Bab IV : Sejarah Geologi BAB IV SEJARAH GEOLOGI Sejarah geologi dimulai pada saat Eosen – Oligosen dimana terjadi pengurangan kecepatan subduksi dari Lempeng Indo – Australia ke bawah Lempeng Eurasia. Pada saat itu penujaman berada di Laut Jawa dengan busur magmatik berada di pantai selatan Pulau Jawa (Soeriatmadja dkk, 1991). Pengurangan kecepatan tersebut memungkinkan terjadinya sesar – sesar bongkah yang membentuk tinggian dan depresi setempat sehingga memebentuk endapan turbidit. Pada saat Oligosen – Miosen terjadi percepatan penujaman Lempeng Indo Australia ke bawah Lempeng Eurasi. Penujaman berada di Laut Jawa dengan busur magmatik mulai bergeser ke arah utara dari sebelumnya di pantai selatan Pulau Jawa (Soeriatmadja dkk, 1991). Pada saat ini, mulai terbentuk cekungan di selatan daerah penelitian akibat tinggian dan depresi setempat. Pada saat Miosen Akhir – Pliosen Awal (N17 – N19) busur magmatik berada di tengah Pulau Jawa dari sebelumnya berada di selatan Pulau Jawa. Pada saat ini busur magmatik berada berhimpit dengan daerah penelitian dan mulai terbentuknya Formasi Kumbang yang diwakili oleh Satuan Lava dan Breksi. Satuan ini terendapkan akibat vulkanisme bawah laut pada kala Miosen – Pliosen Awal tersebut. Hasil analisis lingkungan pengendapan yang dilakukan oleh penulis juga mendapatkan lingkungan pengendapan laut (neritik dalam – neritik tengah). Produk vulkanisme seperti lava basalt, breksi vulkanik, dan batupasir tufaan terlihat di dalam satuan ini. Lava bantal dan struktur vesikuler yang terlihat di lava tersebut mengindikasikan bahwa satuan ini memang terendapkan di bawah laut. Breksi yang memiliki fragmen yang cukup besar dan pemilahan yang buruk mengindikasikan pengendapan satuan ini dengan mekanisme arus gravitasi. Setelah satuan ini terbentuk, diendapkan diatasnya Satuan Batulempung – Batupasir yang diendapkan secara selaras. Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah 50 Bab IV : Sejarah Geologi Pada saat Pliosen Awal (N19) cekungan di daerah penelitian sedang terbentuk dan suplai sedimen juga sedang intensif, sehingga pada saat itu terbentuknya Formasi Tapak yang didominasi oleh batuan sedimen yang cukup tebal. Formasi Tapak ini diwakili oleh Satuan Batulempung – Batupasir. Di dalam satuan tersebut, terbentuk Satuan Batugamping dan Satuan Breksi yang hadir sebagai Anggota Formasi Tapak (Djuri dkk, 1996). Pada saat terbentuknya Satuan Batugamping, suplai sedimen berkurang sehingga batugamping bisa terbentuk. Berdasarkan analisis lingkungan pengendapan, didapatkan bahwa batugamping tersebut diendapkan pada lingkungan neritik dalam (0 – 20m). Pada saat terbentuknya Satuan Breksi, kemungkinan terjadi longsoran setempat sehingga terbentuk endapan dengan mekanisme arus gravitasi. Satuan breksi ini terbentuk pada channel bawah laut sehingga terbentuk breksi yang menipis di bagian tengah dan pinggirnya. Hasil analisis lingkungan pengendapan yang dilakukan oleh penulis mendapatkan bahwa breksi tersebut diendapkan pada neritik dalam – neritik tengah (0 -100 m), sehingga dapat disimpulkan mulai terjadi pendalaman muka air laut pada saat ini dibandingkan sebelumnya. Setelah Satuan Batulempung – Batupasir terendapkan, diendapkan diatasnya Satuan Batulempung secara selaras. Pada saat Pliosen Tengah (N 19 – N20) terendapkan Formasi Kalibiuk yang diwakili oleh Satuan Batulempung. Pada saat itu, air laut makin naik sehingga terbentuklah fraksi halus butiran yang ditunjukkan oleh Satuan Batulempung. Hal ini didukung oleh analisis lingkungan pengendapan yang dilakukan oleh penulis bahwa satuan ini terbentuk pada lingkungan neritik tengah – neritik luar (100 – 200m), yang berarti terjadi pendalaman muka air. Fraksi halus butiran tersebut adalah batulempung yang mendominasi satuan ini. Batulempung di satuan ini merupakan batulempung tanpa kedudukan. Dari hal tersebut, penulis mengasumsikan sebagai pengendapan pada saat air laut yang relatif tenang daripada sebelumnya dengan mekanisme arus suspensi sehingga tidak terciptanya kedudukan batuan. Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah 51 Bab IV : Sejarah Geologi Kemiringan lapisan dan sesar yang terbentuk di daerah penelitian kemungkinan terbentuk setelah Pliosen Tengah, kemungkinan Pliosen Akhir – Pleistosen. Sesar yang terbentuk di daerah penelitian berupa sesar mendatar mengiri turun. Dari hasil analisis struktur (dinamik dan kinematik), didapatkan pola tegasan utama yang relatif berarah utara – selatan. Arah tegasan tersebut sesuai dengan arah tegasan Pola Jawa yang terbentuk pada saat Oligosen – sekarang akibat percepatan tumbukan Lempeng Indo Australia ke bawah Lempeng Eurasia. Satuan Aluvial yang diendapkan di sungai merupakan hasil erosi dan transportasi material – material sehingga terbentuk aluvial yang belum terkonsolidasi. Material – material tersebut antara lain batupasir, batulanau, batugamping, jasper dan andesit yang berukuran lanau – kerakal. Satuan ini diendapkan pada lingkungan darat hingga saat ini . Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah 52