15 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Sumber Pendanaan
Keputusan pendanaan suatu perusahaan merupakan keputusan yang dilakukan
oleh manajer keuangan yang berkaitan dengan bagaimana membiayai keputusan
investasi yang akan dilakukan perusahaan. Keputusan pendanaan meliputi : pertama,
berkaitan dengan darimana dana perusahaan dipenuhi dan kedua, berkaitan dengan
analisis biaya dana/modal yang dipergunakan perusahaan.
Sumber pendanaan perusahaan dapat dibagi menjadi dua sumber yaitu sumber
dana menurut asalnya dan sumber dana menurut jangka waktunya.
1)
Sumber Dana Menurut Asalnya
Wiagustini (2010:207) menyatakan bahwa sumber dana atau sumber modal
perusahaan menurut asalnya dapat dikategorikan sebagai berikut :
(1)
Sumber internal
Dana yang berasal dari sumber internal (internal sources) adalah dana atau
modal yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan seperti laba
ditahan (retained earning) dan penyusutan (depreciation). Besarnya laba
ditahan/cadangan dipengaruhi oleh besarnya laba yang diperoleh selama
periode tertentu, deviden policy dan plowing back policy yang dijalankan oleh
perusahaan. Meskipun jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu
15
besar, tetapi oleh karena perusahaan mengambil kebijakan bahwa sebagian
besar dari laba tersebut dibagikan sebagai deviden, maka bagian laba yang
ditahan akan kecil jumlahnya, dan sebaliknya laba ditahan akan cenderung
besar jika perusahaan mengambil kebijakan penanaman kembali dalam
perusahaan yang besar.
Sumber intern selain berasal dari laba ditahan/cadangan juga berasal dari
depresiasi. Besarnya depresiasi setiap tahunnya tergantung pada metode
depresiasi yang digunakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Sementara
sebelum depresiasi tersebut digunakan untuk mengganti aktiva tetap yang akan
diganti, dapat digunakan untuk membelanjai perusahaan meskipun waktunya
terbatas sampai saat penggantian tersebut. Selama waktu itu depresiasi
merupakan sumber dana atau modal di dalam perusahaannya sendiri.
(2)
Sumber eksternal
Sumber eksternal (external sources) adalah sumber yang berasal dari luar
perusahaan. Dana yang berasal dari sumber eksternal adalah dana yang berasal
dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam
perusahaan. Dana atau modal yang berasal dari para kreditur adalah merupakan
hutang bagi perusahaan yang bersangkutan dan modal yang berasal dari
kreditur tersebut ialah apa yang disebut modal asing. Metode pembelanjaan
dengan modal asing disebut dengan pembelanjaan asing atau pembelanjaan
dengan hutang (debt financing).
16
Dana atau modal yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil bagian di
dalam perusahaan adalah merupakan dana yang akan tetap ditanamkan dalam
perusahaan yang bersangkutan, dan dana ini dalam perusahaan tersebut akan
menjadi modal sendiri. Metode pembelanjaan dengan menggunakan dana yang
berasal dari pemilik atau calon pemilik tersebut disebut pembelanjaan sendiri
(equity financing). Maka dari itu, dana yang berasal dari sumber eksternal
adalah dana yang terdiri dari modal asing dan modal sendiri.
Pada dasarnya pihak-pihak pemberi dana atau modal ekstern yang utama dapat
digolongkan dalam tiga golongan yaitu : a) supplier, b) bank dan c) pasar
modal. Supplier memberikan dana kepada suatu perusahaan di dalam bentuk
penjualan barang secara kredit, baik untuk jangka pendek (kurang dari 1 tahun),
maupun untuk jangka menengah (lebih dari 1 tahun dan kurang dari 10 tahun).
Bank adalah lembaga kredit yang mempunyai tugas utama memberikan kredit
di samping pemberian jasa-jasa lain di bidang keuangan. Pemberian kredit oleh
bank bisa jangka pendek (kurang dari 1 tahun), jangka menengah (lebih dari 1
tahun dan kurang dari 10 tahun), dan jangka panjang (lebih dari 10 tahun) .
Pasar Modal (capital market) adalah merupakan sumber dana ektern bagi suatu
perusahaan, dimana pasar modal didefinisikan sebagai suatu pengertian abstrak
yang mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi yang
kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal (investor) disatu pihak dan
emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang dilain
pihak, atau dengan kata lain adalah tempat (dalam artian abstrak) bertemunya
17
penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau jangka panjang.
Pemodal yang dimaksud adalah perorangan atau lembaga yang menanamkan
dananya dalam efek, sedangkan emiten adalah perusahaan yang menerbitkan
efek untuk ditawarkan kepada masyarakat.
2)
Sumber Dana Menurut Jangka Waktunya
Selanjutnya sumber dana atau sumber modal perusahaan menurut jangka
waktunya dapat dikategorikan sebagai berikut (Wiagustini, 2010:214) :
(1)
Sumber Dana Jangka Pendek
Sumber dana jangka pendek merupakan sumber dana yang tertanam di dalam
perusahaan selama maksimal satu tahun. Terdapat beberapa jenis sumber dana
jangka pendek yang sering dipergunakan oleh perusahaan seperti : accrual
account, hutang dagang, hutang bank, commercial paper, factoring, dan lainlainnya.
a)
Accural Account, merupakan jenis hutang bebas bunga, seperti misalnya
kebiasaan perusahaan membayar gaji karyawannya mingguan, atau
bulanan. Sebelum waktu pembayar gaji tersebut, perusahaan dapat
menggunakan dana tersebut tanpa biaya bunga, dalam arti bahwa
perusahaan tidak perlu membayar bunga atas hutang gaji.
b)
Hutang Dagang, merupakan sumber pembiayaan jangka pendek yang
paling besar bagi perusahaan, misalnya perusahaan seringkali dapat
membeli persediaan yang diperlukan secara kredit dari perusahaan lain.
18
c)
Hutang Bank, merupakan sumber dana jangka pendek yang biasanya
dikeluarkan oleh bank-bank komersial. Biaya hutang jangka pendek ini
sangat bervariasi untuk berbagai peminjam pada suatu waktu tertentu.
Secara teoritis tingkat bunga akan cenderung tinggi bagi peminjam yang
berisikio tinggi dan sebaliknya relatif rendah untuk peminjam yang
bonafide.
d)
Commercial Paper, merupakan satu bentuk promissory note tanpa
jaminan yang dikeluarkan oleh perusahaan besar, profitable dan dijual
kepada perusahaan lain seperti asuransi, money market mutual fund dan
bank. Commercial paper ini biasanya dikeluarkan dalam satuan yang
relatif besar dengan bunga yang lebih rendah dari pada prime rate dan
biasanya jatuh tempo dalam waktu satu hingga sembilan bulan.
e)
Factoring (anjak piutang), berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Keuangan No.1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 yang
dimaksud dengan perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang
melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau
pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu
perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri, disamping
penata usahaan penjualan kredit serta penagihan piutang perusahaan
nasabah. Kegiatan factoring bisa dilakukan oleh perusahaan anjak piutang
dan bank.
19
(2)
Sumber Dana Jangka Menengah
Sumber dana jangka menengah merupakan sumber dana yang tertanam di
dalam perusahaan selama lebih dari 1 tahun dan kurang dari 10 tahun. Adapun
jenis sumber dana jangka menengah terdiri dari term loan, equipment loan,
leasing, modal ventura, dan lain-lain.
a) Term Loan, merupakan salah satu jenis pembiayaan jangka menengah.
Dipandang dari biaya modalnya, term loan ini memiliki biaya yang lebih
rendah daripada modal saham ataupun obligasi. Hal ini disebabkan karena
jika perusahaan harus mengeluarkan saham atau obligasi, maka harus
membayar biaya emisi, pendaftaran dan biaya lain yang berkaitan
pengeluaran saham atau obligasi. Dengan demikian untuk keperluan dana
yang tidak terlalu besar, penjualan saham dan obligasi ini biayanya terlalu
besar. Dibandingkan dengan hutang jangka pendek, term loan lebih baik
karena tidak segera jatuh tempo dan peminjam memberikan jaminan
pembayaran secara periodik yang mencakup bunga dan pokok pinjaman.
b)
Equipment loan, merupakan pembiayaan yang dipergunakan untuk
pengadaan perlengkapan baru. Equipment loan ini biasanya diberikan
oleh bank komersial, penjual perlengkapan, perusahaan asuransi, dana
pensiun dan lembaga pembiayaan lainnya. Ada dua instrumen yang dapat
dipergunakan untuk membiayaai equipment ini yaitu melalui kontrak
penjualan kondisional dan hipotek barang bergerak.
20
c)
Leasing, merupakan suatu kontrak antara pemilik aktiva yang disebut
dengan lessor dan pihak lain yang memanfaatkan aktiva tersebut yang
disebut lessee untuk jangka waktu tertentu. Salah satu manfaat leasing
adalah lessee dapat memanfaatkan aktiva tersebut tanpa harus memiliki
aktiva tersebut. Sebagai kompensasi manfaat yang dinikmati, maka lessee
mempunyai kewajiban membayar secara periodik sebagai sewa aktiva
yang digunakan. Manfaat lain adalah bahwa lessee tidak perlu
menanggung biaya perawatan, pajak dan asuransi.
d)
Modal Ventura, merupakan bentuk pembiayaan penyertaan modal yang
bersifat sementara ke dalam Perusahaan Pasangan Usaha (PPU). Setelah
PPU tersebut mandiri baik dari segi pasar, pengelolaan serta telah
memiliki modal usaha yang cukup, maka saham PPU yang dimiliki oleh
Perusahaan Modal Ventura akan dijual kembali kepada PPU atau pihak
lain.
(3)
Sumber Dana Jangka Panjang
Sumber dana jangka panjang adalah sumber dana yang tertanam pada
perusahaan dalam jangka waktu lebih dari 10 tahun. Terdapat berbagai jenis
sumber dana jangka panjang yang tersedia bagi perusahaan seperti misalnya
hutang jangka panjang, obligasi, saham preferen dan saham biasa.
a)
Hutang jangka panjang, merupakan suatu bentuk perjanjian antara
peminjam dengan kreditur diamana kreditur bersedia memberikan
pinjaman sejumlah tertentu dan peminjam bersedia untuk membayar
21
secara periodik yang mencakup bunga dan pokok pinjaman. Hutang
jangka panjang ini dapat diperoleh melalui bank, perusahaan, asuransi,
atau dapat juga ke dana pensiun.
b)
Obligasi, merupakan surat tanda hutang yang dikeluarkan oleh
perusahaan sejumlah dan akan jatuh tempo pada waktu tertentu dan
memberikan pendapatan sebesar bunga tertentu. Obligasi sebenarnya
sama dengan hutang jangka panjang yang diperoleh bank, hanya saja
obligasi ini penjualannya dipublikasikan dan dijual kepada investor
langsung.
c)
Saham preferen, seperti halnya long term debt, saham preferen juga
memberikan pendapatan yang relatif konstan disamping itu biaya modal
saham preferen cenderung lebih tinggi daripada biaya hutang, karena
risiko yang dihadapi pemegang saham preferen lebih besar dari risiko
pemegang obligasi. Pemegang saham preferen memiliki preferensi atau
prioritas dalam pembayaran deviden.
d)
Saham biasa, merupakan sumber dana yang permanen, karena akan
tertanam dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas
selama perusahaan masih menjalankan kegiatan operasi. Pendapatan yang
diterima oleh pemegang saham biasa adalah laba setelah dikurangi pajak
dan deviden saham preferen.
22
2.1.2 Struktur Modal
Keputusan bidang keuangan yang sangat penting bagi perusahaan yakni
keputusan dalam memilih sumber pembiayaan dalam menentukan bagaimana seluruh
aktiva perusahaan dibiayai, apakah hanya dengan menggunakan modal sendiri,
pinjaman atau menggunakan kombinasi dari keduanya. Rasio hutang jangka panjang
terhadap modal sendiri menggambarkan struktur modal perusahaan dan rasio hutang
terhadap modal akan menentukan besarnya leverage keuangan yang digunakan
perusahaan (Sartono, 2010:221).
Struktur modal merupakan pembelanjaan permanen dimana mencerminkan
perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal
merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen,
jangka panjang dengan saham preferen dan saham biasa (Riyanto, 2011:22).
Sementara struktur keuangan merupakan perimbangan antara total hutang dengan
modal sendiri. Dengan kata lain, struktur modal merupakan bagian dari struktur
keuangan (Sartono, 2010:225).
Keputusan struktur modal berkaitan dengan pemilihan sumber dana yang
berasal dari dalam perusahaan berupa laba ditahan dan depresiasi serta dari luar
perusahaan berasal dari kreditur dan pemilik perusahaan. Penambahan hutang akan
memperbesar risiko perusahaan sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian
yang diharapkan (Saleem et al. 2013). Risiko yang semakin tinggi mengakibatkan
membesarnya hutang dan cenderung menurunkan harga saham, namun dapat
23
meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan dan menaikkan harga saham
tersebut.
Dengan demikian untuk mencapai struktur modal yang optimal dikehendaki
agar perusahaan dalam keadaan bagaimanapun juga jangan mempunyai jumlah utang
yang lebih besar dari jumlah modal sendiri sehingga modal yang dijamin tidak lebih
besar dari modal yang menjadi jaminan (Riyanto, 2011:298). Kesalahan pada struktur
modal akan meningkatkan risiko financial, yaitu risiko dimana perusahaan tidak lagi
mampu membayar bunga ataupun pelunasan utang-utangnya. Struktur modal
merupakan masalah penting bagi setiap perusahaan karena mempunyai efek langsung
terhadap posisi keuangan perusahaan sehingga manajer keuangan harus mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal agar dapat memaksimalkan
kemakmuran pemegang saham perusahaan. Salah satu alat ukur yang digunakan
untuk menilai tingkat struktur modal perusahaan adalah debt to equity ratio. Struktur
modal yang diukur dengan menggunakan debt to equity ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk dapat menilai hutang dengan ekuitas dengan cara membandingkan
antara
seluruh
hutang,
termasuk
hutang
lancar
dengan
seluruh
ekuitas
(Sartono,2010:267).
Untuk menentukan struktur modal yang optimal, para manajer keuangan perlu
mempertimbangkan beberapa faktor penting (Brigham dan Houston, 2011:188)
diantaranya :
24
1)
Stabilitas Penjualan
Suatu perusahaan yang penjualannya relatif stabil dapat secara aman
mengambil hutang dalam jumlah yang lebih besar dan mengeluarkan beban
tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya
tidak stabil.
2)
Struktur Asset
Perusahaan yang assetnya memadai untuk digunakan sebagai jaminan pinjaman
cenderung akan cukup banyak menggunakan utang. Asset umum yang
digunakan oleh banyak perusahaan dapat menjadi jaminan yang baik, sementara
tidak untuk asset dengan tujuan khusus.
3)
Leverage operasi
Jika hal lain dianggap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih
rendah akan lebih mampu menerapkan leverage keuangan karena perusahaan
tersebut akan memilki usaha yang lebih rendah.
4)
Tingkat pertumbuhan
Jika hal lain dianggap sama maka perusahaan yang memiliki partumbuhan yang
lebih cepat harus lebih mengandalkan diri pada modal eksternal. Selain itu
biaya emisi yang berkaitan dengan penjualan saham biasa akan melebihi biaya
emisi yang terjadi ketika perusahaan menjual hutang, mendorong perusahaan
yang mengalami pertumbuhan pesat untuk lebih mengendalikan diri pada
hutang.
25
5)
Profitabilitas
Sering kali diamati bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian atas
investasi yang sangat tinggi ternyata menggunakan hutang dalam jumlah yang
relatif sedikit. Tingkat pengembalian hutang yang tinggi memungkinkan
perusahaan-perusahaan tersebut melakukan sebagian besar pendanaan melalui
dana yang dihasilkan secara internal.
6)
Pajak
Bunga merupakan suatu beban pengurangan pajak, dan pengurangan ini lebih
bernilai bagi perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi. Jadi makin tinggi tarif
pajak suatu perusahaan maka makin besar keunggulan dari hutang.
7)
Kendali
Pengaruh hutang dibandingkan saham pada posisi kendali suatu perusahaan
dapat memengaruhi struktur modal. Pertimbangan kendali dapat mengarah pada
penggunaan baik itu hutang maupun ekuitas karena jenis hutang yang
memberikan perlindungan terbaik kepada manajemen akan bervariasi dari satu
situasi yang lain. Apapun kondisinya jika manajemen merasa tidak aman, maka
manajemen akan mempertimbangkan situasinya kendali.
8)
Sikap manajemen
Tidak ada yang dapat membuktikan bahwa satu struktur modal akan mengarah
pada harga saham yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur yang lain.
Manajemen dapat melaksanakan pertimbangannya sendiri tentang struktur
modal yang tepat. Beberapa manajemen cenderung lebih konservartif
26
dibandingkan yang lain dan menggunakan hutang dalam jumlah yang lebih
kecil dibandingkan dengan rata-rata perusahaan di dalam industrinya,
sementara manajemen yang agresif menggunakan lebih banyak hutang dalam
usaha mereka untuk mendapat laba yang lebih tinggi.
9)
Sikap pemberi pinjaman dan lembaga pemeringkat
Tanpa mempertimbangkan analisis manajemen sendiri atas faktor leverage
yang tepat bagi perusahaan, sikap pemberi pinjaman dan lembaga pemeringkat
sering kali akan memengaruhi keputusan struktur keuangan. Perusahaan sering
kali membahas struktur modalnya dengan pihak pemberi pinjaman dan lembaga
pemeringkatan serta sangat memperhatikan saran mereka.
10)
Kondisi pasar
Kondisi pasar saham dan obligasi mengalami perubahan dalam jangka panjang
maupun jangka pendek yang dapat memberikan arah penting pada struktur
modal optimal suatu perusahaan. Perusahaan yang membutuhkan modal akan
pergi ke pasar saham atau pasar hutang jangka pendek tanpa melihat sasaran
struktur modalnya, namun ketika kondisi melonggar, perusahaan-perusahaan ini
menjual obligasi jangka panjang untuk mengembalikan struktur modalnya
kembali pada sasaran.
11)
Kondisi internal perusahaan
Kondisi internal suatu perusahaan sendiri juga akan berpengaruh pada sasaran
struktur modalnya.
27
12)
Fleksibilitas keuangan
Fleksibilitas keuangan memiliki tujuan yang dimana jika dilihat dari sudut
operasional berarti mempertahankan kecukupan kapasitas pinjaman cadangan.
Menentukan cadangan yang memadai adalah sesuatu yang dilakukan
berdasarkan pertimbangan, tetapi bergantung pada faktor-faktor yang bersifat
perimbangan seperti kebutuhan dana yang diramalkan perusahaan, prediksi
kondisi pasar modal, keyakinan manajemen akan hasil ramalannya, dan
konsekuensi dari kurangnya modal.
Terdapat sembilan faktor yang mempengaruhi struktur modal (Riyanto,
2011:297), diantaranya :
1)
Struktur asset
Perusahaan yang assetnya memadai untuk digunakan sebagai jaminan pinjaman
cenderung akan cukup banyak menggunakan hutang.
2)
Pertumbuhan perusahaan
Perusahaan yang memiliki peluang pertumbuhan yang tinggi cenderung
memiliki agency cost of debt yang tinggi. Perusahaan dengan peluang
pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki agency cost of debt yang rendah.
3)
Ukuran perusahaan
Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kesempatan untuk meminjam
atau berhutang akan lebih banyak.
28
4)
Profitabilitas
Perusahaan yang memiliki rate of return yang tinggi pada investasinya
cenderung menggunakan lebih sedikit hutang sebagai sumber dananya.
5)
Research and Development Expenses
Perusahaan dengan research and development expenses yang besar cenderung
membutuhkan lebih banyak dana jangka panjang untuk produknya.
6)
Risiko
Semakin tinggi operating risk yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka akan
semakin tinggi pula probability of financial distress dan bankruptcy cost yang
dimilikinya.
7)
Faktor pajak
Biaya bunga merupakan biaya yang dapat mengurangi pembayaran pajak,
sedangkan pembayaran dividen tidak mengurangi pembayaran pajak. Oleh
karena itu, semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, semakin besar keuntungan
dari penggunaan pajak.
8)
Negara
Home country atau asal negara dari suatu perusahaan dipercaya memiliki
pengaruh terhadap struktur modal perusahaan tersebut.
9)
Industri
Industry group atau kelompok industry dipercaya memiliki pengaruh terhadap
struktur modal perusahaan.
29
2.1.3 Teori Struktur Modal
Terdapat teori mengenai struktur modal diantaranya :
1)
Pecking Order Theory
Secara singkat teori ini menyatakan bahwa : (1) perusahaan menyukai internal
financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan), (2) perusahaan mencoba
menyesuaikan rasio pembagian deviden yang ditargetkan, dengan berusaha
menghindari perubahan pembayaran deviden secara drastis, (3) kebijakan deviden
yang relatif segan untuk diubah, disertai dengan fluktuasi profitabilitas dan
kesempatan investasi yang tidak bisa diduga, mengakibatkan bahwa dana hasil
operasi kadang-kadang melebihi kebutuhan dana untuk investasi, meskipun pada
kesempatan yang lain mungkin kurang. Apabila dana hasil operasi kurang dari
kebutuhan investasi (capital expenditure), maka perusahaan akan mengurangi saldo
kas atau menjual sekuritas yang dimiliki, (4) apabila pendanaan dari luar (external
financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling
“aman” terlebih dulu yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh
sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila
masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan (Husnan, 2012:325).
Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang
profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut bukan
disebabkan karena mereka mempunyai target debt ratio yang rendah, tetapi karena
mereka memerlukan external financing yang sedikit. Perusahaan yang kurang
profitable akan cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dua alasan,
30
yaitu : (1) dana internal tidak cukup, dan (2) hutang merupakan sumber eksternal
yang lebih disukai (Husnan, 2012:324).
Perusahaan memiliki pilihan untuk mendapatkan sumber dana yaitu dengan
pendanaan internal eksternal. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi
akan menggunakan dana pinjaman yang sedikit hal ini sesuai dengan pecking order
theory, karena kebutuhan dana sudah tercukupi dari menggunakan sumber dana
internal yaitu laba ditahan sedangkan perusahaan yang kurang profitable akan
menggunaan hutang yang lebih besar (Sartono, 2010:249).
2)
Trade - Off Theory (Teori Pertukaran)
Trade - off theory merupakan adanya fakta bahwa bunga yang dibayarkan
sebagai beban pengurang pajak membuat hutang menjadi lebih murah dibandingkan
dengan saham biasa atau saham preferen, secara tidak langsung pemerintah
membayar sebagian biaya hutang atau dengan kata lain hutang memberikan manfaat
perlindungan pajak (Brigham dan Houston, 2011:183). Dengan kerangka trade- off
theory manajer akan berpikir antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan
dalam penentuan struktur modal. Perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat
profitabilitas tinggi akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan
rasio hutangnya sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak dan pada
kenyataannya tidaklah sering manajer keuangan yang dapat berpikir demikian.
Semakin besar proporsi hutang maka semakin besar biaya kebangkrutan yang
mungkin akan muncul. Oleh karena itu, struktur modal yang optimal dapat dicapai
31
dengan cara menyeimbangkan keuntungan perlindungan pajak dengan beban sebagai
akibat dari penggunaan hutang yang semakin besar (Sartono, 2010:247).
2.1.4 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal,
jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Harapan, 2011:304). Profitabilitas
dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan, dimana perusahaan yang
menghasilkan laba lebih besar cenderung mempunyai laba ditahan lebih besar
sehingga dapat memenuhi kebutuhan dananya untuk melakukan ekspansi dari sumber
internal perusahaan (Brigham dan Houston, 2011:43).
Terdapat beberapa rasio profitabilitas (Brigham dan Houston, 2010:107)
diantaranya :
1)
Margin Laba (profit Margin)
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan yang dimana semakin besar rasio ini maka semakin
baik pula karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapat laba cukup
tinggi. Oleh karena itu, untuk menghitung margin laba dapat dihitung dengan rumus :
Margin Laba =
Laba Bersih
Penjualan
………………………….….…………………. (1)
32
2)
Basic Earning Power (BEP)
Rasio ini menunjukkan kemampuan dasar untuk menghasilkan laba dari aktiva-
aktiva perusahaan, sebelum ada pengaruh dari pajak dan leverage, dan ini akan
bermanfaat untuk membandingkan perusahaan-perusahaan dengan berbagai situasi
pajak dan tingkat pengukitan keuangan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, rasio ini
dapat dihitung dengan rumus :
BEP =
3)
EBIT
Total Aktiva
…………………………………………………. (2)
Return On Equity (ROE)
Rasio ini mengukur atau menunjukkan berapa persen yang diperoleh laba
bersih bila diukur dari modal pemilik yang dimana semakin besar hasilnya akan
semakin bagus. Oleh karena itu, rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
ROE =
4)
Laba Bersih
Ekuitas
………………………………...………………. (3)
Return On Assets (ROA)
Rasio ini menunjukkan seberapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila
diukur dari nilai aktiva yang dimiliki perusahaan. Oleh karena itu, rasio ini dapat
dihitung dengan rumus :
ROA=
EAT
Total Asset
…………………………………………………... (4)
33
Untuk mengukur profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Return on
Assets (ROA).
2.1.5 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan dimana
perusahaan yang besar akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dari luar baik dalam
bentuk hutang maupun modal saham karena biasanya perusahaan besar disertai
dengan reputasi yang cukup baik di mata masyarakat (Sartono, 2010:249). Penentuan
besar kecilnya ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total
aktiva, rata-rata tingkat penjualan, dan rata-rata total aktiva (Seftianne dan
Handayani, 2011). Hal ini memungkinkan perusahaan besar memiliki tingkat
leverage yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil. Hal
tersebut dikarenakan untuk perusahaan dengan ukuran yang lebih besar akan
memiliki akses yang lebih besar guna mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai
sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur akan lebih mudah karena
perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk
memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Sedangkan untuk perusahaan
dengan skala kecil akan lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena
perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak.
Rendahnya risiko perusahaan besar juga akan menyebabkan biaya hutang perusahaan
besar lebih rendah apabila dibandingkan dengan perusahaan kecil, sehingga hal ini
akan mendorong perusahaan besar untuk menggunakan hutang lebih banyak lagi
(Indrajaya dan Herlina, 2011). Ukuran perusahaan dapat dihitung dengan rumus :
34
Ukuran Perusahaan = Ln (Total Asset) …………………………………….……… (5)
2.1.6 Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansialnya dalam jangka pendek dengan dana lancar yang tersedia (Kasmir,
2009:129). Likuiditas berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
membiayai dan memenuhi kewajiban atau hutang pada saat ditagih atau pada saat
jatuh tempo (Kasmir, 2011:145). Terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan
untuk menghitung likuiditas perusahaan serta memiliki fungsi guna mengukur
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek (Brigham dan
Houston, 2010:134) diantaranya :
1)
Rasio lancar (Current ratio)
Rasio Lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau hutang yang segera jatuh
tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rumus yang digunakan untuk mencapai
rasio lancar yaitu :
Current Ratio =
2)
Aktiva Lancar
Hutang Lancar
…………………………………....... (6)
Rasio Cepat ( quick ratio)
Rasio cepat atau quick ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau hutang lancar dengan
aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Rumus yang
digunakan untuk menghitung rasio cepat yaitu :
35
Quick ratio (Acid Test Ratio) =
3)
Current assets-Invent
Current Liabilities
…………………..…. (7)
Rasio Kas ( Cash Ratio)
Rasio kas merupakan rasio yang mengukur seberapa besar uang yang benar-
benar siap untuk digunakan untuk membayar hutangnya. Rumus yang digunakan
untuk menghitung rasio kas yaitu :
Cash ratio =
Cash or Cash equivalent
………………………………………. (8)
Current Liabilities
Oleh karena itu, semakin tinggi angka rasio likuiditas akan semakin baik bagi
investor karena rasio likuiditas yang baik dapat membuat suatu jaminan bagi investor
untuk melakukan investasi di perusahaan tersebut sehingga mempengaruhi struktur
modal perusahaan (Ilyas dan Triyono, 2010). Untuk mengukur likuiditas dalam
penelitian ini diproksikan dengan Current Ratio (CR).
2.1.7 Risiko Bisnis
Risiko usaha akan menunjukkan seberapa besar risiko perusahaan jika suatu
perusahaan tidak menggunakan hutang. Oleh karena itu keputusan perusahaan untuk
menggunakan hutang dalam menjalankan operasinya akan menimbulkan suatu risiko
salah satunya yakni risiko bisnis. Risiko bisnis merupakan risiko dari perusahaan saat
tidak mampu menutupi biaya operasionalnya dan dipengaruhi oleh stabilitas
pendapatan dan biaya (Brigham dan Houston, 2011:157). Perusahaan dan risiko
bisnis yang tinggi cenderung menghindari pendanaan dengan menggunakan hutang
36
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki risiko bisnis lebih rendah. Risiko
bisnis merupakan salah satu risiko yang dihadapi oleh perusahaan ketika menjalankan
kegiatan operasinya, yaitu kemungkinan ketidakmampuan perusahaan untuk
membiayai kegiatan operasionalnya (Gitman, 2003:215). Biaya operasional yang
dimaksud terdiri dari gaji karyawan, biaya asuransi dan depresiasi gedung dan
peralatan.
Risiko bisnis bergantung pada beberapa faktor (Brigham dan Houston,
2011:159) yaitu :
1)
Variabilitas permintaan
Makin stabil permintaan akan produk suatu perusahaan, jika hal-hal yang lain
dianggap konstan, akan makin rendah risiko usahanya.
2)
Variabilitas harga jual
Perusahaan yang produknya dijual ke dalam pasar yang sangat labil akan
menghadapi risiko usaha yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan
serupa yang harga keluarannya lebih stabil.
3)
Variabilitas biaya masukan
Perusahaan yang biaya masukannya sangat tidak pasti akan menghadapi tingkat
risiko usaha yang tinggi.
4)
Kemampuan untuk menyesuaikan harga keluaran terhadap perubahan dalam
biaya masuk
37
Makin besar kemampuan untuk menyesuaikan harga keluaran untuk
mencerminkan kondisi biaya, makin rendah tingkat risiko usaha suatu
perusahaan.
5)
Kemampuan untuk mengembangkan produk baru dengan cara yang tepat waktu
dan efektif biaya
Makin cepat produk yang diproduksi menjadi uang maka semakin besar risiko
usaha suatu perusahaan.
6)
Pemaparan risiko luar negeri
Perusahaan yang menghasilkan laba di luar negeri akan menjadi subjek dari
penurunan laba akibat fluktuasi nilai tukar.
7)
Sejauh mana tingkat biaya-biaya yang merupakan biaya tetap : leverage operasi
Biaya perusahaan yang sebagian besar merupakan biaya tetap, biaya tidak akan
turun meskipun permintaan merosot, maka perusahaan tersebut menghadapi
tingkat risiko usaha yang relatif tinggi. Besar kecilnya Degree of Operating
Leverage (DOL) akan berdampak pada tinggi rendahnya risiko bisnis
perusahaan (Sartono, 2010:263) dengan rumus sebagai berikut :
DOL =
% Perubahan EBIT
% Perubahan Penjualam
………………………………………. (11)
38
2.2
Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh Profitabilitas (ROA) Terhadap Struktur Modal (DER)
Profitabilitas (ROA) merupakan kemampuan perusahaan mendapatkan laba
melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,
modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Harapan, 2011:304).
Sesuai dengan pecking order theory bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas
(ROA) yang tinggi cenderung tidak meningkatkan penggunaan struktur modal
(DER). Perusahaan lebih cenderung memakai dana internal dalam memenuhi
kebutuhannya (Husnan,2012: 324).
Penelitian yang dilakukan oleh Sheikh (2011), menyatakan bahwa profitabilitas
(ROA) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal (DER).
Penelitian yang dilakukan oleh Sabir (2012) juga menyatakan bahwa profitabilitas
(ROA) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal (DER). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Fauzi (2013) juga menyatakan bahwa profitabilitas
(ROA) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal (DER). Penelitian
berikutnya oleh Alzomaia (2014) juga menyatakan bahwa profitabilitas (ROA)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal (DER). Penelitian
berikutnya dilakukan oleh Umer (2014) juga menyatakan bahwa profitabilitas (ROA)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal (DER). Hasil penelitian
dari pada Sheikh (2011), Sabir (2012), Fauzi (2013), Alzomaia (2014), Umer (2014)
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara
39
profitabilitas (ROA) dan struktur modal (DER). Berdasarkan teori dan penelitian
terdahulu maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1
: Profitabilitas (ROA) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur
modal (DER).
2.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan (Ln TA) Terhadap Struktur Modal (DER)
Ukuran perusahaan (Ln TA) menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan
dimana perusahaan yang besar akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dari luar
baik dalam bentuk hutang maupun modal saham karena biasanya perusahaan besar
disertai dengan reputasi yang cukup baik di mata masyarakat (Sartono, 2010:249).
Perusahaan yang memiliki ukuran besar cenderung tidak menggunakan hutang karena
perusahaan dengan ukuran besar telah memiliki total aset yang besar dalam melunasi
total hutangnya. Perusahaan-perusahaan yang memiliki ukuran kecil tidak memiliki
banyak pilihan untuk meningkatkan ukuran perusahaannya (Ln TA). Dalam hal ini,
perusahaan kecil tidak mempunyai pilihan pendanaan selain mengandalkan pinjaman
bank (hutang). Sesuai dengan trade off theory bahwa perusahaan kecil dituntut
meningkatkan hutang agar dapat memanfaatkan besaran hutang menjadi pendapatan
untuk meningkatkan total aset perusahaan (Sartono, 2010:247).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Akinlo (2011) yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan (Ln TA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur
modal (DER). Penelitian yang dilakukan oleh AL- Shubiri (2010) menyatakan bahwa
ukuran perusahaan (Ln TA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur
modal (DER). Selain itu penelitian oleh Parlak (2010) yang menyatakan bahwa
40
ukuran perusahaan (Ln TA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur
modal (DER). Penelitian lainnya oleh Ahmed (2010) yang juga menyatakan bahwa
ukuran perusahaan (Ln TA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur
modal (DER). Berikutnya penelitian dari Sheikh (2011) yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan (Ln TA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur
modal (DER). Hasil penelitian dari pada Akinlo (2011), AL- Shubiri (2010), Parlak
(2010), Ahmed (2010), Sheikh (2011) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan antara ukuran perusahaan (Ln TA) dengan struktur modal
(DER). Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
H2
: Ukuran perusahaan (Ln TA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
struktur modal (DER).
2.2.3 Pengaruh Likuiditas (CR) Terhadap Struktur Modal (DER)
Likuiditas (CR) merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya dalam jangka pendek dengan dana lancar yang tersedia.
Likuiditas (CR) berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
membiayai dan memenuhi kewajban atau hutang pada saat ditagih atau pada saat
jatuh tempo (Kasmir, 2009:129). Semakin tinggi liquidity (CR), maka akan
mengurangi penggunaan hutang (Ramlall, 2009). Sesuai dengan pecking order theory
bahwa perusahaan yang likuiditasnya (CR) tinggi lebih memilih pendanaan dengan
dana internal, sehingga lunasnya hutang lancar akan menurunkan tingkat hutang
perusahaan.
41
Hasil penelitian oleh Kühnhausen (2014) menyatakan bahwa likuiditas (CR)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal (DER). Penelitian
berikutnya oleh AL- Shubiri (2010) yang menyatakan bahwa likuiditas (CR)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal (DER). Hasil penelitian
berikutnya oleh Ramlall (2009) menyatakan bahwa likuiditas (CR) berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap struktur modal (DER). Verena dan Haryanto (2013)
menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara likuiditas (CR)
terhadap struktur modal (DER). Penelitian berikutnya oleh Sheikh dan Zongjun
(2011) juga menyatakan bahwa likuiditas (CR) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap struktur modal (DER). Hasil penelitian dari pada Kühnhausen (2014), ALShubiri (2010), Ramlall (2009), Verena dan Haryanto (2013), Sheikh dan Zongjun
(2011) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan antara
likuiditas (CR) dengan struktur modal (DER). Berdasarkan teori dan penelitian
terdahulu maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H3
: Likuiditas (CR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal
(DER).
2.2.4 Pengaruh Risiko Bisnis (DOL) Terhadap Struktur Modal (DER)
Risiko bisnis (DOL) merupakan salah satu risiko yang dihadapi oleh
perusahaan
ketika
menjalankan
kegiatan
operasinya,
yaitu
kemungkinan
ketidakmampuan perusahaan untuk membiayai kegiatan operasionalnya (Gitman,
2003:215). Perusahaan yang memiliki risiko tinggi akan memakai hutang yang kecil
karena hutang dapat meningkatkan suatu risiko kebangkrutan perusahaan (Brigham
42
dan Houston, 2011:157). Dalam pecking order theory, perusahaan dengan risiko
bisnis (DOL) tinggi cenderung sedikit menggunakan hutang, agar menghindari
kebangkrutan dari pemakai hutang, agar menghindari kebangkrutan dari pemakai
hutang. Sehingga perusahaan dituntut menggunakan retained earning agar tidak
memiliki risiko kebangkrutan dari hutang (Ticoalu, 2013).
Hasil penelitian oleh Handayani (2011) menyatakan bahwa risiko bisnis (DOL)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal (DER). Berikutnya
penelitian oleh Alzomaia (2014) yang menyatakan bahwa risiko bisnis (DOL)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal (DER). Hasil penelitian
yang sama oleh AL- Shubiri (2010) juga menyatakan bahwa risiko bisnis (DOL)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal (DER). Penelitian lainnya
oleh Parlak (2010) yang menyatakan bahwa risiko bisnis (DOL) berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap struktur modal (DER). Berikutnya penelitian oleh Ahmed
(2010) yang menyatakan bahwa risiko bisnis (DOL) berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap struktur modal (DER). Hasil penelitian dari pada Handayani
(2011), Alzomaia (2014), AL- Shubiri (2010), Parlak (2010), Ahmed (2010)
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan antara risiko bisnis
(DOL) dengan struktur modal (DER). Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H4
: Risiko bisnis (DOL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur
modal (DER).
43
Berdasarkan hipotesis yang telah dipaparkan, dapat digambarkan kerangka
konseptual yaitu sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan Profitabilitas (ROA), Ukuran
Perusahaan (Ln TA), Likuiditas (CR), dan Risiko Bisnis (DOL) terhadap
Struktur Modal (DER) pada Perusahaan Property dan Realestate di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Profitabilitas (ROA)
(X1)
(-)
Ukuran Perusahaan
(Ln TA)
(+)
Struktur Modal (DER)
(X2)
(Y)
(-)
Likuiditas (CR)
(-)
(X3)
Risiko Bisnis (DOL)
(X4)
44
Download