1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Secara sederhana, komunikasi didefinisikan sebagai suatu kegiatan mengirimkan pesan kepada individu atau kelompok yang intinya adalah pemaknaan pesan. Proses komunikasi dikatakan berhasil jika penerimaan memahami suatu ide sebagimana maksud si pengirim. Kedua pihak tidak hanya harus bersepakat atas informasi yang dikirimkan tetapi juga bersepakat atas makna informasi tersebut.1 Thomas M Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita dan mempengaruhi orang lain, merasa berfikir atau berprilaku yang seperti kita inginkan.2 Gordon I Zimmerman menjelaskan tujuan komunikasi menjadi dua kategori: 1. Kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita untuk member makan dan pakaian kepada diri sendiri. 2. Kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain dan mempunyai isi.3 Komunikasi bisa terjadi dimana saja, misalnya: di rumah, ketika anggota keluarga berbincang di meja makan; di kampus, ketika mahasiswa mendiskusikan hasil karya ilmiahnya; dikantor; ketika kepala bagian memberikan tugas kepada anak buahnya. 1 Onong Uchjana, Effendy, Komunikasi ;Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Roesdakarya, 2006. Hal.9 Marhaeni Fajar. 2009. IlmuKomunikasiTeori&Praktek.Yogyakarta : Graha Ilmu, hal.1 3 Ibid, hal 1 2 1 2 Barnlund menyatakan komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.4 Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung (secara lisan) maupun tidak langsung (melalui media); proses penyampaian bentuk interaksi gagasan kepada aorang lain dan proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan, baik sengaja maupun tidak disengaja. Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang, jumlanya sebanyak orang yang mendefinisikanya. Jika dianalis dari banyak pengertian tersebut pada perinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh ganguan, terjadi dalam konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi, di antaranya sebagai berikut : a. Fisik adalah ruang di mana komunikasi berlangsung nyata atau berwujud. b. Sosial-psikologis, misalnya tata hubungan status di antara pihak yang terlibat, peran yang dijalankan orang, dan aturan budaya masyarakat di mana orang-orang berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini mencakup rasa pershabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau. c. Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau pun sejarah 4 Ibid, hal 32 3 dimana komunikasi berlangsung.5 Ketiga demensi lingkungan ini saling berinteraksi, masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak pemikiran lain, sehingga proses komunikasi tidak pernah statis. Menurut Spitzberg dan Cupach Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif.6 Kompetensi ini mencangkup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan dalam mempengaruhi kandungan dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu dilingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetahuan tentang tata-cara prilaku nonverbal (misalnya, kepatutan sentuhan, suara yang keras, kendala fisik) merupakan bagian dari kompetensi komunikasi. Dengan meningkatkan kompetensi, maka akan mempunyai pilihan berprilaku. Semakin banyak tahu tentang komunikasi (artinya semakin tinggi Kompetensi). Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata, yaitu semakin banyak kata yang dikuasi maka semakin banyak pula untuk mengungkapkan diri. 2.2. Komunikasi Interpersonal Sebagai makhluk sosial, kita merasa perlu berhubungan dengan orang lain. Kita memerlukan hubungan dan ikatan emosional dengan mereka.Kita memerlukan pengakuan mereka atas keberadaan dan kemampuan kita.Kita membutuhkan persetujuan dan dukungan atas perilaku dan hidup kita. Kita tergantung pada orang lain salingh berbagi, dan bekerja sama untuk melestarikan kehidupan kita. 5 6 Musa Hubies, Lindawati dan Ratih Maria Dhewi. 2012. Komunikasi Profesional. Bogor. PT IPB Press, hal. 6 Ibid, hal. 7 4 Komunikasi dengan kenalan, teman, pacar atau satu lawan satu, disebut komunikasi antarpersonal (interpersonal communication). Komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antara dua atau beberapa oarang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.7Komunikasi interpersonal disebut juga komunikasi antar personal atau komunikasi antar pribadi. Lunandi mengatakan bahwa komunikasi interpesonal adalah komunikasi yang membutuhkan keterlibatan secara intensif dari orang-orang yang melakukan komunikasi dan dapat dicapai dengan cara mendengarkan, menyampaikan pertanyaan yang jelas, keterbukaan, kepekaan, dan umpan balik, dengan demikian komunikais interpersonal yang baik akan menciptakan hubungan yang harmonis, memperkecil kesenjangan, dan mempererat hubungan emosi.8 Ross mengartikan komunikasi sebagai proses transaksional yang meliputi pemisahaan dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamanaya sendiri arti atau respon yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber.9 Mulya dan Rakhmat mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah apa yang terjadi bila individu memberikan makna atas suatu perilaku individu lainya.10 Menurut Purwanto komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan antara seseorang dengan oreang lain dalam suatu masyarakat maupun organisais (bisnis dan nonbisnis), dengan menggunakan media komunikasi tertentu dan bahasa yang mudah dipahami 7 Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal, Kanisius, Yogyakarta, 2003, hal.85 Lunadi, Komunikasi Mengenai Peningkatan Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi, Kanisius, Yogtakarta, 1994, hal.63 9 Rakhmat J, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Edisi revisi Bandung, 1991, hal.3 10 Ibid, hal.13 8 5 (informal) untuk mencapai suatu tujuan tertentu.11 Hovland dkk mengatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seorang individu (komunikator) dengan mengirimkan stimulus (secara verbal) untuk mengubah prilaku individu lain (audiens).12 Dapat disimpulkan dari beberapa pengertian diatas komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi dan pesan-pesan yang terjadi di antara dua orang atau lebih yang memiliki hubungan yang jelas dengan keterlibatan secara intensif dengan menggunakan media komunikasi tertentu untuk mencapai suatu tujuan dengan cara menyampaikan pertanyaan yang jelas, keterbukaan, dan umpan balik sehingga menciptakan hubungan interpersonal yang harmonis. Memperkecil kesenjangan, dan mempererat emosi. 2.2.1. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang dinamis. Dengan tetap memperhatikan kedinamisannya, komunikasi interpersonal mempunyai ciri-ciri yang tetap sebagai berikut :13 1. Komunikasi interpersonal adalah verbal dan nonverbal Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk verbal atau nonverbal. Dalam komunikasi itu, seperti pada komunikasi umumnya, selalu mencakup dua unsur pokok ; isi pesan dan bagaimanan isi itu dikatakan atau dilakukan, baik secara verbal maupun nonverbal. Untuk efektifnya, kedua unsur itu sebaliknya diperhatikan dan dilakukan berdasarkan pertimbangan situasi, kondisi, dan keadaan penerima pesannya. 11 Rosmawaty H. P, Mengenal Ilmu Komunikasi Metacommunication is Ubiquirous, Widya Padjajaran, Bandung, 2010, hal.73 12 Op.cit, hal.3 13 Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal, Kanisius, Yogyakarta, 2003, hal.86-90 6 2. Komunikasi interpersonal mencakup prilaku tertentu Prilaku dalam komunikasi meliputi prilaku verbal dan nonverbal.Ada tiga perilaku dalam komunikasi interpersonal : a. Perilaku spontan (spontaneous bebavior) adalah perilaku yang dilakukan karena desakan emosi dan tanpa sensor serta revisi secara kognitif. Artinya, perilaku itu terjadi begitu saja. Jika verbal, perilaku spontan bernada asal bunti. Misalnya, “Hai”, :Aduh” atau “Hore”. Perilaku spontan nonverbal, misalnya meletakkan telapak tangan pada dahi waktu kita sadar telah berbuat keliru atau lupa, melambaikan tangan pada waktu berpapasan dengan teman, atau menggebrak meja dalam diskusi ketika kita tidak setuju atas pendapat orang lain. b. Prilaku menurut kebiasaan (script bebaviour) adalah prilaku yang kita pelajari dari kebiasaan kita. Perilaku itu khas, dilakukan pada situasi tertentu, dan dimengerti orang. Misalnya, ucapan “Selamat datang” kepada temanyang dating,”Apa Kabar” pada waktu berjumpa dengan teman, atau “Selamat Malam” pada waktu sebelum tidur. Dalam bentuk nonverbal, misalnya “berjabat tangan” dengan teman, “mencium tangan” orang tua, “Memeluk” kekasih. Prilaku semacam itu sering kita lakukan tanpa terlalu mempertimbangkan artinya dan terjadi secara spontan karena sudah mendarah daging dalam diri kita. c. Perilaku sadar (contrived bebaviour) adalah perilaku yang dipilih karena dianggap sesuai dengan situasi yang ada. Perilaku itu dipikirkan dan dirancang sebelumnya, dan disesuaikan dengan orang yang akan dihadapi, urusan yang harus diselesaikan dan situasi serta kondisi yang ada. 3. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berproses pengembangan 7 Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang berproses pengembangan (developmental process). Komunikasi interpersonal berbeda-beda tergantung dari tingkat hubungan pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi, pesan yang dikomunikasikan dan cara pesan dikomunikasikan. Komunikasi itu berkembang berawal dari saling pengenalan yang dangkal, berlanjut makin mendalam, dan berakhir dengan saling pengenalan yang amat mendalam.Tetapi juga dapat putus, sampai akhirnya saling melupakan. 4. Komunikasi interpersonal mengandung umpan balik, interaksi, dan koherensi Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi tatap muka.Karena itu, kemungkinan umpan balik (feedback) besar sekali.Dalam komunikasi itu, penerima pesan dapat langsung menanggapi dengan menyampaikan umpan balik. Dengan demikian, di antara pengirim dan penerima pesan terjadi interaksi (interaction) yang satu mempengaruhi yang lain, dan kedua-duanya saling mempengaruhi dan memberi serta menerima dampak.Pengaruh itu terjadi pada dataran kognitif-pengetahuan, efektif-perasaan, dan bebavioral-prilaku. Semakin berkembang komunikasi interpersonal itu, semakin intensif umpan balik dan interaksinya karena peran pihak-pihak yang terlibat berubah peran dari penerima pesan menjadi pemberi pesan, dan sebaliknya. Agar komunikasi interpersonal itu berjalan secara teratur, dalam komunikasi itu pihak-pihak yang terlibat saling menanggapi sesuai dengan isi pesan yang diterima. Dari sini terjadilah koherensi dalam komunikasi baik antara pesan yang disampaikan dan umpan balik yang diberikan, maupun dalam keseluruhan komunikasi. 5. Komunikasi interpersonal berjalan menurut peraturan tertentu 8 Agar berjalan baik, maka komunikasi interpersonal hendaknya mengikuti peraturan (rules) tertentu. Peraturan itu ada yang intrinsik dan ada yang ekstrinsik. Peraturan intrinsic adalah peraturan yang dikembangkan oleh masyarakat untuk mengatur cara orang harus berkomunikasi satu sama lain. Peraturan ini menjadi patokan perilaku dalam komunikasi interpersonal. Karena ditetapkan oleh masyarakat, budaya, dan bangsa. Peraturan intrinsik misalnya, meski sama-sama sopan, hormat, menghargai, tetapi bentuknya berbeda di antara orang jawa dan orang jepang. Peraturan ekstrinsik adalah peraturan yang ditetapkan oleh situasi atau masyarakat. Peraturan ekstrinsik oleh situasi, misalnya pada waktu melayat, nada bicara dalam komunikasi interpersonal di rumah ibadat berbeda dengan komunikasi interpersonal di lapangan bola. Peraturan ekstrinsik oleh masyarakat, misalnya komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh dua orang yang sedang pacaran di rumah salah seorang pacar tidak berlangsung melebihi pukul 9 malam. Peraturan ekstrinsik sering menjadi pembatasan komunikasi. 6. Komunikasi interpersonal adalah kegiatan aktif Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang aktif, bukan pasif. Komunikasi interpersonal bukan hanya komunikasi dari pengirim kepada penerima pesan dan sebaliknya, melainkan komunikasi timbal balik antara pengirim dan penerima pesan. Komunikasi interpersonal bukan sekedar serangkaian rangsangan-tanggapan, stimulus-respons, tetapi serangkaian proses saling penerimaan, penyerapan dan penyampaian tanggapan yang sudah diolah oleh masing-masing pihak. Dalam komunikasi interpersonal, pihak-pihak yang berkomunikasi tidak hanya saling bertukar produk tetapi terlibat dalam proses 9 untuk bersama-sama membentuk dan menghasilkan produk. Karena itu pihakpihak yang melakukan komunikasi interpersonal bertindak aktif, baik waktu menyampaikan pesan maupun waktu menerima pesan. Maka, pihak yang menyampaikan pesan harus berusaha sebaik-baiknya agar pesan dapat sampai dan dimengerti dengan pas, dan mengirimkannya melalui media yang sesuai. Sedangkan pihak penerima pesan harus berusaha mendengarkan dan mengerti baik-baik pesan yang didengarkannya serta menyampaikan umpan balik dengan tepat mengenai isi dan caranya. 7. Komunikasi interpersonal saling mengubah Komunikasi interpersonal juga berperan untuk saling mengubah dan mengembangkan. Melalui interaksi dalam komunikasi, pihak-pihak yang terlibat komunikasi dapat saling memberi inspirasi, semangat dan dorongan untuk mengubah pikiran, perasaan, dan sikap yang sesuai dengan topik yang dibahas bersama. Karena itu, komunikasi interpersonal dapat merupakan wahana untuk saling belajar dan mengembangkan wawasan, pengetahuan,dan kepribadian. 2.2.2 Proses Komunikasi Interpersonal Jhonson mengungkapkan tahap pengukapan perasaan dalam komunikasi interpersonal. Menurutnya, setiap kali individu berkomunikasi dengan individu lain maka sebenarnya paling sedikit terjadi lima proses, sebagai berikut :14 a. Mengamati (sensing) Individu mengamati tentang lawan komunikasinya. Individu mengumpulkan informasi tentang lawan komunikasinya dengan alat indra yang dimilikinya. Padfa 14 Supratiknya A, Komunikasi Antar Pribadi, Kanisius, Tinjau Psikologis, Yogyakarta, 1995, hal.51-52 10 tahap, ini direkam dalam pikiran dan hati individu. b. Menafsirkan (interpreting) Individu menafsirkan semua informasi yang ia terima dari lawan komunikasinya. Individu menentukan makna dari kata-kata dan perbuatanya. c. Mengalami perasaan (feeling) Individu mengalami perasaan tertentu sebagai reaksi spontan terhadap penafsirannya atas informasi yang telah diterima dari lawan komunikaisnya. 2.2.3. Taraf Komunikasi Interpersonal Berdasarkan kedalam berkomunikasi powell membedakan komunikasi interpersonal dalam limat araf :15 a. Basa-basi Ini merupakan taraf komunikasi yang paling dangkal. Biasanya terjadi antara dua orang yang bertemu secara kebetulan. Pada taraf ini tidak terjadi komuniaksi dalam arti sebenarnya. b. Membicarakan orang lain Di sini individu sudah saling menanggapi, namun masih tetap pada taraf dangkal, khususnya belum mau bicara tentang diri sendiri. c. Menyatakan gagasan Individu sudah saling membuka diri, saling mengungkapkan diri, namun pengungkapan diri tersebut masih terbatas pada taraf pikiran. Individu masih saling bersikap hati-hati, memantau pendapat lawan bicaranya tentang pokok pembicaraan.Ketika berbicara, individu cenderung berusahan menyenangkan 15 Ibid, hal.33-34 11 lawan bicara. Individu belum berani bersungguh-sungguh menampilkan dirinya yang sebenarnya, kendati pada taraf pikiran sekalipun. d. Taraf hati atau perasaan Ada yang mengatakan bahwa emosi atau perasaan adalah unsur yang membedakan individu yang satu dengan yang lain. Jika individu berani saling mengungkapkan perasaanya dalam komunikasi, maka hubunganya akan terasa unik, berkesan, dan memberi mafaat bagi perkembangn pribadi individu masingmasing. Dibutuhkan keberanian untuk bersikap jujurdan terbuka terhadap diri sendiri maupun terhadap lawan komunikasi. Berani mengambil resiko bahwa kekurangan dan kelemahan individu diketahui oleh orang lain, dengan cara itulah individu dapat berkembang dan saling mengembangkan. e. Hubungan puncak Komunikasi pada taraf ini ditandai dengan kejujuran, keterbukaan dan saling percaya yang mutlak diantara kedua belah pihak. Tidak ada lagi ganjalan-ganjalan berupa rasa takut, rasa khawatir jangan-jangan kepercayaanya disia-siakan. Selain merasa bebas untuk saling mengungkapkan perasaan yang sama tentang banyak hal, dengan begitu , komunikasi tersebut telah berkembang begitu mendalam sehingga kedua belah pihak merasakan kesatuan perasaan timbal balik yang hampir sempurna. 2.3. Komunikasi Kelompok Suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, 12 terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka. Komunikasi dalam kelompok yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung diantara suatu kelompok. Pada tingkat ini, setiap individu yang terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peranan dan kedudukanya dalam kelompok. Pesan dan informasi yang disampaikan juga menyangkut kepentingan seluruh kelompok. Pesan atau informasi yang disampaikan juga menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat pribadi. Komunikasi kelompok juga bisa diartikan sebagai sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka menjadi salah satu bagian dari kelompok tersebut. Komunikasi kelompok dilakuakn oleh lebih dari dua orang, tetapi dalam jumlah terbatas dan materi komunikasi tersebut juga kalangan atas, khusus bagi anggota kelompok tersebut. Komunikasi kelompok adalah komuniaksi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya menurut anwar arifin.16 Michael burgoon dalam wiryanto mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebig, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagai informasi, menjaga diri pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi angota-angota yang lain secara tepat. Kedua definisi komuniaksi kelompok diatas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok. Kelompok adalah sekumpulan orang yang mepunyai tujuan yang sama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tuhuan bersama. 2.4. 16 Public Speaking Marhaeni Fajar. 2009. IlmuKomunikasiTeori&Praktek.Yogyakarta : Graha Ilmu, hal.66 13 Suatu hal yang paling ditakuti dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan professional adalah ketika harus berbicara atau berkomunikasi didepan banyak oaring, baik untuk secara sosial, pidato perpisahan, bahkan dalam acara apa saja, dimana sebagian besar hadirin adalah orang yang telah dikenal dengan baik. Berbicara di depan public bagi sebagian besar orang adalah sesuatu yang menegangkan dan menakutkan, seakan seluruh mata para hadirin sedang menghakimi dan seakan-akan menjadi terdakwa yang sedang diadili oleh para hadirin. Riset yang dilakukan oleh malouf dalam macnamara menyatakan bahwa indera pendengaran manusia hanya bisa menerima pesan 11% sedangkan 75% diterima secara visual.17 Berbicara didepan public, merupakan keterampilan yang harus dikuasai, karena pada suatu saat, pastilah seseorang harus berbicara dihadapan sejunlah orang untuk menyampaikan pesan, pertanyaan, tanggapan, atau pendapat tentang sesuatu hal yang diyakini. Hal yang,sederhana, misalnya harus berbicara di depan para tamu adalah suatu acara keluarga atau pada momen yang menentukan karir seseorang seprti mempersentasikan proposal. Menurut Hart et al. dalam Tubbs dan Moss terdapat tiga aspek pengalaman dalam komuniaksi public yakni terjadi di tempat yang dianggap sebagai tempat public seperti auditorium, kelas dan lain sebaginya. Cenderung mengemukakan masalah sosial daripada masalah informal dan tidak terstruktur, sehingga biasanya direncanakan terlebih dahulu atau agenda lain yang mendahului atau mengikuti penampilan pembicara. Menggunakan norma perilaku yang relatif jelas. Dari sisi isi pembicaraan, sedikitnya pembicara memiliki satu dari tiga tujuan berikut, yaitu memberikan informasi, menghibur, dan mebujuk pendengar. Menginformasikan lebih terpusat kapada hasil perolahan informasi, menghibur diarahkan kepada kesenangan, sedangkan membujuk mengarahlkan pada perunahan sikap. Perubahan sikap adaalh tujuan antara yang 17 Musa Hubies, Lindawati dan Ratih Maria Dhewi. 2012. Komunikasi Profesional. Bogor. PT IPB Press, hal. 67 14 harus dicapai sebelum mewujudkan tindakan. Dalam kaitanya dengan ilmu komunikasi, maka public speaking adalah bagian dari ilmu komunikasi, sedangkan presentasi skill adalah bagian dari public speaking dan ilmu komuniaksi. Pembahasan menegnal public speaking dan presentasi skill tidak terlepas dari ilmu komuniaksi secara umum. Ada beberapa kiat dalam Public speaking menurut Leech yakni, persiapan mental dalam membangun kesiapan mental untuk berbicara didepan publik, hal pertama yang diperlukan adalah mengurangi ketegangan fisiki, dengan cara melakukan senam ringan. Ketegangan mental tidak dapat diturunkan sebelum mengendorkan otot-otot tubuh yang tegang.18 2.5. Gaya Komunikasi Proses komunikasi seseorang sangat dipengaruhi oleh gaya komunikasi. Gaya komunikasi adalah suatu kekhasan yang dimiliki setiap orang dimana gaya komunikasi antara orang yang satu dengan yang lain memiliki ciri yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat berupa model dalam berkomunikasi, tata cara berkomunikasi, cara berekspresi dalam berkomunikasi dan tanggapan yang diberikan atau ditunjukkan pada saat berkomunikasi. Sedangkan menurut Steward L Lubis dan Sylvia Moss bahwa gaya komunikasi (Communication Style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antar pribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam situasi tertentu (a specialized set of interpersonal behavior that are used in a given situation).19 Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respons atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula, 18 19 Ibid, hal.70 Sasa Djuarsa Senjaya, Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta, 2007 hal.4.15 15 kesesuaian dari suatu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengiriman dan harapan dari penerima. 2.5.1. Macam-macam Gaya Komunikasi Ada 6 (enam) gaya komunikasi Menurut Steward L Tubbs dan Sylvia Moss, yaitu :20 1. The Controlling Style. Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa, dan mengatur prilaku, pikiran, dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one way communicators. Pihak-pihak yang memakai the controlling style communication ini, lebih memutuskan perhatian kepada pengiriman pesan dibandingkan upaya mereka untuk berbagai pesan.Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik.Kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandanganya. Gaya komunikasi ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demikian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberikan respon atau tanggapan yang negatif pula. 20 Ibid, hal. 4.16 – 4.18 16 2. The Equalitarian Style. Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two way traffic of communication). Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal.Dalam suasana yang demikian memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan baik dengan orang lain baik dalm konteks pribadi maupun dalm lingkup hubungan kerja. Gaya ini akan lebih memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi. Sebab gaya ini efektif dalm memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalm situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsung tindak berbagi informasi di antara para anggota dalm suatu organisasi. 3. The Structuring Style. Gaya komunikasi yang terstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengiriman pesan 17 (sender) lebih memberikan perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi otang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisais, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut. Stogdill dan coons dari the bureau of business research of ohio state university, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama struktur inisiasi atau initiating structure. Stogdill dan coons menjelaskan bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisisen dalam suatu organisais adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul. 4. The dynamic style. Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengiriman pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaanya berorientasi pada tindakan (action-oriented).The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawahi para wiraniaga (salesman). Tujuan utama gaya komunikasi agresif ini adalah menstimulasi atau merang pekerja atau karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawn atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut. 5. The Relinguishing style. 18 Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberikan perintah dan mengontrol orang lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja san dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankan. 6. The Withdrawal Style Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antar pribadi yang dihadapi orang-orang tersebut. Gambaran umum yang diperoleh dari uraian diatas adalah bahwa the equalitarian style of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal, sementara tiga gaya komunikasi lainnya structuring, dynamic dan relinguishing dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisai. Dan dua gaya komunikasi terakhir, controlling, dan withdrawal mempunyai kecendrungan menghalangi berlangsungnya interaksiyang bermanfaat dan berproduktif. 2.6. Instruktur Dalam makna etomiloginya instruktur berasal dari kata instruksi, menurut Oxford Dictionaryin-struct yang berarti teach a scholl subject, a skill- give order or direction (mengajarkan sebuah pelajaran dan memberikan perintah atau arah pengertian/pengarahan) yang berarti seorang instruktur adalah orang yang memberikan atau mengajarkan sebuah pelajaran. 19 Perintah (instruksi) dan arahan.21 Instruktur berperan dan berfungsi sebagai komunikator (penyampaian materi) yang menggunakan penyampaian dengan durasi dan estimasi waktu yang cukup singkat dan diharapkan mampu untuk memberikan sebuah internalisasi terhadap peserta training. Dalam proses komunikasi, komunikator (instruktur) mempunyai sebuah peranan yang cukup penting dalam lancar atau tidaknya proses penyampaian pesan (komunikasi). Seorang instruktur akan efektif dalam menyampaikan pesannya jika ia; berorientasi (interest) kepada audience, memiliki kredibilitas, percaya diri, meyakinkan dan mengenal nilai kebudayaan dan status sosial peserta training. 2.7. Peserta Training Training dalam bahasa Indonesia adalah pelatihan.22Menurut Veithzal Rivai, pelatihan adalah proses sitematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi, pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini.23 Menurut Moekijat menjelaskan tujuan umum pelatihan sebagai berikut, untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif, untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat disesuaikan secara 21 Oxford Advanced Learners Dictionary Oef Current English, Oxford, As Homby, 2009, hal.325 John M Echols dan Hassan Shadily, An English-Indonesian Dictionary, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1990, Hal. 600 23 Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2004, Hal.226 22 20 rasional, dan untuk mengembangkan sikap sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan teman-teman pegawai dan dengan manajemen (pimpinan).24 Menurut kesimpulan penulis, peserta training atau pelatihan adalah orang yang menerima proses pelatihan yang didalamnya ada proses pembelajaran dilaksankan dalam waktu jangka pendek, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga mampu meningkatkan kompetensi individu unutk menghadapi pekerjaan didalam organisasi atau perusahaan agar tujuanya tercapai. 24 Moekijat, Pengembangan dan Motivasi, Pionir Jaya, Bandung 1990, Hal.2