8 Edisi Minggu Bisnis Indonesia 20 Februari 2011 INVESTASI BISNIS/ENDANG MUCHTAR Tetap menjanjikan keuntungan RAHAYUNINGSIH Bisnis Indonesia & CANDRA SETYA SANTOSO Kontributor Bisnis Indonesia A ntusiasme masyarakat terhadap sukuk ritel seri 003 (SR003) masih sangat tinggi meski imbal hasil yang ditetapkan tergolong lebih rendah dibandingkan dengan dua produk serupa yang telah dipasarkan pada 2010 dan 2009. Kupon SR003 yang ditetap pemerintah mencapai 8,15%, adapun dua sukuk sebelumnya yaitu SR001 dan SR002 masing-masing 12% dan 8,7% dengan tenor sama yaitu 3 tahun. Namun, dibandingkan dengan surat utang bertenor sama yaitu FR26, kupon yang ditetapkan untuk SR003 lebih tinggi. Pada 7 Februari, kupon FR26 yang jatuh tempo pada 2014 berada pada level 7,9%. Tak hanya itu, kupon SR003 juga lebih tinggi dibandingkan dengan produk investasi perbankan yaitu deposito yang berada di level 6,5%-7%. Dahlan Siamat, Direktur Pembiayaan Syariah Ditjen Pengelolaan Utang, menuturkan tingkat kupon sukuk ritel yang ditawarkan tersebut sekitar 200 basis poin di atas rata-rata deposito. Kupon tersebut dibayarkan setiap bulan secara tetap (fix rate) untuk jangka waktu jatuh tempo selama 3 tahun. “Artinya real return akan jauh lebih tinggi dari 8,15% untuk 3 tahun karena pajak finalnya 15% dan secondary market-nya sudah likuid. Kami optimistis bahwa [penawaran] sukuk ritel SR-003 ini akan cukup berhasil,” ujarnya beberapa waktu lalu. “Sukuk masih jadi second choice, karena saat ini investor lebih melirik saham.” SR-003 dijual dengan melibatkan 20 agen penjual, di mana harga per unitnya Rp1 juta dengan satuan pembelian Rp5 juta dan kelipatannya. Anda berminat? Caranya mudah, para agen penjual yang ditunjuk, akan memberikan proposal berupa jumlah kesanggupan penyerapan penjualan sukuk ritel. Sukuk ritel ini dapat dibeli oleh masyarakat individu dengan nominal minimal Rp5 juta. Jenis akad adalah Ijaroh-Sale and Lease Back sehingga memberikan pendapatan yang pasti bagi investor. Jadwal penjatahan 21 Februari 2011 dan akan dicatatkan di Bursa pada 24 Februari 2011. Sukri juga dijual melalui agen penjual yang ditunjuk pemerintah, diantaranya, Bank Mandiri, Trimegah Sekuritas, Danareksa Sekuritas, Andalan Artha, Advisindo Sekuritas, Bahana Sekuritas, Bank BNI, Bank Syariah Mandiri, Citibank NA, Bank CIMB Niaga, HSBC, Bank BII, Ciptadana Sekuritas, Sucorinvest Cantral Gani, Reliance Sekuritas, Standart Chartered, Bank Permata, OCBC NISP dan Mega Capital Indonesia. Lanny Hendra GM Wealth Management Standard Chartered Bank mengatakan minat nasabahnya untuk produk investsai masih sangat besar. Itu terlihat dari pencapaian target bank tersebut pada penjualan SR002 yang mendapat jatah Rp100 miliar. “Minat nasabah SCB terhadap portofolio investasi masih sangat besar. Sehingga penawaran SR002 bisa ludes terjual dalam seminggu saja sejak hari pertama dibuka,” ujar Lanny saat ditemui pada Launching Kantor Standart Chartered, pekan lalu. Menurutnya, kecenderungan nasabah perbankan saat ini ingin mencari imbal hasil (yield) lebih tinggi dari portofolio yang ada sebelumnya. “Sukuk ritel lebih menguntungkan daripada portofolio investasi lainnya, yaitu dengan yield 8,15%. Bahkan yield sukuk lebih tinggi dari suku bunga acuan BI (BI Rate) dan rata-rata bunga deposito perbankan,” paparnya. Sementara itu, PT Bank Syariah Bukopin yang menjadi sub agen penjual Sukuk Negara Ritel SR-003 Tahun 2011 dari agen penjual PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas (AAA Securities) mengatakan investasi Sukuk sangat menjanjikan, khususnya untuk nasabah perorangan. Pilihan kedua Analis Reliance Securities Gina Novrina Nasution mengatakan jenis investor yang berinvestasi di sukuk ritel berbeda dengan pemilik dana di pasar modal. Bagi mereka yang sudah melek investasi dan risiko, lanjutnya, sukuk adalah pilihan kedua karena imbal hasil yang ditawarkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan reksa dana dan saham. “Sukuk masih jadi second choice, karena untuk saat ini investor lebih melirik saham. Jadi kendati saham itu risikonya besar, tetapi return sahamnya tinggi mencapai 20%-30%. Ini jelas menarik investor. Adapun kalau sukuk hanya 8,15%,” tuturnya. Dari data penjualan sukuk ritel seri 002 terlihat dari total yang diterbitkan sebesar Rp8,03 triliun, ibu rumah tangga memiliki sekitar 15,46% sisanya pegawai swasta 34,07%, wiraswasta 23,69% dan lainnya. Terlihat di sini bahwa, kaum perempuan khususnya ibu rumah tangga yang cenderung menghindari risiko termasuk investor yang mendominasi pembelian sukuk ritel. “Sejauh ini para investor [pasar modal] masih berpikiran lebih baik membeli saham dulu. Persentasenya 50% hingga 60%, baru kemudian sisanya untuk pembelian obligasi baik berupa ORI ataupun Sukuk. Menurut Gina, sukuk yang mulai dilempar ke pasaran hanya diminati oleh segmen-segmen tertentu saja yang memang cukup antusias, seperti depositan. Bahkan untuk menarik minat nasabah tak jarang bank memberi iming-iming sejumlah hadiah. Kondisi tersebut mencerminkan ketatnya persaingan dalam memasarkan sukuk ritel. Untuk pasar sekunder, Gina belum melihat ada kecenderungan pemodal melepas kepemilikannya di sukuk ritel dalam jumlah besar karena mayoritas memegangnya hingga jatuh tempo. ([email protected])