analisis pengaruh promotion mix dan kualitas

advertisement
ANALISIS PENGARUH PROMOTION MIX DAN KUALITAS
PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN MENJADI
NASABAH BANK CENTRAL ASIA
(Studi Kasus pada Bank Central Asia Cabang Islamic Village)
Disusun oleh :
SOFIAH DESSEY
204081002294
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429/2008 M
i
ANALISIS PENGARUH PROMOTION MIX DAN KUALITAS
PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN MENJADI
NASABAH BANK CENTRAL ASIA
(Studi Kasus pada Bank Central Asia Cabang Islamic Village)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh :
Sofiah Dessey
NIM. 204081002294
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja, MM.
NIP. 130.676.334
Heryanto, SE, M.Si
NIP. 131.569.931
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429/2008 M
ii
Hari ini Senin Tanggal 28 Bulan Januari Tahun Dua Ribu Delapan telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Sofiah Dessey NIM : 204081002294
dengan judul Skripsi “ANALISIS PENGARUH PROMOTION MIX DAN
KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN MENJADI
NASABAH BANK CENTRAL ASIA” (Studi Kasus pada Bank Central Asia
Cabang Islamic Village Tangerang). Memperhatikan penampilan mahasiswa
tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 Januari 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Ketua
Herni Ali HT, SE. MM.
Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
iii
Hari ini Rabu Tanggal 19 Bulan Maret Dua Ribu Delapan telah dilakukan ujian skripsi atas nama
Sofiah Dessey NIM : 204081002294 dengan judul skripsi “ANALISIS PENGARUH
PROMOTION MIX DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN
MENJADI NASABAH BANK CENTRAL ASIA” (Studi Kasus pada Bank Central Asia
Cabang Islamic Village Tangerang). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama
ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 Maret 2008
Tim Penguji Ujian Skripsi
Dr. Yahya Hamja,MM
NIP. 130 676 334
Heryanto,SE,M.Si
NIP. 131 569 931
Penguji Ahli
Prof. Dr. Ahmad Rodoni.MM
NIP : 150 317 955
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Sofiah Dessey
Tempat/Tanggal Lahir: Tanjung Karang, 14 Desember 1981
Agama
: Islam
Alamat
: Perum Dasana Indah Blok Si.3 No.1 Rt.14 Rw.07
Bojong Nangka Kelapa Dua Tangerang Banten 15820
E-mail
: [email protected]
Telepon/hp
: 021-5464365/085218879736
Pendidikan Formal :
1.
SDN Gerubuk Tangerang Banten
.
2.
SLTP PGRI 184 Legok Tangerang Banten.
3.
SMK Islamic Village Tangerang Banten,
Jurusan Administrasi Perkantoran.
4.
Tahun 1988-1994
Tahun 1994-1997
Tahun 1997-2000
D3 Politeknik Pusat Pelatihan Keterampilan
Profesional (PPKP) Yogjakartam, Fakultas
Ekonomi, Jurusan Manajemen Perusahaan.
Tahun 2000-2003
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial (FEIS),
Jurusan Manajemen Peminatan Pemasaran
dan Kewirausahaan.
Tahun 2004-2008
Pengalaman Kerja
1. Sebagai Surveyor di Lembaga Survey Indonesia (LSI).
Tahun 2005-2008
2. Sebagai Enumerator di Center for Sosial Economic
Studies (CSES) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tahun 2004
v
ABSTRACT
Sofiah Dessey. The Skripsi title “The Analysis of Influence Prmotion Mix and Service
Quality to Decide Purchasing of Bank Central Asia (the case study of Bank Central Asia branch
Islamic Village Tangerang.” Strata (S-1) Manajemen Departement, Faculty of economics and
social science, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta. 2008 M/1429 H.
The research purpose to know the influence of promotion mix and service quality with
decision of will by customer in Bank Central Asia branch Islamic Village Tangerang. The
investigation use convenience sampling. The data getting by distribute quisioner to 50 responden
clientin in Bank Central Asia and the analysis double regression linier.
Based on the result of the regression is variable promotion mix and service quality
influence as significant to customer’s with decision of will by customer. Based on the coefficient of
determination, thepromotion mix and service quality in Bank Central Asia able to decision of will
by customer to 55 % and 45 % influenced by other factor.
Keyword: promotion mix, service quality, and decision of will by customer.
vi
ABSTRAK
Sofiah Dessey Judul skripsi “Analisis Pengaruh Promotion Mix dan Kualitas Pelayanan
Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah Bank Central Asia (Studi kasus pada Bank Central Asia
Cabang Islamic Village Tangerang) “. Strata (S-1) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2008 M/1429 H.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa seberapa besar pengaruh promotion mix dan
kualitas pelayanan (customer service) terhadap keputusan menjadi nasabah. Untuk penelitian ini
digunakan teknik pengambilan sampel convenience sampling. Data diperoleh dari penyebaran
angket terhadap nasabah dengan 50 responden/nasabah di Bank Central Asia dan metode yang
digunakan analisis linier regresi berganda.
Berdasarkan hasil regresi ditemukan bahwa variabel promotion mix and variabel kualitas
pelayanan berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan menjadi nasabah. Hasil uji koefesien
determinasi dapat ditemukan promotion mix dan kualitas pelayanan Bank Central Asia mampu
menjelaskan keputusan menjadi nasabah sebesar 55 % dan sisanya 45 % dipengaruhi oleh variabel
lainnya tidak diketahui.
Kata Kunci: Promotion mix, kualitas pelayanan, dan keputusan nasabah.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Rabb semesta alam, sumber dari suara-suara
hati yang bersifat mulia, sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, sang maha cahaya,
penabur cahaya ilham, pilar nalar kebenaran dan kebaikan yang terindah, sang kekasih tercinta
yang tak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi umat, yang atas izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
vii
Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan serta
menyampaikan kepada kita semua ajaran Rukun Iman dan Rukun Islam, sang pemimpin sejati dan
suri tauladan bagi segenap umat manusia.
Penulis menyadari, terselesainnya skripsi ini tidak luput dari bantuan dan dukungan dari
semua pihak. Maka dengan segenap ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu. Pada kesempatan ini secara khusus penulis haturkan terima
kasih kerpada:
1.
Kedua orang tuaku tersayang Drs. Suhardi MD dan Opon Sultonah
2.
Bapak Dr, Yahya Hamja, MM dan Heryanto, SE, M.Si selaku pembimbing I dan II, atas
kesediannya memberikan bimbingan, arahan, serta ilmu pengetahuan dengan penuh kesabaran
dan keiklasan hingga terselesaikannya skripsi ini.
3.
Bapak Drs. Muhammad Faisal Badroen, MBA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Bapak Dr, Abdul Hamid, MS, selaku Pembantu Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6.
Dosen-dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan ilmunya selama masa
perkuliahan.
7.
Seluruh staff bagian akademik dan perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, atas
pelayanan dan keramahannya.
8.
Kakak-kakakku, Riwan Zazila, Aty Latifah ST, Ulfa Laila SE, Noviyanti Fitri, dan Suryo
Mauludiyanto, serta ponakan-ponakanku yang lucu de’artur, de’rama, de’zila and de’naila,
kalian adalah sumber inspirasi-ku untuk terus berbuat kebaikan agar hari ini lebih bermanfaat
dari hari kemarin.
9.
Teman-teman seperjuangan manajemen 2003-2004, fajar, endah, ani, erma, meta, hanny,
ikom, de’epi and teman-teman semuanya yang ga bisa disebutkan satu persatu.
10. Best friend’s kos-an Babusalam iin, Maria, Marfua, ibad, Leli, ida dll, thanks atas dukungan
and doanya.
11. Sahabat-ku yang selalu ada dan selalu beri semangat vera, siwi, and de’aries.
Penulis menyadari atas kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, karena itu kritik dan
saran sangat berguna bagi penulis untuk perbaikan. Terima kasih.
Wassalam.
Jakarta, 19 Maret 2008
Penulis
viii
Saat orang-orang mengatakan
aku tak akan pernah melakukan apapun dengan baik,
hal ini justru membuat semangatku bangkit dan menyala.
Satu hal penting untuk mencapai kesuksesan adalah kepercayaan diri.
Hal penting untuk kepercayaan diri adalah persiapan yang mantap.
Jangan menunggu kesempatan yang luar biasa.
Manfaatkan kesempatan yang biasa
dan jadikan luar biasa.
ix
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemasaran
Pemasaran dan produksi merupakan fungsi pokok bagi perusahaan. Semua
perusahaan berusaha memproduksi dan memasarkan produk atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan konsumen.
Pada saat ini kegiatan pemasaran merupakan peranan yang penting dalam dunia
usaha. Selain itu pemasaran yang dilakukan oleh pengusaha dalam usahanya mempertahankan
kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam
pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahlian mereka di bidang pemasaran, produksi,
keuangan, maupun bidang lain. Selain itu tergantung pada kemampuan mereka untuk
mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut agar organisasi dapat berjalan lancar.
Mengingat betapa pentingnya pemasaran bagi masyarakat, maka para ahli ekonomi
berusaha mempelajari dan mengemukakan pendapatnya mengenai definisi pemasaran antara
lain:
Definisi Pemasaran menurut oleh Philip Kotler (2000:9), Pemasaran adalah suatu
proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pihak lain.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemasaran sebagai ilmu dan seni
untuk memilih pasar sasaran serta mendapatkan, menjaga, dan menambah jumlah pelanggan
melalui penciptaan, penyerahan, dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul.
Pemasaran bukan hanya tugas dari departemen pemasaran saja, tetapi merupakan orentasi dari
perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, selain adanya kerjasama dari fungsi
pemasaran itu sendiri, pemasaran juga harus dirangkul oleh departemen-departemen lain dan
harus “Memikirkan” pelanggan. Organisasi harus melatih dan memotivasi karyawannya untuk
x
bekerja bagi pelanggan. Melalui pemasaran yang terintegrasi, maka akan tercipta suatu laba
melalui kepuasan pelanggan dan organisasi akan mendapatkan pelanggan yang loyal. Hal ini
tentunya tidak hanya menguntungkan bagi perusahaan dalam jangka pendek saja, tetapi juga
dalam jangka panjang.
Dari definisi diatas dapat ditarik suatu kesamaan adanya pemuasan kebutuhan
melalui pertukaran yang akan menguntungkan pihak pemberi produk dan konsumen pemakai
produk. Bagi konsumen, terpenuhinya kebutuhan dan keinginan merupakan kepuasan yang
diperolehnya. Bagi pemberi produk, kepuasan konsumen akan menjadi sarana untuk
mempermudah mendapatkan hasil. Keberadaan organisasi akan semakin mantap jika mampu
memberikan kepuasan kepada konsumen.
Perusahaan yang sudah mulai mengenal bahwa pemasaran merupakan
faktor penting untuk mencapai sukses usaha, akan mengetahui adanya cara
dan falsafah baru yang terlibat didalamnya dengan disebut sebagai konsep
pemasaran (marketing concept).
Titik Awal
Pasar
Fokus
Kebutuhan
Pelanggan
Sarana
Saranan Akhir
Pemasaran
Laba Melalui
Terpadu Kepuasan Pelanggan
Gambar 2.1. Konsep Pemasaran
Sumber : Dasar-dasar Pemasaran, Philip Kotler & Gary Amstrong, 2004:22.
Konsep pemasaran merupakan filsafat bisnis yang mengatakan bahwa
pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi
kelangsungan hidup organisasi. Penggunaan konsep pemasaran yang jitu dapat
xi
ikut menunjang berhasilnya pelayanan yang diberikan kepada konsumen
Stanton (1996) dalam Wisnu Wardana (2007).
Sebagai
falsafah
bisnis,
konsep
pemasaran
bertujuan
dalam
memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen atau
berorentasi pada konsumen (consumer oriented).
Konsep pemasaran dimulai dengan pasar yang diamati secara baik,
terfokus pada kebutuhan pelanggan, mengkoordinasikan semua aktivitas
pemasaran yang mempengaruhi pelanggan, dan memperoleh laba dengan
menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
Secara definitif konsep pemasaran menurut Kotler adalah: kunci untuk
mencapai tujuan organisasi adalah pada penentuan kebutuhan dan keinginan
dari pada pasar sasaran dan pada pemberian kepuasan yang diinginkan dengan
lebih efektif dan efesien daripada para pesaing.
B. Bauran Pemasaran Jasa
Menurut Lupiyoadi (2001:58), Marketing mix merupakan alat bagi marketer yang
terdiri dari berbagai elemen suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar
implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses.
Marketing Mix untuk produk barang berbeda dengan marketing mix pada produk
jasa, hal ini terkait dengan perbedaan karakteristik jasa dan barang.
Jadi dengan demikian elemen marketing mix jasa terdiri dari tujuh hal yaitu:
(Lupiyoadi,2001:59)
1.
Produk (Product)
Adalah keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai manfaat
kepada konsumen. Perubahan pada produk berarti yang menjadi fokus adalah kualitas
merek, lingkungan fisik, tempat jasa diciptakan, dan sebagainya.
xii
2.
Harga (Price)
Strategi penetapan harga sangat signifikan dalam pemberian nilai kepada konsumen dan
mempengaruhi image produk, serta keputusan konsumen untuk membeli.
3.
Promosi (Promotion)
Promosi merupakan salah satu variabel yang penting dalam pemasaran, yang merupakan
suatu proses yang berlanjut. Adanya promosi dapat membantu pihak-pihak yang terlibat
dalam pemasaran untuk memperbaiki hubungan antara pemasar dan konsumen. Dalam
promosi yang perlu diperhatikan adalah memilih bauran promosi yang terdiri dari:
advertising, personal selling, salles promotion dan public relation.
4.
Tempat (Place)
Tempat dalam jasa merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran
distribusi yang berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian jasa kepada konsumen
dan di mana lokasi yang strategis.
5.
Orang (People)
Dalam hubungannya dengan pemasaran jasa, maka people yang berfungsi sebagai service
provider sangat dipengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Keputusan dalam people ini
berarti berhubungan dengan seleksi, training, motovasi, dan manajemen sumber daya
manusia.
6.
Proses (Process)
Proses merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri dari prosedur, jadwal,
pekerjaan, mekanisme, aktivitas dan hal-hal rutin, di mana jasa dihasilkan dan
disampaikan kepada konsumen.
7.
Layanan Pelanggan (Customer Services)
xiii
Layanan pelanggan pada pemasaran jasa lebih dilihat sebagai outcome dari kegiatan
distribusi dan logistik pada pelayanan jasa untuk mencapai kepuasan nasabah.
C. Perbankan
1. Pengertian Bank
Pengertian bank, menerut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, adalah sebagai berikut :
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Sedangkan Teguh Pudjo Muljono mendefinisikan bank sebagai berikut :
“….bank adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa yang menyangkut bidang
keuangan, yang dalam kegiatan pokoknya mempunyai tiga fungsi yaitu :
a. Menerima penyimpanan dana masyarakat dari berbagai bentuk.
b. Menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit kepada masyarakat
yang memerlukan.
c. Melaksanakan berbagai jasa yang diperlukan masyarakat dalam
kegiatan perdagangan dan pembayaran dalam negeri maupun luar
negeri, serta berbagai jenis jasa lainnya di bidang keuangan.
Menurut Kuncoro dalam bukunya Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi
(2002: 68), definisi dari bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah
menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk
kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Oleh
karena itu, dalam melakukan kegiatan usahanya sehari-hari bank harus mempunyai dana
agar dapat memberikan kredit kepada masyarakat. Dana tersebut dapat diperoleh dari
xiv
pemilik bank (pemegang saham), pemerintah, Bank Indonesia, pihak-pihak di luar negeri,
maupun masyarakat dalam negeri. Dana dari pemilik bank berupa setoran modal yang
dilakukan pada saat pendirian bank. Dana dari pemerintah diperoleh apabila bank yang
bersangkutan ditunjuk oleh pemerintah untuk menyalurkan dana-dana bantuan yang
berkaitan dengan pembiayaan proyek-proyek pemerintah, misalnya Proyek Inpres Desa
Tertinggal.
2. Jenis-jenis Bank
Dilihat dari segi fungsinya, jenis-jenis bank adalah sebagai berikut :
a. Bank Sentral (Central Bank) ialah Bank Indonesia sebagai dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan yang didirikan berdasarkan
Undang-Undang No. 131/1968.
b. Bank
Umum
(Commercial
Bank)
ialah
bank
yang
dalam
mengumpulkan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk
giro dan deposito, dan dalam usahanya terutama memberikan kredit
jangka pendek.
c. Bank Tabungan (Saving Bank) ialah bank yang dalam pengumpulan
dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan, dan
dalam usahanya terutama memperbungakan dananya dalam kertas
berharga.
d. Bank Pembangunan (Development Bank) ialah bank yang dalam
mengumpulkan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk
deposito dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan
xv
panjang, dan dalam uusahanya terutama memberikan kredit jangka
menengah dan panjang di bidang pembangunan.
e. Bank Desa (Rural Bank) ialah bank yang menerima simpanan dalam
bentuk uang dan natura (padi, jagung dan sebagainya) dan dalam
usahanya memberikan kredit jangka pendek dalam bentuk uang
maupun dalam natura kepada sektor pertanian dan pedesaan.
3. Bank Menurut UU No. 7 Tahun 1992
Sesuai dengan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang
Perbankan Bab III Pasal 5, menurut jenisnya bank terdiri atas :
a. Bank Umum;
b. Bank Perkreditan Rakyat.
Bank umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan
tertentu atau memberi perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu.
4. Lapangan Usaha Bank Umum
Menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 Pasal 6, bank umum di
ijinkan mempunyai usaha-usaha antara lain :
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu.
b. Memberikan kredit.
c. Memindahkan uang bank untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah.
xvi
d. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
e. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang
tidak bertentangan
dengan undang-undang
ini dan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5. Sumber Dana Perbankan
Bank, sebagai lembaga keuangan, memiliki usaha pokok untuk
menghimpun dana dari masyarakat yang kemudian akan disalurkan
kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Penghimpunan dana
dari masyarakat sangat mempengaruhi perkembangan suatu bank, karena
volume pendanaan yang terkumpul akan menentukan volume dana yang
dapat digunakan oleh bank dalam bentuk penanaman dana (pemberian
kredit, penanaman dalam surat berharga, penyertaan modal, dan harta tetap
atau inventaris).
Secara garis besar, sumber dana bagi sebuah bank dapat di bagi
dalam tiga sumber, yaitu :
a. Dana yang bersumber dari bank sendiri
Dana yang bersumber dari bank sendiri adalah dana berbentuk modal
setor yang berasal dari para pendiri bank dan cadangan-cadangan dana
serta keuntungan yang belum dibagikan. Sumber dana ini paling
permanen dibandingkan dengan sumber dana lainnya.
b. Dana yang berasal dari lembaga keuangan
xvii
Dana yang termasuk berasal dari lembaga keuangan, baik bank
maupun nonbank, bisa diterima dalam bentuk call money, deposit on
call, dana luar negeri, fasilitas diskonto dalam rupiah, dan lain-lain.
c. Dana yang berasal dari masyarakat luas
Dana yang berasal dari masyarakat ini merupakan sumber dana yang
harus diolah atau dikelola oleh bank untuk memperoleh keuntungan.
Adapaun dana yang berasal dari masyarakat luas ini terdiri dari :
1) Simpanan Giro (demand-deposit);
2) Simpanan Deposito (time-deposit);
3) Tabungan (saving);
4) Setoran Jaminan, yaitu dana mengendap yang berasal dari nasabah
sebagai akibat pembukaan L/C, ataupun permintaan jaminan bank;
dan
5) Pengiriman uang dari nasabah yang belum diambil.
6. Karakteristik Jasa Perbankan
Jasa perbankan yang juga termasuk dalam jasa profesional
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Intangibility (Tidak Terwujud)
Jasa memang tidak tampak wujudnya, tidak dapat dirasakan atau
dinikmati sebelum dilakukan pembelian atau layanan jasa itu telah
selesai dilaksanakan. Oleh karena itu pihak pembeli harus percaya
kepada penjual jasa.
b. Inseparability (Tidak Terpisahkan)
xviii
Antara jasa dan penjualnya tidak dapat dipisahkan baik orang maupun
mesin. Jasa tidak dapat disimpan dalam suatu tempat tertentu. Jasa
memerlukan adanya penyedia jasa.
c. Variability (Keragaman)
Jasa itu sangat beragam tergantung siapa yang menyediakan, kapan,
dan dimana disediakan.
d. Perishability (Tidak Tahan Lama)
Jasa ini mudah rusak dan tidak dapat disimpan. Layanan bank harus
tepat waktu.
D. Promosi
Promosi merupakan salah satu variabel yang dipakai untuk mempengaruhi pasar bagi
suatu produk maupun jasa dari suatu perusahaan. Banyak yang berpendapat bahwa promosi
itu sama dengan penjualan, bahkan ada pula yang berpendapat bahwa promosi itu sama
dengan penjualan, bahkan ada pula yang berpendapat bahwa promosi itu merupakan bagian
dari penjualan.
Menurut Kotler: ”Promosi adalah merupakan informasi atau persuasi satu arah yang
dibuat untuk mengarahkan seorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan
pertukaran dalam pemasaran.” Sedang menurut Swastha: “Promosi dapat diartikan semua jenis
kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk mendorong permintaan”. Pengertian promosi baik
dari Kotler maupun dari Swastha, keduanya tidaklah saling bertentangan. Disatu pihak lebih
menitikberatkan kepada
penciptaan
pertukaran, sedang di pihak yang lain lebih
menitikberatkan kepada pendorongan permintaan. (jurnal Wisnu Wardana, 2007).
Secara singkat promosi berkaitan dengan upaya bagaimana orang dapat mengenal
produk perusahaan, lalu memahaminya, berupa sikap, menyukai, yakin, kemudian akhirnya
membeli dan selalu ingat akan produk tersebut.
xix
Kegitan promosi dalam prakteknya menurut Swastha (1995:278) adalah sebagai
berikut:
1.
Modifikasi tingkah laku
Orang-orang yang melakukan komunikasi itu mempunyai beberapa alasan,
antara lain mencari kesenangan, mencari bantuan, memberikan pertolongan atau intruksi,
pengembangan ide dan pendapat. Sedangkan promosi dari segi lain berusaha merubah
sikap tingkah laku dan pendapat, serta memperkuat sikap dan tingkah laku yang telah ada.
Penjual sebagai sumber selalu berusaha menciptakan kesan yang baik yang ada pada
dirinya (lembaganya) untuk mendorong peningkatan pembelian barang dan jasa yang
ditawarkan.
2.
Pemberitahuan
Kegiatan promosi dapat ditujukan untuk memberitahu pasar yang dituju tentang
penawaran hasil produk suatu perusahaan. Promosi yang bersifat informasi ini harus
dilakukan sejak tahap-tahap awal dari siklus kehidupan produk. Sebagian konsumen tidak
akan membeli suatu produk, apabila mereka belum mengetahui apa bentuk produk tadi
dan apa faedahnya produk tadi. Promosi yang bersifat informatif ini sangat penting
dilaksanakan, karena akan sangat terkesan membantu konsumen dalam memutuskan
untuk membeli atau tidak membeli.
3.
Membujuk
Promosi yang bersifat membujuk (persuasi) umumnya kurang disenangi oleh
sebagian masyarakat. Namun kenyataannya dewasa ini promosi yang bersifat persuasif
ini malah tumbuh dan berkembang, karena hasilnya sangat menguntungkan. Promosi ini
terutama ditujukan untuk meningkatkan jumlah pembelian dari suatu produk yang telah
mulai memasuki tahap pertumbuhan dalam siklus kehidupannya.
4.
Mengingatkan
Promosi yang bersifat mengingatkan dilakukan terutama untuk mempertahankan
merk suatu produk agar tetap diminati oleh para konsumen. Promosi macam ini sangat
xx
perlu dilakukan apabila produk tadi telah memasuki tahap kedewasaan dalam siklus
kehidupannya.
E. Promotion Mix
1.
Pengertian Promotion Mix
Menurut William J. Stanto (2002:410) dalam Wisnu Wardana (2007) promotion
mix adalah kombinasi strategi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan,
personal selling, dan alat promosi yang lain, yang semuanya direncanakan untuk
mencapai tujuan program penjualan.
Promosi merupakan bagian dari bauran pemasaran yang terdiri atas lima
variabel, yaitu: advertising, sales promotion, personal selling, dan publishing. (Kotler,
1997).
a.
Periklanan (Advertising)
Bentuk presentasi dan promosi non pribadi tentang ide, barang maupun jasa
yang dibayar oleh sponsor untuk memberikan informasi kepada masyarakat.
Periklanan merupakan salah satu kegiatan yang banyak dilakukan oleh perusahaan
maupun perseorangan. Dalam periklanan, pihak yang memasang iklan (disebut
sponsor) harus mengeluarkan sejumlah biaya pada media. Jadi menurut Basu
Swastha dan Ibnu Sukotjo (1999:223) periklanan adalah “komunikasi non-individu,
dengan sejumlah biaya, melalui berbagai media yang dilakukan perusahaan, lembaga
non-laba, serta individu-individu”.
Iklan merupakan salah satu instrumen pemasaran modern yang aktivitasnya
didasarkan pada konsep komunikasi. Karena merupakan bentuk komunikasi maka
keberhasilannya dalam mendukung program pemasaran merupakan pencerminan dari
keberhasilan komunikasi.
Agar komunikasi efektif dan mencapai sasaran, terdapat tiga hal yang harus
diperhatikan, yaitu: pengaruh iklan terhadap perubahan perilaku pembelian, proses
komunikasi dan pengambilan keputusan yang mempengaruhi perilaku, serta target
xxi
audiensnya. Bagi sebagian perusahaan iklan melalui media elektronik (televisi)
menjadi alternatif pilihan yang menarik, disamping jangkauannya luas, juga adanya
unsur hiburan sangat mendukung pembentukan persepsi konsumen terhadap suatu
produk, yang pada gilirannya dapat mengarah pada tindakan pertukaran guna
memuaskan berbagai pihak yang terlibat dalam aktivitas pemasaran terhadap pasar
dan konsumen tumbuh sangat cepat. Ini berarti iklan telah berfungsi sebagai ujung
tombak perusahaan dalam menembus pasar yang semakin ketat. Namun meskipun
iklan menjadi pilihan yang menarik bagi perusahaan, iklan bukanlah satu-satunya
elemen penentu yang mampu meningkatkan penjualan karena masih ada elemen
bauran pemasaran lainnya yaitu
produk, harga, dan distribusi yang ikut serta
menentukan berhasil tidaknya penjualan. Selain itu iklan juga membutuhkan biaya
yang tidak sedikit, oleh karenanya iklan harus dirancang sedemikian rupa dengan
pertimbangan yang matang agar tujuan yang hendak dicapai melalui iklan dapat
efektif. Agar suatu pesan iklan menjadi efektif proses pengiriman harus berhubungan
dengan proses penerimaan si penerima, untuk itu komunikator harus merancang
pesan agar menarik perhatian sasarannya.
Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengukur efektifitas iklan
yang dikemukakan oleh Howard (1998:143) adalah Consumer Decision Model
(CDM), dengan enam variabel yang saling berhubungan (interrelated variables),
meliputi: F (Information), B (Brand Recognition), A (Attitude), C (Confidence), I
(Intention) dan P (Purchase). Konsumen mencari dan mempertimbangkan suatu
keputusan untuk membeli produk, dimana masing-masing variabel berinteraksi dan
saling mendukung yang berakhir dengan pembelian. Alur model tersebut diawali dari
konsumen yang menerima informasi (F, Information), kemudian dari informasi
tersebut dapat menyebabkan tiga kemungkinan pengaruh yang dimulai dari
pengenalan merek oleh konsumen (B, Brand Recognition) selanjutnya dievaluasi
apakah pengenalan tersebut sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen
dimana kesesuaian tersebut akan membentuk sikap (A, Attitude), dan selanjutnya
xxii
dapat menciptakan dan menambahkan ke dalam pikiran konsumen sebagai tingkat
keyakinan (Confidence) yang menunjukkan penilaian terhadap merek yang
bersangkutan dapat memberikan kepuasan atau tidak. Pengenalan merek mempunyai
sumbangan berupa penguatan terhadap sikap dan keyakinan konsumen terhadap
merek yang ditawarkan yang kesemuanya itu diharapkan mampu menimbulkan niat
beli (I, Intention) dari konsumen. Hal ini tentu saja akan mampu mempengaruhi
konsumen untuk melakukan pembelian (P, Purchase) yang nyata.
b.
Personal selling (Sales Promotion)
Menurut Kotler, Personal selling adalah penyajian lisan dalam
suatu pembicaraan dengan satu atau beberapa pembeli potensial
dengan tujuan untuk melakukan penjualan (Kotler, 1995:243).
Personal selling merupakan komunikasi antar orang secara
individual. Lain halnya dengan kegiatan dan promosi yang lain, yang
komunikasinya bersifat massal dan tidak bersifat pribadi. Dalam
operasinya personal selling lebih fleksibel dibandingkan dengan yang
lain. Ini disebabkan karena tenaga-tenaga penjual tersebut dapat secara
langsung mengetahui keinginan motif dan perilaku konsumen serta
sekaligus dapat melihat reaksi konsumen sehingga mereka langsung
dapat mengadakan penyesuaian seperlunya.
Tenaga penjual ini dapat pula membantu pihak manajemen
dengan memberikan informasi, misalnya tentang tentang penjualan
kredit, sikap konsumen dan juga sebagai petugas lapangan dalam
penelitian pemasaran. Tetapi, lain pihak kegiatan personal selling ini
akan memberikan beban ongkos yang semakin besar apabila
xxiii
penggunaanny sangat luas dan sulit sekali memperoleh tenaga penjualn
yang betul-betul menguasai produk dan cara menjual yang baik.
Salah satu fungsi tenaga penjual adalah melakukan penjualan
dengan bertemu muka (faced to face selling), dimana seorang penjual
dari sebuah perusahaan
langsung menemui konsumen untuk
menawarkan produknya. Penjual dengan bertemu muka langsung ini
hanya merupakan satu dari beberapa fungsi penting lainnya. Fungsifungsi yang lain tersebut adalah: mengadakan analisis pasar,
menentukan calon konsumen, mengadakan komunikasi, memajukan
pelayanan, mengajukan pelanggan, mempertahankan langganan,
mendefinisikan masalah, mengatasi masalah, mengalokasikan sumbersumber, dan meningkatkan kemampuan diri.
Adapun tahap-tahap yang terdapat dalam personal selling
adalah sebagai berikut:
1) Persiapan sebelum menjual
2) Penentuan lokasi pembeli potensial
3) Pendekatan pendahuluan, dan
4) Pelayanan setelah penjualan.
c.
Promosi penjualan (Personal Selling)
Promosi penjualan ialah kegiatan pemasaran selain personal selling,
periklanan dan publikasi yang digunakan untuk mendorong pembelian oleh
konsumen maupun untuk mengefektivitaskan kegiatan para pengecer. Kegiatankegiatan ini dapat berupa peragaan, demonstrasi, pertunjukan dan lain sebagainya.
xxiv
Meskipun menggunakan istilah promosi, tetapi pengertian
promosi penjualan itu berbeda dengan promosi itu sendiri. Kalau
promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk
mendorong minat pembeli, sedangkan promosi penjualan hanya
merupakan satu bagian dari promosi yang merupakan segala kegiatan
usaha yang dilakukan penjual untuk memperkenalkan produk kepada
calon pembeli dan membujuk konsumen untuk membeli.
Promosi penjualan menurut Kotler adalah intensif jangka
pendek untuk meningkatkan pembelian atau penjualan produk atau
jasa (Kotler dan Armstrong, 1994:159).
Dalam
perusahaan
bagian
promosi
dapat
mengadakan
kerjasama dengan kelompok atau badan lain seperti konsumen, dealer,
distributor atau bagian dalam departemen pemasaran. Sedangkan pada
tingkat pengecer, kegiatan promosi penjualannya terutama ditujukan
pada konsumen.
Metode yang dapat dilakukan di dalam melakukan promosi
penjualan adalah sebagai berikut:
1) Pemberian contoh barang
Penjual dapat member contoh barang secara cuma-cuma pada
konsumen dengan tujuan untuk digunakan atau dicoba. Ini
merupakan salah satu alat promosi yang cukup baik namun biaya
yang diperlukan relatif tinggi.
xxv
2) Hadiah
Pemberian hadiah biasanya langsung diberikan setelah transaksi
penjualan selesai.
3) Kupon berhadiah
Cara ini merupakan yang paling popular saat ini. Banyak penjual
atau produsen menggunakan metode ini karena dianggap efektif
karena
memberikan
pengaruh
yang
sangat
besar
dalam
meningkatkan penjualan.
4) Rabat
Merupakan potongan harga yang diberikan pada pembeli produk
baru, juga dipakai untuk mendorong pembelian ulang atas suatu
barang.
5) Peragaan
Peragaan
ini
merupakan
salah
satu
alat
promosi
yang
menghubungkan produsen dan pengecer.
6) Kupon atau nota
7) Undian.
d.
Publisitas (Publishing)
Publikasi adalah bentuk pendorongan permintaan secara non pribadi untuk
suatu produk, jasa maupun ide dengan menggunakan berita komersial di dalam
media masa. Publikasi ini biasanya sponsor tidak dibebani sejumlah biaya tertentu
secara langsung.
xxvi
Pada hakekatnya promosi adalah untuk menciptakan terjadinya pertukaran
dalam pasar. Pertukaran akan terjadi kalau ada permintaan, permintaan dapat muncul
salah satunya bila ada kegiatan promosi. Promotional mix memuat kombinasi strategi
yang paling baik dari variabel-variabel periklanan, personal selling dan alat promosi
yang lain, yang semuanya direncanakan untuk mencapai tujuan dari program
penjualan: meningkatkan jumlah penjualan agar meningkat pula jumlah laba yang
diperoleh.
Promotional mix untuk setiap jenis produk maupun industri adalah berbedabeda. Pada umumnya periklanan dan personal selling merupakan alat promosi utama
untuk barang dan jasa, dan dalam praktek kedua kegiatan tersebut dapat didukung
serta dilengkapi dengan promosi penjualan, sedangkan publisitas dapat membantu
dalam pembelian karena memberikan kesan positif bagi perusahaan maupun product
line. Dalam menentukan variabel promotional mix yang paling efektif merupakan
tugas yang sulit dalam manajemen pemasaran. Dalam prakteknya manajemen harus
mencari kombinasi yang terbaik atas penggunaan instrumen tersebut. Kesulitan yang
dihadapi adalah bahwa manajemen tidak mengetahui secara pasti tentang luasnya
kegiatan periklanan, personal selling, promosi penjualan, publisitas maupaun alat
promosi yang lain yang dipakai untuk tujuan promosi program penjualan. Selain itu
berapa besar hasil yang dapat dicapai dari pengeluaran-pengeluaran untuk promosi
juga sulit untuk diketahui.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan kombinasi terbaik dari
variabel-variabel promotional mix. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:
besarnya dana yang digunakan untuk promosi, sifat pasar, jenis produksi maupun
tahap-tahap dalam siklus kehidupan barang. Besarnya dana yang tersedia merupakan
faktor penting yang mempengaruhi promotional mix. Perusahaan yang memiliki dana
yang lebih besar maka kegiatan promosinya akan lebih leluasa dibandingkan dengan
perusahaan yang hanya mempunyai sumber dana yang terbatas. Bagi perusahaan
xxvii
yang memproduksi barang-barang konsumsi, kegiatan promosi yang dilakukan agar
lebih efektif adalah personal selling.
2.
Pengaruh Promotion Mix Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah Bank
Menurut Wisnu Wardana (2007), bagian yang penting dari instrumen pemasaran
produk perbankan adalah pesan (message) yang dikomunikasikan kepada calon nasabah
melalui berbagai unsur yang yang terdapat dalam program promosi. Program promosi
merupakan saluran primer bagi komunikasi pesan kepada nasabah, baik nasabah yang ada
maupun nasabah potensial. Hal ini menuntut pihak perbankan untuk mencermati strategistrategi pemasaran yang paling tepat. Salah satu unsur paduan pemasaran yang
berpengaruh terhadap perilaku nasabah adalah paduan pengelolaan produk dan promotion
mix. Pengelolaan produk lebih menekankan bahwa nasabah memerlukan jenis-jenis dan
fasilitas-fasilitas pelayanan tertentu sedangkan promotion mix adalah variabel promosi
yang menggunakan kombinasi iklan, sales promotion dan personal selling. Diharapkan
keputusan menjadi nasabah dapat meningkat, dengan meningkatnya jumlah promotion
mix.
F. Kualitas Pelayanan
1. Pengertian Kualitas Pelayanan
Perusahaan yang sangat berorentasi pada kualitas pelayanan yang
baik dapat menciptakan citra yang baik bagi perusahaan. Definisi kualitas
pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan
pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan
pelanggan (Tjiptono, 2006).
Persepsi kualitas pelayanan (Service Quality) adalah persepsi
konsumen secara keseluruhan baik keunggulan ataupun kelemahan di
xxviii
organisasi dan pelayanannya (Taylor dan Baker, 1994:103). Kualitas
pelayanan merupakan persepsi dari konsumen karena sifatnya yang tidak
nyata (Intangible) serta produksi dan konsumsinya berjalan secara
simultan atau bersamaan.
Kualitas pelayanan (Service Quality) digunakan untuk mengukur
persepsi konsumen terhadap kualitas pelayanan secara keseluruhan baik
keunggulan ataupun kelemahan yang diberikan perusahaan dalam
penelitian ini. (Lerbin R. Aritonang, 2005:27).
Kualitas pelayanan yang diterima konsumen dinyatakan dalam
ukuran besarnya ketidaksesuaian antara harapan dan keinginan konsumen
dengan tingkat persepsi mereka terhadap jasa yang akan diperoleh.
Kualitas pelayanan jasa yang diperoleh selanjutnya diinterprestasikan pada
perbedaan dalam tingkat dan arah pada persepsi kualitas pelayanan dan
harapan pelayanan yang akan diterima oleh konsumen (Vareli Zeithamal,
Parasuraman dan Berry, 1996).
2. Dimensi Kualitas Pelayanan
Menurut A. Parasuraman dalam Tjiptono (2005:273), terdapat lima
dimensi kualitas jasa utama, yaitu:
a. Keandalan (Reliability) yaitu kemampuan memberikan layanan yang
dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.
b. Daya Tanggap (Responsiveness) yaitu keinginan para staf untuk
membantu para pelanggan dan memberikan layanan yang tanggap.
xxix
c. Jaminan (Assurance) yaitu mencakup pengetahuan, kompetensi,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari
bahaya, resiko, atau keragu-raguan.
d. Empati (Empatthy) yaitu meliputi kemudahan dalam menjalin relasi,
komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan pemahaman atas
kebutuhan individual para pelanggan.
e. Bukti Fisik (Tangibles) yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan dan
sarana komunikasi.
Perusahaan dalam melayani usaha dibidang pelayanan jasa, harus
memperhatikan dimensi kualitas (David. A Garvin, 1988, dalam Mowen,
2001) yaitu:
1) Kinerja. Tingkat absolut kinerja jasa pada atribut kunci yang di
indentifikasikan para pelanggan. Sejauh mana jasa digunakan dengan
benar.
2) Interaksi Pegawai. Keramahan sikap hormat dan empati yang ditujukan
oleh masyarakat yang memberi jasa.
3) Kehandalan. Kemampuan memberikan pelayanan yang menjanjikan
dampak positif atau negatif tambahan atas kualitas yang tampak.
3. Prinsip-prinsip Kualitas Pelayanan
Menurut Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra (2005:1) terdapat
enam
prinsip
kualitas
pelayanan
yang
tepat
dalam
melakukan
xxx
penyempurnkan kualitas secara berkesinambungan dengan di dukung oleh
para pemasok, karyawan dan pelanggan:
a. Kepemimpinan
Strategi kualitas perusahaan harus merupakan inisiatif dan komitmen
dari manajemen puncak, tanpa adanya manajemen puncak, usaha
peningkatan kualitas hanya akan berdampak kecil.
b. Pendidikan
Aspek-aspek yang perlu mendapatkan penekanan dalam pendidikan
tersebut antara lain konsep kualitas sebagai strategi bisnis, alat dan
tehnik implementasi strategi kualitas, dan peranan efektif dalam
implementasi strategi kualitas.
c. Perencanaan Strategis
Proses perencanaan strategi harus mencakup pengukuran dan tujuan
kualitas yang digunakan dalam mengarahkan perusahaan untuk
mencapai visi dan misinya.
d. Review
Proses review merupakan salah satu alat yang paling efektif bagi
manajemen
untuk
mengubah
perilaku
organisasi.
Proses
ini
menggambarkan mekanisme yang menjamin adanya perhatian terus
menerus terhadap upaya mewujudkan sasaran-sasaran kualitas.
e. Komunikasi
xxxi
Implementasi strategi kualitas dalam organisasi dipengaruhi oleh
proses komunikasi organisasi, baik dengan karyawan, pelanggan,
maupun stakeholder lainnya (seperti pemasok, pemegang saham,
pemerintah, masyarakat sekitar dan yang lainnya).
f. Total Human Reward
Reward dan recognition merupakan aspek krusial dalam implementasi
strategi kualitas. Setiap karyawan berprestasi perlu diberi imbalan dan
prestasinya harus diakui.
4. Pendekatan Pelayanan Berkualitas
Menurut Zulian Yamit (2004:22) terdapat dua pendekatan
pelayanan berkualitas yang popular, yaitu service triangle dan total quality
service.
a. Service Triangle
Adalah
suatu
model
interaktif
manajemen
pelayanan
yang
menghubungkan antara perusahaan dengan pelanggan. Model tersebut
terdiri dari tiga elemen dengan pelanggan sebagai titik fokus.
1) Strategi pelayanan (service strategy)
Staregi pelayanan adalah strategi untuk memberikan pelayanan
kepada pelanggan dengan kualitas sebaik mungkin sesuai yang
telah ditetapkan perusahaan.
2) Sumber daya manusia yang memberikan pelayanan (service
people)
xxxii
Orang yang berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung
dengan pelanggan harus memberikan pelayanan kepada pelanggan
secara tulus, responsif, ramah, fokus, dan menyadari bahwa
kepuasan pelanggan adalah segalanya.
3) Sistem pelayanan (service sytem)
Sistem pelayanan adalah prosedur pelayanan kepada pelanggan
yang melibatkan seluruh fasilitas fisik termasuk sumber daya
manusia yang dimiliki perusahaan.
b. Total Quality Service
Pelayanan mutu terpadu adalah kemampuan perusahaan untuk
memberikan pelayanan berkualitas kepada orang yang berkepentingan
dengan pelayanan, yaitu pelanggan, pegawai dan pemilik. Pelayanan
terpadu memiliki lima elemen, yaitu:
1) Market and customer research adalah penelitian untuk mengetahui
struktur pasar, segmen pasar, demografis, analisis pasar potensial,
analisis kekuatan pasar, mengetahui harapan dan keinginan
pelanggan atas pelayanan yang diberikan.
2) Strategy formulation adalah petunjuk arah dalam memberikan
pelayanan berkualitas kepada pelanggan sehingga perusahaan
dapat mempertahankan pelanggan bahkan dapat meraih pelanggan
baru.
xxxiii
3) Education, training and communication adalah tindakan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar mempu
memberikan pelayanan berkualitas, mampu memahami keinginan
dan harapan pelanggan.
4) Process improvement adalah desain ulang berkelanjutan untuk
menyempurnakan proses pelayanan, konsep P-D-C-A dapat
diterapkan dalam perbaikan proses pelayanan berkelanjutan.
5) Assessment, measurement, and feedback adalah penilaian dan
pengukuran kinerja yang telah diberikan kepada pelanggan.
5. Pengukuran Kualitas Pelayanan
Zulian Yamit (2004:19) pengukuran kualitas produk dan jasa
pelayanan, pada dasarnya hampir sama dengan pengukuran kepuasan
pelanggan, yaitu ditentukan oleh variabel harapan konsumen dan kinerja
yang dirasakan.
Pengukuran kualitas dapat dilakukan melalui perhitungan biaya
kualitas dan melalui penelitian pasar mengenai persepsi konsumen
terhadap kualitas produk dan kualitas jasa pelayanan. Pengukuran kualitas
melalui penelitian pasar tersebut dapat meggunakan berbagai cara, seperti
menemui konsumen, survey, sistem pengaduan dan panel konsumen.
6. Harapan
Menurut S.O. Olsen & Dolver dalam Fandy Tjiptono (2006:61),
Harapan/ekspetasi pelanggan merupakan keyakinan pelanggan sebelum
xxxiv
mencoba atau membeli suatu produk, yang dijadikan standar atau acuan
dalam menilai kinerja produk tersebut.
Terdapat tiga tipe harapan pelanggan (Tjiptono (2000:64) yaitu:
a. Will Expectation, yaitu tingkat kinerja
yang diprediksi atau
diperkirakan oleh pelanggan akan diterimanya, berdasarkan atas
informasi yang diketahuinya.
b. Should Expectation, yaitu tingkat kinerja yang sudah sepantasnya
diterima pelanggan.
c. Ideal Expectation, yaitu tingkat kinerja optimum atau terbaik yang
diharapkan dapat diterima pelanggan.
Hasil penelitian V. Zeithami dalam (Tjiptono (2005:271),
menunjukkan bahwa terdapat Sembilan faktor utama yang mempengaruhi
harapan pelanggan terhadap suatu jasa yang dapat dirangkum sebagai
berikut:
1) Enduring Service Intensifiters, berupa harapan yang disebabkan oleh
orang lain dan filosofi pribadi seseorang mengenai suatu jasa.
2) Kebutuhan pribadi, meliputi kebutuhan fisik, social, dan psikologis.
3) Transitory Service Intensifiers terdiri atas situasi darurat yang
memberikan jasa tertentu (seperti asuransi kecelakaan dan kesehatan)
serta jasa terakhir yang pernah dikonsumsi pelanggan.
4) Persepsi pelanggan terhadap tingkat layanan perusahaan lain.
5) Self-Perceived Service Role yaitu persepsi pelanggan terhadap tingkat
keterlibatan dalam proses penyampaian jasa.
xxxv
6) Faktor situasional yang berada di luar kendali penyedia jasa.
7) Janji layanan implicit yang tercermin dari harga dan sarana pendukung
jasa.
8) World-Of-Mouth baik dari teman, keluarga, rekan kerja, pakar maupun
publisitas media massa.
9) Pengalaman masa lampau.
Harapan pelanggan pada dasarnya sama dengan pelayanan seperti
apakah yang seharusnya diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan.
Pengaruh dari harapan pelanggan dan kenyataan pelanggan dibandingkan,
sehingga dapat diketahui baik buruknya kualitas pelayanan suatu
perusahaan. Apabila kenyataan yang pelanggan terima melebihi harapan
berarti kualitas pelayanannya baik. Sebaliknya, apabila kenyataan yang
pelnggan terima lebih rendah daripada harapan berarti kualitas
pelayanannya buruk.
7. Persepsi Terhadap Kualitas Pelayanan
Keputusan menjadi nasabah akan diambil apabila proses
penyampaian jasa dari pemberi jasa kepada pelanggan sesuai dengan apa
yang dipersepsikan oleh pelanggan. Oleh karena berbagi faktor, seperti
subyektif pemberi jasa, keadaan psikologis pelanggan maupun pemberi
jasa, kondisi lingkungan ekternal, dan sebaginya tidak jarang memainkan
perannya sendiri-sendiri, maka jasa sering disampaikan dengan cara yang
berada dari yang dipersepsikan oleh pelanggan.
xxxvi
Menurut Zulian Yamit (2004:25) persepsi konsumen merupakan
penilaian subyektif terhadap pelayanan yang diperolehnya.
Menurut Kotler dan Fadny Tjiptono & Gregorius Chandra
(2000:66) Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan akhirnya
pada persepsi pelanggan.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa persepsi merupakan
penilaian pelanggan secara keseluruhan atas aktivitas yang diberikan oleh
penyedia jasa. Jadi, citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut
pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut
pandang atau persepsi pelanggan.
8.
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah Bank
Kualitas pelayanan telah menjadi faktor yang sangat dominan terhadap
keberhasilan organisasi, baik profit maupun Non profit seperti jasa perbankan, jasa
penerbangan dan lain-lain. Salah satu cara membedakan perusahaan jasa dengan
perusahaan bukan jasa adalah pemberian pelayanan dengan kualitas yang konsisten yakni
memenuhi ekspektasi pelanggan sasaran (A. Usmara, 2002:229).
Kualitas pelayanan terbaik merupakan suatu profit strategi untuk meningkatkan
lebih banyak pelanggan yang baru dan menghindari kaburnya pelanggan serta
menciptakan keunggulan khusus.
Menurut Zethamel, Berry, Parasuraman (dalam Botbel dkk, 94)
kualitas pelayanan dapat didefinisikan sebagai penilaian konsumen
terhadap keseluruhan keunggulan produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Sedangkan dalam mengambil suatu keputusan untuk menjadi suatu nasabah
banyak faktor yang dapat memotifasi dan mendorong dalam memutuskan untuk menjadi
xxxvii
suatu nasabah seperti yang dikemukakan oleh Laroche, Rosenblatt & Manning (1986)
dalam jurnalnya Ahmad Mardalis, (2002) dalam penelitian tentang pelayanan dan faktorfaktor yang mempengaruhi keputusan dalam memilih suatu bank menemukan keramahan
staff dipilih responden sebagai faktor yang paling menentukan diikuti oleh jasa operasi
yang lebih cepat, pelayanan yang segera, lokasi yang mudah dicapai dan kecakapan
personal bank dan menurut penelitian Anderson (1976) yang menyimpulkan bahwa yang
dapat mempengaruhi keputusan menjadi nasabah bank bisa timbul dari tetangga dan
sanak keluarga.
Kualitas pelayanan dibangun atas perbandingan suatu faktor utama yaitu
persepsi pelanggan atas layanan yang nyata mereka terima (Perceived Service) dengan
layanan yang sesungguhnya diharapkan atau diinginkan (Expected Service) dengan
demikian Service Quality merupakan seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dengan
harapan pelanggan atas layanan yang mereka terima atau peroleh (Parasuraman, et all,
1996). Jika kenyatan lebih dari yang diharapkan, maka layanan dapat dikatakan bermutu,
sedangkan jika kenyataan kurang dari yang diharapkan, maka layanan dikatakan tidak
bermutu dan apabila kenyataan sama dengan harapan maka layanan disebut memuaskan
sehingga harapan para pelanggan pada dasarnya sama dengan layanan seperti apakah
yang seharusnya diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan
Harapan para pelanggan ini didasarkan pada informasi yang disampaikan dari
mulut ke mulut, kebutuhan pribadi, pengalaman dimasa lampau dan komunikasi eksternal
(iklan dan hubungan bentuk promosi perusahaan lain).
Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Kualitas pelayanan
sangat berpengaruh terhadap keputusan untuk menjadi nasabah Bank karena menurut
penelitian dan pemaparan beberapa teori yang ada seperti penelitian yang dikemukakan
oleh nasabah seperti yang dikemukakan oleh Laroche, Rosenblatt & Manning (1986)
dalam jurnalnya Ahmad Mardalis, (2002) dalam penelitian tentang pelayanan dan faktorfaktor yang mempengaruhi keputusan dalam memilih suatu bank menemukan keramahan
staff dipilih responden sebagai faktor yang paling menentukan diikuti oleh jasa operasi
xxxviii
yang lebih cepat, pelayanan yang segera, lokasi yang mudah dicapai dan kecakapan
personal bank.
G. Keputusan Pembelian
Sejak pertengahan tahun 1990-an dunia mengenal konsep pemasaran
baru yang dikenal dengan istilah the marketing concept, konsep baru itu
menggantikan konsep pemasaran lama yang kurang lebih disebut sebagai the
production concept. Inti ajaran the marketing concept adalah himbauan agar
tujuan
usaha
perusahaan
pemahaman kebutuhan
memperoleh
keuntungan
dicapai
melalui
dan keinginan konsumen. Konsep pemasaran ini
berlainan dengan the production concept. Menurut konsep pemasaran lama
itu perusahaan mencari keuntungan dengan jalan memproduksi barang atau
jasa, memperiklankan produk tersebut, mengalurkannya ke pasar kemudian
menunggu konsumen untuk membelinya.
Keputusan pembelian merupakan salah satu bentuk perilaku konsumen
dalam menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk. Konsumen dalam
mengambil keputusan untuk membeli atau memakai suatu produk akan
melalui sebuah proses dimana proses tersebut merupakan gambaran dari
bagaimana konsumen menganalisis berbagai macam masukan untuk
mengambil keputusan dan melakukan pembelian.
Menurut Assel (1987:28) sebelum membuat keputusan membeli,
konsumen akan melalui tahap proses seperti :
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
xxxix
Perilaku Setelah Membeli
Pembelian
Penilaian Merk
Gambar 2.2
Skema Keputusan Pembelian Konsumen
Pada pengenalan kebutuhan perlu meneliti tentang konsumen untuk
memperoleh jawaban, apakah kebutuhan yang dirasakan atau masalah yang
timbul, apa yang menyebabkan kebutuhan itu muncul. Panjang pendeknya
proses kebutuhan pembelian konsumen diatas, sangat tergantung kepada
keputusan pembelian yang dilakukannya.
Selain diatas, dalam pengambilan keputusan pembelian suatu produk,
terdapat banyak faktor yang mempengaruhi konsumen antara lain (1) Faktor
internal yang meliputi budaya, sosial, pribadi dan psikologi; (2) Faktor
ekternal meliputi keluarga, lingkungan dan bauran pemasaran dan
sebagainnya.
Bagi konsumen yang baru pertama kali membeli/menggunakan sebuah
produk,
akan melakukan
pilihan
tempat
(outlet)
dimana
ia
akan
membeli/menggunakan produk tersebut. Berbeda dengan konsumen yang
melakukan pembelian rutin, yang tidak terlalu mempertimbangkan tempat
pembelian karena kebutuhannya tanpa harus mengadakan seleksi atas tempat
sebelum melakukan pembelian.
Adapun keputusan pembelian bilamana tidak ada faktor-faktor lain
yang mempengaruhi konsumen membeli produk dengan merek yang
xl
menjanjikan paling banyak atribut yang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan yang sesuai mereka.
Akan tetapi apabila pada saat konsumen akan memutuskan pembelian
timbul faktor-faktor yang menghambat ada kemungkinan mereka menunda
atau membatalkan keputusan pembelian. Sebagai contoh faktor hambatan
tersebut adalah harga produk yang naik secara substantial. Contoh lain muncul
kebutuhan lain yang lebih mendesak. Dalam situasi seperti ini proses
pengambilan keputusan membeli berhenti pada tahap penilaian informasi.
Proses pengambilan keputusan pembelian terdiri dari lima tahap yaitu
sebagai berikut (Kotler, 2005:204):
1. Pengenalan Kebutuhan (Need Recognition).
Tahap pertama proses keputusan pembelian dimana konsumen
mengenali permasalahan atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya
perbedaan antara keadaan aktual dan sejumlah keadaan yang diinginkan.
Kebutuhan itu dapat dipicu oleh stimulant internal ketika salah satu
kebutuhan normal (lapar dan haus) naik ke tingkatan yang cukup tinggi
sehingga menjadi pendorong. Kebutuhan juga dapat dipicu oleh
rangsangan eksternal.
Pada tahap itu, pemasar harus meneliti konsumen untuk
mengetahui kebutuhan macam apa atau permasalahan apa saja yang
muncul, apa yang menyebabkan kebutuhan tersebut muncul, dan
bagaimana cara pemasar menuntun konsumen supaya membeli produk
tertentu.
xli
Setelah mengumpulkan informasi seperti itu, pemasar dapat
mengidentifikasi faktor-faktor yang paling sering memicu ketertarikan
terhadap produk dan mengembangkan program pemasaran yang
melibatkan faktor-faktor tersebut.
Pengenalan kebutuhan dapat dipicu oleh periklanan. Iklan ini
menanyakan pertanyaan menarik yang mengingatkan orang tua akan
pentingnya produk tertentu yang berkualitas.
2. Pencarian Informasi (Information Search)
Tahap proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen
tergerak untuk mencari informasi tambahan, konsumen mungkin sekedar
meningkatkan perhatian atau mungkin pula mencari informasi secara aktif.
Konsumen yang tergerak mungkin mencari dan mungkin pula ia
tidak mencari informasi tambahan. Jika dorongan konsumen kuat dan
produk yang memenuhi kebutuhan berada dalam jangkauannya, ia
cenderung akan membelinya. Jika tidak, konsumen akan menyimpan
kebutuhan itu ke dalam ingatan atau mengerjakan pencarian informasi
yang berhubungan dengan kebutuhan itu.
Pada satu tahapan tertentu, konsumen mungkin
sekedar
meningkatkan perhatian. Atau mungkin mengerjakan pengumpulan
informasi secara aktif, dimana in mencari informasi tertulis, menelpon
teman, dan mengumpulkan informasi dengan berbagai cara lain. Jumlah
pencarian yang dikerjakan tergantung pada kekuatan dorongan pada
xlii
dirinya, jumlah informasi awal yang ia miliki, kemudahan pencarian
informasi tambahan, nilai yang ia berikan pada informasi tambahan, dan
kepuasan yang didapat setelah pencarian.
Konsumen dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber.
Sumber itu meliputi sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, rekan
kerja), sumber komersial (iklan, penjual, pengecer, bungkus, situs Web,
dll) sumber publik (media masa, organisasi pemberi peringkat), dan
sumber berdasarkan pengalaman (memegang, meneliti, menggunakan
produk). Pengaruh relatif di antara sumber itu berbeda-beda di antara
berbagai produk dan pembeli. Konsumen biasanya menerima sebagian
besar informasi dari sumber komersial yang dikendalikan oleh pemasar.
Namun demikian, sumber yang paling efektif cenderung yang bersifat
pribadi. Sumber komersial biasanya memberikan informasi kepada
pembeli,
sedangkan sumber pribadi memberikan legitimasi atau
mengevaluasi produk bagi pembeli.
Semakin
banyak
informasi
yang
didapat,
kesadaran
dan
pengetahuan konsumen tentang adanya merek dan fitur akan meningkat.
Dalam pencarian informasi, konsumen banyak mempelajari merek yang
tersedia. Informasi itu juga membantunya meninggalkan pilihan merek
tertentu. Perusahaan harus mendesain bauran pemasarannya agar calon
konsumen sadar dan tahu akan merek-nya. Secara hati-hati perusahaan
harus
mengidentifikasi sumebr
informasi
konsumen dan
tingkat
kepentingan tiap-tiap sumber itu. Konsumen harus ditanyai bagaimana
xliii
awalnya mereka mendengar merek itu, informasi apa yang didapat, dan
bagaimana mereka mengurutkan tingkatan arti penting informasi yang
berbeda-beda itu.
3. Pengevaluasian Alternatif (Evaluation of Alternatives)
Tahap proses keputusan pembeli dimana konsumen menggunakan
informasi untuk mengevaluasi berbagai merek alternative di dalam
serangkaian pilihan.
Sikap konsumen terhadap sejumlah merek tertentu terbentuk
melalui beberapa prosedur evaluasi. Cara konsumen memulai usaha
mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada konsumen individual
dan situasi pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus, konsumen
menggunakan kalkulasi yang cermat dan pikiran yang logis. Dalam waktu
yang lain, konsumen bersangkutan mengerjakan sedikit impulsif atau
bergantung pada intuisi. Terkadang konsumen membuat keputusan
sendirian, kadang tergantung pada teman, petunjuk konsumen, atau
penjual untuk mendapatkan saran pembelian.
Pemasar harus mempelajari pembeli supaya mereka mengevaluasi
alternatif merek secara aktual. Jika pemasar mengetahui proses evaluasi
seperti apa yang terjadi, pemasar dapat mengambil langkah untuk
mempengaruhi keputusan pembeli.
4. Keputusan Pembelian (Purchase Decesion)
xliv
Tahap
proses keputusan dimana
konsumen secara
aktual
melakukan pembelian produk. Secara umum, keputusan pembelian
konsumen akan membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua faktor
yang muncul di antara kecenderungan pembelian dan keputusan
pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Faktor kedua adalah
faktor situasi yang tak terduga. Konsumen mungkin membentuk
kecenderungan pembelian berdasar pada pendapatan yang diharapkan,
harga, dan manfaat produk yang diharapkan. Namun, keadaan tak terduga
dapat mengubah kecenderungan pembelian.
Jadi,
preferensi dan
kecenderungan pembelian tidak selalu menghasilkan pilihan pembelian
aktual.
5. Perilaku Setelah Pembelian (Post Purchase Behavior)
Tahap proses keputusan pembeli konsumen melakukan tindakan
lebih lanjut setelah pembelian berdasarkan pada kepuasan atau
ketidakpuasan mereka. Setelah membeli produk, konsumen akan merasa
puas atau tidak puas dan akan masuk ke prilaku setelah pembelian yang
penting diperhatikan oleh pemasar. Apa yang menentukan pembeli puas
atau tidak puas terhadap pembeliannya? Yaitu terletak pada hubungan
antara harapan konsumen dan kinerja produk yang dirasakan. Jika produk
jauh di bawah harapan konsumen, maka konsumen kecewa, jika produk
memenuhi harapannya,
konsumen terpuaskan, dan jika melebihi
harapannya, maka konsumen akan sangat senang.
xlv
Semakin besar beda antara harapan dan kinerja, semakin besar pula
ketidakpuasan konsumen. Oleh karena itu, penjual harus memberikan janji
yang benar-benar sesuai dengan kinerja produk agar pembeli merasa puas.
Beberapa penjual bahkan menyatakan janji tingkatan kinerja yang lebih
rendah dibandingkan kinerja sebenarnya agar kepuasan konsumen menjadi
sangat tinggi.
Hampir seluruh pembelian penting menghasilkan disonansi
kognitif, atau ketidaknyamanan pembeli karena konflik setelah pembelian.
Setelah pembelian, konsumen merasa puas dengan manfaat merek yang
telah dipilih dan senang untuk menghindari kekurangan dari merek yang
tidak dibeli. Namun, setiap pembelian melibatkan kompromi. Konsumen
mengalami ketidak-nyamanan akibat mendapatkan kekurangan produk
yang dibeli dan kehilangan sejumlah manfaat produk yang tidak dibeli.
Oleh karena itu, konsumen merasakan paling setidak-tidaknya ada
disonansi setelah pembelian pada setiap pembeliannya.
Memuaskan konsumen itu sangat penting, karena penjualan
perusahaan berasal dari dua kelompok dasar yaitu pelanggan baru dan
pelanggan lama. Biasanya biayanya lebih besar untuk menarik pelanggan
baru daripada mempertahankan pelanggan lama dan jalan terbaik untuk
mempertahankan
pelanggan
adalah
dengan
memuaskan
mereka.
Kepuasaan pelanggan merupakan kunci untuk membuat hubungan jangka
panjang
dengan
pelanggan
yakni
untuk
mempertahankan
dan
menumbuhkan konsumen serta untuk memetik hasil yang berupa nilai
xlvi
seumur hidup pelanggan. Pelanggan yang puas akan kembali membeli
produk, berbicara yang menyenangkan tentang produk itu, lebih sedikit
memperhatikan merek dan iklan pesaing, serta membeli produk lain dari
perusahaan yang sama. Banyak pemasar bertindak lebih dari sekedar
memuaskan harapan konsumen, mereka berupaya menyenangkan hati
konsumen. Konsumen yang hatinya merasa senang akan membeli lagi
produk tersebut serta berbicara yang menyenangkan tentang produk dan
perusahaan itu.
Oleh karena itu, perusahaan yang bijaksana perlu mengukur
kepuasan konsumen secara teratur. Perusahaan tersebut tidak dapat
semata-mata mengandalkan pada konsumen yang tidak puas yang secara
sukarela menyampaikan keluahannya kepada perusahaan. Sebesar 96
persen konsumen yang tidak senang tidak pernah menyampaikan
keluhannya. Perusahaan harus membangun system yang mendorong
konsumen menyampaikan keluahannya. Dengan cara itu, perusahaan dapat
mempelajari seberapa baik kinerja perusahaan tersebut dan bagaiamna
meningkatkannya.
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merkmerk dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga membentuk niat untuk
membeli produk atau jasa yang paling disukai, namun ada dua faktor yang
berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian, sebagaimana
gambar berikut ini :
Sikap Orang Lain
xlvii
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Niat
Pembelian
Faktor Situasi Yang
Tidak Terantisipasi
Gambar 2.3
Faktor-faktor Keputusan pembelian
Sumber : Manajemen Pemasaran, Philip Kotler, 2005:208.
Faktor pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang
lain mengurangi alternatif merk yang disukai seseorang akan bergantung
pada dua hal:
pertama, intensitas sikap negatif orang lain terhadap
alternatif yang disukai konsumen, dan kedua, dorongan konsumen untuk
menuruti keinginan orang lain.
Semakin gencar sikap negatif orang lain semakin dekat orang
tersebut dengan para konsumen, semakin besar konsumen akan mengubah
niat pembeliannya. Keadaan sebaliknya juga berlaku preferansi seorang
pembeli terhadap suatu merk akan meningkat jika seseorang yang ia sukai
juga sangat menyukai merk yang sama.
Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang
dapat muncul dan mengubah niat pembelian. Keputusan konsumen untuk
memodifikasi, menunda atau menghindari suatu keputusan pembelian
sangat dipengaruhi oleh resiko yang dirasakan (perceived risk). Besarnya
resiko yang dirasakan berbeda-beda menurut besarnya uang yang
dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian atribut, dan besarnya kepercayaan
diri konsumen.
xlviii
Menurut Kotler (Philip Kotler, 2005:202), kita dapat membedakan
lima peran yang dilakukan orang dalam keputusan pembelian :
a. Pencetus : seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk
membeli suatu produk atau jasa.
b. Pemberi Pengaruh : seseorang yang pandangan atau sarannya untuk
mempengaruhi keputusan.
c. Pengambil Keputusan : seseorang yang mengambil keputusan untuk
setiap komponen keputusan pembelian.
d. Pembeli : orang yang melakukan pembelian dengan sesungguhnya.
e. Pemakai : seseorang yang menggunakan produk atau jasa tersebut.
Jika nasabah tertarik atau senang terhadap suatu produk tertentu,
maka tindakan tersebut akan berulang sampai konsumen menemukan
produk atau jasa pengganti yang lebih baik.
H. Penelitian Terdahulu
Wisnu Wardana (2007) melakukan penelitian untuk Pengaruh Promotion Mix
Terhadap Peningkatan Jumlah Nasabah Bank: Studi Kasus PD. BPR BKK Kecamatan
Bendosari Kabupaten Sukoharjo
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil secara
langsung dari obyek penelitian, yaitu dari data time series perkembangan jumlah nasabah dan
biaya promosi di PD BPR BKK Bendosari, dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2003.
Analisis data menggunakan analisis regresi berganda dalam penelitian ini menggunakan
metode OLS (ordinary least square). Terdapat tiga variabel yang mempengaruhi peningkatan
jumlah nasabah bank yaitu periklanan, sales promotion, dan personal selling. Dari analisis
regresi berganda tersebut biaya iklan, sales promotion dan personal selling mempengaruhi
xlix
peningkatan jumlah nasabah sebesar 64.7% sedangkan sisanya 35.3% dipengaruhi oleh
variabel lain di luar model. Dan secara bersama-sama mempengaruhi peningkatan jumlah
nasabah dengan nilai koefisien sebesar 24.403. Diketahui bahwa nilai t hitung untuk variabel
personal selling sebesar 4.082 lebih besar dari t tabel yaitu 2.704 pada tingkat signifikansi α =
1% sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel personal selling secara signifikan
berpengaruh pada variabel peningkatan jumlah nasabah. Koefisien sebesar 0.003
menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 rupiah biaya personal selling maka akan
meningkatkan jumlah nasabah sebesar 0.003, jika variabel lain dianggap tetap
Penelitian yang dilakukan Sari Yuniarti, (2003) berjudul Analisis Persepsi Nasabah
Terhadap Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Nasabah Pada Bank Pemerinahan dan Swasta di
Malang, didapat hasil bahwa:
1. Faktor Kehandalan (Reliability). Faktor ini dipertimbangkan Nasabah Bank Pemerintah
dan Bank Swasta di Malang, karena nilai percent of variance sebesar 0,173 untuk Bank
Pemerintah dan nilai percent of variance sebesar 0,207 untuk Bank Swasta. Artinya
adalah faktor ini mampu menjelaskan keragaman variabel sebesar 17,3 % untuk bank
Pemerintahan dan sebesar 20,7 % untuk Bank Swasta.
2. Faktor Tampilan Fisik (Tangibles) Faktor ini dipertimbangkan Nasabah Bank Pemerintah
dan Bank Swasta di Malang, karena nilai percent of variance sebesar 0,221 untuk Bank
Pemerintah dan nilai percent of variance sebesar 1,184 untuk Bank Swasta. Artinya
adalah faktor ini mampu menjelaskan keragaman variabel sebesar 22,1 % untuk bank
Pemerintahan dan sebesar 18,4 % untuk Bank Swasta.
3. Faktor Ketanggapan (Responsiveness) Faktor ini dipertimbangkan Nasabah Bank
Pemerintah dan Bank Swasta di Malang, karena nilai percent of variance sebesar 1,177
untuk Bank Pemerintah dan nilai percent of variance sebesar 0,165 untuk Bank Swasta.
Artinya adalah faktor ini mampu menjelaskan keragaman variabel sebesar 17,7 % untuk
bank Pemerintahan dan sebesar 16,5 % untuk Bank Swasta.
4. Faktor perhatian individu (Empathy). Faktor ini dipertimbangkan Nasabah Bank
Pemerintah dan Bank Swasta di Malang, karena nilai percent of variance sebesar 0,253
l
untuk Bank Pemerintah dan nilai percent of variance sebesar 0,203 untuk Bank Swasta.
Artinya adalah faktor ini mampu menjelaskan keragaman variabel sebesar 25,3 % untuk
bank Pemerintahan dan sebesar 20,3 % untuk Bank Swasta.
5. Faktor jaminan (Assurance). Faktor ini dipertimbangkan Nasabah Bank Pemerintah dan
Bank Swasta di Malang, karena nilai percent of variance sebesar 0,177 untuk Bank
Pemerintah dan nilai percent of variance sebesar 0,165 untuk Bank Swasta. Artinya
adalah faktor ini mampu menjelaskan keragaman variabel sebesar 17,7 % untuk bank
Pemerintahan dan sebesar 16,5 % untuk Bank Swasta.
Dari analisis regresi berganda membuktikan bahwa variabel-variabel kualitas
pelayanan tersebut mampu menjelaskan keragaman dalam kualitas pelayanan pada Bank
Pemerintah sebesar 96 % dan 3,2 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti,
sedangkan pada Bank Swasta kualitas pelayanan dijelaskan 97,5 % dan 2,5 % dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak diteliti.
I.
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini di fokuskan pada pengaruh promotion mix
dan kualitas pelayanan terhadap keputusan menjadi nasabah bank.
Hakekatnya konsumen dalam memutuskan untuk menjadi nasabah bank
karena memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginannya
dalam
membuat
keputusan
membeli tersebut banyak
faktor
yang
mempengaruhinya. Selain faktor internal pada nasabah sendiri juga faktor
ekternal.
Dalam jurnal Wisnu Wardana (2007) tentang promotion mix, menemukan bahwa
iklan, personal selling, dan promosi penjualan mempunyai pengaruh positif yang kuat
terhadap peningkatan jumlah nasabah.
Bagian yang penting dari instrumen pemasaran produk perbankan adalah pesan
(message) yang dikomunikasikan kepada calon nasabah melalui berbagai unsur yang yang
li
terdapat dalam program promosi (Kotler, 2002). Program promosi merupakan saluran primer
bagi komunikasi pesan kepada nasabah, baik nasabah yang ada maupun nasabah potensial.
Hal ini menuntut pihak perbankan untuk mencermati strategi-strategi pemasaran yang paling
tepat. Salah satu unsur paduan pemasaran yang berpengaruh terhadap perilaku nasabah
adalah paduan pengelolaan produk dan promotion mix. Pengelolaan produk lebih
menekankan bahwa nasabah memerlukan jenis-jenis dan fasilitas-fasilitas pelayanan tertentu
sedangkan promotion mix adalah variabel promosi yang menggunakan kombinasi iklan, sales
promotion dan personal selling.
Dalam mengambil suatu keputusan untuk menjadi suatu nasabah banyak faktor yang
dapat memotifasi dan mendorong dalam memutuskan untuk menjadi suatu nasabah seperti
yang dikemukakan oleh Laroche, Rosenblatt & Manning (1986) dalam jurnalnya Ahmad
Mardalis, (2002) dalam penelitian tentang pelayanan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan dalam memilih suatu bank menemukan keramahan staff dipilih responden sebagai
faktor yang paling menentukan diikuti oleh jasa operasi yang lebih lama, pelayanan yang
segera, lokasi yang mudah dicapai dan kecakapan personal bank dan menurut penelitian
(Anderson, 1976) yang menyimpulkan bahwa yang mempengaruhi keputusan menjadi
nasabah bank bisa timbul dari ”nasehat” kawan, tetangga, dan sanak keluarga.
Di dalam penelitiannya Fernando Jansen Gultom (2007) menyimpulkan bahwa
dimensi kualitas pelayanan jasa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
nasabah bank.
Dari uraian diatas maka kerangka penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Promotion Mix (X1)
Kualitas Pelayanan (X2)
Keputusan Nasabah (Y)
Uji Validitas dan Reabilitas
Uji Asumsi klasik
lii
Uji Koefesien Determinasi
Kesimpulan dan Implikasi
Gambar 2.4
Skema Kerangka Pemikiran
J. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Ho:
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel promotion mix terhadap
keputusan nasabah.
Ha:
Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel promotion mix terhadap
keputusan nasabah.
2. Ho:
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kualitas pelayanan
terhadap keputusan nasabah.
Ha:
Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kualitas pelayanan terhadap
keputusan nasabah.
3. Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel promotion mix dan kualitas
pelayanan terhadap keputusan nasabah.
Ha:
Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel promotion mix dan kualitas
pelayanan terhadap keputusan nasabah.
liii
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat penelitian tersebut dilaksanakan. Penelitian
dilaksanakan di Bank Central Asia (BCA) Cabang Islamic Village Tangerang.
B. Metode Penentuan Sampel
1.
Populasi Dan Sampel
a.
Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang cirri-cirinya akan
diduga (Singarimbun dan Effendy, 1995:46). Sedangkan menurut Sugiyono
(2003:72) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek dan subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini,
populasinya adalah nasabah yang mempunyai tabungan di Bank Central Asia.
b.
Sampel
Sampel adalah bagian kecil dari suatu populasi. Menurut Sugiyono (2005),
sampel adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan
dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi.
Agar sampel yang diambil representatif atau mewakili populasi maka
pengambilan sampelnya harus tepat. Oleh karena data yang diperoleh tidak jelas dan
tidak dapat diketahui secara pasti jumlah populasi dari nasabah tersebut, maka
penulis mengambil sampel menurut pendapat Singarimbun dan Effendi. Menurut
Singarimbun dan Effendi (1995), jumlah responden yang lebih besar dari persyaratan
minimal sebanyak 30 orang. Jadi dalam penelitian ini, jumlah sampel yang akan
digunakan oleh penulis minimal 30 responden, tetapi penulis menggunakan
liv
responden sebesar 50 responden agar dapat lebih representatif (mewakili populasi
yang ada) dan hasil yang diperoleh lebih akurat dalam menjawab hipotesis
sebelumnya.
2.
Teknik Pengambilan Sampel
Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
melalui cara convenience sampling yaitu unit sampel yang mudah ditemui atau
dihubungi, mudah untuk mengukur dan koorperatif. (Freddy Rangkuti, 2003:171).
C. Metode Pengumpulan Data
1.
Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:
a.
Data Primer
Merupakan data yang diperoleh dari obyek yang kita teliti secara langsung. Dalam
penelitian ini, data primer di dapat langsung dari responden dengan cara
menyebarkan kuesioner dan wawancara langsung kepada nasabah Bank Central Asia.
b.
Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari luar obyek yang diteliti, akan
tetapi memiliki hubungan dengan ada yang telah dikumpulkan baik secara langsung
maupun secara tidak langsung. Data sekunder digunakan oleh peneliti untuk
memberikan gambaran tambahan, gambaran pelengkap ataupun untuk diproses lebih
lanjut. Data sekunder didapat dari Bank Central Asia, misalkan profile Bank Central
Asia.
lv
2.
Jenis Data
Data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner selanjutnya
akan diolah dan dianalisis dengan cara sebagaiberikut:
a. Analisis Kualitatif
Analisis Kualitatif merupakan metode analisis mencantumkan data
yang bukan merupakan angka atau data yang keterangannya tidak
dapat dinyatakan dalam bentuk angka (Arikunto, 2002:124).
b. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif merupakan metode analisis data yang dilakukan
dengan cara mengklasifikasikan, membandingkan, dan menghitung
angka-angka dengan rumus-rumus yang relevan.
3.
Teknik Pengumpulan Data
a.
Kuesioner
Adalah pengumpulan data dengan mengajukan daftar pertanyaan atau pernyataan
kepada nasabah Bank Central Asia yang melakukan transaksi di bank tersebut.
Kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan atau pernyataan merupakan hal
yang penting, mengingat pengumpulan data ini dilakukan dengan kuesioner dan
diharapkan data yang diperoleh dapat dianalisis dan diinterprestasikan untuk diambil
kesimpulan. Kerangka kuesioner pada penelitian ini dibagi dalam tiga bagian, yaitu:
1) Bagian yang memuat keterangan mengenai identitas peneliti, tujuan peneliti,
serta pembuka kuesioner.
2) Bagian yang memuat pertanyaan-pertanyaan mengenai identitas responden
seperti jenis kelamin dan pekerjaan.
lvi
3) Pertanyaan atau pernyataan mengenai informasi atas keterangan yang berkaitan
dengan perilaku nasabah yang akan diteliti terhadap Bank Central Asia. Bagian
ini merupakan inti dari kuesioner.
D. Metode Analisis
Dalam penenlitian ini terdapat dua variabel bebas yaitu promotion mix dan kualitas
pelayanan serta satu variabel terikat yaitu keputusan nasabah. Untuk mengukur kedua variabel
tersebut digunakan instrument pengukuran yang berupa pertanyaan dari masing-masing
indikator untuk tiap-tiap variabel yang diajukan kepada responden melalui kusioner. Jawaban
dari tiap pertanyaan dihitung dengan cara menjumlahkan angka-angka dari pertanyaan,
sehingga jawaban yang berada pada posisi sama, akan menerima secara konsisiten nilai angka
yang juga sama. Dalam Penelitian ini menggunakan Skala Likert. Skala Likert adalah Skala
yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2003:86). Data-data ini diukur dengan
menggunakan Skala Likert menurut S. R. Asikin S (2000:94) dengan empat kategori
penelitian dan masing-masing kategori tersebut diberi bobot penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Skala Likert
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
(STS)
(TS)
(S)
(SS)
1
2
3
4
Sumber: Asikin (2000:94)
E. Pengujian Instrumen Kuesioner
1.
Uji Validitas
lvii
Uji Validitas ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa cermat
suatu tes melakukan fungsi ukurannya. Suatu instrument dinyatakan valid jika instrument
itu mampu mengukur apa yang hendak diungkap. Uji validitas dilakukan dengan cara
menghitung korelasi antar skor masing-masing butir pertanyaan dengan skor Product
Moment Correlation (Indriantoro dan kawan-kawan, 2002). Untuk mengetahui apakah
variabel yang diuji valid atau tidak, hasil dari korelasi dibandingkan dengan angka keritik
tabel korelasi dengan taraf signifikan 1%. Jika korelasi hasil perhitungan lebih besar
dibandingkan dengan angka keritik, maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid dan
signifikan, dan sebaliknya jika angka korelasi hasil perhitungan lebih kecil dibandingkan
angka keritik tabel korelasi maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid dan
signifikan sehingga tidak dapat digunakan dalam analisis.
Adapun rumusan korelasi Product Moment atau sebagai berikut ini:
N ∑ X y − ∑ X ∑Y
r=
{N ∑ X 1 (∑ X )2 }{N ∑ Y 2 (∑ Y )2 }
Keterangan:
r
: Korelasi Product moment
X : Skor item pertanyaan
Y : Skor total setiap variabel untuk masing-masing variabel
N : Jumlah sampel
2.
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas pada tingkat kemantapan atau konsistensi sesuatu alat ukur
(kuesioner). Kuesioner dikatakan reliabel apabila kuesioner tersebut memberikan hasil
yang konsisten jika digunakan secara berulang kali kepada kelompok yang sama akan
menghasilkan data yang sama dan untuk mengetahui tingkat reliabilitas adalah besarnya
nilai Cronbach’s Alpha. Nilai Cronbach’s Alpha semakin mendekati 1 berarti semakin
tinggi konsistensi internal reliabilitasnya. Nilai Cronbach’s Alpha lebih kecil dari 0,60
dikatagorikan reliabilitas kurang baik (Sekaran, 1992, dalam Fernando, 2003).
Adapun rumus metode Cronbach’s Alpha adalah
lviii
α=
Kr
1 + (K − 1)r
Keterangan:
α
: Koefisien kendala alat ukur
K
: Jumlah variabel manifest yang membuat variabel lain
r
: Koefisien rata-rata korelasi antar variabel.
F. Uji Asumsi Klasik
1. Multikolinearitas
Multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan
linier antara variabel-variabel bebas (independent) dalam model regresi.
Jika variabel bebas berkorelasi sempurna maka dapat disebut dengan
multikolinearitas sempurna.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam
model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan varian inflation
factor (VIF). Model regresi yang bebas multikolinearitas mempunyai nilai
VIF berkisar pada angka 1 hingga 10 dan mempunyai angka tolerance
mendekati
independen
kesalahan
sebagai
dalam
mengestimasi
predictor
variabel
kemampuan
dependen.
variabel
Pengujian
multikolinearitas dilakukan dengan cara melihat nilai VIF regresi jika nilai
lix
VIF variabel independen lebih besar dari 10 maka dapat disimpulkan
bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan linier yang sangat kuat
dengan
variabel
bebas
lain.
Adapun
untuk
menghilangkan
multikolinearitas adalah dengan menghilangkan variable bebas tersebut
dari persamaan regresi (Sugardito, dkk, 2006:611).
2. Heterokedastisitas
Heterokedastisitas menunjukkan bahwa variasi variable tidak sama
untuk semua pengamatan. Pada heterokedastisitas kesalahan yang terjadi
tidak random, tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai
dengan besarnya satu atau lebih variabel.
Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual atau pengamatan
kepengamatan lainnya, jika varian residual dan satu pengamatan
kepengamatan lainnya tetap maka disebut homokedastisitas dan tidak
terjadi heterokedastisitas.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya heterokedastisitas ada beberapa
cara yaitu:
1) Melihat grafik plot antara nilai prediksi variable terikat (ZPRED)
dengan
residualnya
(SRESID).
Deteksi
ada
atau
tidaknya
heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara ZPRED dimana sumbu Y adalah
Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya).
lx
2) Dasar analisis, jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk
pola yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit). Jika
tidak ada pola yang jelas secara tititk-titik menyebar diatas dan
dibawah
angka
nol
pada
sumbu
Y,
maka
tidak
terjadi
heterokedastisitas.
3. Uji Normalitas Data
Normalitas data bertujuan untuk menguji apakah suatu data normal
atau tidak dalam penelitian ini adalah normalitas data dengan melihat hasil
uji grafik P-P Plot. Apabila titik-titik menyebar disekitar garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan model regresi layak
dipakai, tetapi sebaliknya apabila titik-titik tidak menyebar disekitar garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas dan tidak
layak dipakai.
G. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pertama akan menguji apakah variabel promotion mix
berpengaruh
signifikan terhadap keputusan nasabah. Uji hipotesis kedua akan menguji apakah variabel
kualitas pelayanan berpengaruh terhadap keputusan untuk menjadi nasabah.
1. Regresi Linier Berganda
Analisis regresi berganda merupakan teknik analisis yang umum
digunakan dalam menganalis hubungan dan pengaruh satu variabel terikat
dengan dua atau lebih variabel bebas. Teknik analisis regresi berganda
dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Rangkuti, 2003:132).
lxi
Υ = b 0 + b 1 x1 + b 2 x 2 + e
Di mana:
Υ
= Keputusan menjadi nasabah
X
1
X
2
a
= Promotion mix
= Kualitas Pelayanan
= Bilangan konstan
b
= Koefisien regresi Promotion mix
b
= Koefisien regresi Kualitas Pelayanan
e
= error term/variabel gangguan
1
2
2. Koefesien Determinasi
Koefisien determinasi berganda (R2) dapat digunakan untuk
mengetahui besarnya sumbangan atau konstribusi dari keseluruhan
variabel bebas (X1 dan X2) pengaruhnya terhadap variabel terikat (Y),
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel bebas yang tidak dimasukkan
ke dalam model. Model dianggap baik bila koefisien determinasi sama
dengan satu atau mendekati satu (Gujarati, 1995:131 dalam Fernando
Jansen Gultom). Adapun bentuk persamaan R2 sebagai berikut:
R2 =
b1 ∑ YX 1 + b2 ∑ YX 2
∑Y
2
Di mana:
R2 = Koefisien determinasi
Y = Variabel terikat
X = Variabel bebas
lxii
2
2
Batas nilai R adalah 0 ≤ R ≤ 1
Apabila R
2
= 1 berarti variable Y 100% dipengaruhi oleh variabel X 1, X 2
tidak berpengaruh terhadap variabel Y.
3. Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara
keseluruhan terhadap variabel dependen. Hipotesis dalam pengujian ini
sebagai berikut:
Ho : b1 = b2 = b3 = ….. = bi = 0
Artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Ha : b1, b2, b3, …. bi ; ≠ 0
Artinya
variabel
independen
berpengaruh
terhadap
variabel
dependen. Ketentuan dari penerimaan atau penolakan hipotesis itu adalah
bila F
statistik
>F
tabel,
maka Ho ditolak. Sebaliknya bila F
statistik
<F
tabel,
maka Ho diterima. F hitung dapat diperoleh dengan rumus :
F statistik = (1-R2)
(n-K-1)
Di mana:
F = Ukuran signifikansi dari koefisien regresi berganda secara
keseluruhan (simultan).
K = Jumlah variabel bebas
lxiii
N = Jumlah sampel
R2 = Koefesien determinasi
Uji F adalah pengujian secara serentak (simultan) variabel promotion
mix dan kualitas pelayanan jasa terhadap keputusan menjadi nasabah Bank
Central Asia. Uji F digunakan untuk menguji hipotesis pertama dengan
nilai Significant 0,05. Jika F
statistik
> Ftabel maka Ho ditolak. Ini berarti
terdapat pengaruh yang signifikan secara serenrak dari variabel promotion
mix dan variabel kualitas pelayanan terhadap keputusan menjadi nasabah
Bank Central Asia, tetapi jika F statistik < Ftabel maka Ho diterima. Ini berarti
tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari variabel
promotion mix dan variabel kualitas pelayanan terhadap keputusan
menjadi nasabah Bank Central Asia.
4. Uji t
Uji t (uji statistic koefisien regresi) bertujuan untuk mendefikasi apakah
koefisien regresi dari variabel penjelas (independent variable) berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel tergantung (dependent variable).
Jadi dalam uji t disini untuk mengetahui pengaruh variabel
promotion mix dan variabel kualitas pelayanan secara parsial tarhadap
keputusan menjadi nasabah Bank Central Asia, maka digunakan uji t.
Hasil uji t dapat dilihat pada Output Coefficients. Persamaan regresi yang
di dapat ialah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + …. beXe + e
Hasil uji t merupakan hasil pengambilan keputusan terhadap
hipotesis statistik:
lxiv
1) Ho : b1 = 0
2) Ho : b2 = 0
3) Ho : b1, b2 = 0
Ha : b1 ≠ 0
Ha : b2 ≠ 0
Ha : b1, b2 ≠ 0
Pengambilan keputusan dilakukan dengan dua cara:
1) Bandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Jika nilai t hitung > t tabel, maka Ho
ditolak.
2) Bandingkan nilai probabilitas (dalam output SPSS tertulis Sig) dengan
besarnya nilai alpha. Jika probabilitasnya lebih kecil daripada nilai
alpha, maka Ho ditolak.
Apabila t
hitung
>t
tabel
pada taraf uji 5%, berarti hipotesis nol (Ho)
ditolak. Dengan demikian, secara parsial variabel promotion mix dan
variabel kualitas pelayanan mempunyai pengaruh signifikan terhadap
keputusan menjadi nasabah Bank Central Asia, tapi sebaliknya apabila t
hitung
< t tabel pada taraf uji 5%, berarti hipotesis nol (Ho) diterima. Dengan
demikian, secara parsial variabel promotion mix dan kualitas pelayanan
jasa mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan menjadi nasabah
Bank Central Asia.
H. Operasional Variabel Penelitian
Varabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen,
yaitu sebagai berikut:
1.
Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predicator, antecendent.
Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel independen
adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel dependen (terikat).
lxv
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independent adalah promotion mix
(X1) (periklanan, sales promotion, dan personal selling). Menurut William J. Stanto
(2002:410) promotion mix adalah kombinasi strategi yang paling baik dari variabelvariabel periklanan, personal selling, dan alat promosi yang lain, yang semuanya
direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan. Dan kualitas pelayanan (X2)
(simpati, jaminan, teknologi, dan keamanan). Kualitas pelayanan disini hanya sebatas unit
keamanan pelayanan nasabah (customer service) yaitu, unit yang fungsinya untuk
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dalam melayani nasabah atau pun calon nasabah
yang ingin melakukan transaksi perbankan (Ekarina Kumarawati, 2006).
2.
Variabel Dependen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel autput, kreteria konsekuen dalam
bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel dependen merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independent
yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah keputusan menjadi nasabah
(Y). Keputusan nasabah merupakan salah satu bentuk perilaku konsumen dalam
menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk atau jasa.
Tabel 3.2
Operational Variabel Penelitian
No
1.
Variabel
Promotion Mix
Sub Variabel
a. Periklanan
(X1)
Indikator
Skala
Meluruskan kesan yang salah.
Ordinal
Mendorong
b. Personal Selling
pembeli
untuk
menerima kunjungan salesman
Ordinal
Membangun citra perusahaan.
c. Publisitas
Mendorong
pembeli
belanja saat itu juga.
untuk
Ordinal
d. Promosi
Penjualan
Ordinal
lxvi
2.
Kualitas
a.
Simpati
Keramahan
dan
kecakapan
Ordinal
karyawan dalam berkomunikasi.
Pelayanan (X2)
Kemampuan karyawan dalam
menjalin hubungan interaktif.
Ordinal
Kerahasiaan nasabah terjamin.
Keberadaan teknologi canggih.
b.
Jaminan
Menempatkan
petugas
yang
Ordinal
cukup.
c.
Teknologi dan,
d.
Keamanan.
Ordinal
Ordinal
3.
Keputusan
a.
Nasabah (Y)
Pengenalan
Pilihan
kebutuhan.
kebutuhan.
dalam
memenuhi
Kebutuhan dari produk tersebut.
Ordinal
Ordinal
Perolehan informasi.
b.
c.
Ordinal
Pencarian
informasi.
Kemudahan pencarian barang.
Evaluasi
Harga yang diberikan.
alternatif.
Keputusan pembelian produk.
Sikap nasabah setelah membeli.
d.
Keputusan
Ordinal
Ordinal
Ordinal
pembelian.
e.
Perilaku pasca
Ordinal
pembelian.
lxvii
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat
ditarik beberapa kesimpulan:
1.
Hasil uji regresi menunjukkan bahwa promotion mix dan kualitas pelayanan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keputusan menjadi nasabah. Hal ini sesuai dengan
penelitian terdahulu Wisnu Wardana (2007), dapat ditemukan bahwa iklan, sales
promotion, dan personal selling mempengaruhi peningkatan jumlah nasabah sebesar 64,7
%, sedangkan sisanya 35,3 % dipengaruhi oleh variabel lain, dan penelitian yang
dilakukan Sari Yuniarti (2003), dari analisis regresi berganda membuktikan bahwa
variabel-variabel kualitas pelayanan tersebut mampu menjelaskan keragaman dalam
kualitas pelayanan pada Bank Pemerintahan dan Bank Swasta.
2.
Variabel yang paling dominan terhadap keputusan menjadi nasabah Bank Central Asia
yaitu variabel kualitas pelayanan dengan nilai regresi sebesar 0,899, yang artinya apabila
jika setiap adanya penambahan sebesar 1 satuan varabel kualitas pelayanan, maka dapat
menyebabkan keputusan menjadi nasabah sebesar 0,899.
3.
Nilai koefesien determinasi (R Square) sebesar 0.55 yang berarti bahwa promotion mix
dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap keputusan menjadi nasabah sebesar 55%,
sedangkan sisanya sebesar 45% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diketahui dan
tidak termasuk dalam penelitian ini, dan nilai koefesien determinasi yang telah
disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar 0,530, artinya bahwa promotion mix dan
kualitas pelayanan berpengaruh terhadap nilai keputusan menjadi nasabah sebesar 53% .
B. Implikasi
lxviii
Berdasarkan kesimpulan diatas, keputusan menjadi nasabah terhadap Bank Central
Asia (BCA) secara signifikan dipengaruhi oleh promotion mix dan kualitas pelayanan.
Implikasi dalam penelitian ini adalah:
1.
Keputusan menjadi nasabah dalam menggunakan produk dan jasa Bank Central Asia
ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh variabel promotion mix dan kualitas pelayanan,
akan tetapi juga dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian oleh
penulis.
2.
Sebagai bank swasta terbesar di Indonesia seperti Bank Central Asia memiliki jaringan
yang terinegrasi dan tersebar di seluruh Indonesia. Oleh karena itu perusahaan harus
dapat menjaga kualitas pelayanan, khususnya yang berhubungan langsung dengan calon
nasabah yaitu customer service serta terus menginformasikan produk atau jasa bank
(melalui iklan, personal selling, dan sales promotion) sehingga nasabah tidak beralih pada
bank lain.
3.
Untuk mempertahankan nasabah agar tetap loyal terhadap layanan yang diberikan, bank
sebaiknya menyediakan rangkaian jasa yang luas untuk memenuhi kebutuhan spesifik
para
nasabah.
Dalam
mengembangkan
produk
dan
jasa
bank
sebaiknya
mempertimbangkan kebutuhan nasabah yang selalu berubah, dan untuk penyempurnaan
setiap produk atau jasa bisa juga menambahkan fitur baru untuk meningkatkan
kenyamanan nasabah dalam menggunakannya. Kemudian dikomunikasikan ke konsumen
melalui promotion mix untuk memperkenalkan produk atau jasa Bank Central Asia yang
memiliki tingkat kualitas pelayanan yang mengutamakan kepuasan nasabah sehingga
keputusan menjadi nasabah Bank Central Asia semakin meningkat.
lxix
DAFTAR PUSTAKA
Basu, Swasta, “Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern)”, Edisi
Ketiga, Cetakan Kedelapan, Penerbit Liberty, Yogjakarta, 2000.
Abdul, Hamid, “Panduan Penulisan Skripsi”, Cetakan Ketiga, Grafika Karya Utama, Jakarta,
2006
A. Usmara, Starategi Baru Manajmen Pemasaran, Amara Books, Yogyakarta, 2003.
Boyd, Walker dan Larrenche, “Manajemen Pemasaran (Suatu Pendekatan Strategis dengan
Orientasi Global)”, Edisi Kedua, Jilid 1, Diterjemahkan oleh Imam Nurmawan, Jakarta,
Penerbit Erlangga, 2000.
________________________ “Manajemen Pemasaran (Suatu Pendekatan Strategis dengan
Orientasi Global)”, Edisi Kedua, Jilid 2, Diterjemahkan oleh Imam Nurmawan, Jakarta,
Penerbit Erlangga, 2000.
Effendy Singarimbun N, Metodologi Penelitian Survei, edisi Pertama, LP3ES Jakarta, 1995.
Ekarina
Kumarawati,
Institut
Teknologi
Bandung,
http://www.lpp.uns.ac.id/web/moodle/moodledata/32/unssignment/22/14.
2006.
Fernando Jansen Gultom. “Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan Jasa Bank Jatim Terhadap
Kepuasan Nasabah Bank”, artikel diakses tanggal 26 November 2007, dari
http://dspace.fe.unibraw.ac.id/dspace/bitstream/123456789/260/1/
RBFE.0365.pdf
Indriantoro, Nur dan Supsomo, Bambang, “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen”, edisi 1, BPF Yogyakarta, Yogyakarta, 2002.
Kolter, Philip dan Armstrong, Gary, “Dasar-Dasar Pemasaran”, Edisi B. Indonesia,
Diterjemahkan oleh Drs Alexander Sindoro, Jakarta, Penerbit Prenhalindo, 2000.
______________________________ “Manajemen Pemasaran”, Edisi Milenium, Jilid 1,
Diterjemahkan oleh Hendra Teguh, Ronny A, Rusli dan Benyamin Molan, Jakarta,
Penerbit Prenhalindo, 2002.
Kolter, Philip dan Susanto, A,B. “Manajemen Pemasaran di Indonesia (Analisis, Perencanaan,
Implementasi dan Pengendalian)”, Jilid 2, Salemba empat, Salemba, 2005.
Kuncoro, Mudrajad, “Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi”, BPFE Yogjakarta, 2002.
Rangkuty, Freddy, “Riset Pemasaran”, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis”, Penerbit CV Alvabeta, Bandung, 2003.
________, “Metode Penelitian Bisnis”, Cetakan Kedelapan, Penerbit CV Alvabeta, Bandung,
2005.
Supanomo, Prof. Dr, Jony Alexsandra, “Desain Proposal Penelitian Studi Pengajuran, Penerbit
Andi, Yogyakarta, 2005.
lxx
S. R. Asikin S Dj, “Pengantar Metodologi Pendidikan”, Jakarta: Proyek Pengembangan Perguruan
Tinggi IKIP, Tahun 2000.
Tjiptono, Fandy, “Perspektif Manajemen dan Pemasaran Konterporer”, Penerbit Andy,
Yogyakarta, 2005.
______________ “Strategi Pemasaran”, Cetakan Pertama, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta,
1995.
Undang-undang RI N0. 7 tahun 1992 tentang Perbankan.
Uyanto, Stanislaus S, Pedoman Analisis Data dengan SPSS, Cetakan Pertama, Penerbit Graha
Ilmu, Yogyakarta, 2006.
Wisnu Wardana. “Pengaruh Promotion Mix Terhadap Peningkatan Jumlah Nasabah Bank”,
artikel
diakses
tanggal
24
November
2007,
dari
http://emprints.ums.sc.id/139/01/wisnuwardana.pdf
www.bca.co.id
Zulian Yamit, “Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, Cetakan Keempat, Penerbit Ekonisia
Fakultas Universitas Islam Indonesia (UII) Yogjakarta, Tahun 2005.
lxxi
lxxii
Download