PERAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PESERTA DIDIK DI SMPN 14 PADANG Oleh: Sari Purnama Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This research is motivated by concerns about the role of teachers in improving interpersonal comunication guidance and conseling learnerson the ground, that the teachers role has not been implemented to the maksimum guidance and conseling because there are students who don’t ask and when asked they don’t answer. While counselor have the time, while only guidanceand counseling. counselor have only hour’s time to provide information. This study aimed to describe 1) the role of counselor in improving student understanding of interpersonal comunication 2) the role of teachers in improving interpersonal comunication effective. This research is descriptive quqntitqtive. The population in this study all students in the SMPN 14 Padang champign totaiy 378 people. The tecnique used is stratified random sampling in deffrend class. So the tatal sampel of 41 people. The instrument used in this study was a questionnaire. While the persentage of data analisis tecniques used. The result of this study revelialed that:1) The role of counselor in improving the understanding of learners categorized excellent interpersonal comunication. 2) the role of counselor improving interpersonal comunication effective is very good. Based on the result of the study, the researchers suggested further enhance counselor the role in improving interpersonal communication. Keyword: Counselor, interpersonal communication, student, PENDAHULUAN Dalam perkembangan dan kehidupan c. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan manusia sangat mungkin timbul berbagai yang membantu peserta didik dalam permasalahan. Guru BK berpengaruh dalam memahami dan menilai informasi, serta meningkatkan komunikasi antarpribadi dengan memilih dan mengambil keputusan karir. menjalin hubungan yang baik terlebih dahulu Tugas guru pada dasarnya adalah dengan peserta didik. Dengan cara demikian mendidik, yaitu membantu peserta didiknya guru BK dapat meningkatkan pemahaman mengembangkan pribadinya, memperluas peserta didik dan meningkatkan komunikasi pengetahuanya, melatih keterampilannya dalam antarpribadi yang efektif. berbagai bidang. Untuk dapat melaksanakan Tugas guru BK menurut Jamal tugasnya ini dengan baik (effektif), ada Ma’mur Asmani (2010:196) tugas guru BK: sejumlah kemampuan yang harus dimiliki oleh a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu guru. Kemampuan ini juga sering disebut bidang pelayanan yang membantu peserta dengan kompetensi. Dikemukakan oleh Syah didik memahami serta menilai bakat dan (Muhamad dan Ilyas, 2003:21) tentang minat kompetensi guru sebagai berikut: b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu a. Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta) bidang pelayanan yang membantu peserta Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta) didik dalam memahami dan menilai serta meliputi dua kategori keterampilan yaitu (a) mengembangkan kemampuan, hubungan kategori pengetahuan umum, yang meliputi sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, ilmu pendidikan, ilmu psikologi pendikan dan, berkeadilan dan bermatabat bimbingan konseling; dan pendidikan khusus, 1 meliputi metode mengajar, metode khusus pengajaran materi tertentu, dan teknik evaluasi. (b) kategori pengembangan bidang studi, yaitu menguasai materimateri bidang studi yang akan diajarkan kepada peserta didiknya. b. Kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa) Kompetensi ranah afetif ini meliputi fenomena perasaan dan emosi seperti cinta, benci, senang, sedih, dan sikap-sikap terhadap diri sendiri dan orang lain. Sikap dan perasaan diri ini meliputi: (a) self consept-self esteem (konsep diri dan harga diri). Guru yang efektif adalah guru yang memiliki self concept dan self esteem yang tinggi. (b) Self efficicacy dan contextual efficacy (efikasi diri dan efikasi kontekstual guru). Efikasi guru adalah keyakinan guru terhadap keefektifan kemampuannya sendiri dalam membangkitkan gairah dan kegiatan para peserta didiknya. Sedangkan efikasi konseptual dan efikasi mengajar professional dalam menyajikan materi di depan kelas dan juga dalam mendayagunakan keterbatasan ruang, waktu dan peralatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar. (c) Attitude of self-acceptance and others acceptance (Sikap terhadap penerimaan diri dan orang lain). Guru yang efektif adalah guru yang mempunyai sikap penerimaan dan sikap positif terhadap diri sendiri, maka akan mudah bagi guru untuk bersikap positif, dan bias memahami dan menerima orang lain, khususnya anak didiknya. c. Kompetensi psikomotor (kecakapan ranah karsa) Kompetensi psikomotor guru meliputi segala keterampilan atau kecakapan yang bersifat jasmani yang berhubungan dengan pelaksanaan tugasnya sebagai guru. Secara garis besar, kompetensi ranah karsa meliputi: (a) kecakapan fisik umum, seperti duduk, berdiri, berjalan, berjabat tangan, dan sebagainya yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas mengajar. (b) kecakapan fisik khusus, seperti keterampilan ekspresi verbal (berbicara) dan non verbal (contohnya: menulis, memperagakan proses terjadinya sesuatu, dan memperagakan proses terjadinya sesuatu, dan non verbal (contohnya: menulis, memperagakan prosedur melakukan keterampilan praktis tertentu sesuai dengan penjelasan verbal). 2 Menurut Prayitno (1997:45) modal yang harus dimiliki oleh seorang guru BK adalah sebagai berikut: a. Modal personal Modal dasar yang akan menjamin suksesnya penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah adalah berbagai ciri personal yang ada dan dimiliki secara pribadi oleh tenaga bimbingan dan konseling. Modal personal tersebut adalah: 1) Berwawasan luas: memiliki pandangan dan pengetahuan yang luas, terutama tentang perkembangan peserta didik pada usia sekolahnya, perkembangan ilmu pengetahuan/teknologi/kesenian dan proses pembelajarnya, serta 1) pengaruh lingkungan dan mordenisasi terhadap peserta didik. 2) Menyayangi anak: memiliki kasih sayang yang mendalam terhadap peserta didik; rasa kasih sayang ini ditampilkan guru BK benarbenar dari hati sanubari tidak berpura-pura atau dibuat-buat) sehingga peserta didik secara langsung merasakan kasih sayang itu. 3) Sabar dan bijaksana: tidak mudah marah atau ambil tindakan keras dan emosional yang merugikan peserta didik serta tidak sesuai dengan kepentingan perkembangan mereka: segala tindakan yang diambil guru BK didasarkan pertimbangan matang. 4) Lembut dan baik hati: tutur kata dan tindakan guru selalu mengenakan hati, hangat dan suka menolong. 5) Tekun dan teliti: guru BK setia mengikuti tingkah laku dan perkembangan peserta didik hari dari waktu ke waktu dengan memperhatikan berbagi aspek yang menyertai tingkah laku hari dari waktu ke waktu dengan memperhatikan berbagai aspek yang menyertai tingkah laku dan pekembangan tersebut. 6) Menjadi contoh: tingkah laku, pemikiran, pendapat, ucapanucapan guru BK tidak tercela dan mampu menarik peserta didik untuk mengikuti dengan senang hati dan suka rela. 7) Tanggap dan mampu mengambil tindakan: Guru BK cepat memberikan perhatian terhadap apa yang terjadi atau mungkin terjadi pada diri peserta didik, serta mengambil tindakan secara tepat untuk mengatasi dan/atau mengantisipasi apa yang terjadi dan/ atau mungkin terjadi. 8) Memahami dan bersikap positif terhadap pelayanan bimbingan dan konseling: Guru BK memahami fungsi atau tujuan serta selukbeluk pelayanan bimbingan dan konseling, dan dengan bersenang hati berusaha sekuat tenaga melaksanakannya secara profesional sesuai dengan kepentingan dan perkembangan peserta didik. a. Modal profesional Modal profesional mencakup kemantapan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap dalam bidang kajian pelayanan bimbingan dan konseling. Semuanya itu dapat diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan khusus dalam program pendidikan bimbingan dan konseling. Dengan modal profesional itu, seorang tenaga pembimbing akan mampu secara nyata melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling menurut kaidah-kaidah keilmuannya, teknologinya dan kode etik profesionalnya. Apabila semua modal personal dan modal profesional tersebut dikembangkan dan dipadukan dalam diri guru BK serta diaplikasikan dalam wujudnya yang nyata terhadap peserta didik, yaitu dalam bentuk berbagai layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, dapat diyakini pelayanan bimbingan dan konseling akan berjalan dengan lancar dan sukses. Tangan dingin dan terampil tenaga pembimbing yang mengarap lahan subur di sekolah untuk pekerjaan bimbingan dan konseling, diharapkan akan membuahkan para peserta didik yang berkembang secara optimal. b. Modal instrumental Pihak sekolah atau satuan pendidikan perlu menunjang perwujudan kegiatan guru BK itu dengan menyediakan berbagai prasarana dan sarana yang merupakan modal instrumental bagi suksesnya 3 pelayanan bimbingan dan konseling, seperti ruangan yang memadai perlengkapan kerja sehari-hari, instrumental BK dan sarana pendukung lainnya. Dengan kelengkapan instrumental seperti kegiatan bimbingan dan konseling akan diperlancar keberhasilan akan lebih dimungkinkan Dengan demikian kompetensi dan modal yang dimiliki oleh guru BK tersebut akan membuat kegiatan layanan bimbingan dan konseling berjalan dan konseling akan berjalan dengan sukses dan lancar. Secara terminologis komunikasi menurut Onong uchjana Effendi (2004:4) “proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepadaorang lain”. Sedangkan menurut Hafied Cangara (2006:31) “komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal. Menurut Deddy Mulyana (2011:81) “bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya”. Menurut De Vito (Sugiyo, 2005:4) ciri-ciri komunikasi antarpribadi yang efektif yaitu; pertama, keterbukaan (Opennes), kedua, positif (positiveness), ketiga, Kesamaan (Equality), Keempat, empati (emphaty) dan kelima dukungan (suportiveness). Berdasarkan kerangka ciriciri komunikasi yang efektif tersebut maka kita akan membahasnya sebagai berikut: a. Keterbukaan (Opennes) Menurut De Vito (Sugiyo, 2005:4) sikap keterbukaan paling tidak menunjukan pada dua aspek dalam komunikasi antarpribadi. Pertama, kita harus terbuka terhadap orang lain yang berinteraksi dengan kita, yang penting adalah adanya kemauan untuk membuka diri pada masalah-masalah yang umum, agar orang lain mampu mengetahui pendapat, gagasan, atau pikiran kita sehingga komunikasi akan mudah dilakukan. Kedua, dari keterbukaan menunjuk kepada kemauan kita untuk memberi tanggapan terhadap orang lain secara jujur dan terus terang terhadap segala sesuatu yang dikatakannya. Kemudian Jaluddin Rakhmat (1992:107) menyatakan membuka diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, maka konsep diri akan lebih dekat dengan kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru. b. Positif (positiveness) De Vito (Sugiyo, 2005:4) menyatakan bahwa memiliki perilaku positif yakni berfikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Kemudian Jaluddin Rakhmad (1992:106) menyatakan dengan berfikir positif lahirlah pola perilaku komunikasi interpersonal yang positif pula, yakni melakukan persepsi yang lebih cermat, dan ungkapan petunjuk-petunjuk yang membuat orang menafsirkan kita dengan cermat pula. c. kesamaan (Equality) Menurut De Vito (Sugiyo, 2005:4) keefektifan komunikasi antarpribadi juga ditentukan oleh kesamaankesamaan yang dimiliki pelakunya. Seperti nilai, sikap, watak, perilaku, kebiasaan pengalaman dan sebagainya. Kesamaan karakteristik personal akan menjadi komunikasi antarpribadi akan efektif. Menurut teori Cognitive Consistency dari Fritz Heider (Jaluddin Rakhmad, 1992:111), manusia selalu berusaha mencapai Konsistensi dalam sikap dan perilaku kognitif. Kata Heider,”… Kita cenderung menyukai orang, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita, dan jika kita menyukai orang, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita”. Kita ingin memiliki sikap yang sama dengan orang yang kita sukai, supaya seluruh unsur kognitif kita konsisten. d. Empati (Empathy) De Vito (Sugiyo, 2005:4) menyatakan empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada posisi atau peranan orang lain. Dalam arti bahwa seseorang secara emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain. 4 Kemudian Onong Uchjana Effendy (2004:13) Empati (empathy) adalah kemampuan memproyeksi diri kepada diri orang lain; dengan lain perkataan, kemampuan menghayati perasaan seseorang lain atau merasakan atau merasakan apa yang dirasakan orang lain. Berikut ini adalah contoh sikap empati Seseorang mahasiswa mengalami kesulitan karena untuk bisa menempuh sidang sarjana, ia harus lulus terlebih dahulu dari suatu mata kuliah yang tinggal satu-satunya. Ia mencoba mendatangi dosen yang mengajar mata kuliah terebut dengan harapan dapat menguji dia secara khusus. Ia tidak empatik apabila mengunjungi rumah dosen itu pada saat magrib, waktu sang dosen sedang shalat. Barangkali saat yang paling baik adalah petang hari yang diperkirakan sidosen setelah mandi menjelang shalat magrib. Manakala ia berhasil menjumpai sang dosen dengan wajah yang cerah, dinilai empati apabila si mahasiswa tidak secara langsung mengutarakan maksud yang sebenarnya, melainkan terlebih dahulu dosenya itu bisa menerima ia. Mungkin saja dosen bersedia menerima dia waktu itu. e. Dukungan (Supportiveness) Menurut De Vito (Sugiyo, 2005:4) komunikasi antarpribadi akan efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku supportif. Maksudya satu dengan yang lainnya saling memberikan dukungan terhadap pesan yang disampaikan. Kemudian Jaluddin Rakhmat (1992:133) sikap sportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur dan tidak empatis. Sudah jelas dengan sikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal; karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru BK di SMPN 14 Padang. Ditemukan bahwa guru BK dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Guru BK tidak memiliki waktu untuk memberikan pemahaman kepada peserta didikyang tidak mampu mengeluarkan pendapat. Dari masalah di atas maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah peran guru BK dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi peserta didik di SMPN 14 Padang.. Berdasarkan batasan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap: 1. Peran guru BK dalam meningkatkan pemahaman peserta didik tentang komunikasi antarpribadi di SMPN 14 Padang 2. Peran guru BK dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi yang efektif peserta didik di SMPN 14 Padang. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian defkriptif. Menurut Lehman dalam A.Muri Yusuf, (2005:83) penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu, atau mengambarkan fenomena secara detail. Populasi penelitian yang diteliti adalah peserta didik di SMPN 14 Padang yang berjumlah 378 orang. Adapun sampel dalam penelitian adalah 41 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan Stratified random sampling. Karena sampel yang digunakan berada dari kelas yang berbeda dan populasi telah diketahui. Jenis data adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari responden dan data sekunder yang diperoleh dari tata usaha SMPN 14 Padang. Sumber data adalah dari tata usaha SMPN 14 Padang. Alat pengumpul data menggunakan angket. Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan mengunakan rumus persentase yang dikemukakan olehdikemukakan oleh yusuf (1985:65), yaitu: P= 0 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukan peran guru BK dalam meningkatkan pemahaman peserta didik tentang komunikasi antarpribadi pada indicator hubungan yang baik antara peserta didik dengan peserta didik lainnya 51,22% berada pada kategori sangat baik. Pada indikator hubungan yang baik antara peserta didik dengan guru./ personil sekolah lainya 68,29% berkategori sangat baik. 5 Peran guru BK dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi peserta didik yang efektif pada indikator keterbukaan (Openess) 53,66% berada pada kategori sangat baik, indikator positif (Positiveness) 46,1% pada kategori baik, pada indikator kesamaan (equqlity) 48,78% pada kategori baik, pada indikator empati (emphathy) 56,1% berada pada kategori baik dan pada indikator dukungan (suportiveness) 48,78% yang berkategori baik. Dari hasil penelitian peran guru BK dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi peserta didik di SMPN 14 Padang secara umum berada pada kategori baik. 1. Peran Guru BK dalam Meningkatkan Peemahaman peserta Didik Tentang Komunikasi Antarpribadi . Guru BK memiliki pengetahuan tentang tingkat komunikasi antarpribadi. Setelah mengetahui sejauh mana komunikasi antarpribadi peserta didik. Dengan mengetahui tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik maka guru BK dapat melaksanakan perannya dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran guru BK dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi sudah berjalan baik, namun belum seluruh peserta didik merasakan peran guru BK secara maksimal. Buktinya masih ada peserta didik yang menganggap guru BK tidak memahami bahwa hubungan peserta didik dengan peserta didik lain perlu. Begitu juga dengan hubungan baik antara peserta didik dengan guru/personil sekolah lain masih ada peserta didik belum merasakan peran guru BK. Artinya bahwa peran guru BK dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi peserta didik di SMPN 14 Padang dalam sub variabel peran guru BK dalam meningkatkan pemahaman peserta didik tentang antarpribadi peserta didik. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwa sangat baik peran guru BK dalam meningkatkan pemahaman peserta didik tentang komunikasi antarpribadi. Menurut Prayitno dan Erman Amti (1994:56) Pada diri konselor (yaitu orang yang berkehendak dan amat 2. berkepentingan dengan pemahaman yang mendalam terhadap kasus yang dialaminya) perlu dikembangan pemahaman konsep dan ide-ide yang cukup kaya tentang berbagai kasus. Guru BK perlu memahami komunikasi antarpribadi peserta didik agar dapat menangani permasalahan komunikasi antarpribadi peserta didik. Peran Guru BK dalam Meningkatkan Komunikasi Antarpribadi yang Efektif. Peran guru BK dalam meningkatkan keterbukaan (openness) sudah berjalan dengan baik. Dari hasil penelitian guru BK dapat membuat peserta didik untuk terbuka mengemukakan pendapat dan dapat menerima kritikan dari orang lain. Dalam meningkatkan sikap positif (positiveness) sudah berjalan dengan baik. Dari hasil penelitian menyatakan peran guru BK dalam meningkatkan sikap positif sudah sangat baik. Namun masih ada peserta didik yang merasakan bahwa guru BK belum bisa membuat dirinya dapat menerima secara positif kritikan dari orang lain. Peran guru BK menurut Myers (Prayitno dan Erman Amti, 1994:114) membantu individu untuk memperkembangkan dirinya, dalam arti mengadakan perubahanperubahan positif pada diri individu. Jadi guru BK berperan untuk menembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik secara positif. Peran guru BK dalam meningkatkan kesamaan (Equality) sudah baik, namun masih ada peserta didik yang beranggapan guru BK belum mampu membangun kesamaan budaya dan bahasa dalam pergaulan peserta didik sehari-hari. Peran guru BK dalam menumbuhkan sikap empati (emphaty) sudah berjalan dengan baik sebagaimana yang dapat dilihat dalam rekapitulasi hasil penelitian. Guru BK cukup mampu menciptakan rasa empati peserta didik. Namun masih ada beberapa peserta didik yang masih merasakan peran guru BK dalam meningkatkan rasa empati belum maksimal. Onong Uchjana Effendy (2004:13) Empati (empathy) adalah kemampuan memproyeksi diri kepada diri orang lain; dengan lain perkataan, kemampuan 6 menghayati perasaan seseorang lain atau merasakan atau merasakan apa yang dirasakan orang lain. Dengan adanya rasa empati peserta didik dapat menjalin komunikasi yang efektif. Dengan demikian guru BK dapat meningkatkan komunikasi antarpribadi peserta didik. Pada aspek dukungan (suportiveness) peran guru BK berjalan sudah baik. Dari hasil penelitian peserta didik merasakan guru BK sangat memberikan dukungan kepada mereka untuk meningkatkan komunikasi antarpribadi. Terbuktikan dengan guru BK berperan agar peserta didik memberikan respon yang baik ketika peserta didik lain dapat mengungkapkan pendapat. Menurut De Vito (Sugiyo, 2005:4) komunikasi antarpribadi akan efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku supportif. Maksudya satu dengan yang lainnya saling memberikan dukungan terhadap pesan yang disampaikan. Komunikasi yang efektif menurut De Vito (Sugiyo, 2005:4) yaitu: pertama, keterbukaan (openness), kedua positif (positiveness), ketiga kesamaan (equality), keempat, empati (emphaty) dan kelima, dukungan (suportiveness). Dengan adanya kelima konsep tersebut di atas guru BK dapat berperan untuk meningkatkan komunikasi antarpribadi yang efektif. Artinya sesuai peran guru BK dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi dalam sub variabel peran guru BK dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi yang efektif . Peran guru BK dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi yang efektif peserta didik di SMPN 14 Padang. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwa sesuai Peran guru BK dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi peserta didik yang efektif. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan temuan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan mengenai peran guru BK dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi peserta didik secara umum terkategori sangat baik. Hal ini berbeda dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 4 april 2013. Hal ini di sebabkan karena tidak semua peserta didik yang menjadi sampel penelitian. Hal ini dapat membuktikan bahwa peran guru BK dalam meningkatkan pemahaman peserta didik tentang komunikasi antarpribadi dan peran guru BK dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi yang efektif sangat baik. 1. Peran guru BK dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi peserta didik, pada sub variabel peran guru BK dalam meningkatkan pemahaman peserta didik tentang komunikasi antarpribadi terkategori sangat baik. Pada aspek tingkat pemahaman guru BK dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi sudah berjalan dengan baik. Dari hasil penelitian hubugan antara peserta didik dengan peserta didik lain sudah baik kemudian pada hubungan peserta didik dengan juga sudah sangat baik. 2. Pada aspek guru BK meningkatkan komunikasi antarpribadi yang efektif masih dalam tingkatan banyak peserta didik yang merasakan guru BK sudah menjalankan perananya secara baik, terbukti pada jumlah persentase aspek keterbukaan, positif, kesamaan, empati dan dukungan sudah baik. Namun perlu ditekankan masih ada beberapa peserta didik yang merasakan peranan guru BK belum maksimal. SARAN Berdasarkan kesimpulan sebelumnya maka peneliti ingin mengajukan saran kepada: 1. Peserta didik, diharapkan agar meminta bantuan kepada guru BK apabila mengalami permasalahan khususnya, permasalahan tentang komunikasi antarpribadi peserta didik. Hal ini bertujuan agar tidak ada lagi peserta didik yang malu mengungkapkan pendapat. 2. Guru BK, diharapkan kepada guru BK dapat membantu memecahkan permasalahan tentang komunikasi antarpribadi. Dari hasil penelitian tersebut guru BK seharusnya lebih maksimal lagi melaksanakan perananya khusunya pada aspek kesamaan, empati dan dukungan karena masih beberapa peserta didik yang merasa peranan guru BK belum maksimal. Hal ini bertujuan agar guru BK berperan penting dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi peserta didik. 7 3. 4. 5. Kepala sekolah, diharapkan agar kepala sekolah dapat mempertimbangkan kebijaksanaan sekolah untuk mengawasi peran guru BK dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi peserta didik. Pengelola bidang studi BK, diharapkan sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan program perkuliahan komunikasi antarpribadi. Penulis selanjutnya, sebagai sumber informasi dan bisa melakukan penelitian mengenai masalah ini dengan variabel yang berbeda. KEPUSTAKAAN Asmani, Jamal Ma,mur. 2010. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta:Diva Press. Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja. Rosdakaya. Prayitno. 1997. Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Padang. Prayitno. 2002. Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah dan sederajat. Jakarta. Balitbang. Depdinas. Sugiyo. 2005. Komunikasi Antarpribadi. Semarang:UNESS Press. 8