PERAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN

advertisement
PERAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI
ANTARPRIBADI PESERTA DIDIK DI SMPN 14 PADANG
Oleh:
Sari Purnama
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
This research is motivated by concerns about the role of teachers in improving interpersonal
comunication guidance and conseling learnerson the ground, that the teachers role has not been
implemented to the maksimum guidance and conseling because there are students who don’t ask and
when asked they don’t answer. While counselor have the time, while only guidanceand counseling.
counselor have only hour’s time to provide information. This study aimed to describe 1) the role of
counselor in improving student understanding of interpersonal comunication 2) the role of teachers in
improving interpersonal comunication effective. This research is descriptive quqntitqtive. The
population in this study all students in the SMPN 14 Padang champign totaiy 378 people. The
tecnique used is stratified random sampling in deffrend class. So the tatal sampel of 41 people. The
instrument used in this study was a questionnaire. While the persentage of data analisis tecniques
used. The result of this study revelialed that:1) The role of counselor in improving the understanding
of learners categorized excellent interpersonal comunication. 2) the role of counselor improving
interpersonal comunication effective is very good. Based on the result of the study, the researchers
suggested further enhance counselor the role in improving interpersonal communication.
Keyword: Counselor, interpersonal communication, student,
PENDAHULUAN
Dalam perkembangan dan kehidupan
c. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan
manusia sangat mungkin timbul berbagai
yang membantu peserta didik dalam
permasalahan. Guru
BK berpengaruh dalam
memahami dan menilai informasi, serta
meningkatkan komunikasi antarpribadi dengan
memilih dan mengambil keputusan karir.
menjalin hubungan yang baik terlebih dahulu
Tugas guru pada dasarnya adalah
dengan peserta didik. Dengan cara demikian
mendidik, yaitu membantu peserta didiknya
guru BK dapat meningkatkan pemahaman
mengembangkan pribadinya, memperluas
peserta didik dan meningkatkan komunikasi
pengetahuanya, melatih keterampilannya dalam
antarpribadi yang efektif.
berbagai bidang. Untuk dapat melaksanakan
Tugas guru BK menurut Jamal
tugasnya ini dengan baik (effektif), ada
Ma’mur Asmani (2010:196) tugas guru BK:
sejumlah kemampuan yang harus dimiliki oleh
a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu
guru. Kemampuan ini juga sering disebut
bidang pelayanan yang membantu peserta
dengan kompetensi. Dikemukakan oleh Syah
didik memahami serta menilai bakat dan
(Muhamad dan Ilyas, 2003:21) tentang
minat
kompetensi guru sebagai berikut:
b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu
a. Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta)
bidang pelayanan yang membantu peserta
Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta)
didik dalam memahami dan menilai serta
meliputi dua kategori keterampilan yaitu (a)
mengembangkan kemampuan, hubungan
kategori pengetahuan umum, yang meliputi
sosial dan industrial yang harmonis, dinamis,
ilmu pendidikan, ilmu psikologi pendikan dan,
berkeadilan dan bermatabat
bimbingan konseling; dan pendidikan khusus,
1
meliputi metode mengajar, metode khusus
pengajaran materi tertentu, dan teknik
evaluasi. (b) kategori pengembangan
bidang studi, yaitu menguasai materimateri bidang studi yang akan diajarkan
kepada peserta didiknya.
b. Kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa)
Kompetensi ranah afetif ini meliputi
fenomena perasaan dan emosi seperti cinta,
benci, senang, sedih, dan sikap-sikap
terhadap diri sendiri dan orang lain. Sikap
dan perasaan diri ini meliputi: (a) self
consept-self esteem (konsep diri dan harga
diri). Guru yang efektif adalah guru yang
memiliki self concept dan self esteem yang
tinggi. (b) Self efficicacy dan contextual
efficacy (efikasi diri dan efikasi kontekstual
guru). Efikasi guru adalah keyakinan guru
terhadap
keefektifan
kemampuannya
sendiri dalam membangkitkan gairah dan
kegiatan para peserta didiknya. Sedangkan
efikasi konseptual dan efikasi mengajar
professional dalam menyajikan materi di
depan
kelas
dan
juga
dalam
mendayagunakan keterbatasan ruang,
waktu dan peralatan yang berhubungan
dengan proses belajar mengajar. (c)
Attitude of self-acceptance and others
acceptance (Sikap terhadap penerimaan
diri dan orang lain). Guru yang efektif
adalah guru yang mempunyai sikap
penerimaan dan sikap positif terhadap diri
sendiri, maka akan mudah bagi guru untuk
bersikap positif, dan bias memahami dan
menerima orang lain, khususnya anak
didiknya.
c. Kompetensi psikomotor (kecakapan ranah
karsa)
Kompetensi psikomotor guru meliputi
segala keterampilan atau kecakapan yang
bersifat jasmani yang berhubungan dengan
pelaksanaan tugasnya sebagai guru. Secara
garis besar, kompetensi ranah karsa
meliputi: (a) kecakapan fisik umum, seperti
duduk, berdiri, berjalan, berjabat tangan,
dan sebagainya yang tidak berhubungan
langsung dengan aktivitas mengajar. (b)
kecakapan
fisik
khusus,
seperti
keterampilan ekspresi verbal (berbicara)
dan non verbal (contohnya: menulis,
memperagakan proses terjadinya sesuatu,
dan memperagakan proses terjadinya
sesuatu, dan non verbal (contohnya:
menulis,
memperagakan
prosedur
melakukan keterampilan praktis tertentu
sesuai dengan penjelasan verbal).
2
Menurut Prayitno (1997:45) modal yang
harus dimiliki oleh seorang guru BK
adalah sebagai berikut:
a.
Modal personal
Modal dasar yang akan menjamin
suksesnya penyelenggaraan bimbingan dan
konseling di sekolah adalah berbagai ciri
personal yang ada dan dimiliki secara
pribadi oleh tenaga bimbingan dan
konseling. Modal personal tersebut adalah:
1)
Berwawasan
luas:
memiliki
pandangan dan pengetahuan yang luas,
terutama tentang perkembangan peserta
didik pada usia sekolahnya, perkembangan
ilmu pengetahuan/teknologi/kesenian dan
proses pembelajarnya, serta
1) pengaruh
lingkungan
dan
mordenisasi terhadap peserta
didik.
2) Menyayangi anak: memiliki kasih
sayang yang mendalam terhadap
peserta didik; rasa kasih sayang
ini ditampilkan guru BK benarbenar dari hati sanubari tidak
berpura-pura atau dibuat-buat)
sehingga peserta didik secara
langsung merasakan kasih sayang
itu.
3) Sabar dan bijaksana: tidak mudah
marah atau ambil tindakan keras
dan emosional yang merugikan
peserta didik serta tidak sesuai
dengan
kepentingan
perkembangan mereka: segala
tindakan yang diambil guru BK
didasarkan pertimbangan matang.
4) Lembut dan baik hati: tutur kata
dan
tindakan
guru
selalu
mengenakan hati, hangat dan suka
menolong.
5) Tekun dan teliti: guru BK setia
mengikuti tingkah laku dan
perkembangan peserta didik hari
dari waktu ke waktu dengan
memperhatikan berbagi aspek
yang menyertai tingkah laku hari
dari waktu ke waktu dengan
memperhatikan berbagai aspek
yang menyertai tingkah laku dan
pekembangan tersebut.
6) Menjadi contoh: tingkah laku,
pemikiran, pendapat, ucapanucapan guru BK tidak tercela dan
mampu menarik peserta didik
untuk mengikuti dengan senang
hati dan suka rela.
7) Tanggap dan mampu mengambil
tindakan:
Guru
BK
cepat
memberikan perhatian terhadap
apa yang terjadi atau mungkin
terjadi pada diri peserta didik,
serta mengambil tindakan secara
tepat untuk mengatasi dan/atau
mengantisipasi apa yang terjadi
dan/ atau mungkin terjadi.
8) Memahami dan bersikap positif
terhadap pelayanan bimbingan dan
konseling: Guru BK memahami
fungsi atau tujuan serta selukbeluk pelayanan bimbingan dan
konseling, dan dengan bersenang
hati berusaha sekuat tenaga
melaksanakannya
secara
profesional
sesuai
dengan
kepentingan dan perkembangan
peserta didik.
a. Modal profesional
Modal profesional mencakup
kemantapan wawasan, pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap dalam
bidang kajian pelayanan bimbingan
dan konseling. Semuanya itu dapat
diperoleh melalui pendidikan dan/atau
pelatihan khusus dalam program
pendidikan bimbingan dan konseling.
Dengan modal profesional itu, seorang
tenaga pembimbing akan mampu
secara nyata melaksanakan kegiatan
bimbingan dan konseling menurut
kaidah-kaidah
keilmuannya,
teknologinya
dan
kode
etik
profesionalnya.
Apabila semua modal personal
dan modal profesional tersebut
dikembangkan dan dipadukan dalam
diri guru BK serta diaplikasikan dalam
wujudnya yang nyata terhadap peserta
didik, yaitu dalam bentuk berbagai
layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling, dapat
diyakini pelayanan bimbingan dan
konseling akan berjalan dengan lancar
dan sukses. Tangan dingin dan
terampil tenaga pembimbing yang
mengarap lahan subur di sekolah untuk
pekerjaan bimbingan dan konseling,
diharapkan akan membuahkan para
peserta didik yang berkembang secara
optimal.
b. Modal instrumental
Pihak sekolah atau satuan
pendidikan
perlu
menunjang
perwujudan kegiatan guru BK itu
dengan
menyediakan
berbagai
prasarana dan sarana yang merupakan
modal instrumental bagi suksesnya
3
pelayanan bimbingan dan konseling,
seperti ruangan yang memadai
perlengkapan
kerja
sehari-hari,
instrumental BK dan sarana pendukung
lainnya.
Dengan
kelengkapan
instrumental
seperti
kegiatan
bimbingan dan konseling akan
diperlancar keberhasilan akan lebih
dimungkinkan
Dengan demikian kompetensi
dan modal yang dimiliki oleh guru BK
tersebut akan membuat kegiatan
layanan bimbingan dan konseling
berjalan dan konseling akan berjalan
dengan sukses dan lancar.
Secara terminologis komunikasi
menurut Onong uchjana Effendi (2004:4)
“proses penyampaian suatu pernyataan oleh
seseorang kepadaorang lain”. Sedangkan
menurut Hafied Cangara (2006:31)
“komunikasi antarpribadi (interpersonal
communication) adalah komunikasi antar
orang-orang secara tatap muka, yang
memungkinkan
setiap
pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal ataupun non
verbal.
Menurut Deddy Mulyana (2011:81)
“bentuk
khusus
dari
komunikasi
antarpribadi adalah komunikasi diadik
(dyadic communication) yang melibatkan
hanya dua orang, seperti suami istri, dua
sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan
sebagainya”.
Menurut De Vito (Sugiyo, 2005:4)
ciri-ciri komunikasi antarpribadi
yang
efektif yaitu; pertama, keterbukaan
(Opennes), kedua, positif (positiveness),
ketiga, Kesamaan (Equality), Keempat,
empati (emphaty) dan kelima dukungan
(suportiveness). Berdasarkan kerangka ciriciri komunikasi yang efektif tersebut maka
kita akan membahasnya sebagai berikut:
a. Keterbukaan (Opennes)
Menurut De Vito (Sugiyo, 2005:4)
sikap
keterbukaan
paling
tidak
menunjukan pada dua aspek dalam
komunikasi antarpribadi. Pertama, kita
harus terbuka terhadap orang lain yang
berinteraksi dengan kita, yang penting
adalah adanya kemauan untuk membuka
diri pada masalah-masalah yang umum,
agar orang lain mampu mengetahui
pendapat, gagasan, atau pikiran kita
sehingga komunikasi akan mudah
dilakukan. Kedua, dari keterbukaan
menunjuk kepada kemauan kita untuk
memberi tanggapan terhadap orang lain
secara jujur dan terus terang terhadap
segala sesuatu yang dikatakannya.
Kemudian
Jaluddin
Rakhmat
(1992:107) menyatakan membuka diri
akan meningkatkan komunikasi, dan
pada saat yang sama, berkomunikasi
dengan orang lain meningkatkan
pengetahuan tentang diri kita. Dengan
membuka diri, maka konsep diri akan
lebih dekat dengan kenyataan. Bila
konsep diri sesuai dengan pengalaman
kita, kita akan lebih terbuka untuk
menerima pengalaman-pengalaman dan
gagasan baru.
b. Positif (positiveness)
De
Vito
(Sugiyo,
2005:4)
menyatakan bahwa memiliki perilaku
positif yakni berfikir positif terhadap
diri sendiri dan orang lain. Kemudian
Jaluddin
Rakhmad
(1992:106)
menyatakan dengan berfikir positif
lahirlah pola perilaku komunikasi
interpersonal yang positif pula, yakni
melakukan persepsi yang lebih cermat,
dan ungkapan petunjuk-petunjuk yang
membuat orang menafsirkan kita
dengan cermat pula.
c. kesamaan (Equality)
Menurut De Vito (Sugiyo, 2005:4)
keefektifan komunikasi antarpribadi
juga ditentukan oleh kesamaankesamaan yang dimiliki pelakunya.
Seperti nilai, sikap, watak, perilaku,
kebiasaan pengalaman dan sebagainya.
Kesamaan karakteristik personal akan
menjadi komunikasi antarpribadi akan
efektif. Menurut teori Cognitive
Consistency dari Fritz Heider (Jaluddin
Rakhmad, 1992:111), manusia selalu
berusaha mencapai Konsistensi dalam
sikap dan perilaku kognitif. Kata
Heider,”… Kita cenderung menyukai
orang, kita ingin mereka memilih sikap
yang sama dengan kita, dan jika kita
menyukai orang, kita ingin mereka
memilih sikap yang sama dengan kita”.
Kita ingin memiliki sikap yang sama
dengan orang yang kita sukai, supaya
seluruh unsur kognitif kita konsisten.
d. Empati (Empathy)
De
Vito
(Sugiyo,
2005:4)
menyatakan empati adalah kemampuan
seseorang untuk menempatkan dirinya
pada posisi atau peranan orang lain.
Dalam arti bahwa seseorang secara
emosional maupun intelektual mampu
memahami apa yang dirasakan dan
dialami orang lain.
4
Kemudian Onong Uchjana Effendy
(2004:13) Empati (empathy) adalah
kemampuan memproyeksi diri kepada
diri orang lain; dengan lain perkataan,
kemampuan
menghayati
perasaan
seseorang lain atau merasakan atau
merasakan apa yang dirasakan orang
lain. Berikut ini adalah contoh sikap
empati
Seseorang
mahasiswa
mengalami kesulitan karena untuk bisa
menempuh sidang sarjana, ia harus lulus
terlebih dahulu dari suatu mata kuliah
yang tinggal satu-satunya. Ia mencoba
mendatangi dosen yang mengajar mata
kuliah terebut dengan harapan dapat
menguji dia secara khusus. Ia tidak
empatik apabila mengunjungi rumah
dosen itu pada saat magrib, waktu sang
dosen sedang shalat. Barangkali saat
yang paling baik adalah petang hari
yang diperkirakan sidosen setelah mandi
menjelang shalat magrib. Manakala ia
berhasil menjumpai sang dosen dengan
wajah yang cerah, dinilai empati
apabila si mahasiswa tidak secara
langsung mengutarakan maksud yang
sebenarnya, melainkan terlebih dahulu
dosenya itu bisa menerima ia. Mungkin
saja dosen bersedia menerima dia waktu
itu.
e. Dukungan (Supportiveness)
Menurut De Vito (Sugiyo, 2005:4)
komunikasi antarpribadi akan efektif
bila dalam diri seseorang ada perilaku
supportif. Maksudya satu dengan yang
lainnya saling memberikan dukungan
terhadap pesan yang disampaikan.
Kemudian
Jaluddin
Rakhmat
(1992:133) sikap sportif adalah sikap
yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi. Orang bersikap defensif
bila ia tidak menerima, tidak jujur dan
tidak empatis. Sudah jelas dengan sikap
defensif komunikasi interpersonal akan
gagal; karena orang defensif akan lebih
banyak melindungi diri dari ancaman
yang ditanggapinya dalam komunikasi
ketimbang memahami pesan orang lain.
Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara dengan guru BK di SMPN
14 Padang. Ditemukan bahwa guru BK
dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya. Guru BK tidak
memiliki waktu untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didikyang
tidak mampu mengeluarkan pendapat.
Dari masalah di atas maka
batasan masalah dalam penelitian ini
adalah peran guru BK dalam
meningkatkan komunikasi antarpribadi
peserta didik di SMPN 14 Padang..
Berdasarkan batasan masalah di atas
maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengungkap:
1. Peran
guru
BK
dalam
meningkatkan pemahaman peserta
didik
tentang
komunikasi
antarpribadi di SMPN 14 Padang
2. Peran
guru
BK
dalam
meningkatkan
komunikasi
antarpribadi yang efektif peserta
didik di SMPN 14 Padang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
defkriptif. Menurut Lehman dalam A.Muri
Yusuf, (2005:83) penelitian deskriptif
adalah salah satu jenis penelitian yang
bertujuan
mendeskripsikan
secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta dan sifat populasi tertentu, atau
mengambarkan fenomena secara detail.
Populasi penelitian yang diteliti adalah
peserta didik di SMPN 14 Padang yang
berjumlah 378 orang. Adapun sampel
dalam penelitian adalah 41 orang. Teknik
pengambilan
sampel
menggunakan
Stratified random sampling. Karena sampel
yang digunakan berada dari kelas yang
berbeda dan populasi telah diketahui. Jenis
data adalah data primer yaitu data yang
diperoleh dari responden dan data sekunder
yang diperoleh dari tata usaha SMPN 14
Padang. Sumber data adalah dari tata usaha
SMPN 14 Padang. Alat pengumpul data
menggunakan
angket.
Selanjutnya
pengolahan
data
dilakukan
dengan
mengunakan rumus persentase yang
dikemukakan olehdikemukakan oleh yusuf
(1985:65), yaitu:
P=
0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukan peran guru
BK dalam meningkatkan pemahaman
peserta
didik
tentang
komunikasi
antarpribadi pada indicator hubungan yang
baik antara peserta didik dengan peserta
didik lainnya 51,22% berada pada kategori
sangat baik. Pada indikator hubungan yang
baik antara peserta didik dengan guru./
personil sekolah lainya 68,29% berkategori
sangat baik.
5
Peran guru BK dalam meningkatkan
komunikasi antarpribadi peserta didik yang
efektif pada indikator keterbukaan (Openess)
53,66% berada pada kategori sangat baik,
indikator positif (Positiveness) 46,1% pada
kategori baik, pada indikator kesamaan
(equqlity) 48,78% pada kategori baik, pada
indikator empati (emphathy) 56,1% berada
pada kategori baik dan pada indikator
dukungan (suportiveness) 48,78% yang
berkategori baik.
Dari hasil penelitian peran guru BK
dalam
meningkatkan
komunikasi
antarpribadi peserta didik di SMPN 14
Padang secara umum berada pada kategori
baik.
1. Peran
Guru
BK
dalam
Meningkatkan Peemahaman peserta
Didik
Tentang
Komunikasi
Antarpribadi .
Guru BK memiliki pengetahuan
tentang tingkat komunikasi antarpribadi.
Setelah mengetahui sejauh mana
komunikasi antarpribadi peserta didik.
Dengan mengetahui tingkat komunikasi
antarpribadi peserta didik maka guru
BK dapat melaksanakan perannya
dalam
meningkatkan
komunikasi
antarpribadi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa
peran guru BK dalam meningkatkan
komunikasi antarpribadi sudah
berjalan baik, namun belum seluruh
peserta didik merasakan peran guru BK
secara maksimal. Buktinya masih ada
peserta didik yang menganggap guru
BK tidak memahami bahwa hubungan
peserta didik dengan peserta didik lain
perlu. Begitu juga dengan hubungan
baik antara peserta didik dengan
guru/personil sekolah lain masih ada
peserta didik belum merasakan peran
guru BK.
Artinya bahwa peran guru BK
dalam
meningkatkan
komunikasi
antarpribadi peserta didik di SMPN 14
Padang dalam sub variabel peran guru
BK dalam meningkatkan pemahaman
peserta didik tentang antarpribadi
peserta didik. Berdasarkan penjelasan di
atas, dapat di simpulkan bahwa sangat
baik
peran
guru
BK
dalam
meningkatkan pemahaman peserta didik
tentang komunikasi antarpribadi.
Menurut Prayitno dan Erman Amti
(1994:56) Pada diri konselor (yaitu
orang yang berkehendak dan amat
2.
berkepentingan dengan pemahaman
yang mendalam terhadap kasus yang
dialaminya)
perlu
dikembangan
pemahaman konsep dan ide-ide yang
cukup kaya tentang berbagai kasus.
Guru BK perlu memahami komunikasi
antarpribadi peserta didik agar dapat
menangani permasalahan komunikasi
antarpribadi peserta didik.
Peran Guru BK dalam Meningkatkan
Komunikasi
Antarpribadi
yang
Efektif.
Peran
guru
BK
dalam
meningkatkan keterbukaan (openness)
sudah berjalan dengan baik. Dari hasil
penelitian guru BK dapat membuat
peserta
didik
untuk
terbuka
mengemukakan pendapat dan dapat
menerima kritikan dari orang lain.
Dalam meningkatkan sikap positif
(positiveness) sudah berjalan dengan
baik. Dari hasil penelitian menyatakan
peran guru BK dalam meningkatkan
sikap positif sudah sangat baik. Namun
masih ada peserta didik yang merasakan
bahwa guru BK belum bisa membuat
dirinya dapat menerima secara positif
kritikan dari orang lain. Peran guru BK
menurut Myers (Prayitno dan Erman
Amti, 1994:114) membantu individu
untuk memperkembangkan dirinya,
dalam arti mengadakan perubahanperubahan positif pada diri individu.
Jadi guru BK berperan untuk
menembangkan potensi yang ada pada
diri peserta didik secara positif.
Peran
guru
BK
dalam
meningkatkan kesamaan (Equality)
sudah baik, namun masih ada peserta
didik yang beranggapan guru BK belum
mampu membangun kesamaan budaya
dan bahasa dalam pergaulan peserta
didik sehari-hari.
Peran
guru
BK
dalam
menumbuhkan sikap empati (emphaty)
sudah
berjalan
dengan
baik
sebagaimana yang dapat dilihat dalam
rekapitulasi hasil penelitian. Guru BK
cukup mampu menciptakan rasa empati
peserta didik. Namun masih ada
beberapa peserta didik yang masih
merasakan peran guru BK dalam
meningkatkan rasa empati belum
maksimal.
Onong Uchjana Effendy (2004:13)
Empati (empathy) adalah kemampuan
memproyeksi diri kepada diri orang
lain; dengan lain perkataan, kemampuan
6
menghayati perasaan seseorang lain atau
merasakan atau merasakan apa yang
dirasakan orang lain. Dengan adanya
rasa empati peserta didik dapat menjalin
komunikasi yang efektif. Dengan
demikian guru BK dapat meningkatkan
komunikasi antarpribadi peserta didik.
Pada
aspek
dukungan
(suportiveness) peran guru BK berjalan
sudah baik. Dari hasil penelitian peserta
didik merasakan guru BK sangat
memberikan dukungan kepada mereka
untuk
meningkatkan
komunikasi
antarpribadi. Terbuktikan dengan guru
BK berperan agar peserta didik
memberikan respon yang baik ketika
peserta didik lain dapat mengungkapkan
pendapat.
Menurut De Vito (Sugiyo, 2005:4)
komunikasi antarpribadi akan efektif
bila dalam diri seseorang ada perilaku
supportif. Maksudya satu dengan yang
lainnya saling memberikan dukungan
terhadap pesan yang disampaikan.
Komunikasi yang efektif menurut
De Vito (Sugiyo, 2005:4) yaitu:
pertama, keterbukaan (openness), kedua
positif (positiveness), ketiga kesamaan
(equality), keempat, empati (emphaty)
dan kelima, dukungan (suportiveness).
Dengan adanya kelima konsep tersebut
di atas guru BK dapat berperan untuk
meningkatkan komunikasi antarpribadi
yang efektif. Artinya sesuai peran guru
BK dalam meningkatkan komunikasi
antarpribadi dalam sub variabel peran
guru
BK
dalam
meningkatkan
komunikasi antarpribadi yang efektif .
Peran
guru
BK
dalam
meningkatkan komunikasi antarpribadi
yang efektif peserta didik di SMPN 14
Padang. Berdasarkan penjelasan di atas,
dapat di simpulkan bahwa sesuai Peran
guru
BK
dalam
meningkatkan
komunikasi antarpribadi peserta didik
yang efektif.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan
pembahasan temuan hasil penelitian maka
dapat ditarik kesimpulan mengenai peran
guru BK dalam meningkatkan komunikasi
antarpribadi peserta didik secara umum
terkategori sangat baik. Hal ini berbeda
dengan hasil observasi yang dilakukan
peneliti pada tanggal 4 april 2013.
Hal ini di sebabkan karena tidak semua
peserta didik yang menjadi
sampel
penelitian. Hal ini dapat membuktikan
bahwa peran guru BK dalam meningkatkan
pemahaman
peserta
didik
tentang
komunikasi antarpribadi dan peran guru BK
dalam
meningkatkan
komunikasi
antarpribadi yang efektif sangat baik.
1. Peran guru BK dalam meningkatkan
komunikasi antarpribadi peserta didik,
pada sub variabel peran guru BK dalam
meningkatkan pemahaman peserta didik
tentang
komunikasi
antarpribadi
terkategori sangat baik. Pada aspek
tingkat pemahaman guru BK dalam
meningkatkan komunikasi antarpribadi
sudah berjalan dengan baik. Dari hasil
penelitian hubugan antara peserta didik
dengan peserta didik lain sudah baik
kemudian pada hubungan peserta didik
dengan juga sudah sangat baik.
2. Pada aspek guru BK meningkatkan
komunikasi antarpribadi yang efektif
masih dalam tingkatan banyak peserta
didik yang merasakan guru BK sudah
menjalankan perananya secara baik,
terbukti pada jumlah persentase aspek
keterbukaan, positif, kesamaan, empati
dan dukungan sudah baik. Namun perlu
ditekankan masih ada beberapa peserta
didik yang merasakan peranan guru BK
belum maksimal.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan sebelumnya
maka peneliti ingin mengajukan saran
kepada:
1. Peserta didik, diharapkan agar
meminta bantuan kepada guru BK
apabila mengalami permasalahan
khususnya, permasalahan tentang
komunikasi antarpribadi peserta didik.
Hal ini bertujuan agar tidak ada lagi
peserta
didik
yang
malu
mengungkapkan pendapat.
2. Guru BK, diharapkan kepada guru BK
dapat
membantu
memecahkan
permasalahan tentang komunikasi
antarpribadi. Dari hasil penelitian
tersebut guru BK seharusnya lebih
maksimal
lagi
melaksanakan
perananya khusunya pada aspek
kesamaan, empati dan dukungan
karena masih beberapa peserta didik
yang merasa peranan guru BK belum
maksimal. Hal ini bertujuan agar guru
BK
berperan
penting
dalam
meningkatkan komunikasi antarpribadi
peserta didik.
7
3.
4.
5.
Kepala sekolah, diharapkan agar
kepala
sekolah
dapat
mempertimbangkan
kebijaksanaan
sekolah untuk mengawasi peran guru
BK dalam meningkatkan komunikasi
antarpribadi peserta didik.
Pengelola
bidang
studi
BK,
diharapkan sebagai bahan masukan
dalam rangka meningkatkan program
perkuliahan komunikasi antarpribadi.
Penulis selanjutnya, sebagai sumber
informasi dan bisa
melakukan
penelitian mengenai masalah ini
dengan variabel yang berbeda.
KEPUSTAKAAN
Asmani, Jamal Ma,mur. 2010. Bimbingan
dan
Konseling
di
Sekolah.
Yogyakarta:Diva Press.
Cangara,
Hafied.
Pengantar
Ilmu
Komunikasi. Bandung: Remaja.
Rosdakaya.
Prayitno. 1997. Pelayanan Bimbingan dan
Konseling. Padang.
Prayitno.
2002. Panduan Pelayanan
Bimbingan dan Konseling Berbasis
Kompetensi Sekolah Menengah
Pertama, Madrasah Tsanawiyah
dan sederajat. Jakarta. Balitbang.
Depdinas.
Sugiyo. 2005. Komunikasi Antarpribadi.
Semarang:UNESS Press.
8
Download