PENDAHULUAN Latar Belakang Pemerintah saat ini terus mengkampanyekan kesadaran minum susu pada masyarakat. Untuk menunjang hal tersebut, perbaikan mutu peternakan sapi perah terus ditingkatkan. Salah satu usaha perbaikan mutu ternak sapi perah yang dilakukan adalah melaksanakan program inseminasi buatan (IB). Program IB dilakukan dengan menggunakan pejantan unggul. Pejantan unggul kadangkala mewariskan kelainan atau penyakit genetik pada generasi berikutnya. Pejantan unggul yang karier terhadap kelainan genetik secara morfologis tampak normal. Pejantan tersebut tetap digunakan dalam program IB karena pejantan karier secara morfologis tidak dapat dibedakan dengan pejantan normal. Keadaan ini memungkinkan kelainan genetik dapat menyebar dengan cepat di peternakan sapi perah. Beberapa kejadian kelainan genetik akibat mutasi pada gen tertentu sapi perah Friesian-Holstein (FH) telah diketahui di beberapa negara. Dua di antaranya adalah sitrulinemia dan deficiency of uridine monophosphate synthase (DUMPS). Kelainan genetik sitrulinemia dan DUMPS muncul pada individu bergenotipe resesif. Berdasar hukum dominan-resesif Mendel, sapi bergenotipe resesif dapat muncul dari perkawinan antar sapi heterozigot. Homozigot resesif pada sitrulinemia dan DUMPS bersifat letal. Karena sifat letal itulah dua kelainan genetik tersebut dapat merugikan peternak. Indonesia sebagai salah satu negara pengimpor sapi perlu mewaspadai penyebaran kelainan genetik tersebut. Terlebih lagi, sertifikat sapi unggul sebelum tahun 2000-an belum mencantumkan bebas kelainan genetik. Dengan demikian, diperlukan pengetahuan untuk mengidentifikasi lebih dini kelainan genetik. Identifikasi ini terutama dilakukan pada pejantan yang digunakan sebagai sumber semen dalam program inseminasi buatan. Sejalan dengan perkembangan teknik analisis DNA, kejadian mutasi dapat diketahui sejak awal dengan mudah. Teknik ini dapat mengetahui mutasi sampai ke tingkat molekul DNA. Teknik analisis DNA telah berhasil dilakukan di beberapa negara untuk menguji kelainan genetik pada sapi perah FH. Dua di antara negara yang telah menyatakan bebas dari kelainan genetik DUMPS yaitu Polandia (Kamiński et al. 2005) dan Rumania (Vătăşescu et al. 2006). India telah berhasil menyatakan bebas dari kelainan genetik sitrulinemia (Patel et al. 2006) pada populasi sapi perah FH. Mutasi pada gen penyebab kelainan genetik sitrulinemia dapat dianalisis salah satunya dengan teknik Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) menggunakan primer spesifik. Produk PCR selanjutnya dipotong dengan enzim restriksi di antaranya adalah enzim Ava II (Patel et al. 2006). Sitrulinemia disebabkan oleh adanya mutasi CGA (kodon untuk arginin) menjadi TGA (kodon stop). Dari mutasi tersebut menyebabkan situs pada urutan nukleotida gen sitrulinemia tidak dikenali oleh Ava II. Mutasi pada gen penyebab kelainan genetik DUMPS dapat dianalisis dengan teknik yang sama seperti analisis mutasi gen penyebab sitrulinemia. Produk PCR pada gen penyebab DUMPS dipotong dengan enzim restriksi di antaranya adalah enzim Ava I (Rahimi et al. 2006). Deficiency of uridine monophosphate synthase disebabkan mutasi CGA (kodon untuk arginin) menjadi TGA (kodon stop). Mutasi tersebut menyebabkan situs pada urutan nukleotida gen DUMPS tidak dikenali oleh Ava I. Hasil yang diperoleh dari kegiatan identifikasi molekuler dapat digunakan sebagai acuan dalam program perkawinan. Individu yang teridentifikasi karier tidak boleh masuk dalam program perkawinan. Melalui tatalaksana perkawinan yang baik, kelainan genetik dapat diminimalkan keberadaannya dalam populasi untuk menjamin keberlangsungan produksi ternak. Tujuan Penelitian Memetakan komposisi genotipe gen-gen penyebab kelainan genetik sitrulinemia dan DUMPS pada populasi sapi perah FH. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mendukung manajemen perkawinan sapi perah FH dalam program inseminasi buatan. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pijakan dalam: 1. menentukan genotipe pejantan di Balai Inseminasi Buatan 2. menentukan genotipe induk di Balai Pembibitan ternak