dengan selisih
standar deviasi 9,53. Hasil uji paired t test
didapatkan nilai t hitung sebesar 1,138 dengan
p-value sebesar 0,274 <  (0,05), maka dapat
dikatakan bahwa tidak ada perbedaan kadar
gula darah pada penderita diabetes mellitus
tipe 2 sebelum dan sesudah penelitian pada
kelompok kontrol di Kelurahan Candirejo
Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten
Semarang.
Pengaruh pemberian rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana L) terhadap kadar gula darah
pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang.
Tabel 7
Pengaruh Pemberian Rebusan Kulit manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Kadar Gula
Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kelurahan Candirejo
Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
N
Mean difference
SD difference
t hitung
p-value
(mg/dl)
(mg/dl)
Equal variances
30
31,07
14,55
2,135
0,242
assumed
Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa selisih
rata-rata kadar gula darah pada penderita
diabetes mellitus tipe 2 pada kelompok kontrol
dan intervensi di Kelurahan Candirejo
Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten
Semarang sebesar 31,07, dengan selisih
standar deviasi 14,52. Berdasarkan uji
independen t-test diperoleh nilai t hitung =
2,135 dan nilai p-value sebesar 0,042 (a=0,05).
Hal tersebut menunjukkan bahwa ada
pengaruh pemberian rebusan kulit manggis
(Garcinia mangostana L) terhadap kadar gula
darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di
Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran
Barat Kabupaten Semarang.
PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Gambaran Kadar Gula Darah Pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 Sebelum dan Setelah
Diberikan Rebusan Kulit Manggis pada
Kelompok Intervensi di Kelurahan Candirejo
Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang
Hasil penelitian menunjukkan kadar
glukosa darah sewaktu pada penderita diabetes
mellitus sebelum diberikan rebusan kulit
manggis pada kelompok intervensi di
Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran
Barat Kabupaten Semarang paling rendah
sebesar 176,00 mg/dl dan paling tinggi 305,00
mg/dl serta rata-rata sebesar 235,33 mg/dl
dengan standar deviasi 46,45 mg/dl.
Kadar glukosa di dalam darah selalu
meningkat tergantung pada asupan makanan.
Glukosa di dalam darah mencapai Kadar
paling tinggi pada waktu satu jam setelah
makan, normalnya tidak melebihi 180mg per
100cc darah (180mg/dl). Lebih dari angka
tersebut filtrasi glomeurus dapat mengandung
lebih banyak glukosa daripada yang
direabsobsi (Kariadi, 2009 dalam Diah, 2012).
Asupan makanan terutama melalui
makanan berenergi tinggi atau kaya
karbohidrat dan serat yang rendah dapat
mengganggu stimulasi sel-sel beta pankreas
dalam memproduksi insulin. Asupan lemak di
dalam tubuh juga perlu diperhatikan karena
sangat berpengaruh terhadap kepekaan insulin
(Fox & Kilvert, 2010 dalam Puspitaningtias,
2012).
Hasil penelitian menunjukkan kadar gula
darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus
setelah diberikan rebusan kulit manggis pada
kelompok intervensi di Kelurahan Candirejo
Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten
Semarang paling rendah sebesar 155,00 mg/dl
dan paling tinggi 255,00 mg/dl serta rata-rata
sebesar 193,87 mg/dl dengan standar deviasi
26,327 mg/dl.
Gambaran Kadar Gula Darah Pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 Sebelum dan Setelah
Diberikan Air Putih Pada Kelompok Kontrol
di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran
Barat Kabupaten Semarang
Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa
kadar gula darah sewaktu pada penderita
Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2
di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
7
diabetes mellitus sebelum diberikan air putih
pada kelompok kontrol di Kelurahan Candirejo
Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten
Semarang paling rendah sebesar 165,00 mg/dl
dan paling tinggi 344,00 mg/dl serta rata-rata
sebesar 230,80 mg/dl dengan standar deviasi
41,847 mg/dl.
Glukosa darah adalah gula yang terdapat
dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat
dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen
di hati dan otot rangka (LeFever, 2007 dalam
Chairul, 2012). Gula dalam darah terutama
diperoleh dari fraksi karbohidrat yang terdapat
dalam makanan. Gugus atau molekul gula
dalam karbohidrat dibagi menjadi gugus gula
tunggal (monosakarida) misalnya glukosa dan
fruktosa, dan gugus gula majemuk yang terdiri
dari disakarida (sukrosa, laktosa) dan
polisakarida (amilum, selulosa, glikogen)
(Djojodibroto, 2001 dalam Diah, 2012).
Semakin bertambah usia perubahan fisik
dan
penurunan
fungsi
tubuh
akan
mempengaruhi konsumsi dan penyerapan zat
gizi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
masalah gizi pada usia lanjut sebagian besar
merupakan masalah gizi berlebih dan
kegemukan/obesitas yang memicu timbulnya
penyakit degeneratif termasuk diabetes
mellitus (Maryam, Ekasari, Rosidawati,
Jubaedi,
&
Batubara,
2008
dalam
Puspitaningtias, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa
kadar gula darah sewaktu pada penderita
diabetes mellitus setelah diberikan air putih
pada kelompok kontrol di Kelurahan Candirejo
Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten
Semarang paling rendah sebesar 162,00 mg/dl
dan paling tinggi 344,00 mg/dl serta rata-rata
sebesar 228,60 mg/dl dengan standar deviasi
43,51 mg/dl.
Olah raga secara teratur dapat mengurangi
resistensi insulin sehingga insulin dapat
dipergunakan lebih baik oleh sel-sel tubuh.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan aktivitas fisik (sekitar 30
menit/hari) dapat mengurangi resiko diabetes.
Olah raga juga dapat digunakan sebagai usaha
untuk membakar lemak dalam tubuh sehingga
dapat mengurangi berat badan bagi orang
obesitas (Fox & Kilvert, 2010 dalam
Puspitaningtias, 2012).
8
Analisis Bivariat
Perbedaan Kadar Gula Darah pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah
Diberikan Rebusan Kulit Manggis pada
Kelompok Intervensi di Kelurahan Candirejo
Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
selisih rata-rata kadar gula darah responden
sebelum dan setelah diberikan rebusan kulit
manggis sebesar 41,467 mg/dl dengan selisih
standar deviasi 30,399 Hasil uji paired t test
didapatkan nilai t hitung sebesar 5,283 dengan
p-value sebesar 0,000 < (0,05), maka dapat
dikatakan bahwa ada perbedaan kadar gula
darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2
sebelum dan setelah diberikan rebusan kulit
manggis (Garcinia mangostana L) pada
kelompok intervensi di Kelurahan Candirejo
Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten
Semarang.
Perbedaan Kadar Gula Darah pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah
Diberikan Air Putih pada Kelompok Kontrol di
Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran
Barat Kabupaten Semarang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
selisih rata-rata kadar gula darah responden
sebelum dan setelah diberikan air putih sebesar
2,200 mg/dl dengan selisih standar deviasi
8,213. Hasil uji paired t test didapatkan nilai t
hitung sebesar 1,037 dengan p-value sebesar
0,317> (0,05), maka dapat dikatakan bahwa
tidak ada perbedaan kadar gula darah pada
penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan
setelah penelitian pada kelompok kontrol di
Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran
Barat Kabupaten Semarang.
Pengaruh Pemberian Rebusan Kulit Manggis
terhadap Kadar Gula Darah pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kelurahan
Candirejo Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang
Hasil penelitian menunjukkan selisih ratarata kadar gula darah pada penderita diabetes
mellitus tipe 2 pada kelompok control dan
intervensi di Kelurahan Candirejo Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebesar 34,733 dengan selisih standar deviasi 13,130.
Berdasarkan uji independent-test diperoleh
nilai t hitung = -2,645 dan nilai p-value sebesar
0,013 (=0,05). Hal tersebut menunjukkan
bahwa ada pengaruh pemberian rebusan kulit
Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2
di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
manggis terhadap kadar gula darah pada
penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan
Candirejo
Kecamatan
Ungaran
Barat
Kabupaten Semarang.
Metabolik sindrom yaitu keadaan klinis di
mana pada seseorang terdapat sekumpulan
kelainan metabolic, antara lain kelainan kadar
lipid (dislipidemia), peningkatan kadar glukosa
(hiperglikimia), peningkatan kadar asam urat
(hiperurikemia), peningkatan tekanan darah
(hipertensi) dan kegemukan (obesitas) yang
dapat
meningkatkan
resiko
penyakit
kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus tipe 2
dan kematian (Cameron, 2004).
Metabolik sindrom terjadi pada penderita
obesitas sentral, dimana terjadi penumpukan
lemak di daerah abdomen. Kondisi tersebut
ditambah dengan kurangnya aktifitas fisik
sehingga menyebabkan terjadinya resistensi
insulin, hiperinsulinemia, kenaikan tekanan
darah dan kenaikan trigliserida. Peningkatan
asam lemak bebas dan/atau kadar glukosa
dapat meningkatkan produksi ROS (Reactive
Oxygen Species) yang merupakan radikal
bebas (atom atau molekul bermuatan listrik
atau netral yang memiliki satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan di orbital
terluar mereka) serta stres oksidatif (keadaan
di mana jumlah radikal bebas di dalam tubuh
melebihi
kapasitas
tubuh
untuk
menetralkannya). Hal ini akan memperburuk
aktifitas dan sekresi insulin, serta mempercepat
menjadi diabetes tipe 2 yang nyata
(Paramawati, 2010).
Stres
oksidatif
dikatakan
bisa
memperburuk komplikasi diabetes dan
komplikasi ini dapat mengubah kebutuhan
tubuh akan oksidan. Untuk itu, tubuh
membutuhkan
antioksidan
yang
dapat
menetralisir molekul reaktif dan menurunkan
kerusakan oksidatif. Antioksidan dapat
diperoleh dari makanan seperti vitamin C,
vitamin E dan beta karoten. Pemberian
antioksidan harus memperhatikan beberapa
hal, seperti lamanya terapi, penggunaan
antioksidan yang tepat dan mulai terapi yang
lebih awal (Paramawati, 2010).
Pasien diabetes melitus akan membaik
apabila mengonsumsi antioksidan dalam
jumlah banyak. Manggis mengandung
antioksidan yang di percaya memiliki aktivitas
yang kuat, yaitu xanthone. Xanthones dalam
kulit manggis kaya akan antioksidan, maka
sangat wajar jika ekstrak kulit manggis mampu
memperbaiki kondisi penderita diabetes tipe 2
(Paramawati, 2010).
Xanthone terbukti memiliki sifat anti
oksidan yag sangat tinggi bahkan beberapa kali
lebih kuat melebihi kekuatan Vitamin C dan
Vitamin E. Antioksidan ini dapat membantu
mengobati kerusakan sel akibat oksidasi
radikal bebas. Dua jenis xanthone dalam kulit
manggis yang paling bermanfaat sebagai
antioksidan adalah alpha mangostin dan
gamma mangostin dan berperan meningkatkan
sistem immunitas, sebagai antibiotik alami,
anti jamur, antivirus dan antiradang
(Paramawati, 2010).
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan quasi
experiment atau eksperimen semu dimana
peneliti tidak dapat melakukan pengawasan
secara intensif selama 24 jam terhadap faktor
yang menentukan dan membantu pengendalian
terhadap kadar glukosa darah seperti olahraga,
mengontrol pola makan, stress, kurang tidur.
KESIMPULAN
Kadar gula darah sewaktu pada penderita
diabetes mellitus tipe 2 sebelum diberikan
rebusan kulit manggis pada kelompok
intervensi di Kelurahan Candirejo Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang paling
rendah sebesar 176,00 mg/dl dan paling tinggi
305,00 mg/dl serta rata-rata sebesar 235,33
mg/dl dengan standar deviasi 46,45 mg/dl,
sedangkan kadar gula darah sewaktu pada
penderita diabetes mellitus tipe 2 setelah
diberikan rebusan kulit manggis paling rendah
sebesar 155,00 mg/dl dan paling tinggi 255,00
mg/dl serta rata-rata sebesar 193,87 mg/dl
dengan standar deviasi 26,33 mg/dl.
Kadar gula darah sewaktu pada penderita
diabetes mellitus tipe 2 sebelum diberikan air
putih pada kelompok kontrol di Kelurahan
Candirejo
Kecamatan
Ungaran
Barat
Kabupaten Semarang paling rendah sebesar
165,00 mg/dl dan paling tinggi 344,00 mg/dl
serta rata-rata sebesar 230,80 mg/dl dengan
standar deviasi 41,85 mg/dl, sedangkan kadar
gula darah sewaktu pada penderita diabetes
mellitus tipe 2 setelah diberikan air putih pada
kelompok kontrol paling rendah sebesar
162,00 mg/dl dan paling tinggi 344,00 mg/dl
serta rata-rata sebesar 228,60 mg/dl dengan
standar deviasi 43,51 mg/dl.
Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2
di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
9
Ada perbedaan kadar gula darah pada
penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan
sesudah diberikan rebusan kulit manggis
(Allium Cepa) pada kelompok intervensi di
Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran
Barat Kabupaten Semarang. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar
30,399 dengan p-value sebesar 0,000 (a=0,05).
Tidak ada perbedaan kadar gula darah
pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum
dan sesudah diberikan air putih pada kelompok
kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar 1,037
dengan p-value sebesar 0,317 > a (0,05).
Ada pengaruh pemberian rebusan kulit
manggis (Allium Cepa) terhadap kadar gula
darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di
Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran
Barat Kabupaten Semarang. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar 2,645 dan nilai p-value sebesar 0,013 (a=0,05).
Instansi
pendidikan
diharapkan
menambah dan memperdalam materi yang
berkaitan dengan terapi komplementer dan
keperawatan
dewasa
sehingga
dapat
menambah pemahaman mahasiswa khususnya
tentang penyakit diabetes mellitus.
SARAN
Basuki. (2009). Penatalaksanaan Diabetes
Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Bagi Penderita Diabetes Mellitus, hasil
penelitian menunjukkan terjadi penurunan
kadar gula darah pada penderita diabetes
mellitus tipe 2 maka pemberian rebusan kulit
manggis dapat menjadi bahan pertimbangan
untuk memilih pengobatan alternatif yang tepat
dan praktis tanpa efek samping untuk
penurunan kadar gula darah.
Bagi masyarakat, mengingat manfaat
rebusan kulit manggis yang besar maka
diharapkan
masyarakat
dapat
memanfaatkannya sebagai obat pelengkap /
komplementer yang murah untuk menurunkan
kadar gula darah.
Bagi peneliti, mengingat masih adanya
keterbatasan dari penelitian yang telah
dilakukan, maka diharapkan penelitian lebih
lanjut dapat melakukan pengawasan yang lebih
intensif terhadap faktor yang menentukan dan
membantu pengendalian kadar gula darah pada
penderita
diabetes
mellitus
misalnya
mengontrol pola makan, olahraga, bantuan dari
kelompok pendukung dan perilaku merokok.
Bagi tenaga keperawatan, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan penyuluhan
kepada penderita diabetes mellitus tipe 2
tentang
terapi
komplementer
sebagai
penunjang pengobatan farmakologi bagi klien
diabetes mellitus.
10
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi dan Narbuko. (2002). Metodologi
Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Adam. (2003). Klasifikasi dan Kriteria
Diagnosis Diabetes Mellitus yang Baru,
Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Bare
and Suzanne. (2002). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2,
Alih Bahasa, Agung Waluyo [et al.];
Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica
Ester (Edisi. 8), EGC Jakarta
Bilous. (2003). Bimbingan Dokter pada
Diabetes Mellitus. Jakarta: Dian Rakyat
Brunner & Suddart. (2002). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2,
Edisi 8, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Corwin.
(2009).
Handbook
of
Pathophysiology, 3rd ed. Lippincott
Williams & Wilkins: USA.
Depkes RI. (2003). Direktorat Keperawatan
Dan Keteknisan Medic, Dasar-dasar
Asuhan Kebidanan. Jakarta
Djojodibroto. (2004). Tradisi kehidupan
akademik, Jakarta: Galang Press Elizabeth
J. C. (2009). Buku Saku Patofisiologi.
Edisi Revisi Ke-3. Jakarta: EGC
Fox & Kilvert. (2010). Bersahabat dengan
Diabetes Tipe 2. Alih Bahasa: Agung
Waluyo. Jakarta: Penebar Plus
Ganong. (2003). Fisiologi Kedokteran.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Gunawan. Sulistia, Gan. Setiabudy, Rianto.
Nafrialdi, Elysabeth. (2007). Farmakologi
dan terapi edisi 5. Jakarta: FKUI
Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2
di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
Guyton & Hall. (2008). Buku ajar fisiologi
kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran EGC
Haryadi, E. (2011). Khasiat Kulit Buah
Manggis.
http://www.deherba.com/khasiat
Jaelani. (2007). Khasiat Kulit Buah Manggis.
Yogyakarta: Kanisius
Lanywati. (2007). Diabetes Mellitus Penyakit
Kencing Manis. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
Long. (2006). Perawatan Medikal Bedah:
Suatu Pendekatan Proses, Keperawatan.
Jakarta: EGC
Mansjoer. (2005). Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI
Mardiana. (2011). Ramuan dan Khasiat Kulit
Buah Manggis. Depok: Penebar Swadaya
Mirza, (2008), Diabetes Melitus. Jogjakarta,
Katahati
Robert K. Muray , Peter A. Mayas. (2003).
Biokimia Harper. Alih bahasa: Brahm U
edisi 25 Jakarta: EGC
Notoadmodjo. (2010). Metode penelitian
kesehatan. Jakarta Rineka. Cipta
Pratiwi. (2007). Epidemiologi, program
penanggulangan dan isu mutakhir
Diabetes Mellitus. Jurusan Epidemiologi
Prawirohardjo. (2008). Ilmu kebidanan,
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Price dan Wilson. (2005). Patofisiologi:
konsep klinis proses-proses penyakit, edisi
6. Alih bahasa dr. Brahm U. Jakarta:
EGC.
Setijo, (2007). Tanaman obat keluarga,
departemen kesehatan republik Indonesia,
Jakarta
Smeltzer SC, Bare BG. (2008). Buku ajar
keperawatan medikal bedah Brunner &
Suddart. Edisi 8. Alih Bahasa Agung
Waluyo dkk. Jakarta: EGC
Sudjana. (2002). Metode statistika. Bandung:
Tarsito.
Sugiyono.
(2008).
Metode
penelitian
kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung.
Alfabeta.
Sustrani. dkk. (2007). Diabetes. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka
Suyono S. (2006). Diabetes mellitus di
Indonesia, dalam: aru w sudoyo dkk.
(editor) buku ajar ilmu penyakit dalam,
edisi keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Suyono. (2009). Diagnosis dan klasifikasi
diabetes mellitus terkini, dalam soegondo
s dkk (eds), penatalaksanaan diabetes
mellitus terpadu. Penerbit FKUI. Jakarta
Synder. (2002). Handbook of positive
psychology (pp.231-241). New. York:
Oxford University Press
Tjokroprawiro. (2002). Diabetes mellitus
Klasifikasi Diagnosis dan Terapi, Edisi
ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Utami. (2003).Tanaman obat untuk mengatasi
diabetes mellitus. Jakarta, penerbit
Agromedia Pustaka.
Vitahealth. (2004). Diabetes. Jakarta: P.T.
Gramedia Pustaka Utama Waspadji.
(2009). Ilmu penyakit dalam jilid II,
Jakarta: Penerbit FKUI.
Wijayakusuma. (2002). Ramuan tradisional
untuk pengobatan darah tinggi. Jakarta:
Swadaya.
Wirawanni, (2012). Pengaruh pemberian susu
kedelai terhadap kadar glukosa darah
puasa
pada
wanita
prediabetes.
Semarang: Prodi ilmu gizi fakultas
kedokteran UNDIP
Yunir. (2007). Terapi non farmakologis pada
diabetes mellitus. Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid iii pusat penerbitan ilmu
penyakit dalam. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2
di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
11
Download