PENGARUH REBUSAN KULIT MANGGIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KELURAHAN CANDIREJO KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG Un Sukandari Lamo Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRACT The body’s ability to react to insulin can be decreased in patients with diabetes mellitus. Management of diabetes mellitus in non-pharmacological them using mangosteen skin. Mangosteen rind is very beneficial to health because xanthone compounds have high antioxidant function so as to neutralize and destroy free radical. The purpose of this study was to determine the effect of mangosteen rind decoction on blood glucose levels in people with type 2 diabetes mellitus in the Village of West County Candirejo Ungaran Semarang District . The study design was a quasi experiment kind of non equivalent control group design. The study population was all patients with type 2 diabetes mellitus in the Village of West County Candirejo Ungaran Semarang district with a sample of 30 respondents studied using purposive sampling techniques and data retrieval tool using glucoses. Data analysis using the dependent t test and independent t test The results showed that there was the influence of decoction of mangosteen peel effect on blood glucose levels in people with type 2 diabetes mellitus in the Village of West County Candirejo Ungaran Semarang district, with a t value (-2.645) <t table (-1.688) while the p-value (0.013) <α (0,05). Should people with type 2 diabetes mellitus may make provision mangosteen rind decoction as consideration for a cheap alternative treatments and side effects of low blood sugar levels drop. Keywords : mangosteen skin stew, blood sugar PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. World Health Organization (WHO) membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah penderita diabetes mellitus di atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian jumlah tersebut akan meningkat menjadi 300 juta orang (Suyono, 2009). Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Wordl Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah pasien diabetes di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030, bahkan Indonesia menempati urutan keempat di dunia sebagai jumlah penderita diabetes mellitus terbanyak setelah India, China, dan Amerika (Pratiwi, 2007). Tingginya populasi penduduk Indonesia ternyata juga diikuti dengan semakin tingginya angka kejadian penyakit diabetes mellitus. Jumlah pengidap diabetes mellitus di Indonesia menurut data WHO pada tahun 2009 mencapai 8 juta jiwa dan diprediksi akan meningkat menjadi lebih dari 21 juta jiwa pada tahun 2025. Prevalensi diabetes mellitus tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar 0,09%, mengalami peningkatan bila dibandingkan prevalensi tahun 2010 sebesar 0,08%. Prevalensi tertinggi adalah di Kota Semarang sebesar 0,97%. Sedangkan prevalensi kasus diabetes mellitus tidak tergantung insulin lebih dikenal dengan diabetes mellitus tipe II, mengalami penurunan dari 0,70% menjadi 0,63% pada tahun 2011. Prevalensi tertinggi adalah di Kota Magelang Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang 1 sebesar 7,99% (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2011). Kejadian penyakit diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran Barat pada tahun 2009 tercatat 848 orang, sedangkan pada tahun 2010 angka kejadian tersebut meningkat menjadi 913 orang. Data ini menunjukkan angka kejadian diabetes melhtus di Kecamatan Ungaran Barat khususnya Kelurahan Candirejo mengalami peningkatan setiap tahunnya (Puskesmas Ungaran Barat, 2011). Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi dan secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Insulin merupakan suatu hormon yang diproduksi pankreas yang berfungsi mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (American Diabetes Mellitus Assosiation, 2004 dalam Smeltzer and Bare, 2008). Secara klinis terdapat dua tipe diabetes mellitus yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus tipe 2. Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan karena kurangnya insulin secara absolut akibat proses autoimun sedangkan diabetes mellitus tipe 2 merupakan kasus terbanyak (90-95% dari seluruh kasus diabetes mellitus) yang umumnya mempunyai latar belakang kelainan diawali dengan resistensi insulin. Diabetes mellitus tipe 2 berlangsung lambat dan progresif, sehingga tidak terdeteksi karena gejala yang dialami penderita sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer and Bare, 2008). Kemampuan tubuh untuk bereaksi dengan insulin dapat menurun pada penderita diabetes mellitus, keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi baik akut (seperti diabetes mellitus ketoasidosis dan sindrom hiperosmolar nonketotik) maupun kronik. Komplikasi kronik biasanya terjadi dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah diagnosa ditegakkan. Komplikasi kronik terjadi pada semua organ tubuh dengan penyebab kematian 50% akibat penyakit jantung koroner dan 30% akibat penyakit gagal ginjal. Selain itu, sebanyak 30% penderita diabetes mellitus mengalami kebutaan akibat retinopati dan 10% menjalani amputasi tungkai kaki (Smeltzer & Bare, 2008). 2 Mengingat jumlah penderita diabetes mellitus yang terus meningkat dan besarnya biaya perawatan penderita diabetes mellitus yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya, maka upaya yang paling baik adalah melakukan pencegahan. Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan dapat dilakukan dengan tiga tahap yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer merupakan semua aktivitas yang ditujukan untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada populasi umum misalnya dengan kampanye makanan sehat, penyuluhan bahaya diabetes mellitus. Pencegahan sekunder yaitu menemukan penderita diabetes mellitus sedini mungkin misalnya dengan tes penyaringan sedini mungkin terutama pada populasi resiko tinggi sehingga komplikasi tidak terjadi. Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan melalui penyuluhan, maka perlu kerjasama semua pihak untuk mensukseskannya (Suyono, 2006). Pengkonsumsian obat-obatan anti diabetes mellitus dalam jangka panjang beresiko buruk terhadap kesehatan dan resiko resistensi (jumlah obat anti diabetes tidak memadai untuk menjaga kadar glukosa darah tetap normal) sehingga dosis pemberian obat semakin lama semakin tinggi. Guna mengurangi risiko kesehatan di atas perlu dikembangkan alternatif lain yaitu secara nonfarmakologis meliputi perubahan gaya hidup dengan melakukan pengaturan pola makan yang dikenal dengan terapi gizi medis, meningkatkan aktivitas fisik jasmani dan edukasi berbagai masalah yang berkaitan dengan penyakit diabetes mellitus secara terus menerus misalnya dengan diet dan olahraga untuk mencapai target glukosa darah yang diinginkan maupun secara herbal (menggunakan tumbuh-tumbuhan) yang relatif lebih aman bagi para diabetes mellitus (Yunir, 2007). Salah satu cara untuk mengatasi diabetes mellitus adalah dengan melakukan terapi herbal yaitu suatu proses penyembuhan dengan menggunakan ramuan berbagai tanaman berkhasiat obat. Saat ini terapi seperti ini sedang populer di kalangan masyarakat karena dinilai sebagai pengobatan yang mempunyai efek samping sedikit, murah dan mudah didapat serta aman (Utami, 2003). Terapi herbal biasanya dikaitkan dengan tumbuh-tumbuhan yang tidak berkayu atau tanaman yang bersifat perdu. Dalam dunia Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang pengobatan istilah herbal adalah salah satu bagian atau lebih bahan aktif yang bisa dipakai sebagai obat. Kelebihan dari menggunakan obat herbal dibandingkan obat farmasi di antaranya efek sampingnya rendah, mudah diproduksi, menghilangkan akar penyebab penyakit, bisa dibeli siapa saja dan di mana saja, murah dan multi-khasiat. Jenis tanaman herbal yang sering digunakan untuk terapi di antaranya adalah temulawak, kunyit, sambiloto dan kulit manggis (Jaelani, 2007). Manggis (Garcinia mangostana L) merupakan salah satu buah-buahan yang mengandung zat gizi tinggi, terutama kulitnya. Kulit buah manggis sangat bermanfaat bagi kesehatan karena senyawa xanthone yang banyak terkandung di dalam kulit buah. Xanthone ialah suatu bahan kimia aktif dengan struktur cincin 6 karbon dan kerangka karbon rangkap. Senyawa xanthone, mangostin, garsinone, flavonoid, dan tanin di buah manggis merupakan senyawa bioaktif fenolik. Kulit buah manggis yang mengandung senyawa xanthone memiliki fungsi antioksidan tinggi sehingga dapat menetralkan dan menghancurkan radikal bebas yang memicu munculnya penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, arthritis, katarak dan DM (Mardiana, 2011). Uji Klinis oleh Jay K Udani dan para peneliti dari University of California, Los Angeles (UCLA) school of medicine membuktikan bahwa jus manggis berpotensi mencegah diabetes mellitus dan penyakit kardiovaskuler pada penderita obesitas. Penelitian yang dilakukan pada 40 penderita diabetes mellitus usia 30-75 tahun mengkonsumsi 252 gram jus manggis dengan frekuensi dua kali sehari dapat mengurangi inflamasi. Inflamasi atau peradangan merupakan precursor kelainan metabolisme yang memicu penyakit jantung dan diabetes mellitus (Mardiana, 2011). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang pada tanggal 29 November 2012 dengan melakukan wawancara terhadap 5 orang yang menderita diabetes mellitus tipe 2. Selama ini usaha yang dilakukan oleh 2 penderita untuk mengatasi diabetes mellitus tipe 2 adalah merubah gaya hidup dengan melakukan pengaturan pola makan yang dikenal dengan terapi gizi medis dan meningkatkan aktivitas fisik jasmani serta 3 penderita dengan mengkonsumsi obat anti diabetes mellitus. Peneliti melakukan pengukuran kadar glukosa darah terhadap 5 orang tersebut, ternyata 3 dari 5 orang masih mengalami diabetes mellitus tipe 2. Jadi usaha yang mereka lakukan belum begitu efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah. Peneliti juga menanyakan tentang pengetahuan dan terapi kulit manggis untuk diabetes mellitus tipe 2 kepada 5 orang tersebut. Hasilnya dari 5 orang tersebut ternyata 2 orang mengetahui bahwa kulit manggis dapat menurunkan glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dan 3 orang mengetahui kulit manggis hanya sisa dari buah manggis yang tidak berguna serta semuanya belum pernah mendapatkan terapi kulit manggis tetapi di antara mereka 1 orang pernah mendapatkan terapi pare dan hasilnya belum begitu efektif untuk mengobati diabetes mellitus tipe 2. Berdasarkan fenomena di atas dan sampai saat ini belum ditemukan penelitian tentang pengaruh pemberian terapi rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa dalam darah pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap Kadar Glukosa Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang”. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment atau eksperimen semu. Penelitian quasi experiment merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik (Notoadmodjo, 2005). Jenis Desain dalam penelitian ini berbentuk Desain non equivalent (pretest dan posttest) control group design. Populasi dan Sampel Populasi yang diteliti adalah penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebanyak 79 orang data di dapat dari bidan Kelurahan setempat. Penentuan besar sampel dalam penelitian ini berdasarkan estimasi (perkiraan) untuk Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang 3 menguji hipotesis beda rata-rata (numerik) 2 kelompok tidak berpasangan. Jumlah sampel untuk kelompok kontrol dan kelompok intervensi masing-masing sebanyak 15 orang. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 responden. Penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan tertentu. Peneliti mempunyai pertimbangan dalam memilih sampel yaitu berdasarkan kriteria-kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini, yaitu: 1) Penderita diabetes melitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang yang bersedia menjadi responden, 2) Penderita diabetes mellitus tipe 2 yang tidak mengkonsumsi obat antidiabetes, 3) Penderita diabetes melitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang yang kadar glukosa darahnya lebih dari 126 mg/dl atau lebih dari batas normal, 4) Penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang masih mampu melakukan aktivitas mandiri. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini, yaitu: 1) Penderita diabetes mellitus tipe 2 yang rajin melakukan latihan/olahraga, 2) Penderita diabetes mellitus tipe 2 yang sedang mengkonsumsi obat-obatan anti diabetes mellitus, 3) Penderita diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami komplikasi (misalnya katarak, stroke, gagal ginjal dan sebagainya). Pengumpulan Data Instrumen penelitian ini menggunakan GlucoDr.auto untuk mengukur kadar glukosa darah. Sebelum dilakukan pemberian rebusan kulit manggis pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penderita diukur terlebih dulu kadar glukosa darahnya. Peneliti juga menggunakan lembar observasi yang diisi oleh petugas untuk mendapatkan hasil apakah rebusan kulit manggis dikonsumsi atau tidak dikonsumsi. Analisis Data Analisa data dilakukan secara bertahap dan dilakukan melalui proses komputerisasi, baik analisa univariat maupun bivariat. Analisa Univariat dilakukan dengan tujuan untuk mendefinisikan tiap variable yang diteliti secara terpisah dengan cara membuat table distribusi rata-rata dari masing-masing variable. Variabel yang dianalisa adalah perbedaan kadar glukosa darah puasa pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan setelah diberikan rebusan kulit manggis. Analisa ini dilakukan dengan uji statistik deskriptif. Variable penelitian ini digambarkan data numerik dalam bentuk nilai minimal, maksimal dan rata-rata. Analisa bivariat dilakukan untuk menguji variabel peneliti yaitu variabel independen dengan variabel devenden. Sebelum dilakukan uji hipotesis maka kita harus mengetahui normalitas dan kesetaraan data. Guna menguji normalitas data, menggunakan metode analisis uji shapiro-wilk untuk sampel kecil (≤ 50). Ketentuan yang digunakan yaitu nilai keyakinan sebesar 0,95 dan nilai kemaknaan α = 0,05. Guna mengetahui apakah ada pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang digunakanuji t testindependent karena membandingkan data yang berasal dari dua kelompok data yang tidak berpasangan. Uji t test-independent termasuk dalam uji statistik parametrik yaitu uji yang menggunakan asumsi-asumsi data berdistribusi normal dengan varian homogen dan diambil dari sampel yang acak. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Usia pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Tabel 1 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Usia pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Kelompok N Mean Min Maks Std. dev (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl) Kontrol 15 47,9 41,0 58,0 4,87 Intervensi 15 47,5 38,0 62,0 6,20 4 Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Tabel 1 menunjukkan usia pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang pada kelompok kontrol paling muda 41 tahun dan paling tua 58 tahun serta rata-rata 47,9 tahun dengan standar deviasi 4,87. Diperoleh pula usia pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang pada kelompok intervensi paling muda 38 tahun dan paling tua 62 tahun serta rata-rata 47,5 tahun dengan standar deviasi 6,2. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Tabel 2 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Kelompok Perempuan Laki-laki Jumlah f % f % f % Kontrol 14 93,3 1 6,7 15 100,0 Intervensi 13 86,7 2 13,3 15 100,0 Tabel 2 menunjukkan jenis kelamin pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang pada kelompok kontrol sebagian besar perempuan yaitu 14 responden (93,3%). Diperoleh pula jenis kelamin pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang pada kelompok kontrol sebagian besar perempuan yaitu 13 responden (86,7%). Analisis Univariat Gambaran Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Sebelum Diberikan Rebusan Kulit Manggis pada Kelompok Intervensi dan kelompok kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Tabel 3 Gambaran Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Sebelum Diberikan Rebusan Kulit Manggis pada Kelompok Intervensi di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Kelompok N Mean Min Maks Std. dev (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl) Sebelum 15 235,33 176,00 305,00 46,45 Setelah 15 232,27 170,00 343,00 40,82 Tabel 3 menunjukkan kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum diberikan rebusan kulit manggis pada kelompok intervensi di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang paling rendah sebesar 176,00 mg/dl dan paling tinggi 305,00 mg/dl serta rata-rata sebesar 235,33 mg/dl dengan standar deviasi 46,45 mg/dl. Tabel 3 menunjukkan pula bahwa kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum diberikan air putih pada kelompok kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang paling rendah sebesar 164,00 mg/dl dan paling tinggi 347,00 mg/dl serta rata-rata sebesar 229,47 mg/dl dengan standar deviasi 43,98 mg/dl. Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang 5 Gambaran Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Setelah Diberikan Rebusan Kulit Manggis pada Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Tabel 4 Gambaran Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Setelah Diberikan Rebusan Kulit Manggis pada Kelompok Intervensi di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Kelompok N Mean Min Maks Std. dev (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl) Sebelum 15 198,40 155,00 283,00 35,25 Setelah 15 229,47 164,00 347,00 43,98 Tabel 4 menunjukkan kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2 setelah diberikan rebusan kulit manggis pada kelompok intervensi di Kelurahan Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang paling rendah sebesar 155,00 mg/dl dan paling tinggi 283,00 mg/dl serta rata-rata sebesar 198,40 mg/dl dengan standar deviasi 35,25 mg/dl. Tabel 4 menunjukkan pula bahwa kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2 setelah diberikan air putih pada kelompok kontrol di Kelurahan Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang paling rendah sebesar 164,00 mg/dl dan paling tinggi 347,00 mg/dl serta rata-rata sebesar 229,47 mg/dl dengan standar deviasi 43,98 mg/dl. Analisis Bivariat Perbedaan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah diberikan rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana L) pada kelompok intervensi di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Tabel 5 Perbedaan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah Diberikan Rebusan Kulit manggis (Garcinia mangostana L) pada Kelompok Intervensi di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang N Mean difference SD difference t hitung p-value (mg/dl) (mg/dl) GD Pre-post 30 36,93 26,34 5,431 0,000 Intervensi Berdasarkan Tabel 5 di atas, dapat diketahui bahwa selisih rata-rata kadar gula darah responden sebelum dan sesudah diberikan rebusan kulit manggis sebesar 36,93 mg/dl dengan selisih standar deviasi 26,34. Hasil uji paired t test didapatkan nilai t hitung sebesar 5,431 dengan p-value sebesar 0,000 < (0,05), maka dapat dikatakan bahwa ada perbedaan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah diberikan rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana L) pada kelompok intervensi di Kelurahan Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Perbedaan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah diberikan air putih pada kelompok kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Tabel 6 Perbedaan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah Diberikan Air Putih pada Kelompok Kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang N GD Pre-post kontrol 6 30 Mean difference (mg/dl) 2,80 SD difference (mg/dl) 9,53 t hitung p-value 1,138 0,274 Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat diketahui bahwa selisih rata-rata kadar gula darah responden sebelum dan sesudah penelitian sebesar 2,80 mg/dl dengan selisih standar deviasi 9,53. Hasil uji paired t test didapatkan nilai t hitung sebesar 1,138 dengan p-value sebesar 0,274 < (0,05), maka dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah penelitian pada kelompok kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Pengaruh pemberian rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana L) terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Tabel 7 Pengaruh Pemberian Rebusan Kulit manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang N Mean difference SD difference t hitung p-value (mg/dl) (mg/dl) Equal variances 30 31,07 14,55 2,135 0,242 assumed Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa selisih rata-rata kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 pada kelompok kontrol dan intervensi di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebesar 31,07, dengan selisih standar deviasi 14,52. Berdasarkan uji independen t-test diperoleh nilai t hitung = 2,135 dan nilai p-value sebesar 0,042 (a=0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana L) terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. PEMBAHASAN Analisis Univariat Gambaran Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Sebelum dan Setelah Diberikan Rebusan Kulit Manggis pada Kelompok Intervensi di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan kadar glukosa darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus sebelum diberikan rebusan kulit manggis pada kelompok intervensi di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang paling rendah sebesar 176,00 mg/dl dan paling tinggi 305,00 mg/dl serta rata-rata sebesar 235,33 mg/dl dengan standar deviasi 46,45 mg/dl. Kadar glukosa di dalam darah selalu meningkat tergantung pada asupan makanan. Glukosa di dalam darah mencapai Kadar paling tinggi pada waktu satu jam setelah makan, normalnya tidak melebihi 180mg per 100cc darah (180mg/dl). Lebih dari angka tersebut filtrasi glomeurus dapat mengandung lebih banyak glukosa daripada yang direabsobsi (Kariadi, 2009 dalam Diah, 2012). Asupan makanan terutama melalui makanan berenergi tinggi atau kaya karbohidrat dan serat yang rendah dapat mengganggu stimulasi sel-sel beta pankreas dalam memproduksi insulin. Asupan lemak di dalam tubuh juga perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap kepekaan insulin (Fox & Kilvert, 2010 dalam Puspitaningtias, 2012). Hasil penelitian menunjukkan kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus setelah diberikan rebusan kulit manggis pada kelompok intervensi di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang paling rendah sebesar 155,00 mg/dl dan paling tinggi 255,00 mg/dl serta rata-rata sebesar 193,87 mg/dl dengan standar deviasi 26,327 mg/dl. Gambaran Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Sebelum dan Setelah Diberikan Air Putih Pada Kelompok Kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa kadar gula darah sewaktu pada penderita Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang 7 diabetes mellitus sebelum diberikan air putih pada kelompok kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang paling rendah sebesar 165,00 mg/dl dan paling tinggi 344,00 mg/dl serta rata-rata sebesar 230,80 mg/dl dengan standar deviasi 41,847 mg/dl. Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka (LeFever, 2007 dalam Chairul, 2012). Gula dalam darah terutama diperoleh dari fraksi karbohidrat yang terdapat dalam makanan. Gugus atau molekul gula dalam karbohidrat dibagi menjadi gugus gula tunggal (monosakarida) misalnya glukosa dan fruktosa, dan gugus gula majemuk yang terdiri dari disakarida (sukrosa, laktosa) dan polisakarida (amilum, selulosa, glikogen) (Djojodibroto, 2001 dalam Diah, 2012). Semakin bertambah usia perubahan fisik dan penurunan fungsi tubuh akan mempengaruhi konsumsi dan penyerapan zat gizi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa masalah gizi pada usia lanjut sebagian besar merupakan masalah gizi berlebih dan kegemukan/obesitas yang memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk diabetes mellitus (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, & Batubara, 2008 dalam Puspitaningtias, 2012). Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus setelah diberikan air putih pada kelompok kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang paling rendah sebesar 162,00 mg/dl dan paling tinggi 344,00 mg/dl serta rata-rata sebesar 228,60 mg/dl dengan standar deviasi 43,51 mg/dl. Olah raga secara teratur dapat mengurangi resistensi insulin sehingga insulin dapat dipergunakan lebih baik oleh sel-sel tubuh. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas fisik (sekitar 30 menit/hari) dapat mengurangi resiko diabetes. Olah raga juga dapat digunakan sebagai usaha untuk membakar lemak dalam tubuh sehingga dapat mengurangi berat badan bagi orang obesitas (Fox & Kilvert, 2010 dalam Puspitaningtias, 2012). 8 Analisis Bivariat Perbedaan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah Diberikan Rebusan Kulit Manggis pada Kelompok Intervensi di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan bahwa selisih rata-rata kadar gula darah responden sebelum dan setelah diberikan rebusan kulit manggis sebesar 41,467 mg/dl dengan selisih standar deviasi 30,399 Hasil uji paired t test didapatkan nilai t hitung sebesar 5,283 dengan p-value sebesar 0,000 < (0,05), maka dapat dikatakan bahwa ada perbedaan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan setelah diberikan rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana L) pada kelompok intervensi di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Perbedaan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah Diberikan Air Putih pada Kelompok Kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan bahwa selisih rata-rata kadar gula darah responden sebelum dan setelah diberikan air putih sebesar 2,200 mg/dl dengan selisih standar deviasi 8,213. Hasil uji paired t test didapatkan nilai t hitung sebesar 1,037 dengan p-value sebesar 0,317> (0,05), maka dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan setelah penelitian pada kelompok kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Pengaruh Pemberian Rebusan Kulit Manggis terhadap Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan selisih ratarata kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 pada kelompok control dan intervensi di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebesar 34,733 dengan selisih standar deviasi 13,130. Berdasarkan uji independent-test diperoleh nilai t hitung = -2,645 dan nilai p-value sebesar 0,013 (=0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian rebusan kulit Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang manggis terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Metabolik sindrom yaitu keadaan klinis di mana pada seseorang terdapat sekumpulan kelainan metabolic, antara lain kelainan kadar lipid (dislipidemia), peningkatan kadar glukosa (hiperglikimia), peningkatan kadar asam urat (hiperurikemia), peningkatan tekanan darah (hipertensi) dan kegemukan (obesitas) yang dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus tipe 2 dan kematian (Cameron, 2004). Metabolik sindrom terjadi pada penderita obesitas sentral, dimana terjadi penumpukan lemak di daerah abdomen. Kondisi tersebut ditambah dengan kurangnya aktifitas fisik sehingga menyebabkan terjadinya resistensi insulin, hiperinsulinemia, kenaikan tekanan darah dan kenaikan trigliserida. Peningkatan asam lemak bebas dan/atau kadar glukosa dapat meningkatkan produksi ROS (Reactive Oxygen Species) yang merupakan radikal bebas (atom atau molekul bermuatan listrik atau netral yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbital terluar mereka) serta stres oksidatif (keadaan di mana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk menetralkannya). Hal ini akan memperburuk aktifitas dan sekresi insulin, serta mempercepat menjadi diabetes tipe 2 yang nyata (Paramawati, 2010). Stres oksidatif dikatakan bisa memperburuk komplikasi diabetes dan komplikasi ini dapat mengubah kebutuhan tubuh akan oksidan. Untuk itu, tubuh membutuhkan antioksidan yang dapat menetralisir molekul reaktif dan menurunkan kerusakan oksidatif. Antioksidan dapat diperoleh dari makanan seperti vitamin C, vitamin E dan beta karoten. Pemberian antioksidan harus memperhatikan beberapa hal, seperti lamanya terapi, penggunaan antioksidan yang tepat dan mulai terapi yang lebih awal (Paramawati, 2010). Pasien diabetes melitus akan membaik apabila mengonsumsi antioksidan dalam jumlah banyak. Manggis mengandung antioksidan yang di percaya memiliki aktivitas yang kuat, yaitu xanthone. Xanthones dalam kulit manggis kaya akan antioksidan, maka sangat wajar jika ekstrak kulit manggis mampu memperbaiki kondisi penderita diabetes tipe 2 (Paramawati, 2010). Xanthone terbukti memiliki sifat anti oksidan yag sangat tinggi bahkan beberapa kali lebih kuat melebihi kekuatan Vitamin C dan Vitamin E. Antioksidan ini dapat membantu mengobati kerusakan sel akibat oksidasi radikal bebas. Dua jenis xanthone dalam kulit manggis yang paling bermanfaat sebagai antioksidan adalah alpha mangostin dan gamma mangostin dan berperan meningkatkan sistem immunitas, sebagai antibiotik alami, anti jamur, antivirus dan antiradang (Paramawati, 2010). Keterbatasan Penelitian Penelitian ini menggunakan quasi experiment atau eksperimen semu dimana peneliti tidak dapat melakukan pengawasan secara intensif selama 24 jam terhadap faktor yang menentukan dan membantu pengendalian terhadap kadar glukosa darah seperti olahraga, mengontrol pola makan, stress, kurang tidur. KESIMPULAN Kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum diberikan rebusan kulit manggis pada kelompok intervensi di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang paling rendah sebesar 176,00 mg/dl dan paling tinggi 305,00 mg/dl serta rata-rata sebesar 235,33 mg/dl dengan standar deviasi 46,45 mg/dl, sedangkan kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2 setelah diberikan rebusan kulit manggis paling rendah sebesar 155,00 mg/dl dan paling tinggi 255,00 mg/dl serta rata-rata sebesar 193,87 mg/dl dengan standar deviasi 26,33 mg/dl. Kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum diberikan air putih pada kelompok kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang paling rendah sebesar 165,00 mg/dl dan paling tinggi 344,00 mg/dl serta rata-rata sebesar 230,80 mg/dl dengan standar deviasi 41,85 mg/dl, sedangkan kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2 setelah diberikan air putih pada kelompok kontrol paling rendah sebesar 162,00 mg/dl dan paling tinggi 344,00 mg/dl serta rata-rata sebesar 228,60 mg/dl dengan standar deviasi 43,51 mg/dl. Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang 9 Ada perbedaan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah diberikan rebusan kulit manggis (Allium Cepa) pada kelompok intervensi di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar 30,399 dengan p-value sebesar 0,000 (a=0,05). Tidak ada perbedaan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah diberikan air putih pada kelompok kontrol di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar 1,037 dengan p-value sebesar 0,317 > a (0,05). Ada pengaruh pemberian rebusan kulit manggis (Allium Cepa) terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar 2,645 dan nilai p-value sebesar 0,013 (a=0,05). Instansi pendidikan diharapkan menambah dan memperdalam materi yang berkaitan dengan terapi komplementer dan keperawatan dewasa sehingga dapat menambah pemahaman mahasiswa khususnya tentang penyakit diabetes mellitus. SARAN Basuki. (2009). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Bagi Penderita Diabetes Mellitus, hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 maka pemberian rebusan kulit manggis dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memilih pengobatan alternatif yang tepat dan praktis tanpa efek samping untuk penurunan kadar gula darah. Bagi masyarakat, mengingat manfaat rebusan kulit manggis yang besar maka diharapkan masyarakat dapat memanfaatkannya sebagai obat pelengkap / komplementer yang murah untuk menurunkan kadar gula darah. Bagi peneliti, mengingat masih adanya keterbatasan dari penelitian yang telah dilakukan, maka diharapkan penelitian lebih lanjut dapat melakukan pengawasan yang lebih intensif terhadap faktor yang menentukan dan membantu pengendalian kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus misalnya mengontrol pola makan, olahraga, bantuan dari kelompok pendukung dan perilaku merokok. Bagi tenaga keperawatan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada penderita diabetes mellitus tipe 2 tentang terapi komplementer sebagai penunjang pengobatan farmakologi bagi klien diabetes mellitus. 10 DAFTAR PUSTAKA Achmadi dan Narbuko. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara Adam. (2003). Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus yang Baru, Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Bare and Suzanne. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, Alih Bahasa, Agung Waluyo [et al.]; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester (Edisi. 8), EGC Jakarta Bilous. (2003). Bimbingan Dokter pada Diabetes Mellitus. Jakarta: Dian Rakyat Brunner & Suddart. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2, Edisi 8, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Corwin. (2009). Handbook of Pathophysiology, 3rd ed. Lippincott Williams & Wilkins: USA. Depkes RI. (2003). Direktorat Keperawatan Dan Keteknisan Medic, Dasar-dasar Asuhan Kebidanan. Jakarta Djojodibroto. (2004). Tradisi kehidupan akademik, Jakarta: Galang Press Elizabeth J. C. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi Ke-3. Jakarta: EGC Fox & Kilvert. (2010). Bersahabat dengan Diabetes Tipe 2. Alih Bahasa: Agung Waluyo. Jakarta: Penebar Plus Ganong. (2003). Fisiologi Kedokteran. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Gunawan. Sulistia, Gan. Setiabudy, Rianto. Nafrialdi, Elysabeth. (2007). Farmakologi dan terapi edisi 5. Jakarta: FKUI Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Guyton & Hall. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC Haryadi, E. (2011). Khasiat Kulit Buah Manggis. http://www.deherba.com/khasiat Jaelani. (2007). Khasiat Kulit Buah Manggis. Yogyakarta: Kanisius Lanywati. (2007). Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Long. (2006). Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses, Keperawatan. Jakarta: EGC Mansjoer. (2005). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI Mardiana. (2011). Ramuan dan Khasiat Kulit Buah Manggis. Depok: Penebar Swadaya Mirza, (2008), Diabetes Melitus. Jogjakarta, Katahati Robert K. Muray , Peter A. Mayas. (2003). Biokimia Harper. Alih bahasa: Brahm U edisi 25 Jakarta: EGC Notoadmodjo. (2010). Metode penelitian kesehatan. Jakarta Rineka. Cipta Pratiwi. (2007). Epidemiologi, program penanggulangan dan isu mutakhir Diabetes Mellitus. Jurusan Epidemiologi Prawirohardjo. (2008). Ilmu kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Price dan Wilson. (2005). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6. Alih bahasa dr. Brahm U. Jakarta: EGC. Setijo, (2007). Tanaman obat keluarga, departemen kesehatan republik Indonesia, Jakarta Smeltzer SC, Bare BG. (2008). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddart. Edisi 8. Alih Bahasa Agung Waluyo dkk. Jakarta: EGC Sudjana. (2002). Metode statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta. Sustrani. dkk. (2007). Diabetes. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Suyono S. (2006). Diabetes mellitus di Indonesia, dalam: aru w sudoyo dkk. (editor) buku ajar ilmu penyakit dalam, edisi keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI Suyono. (2009). Diagnosis dan klasifikasi diabetes mellitus terkini, dalam soegondo s dkk (eds), penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu. Penerbit FKUI. Jakarta Synder. (2002). Handbook of positive psychology (pp.231-241). New. York: Oxford University Press Tjokroprawiro. (2002). Diabetes mellitus Klasifikasi Diagnosis dan Terapi, Edisi ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Utami. (2003).Tanaman obat untuk mengatasi diabetes mellitus. Jakarta, penerbit Agromedia Pustaka. Vitahealth. (2004). Diabetes. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama Waspadji. (2009). Ilmu penyakit dalam jilid II, Jakarta: Penerbit FKUI. Wijayakusuma. (2002). Ramuan tradisional untuk pengobatan darah tinggi. Jakarta: Swadaya. Wirawanni, (2012). Pengaruh pemberian susu kedelai terhadap kadar glukosa darah puasa pada wanita prediabetes. Semarang: Prodi ilmu gizi fakultas kedokteran UNDIP Yunir. (2007). Terapi non farmakologis pada diabetes mellitus. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid iii pusat penerbitan ilmu penyakit dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Pengaruh rebusan kulit manggis terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang 11