BENTUK KOMUNIKASI ABI DAN MURID DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI AKHLAK DI UNITED ISLAMIC CULTURAL CENTRE OF INDONESIA (UICCI) PEJATEN - JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Muhammad Reza NIM. 107051002344 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta. Jakarta, 30 April 2011 Muhammad Reza ABSTRAK Muhammad Reza Bentuk Komunikasi Abi dan Murid Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan. Masalah remaja selalu menarik perhatian. Remaja yang tidak mempunyai kepribadian yang kuat akan mudah terdorong keberbagai sikap kelakuan dan tindakan yang merusak orang lain dan merusak dirinya sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan adanya pembinaan dan penanaman nilai-nilai akhlak supaya mereka menjadi manusia yang bermartabat dan bermanfaat. Hal tersebut membutuhkan adanya komunikasi. United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) merupakan suatu organisasi sosial yang diasuh oleh para sukarelawan Turki yang konsen terhadap pembinaan dan penanaman nilai-nilai akhlak remaja Indonesia. Oleh karena itu, sangat menarik mengetahui bagaimana bentuk komunikasi yang dilakukan abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten – Jakarta Selatan. Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan berikut. Pertama, bagaimana bentuk komunikasi antarpersonal abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta Selatan? Kedua, bagaimana bentuk komunikasi kelompok abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan? Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan lapangan (observasi), wawancara, dan dokumentasi di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta Selatan secara langsung. Sedangkan kerangka konseptual yang dipakai dalam penelitian ini adalah konsep-konsep yang berkenaan tentang bentuk komunikasi, yaitu komunikasi antarpersonal (interpersonal communication) dan komunikasi kelompok (group communication) yang dihubungkan dalam kegiatan penanaman nilai-nilai akhlak abi dan murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta Selatan. Bentuk komunikasi yang dilakukan para abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid adalah dengan memberikan uswatun hasanah (keteladanan), konsultasi masalah pribadi, memberikan teguran dan nasihat, memberikan sanksi atau hukuman dan memanggil murid ke kantor. Kemudian bentuk komunikasi kelompok yang dilakukan para abi dalam menanamkan nilainilai akhlak kepada para murid adalah melalui ceramah dan melalui belajar atau diskusi kelompok. i KATA PENGANTAR Bismillahirramaanirrahiim, Segala puji bagi Allah SWT sang pemilik kekuasaan, Tuhan semesta alam, Pencipta siang dan malam, terang dan gelap, tangis dan tawa. Dengan segenap kerendahan hati, penulis sadari bahwa hanya dengan limpahan kebaikan dan kemurahan-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sang revolusioner dan mujahid sejati, pembawa kedamaian, rahmatan lil ‘alamiin. Seorang manusia yang telah mengajarkan umat manusia tentang makna kehidupan, hakikat kebaikan dan cinta kasih. Penuntasan skripsi ini bisa tercapai karena mendapat banyak bantuan, dukungan serta do’a dari semua pihak yang terkait. Hingga kiranya patut penulis sampaikan ucapan terima kasih, kepada: 1. Dr. H. Arief Subhan, MA. Selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Drs. Study Rizal LK, MA. Selaku Pembantu Dekan bidang kemahasiswaan. Drs. H. Mahmud Djalal, MA. Selaku Pembantu Dekan bidang Administrasi. Dan Drs. Wahidin Saputra, MA. Selaku Pembantu Dekan bidang Akademik 2. Drs. Jumroni, M.Si dan Dra. Hj. Umi Musyarofah, MA. Selaku ketua dan sekretaris program reguler Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. ii 3. Drs. H. Mahmud Djalal, MA. Sebagai pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, mencurahkan segenap perhatian, dan sabar dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk yang sangat berharga. 4. Segenap dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan kontribusi ilmunya, semoga ilmu yang diberikan selalu bermanfaat. 5. Segenap pengurus dan abi serta murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 6. Bapak Muhadi tercinta dan mama Siti Marzukoh tersayang, atas ridho, do’a, motivasi, kasih sayang yang tiada henti. Dalam setiap nafasmu selalu mengalir do’a untuk keberhasilan ananda. Tiada kata yang pantas terucap selain terima kasih Allah, Engkau telah memberikan orang tua yang baik. 7. Keluarga besar mama, H. Ma’mun Madani dan keluarga besar bapak, ibu Sholhah yang memberikan semangat serta doa’ tulus untuk penulis. 8. Saudara-saudara tercinta, Siti Sarah, Rahmat Darmawan, Ade Karimah, yang selalu mengisi hari-hari dengan penuh canda tawa. 9. Tak lupa juga tuk keluarga Bapak H. Ali Nurdin, M.Pd dan Ibu Dra Hj. Himlah Ghozali serta belahan jiwa : Via Rifkia, S.Far yang selalu memotivasi dan mendoakan penulis. 10. Teman-teman KPI C 2007 bersama-sama kita arungi samudra luas intelektual, di sanalah kita mengasah otak, juga bercanda tawa, riang gembira. Semoga kita menjadi orang-orang yang sukses. Amin. iii Akhirnya kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, semoga Allah WT membalas semua kebaikan. Dengan segala kerendahan hati, penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun, guna kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat. Amin ... Jakarta, 30 April 2011 Penulis iv DAFTAR ISI ABSTRAK .......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii DARTAR ISI ....................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 7 D. Metodologi Penelitian .................................................................... 8 E. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 12 F. Sistematika Penulisan .................................................................... 14 BAB II KERANGKA KONSEPTUAL A. Bentuk Komunikasi ....................................................................... 15 1. Pengertian Bentuk Komunikasi ................................................ 15 2. Bentuk-Bentuk Komunikasi ..................................................... 18 3. Sifat komunikasi ...................................................................... 23 B. Nilai-Nilai Akhlak ......................................................................... 25 1. Pengertian Nilai ....................................................................... 25 2. Pengertian Akhlak .................................................................... 26 3. Tujuan Akhlak ......................................................................... 28 4. Macam-Macam Akhlak ............................................................ 29 5. Pembagian Akhlak ................................................................... 32 v 6. Manfaat Akhlak ....................................................................... 34 C. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak ....................................................... 35 BAB III PROFIL UNITED ISLAMIC CULTURAL CENTRE OF INDONESIA (UICCI) PEJATEN JAKARTA SELATAN A. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya ........................................... 37 B. Visi, Misi dan Moto ....................................................................... 38 C. Tujuan Berdiri ................................................................................ 39 D. Program Kegiatan .......................................................................... 39 E. Organisasi ...................................................................................... 46 1. Struktur Organisasi ................................................................... 46 2. Sasaran ..................................................................................... 46 3. Sarana / Fasilitas ...................................................................... 47 4. Keunggulan .............................................................................. 48 5. Sumber Dana ............................................................................ 48 BAB IV BENTUK KOMUNIKASI ABI DAN MURID DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI AKHLAK DI UNITED ISLAMIC CULTURAL CENTRE OF INDONESIA (UICCI) PEJATEN – JAKARTA SELATAN A. Identifikasi Informan ...................................................................... 49 B. Bentuk Komunikasi Abi dan Murid dalam Menanamkan NilaiNilai Akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan ................................................... 56 vi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 76 B. Saran .............................................................................................. 77 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 79 LAMPIRAN vii DAFTAR TABEL Tabel 1 : Jadwal Kegiatan Harian .................................................................... 42 Tabel 2 : Acara Hari Sabtu .............................................................................. 43 Tabel 3 : Acara Hari Minggu ........................................................................... 43 Tabel 4 : Jadwal Pembersihan Dapur Asrama .................................................. 63 Tabel 5 : Jadwal Mencuci dan Pembagian Pakaian Bersih ............................... 63 Tabel 6 : Sistem Poin Asrama ......................................................................... 65 Tabel 7 : Jadwal Pelajaran Sehari-hari ............................................................. 73 viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi manusia melakukan suatu hubungan, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri melainkan saling membutuhkan satu sama lain. Hubungan antara individu yang satu dengan yang lainnya dapat dilakukan dengan komunikasi. Komunikasi adalah sendi dasar terjadinya proses interaksi sosial. Karena tanpa komunikasi kehidupan manusia tidak akan berkembang dan menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Komunikasi dalam kehidupan manusia semakin dirasakan urgensinya, bukan saja disebabkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi karena hasrat dasar sosial yang terdapat dalam diri manusia. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu (informatif), atau mengubah sikap, pendapat baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kondisi tertentu, komunikasi juga dapat dilakukan dengan bahasa isyarat atau dengan kode. Jadi, yang terpenting dari komunikasi adalah tersampaikannya pesan dari komunikator (penyampai pesan) secara utuh dan jelas.1 Ditinjau dari proses komunikasi, pendidikan adalah bagian dari komunikasi yaitu proses pengajaran yang melibatkan dua komponen yang terdiri dari guru sebagai komunikator dan siswa sebagai komunikan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Wilbur Schramm bahwa komunikasi 1 Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Bandung: CV Mandar Maju, 2000), hal. 58. 1 2 didasarkan atas hubungan antara dua orang atau antara seseorang dengan orang lain. Hakikat hubungan ini adalah setara (“Tune”) antara satu sama lain yang terfokus pada informasi yang sama. Kesangkutpautan tersebut berada dalam komunikasi tatap muka (face to face communication).2 Komunikasi dapat dilakukan oleh siapa saja. Orang tua di rumah berkomunikasi dengan anak-anaknya guna menimbulkan suasana keakraban dan keharmonisan dalam keluarga. Seorang guru agama di sekolah dapat menyampaikan pesan moral baik secara verbal (lisan dan tulisan) maupun secara non verbal (isyarat, gesture) kepada muridnya. Dengan tujuan agar pesan moral tersebut di implementasikan oleh para murid di kehidupan sehari-hari. Dengan komunikasi, dapat menciptakan suasana yang harmonis antara komunikator dan komunikan. Selain itu, juga dapat menciptakan solusi dari masalah-masalah yang terjadi pada diri komunikan. Masalah remaja selalu menarik perhatian, baik dikalangan orang tua, guru, pemuka agama dan masyarakat pada umumnya, karena remaja adalah masa peralihan panjang yang mengantarkan seseorang dari anak-anak kepada dewasa. Pada masa ini seseorang mengalami perubahan cepat dalam berbagai aspek dirinya, tubuhnya bertumbuh dari dalam dan luar, kecerdasan kepribadian dan kemasyarakatan yang disertai oleh goncangan, akibat perubahan-perubahan yang harus segera dihadapi dengan penyesuaian diri. Keadaan goncangan datang dari dalam diri tersebut, akan meningkat apabila keadaan lingkungan dimana si remaja itu hidup itu juga mengalami perubahan cepat dan menuntut pula penyesuaian diri dari remaja itu. Berbagai 2 Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, hal. 58. 3 tawaran yang menarik dan mendorong remaja untuk meniru dan mengikutinya, terutama keadaan yang menggiurkan dan menyilaukan bagi remaja yang sedang berkembang itu. Remaja yang tidak mempunyai kepribadian yang kuat akan mudah terdorong keberbagai sikap kelakuan dan tindakan yang merusak orang lain dan merusak dirinya sendiri.3 Tindakan yang merusak orang lain diantaranya dapat menimbulkan banyak kejahatan-kejahatan seperti kejahatan seksual yang banyak dilakukan oleh anak-anak usia remaja sampai umur menjelang dewasa, dan kemudian pada usia pertengahan. Tindak merampok, menyamun dan membegal, 70% dilakukan oleh orang-orang muda berusia 17-30 tahun.4 Zakiah Darajat dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama menjelaskan, masalah pokok yang menonjol dewasa ini, adalah kaburnya nilai-nilai dan norma-norma agama yang mengatur kehidupan masyarakat. Mereka dihadapkan pada berbagai kontradiksi dan beraneka ragam moral yang menyebabkan mereka menjadi bingung untuk memilih mana perbuatan yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.5 Melihat kenyataan yang cukup memprihatinkan ini, maka jelaslah bahwa generasi muda perlu dibina. Upaya pembinaan kepada generasi muda perlu terus ditingkatkan dan dimulai sejak dini yang merupakan tanggung jawab bersama. Diantaranya memberikan pendidikan dan penanaman nilainilai akhlak. Dalam memberikan pendidikan dan penanaman nilai-nilai akhlak membutuhkan komunikasi, yaitu komunikasi yang mampu mengubah 3 H.M. Syureich, Penangkal Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT. Offset “sistimatis”, 1991), Viii. 4 Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 7. 5 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hal. 132. 4 perilaku komunikan sesuai dengan yang diharapkan komunikator. Perubahan perilaku komunikan ini menjadi target dari suatu komunikasi karena perubahan itu menjadi harapan bagi komunikator. United Islamic Cultural Center of Indonesia (UICCI) atau Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia merupakan sebuah organisasi sosial yang didirikan pada tahun 2005 oleh para sukarelawan Indonesia dan Turki. Yayasan ini selalu berusaha untuk memberikan pendidikan yang berorientasi pada kehidupan dan pendidikan Islami. Hal ini sejalan dengan moto organisasi sosial ini yakni “Ke Arah Generasi Berilmu dan Bertaqwa”. Yayasan ini merupakan Boarding School yaitu pendidikan di luar sekolah. Jadi para anggota yang tinggal di yayasan ini adalah mayoritas siswa SMA/SMK yang berada di daerah Pejaten, Jakarta Selatan dan sekitarnya. Para murid melakukan hubungan dan selalu berkomunikasi dengan abi (guru / ustadz) yang mayoritas orang-orang asing (Turki). Istilah abi itu bukan diambil dari bahasa Arab yang artinya bapak atau ayah tapi istilah abi itu diambil dari bahasa Turki yang asal katanya agabey, dalam bahasa Indonesia artinya kakak. Jadi murid-murid dan ustadz-ustadz yang ada di asrama UICCI ini bukan hanya ada hubungan seperti ustadz dan murid tapi juga ada hubungan seperti kakak dan adik. Tujuannya agar hubungan ustadz dengan murid terasa lebih dekat dan lebih hangat. Oleh karena itu, murid yang ada di asrama memanggil ustadz-ustadznya dengan sebutan abi.6 6 Hasil wawancara dengan Abi Muhammad Taufiq, Ustadz di Asrama UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Ruang Kerja Abi, Jum’at, 8 April 2011, pkl. 20.30 WIB Pejaten Jakarta Selatan. 5 Yang menarik dan unik dari yayasan ini sehingga penulis tertarik untuk meneliti, ialah: pertama, yayasan ini sangat konsen terhadap pembinaan akhlak dan intelektualitas kepada para remaja Indonesia, khususnya anak sekolah. Padahal yayasan ini dikelola oleh para sukarelawan asing (Turki) dan tidak membebankan biaya sedikitpun kepada murid, apalagi yayasan ini adalah yayasan informal (bersifat sosial). Yayasan ini sangat jarang ditemukan di Indonesia. Kedua, yayasan ini merupakan Boarding School (pendidikan di luar sekolah) di mana proses komunikasi antara abi (komunikator) dengan murid (komunikan) dibatasi oleh sekolah, jadi komunikasi abi harus lebih ekstra untuk menanamkan nilai-nilai akhlak kepada murid dibandingkan dengan pesantren-pesantren di Indonesia yang sifatnya formal selama 24 jam guru dan murid saling berinteraksi dan berkomunikasi di satu tempat (pesantren itu). Dan ketiga, para pengajar dan pendidik mayoritas adalah orang-orang asing (Turki), yang notabene-nya berbeda dengan para murid dari segi adat, budaya, kebiasaan maupun bahasa, yang terpenting adalah dalam hal berkomunikasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana bentuk komunikasi yang dilakukan abi dan murid dalam menanamkan nilainilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten – Jakarta Selatan ini. Sehingga skripsi ini diberi judul “Bentuk Komunikasi Abi dan Murid Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Akhlak Di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan”. 6 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk memberikan gambaran yang terarah dalam penelitian ini, maka masalah dibatasi yaitu: a. Komunikasi yang dilakukan abi dan murid dalam menanamkan nilainilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan. b. Di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta Selatan diajarkan materi umum yaitu pelajaran bahasa Arab, Inggris dan Turki. Namun materi ini tidak menjadi kajian penelitian. Penulis hanya membatasi pada penanaman nilai-nilai akhlak yang dilakukan abi kepada para murid. c. Penulis melakukan wawancara dari sisi abi berjumlah 3 orang karena abi tersebut memberikan pengajaran agama (ta’lim) kepada murid, sedangkan dari sisi murid hanya pada murid yang duduk di kelas XII SMA/SMK karena murid tersebut yang paling lama tinggal dan mendapatkan pembinaan akhlak di asrama. d. Dari 4 macam bentuk komunikasi yaitu komunikasi intrapersonal, komunikasi antarpersonal, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Penulis membatasi pada komunikasi antarpersonal dan komunikasi kelompok yang menjadi fokus penelitian. Sedangkan Komunikasi intrapersonal dan komunikasi massa tidak menjadi fokus penelitian. 7 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah bentuk komunikasi abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan?” C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Segala aktivitas yang direncanakan, semuanya pasti akan mengharapkan tujuan yang benar-benar diinginkan. Oleh karenanya berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini yaitu: “Untuk mengetahui bentuk komunikasi abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan.” 2. Manfaat Penelitian a. Secara Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dan khazanah keilmuan tentang bentuk komunikasi abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak. Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan dan mengembangkan teori-teori tentang komunikasi. Penelitian ini 8 juga diharapkan dapat menjadi suatu pembuktian atau penolakan atas teori yang dipakai. b. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk menambah wawasan bagi kalangan teoritis dan praktis mengenai bentuk komunikasi abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat diaplikasikan oleh semua yayasan atau lembaga yang konsen kepada penerapan dan penanaman nilai-nilai akhlak kepada murid dengan melihat dan mengaplikasikan bentuk komunikasi yang baik dan efektif dari ustadz kepada murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak. D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif, dengan pendekatan studi kasus. Adapun data yang diambil bersifat kualitatif, yaitu yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat analisis dan dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.7 Satu metode yang diharapkan dapat menemukan beberapa kemungkinan dan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan jalan mengumpulkan data, menyusun serta mengklasifikasikannya. Tujuan metode ini adalah untuk menggambarkan keadaan fenomena dan 7 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), hal. 245. 9 melukiskan secara sistematik populasi tertentu secara faktual dan cermat.8 2. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek penelitian ini adalah abi dan murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan, narasumber terdiri dari 3 orang abi dan 9 orang murid kelas XII SMA/SMK karena murid tersebut yang paling lama mendapat pembinaan akhlak di asrama. b. Sedangkan objek penelitian ini adalah segala bentuk komunikasi yang dilakukan atau digunakan abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan, yaitu komunikasi intrapersonal, komunikasi antarpersonal dan komunikasi kelompok. 3. Keterbatasan Penelitian Dari 6 abi atau ustadz yang mengajar di asrama, hanya 3 abi atau ustadz yang peneliti wawancarai karena ada abi yang masih kurang fasih dalam berbahasa Indonesia, ini menjadi salah satu kendala peneliti. Namun, 3 abi dapat mewakili (representatif) 3 abi lainnya. Dan dari 13 murid kelas XII SMA/SMK yang belajar di asrama, hanya 9 murid yang peneliti wawancara karena beberapa murid ada yang tidak mau menjadi informan atau diwawancarai dengan tidak mengemukakan alasannya. 8 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 158. 10 4. Waktu dan Tempat Penelitian a. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret s/d April 2011. b. Bertempat di asrama Yayasan United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten : Jl. Pekayon No.16 / B Pejaten Barat Rt 01 Rw 03 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12790 Tel/Fax: 021 78816883. 5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Yang dimaksud dengan observasi adalah pengamatan dan pencatatan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki di lapangan. Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.9 Penulis mengadakan pengamatan langsung di asrama Yayasan United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta Selatan terhadap kegiatan komunikasi abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta - Selatan, selama 1 minggu pada tanggal 3 s/d 10 April 2011 dan penulis ikut langsung menjadi menjadi peserta atau mengikuti kegiatan di asrama. 9 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, hal. 115. 11 b. Wawancara Yang dimaksud dengan wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang secara langsung. Pewawancara disebut Interviewer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut Interviewee.10. Berkaitan dengan penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan para abi yaitu abi Murat Alver (Turki), abi Yaser Gul (Turki), dan abi Muhammad Taufiq (Indonesia). Dengan para murid kelas XII yaitu Rananto Widodo, Muhammad Islam, Muhammad Nurkhafidin, Fiki Murdiansyah, Ardi Suparmadi, Shohib Hazami, Noorfie Syahri Sya’bani, Muhammad Ihsan Irjami dan Hujjah Saefullah. Dan dengan pengurus asrama yaitu abi Murat Alver sebagai pimpinan asrama Yayasan United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta - Selatan. c. Dokumentasi Yang dimaksud dengan dokumentasi ini adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.11 Adapun dokumen yang peneliti peroleh dari buku bacaan, kepustakaan, foto-foto. 6. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang peneliti gunakan adalah deskriptif analisis, yakni dengan mengumpulkan data kemudian disusun, disajikan dan dianalisis untuk mengungkapkan arti data tersebut. 10 11 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, hal. 54. Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, hal. 73. 12 Di samping itu, data-data yang terkumpul (hasil wawancara dan observasi) dikumpulkan dan dianalisis dari teori-teori pendukung yang menjadi acuan analisis data. Fase ini merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca. Setelah itu, penulis menganalisa data dengan menyusun kata-kata ke dalam tulisan yang lebih luas. Adapun teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007”. E. Tinjauan Pustaka Dalam penyusunan proposal penelitian ini, langkah awal yang ditempuh adalah mengkaji terlebih dahulu karya ilmiah yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan diteliti. Adapun maksud dari penelitian ini untuk mengetahui bahwa permasalahan yang diteliti berbeda dengan penelitian sebelumnya. Setelah mengadakan suatu tinjauan pustaka, ditemukan beberapa skripsi yang memiliki judul hampir sama dengan yang akan diteliti, yakni: 1. Skripsi Nurhasanah 107051003639 tahun 2010 mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan judul “Pola Komunikasi Guru dan Murid Dalam Penerapan Nilai-Nilai KeIslaman Di MAN 7 Jakarta”, skripsi Nurhasanah ini berisi tentang komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok yang digunakan dalam penerapan nilai-nilai keIslaman yaitu pengaplikasian nilai-nilai aqidah, nilai-nilai syari’at dan nilai-nilai akhlak 13 dalam kehidupan sehari-hari di MAN 7 Jakarta dan ditulis juga sifat komunikasi yang digunakan seperti sifat komunikasi tatap muka. 2. Skripsi Huzaimatul Hilaliah 204051003294 tahun 2009 mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan judul “Bentuk Komunikasi Guru dan Murid Dalam Menanamkan Budi Pekerti Di SLB-B Yayasan DHARMA ASIH Depok”, skripsi Huzaimatul Hilaliah ini berisi tentang komunikasi verbal dan non verbal yang digunakan oleh guru dalam menanamkan budi pekerti di SLB-B Yayasan Dharma Asih Depok. Perbedaan dengan skripsi-skripsi di atas yaitu pertama, pada isi skripsi yang penulis tulis, cenderung kepada bentuk komunikasi antarpersonal dan komunikasi kelompok abi atau ustadz dan murid dalam menanamkan nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta Selatan. Kedua, walaupun subjek dan objeknya sama namun lokus atau tempat penelitian berbeda. Ketiga, skripsi di atas melakukan penelitian di tempat yang bersifat formal tetapi peneliti melakukan penelitian pada organisasi sosial yang bersifat informal dan dikelola oleh para sukarelawan asing (Turki). Selanjutnya, keempat penulis juga ingin melihat atau meneliti tentang bagaimana abi atau ustadz di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) memberikan pembinaan akhlak kepada murid-muridnya. 14 F. Sistematika Penulisan Guna mengetahui gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang diuraikan dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika ke dalam lima bab, masing-masing bab dibagi ke dalam sub bab dengan perincian sebagai berikut: Bab I Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan Bab II Landasan Teori yang terdiri dari: Bentuk Komunikasi meliputi: Pengertian Bentuk Komunikasi, Bentuk-Bentuk Komunikasi, dan Sifat Komunikasi Kemudian Nilai-Nilai Akhlak meliputi: Pengertian Nilai, Pengertian Akhlak, Tujuan Akhlak, Macam-macam Akhlak, Pembagian Akhlak dan Manfaat Akhlak serta Penanaman Nilai-Nilai Akhlak. Bab III Profil United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan yang terdiri dari: Sejarah berdiri dan perkembangannya, Visi Misi dan Moto, Tujuan berdirinya, Program Kegiatan, dan Organisasi meliputi : Struktur Organisasi, Sasaran, Sarana/Fasilitas, Keunggulan, dan Sumber Dana. Bab IV Bentuk Komunikasi Abi dan Murid Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten – Jakarta Selatan yang terdiri dari: Identifikasi Informan, Bentuk Komunikasi Abi dan Murid dalam Menanamkan Nilai-Nilai Akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan Bab V Penutup yang terdiri dari: Kesimpulan dan Saran-saran. BAB II KERANGKA KONSEPTUAL A. Bentuk Komunikasi 1. Pengertian Bentuk Komunikasi Bentuk komunikasi terdiri dari dua kata, yaitu kata ‘bentuk’ dan kata ‘komunikasi’. Dua kata ini memiliki pengertian yang berbeda. Kata bentuk berasal dari bahasa Inggris abad ke-13 yaitu form, berasal dari bahasa Prancis forme, berasal dari bahasa Latin forma bermakna cetakan, bentuk, kecantikan, terjemahan dari bahasa-bahasa Yunani eidos. Juga dapat disebut dengan istilah wujud. Bentuk dapat dipahami sebagai penampakan atau rupa satuan bahasa; juga petampakan atau rupa satuan gramatikal. Lebih lanjut lagi bentuk dapat dipahami sebagai berikut : 1. Bentuk dan penampilan, seperti di bentuk manusia, air dalam wujud seperti salju dan es, dan novel sebagai suatu bentuk sastra. 2. Suatu cara yang ditentukan atau biasa dalam melakukan berbagai hal. 3. Suatu cara yang konvensional dalam pelangsungan, perilaku, penyataan berbagai hal, dll seperti bentuk tutur-sapa.1 Komunikasi menurut bahasa atau etimologi dalam “Ensiklopedi Umum” diartikan dengan “Perhubungan”, sedangkan yang terdapat dalam buku komunikasi berasal dari perkataan Latin, yaitu: 1 Tim Redaksi, Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia Jilid I A-E, (Bandung: Angkasa Bandung, 2009), hal. 184. 15 16 1. Communicare, yang berarti berpartisipasi ataupun memberitahukan. 2. Communis, yang berarti milik bersama ataupun berlaku di manamana 3. Communis Opinion, yang berarti pendapat umum ataupun pendapat mayoritas 4. Communico, yang berarti membuat sama 5. Demikian juga Communication berasal dari kata latin Communicatio yang juga bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya sama makna. Pengertian komunikasi secara etimologi ini memberi pengertian bahwa komunikasi yang dilakukan hendaknya dengan lambang-lambang atau bahasa yang mempunyai kesamaan arti antara orang yang memberi pesan dengan orang yang menerima pesan.2 Sedangkan Secara terminologi, komunikasi berarti proses penyampaian pesan suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia. Jadi komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.3 2 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2007), hal. 19. Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 4. 3 17 Dengan demikian dalam komunikasi akan timbul empat tindakan bagi setiap pelakunya, yaitu: 1. Membentuk pesan, artinya menciptakan sesuatu ide atau gagasan yang terjadi dalam benak kepala seseorang melalui proses kerja sistem syaraf. 2. Menyampaikan, artinya pesan yang telah dibentuk kemudian disampaikan kepada orang lain, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bentuk pesannya dapat berupa pesan-pesan verbal dan nonverbal. 3. Menerima, artinya di samping membentuk dan menyampaikan pesan, seseorang akan menerima pesan yang disampaikan oleh orang lain. 4. Mengolah, artinya pesan yang telah diterima, kemudian akan diolah melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan, setelah diinterpretasikan pesan dapat menimbulkan tanggapan atau reaksi dari si orang tersebut.4 Dari penjelasan pengertian kata bentuk dan kata komunikasi di atas, bentuk komunikasi adalah suatu cara yang dilakukan oleh komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan melalui suatu media atau saluran tertentu serta menimbulkan efek. 4 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, hal. 21. 18 2. Bentuk-Bentuk Komunikasi Roudhonah dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi membagi bentuk komunikasi menjadi 3 bagian :5 a. Komunikasi Personal (Personal Communication) 1) Komunikasi intrapersonal (Intrapersonal Communication) 2) Komunikasi antarpersonal (Interpersonal Communication) b. Komunikasi Kelompok (Group Communication) 1) Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication) a) Ceramah (Lecture) b) Diskusi Panel (Panel Discussion) c) Simposium (Symposium) d) Forum e) Seminar f) Sumbangsaran (Brainstorming) g) Dan lain-lain 2) Komunikasi Kelompok Besar (Large Group Communication / Public Speaking) c. Komunikasi Massa (Mass Communication). Komunikasi melalui: 1) Pers 2) Radio 3) Televisi 4) Film 5) Dan lain-lain. 5 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, hal. 42. 19 Maka, dibawah ini akan dijelaskan tentang bentuk-bentuk komunikasi yang berkenaan dengan masalah yang penulis teliti, yaitu komunikasi antarpersonal dan komunikasi kelompok . a. Komunikasi Antarpersonal (Interpersonal Communication) Komunikasi antarpersonal disebut juga komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face), bisa juga melalui sebuah medium telepon.6 Komunikasi antarpersonal sebenarnya merupakan suatu proses sosial di mana orang-orang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh De Vito, yang dikutip oleh Alo Liliweri dalam bukunya Komunikasi Antarpribadi bahwa: “Komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung”7 Effendy, yang dikutip oleh Alo Liliweri dalam bukunya Komunikasi Antarpribadi mengemukakan bahwa: “Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung.”8 6 Roudhonah, Imu Komunikasi, hal. 106. Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991, hal. 12. 8 Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, hal. 12. 7 20 Dari beberapa definisi mengenai komunikasi antarpribadi, penulis memahami bahwa komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang dilakukan antara komunikator kepada komunikan dan terdapat feedback atau umpan balik secara langsung. Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu: 1) Komunikasi diadik, ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog, dan wawancara. 2) Komunikasi triadik, ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang secara tatap muka, dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya.9 Komunikasi antarpribadi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:10 a) Komunikasi antarpribadi biasanya terjadi secara spontan dan sambil lalu. b) Komunikasi antarpribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu. c) Komunikasi antarpribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas yang jelas. d) Komunikasi antarpribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja. 9 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 32. 10 Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, hal. 14. 21 e) Komunikasi antarpribadi seringkali berlangsung berbalasbalasan. f) Komunikasi antarpribadi menghendaki paling sedikit melibatkan hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan. g) Komunikasi antarpribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil. h) Komunikasi antarpribadi menggunakan lambang-lambang bermakna. b. Komunikasi Kelompok (Group Communication) Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi dalam hampir semua aspek kehidupan. Ia bisa merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan sarana meningkatkan pengetahuan para anggotanya (kelompok belajar) dan ia bisa pula merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota.11 11 Sasa Djuarsa Sandjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002), hal. 33. 22 Onong Uchjana Effendy, yang dikutip oleh Roudhonah dalam bukunya Ilmu Komunikasi mengartikan komunikasi kelompok adalah: “Komunikasi antara seseorang dengan sejumlah orang yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok”12 Sementara itu, Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya, Human Communication, A Revisian of Approaching Speech/Communication, yang dikutip juga oleh Roudhonah, memberi batasan komunikasi kelompok sebagai: “Interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat”13 Komunikasi kelompok dapat diklasifikasikan ke dalam dua bentuk, yaitu: a) Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication) Kelompok kecil, kadang-kadang disebut Micro Group. Kelompok kecil adalah kelompok komunikasi yang dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal atau dalam komunikasi kelompok komunikator dapat melakukan komunikasi antarpribadi dengan salah seorang anggota kelompok, seperti yang terjadi pada acara diskusi, kelompok belajar, seminar dan lain-lain.14 12 Roudhonah, Imu Komunikasi, hal. 124. Roudhonah, Imu Komunikasi, hal. 124. 14 Roudhonah, Imu Komunikasi, hal. 128. 13 23 b) Komunikasi Kelompok Besar (Large Group Communication / Public Speaking) Kelompok besar, kadang-kadang disebut Macro Group. Yaitu yang terjadi dengan sekumpulan orang yang sangat banyak dan komunikasi antarpribadi (kontak pribadi) jauh lebih kurang (susah) untuk dilaksanakan, karena terlalu banyaknya orang yang berkumpul, seperti halnya yang terjadi pada acara tabligh akbar, kampanye, dan lain-lain.15 3. Sifat Komunikasi Roudhonah dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi membagi sifat komunikasi menjadi 3 bagian :16 a. Tatap Muka (Face to Face) Dikatakan komunikasi tatap muka karena ketika komunikasi berlangsung, komunikator dan komunikan saling berhadapan sambil saling melihat. Dalam situasi komunikasi seperti ini komunikator dapat melihat dan mengkaji diri si komunikasn secara langsung. Karena itu, komunikasi tatap muka sering kali disebut juga komunikasi langsung (direct communication). Komunikator dapat mengetahui efek komunikasinya pada saat itu juga, tangapan/respons komunikan itu tersalurkan langsung kepada komunikator. Oleh sebab itu pula sering dikatakan bahwa dalam komunikasi tatap muka arus balik atau umpan balik (feedback) terjadi secara 15 16 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, hal. 128. Roudhonah, Ilmu Komunikasi, hal. 42. 24 langsung. Arus balik atau umpan balik adalah tanggapan komunikan yang tersalurkan kepada komunikator. Dengan lain perkataan, komunikator mengetahui tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan kepadanya.17 b. Bermedia (mediated) Komunikasi bermedia adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya, dan atau banyak jumlahnya. Komunikasi bermedia disebut juga komunikasi tak langsung (indirect communication), dan sebagai konsekuensinya arus balik pun tidak terjadi pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikan pada saat ia berkomunikasi. Oleh sebab itu, dalam melancarkan komunikasi dengan menggunakan media, komunikator harus lebih matang dalam perencanaan dan persiapannya sehingga ia merasa pasti bahwa komunikasinya itu akan berhasil.18 c. Verbal (Verbal) Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan lambang bahasa, ini mencakup komunikasi dengan bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Lambang verbal adalah semua lambang yang digunakan untuk menjelaskan pesan-pesan dengan memanfaatkan kata-kata (bahasa). Komunikasi verbal ini dapat dialngsungkan dengan kata-kata, 17 18 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, hal. 7. Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, hal. 10. 25 seperti: ceramah, berbicara, diskusi dan lain-lain. Bisa juga dilangsungkan dengan menggunakan tulisan, surat, buku, majalah, koran dan lain-lain.19 d. Non-Verbal (non-Verbal) Pengertian komunikasi non verbal, yaitu “Non” berarti tidak, Verbal bermakna kata-kata (words), sehingga komunikasi non verbal dimaknai sebagai komunikasi tanpa kata-kata. Dapat juga diartikan komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan menggunakan gejala yang menyangkut: gerak-gerik (gestures), sikap (postures), ekspresi wajah (facial expressions), pakaian yang bersifat simbolik, isyarat dan lain gejala yang sama, yang tidak menggunakan bahasa lisan dan tulisan.20 B. Nilai-Nilai Akhlak 1. Pengertian Nilai Kata Nilai (value) berasal dari bahasa latin “valere” yang berarti berguna, berdaya, berlaku. Dalam hal ini mengandung beberapa pengertian, bahwa nilai merupakan kualitas dari sesuatu yang membuat sesuatu itu disukai, diinginkan, dimanfaatkan, berguna, atau dapat menjadi objek kepentingan. Nilai juga merupakan apa yang dihargai, dinilai tinggi, atau dihargai sebagai kebaikan.21 19 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, hal. 92. Roudhonah, Ilmu Komunikasi, hal. 94. 21 Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Golo Riwu, 2000), hal. 721. 20 26 Andreas A. Danandjaja dalam buku budaya organisasi karangan Taliziduhu Ndraha berpendapat bahwa nilai adalah pengertian-pengertian (conceptions) yang dihayati seseorang mengenai apa yang lebih penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar.22 Sebuah nilai dapat dikategorikan sebagai:23 a. Nilai Subjektif Sesuatu yang oleh seseorang dianggap dapat memenuhi kebutuhannya pada suatu waktu dan oleh karena itu (seseorang tadi) berkepentingan atasnya (sesuatu itu), disebut bernilai atau mengandung nilai bagi orang yang bersangkutan. Oleh karena itu dicari, diburu dan dikejar dengan menggunakan berbagai cara dan alat. b. Nilai Objektif Nilai yang didasarkan pada standar dan kriteria tertentu, yang objektif, yang disepakati bersama atau ditetapkan oleh lembaga berwenang. 2. Pengertian Akhlak Dari segi kebahasaan, kata akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari kosa kata bahasa Arab (akhlaq) yang merupakan bentuk jamak dari kata (khuluq) yang berarti as-sajiyyah (perangai), at-tabi’ah (watak), al‘adah (kebiasaan atau kelaziman), dan ad-din (keteraturan). 22 Taliziduhu Ndraha, Budaya Organisasi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), 23 Taliziduhu Ndraha, Budaya Organisasi, hal. 18. hal. 18. 27 Sementara itu Kamus al-Munjid menyebutkan bahwa kata (akhlak) dalam bahasa Arab berarti tabiat, budi pekerti, perangai, adat atau kebiasaan. Jadi, secara kebahasaan kata akhlak mengacu kepada sifat-sifat manusia secara universal, perangai, watak, kebiasaan dan keteraturan, baik sifat yang terpuji maupun sifat yang tercela. Dengan demikian, pengertian akhlak mengacu kepada sifat manusia secara umum tanpa mengenal perbedaan di antara laki-laki dan perempuan; sifat manusia yang baik maupun sifat manusia yang buruk. Oleh sebab itu, akhlak terbagi dua, al-akhlaq al-hasanah (akhlak yang baik) dan alakhlaq alqabihah (akhlak yang buruk) atau al-akhlaq al-mazmumah (akhlak tercela).24 Akhlak (etika) sering disebut sebagai ihsan (berasal dari kata Arab hasan, yang berarti baik). Definisi ihsan dinyatakan sendiri oleh Nabi dalam hadits berikut: “Ihsan adalah engkau beribadat kepada Tuhanmu seolah-olah engkau melihat-Nya sendiri, kalaupun engkau tidak melihat-Nya, maka pasti Ia melihatmu”.25 Dr. M. Abdullah Dirroz, yang dikutip oleh H.A Mustofa dalam bukunya Akhlak Tasawuf, mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut: “Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa 24 Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik (Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009), hal. 1-4. 25 Adiwarman A. Karim, BANK ISLAM Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 13. 28 kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat)”.26 Selanjutnya KH. Abdullah Salim juga mengemukakan bahwa: “Akhlak adalah merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sabar, kasih sayang, atau sebaliknya, pemarah, benci karena dendam, iri dan dengki, sehingga memutuskan hubungan silaturrahmi.”27 Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa akhlak adalah sifat, tabi’at, perangai yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang yang melahirkan kekuatan dan kehendak yang mantap sehingga seseorang tersebut dapat memilih mana yang benar dan salah, mana yang haq dan yang bathil. 3. Tujuan Akhlak Tujuan akhlak adalah hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna, dan membedakannya dari makhlukmakhluk lainnya. Akhlak hendak menjadikan manusia berakhlak baik, bertindak-tanduk yang baik terhadap manusia, terhadap sesama makhluk, dan terhadap Tuhan. Yang hendak dikendalikan oleh akhlak adalah tindakan lahir. Akan tetapi oleh karena tindakan lahir itu tidak dapat terjadi bila tidak didahului oleh gerak batin atau tindakan hati, maka tindakan batin dan gerak-gerik hati termasuk lapangan yang diatur oleh akhlak. Tidak akan terjadi perkelahian kalau tidak didahului oleh tindakan batin atau gerak- 26 H.A. mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung : CV Pustaka Setia, 1999), Cet. Ke-2, hal. 14. 27 KH. Abdullah Salim, Akhlak Islam (Membina Rumah Tangga dan Masyarakat), (Jakarta : Media Dakwah, 1985), Cet. Ke-1, hal. 5. 29 gerik hati, yakni benci membenci atau hasad. Oleh karena itu maka setiap insan diwajibkan dapat menguasai batinnya atau mengendalikan hawa nafsunya karena tindakan batin merupakan motor dari segala tindakan lahir.28 4. Macam-macam Akhlak Adapun penerapan akhlak dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut: a. Akhlak Kepada Allah Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada tuhan selain Allah. Banyak alasan mengapa manusia harus berakhlak baik terhadap Allah, diantaranya adalah karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistimewaan, Allah telah memberikan perlengkapan panca indera, hati nurani dan naluri kepada manusia dan Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan yang terdapat di bumi, seperti tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang dan lain sebagainya. Akhlak terhadap Allah SWT merupakan cerminan hubungan baik antara manusia dengan Allah SWT, pada dasarnya mengambil sikap mematuhi perintah-Nya. Dengan kata lain sikap tersebut adalah sikap takwa, taat dan berbakti kepada Allah dan meninggalkan larangan-Nya.29 28 Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), hal. 4. Muhammad Ardani, Akhlak Tasawuf : Nilai-Nilai Akhlak atau Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), hal. 49. 29 30 b. Akhlak Kepada Rasulullah Seperti halnya akhlak kepada Allah SWT harus beriman kepada –Nya, maka akhlak manusia kepada Nabi Muhammad SAW ialah beriman kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu percaya beliau adalah Nabi dan Rasul (utusan) Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Diantara perilaku atau macam-macam akhlak yang harus dilakukan oleh setiap muslim dan muslimah terhadap Rasulullah SAW, ialah sebagai berikut: 1) Ikhlas beriman kepada Nabi Muhammad SAW. 2) Mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW. 3) Taat kepada Rasulullah SAW 4) Cinta kepada Rasulullah SAW 5) Menghidupkan sunnah Rasulullah SAW 6) Menghormati pewaris Nabi Muhammad SAW30 c. Akhlak Kepada Orang Tua Sebagai anak diwajibkan untuk patuh dan menurut terhadap perintah orang tua dan tidak durhaka kepada mereka. Dalam hal ini terutama kepada ibu, karena jasa seorang ibu kepada anaknya tidak bisa dihitung dan tidak bisa ditimbang dengan ukuran. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Lukman ayat 14: 30 Muhammad Ardani, Akhlak Tasawuf, hal. 73. 31 Artinya: “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.” Adapun berakhlak kepada orang tua adalah sebagai berikut: 1) Bersikap baik kepada orang tua meskipun kurang menyenangkan hatinya. 2) Berkata halus dan mulia baik bahasanya. Berkata kepada orang tua dengan lemah lembut, sopan, agar hati keduanya bahagia. 3) Merendahkan diri terhadap orang tua. 4) Berbuat baik kepada orang tua yang sudah meninggal, dengan cara: mendoakan keduanya, menepati janji orang tua, dan bersilaturrami kepada orang yang mempunyai hubungan dengan orang tua.31 d. Akhlak Kepada Sesama Manusia Manusia selain sebagai makhluk individu adalah juga makhluk sosial, karena manusia tidak dapat hidup sendirian, tetapi membutuhkan orang lain atau masyarakat manusia untuk hidup. Manusia agar dapat hidup tentram, serasi dan selamat bersama orang lain dalam masyarakat, membutuhkan etika pergaulan yang mengatur hubungan dengan orang lain. Diantara etika pergaulan atau akhlak kepada sesama manusia ialah: bermuka manis dan berkata lemah lembut, susila dalam tingkah laku dan menghindarkan kecurigaan, berbicara yang halus dan enak didengar, ramah tamah, dan memperlihatkan keakraban, pandai membawa diri dan menyesuaikan dengan adab masyarakat luas, merendah diri meski berpangkat tinggi, berbicara yang bermanfaat atau jika tidak 31 Muhammad Ardani, Akhlak Tasawuf, hal. 80. 32 demikian lebih baik diam, sederhana dan wajar dalam tingkah laku dan bukan dibuat-buat.32 e. Akhlak Kepada Diri Sendiri Selaku individu, manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan segala kelengkapan jasmaniah dan rohaniah. Manusia diciptakan dengan dilengkapi rohani seperti akal pikiran, hati nurani, naluri, perasaan dan kecakapan batiniah atau bakat. Seorang muslim beriman dan percaya, bahwa yang dapat membersihkan jiwa dan menyelamatkan ialah iman yang baik dan amal shaleh, sedangkan yang mengotori dan merusaknya ialah dampak negatif dari kekafiran dan perbuatan dosa maksiat. Dalam rangka inilah seorang muslim dalam hidup dan kehidupannya senantiasa berlaku hidup sopan santun dalam menjaga jiwanya agar selalu bersih, dapat terhindar dari perbuatan dosa, maksiat, sebab jiwa adalah yang harus dijaga dan dipelihara kebersihan serta pembinanannya, kemudian menyelamatkan dari halhal yang dapat mengotori atau merusaknya dari aqidah atau kepercayaan yang menyesatkan.33 5. Pembagian Akhlak Menurut Al-Ghazali yang dikutip oleh M. Said Imam, akhlak dibagi menjadi dua bagian yaitu akhlak terpuji (akhlak mahmudah atau akhlak karimah) dan akhlak tercela (akhlak madzmumah). Menurutnya akhlak mahmudah (akhlak terpuji) adalah suatu badan atau organism 32 33 Muhammad Ardani, Akhlak Tasawuf, hal. 84. Muhammad Ardani, Akhlak Tasawuf, hal. 54. 33 yang melekat pada diri seorang manusia yang dapat menimbulkan perbuatan baik, sedangkan akhlak madzmumah (akhlak tercela) adalah suatu sifat yang melekat pada diri manusia yang dapat menimbulkan perbuatan jelek.34 Humaidi Tatapangsara juga membagi akhlak menjadi dua bagian yakni akhlak mahmudah yaitu akhlak yang baik, yang berupa semua akhlak yang baik yang harus dianut atau dimiliki setiap orang. Sedangkan akhlak madzmumah yaitu akhlak yang buruk yang harus dihindari dan dijauhi semua orang.35 a. Akhlak Mahmudah (akhlak terpuji) akhlak mahmudah atau sifat terpuji diantaranya: Al-Amanah (dapat dipercaya), Al-Afwu (pemaaf), Al-Haya (malu), Ar-Rahmah (belas kasih), Ash-Shobro (sabar), Istiqomah (teguh pendirian), Al-Ishlah (damai), dsb.36 b. Akhlak Madzmumah (akhlak tercela) Akhlak madzmumah atau akhlak tercela adalah segala perbuatan yang buruk dan tercela. Sedangkan sifat tercela diantaranya: AlGhadhab (marah), Takabbur (sombong), Al-Bukhlu (kikir), AlHasad (dengki), Su’udzon (buruk sangka), dll.37 34 M. Said Imam Ghazali, Tentang Falsafah Akhlak, (Bandung: Al-Ma’raf, 1987), hal. 25. 35 Humaidi Tatapangsara, Akhlak Yang Mulia, (Surabaya: Bina Utama, 1980), hal. 147. 36 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindopersada, 2000), hal. 197. 37 Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), hal. 2627. 34 6. Manfaat Akhlak Akhlak yang baik dan mulia mengantarkan kedudukan seseorang pada posisi yang terhormat dan tinggi. Oleh karena itu. Allah SWT dalam firman-Nya Q.S. Al-Qalam ayat 14 memuji akhlak Rasulullah SAW : Artinya : “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Allah pun menyatakan dalam kalimat-Nya, agar umat Islam membina kehidupannya dengan mencontoh kehidupan Nabi Muhammad SAW, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 21: Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Oleh karena itu setiap tingkah laku dan perbuatan sehari-hari harus selalu mencontoh Rasulullah SAW, dan harus yakin bahwa setiap tingkah lakunya itu selalu mencerminkan akhlak yang baik dan terpuji. Di lapangan usaha-usaha pembinaan dan pembentukan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan berbagai metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadipribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah SWT dan RasulNya, hormat kepada orang tua, sayang kepada sesama makhluk Tuhan 35 dan seterusnya. Keadaan sebaliknya juga menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak dibina akhlaknya atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan dan pendidikan, ternyata menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya.38 C. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Islam adalah agama yang menjadi sumber pendidikan kemanusiaan. Ia mendidik manusia berkarakter dan berakhlak yang sumbernya dari aqidah. Sebagaimana aqidah itulah yang membina manusia beribadah kepada Allah sebagai kewajiban hidupnya. Agama Islam membicarakan masalah mendasar untuk kehidupan manusia yaitu akhlak. Penanaman dan penerapan akhlak yang baik dalam kehidupan seharihari, terutama bagi para pendidik amat penting, sebab penampilan, perkataan, akhlak, dan apa saja yang terdapat padanya, dilihat, didengar dan diketahui oleh para anak didik, akan mereka serap dan tiru, dan lebih jauh akan mempengaruhi pembentukan dan pembinaan akhlak mereka. Oleh karena itu, seyogyanya setiap pendidik menyadari bahwa peranan dan pengaruhnya terhadap anak didiknya amat penting. Jika pengaruh yang terjadi adalah tidak baik, maka kerusakan yang terjadi tidak hanya pada anak didik itu saja, akan tetapi mempengaruhi anak cucu dan keturunannya serta anak didiknya bila kelak ia menjadi pendidik.39 Ini akan menjadi suatu masalah akhlak yang harus dipikirkan oleh para pendidik bagaimana memberikan pendidikan dan pengajaran nilai-nilai 38 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, hal. 154-155. Zakiah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995), hal. 72. 39 36 akhlak yang efektif dan efisien kepada anak didiknya. Karena jika seseorang tidak ditanamkan nilai-nilai akhlak yang baik di dalam dirinya, maka ia dapat merugikan orang lain dengan perbuatan buruk yang dilakukannya. Hal tersebut diperkuat oleh Zakiah Darajat dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama yang mengatakan bahwa: “Masalah pokok yang menonjol dewasa ini, adalah kaburnya nilainilai dan norma-norma agama yang mengatur kehidupan masyarakat. Mereka dihadapkan pada berbagai kontradiksi dan beraneka ragam moral yang menyebabkan mereka menjadi bingung untuk memilih mana perbuatan yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Hal ini Nampak jelas pada mereka yang sedang berada pada usia remaja, terutama pada mereka yang hidup di kota-kota besar yang mencoba mengembangkan diri ke arah kehidupan yang disangka maju dan modern, dimana berkecamuk aneka ragam kebudayaan asing yang masuk seolaholah tanpa saringan.”40 40 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hal. 132. BAB III PROFIL UNITED ISLAMIC CULTURAL CENTRE OF INDONESIA (UICCI) PEJATEN - JAKARTA SELATAN A. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya Organisasi ini berdiri pada tanggal 24 Maret 2005 dengan nama United Islamic Cultural Centre of Indonesia dengan akta notaris Linda Herawati, Sarjana Hukum. Dan akta perubahan tanggal 15 November 2005 No 06 dihadapan notaris Linda Herawati, Sarjana Hukum, dari: United Islamic Cultural Centre of Indonesia menjadi United Islamic Cultural Centre of Indonesia Foundation (Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia). Akta pendirian ini telah disahkan dan ditetapkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tanggal 25 November 2005 No C- 1830.H.T.01.02.TH2005 dan NPWP No 02.439.047.8-017.010. kegiatan disesuaikan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan UICCI. Dan telah didaftarkan di Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Propinsi DKI Jakarta tanggal 10 Maret 2006 No. 06.12250.1155. dan mendapat izin Operasional dari Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Tanggal 09 Juni 07.12510.148/078.6.1 1 UICCI, Proposal Donasi Operasional, Pejaten Jakarta Selatan. 37 2007 No. 38 United Islamic Cultural Centre of Indonesia Foundation didirikan di Indonesia pada tanggal 24 Maret 2005 di Jakarta, berpusat di Istanbul Turki.2 Organisasi ini bernama United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) dalam bahasa Indonesia Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia adalah suatu organisasi sosial Islam yang didirikan pada tahun 2005 oleh para sukarelawan muslim Indonesia dan Turki. UICCI sementara memiliki 6 (enam) cabang 4 (empat) diantaranya berada di Jakarta dan masing-masing 1 (satu) cabang di Yogyakarta dan Aceh. Kantor pusatnya berlokasi di Jl. Pejaten Raya 45/A Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Asrama khusus anak pesantren atau keberangkatan ke Turki beralamat di Jl. Benda Atas No. 32/B Jeruk Purut, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.3 B. Visi, Misi dan Moto Visi United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) adalah “MEMBENTUK GENERASI YANG BERILMU DAN BERTAQWA”. Sedangkan Misi United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) adalah: 1. Mendidik siswa dengan metode asrama untuk memahami Agama Islam 2. Memberikan motivasi kepada para siswa untuk dapat mandiri 3. Pembinaan pendidikan di luar sekolah berupa pendidikan pelajaran yang diajarkan 4. Membina siswa agar dapat mengenal, belajar dan mengamalkan Islam secara kaffah / menyeluruh 2 3 UICCI, Proposal Donasi Operasional, Pejaten Jakarta Selatan. UICCI, Brosur. 39 Dan Moto United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) adalah “KE ARAH GENERASI BERILMU DAN BERTAQWA”.4 Makna dari moto ini adalah yayasan ini mengharapkan agar semua murid yang belajar di yayasan ini menjadi orang-orang yang pandai dan berilmu, namun bukan hanya itu saja melainkan bertaqwa kepada Allah SWT. Diharapkan juga agar lulusan dari yayasan ini dapat menjadi orang-orang yang bermanfaat.5 C. Tujuan Berdiri Tujuan didirikannya UICCI adalah untuk mengamalkan nilai-nilai Islam melalui pendidikan bagi anak-anak dan sebagai kegiatan dakwah, sedangkan tujuan lebih jauh dari UICCI adalah mewadahi kelanjutan dari hubungan dengan para anggota, menjamin keamanan, pembinaan, dan kesejahteraan para anggotanya tersebut. UICCI selalu berusaha untuk memberikan pendidikan yang berorientasi pada kehidupan dan pendidikan yang Islami dan bukan sematamata sekuler atau duniawi belaka.6 D. Program Kegiatan United Islamic Cultural Centre of Indonesia Foundation (UICCI) atau Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia adalah sebuah organisasi yang bergerak di bidang sosial dan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mengutamakan siswa yang kurang mampu tetapi berprestasi, 4 UICCI, Proposal Donasi Operasional, Pejaten Jakarta Selatan. Hasil Wawancara dengan Abi Murat Alver, Ketua Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu pada tanggal 16 Maret 2011, pkl. 10.00 WIB, di Ruang Kantor Asrama UICCI Pejaten Jakarta Selatan. 6 UICCI, Brosur. 5 40 sehingga mempunyai pola pikir dan keyakinan yang Islami di era globalisasi saat ini. Sehubungan dengan hal tersebut, maka Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia mempunyai program kerja jangka pendek, menengah dan panjang. 1. Program Jangka Pendek : a. Mendirikan Boarding School, sebagai asrama bagi para siswa SMP dan SMU, agar lebih efektif dalam pembinaan moral, kepribadian, kebudayaan, yang tidak terlepas dari ajaran Islam sebagai dasar pada pembentukan sikap dan mental pada generasi yang tangguh di masa yang akan datang. b. Ikut mensuskeskan program pendidikan wajib belajar melalui: 1) Pendataan siswa berprestasi yang ingin belajar 2) Dukungan finansial bagi para siswa berprestasi dari keluarga yang kurang mampu 3) Pembinaan pendidikan di luar jam sekolah 4) Memberikan motivasi kepada para siswa untuk dapat mandiri 2. Program Jangka Menengah a. Memperlancar kegiatan, yayasan berupaya melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan b. Mengadakan pertemuan secara periodik dengan dengan orang tua siswa untuk mempererat tali permasalahan yang dihadapi siswa. silaturrahmi dan mengetahui 41 3. Program Jangka Panjang a. Mengusahakan Boarding School untuk tingkat perguruan tinggi b. Mengusahakan lapangan kerja bagi alumni berprestasi c. Menyediakan tenaga para medis untuk menjaga kesehatan d. Mengusahakan cabang Boarding School di seluruh wilayah Republik Indonesia.7 Selain itu, United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) atau Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia mempunyai kegiatan-kegiatan, baik itu kegiatan harian, kegiatan mingguan dan kegiatan tahunan. 1. Kegiatan Harian a. Sholat berjama’ah & shalat-shalat sunah. Mereka selalu melaksanakan shalat berjama’ah di dalam asrama. Selain itu juga melaksanakan shalat-shalat sunnah seperti shalat dhuha, shalat tahajjud, shalat tasbih dan lain-lain yang dilaksanakan secara munfarid. b. Belajar agama setiap hari Senin – Jum’at ba’da Maghrib selama 1,5 jam yang dibagi menjadi 4 kelompok : Bahasa Arab, Ta’lim, Tajwid dan kelompok yang belajar membaca Al-Quran. c. Bertasbih Para ustadz dan murid selalu bangun pukul 03.45 setiap harinya. Setelah itu melakukan shalat tahajjud sampai sebelum subuh. d. Belajar sekolah, seperti matematika, bahasa Inggris dll. 7 UICCI, Proposal Donasi Operasional, Pejaten Jakarta Selatan. 42 e. Makan bersama Untuk membantu murid-murid mengembalikan staminanya, mereka melakukan kegiatan makan bersama 3 kali dalam sehari (pagi, siang dan malam). Semua biaya tersebut ditanggung oleh asrama. Tabel 1 Jadwal Kegiatan Harian8 No Waktu Kegiatan 1 04.00 Bangun Tidur 2 04.20 – 04.40 Shalat Tahajjud, Zikir, Tasbih 3 04.40 – 04.55 Shalat Subuh 4 04.55 – 05.10 Khatim 5 05.10 – 05.25 Pembersihan (SMA) 6 05.10 – 06.40 Pelajaran Agama (Mahasiswa) 7 05.30 – 05.45 Sarapan (SMA) 8 06.40 – 06.55 Sarapan (Mahasiswa) 9 12.30 – 12.45 Shalat Dzuhur 10 12.45 - Selesai Makan Siang 11 13.00 – 15.15 Belajar Bebas, Istirahat 12 15.30 – 15.45 Shalat Ashar 13 15.45 – 16.45 Belajar Bebas, Istirahat 14 17.00 – 18.30 Pelajaran Agama (SMA) 15 18.30 – 18.45 Shalat Maghrib 16 18.45 – 19.15 Makan Malam 17 19.30 – 19.45 Shalat Isya 18 19.45 – 21.00 Bimbingan Belajar 19 21.00 – 21.45 Pelajaran Sekolah 20 21.45 Tidur 8 Hasil Observasi, Jadwal Kegiatan Harian, pada hari Senin, tanggal 4 April 2011, pukul 20.00 WIB, di Asrama UICCI Pejaten Jakarta Selatan. 43 Tabel 2 Acara Hari Sabtu9 No Waktu Kegiatan 1 04.00 Bangun Tidur 2 04.20 – 04.40 Shalat Tahajjud, Zikir, Tasbih 3 04.40 – 04.55 Shalat Shubuh 4 04.55 – 05.10 Khatim 5 05.10 – 06.30 Pembersihan Umum 6 06.30 – 06.45 Sarapan 7 06.45 Izin (SMA) 8 07.00 – 08.00 Fiqih (Mahasiswa) 9 08.00 – 08.30 Istirahat, Shalat Dhuha 10 08.30 – 10.00 Bahasa Turki (Mahasiswa) 11 10.00 Izin (Mahasiswa) Tabel 3 Acara hari Minggu10 No Waktu Kegiatan 1 11.45 Kedatangan Ke Asrama 2 12.15- 12.30 Shalat Dzuhur 3 12.30 – 14.00 Fiqih (SMA), B.Turki (Mahasiswa) 4 14.00 – 14.30 Makan Siang, Istirahat 5 14.30 – 15.30 Ta’lim (SMA), Fiqih (Mahasiswa) 9 Hasil Observasi, Jadwal Kegiatan Harian, pada hari Senin, tanggal 4 April 2011, pukul 20.00 WIB, di Asrama UICCI Pejaten Jakarta Selatan. 10 Hasil Observasi, Jadwal Kegiatan Harian, pada hari Senin, tanggal 4 April 2011, pukul 20.00 WIB, di Asrama UICCI Pejaten Jakarta Selatan. 44 6 15.30 – 16.00 Shalat Ashar 7 16.00 – 17.30 B.Turki (SMA), Belajar bebas (Mah) 8 17.30 – 18.30 Mandi 9 18.30 – 19.00 Shalat Maghrib, Khatim 10 19.00 – 19.20 Shalat Tasbih (SMA), Makan (Mah) 11 19.20 – 19.40 Shalat Tasbih (Mah), Makan (SMA) 12 19.45 – 20.00 Shalat Isya 13 20.00 – 20.30 Ceramah 14 21.00 – 21.45 Belajar Bebas 15 21.45 Tidur 2. Kegiatan Mingguan a. Belajar bahasa Turki setiap hari Minggu bagi siswa asrama yang tamat SMP,SMA/SMK yang memiliki potensi dan kemampuan lebih kami akan mengirim mereka ke Turki untuk melanjutkan dan memperdalam pelajaran agama Islam. Oleh karena itu kami memberikan pelajaran bahasa Turki agar mereka dapat berkomunikasi dengan baik di sana. b. Belajar Fiqih Memberikan materi ilmu fiqih dan bahasa Arab agar para murid dapat memahami tata cara beribadah kepada Allah SWT dengan baik. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Minggu pukul 16.30 sampai dengan 17.30. c. Sohbet (Ceramah) Untuk memperdalam pengetahuan tentang agama Islam dan untuk melatih kemampuan public speaking para murid, diadakan sohbet 45 (ceramah) yang disampaikan oleh para Ustadz. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Minggu setelah Isya.11 3. Kegiatan Tahunan a. Mukabalah, yaitu membaca Al-Quran yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan di setiap masjid yang dekat dengan asrama sebanyak satu juz perhari . b. Tafakur Alam (Piknik) Untuk menghilangkan kejenuhan murid-murid diberikan kesempatan untuk berlibur yang dilaksanakan setiap 6 bulan sekali selama satu hari penuh. c. Peringatan Hari Idul Adha, kami melaksanakan penyembelihan hewan kurban di asrama dan menyumbangkan hewan kurban ke seluruh Indonesia.12 UICCI telah menyumbangkan lebih dari 5000 hewan qurban di berbagai daerah di Indonesia pada hari raya Idul Adha 2008. Sumbangan tersebut dibagikan kepada orang tua murid, masyarakat kurang mampu, sekolah-sekolah, masjid dan musholla. Bantuan tersebut disumbangkan oleh ummat muslim yang berada di Turki, Indonesia, Jerman, Japan, Singapura, Australia dan lain-lain.13 d. Lomba dan wisuda. 11 UICCI, Proposal Donasi Operasional, Pejaten Jakarta Selatan. UICCI, Proposal Donasi Operasional, Pejaten Jakarta Selatan. 13 UICCI, Brosur. 12 46 E. Organisasi 1. Struktur Organisasi Ketua : - H. Alwi Yasin - Sekretaris : - Drs. Sugiyanto - Bendahara Pengawas Murat Alver : - H. Sugiro - Pembina Yayasan Hakan Soydemir Habil Yayla : - Tina Sogiro - Seyit Ali Ayranci - Ferhat Bas - Siti Mariyah : - Anwar H. Yasin - Selman Cakir 2. Sasaran United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) merupakan organisasi sosial yang bergerak di bidang keagamaan atau dakwah. Organisasi ini mewadahi orang-orang Indonesia khususnya remaja untuk dibina dan diajarkan nilai-nilai Islam. Maka sasaran dari organisasi ini adalah Laki-laki, muslim, siswa SMP/Tsanawiyah, siswa SMA , SMK, prestasi yang baik di kelas, memiliki keinginan untuk belajar agama, disiplin tinggi, berakhlak baik, tidak merokok, tidak mengkonsumsi dan mudah terpengaruh oleh obat-obatan terlarang.14 14 UICCI, Proposal Donasi Operasional, Pejaten Jakarta Selatan. 47 3. Sarana / Fasilitas Dalam memberikan pendidikan yang Islami, yayasan United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) ini menyediakan berbagai sarana yang menunjang, yang diharapkan agar murid yang belajar di yayasan tersebut nyaman sehingga mudah menerima pendidikan yang diberikan. Sarana tersebut adalah: a. Akomodasi asrama lengkap (Ruang Belajar, Kamar Tidur, Ruang Makan, Mushola, Ruang Komputer, Kamar Mandi, Perpustakaan, Kolam renang) b. Makan 3 kali sehari c. Kegiatan belajar mata pelajaran sekolah dan mata pelajaran agama d. Suasana yang cocok untuk belajar e. Selama di asrama bebas dari biaya f. Untuk siswa yang berprestasi di asrama akan diberikan BEASISWA berupa buku tulis, seragam sekolah dan uang transport ke sekolah g. Tinggal di asrama selama 6 hari dan khusus hari Ahad dapat pulang ke rumah masing-masing h. Pelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Turki dan Bahasa Arab i. Pelajaran Fiqih, Tajwid, Taklim j. Peralatan komputer yang lengkap termasuk internet k. Kegiatan Berdarmawisata 48 4. Keunggulan Yayasan United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) memiliki beberapa keunggulan. Diantaranya adalah: a. Setelah menyelesaikan pendidikan di asrama dapat menjadi guru di yayasan yang berada di Indonesia maupun yang berada di luar negeri. b. Mempunyai kesempatan belajar di universitas di Eropa, Turki, Singapura, Malaysia, Australia. c. Mendapatkan Beasiswa dari yayasan bagi siswa yang berprestasi di sekolah dan di asrama.15 5. Sumber Dana Sumber dana Yayasan United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) berasal dari Zakat, Infaq dan Shadaqoh para Muslim se Dunia baik yang berada di Turki, Indonesia, Singapura, Australia dan lain-lain. Namun, yang lebih dominan adalah dari kaum Muslimin di Eropa. Terlepas dari itu yayasan United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) menerima semua zakat, infaq dan shadaqah dari kaum Muslimin di manapun.16 15 UICCI, Proposal Donasi Operasional, Pejaten Jakarta Selatan. Wawancara dengan Ust. Murat Alver, Ketua Asrama SMA-Mahasiswa Pejaten Jakarta Selatan. Tanggal 16 Maret 2011, pukul 10.00 WIB. 16 BAB IV BENTUK KOMUNIKASI ABI DAN MURID DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI AKHLAK DI UNITED ISLAMIC CULTURAL CENTRE OF INDONESIA (UICCI) PEJATEN – JAKARTA SELATAN A. Identifikasi Informan 1. Ustadz Murat Alver United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) asrama SMAMahasiswa Pejaten – Jakarta Selatan memiliki satu orang ketua asrama yaitu Ustadz atau Abi Murat Alver, yang mempunyai enam orang tenaga pengajar yaitu Abi Murat Alver, Abi Yaser Gul, Abi Muhammad Taufiq, Abi Hasan, Abi Ali dan Abi Mustofa . Jabatan seorang ketua asrama memiliki tanggung jawab besar dalam memimpin United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan untuk mengantarkan murid kearah generasi berilmu dan bertakwa, sesuai dengan moto yayasan ini. Para Ustadz-ustadz atau Abi-abi di asrama ini membekali ilmu pengetahuan umum kepada murid seperti bahasa Turki, bahasa Arab, dan bahasa Inggris, di samping itu juga membekali murid ilmu pengetahuan agama seperti Nahwu – Shorof, ilmu Al-Qur’an, dan Fiqih, yang tak kalah pentingnya adalah membekali murid dengan akhlakul karimah seperti hidup disiplin, hidup bersih, menghormati guru, orang tua dan sesama manusia. 49 50 Ustadz Murat Alver merupakan orang kebangsaan Turki, dia merupakan lulusan S1 Keguruan Mesin di Marmara Universitesi yang bertempat di Istanbul, Turki. Dia dilahirkan di Eskisehir, Turki pada tanggal 20 Juni 1983 dengan alamat asal yaitu Batikent Mahallesi, Armutlu, Sokak. No. 2 / 37 Eskisehir, Turki. Dia pertama mengenal dengan asrama semacam ini di Turki waktu SMP kelas 2. Namun hanya 3 minggu ia belajar kemudian ia keluar dari asrama karena pada waktu itu masih kecil tetapi ia menyesal, lalu ia masuk asrama lagi pada saat kuliah. Kemudian ia diutus oleh ustadnya di Turki untuk pergi ke Indonesia untuk mengurus asrama yang ada di Indonesia. Semenjak 6 tahun lalu ia telah mengabdikan dirinya di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan sebagai ketua asrama SMA-Mahasiswa dan sebagai abi atau ustadz. Abi Murat, sebutan akrab murid-murid di asrama ini. Menurutnya semua yang ia lakukan merupakan dakwah. Dan tujuan ia berdakwah adalah untuk mengajarkan agama Islam sampai hari kiamat dan menyelamatkan manusia dari dari jalan neraka. Dan dakwah yang ia lakukan semata-mata agar mendapatkan ridho Allah SWT.1 2. Ustadz Yaser Gul Ustadz Yaser Gul ini biasa dipanggil oleh murid-murid dengan Abi Yaser. Abi yang berperawakan agak pendek tapi berbadan kekar ini dilahirkan di Antalya, Turki pada tanggal 01 April 1985 dan beralamat di Hocali Koyu, Manavgat Antalya, Turki. Ia mengenyam pendidikan di 1 Wawancara Pribadi dengan Ust. Murat Alver, Ketua UICCI SMA-Mahasiswa Pejaten Jakarta Selatan, Jum’at 8 April 2011, di Ruang Kantor Asrama UICCI, pkl. 06.00 WIB, Pejaten Jakarta Selatan. 51 Turki yaitu Hocali Koyu (SD), Yunus Emre (SMP), dan Manavgat Lisesi (SMA). Setelah itu ia meneruskan kuliah di Anadolu Universitesi, Turki. Abi Yaser merupakan salah seorang ustadz atau abi atau guru di asrama ini. Ia suka bercanda kepada murid, murah senyum tetapi tetap tegas dengan peraturan-peraturan yang ditetapkan di asrama.2 3. Ustadz Muhammad Taufiq Ustadz Muhammad Taufiq ini biasa dipanggil oleh murid-murid dengan Abi Taufiq. Abi Taufiq merupakan ustadz atau abi atau guru yang berkebangsaan Indonesia. Ia menjadi abi setelah ia berangkat ke Turki dan belajar ilmu agama yang diajarkan di asrama Turki selama 2 tahun. Setelah itu ia kembali ke Indonesia dan mengabdikan dirinya sebagai guru di asrama SMA-Mahasiswa Pejaten - Jakarta Selatan. Ia dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1993 dengan alamat rumah Jalan Rambutan 2 No. 7 Rt 005 Rw 06 Pejaten Barat Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Ia mengenyam pendidikan di SD 06 Pagi Pejaten Barat, SMPN 107 Jakarta Selatan, dan MA (Madrasah Aliyah) Sultan Hasanuddin Jakarta. Sedangkan sekarang ia sedang kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Dirasat Islamiyah. Tujuan ia berdakwah adalah meneruskan dakwah yang sudah dimulai oleh Rasulullah SAW, meneruskan dakwah ini ada banyak 2 Wawancara Pribadi dengan Ust. Yaser Gul, Guru Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Sabtu, 9 April 2011, di Ruang Kerja Abi, pkl. 07.30 WIB, Pejaten Jakarta Selatan. 52 caranya tapi cara yang paling bagus itu adalah orang yang mengajar dan mempelajari Al-Qur’an beserta ilmu-ilmu Al-Qur’an.3 4. Rananto Widodo Rananto Widodo biasa dipanggil Yusuf oleh abi-abi di asrama. Ia dilahirkan di Tegal pada tanggal 4 Agustus 1993. Ia tinggal di Jalan Kebun Jeruk, Jakarta Timur. Orang yang cita-citanya menjadi ustadz dan menjadi arsitektur ini merupakan seorang siswa kelas XII (tiga) jurusan Administrasi Perkantoran SMKN 8 Pejaten, Jakarta Selatan. Ia masuk asrama UICCI ini dengan tujuan untuk menambah ilmu pengetahuan agama.4 5. Shohib Hazami Teman-temannya biasa memanggilnya Shohib. Ia dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 Juni 1993. Ia tinggal di Jalan Tegal Parang Utara (Buncit 1) Rt 008 Rw 005 No. 102, Jakarta Selatan. Orang yang masuk asrama ini karena motivasi teman, ingin mandiri dan untuk memudahkan belajar ini memiliki cita-cita yang tinggi yaitu ingin menjadi seorang akuntan dan menjadi seorang guru agama. Oleh karena itu, ia sekolah dijurusan Akuntansi SMKN 8 Pejaten, Jakarta Selatan.5 3 Wawancara Pribadi dengan Ust. Muhammad Taufiq, Guru Asrama SMAMahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Jum’at, 8 April 2011, Di Ruang Kerja Abi, pkl. 20.30 WIB, Pejaten Jakarta Selatan. 4 Wawancara Pribadi dengan Rananto Widodo, Murid Kelas XII Asrama SMAMahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Selasa, 5 April 2011, pkl. 20.15 WIB Pejaten Jakarta Selatan. 5 Wawancara Pribadi dengan Shohib Hazami, Murid Kelas XII Asrama SMAMahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Selasa, 5 April 2011, pkl. 20.40 WIB Pejaten Jakarta Selatan. 53 6. Ardi Suparmadi Ardi adalah seorang siswa kelas XII (tiga) jurusan Pemasaran SMKN 8 Pejaten, Jakarta Selatan. Orang yang bercita-cita ingin menjadi seorang guru agama ini dilahirkan di Purwokerto pada tanggal 13 April 1993 dan ia tinggal di Jalan H. Romli Rt 004 Rw 03 No. 12 Tebet, Jakarta Selatan. Ia memilih masuk asrama UICCI dengan beberapa alasan yaitu ia ingin menambah ilmu wawasan, mengimprovisasi ilmu agama dan memperbaiki akhlak serta menjauhi lingkungan yang kurang mendukung.6 7. Fiki Murdiansyah Fiki murdiansyah biasa dipanggil Fiki oleh teman-temannya dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Juni 1992. Ia tinggal di Jalan H. Tholib No. 89, Cipete Utara Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Siswa yang sekolah di SMKN 8 Pejaten kelas XII dengan jurusan Administrasi Perkantoran ini memiliki cita-cita menjadi guru agama. Ia masuk asrama UICCI ini untuk menuntut ilmu agama dan belajar serta dapat mengajar.7 8. Muhammad Nurkhafidin Hafi, nama panggilan akrabnya. Ia dilahirkan di Pemalang pada tanggal 16 Juli 1992 dan tinggal di Jalan Kemang Utara G Rt 002 Rw 01 No. 17, Jakarta Selatan. Ia merupakan seorang siswa kelas XII (tiga) jurusan Pemasaran di SMKN 8 Pejaten, Jakarta Selatan. Orang yang 6 Wawancara Pribadi dengan Ardi Suparmadi, Murid Kelas XII Asrama SMAMahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Selasa, 5 April 2011, pkl. 21.10 WIB Pejaten Jakarta Selatan. 7 Wawancara Pribadi dengan Fiki Murdiansyah, Murid Kelas XII Asrama SMAMahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl. 05.10 WIB Pejaten Jakarta Selatan. 54 bertujuan menuntut ilmu agama di asrama ini memiliki cita-cita menjadi seorang guru agama dan menjabat di Kementrian Agama Republik Indonesia.8 9. Noorfie Syahri Sya’bani Orang yang akrab dipanggil Opih oleh teman-temannya ini dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Januari 1994 dan tinggal di Jalan Warung Silah I Rt 001 Rw 04 No. 66 Jagakarsa, Jakarta Selatan. Orang yang memiliki cita-cita menjadi seorang PR (Public Relations) dan menjadi Menteri Pendidikan Nasional ini merupakan siswa kelas XII (tiga) jurusan Pemasaran SMKN 8 Pejaten, Jakarta Selatan. Tujuan masuk asrama ini adalah untuk menuntut ilmu agama dan supaya jarak sekolah dekat karena tinggal di asrama.9 10. Muhammad Ihsan Irjami Biasa dipanggil dengan nama Ihsan oleh teman-temannya. Ia dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1993 dengan alamat rumahnya di Jalan Agung Raya I Rt 004 Rw 03 No. 11 Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Ia kelas XII (tiga) jurusan Akuntansi di SMKN 8 Pejaten, Jakarta Selatan. Orang yang bertujuan untuk menambah ilmu dan belajar mandiri di asrama ini memiliki cita-cita menjadi seorang guru pelajaran umum dan agama.10 8 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Nurkhafidin, Murid Kelas XII Asrama SMA-Mahasiswa Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl. 06.30 WIB Pejaten Jakarta Selatan. 9 Wawancara Pribadi dengan Noorfie Syahri Sya’bani, Murid Kelas XII Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl. 20.30 WIB Pejaten Jakarta Selatan. 10 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Ihsan Irjami, Murid Kelas XII Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl. 21.00 WIB Pejaten Jakarta Selatan. 55 11. Hujjah Saefullah Biasa dipanggil dengan nama Ujah oleh teman-temannya ini dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 28 Juni 1993. Ia tinggal di Jalan Pol Tangan Raya Rt 001 Rw 05 No. 41 A Jagakarsa, Jakarta Selatan. Ia kelas XII (tiga) jurusan Akuntansi di SMKN 8 Pejaten, Jakarta Selatan. Ia bercita-cita agar bisa membangun suatu perusahaan dan membahagiakan orang tuanya. Tujuan ia tinggal di asrama UICCI ini adalah agar lebih mandiri, dapat menambah ilmu pengetahuan agama dan mencari suasana yang beda.11 12. Muhammad Islam Ia biasa dipanggil Muis oleh teman-temannya. Pria yang dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 Mei 1993 ini memiliki cita-cita menjadi seorang guru agama. Ia bertempat tinggal di Jalan Bangau IV No. 4B Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan dan sekolah kelas XII (tiga) jurusan Administrasi Perkantoran di SMKN 8 Pejaten, Jakarta Selatan. Alasan ia tinggal di asrama UICCI ini adalah ingin membiasakan sholat berjama’ah, menuntut ilmu agama dan meringankan beban orang tua.12 11 Wawancara Pribadi dengan Hujjah Saefullah, Murid Kelas XII Asrama SMAMahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl. 21.30 WIB Pejaten Jakarta Selatan. 12 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Islam, Murid Kelas XII Asrama SMAMahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Kamis, 7 April 2011, pkl. 16.00 WIB Pejaten Jakarta Selatan. 56 B. Bentuk Komunikasi Abi dan Murid Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta Selatan Setelah melakukan observasi dan wawancara kepada para informan, penulis mendapatkan data mengenai bentuk komunikasi abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten – Jakarta Selatan. Terdapat 2 (dua) bentuk komunikasi yang dilakukan abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten – Jakarta Selatan, yaitu: 1. Bentuk Komunikasi Antarpersonal Komunikasi antarpersonal yang terjadi antara abi dan murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) merupakan kegiatan yang dijadikan metode penunjang dalam proses pembinaan murid. Proses komunikasi antarpesonal dijalankan para abi untuk menanamkan nilai-nilai akhlak murid sehingga murid tidak hanya sukses dalam segi intelektualitas ilmu umum dan agama tetapi juga sukses dalam segi perilaku sehari-hari yang berakhlak mulia. Selanjutnya, setelah melakukan observasi di lapangan, ditemukan beberapa fenomena lapangan yang cukup menarik mengenai bentuk komunikasi antarpersonal yang dilakukan abi dalam menanamkan nilainilai akhlak kepada murid, yaitu: 57 a. Memberikan Uswatun Hasanah (Keteladanan) Pada dasarnya, kebutuhan manusia akan figur teladan bersumber dari kecenderungan meniru yang sudah menjadi karakter manusia. Peniruan bersumber dari kondisi mental seseorang yang senantiasa merasa bahwa dirinya berada dalam perasaan yang sama dengan kelompok lain (empati) sehingga dalam peniruan ini, anakanak cenderung meniru orang dewasa; kaum lemah cenderung meniru kaum kuat; serta bawahan cenderung meniru atasannya.13 Akhlak seseorang tercermin dari perilaku atau perbuatan yang dilakukannya. Jika seseorang melakukan perbuatan yang tidak baik maka bisa dibilang akhlaknya tidak baik, namun jika seseorang melakukan perbuatan yang baik, yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain maka bisa dibilang akhlaknya baik. Di dalam keluarga, orang tua menjadi teladan bagi anakanaknya. Anak-anak melihat dan memperhatikan bagaimana perilaku orang tuanya sehari-hari, baik dari cara berjalan, makan, minum maupun bertutur kata. Lambat laun anak akan mempraktekkan apa yang telah dilihat dan diperhatikannya tersebut. Maka jadilah perbuatan anak yang meniru orang tuanya itu menjadi akhlak bagi dirinya. Apabila perbuatan yang ditiru itu perbuatan yang baik, yang diajarkan menurut nilai-nilai agama maka anak tersebut mempunyai akhlak yang baik, sebaliknya apabila perbuatan yang ditiru itu perbuatan yang tidak baik, yang jauh bahkan menyimpang menurut 13 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, Terjemah. Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani, 1995, hal. 263. 58 nilai-nilai agama maka anak tersebut mempunyai akhlak yang tidak baik. Bukan hanya di dalam keluarga. Di sekolah, seorang guru menjadi teladan bagi murid-muridnya. Di lingkungan masyarakat, seorang tokoh masyarakat juga menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya. Begitu juga di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI). Dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada murid, para abi memberikan uswatun hasanah (keteladanan). Seperti yang diungkapkan oleh abi Muhammad Taufiq. “Para abi memberikan teladan kepada para murid sebagaimana teladan menurut ajaran Rasulullah SAW. Dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid di asrama ini para abi memulai dengan dirinya sendiri, melakukan terlebih dahulu setelah itu murid melihat perbuatan para abi, maka murid mengikuti perbuatan dan tingkah laku abi tersebut.”14 Misalnya, untuk menjaga adab, para abi memberikan teladan supaya para murid saat berada di musholla untuk sholat atau pun zikir kepada Allah SWT harus duduk tahiyyat (duduk diantara dua sujud) bukan duduk silah. Ini bertujuan agar bersikap lebih sopan pada saat bertemu dengan Allah SWT. Tentunya para abi memulai dengan dirinya sendiri dengan duduk tahiyyat dan tidak pernah duduk silah saat berada di musholla. Sehingga para murid mengikuti perbuatan itu 14 Wawancara Pribadi dengan Ust. Muhammad Taufiq, Guru Asrama SMAMahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Jum’at, 8 April 2011, Di Ruang Kerja Abi, pkl. 20.30 WIB, Pejaten Jakarta Selatan. 59 dan berakhlak sesuai akhlak Rasulullah SAW yang ditanamkan oleh para abi.15 Selain itu, para abi juga memberi contoh yang baik-baik, misalnya memberi contoh bagaimana cara berpakaian, bagaimana melakukan sesuatu yang berhubungan dengan Fiqh, kemudian bagaimana melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari seperti memotong kuku atau memotong rambut dan sebagainya, yang pasti para abi memberi contoh terlebih dahulu kepada muridnya. “Contoh real-nya, misalnya ada murid yang rambutnya sudah panjang, kemudian dilihat oleh abi dan disuruh potong rambut. Pada saat menyuruh murid itu memotong rambutnya yang sudah panjang, tentunya abi sudah memotong rambutnya terlebih dahulu karena abi 2 minggu sekali sudah cukuran atau potong rambut, jadi tetap rapih kapanpun dan di manapun.”16 b. Konsultasi Masalah Pribadi Setiap orang mempunyai masalah masing-masing, dari masalah dengan keluarga, masalah dengan teman, masalah dengan atasan ataupun masalah dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki masalah dalam hidupnya memerlukan solusi atas masalah tersebut. Namun, tidak semua orang percaya kepada orang lain untuk mengutarakan masalah yang dialaminya. Seseorang akan percaya 15 Hasil Observasi di Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Selasa 5 April 2011. 16 Wawancara Pribadi dengan Noorfie Syahri Sya’bani, Murid Kelas XII Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl. 20.30 WIB Pejaten Jakarta Selatan 60 kepada teman yang dekat dengannya, atau seorang anak percaya kepada orang tuanya. Di United Oslamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten – Jakarta Selatan ini para murid percaya kepada para abi karena para murid bukan hanya menganggap para abi sebagai guru tetapi juga sebagai kakak yang dapat diajak sharing sehingga para murid dapat berkonsultasi tentang masalah pribadinya kepada para abi. Hubungan kedekatan antara para abi dengan murid di asrama ini diungkapkan oleh abi Murat Alver sebagai berikut: “Hubungan para abi dan para murid di asrama UICCI ini sangat dekat. Hubungan abi di asrama ini bukan sebagai dosen di Universitas atau guru di sekolah. Lebih dari itu. Para abi selama 24 jam berada di asrama ini. Mereka memperhatikan murid-murid baik dari segi akhlak maupun ibadahnya dan jika murid memiliki suatu masalah, berarti itu juga masalah abi. Kalau murid senang, maka abi juga ikut senang.”17 Jadi, para abi sangat memperhatikan murid-muridnya. Para abi merasa bertanggung jawab dengan akhlak yang dimiliki oleh para murid. Dengan sekuat tenaga dan segenap pikiran, para abi berusaha agar murid-muridnya memiliki intelektualitas dan akhlak yang mulia. Para abi juga memperhatikan para murid jika para murid mendapatkan atau memiliki masalah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Noorfie (salah seorang murid) sebagai berikut: 17 Wawancara Pribadi dengan Ust. Murat Alver, Ketua dan guru di asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Jum’at 8 April 2011, di Ruang Kantor Asrama UICCI, pkl. 06.00 WIB, Pejaten Jakarta Selatan. 61 “Jika murid memiliki masalah baik masalah dengan keluarga, sekolah ataupun temannya, maka abi mengajak bicara baik-baik, secara personal dan tatap muka (face to face) dengan murid itu dan mencari solusi yang terbaik.”18 Murid yang sedang ada masalah dapat terlihat oleh dari sikapnya sehari-hari yang berubah dan dari nilai-nilai pelajaran murid itu. c. Memberikan Teguran dan Nasihat “Tidak ada manusia yang sempurna”, sebuah ungkapan yang mempunyai arti bahwa sebenar-benar dan sebaik-baiknya perbuatan yang dilakukan manusia pasti dia pernah melakukan kesalahan atau kealfaan. Dan sebaik-baiknya manusia yang pernah melakukan kesalahan adalah manusia yang tidak mengulangi kesalahan tersebut dan sebaik-baiknya manusia yang melihat suatu kesalahan adalah manusia yang menasihati dan memberi teguran yang bermanfaat bagi orang lain. Di asrama UICCI terdapat lebih dari 100 orang murid yang perlu dibina akhlaknya. Hal ini belum sebanding atau pun setara dengan jumlah abi atau guru yang membina di asrama ini yaitu hanya 6 orang abi. Bayangkan jika 6 orang abi harus membina dan mendidik 100 murid. Sudah sewajarnya, jika ada beberapa murid yang kurang diperhatikan atau kurang terjamah oleh abi. Dan akibatnya murid itu melakukan pelanggaran tata tertib asrama. Misalnya, pada waktu 18 Wawancara Pribadi dengan Noorfie Syahri Sya’bani, Murid Kelas XII Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl. 20.30 WIB Pejaten Jakarta Selatan. 62 sholat tahajjud dan zikir pukul 04.00 WIB ada seorang murid yang tidur di meja belajar musholla, lantas abi yang melihat murid tersebut mendekati murid itu lalu menegur dan memberikan nasihat secara tatap muka (face to face) agar tidak tidur di meja belajar musholla tetapi melakukan sholat tahajjud dan zikir seperti murid lainnya.19 d. Memberikan Sanksi atau Hukuman Dari awal masuk asrama, murid sudah diberi tahu tentang tata tertib yang ada di asrama ini dan harus dijalankan oleh semua murid asrama. Bagi murid yang melanggar tata tertib maka akan dikenakan sanksi atau hukuman. Dalam menanamkan nilai-nilai akhlak para murid, para abi membuat tata tertib yang meliputi jadwal-jadwal kegiatan seperti jadwal pembersihan dapur asrama dab jadwal mencuci dan pembagian pakaian bersih serta penanggung jawabnya secara tertulis (verbal) dan diumumkan kepada para murid secara lisan (verbal) setelah sholat Isya. Ini bertujuan agar para murid lebih disiplin dan bertanggung jawab serta mandiri. Jadwal-jadwal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: 19 Hasil Observasi di Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Senin 4 April 2011, pkl. 04.15 WIB. 63 Tabel 420 Jadwal Pembersihan Dapur Asrama Minggu Ke 1&3 Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat 53 14 23 19 44 9 31 16 21 37 27 40 28 11 17 12 7 10 5 3 1 Minggu Ke 2&4 Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat 54 36 50 49 13 39 43 42 51 52 38 8 4 26 47 32 48 6 15 45 55 2 Catatan : 1. Yang berwarna tebal merupakan ketua kelompok 2. Setiap kelompok akan diambil 2 orang untuk pembersihan paginya, kecuali untuk hari Minggu siang Tabel 521 Jadwal Mencuci dan Pembagian Pakaian Bersih Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat 57 56 59 109 61 62 63 65 67 68 69 70 84 72 73 94 75 76 20 Sabtu Hasil Observasi di Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Senin 4 April 2011, pkl. 18.30 WIB. 21 Hasil Observasi di Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Senin 4 April 2011, pkl. 18.30 WIB. 64 78 79 80 81 82 83 85 87 64 89 66 91 92 93 95 77 102 98 99 100 101 103 104 105 106 107 108 110 97 58 Catatan: Nomor yang berwarna tebal merupakan PJ kelompok tersebut, wajib berkoordinasi dalam pembagian tugas serta tanggung jawab terhadap anggota kelompoknya. Dari tabel di atas dapat dilihat jadwal pembersihan dapur asrama dan jadwal mencuci dan pembagian pakaian bersih. Maksud angka-angka tersebut adalah setiap murid asrama memiliki nomor masing-masing. Misalnya nomor 53, maka murid tersebut mempunyai loker tempat sendal dengan nomor 53, mempunyai loker tempat menaruh buku-buku dengan nomor 53, mempunyai loker tempat menaruh pakaian dengan nomor 53, sampai tempat tidur murid tersebut dengan nomor 53 dan seterusnya. Para murid menanggapi positif dengan penanaman kebersihan di asrama ini. “Penanaman kebersihan yang dilakukan oleh para abi sangat baik. Kebersihan itu juga sangat diperlukan, apalagi di asrama ini ada 100 orang lebih, bagaimana caranya asrama dengan 100 orang bukannya jadi kotor, bukannya jadi kumuh tetapi menjadi bersih. Nah, caranya itu dengan program kebersihan yang setiap hari dilakukan walaupun hanya 15 menit tetapi itu sangat bermanfaat karena tiap murid diberi tempat pembersihan dan tiap murid bertanggung jawab di setiap tempat pembersihannya.”22 22 Wawancara Pribadi dengan Noorfie Syahri Sya’bani, Murid Kelas XII Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl. 20.30 WIB Pejaten Jakarta Selatan. 65 “Namun, dalam konteks menjaga kebersihan ini tentu masih terdapat beberapa perbaikan-perbaikan agar semua murid berpartisipasi dan semua tugas itu dapat berjalan dengan baik diantaranya yaitu dalam hal pembagian tugas, diharapkan ke depannya pembagian tugas kebersihan supaya merata karena ada pembagian tugas untuk tugas yang mudah dilakukan tetapi anggota yang melakukan tugas tersebut kelebihan, sedangkan untuk tugas yang susah dilakukan dan memerlukan tenaga lebih banyak tetapi anggota yang melakukan tugas tersebut kurang banyak. Ini merupakan masukan untuk ketua pembersihan.”23 Tetapi bukan hanya membuat jadwal-jadwal kegiatan saja, para abi membuat sistem poin bagi yang melanggar tata tertib di asrama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh abi Muhammad Taufiq sebagai berikut: “Sistem poin ini ide para abi yang dibicarakan dengan beberapa diskusi di sekolah tentang bagaimana peraturan yang diterapkan disekolah agar para murid di sekolah itu disiplin.”24 Akhirnya diadaptasikan sistem poin ke dalam asrama UICCI, namun sistem poin ini jug merupakan kesepakatan antara para abi dan para murid yang telah disosialisasikan kepada para murid. Sistem poin ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 625 Sistem Poin Asrama No Pelanggaran Poin Denda 1 Tidak Memakai Take Saat Shalat 3 Poin 2 Ribu 2 Yang mempunyai pakaian yang tidak 3 Poin 2 Ribu ada nomornya 23 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Islam, Murid Kelas XII Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Kamis, 7 April 2011, pkl. 16.00 WIB Pejaten Jakarta Selatan. 24 Wawancara Pribadi dengan Ust. Muhammad Taufiq, Guru Asrama SMAMahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Jum’at, 8 April 2011, Di Ruang Kerja Abi, pkl. 20.30 WIB, Pejaten Jakarta Selatan. 25 Hasil Observasi di Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Minggu 3 April 2011, pkl. 20.00 WIB. 66 3 Yang tidak membereskan tempat tidur 3 Poin 2 Ribu dan rak buku 4 Yang terlambat imam muadzin 3 Poin 2 Ribu 5 Yang pembersihannya kurang 3 Poin 2 Ribu 6 Makan di tempat lain 3 Poin 2 Ribu 7 Yang tidak mengambil pakaian dari 3 Poin 2 Ribu lemari pakaian bersih 8 Yang tinggalkan barang ditempat lain 3 Poin 2 Ribu 9 Tidur di tempat lain 3 Poin 2 Ribu 10 Yang tidak ikut khatim 3 Poin 2 Ribu 11 Terlambat dari izin pada hari sekolah 3 Poin 2 Ribu 12 Rambut atau kuku panjang 3 Poin 2 Ribu 13 Tidak memarkir kendaraan dengan 3 Poin 2 Ribu 3 Poin 2 Ribu benar 14 Tidak mengisi surat izin dan kertas absen 15 Mencharger HP bukan pada tempatnya 3 Poin 2 Ribu 16 Menggunakan laptop / komputer 3 Poin 2 Ribu 5 Poin 2 Ribu menghadap ke arah yang salah 17 Tidak melaksanakan tugas resepsonis dengan baik 18 Tidak mengikuti peraturan apotik 5 Poin 2 Ribu 19 Tidak mengikuti peraturan 5 Poin 2 Ribu perpustakaan 20 Keluar tanpa izin 5 Poin 2 Ribu 21 Yang tidak mengerjakan PR asrama 5 Poin 2 Ribu 22 Yang tidak ikut pembersihan dapur 5 Poin 2 Ribu 23 Yang membuang sampah tidak pada 5 Poin 2 Ribu tempatnya 67 24 Terlambat masuk ke pelajaran agama 5 Poin 2 Ribu 25 Tidur di tempat tidur orang lain 5 Poin 2 Ribu 26 Mendapat nilai kurang dari 70 ujian di 5 Poin 2 Ribu 5 Poin 2 Ribu asrama 27 Tidak mengikuti menjadi pemimpin khatim 28 Terlambat pulang ke asrama 5 Poin 2 Ribu 29 Telat membawa berkas yang diminta 5 Poin 2 Ribu 5 Poin 2 Ribu 5 Poin 2 Ribu asrama misal rapot dll 30 Menggunakan peralatan dapur khusus tanpa izin 31 Yang tidak ikut pembersihan atau program asrama 32 Tidak mengikuti ujian di asrama 5 Poin 2 Ribu 33 Tidak mengikuti kata-kata ketua 5 Poin 2 Ribu 34 Pakai komputer untuk tujuan lain 5 Poin 2 Ribu 35 Izin keluar saat proses belajar 5 Poin 2 Ribu 5 Poin 2 Ribu berlangsung&tidak kembali 36 Tidak masuk pelajaran tanpa ada keterangan 37 Memakai sendal wc di luar wc 5 Poin 2 Ribu 38 Berisik di tempat tidur 5 Poin 2 Ribu 39 Memakai barang orang lain 15 Poin 5 Ribu 40 Yang tidak mengikuti tugas resepsonis 15 Poin 5 Ribu 41 Pulang tanpa izin 20 Poin 5 Ribu 42 Mengotori atau mencoret-coret 20 Poin 5 Ribu fasilitas milik asrama 68 43 Bertengkar/berkelahi dengan teman di 50 Poin lingkungan asrama 44 Terlibat perkelahian di dalam atau di 50 Poin luar asrama 45 Diketahui berpacaran 50 Poin 46 Mengikuti organisasi yang tidak ada 50 Poin hubungan dengan agama Islam 47 Mengambil atau mencuri milik 100 Poin asrama, abi atau teman 48 Membawa dan merokok di asrama 100 Poin atau di luar asrama 49 Membawa atau memperjualbelikan 100 Poin buku atau kaset terlarang 50 Membawa atau meminum obat 100 Poin terlarang 51 Mengkonsumsi obat atau minuman 100 Poin terlarang di dalam / di luar asrama 52 Memperjualbelikan obat terlarang 100 Poin “Maksud sistem poin ini adalah setiap ajaran baru, masingmasing murid diberi 100 poin, setiap pelanggaran itu memiliki pengurangan poin tertentu, misalnya tidak memakai peci dalam sholat itu mendapat pengurangan 3 poin, alhasil 100 poin dikurangi 3 poin. Dan mendapat denda sebesar 2 ribu rupiah. Seperti yang dapat dilihat pada tabel di atas. Setiap pelanggaran yang lebih berat, maka akan mendapat pengurangan poin yang banyak pula. Jika murid mendapat poin 100 atau lebih maka sesuai peraturan murid tersebut harus Get Out atau keluar dari asrama UICCI.”26 26 Wawancara Pribadi dengan Noorfie Syahri Sya’bani, Murid Kelas XII Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl. 20.30 WIB Pejaten Jakarta Selatan. 69 “Namun, jika murid tidak melakukan pelanggaran selama 2 minggu atau murid mendapatkan nilai 100 saat ujian di asrama, maka akan mendapatkan tambahan poin sebanyak 10 poin.”27 Sistem poin ini bertujuan agar murid disiplin, menjaga sikap, memelihara akhlak dan tidak melanggar tata tertib serta tidak mempengaruhi murid lain untuk melakukan sesuatu yang tidak baik. Ini merupakan salah satu bentuk upaya yang dilakukan para abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten – Jakarta Selatan ini. e. Pemanggilan Ke Kantor Salah satu bentuk komunikasi antarpersonal yang dilakukan abi kepada murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak adalah dengan memanggil murid yang bersangkutan ke kantor. Bentuk komunikasi para abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid dengan pemanggilan ke kantor ada 2 macam, yaitu: 1) Komunikasi Diadik, yaitu komunikasi yang berlangsung antara 2 orang secara tatap muka (face to face). Misalnya, ada murid yang ketahuan pacaran atau pulang sekolah terlambat. Murid itu dipanggil ke kantor oleh abi, kemudian ditanya kenapa melakukan hal tersebut, lalu menasehati murid itu agar tidak melakukan hal itu lagi. 27 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Ihsan Irjami, Murid Kelas XII Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl. 21.00 WIB Pejaten Jakarta Selatan. 70 2) Komunikasi Triadik, yaitu komunikasi yang berlangsung antara 3 orang secara tatap muka (face to face). Misalnya, ada murid yang berantem atau bertengkar. Abi memanggil 2 orang yang berasangkutan, kemudian ditanya masalahnya apa, jangan sampai mengganggu orang lain dan abi mendamaikan keduanya serta menasihati agar satu sama lain jangan saling bertengkar.28 Dari semua bentuk komunikasi yang dilakukan abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten, Jakarta Selatan, menurut hasil wawancara kepada para abi dan para murid serta hasil observasi penulis sangat berhasil dan berpengaruh merubah akhlak para murid ke arah yang lebih baik, walaupun tidak 100%, namun kerja keras dan usaha para abi dapat diapresiasi karena mendapatkan hasil yang maksimal. 2. Bentuk Komunikasi Kelompok Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi semua informasi dalam hampir semua aspek kehidupan. Ia bisa merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan sarana meningkatkan pengetahuan para anggotanya (kelompok 28 Wawancara Pribadi dengan Ardi Suparmadi, Murid Kelas XII Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Selasa, 5 April 2011, pkl. 21.10 WIB Pejaten Jakarta Selatan. 71 belajar) dan bisa pula merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecah masalah).29 Komunikasi kelompok dibagi dua, yaitu kelompok kecil dan kelompok besar. Komunikasi kelompok yang dilakukan atau diterapkan para abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) adalah komunikasi kelompok kecil (small group communication). Hal ini berdasarkan dengan kerangka konseptual di atas bahwa kelompok kecil (small group communication) adalah kelompok komunikasi yang dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal atau dalam komunikasi kelompok komunikator dapat melakukan komunikasi antarpribadi dengan salah seorang anggota kelompok, seperti yang terjadi pada acara diskusi, kelompok belajar, ceramah, seminar dan lain-lain.30 Selanjutnya, berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, bentuk komunikasi yang dilakukan atau diterapkan para abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) ada dua bentuk, yaitu: a. Melalui Ceramah Ceramah merupakan suatu kegiatan komunikasi seorang da’i dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada komunikan atau mad’u yang bertujuan agar mad’u dapat mengaplikasikan pesanpesan keagamaan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 29 Syaiful Rohim, Teori Komunikasi (Perspektif, Ragam, & Aplikasi), (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 87. 30 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, hal. 32. 72 Kegiatan ceramah di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan dikenal dengan sebutan sohbet. Kegiatan ini rutin dilakukan pada setiap hari Minggu setelah melakukan sholat Isya’ berjamaah di asrama dan semua murid wajib menghadiri kegiatan ceramah yang dilaksanakan di musholla asrama UICCI ini. Kegiatan ceramah disampaikan oleh abi-abi dengan topik yang berbeda-beda setiap Minggunya. “Topik-topik ceramah terdiri dari aspek ibadah, tauhid dan akhlak. Membahas tentang Al-Qur’an, keutamaan sholat, keutamaan berwudhu, keutamaan zikir, keutamaan shodaqoh, amar ma’ruf nahi munkar, taubat dan lain-lain. Setiap Minggu berbedabeda topik pembahasannya dan tidak bisa dipisahkan antara bahasan akhlak, bahasan ibadah, dan bahasan tauhid. Jadi semua digabung menjadi satu kesatuan. Misalnya, saat membicarakan tentang nafsu, nafsu itu ada derajat-derajat atau tingkatantingkatannya. Otomatis juga membicrakan tentang sifat orang tersebut. Itu merupakan pembahasan akhlak.”31 Tujuan kegiatan ceramah ini adalah selain memberikan pengetahuan tentang tata cara ibadah yang baik dan benar kepada para murid, juga menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid. Karena ibadah harus dibarengi dengan akhlak yang baik. Percuma, seseorang yang ibadahnya rajin tetapi ia selalu mengganggu orang lain atau sikapnya tidak sopan, tutur katanya tidak baik. Oleh karena itu, para abi berupaya agar para murid selain melakukan ibadah dengan rajin tetapi juga memiliki akhlak yang baik. Kegiatan ceramah inilah salah satu bentuk upaya para abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak 31 Wawancara Pribadi dengan Ust. Murat Alver, Ketua dan guru di asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Jum’at 8 April 2011, di Ruang Kantor Asrama UICCI, pkl. 06.00 WIB, Pejaten Jakarta Selatan. 73 kepada para murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan ini. b. Belajar Kelompok atau Diskusi Kelompok Sistem belajar yang diterapkan para abi di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan ini adalah dengan berkelompok, membagi murid-murid dalam empat kelompok yang mempelajari pelajaran yang berbeda-beda sesuai tingkatan kemampuan murid tersebut. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 732 Jadwal Pelajaran Sehari-Hari Jam Kelompok Abi Pelajaran Tempat Belajar 1 Abi Hasan Bina Depan Kolam 2 Abi Yaser Ta’lim Musholla 3 Abi Murat Tajwid Musholla 4 Abi Mustofa Al-Qur’an R.Belajar 2 A Abi Hasan Maqsud R. Belajar 1 B Abi Taufiq Awamil Musholla C Abi Yaser Amtsilah Musholla D Abi Murat Tajwid Depan Kolam 05.10 – 06.40 17.00 – 18.30 32 Hasil Observasi di Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Senin 4 April 2011, pkl. 19.30 WIB. 74 19.45 – 21.00 X R. Belajar 1 XI IPA Musholla XI IPS Mahasiswa Bimbel Musholla XII IPA Balkon XII IPS Depan Kolam Pada hari Minggu, abi juga memberikan pelajaran Fiqih untuk semua murid SMA / SMK dan abi memberikan pelajaran bagaimana tata cara ibadah yang benar dan baik, menanamkan nilai-nilai akhlak di setiap ibadah yang dilakukan. Setelah abi memberikan materimateri tersebut, diadakan tanya jawab untuk murid apabila si murid kurang mengerti atau membutuhkan pengetahuan lebih banyak lagi dari abi. Para abi memberikan pelajaran agama kepada murid dengan cara berkelompok seperti yang dapat dilihat pada tabel di atas. Walaupun yang diajarkan adalah pelajaran Nahwu dan Shorof, Tajwid, Al-Qur’an, Bahasa Turki, Bahasa Arab dan lain-lain tetapi di sela-sela belajar, abi memberikan penanaman nilai-nilai akhlak kepada murid, yang paling kecil adalah minimal membaca do’a sebelum dan sesudah belajar.33 33 Hasil Observasi di Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Senin 4 April 2011, pkl. 17.00 WIB. 75 “Di sela-sela belajar kelompok, para murid juga sharingsharing kepada abi. Misalnya, abi menanyakan kepada murid, bagaimana cara murid bersalaman dengan guru wanita di sekolah, apakah bersentuhan tangan atau tidak, murid mengatakan kadang bersentuhan, lalu abi menasihati murid supaya jika bersalaman dengan guru wanita jangan bersentuhan.”34 Itulah salah satu cara abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan. 34 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Ihsan Irjami, Murid Kelas XII Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl. 21.00 WIB Pejaten Jakarta Selatan. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Para abi melakukan komunikasi antarpersonal dalam menanamkan nilainilai akhlak kepada para murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan. Bentuk komunikasi antarpersonal yang dilakukan oleh para abi adalah memberikan uswatun hasanah (keteladanan), konsultasi masalah pribadi, memberikan teguran dan nasihat, memberikan sanksi atau hukuman, dan pemanggilan ke kantor. Bentuk komunikasi antarpersonal yang dilakukan dapat membina dan merubah akhlak murid menjadi baik. 2. Para abi juga melakukan komunikasi kelompok dalam menanamkan nilainilai akhlak kepada para murid di United Islamic cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan. Komunikasi kelompok yang digunakan adalah komunikasi kelompok kecil (small group communication). Bentuk komunikasi kelompok yang diterapkan oleh para abi adalah melalui ceramah dan belajar atau diskusi kelompok. Bentuk komunikasi kelompok yang diterapkan dapat menumbuhkan dan menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid sehingga para murid memiliki akhlak yang baik. 76 77 B. Saran-Saran 1. Untuk para pengurus dan abi di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan, bentuk komunikasi yang dilakukan oleh para abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid sudah sangat bagus, namun masih harus terus ditingkatkan lagi pengawasan atau monitoring dalam aspek akhlak atau perilaku antarsesama murid. Baik dari perkataan maupun perbuatan mereka karena dari hasil pengamatan penulis, masih ada beberapa murid yang suka berkata kasar atau tidak pantas kepada temannya atau murid lain. Walaupun hanya bercanda. 2. Untuk para murid, ini merupakan kesempatan baik untuk pembiasaan diri dengan mengaplikasikan nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh para abi dalam wujud konkret di kehidupan sehari-hari, baik itu akhlak kepada Allah, akhlak kepada Rasulullah, akhlak kepada orang tua, akhlak kepada guru, maupun akhlak kepada sesama. 3. Untuk para akademisi dan praktisi, terutama dalam bidang komunikasi, terus kembangkan teori-teori yang terkait dengan komunikasi secara umum ataupun komunikasi Islam (dakwah) melalui penelitian yang efektif dan efisien serta berkualitas sehingga dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain serta bermanfaat untuk sebuah instansi atau yayasan atau perusahaan tertentu. 4. Untuk para praktisi pendidikan formal maupun non formal, yang bergerak dalam penanaman nilai-nilai Islam terutama nilai-nilai akhlak, gunakan bentuk komunikasi yang dapat memberikan pendekatan secara psikologis 78 maupun non psikologis kepada murid didikan. Sehingga seorang guru atau pengajar atau pendidik bukan saja sebagai sosok yang harus dihormati namun menjadi sosok yang harus diteladani oleh murid. 79 DAFTAR PUSTAKA Al-Jaza’iri, Syekh Abu Bakar Jabir. 2006. Minhajul Muslim : Konsep Hidup Ideal Dalam Islam. Penerjemah Musthofa Aini dkk. Jakarta: Darul Haq. Ardani, Muhammad. 2005. Akhlak Tasawuf : Nilai-Nilai Akhlak atau Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf. Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama. Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI. 2009. Tafsir Al-Qur’an Tematik (Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik). Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Darajat, Zakiah. 1990. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. _________, 1995. Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhama. Djuarsa Sandjaja, Sasa. 2002. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. Effendy, Onong Uchjana. 2000. Kepemimpinan dan Komunikasi. Bandung: CV Mandar Maju. _________, 2004. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ghazali, M. Said Imam. 1987. Tentang Falsafah Akhlak. Bandung: Al-Ma’raf. Karim, Adiwarman A. 2004. BANK ISLAM Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Kartono, Kartini. 2008. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara. 2000. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Golo Riwu. Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Mahyuddin. 1990. Kuliah Akhlak Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia. Masy’ari, Anwar. 1990. Akhlak Al-Qur’an. Surabaya: Bina Ilmu. Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Mustofa, H.A. 1999. Akhlak Tasawuf. Bandung : CV Pustaka Setia. 80 Nasution, Harun. 1978. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Jakarta: UI Press. Nata, Abudin. 2000. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindopersada. Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi (Perspektif, Ragam, & Aplikasi). Jakarta: Rineka Cipta. Roudhonah. 2007. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Press. Salim, K.H. Abdullah. 1985. Akhlak Islam (Membina Rumah Tangga dan Masyarakat). Jakarta : Media Dakwah. Suharsimi, Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Syureich, H.M. 1991. Penangkal Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Offset “sistimatis”. Taliziduhu Ndraha. 1997. Budaya Organisasi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Tatapangsara, Humaidi. 1980. Akhlak Yang Mulia. Surabaya: Bina Utama. Tim Redaksi. 2009. Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia Jilid I A-E. Bandung: Angkasa Bandung. UNITED ISLAMIC CULTURAL CENTRE OF INDONESIA Jl. Pejaten Raya No. 45 / A, Pasar Minggu – Jakarta Selatan 12510 – INDONESIA Tel-Fax: (62 21) 3315 0485 e-mail: [email protected] SURAT KETERANGAN Yang bertanda tangan di bawah ini Ketua Asrama SMA-Mahasiswa United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan menerangkan bahwa: Nama : Muhammad Reza NIM : 107051002344 Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam Nama tersebut di atas adalah benar Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah mengadakan penelitian di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan, dengan judul skripsi : “Bentuk Komunikasi Abi Dan Murid Dalam Menanamkan NilaiNilai Akhlak Di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta Selatan”. Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Jakarta, 16 April 2011 Ketua UICCI Pejaten, Ustadz Murat Alver IDENTIFIKASI INFORMAN Nama : Tempat / Tanggal Lahir : Jabatan : Pendidikan : Alamat Asal : Alamat Sekarang : Tujuan Berdakwah : IDENTIFIKASI MURID Nama : Kelas : Tempat / Tanggal Lahir : Alamat : Alasan Masuk Asrama : Cita-Cita : HASIL WAWANCARA ABI Nama : Muhammad Taufiq Jabatan : Guru (Pengajar) Hari, tanggal : Jum’at, 8 April 2011 Tempat,waktu : Ruang Kerja Abi, 20.30 WIB Komunikasi Antarpersonal Peneliti: Apakah istilah abi di asrama ini dan mengapa memakai istilah tersebut? Narasumber: jadi abi itu bukan berasal dari bahasa Arab yang artinya bapak tapi abi itu dalam bahasa Turki asal katanya agabey yang artinya kakak. Jadi muridmurid dan ustadz-ustadz yang ada di asrama ini itu bukan hanya ada hubungan dengan ustadz dan murid tapi juga ada hubungan seperti kakak dan adik. Makanya murid yang ada di asrama memanggil ustadz-ustadznya dengan sebutan abi. Sebutan ini sudah dimulai sejak dulu Hazroti (Hz) ustadz mengajarkan muridmuridnya. Jadi ustadz-ustadznya yang mengajar di asrama dipanggil abi, karena hubungannya lebih dekat dari sekedar hubungan ustadz dengan murid Peneliti: materi apa saja yang abi ajarkan kepada para murid di asrama ini? Narasumber: jadi kalau sekarang saya sedang mengajarkan shorof tapi setiap abi yang ada di asrama ini bisa mengajar dari Al-Qur’an sampai bahasa arab semuanya karena sebelum mereka menjadi abi, mereka disiapkan dengan mempelajari ilmu-ilmu yang akan mereka ajari Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini? Narasumber: jadi hubungannya ya pasti semua harus dalam peranannya, ada batasan-batasan hubungan dengan abi walaupun kita bukan merupakan guru-guru / ustadz-ustadz yang ekstrim terhadap murid-murid tapi lebih dari itu menganggap murid-murid sebagai anak-anak atau adik-adik kita sendiri, jadi kita mengasramakan murid-murid kita belajar agama supaya mereka melihat juga bagaimana kehidupan bersama yang terjalin di antara orang-orang muslim tapi juga tidak melupakan batasan-batasan yang perlu diperhatikan antara abi-abi dan muridnya Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada murid di asrama ini? Narasumber: jadi otomatis untuk menanamkan, eeee ..... apa yang abi maksudkan pada murid-muridnya yaitu pertama dimulai dari abinya sendiri. Abi harus melakukan dahulu setelah itu murid dari abi melakukan seperti ini, maka dia akan mulai mengikuti tingkah laku abi tersebut lebih dari itu asas-asas di asrama kita Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu? Narasumber: pada saat belajar agama atau ceramah-ceramah. Salah satu metode penyampaian ilmu Islam yang sudah turun temurun dari zaman Rasulullah SAW disampaikan dengan khutbah / ceramah Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: jadi terkadang juga di antara murid-murid memang keluar yang harus diomongin secara tatap muka yaitu sering terjadi kadang-kadang murid itu bisa mengalami masalah bukan hanya di asrama, karena dia di sekolah juga, dia pulang ke rumah juga, murid-murid juga memiliki masalah-masalah. Terkadang kita berbicara langsung dengan murid tersebut tentang maslah orang tua di rumah, atau masalah di sekolah, memang perlu adanya pemanggilan. Kalau seandainya kita memperhatikan perkembangan murid terganggu, tingkat berubah seperti biasanya, yang dulunya hati-hati belajar agamanya, sekarang sering terlambat. Jarang datang pelajaran agama, itu biasanya langsung kita panggil sendiri-sendiri Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: kadang-kadang kita panggil juga. Jika 2 murid itu berantem. Duaduanya ini kan jadi harus menyelesaikan masalah. Jika menyelesaikan mereka sendiri, itu sulit. Itu jalan tengahnya. Kadang-kadang kita bantu menyelesaikan masalah diantara mereka Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan kenapa abi menanamkan akhlak tersebut? Narasumber: yang dari segi akhlak kita pentingkan adalah hormat dan adab. Hormat dan adab ini bukan cuma kepada ustadz-ustadznya saja atau abi-abinya saja tapi kepada semua kitab-kitab yang dipelajari pun kita tekankan supaya mereka menghormati segala yang ada disekitar mereka karena memerlukan penghormatan walaupun temannya sendiri, walaupun dekat tapi ada batasanbatasan jadi meraka harus saling menghormati temannya juga, juga harus menghormati Al-Qur’an, buku-buku agama yang dipelajari. Karena suksesnya menuntut ilmu itu ditentukan dengan hormat kepada ustadznya juga kepada kitabkitabnya dan seseorang bisa kehilangan ilmu yang dipelajari, kehilangan derajat yang didapat karena satu kesalahan yang dilakukan. Jadi kita sangat mementingkan agar murid-murid bisa berkembang dari segi ma’nawiyah dan spiritual juga harus. Karena spiritual, materi-materi itu belum cukup. Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini? Narasumber: pertama, untuk disiplin atau kegiatan yang berbeda dari sebelumnya mereka alami, harus terbiasa terlebih dahulu. Misalkan seorang murid baru masuk asrama pasti itu ada masa-masa yang sulit, masa-masa adaptasi ke asrama, karena biasanya mungkin tidak bangun jam 03.30 atau 04.30 atau 05.30 tapi sekarang bangun jam 04.00. jadi masa-masa pertama kali harus diperhatikan selain dari pada itu seorang abi itu harus bisa merasa disiplin, bisa dari perilaku dia atau ketegasan dia sendiri Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid supaya selalu duduk seperti itu? Narasumber: kita kan bukan duduk silah tapi duduk iftirash disebabkan itu adalah duduk yang paling hormat saat itu. Buktinya apa? Buktinya pada saat kita sholat itu kan duduk iftirash. Jadi duduk yang lebih cocok adalah duduk seperti itu. Caranya kita mendorong menyadarkan murid-murid bahwa mereka harus berbeda dari seorang muslim yang biasa. Mengapa? Karena ia adalah seorang penuntut ilmu, orang yang menyibukkan diri dengan ilmu agama pasti harus lebih berbeda daripada muslim yang awam Peneliti: bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan program pembersihan asrama? Narasumber: kita harus membuat murid sadar memiliki kewajiban membersihkan tempat yang digunakan karena di sini tempat-tempat bukan milik orang lain, bukan milik kita sendiri juga, tapi merupakan baitul mal. Asrama harus diurus. Karena kita melakukan atau menggunakan tempat itu jadi kita harus sendiri yang membersihkannya Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid? Narasumber: untuk melaksanakan tata tertib itu memang harus tegas. Apalagi kalau sudah besar, sudah bisa ditegasin. Yang kita lakukan di sini dengan sistem poin. Karena mungkin dulunya itu kurang merasa mementingkan apa yang sudah diatur diasrama. Setelah sistem poin diberlakukan meraka sadar. Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini? Narasumber: ide sistem poin ini sudah dibicarakan di abi-abi dengan beberapa diskusi tentang di sekolah waktu itu abi Murat bertanya bagaimana peraturan di sekolah agar bisa disiplin, misalnya ada sistem poin. Ya kita coba adaptasikan sistem poin di asrama Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh? Narasumber: sangat berpengaruh, misalnya untuk minggu-minggu pertama sistem poin diterapkan. Murid-murid masih tak terlalu mementingkan. Sekarang dia udah sadar minggu kemarin dia sudah melanggar ini. Minggu yang akan datang mereka lebih berhati-hati daripada minggu-minggu yang lalu Komunikasi Kelompok Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja? Narasumber: seriap murid ada ketua, bukan cuma ketua pembersihan, tapi dapur, obat-obatan. Biasanya untuk mengetahui keadaan murid lebih dalam yang tidak bisa abi lihat secara langsung dengan murid tersebut tadi dikumpulkan 8 orang atau 10 orang. Kita dengarkan juga pendapat mereka bagaimana tentang keadaan anak-anak di asrama. Di asrama ada kelompok-kelompok, biasanya udah ada abi sebagai pembimbing. Abi itu memperhatikan seluruh keadaan tingkah laku, kegiatan belajar kelompok tersebut. Kadang pada saat belajar dikelompok tersebut abi menceritakan kisahkisah Nabi, pembesar-pembesar muslim terdahulu, kisah sahabat Rasulullah SAW. Pada saat belajar agama juga ada kata-kata mutiara. Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak? Narasumber: pernah, dalam ceramah biasanya membahas sesuai dengan momenmomen tertentu, misalnya pas maulid Nabi, itu pasti akhlak sering dibahas diceramah-ceramah. Misalnya, akhlak bertamu, akhlak memberi dan menjawab salam Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik? Narasumber: melalui ceramah-ceramah murid lebih mengetahui dalil-dalilnya lagi jadi mereka lebih yakin bahwa mereka harus melakukan itu. Berpengaruh terhadap akhlak mereka Narasumber, Ustadz Muhammad Taufiq HASIL WAWANCARA ABI Nama : Yaser Gul Jabatan : Guru (Pengajar) Hari, tanggal : Sabtu, 9 April 2011 Tempat,waktu : Ruang Kerja Abi, 07.30 WIB Komunikasi Antarpersonal Peneliti: Apakah istilah abi di asrama ini dan mengapa memakai istilah tersebut? Narasumber: abi dalam bahasa Indonesia artinya kakak tapi lebih luas lagi ustadz-ustadz dipanggil abi artinya lebih dekat, lebih hangat. Seorang abi memanggil kepada seorang abi itu disebut Hoja dalam bahasa Farasy / Persia yang artinya ustadz-ustadz. Hoja artinya orang yang mengetahui tentang apa saja, seperti ilmu fisika, matematika, apa saja. Abi-abi di sini ingin dipanggil dengan sebutan abi oleh para murid agar terasa lebih dekat, lebih hangat dengan para murid Peneliti: materi apa saja yang abi ajarkan kepada para murid di asrama ini? Narasumber: setiap hari bahasa arab, saya usahakan mengajar anak-anak bahasa arab sehari-hari. Pada hari Minggu bahasa Turki dan Ta’lim setiap hari untuk mahasiswa. Setelah siang saya mengajar bahasa arab untuk anak SMA Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini? Narasumber: setiap hari saya usahakan menjadi contoh untuk murid-murid dari segi sholat, pembersihan atau dari segi apa namanya kalau ada masalah di asrama saya ingin memperbaiki itu. Kalau anak-anak lihat seperti ini, mereka bisa memperbaiki nanti misalnya ada lampu-lampu yang masih nyala cepat-cepat saya matikan, setelah murid-murid melihat itu mereka sendiri akan mematikan nantinya atau masalah pembersihannya saya sangat hati-hati Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: pernah, saya tanyakan kalau seorang murid ada masalah, kenapa sepeerti ini? Udah beberapa kali, mungkin ada masalah di sekolah misalnya gurugurunya tidak mengajar, saya bilang untuk tidak sedih. Saya menasehati ikut saja rencana-rencana asrama. Kalau tidak ikut pelajaran agama, atau terlambat, atau setiap hari minta izin, dipanggil sama saya. Kenapa seperti ini? Kalau seperti ini saya berpikir negatif tentang kamu Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: jarang, kalau ada masalah, saya tanya ada masalah apa? Kalau ada 2 murid tidak ikut program asrama, tidak ikut belajar agama, tidak minta izin. Itu saya tanyakan kenapa begitu Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan kenapa abi menanamkan akhlak tersebut? Narasumber: akhlak sopan, kalau ada beberapa tindakan yang dilakukan oleh murid yang tidak sopan, saya ingatkan misalnya ada suara-suara aneh, kalau berteriak-berteriak. Apa saja yang biasanya dilakukan di wc tapi murid-murid lakukan di mana saja. Saya ingatkan itu tempatnya beda, kalau mau seperti itu, ke wc dulu. Jangan di musholla dan lain tempat. Terus akhlak tentang sabar, kalau ada masalah harus bersabar, dengan teman harus saling menghormati atau bersikap sopan Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini? Narasumber: kalau ada banyak orang di suatu tempat harus ada peraturanperaturan. Kalau semua orang bertindak seperti di rumah, tidak bisa berhasil, jadi harus ada peraturan. Kalau dilakukan peraturan-peraturan pasti berhasil, oleh karena itu, abi-abi di sini harus kuat mengecek murid-murid, kalau tidak membersihkan asrama harus diingatkan kenapa seperti ini. Kalau hidup diantara orang-orang harus melakukan peraturan-peraturan yang ada di asrama. Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid supaya selalu duduk seperti itu? Narasumber : kalau cara duduk silah itu juga boleh, tapi tempatnya berbeda, misalnya ketika makan atau ketika di kampung atau di rumah sendiri boleh duduk silah tapi kalau di mushalla lebih disiplin, harus lebih sopan kepada Allah. Oleh karena itu kalau duduk silah orang itu akan cepat mau tidur dan kelihatan tidak bagus cara duduknya. Kalau saya selalu usahakan duduk tahiyat kadang-kadang saya duduk silah tapi ketika makan. Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini? Narasumber : Kalau tidak membersihkan, disini ada sistem poin. Semua murid diberi 100 poin, kalau tidak membereskan tempat tidur, loker, buku-buku semua kena poin. Kalau tidak ikut belajar agama kena 3 poin, tidak membersihkan kamar, kena 3 poin. Turunnya poin tidak cukup, abi-abi juga harus mengingatkan dengan baik agar mereka melakukan tugas dengan baik. Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh? Narasumber : Ya, cara-cara itu pasti berhasil, kalau setiap hari dicek. Kalau tidak shalat, poinnya turun, kalau tidak belajar agama, dapat poin, poinnya tersebut ditempel di papan pengumuman supaya murid-murid tidak melakukan lagi Komunikasi Kelompok Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja? Narasumber : Ya suka, kalau ada masalah 3 orang, 10 orang, 1 kelompok tidak apa-apa, kalau ada masalah langsung saya ingatkan, misalnya pada saat belajar agama jika ada yang malas, saya ingatkan disini untuk ridha Allah, bukan untuk diri sendiri atau untuk abi. Karena disini semua gratis, dari uang zakat. Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak? Narasumber : Kalau di Indonesia belum, di asrama juga belum, tapi di Jepang sudah dengan bahasa Turki. Narasumber, Ustadz Yaser Gul HASIL WAWANCARA ABI Nama : Murat Alver Jabatan : Ketua Asrama SMA-Mahasiswa UICCI dan Guru (Pengajar) Hari, tanggal : Jumat, 8 April 2011 Tempat,waktu : Ruang Kantor, 06.00 WIB Komunikasi Antarpersonal Peneliti: Apakah istilah abi di asrama ini dan mengapa memakai istilah tersebut? Narasumber : Abi dalam bahasa Turki artinya kakak, di asrama biasanya ada kata Hz, maksudnya ustadz. Jadi bisa dipakai dua-duanya. Hoja adalah istilah untuk ustadz saya atau abi kakak. Peneliti: materi apa saja yang abi ajarkan kepada para murid di asrama ini? Narasumber : Sampai sekarang saya lulus tahun 2005 terus sampai sekarang sudah 6 tahun saya di Indonesia, saya mengajarkan bahasa Turki, tajwid, cara membaca Al-Qur’an, tata bahasa Arab. Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini? Narasumber : Hubungan abi di sini bukan sebagai dosen atau guru di Universitas. Mereka selama 24 jam disini. Mereka memperhatikan murid-murid di sini dan menganggap kalau murid kita punya masalah, berarti itu masalah kita. Kalau murid senang, kita harus ikut senang. Bukan dari segi pelajaran atau hanya dari segi beberapa hal, tapi dari segalanya kita bersama dengan murid kita. Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada murid di asrama ini? Narasumber : Pas pertama kali murid masuk asrama, beberapa lama sikap saya sama dengan semua murid, yaitu tidak pernah marah, tetap disiplin, tetap wajah tersenyum. Selama beberapa lama saya mengontrol atau mengecek semua akhlak dan sifat murid-murid itu bagaimana. Jika saya sudah merasa mengenal dengan murid itu, tergantung, saya bisa berubah kalau sifat murid itu suka becanda, jadi saya ikut becanda dengan dia, atau jika dia disiplin saya juga disiplin, atau jika dia serius, saya juga lebih serius. Jadi tetap dalam tersenyum. Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu? Narasumber : Kalau akhlak tidak terlalu susah mengecek apalagi di asrama. Setaiap waktu kan kita bersama. Murid yang akhlaknya bagus itu memperhatikan pelajaran agama di sini. Dari segi ibadah juga diperhatikan, ikut acara di sini secara teratur. Waktu makan, makan. Waktu belajar, belajar. Tidak ada masalah selain itu jika diberi tugas, mengerjakan tugas dengan baik dan bertanggung jawab. Dengan itu dapat menjelaskan bahwa akhlak murid itu bagus Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: maksudnya untuk memberikan nasihat gitu? di sini kalau untuk memberikan pelajaran yang seperti itu langsung kepada semua murid-murid. Kalau satu persatu, kalau seandainya ada masalah kita panggil, kita bicarakan itu beda lagi kalau secara umum kita memberikan nasihat tentang apa gitu. Misalnya ada satu masalah di sekolah atau di sini atau ada yang kekurangan dia kita panggil, kita jelaskan yang benarnya seperti ini, kan lebih bagus seperti ini, jadi kita memberikan nasihat, kalau misalnya dia terus menerus pasti nanti solusinya beda lagi Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan kenapa abi menanamkan akhlak tersebut? Narasumber: akhlak yang diajarkan di sini adalah Rasulullah SAW. Memang tidak sampai sampai sempurna tapi kita usahakan memberikan akhlak yang bagus, terutama kejujuran, kelakuan baik kepada orang tua, teman-temannya, hubungan sosial yang baik, bertanggung jawab, ibadah yang rajin, tahu peraturan belajar di sini, yangpenting keikhlasan jadi kita mengajarkan agama Islam itu bukan untuk mendapatkan sesuatu, tapi untuk dapat ridho Allah. Orang muslim harus seperti itu, jika tujuanya uang, itu bukan tujuannya utuk ridho Allah Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini? Narasumber: abi bukannya punya cara tersendiri. Dulunya abi adalah seorang murid juga dan memang karena di asrama ini sistemnya seperti ini, disiplinnya seperti ini, murid-murid juga jadi ikut. Bukan cara abi, jadi ini adalah sunnah Rasulullah SAW Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid supaya selalu duduk seperti itu? Narasumber: dalam syariat duduknya seperti itu, jadi lebih sopan, lebih bagus. Kalau duduk silah bisa dalam keadaan istirahat, makan. Kalau di musholla itu agak kurang sopan. Awalnya karena di Indonesia belum terbiasa tapi tidak lama dalam beberapa minggu semuanya seperti itu. Kalau duduknya santai, kita lebih cepat ngantuk. Kita ajarkan, sunnahnya seperti ini ketika membaca Al-Qur’an, ketika zikir Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid? Narasumber: banyak poin, misalnya teman kita terlambat, jadi kita harus ada hukumannya. Kalau tidak ada hukumannya akan terlambat terus dan bisa mempengaruhi yang lain. Agar menghalangi hal tersebut jadi ada hukuman Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh? Narasumber: menurut saya, jujur, sistem poin cuma salah satu cara. Pertama menjadi contoh kepada murid-muridnya. Misalnya abinya menuruh agar muridnya harus begini, hatus begitu. Tidak begini, tidak begitu tapi abinya melakukan hal tersebut. Jadinya tidak bisa seperti ini, abi harus mempraktekkan sendiri Komunikasi Kelompok Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja? Narasumber: di sini memang begitu. Jadi bukan 1, 2 atau 3, tergantung abi-abi. Biasanya abi-abi itu masing-masing mengajarkan kelompoknya sendiri selama 90 menit. Otomatis abi-abi itu lebih dekat kepada murid-murid itu. Selama 24 jam pendidikan akhlak itu terus dilakukan Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak? Narasumber: membahas beda-beda, setiap minggu 1 abi. Jadi selama 6 minggu ada 6 abi yang berbeda-beda. Ada tentang Al-Qur’an, keutamaan sholat, keutamaan wudhu, keutamaan zikir, keutamaan shodaqoh. Terus rahmat Allah SWT, nahi munkar, taubat dan lain-lain. Setiap minggu beda topiknya. Di ceramah itu tidak bisa dipisahkan antara ini akhlak, ini ibadah, jadi digabung semuanya. Misalnya saat kita membicarakan tentang nafsu, nafsukan ada derajatderajatnya. Otomatis kita membicarakan sifat orang itu. Nah itu kan juga tentang akhlak Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik? Narasumber: mudah-mudahan I.Allah ada manfaatnya, walaupun belum 100%. Menurut saya, murid-murid di sini bagus-bagus, walaupun ada 1 atau 2 orang tapi bukan dibilang tidak bagus akhlaknya, hanya bandel sedikit saja Narasumber, Ustadz Murat Alver HASIL WAWANCARA MURID Nama : Rananto Widodo Jabatan : Siswa kelas XII AP 3 SMKN 8 Hari,tanggal : Selasa, 5 April 2011 Tempat,waktu : Musholla UICCI, 20.30 WIB Komunikasi Antarpersonal Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini? Narasumber: Alhamdulillah baik-baik saja, tidak pernah ada konflik dengan abi. Sebagai murid tidak boleh melawan abi, karena saya menganggap abi sebagai guru yang harus dihormati Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada murid di asrama ini? Narasumber: Biasanya kalau melanggar tata tertib yang cukup berat, murid dipanggil ke kantor, lalu diberi nasihat supaya tidak mengulangi lagi Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu? Narasumber: Pada saat murid-murid melanggar tata tertib Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: Pernah. Pada waktu itu ada yang melanggar disiplin. Misalnya ketahuan pacaran, lalu murid tersebut dipanggil ke kantor, kemudian dikasih tahu oleh abi jangan begini-begini dan harus begini-begini Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: Tergantung sih, tapi biasanya kalau sudah ada 1 orang yang melanggar tata tertib, abi langsung umumin ke semua murid jangan ada yang mengulangi lagi Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan kenapa abi menanamkan akhlak tersebut? Narasumber: Yang pertama adalah tingkah laku murid, setelah itu penampilan. Yang paling yang paling dasarnya itu adalah disiplin. Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini? Narasumber: Karena sebagai murid asrama harus disiplin (gimana sih) jadi harus efektif dan efisien lah. Abi mencontohkan kepada murid agar disiplin mulai dari bangun pagi (dibangunin), setelah itu sholat di musholla, setelah itu sarapan terus belajar agama Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid supaya selalu duduk seperti itu? Narasumber: yang saya tahu dari abi, duduk tahiyat itu kan sunnah Rasulullah jadi kita harus mengikutinya. Biasanya murid-murid mengikuti abi duduk tahiyat seperti itu. Pada saat ada penerimaan mahasiswa baru, sekitar 40 orang, ada yang duduk tahiyat, ada yang duduk silah. Jadi, abi mencontohkan cara duduk tahiyat agar semua seragam Peneliti: bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan program pembersihan asrama? Narasumber: setiap setelah sholat subuh abi memberitahu bahwa murid SMA saatnya melakukan program kebersihan asrama Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid? Narasumber: dari awal masuk asrama diberi tahu tata tertib asrama, misalnya dilarang membawa ini, dilarang memakai baju yang ada matanya di sini (sambil menunjuk dua dadanya) Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini? Narasumber: misalnya kabur dari pelajaran mendapatkan poin sekian. Setiap murid mendapatkan poin 100. Kalau misalnya melanggar, poinnya dikurang sampai nol, kalau poinnya sudah habis, kata abi murid itu dikeluarkan. Tujuan poin itu supaya murid-murid kapok atau jera dan disiplin Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh? Narasumber: menurut saya, tergantung muridnya sendiri, kalau untuk diri saya alhamdulillah berhasil dan berpengaruh Komunikasi Kelompok Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja? Narasumber: sering sih sering, khususnya untuk diri saya sendiri juga pernah, waktu saya pulang terlambat, terus waktu ada yang ketahuan pacaran, membawa hp karena pada waktu itu tidak boleh membawa hp tapi ada yang membawa hp terus kelihatan oleh abi, terus langsung dipanggil ke kantor, lebih dari 3 orang Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak? Narasumber: iya, membahas disiplin waktu, disiplin cara belajarnya gimana, pokoknya tentang disiplin lah. Setelah itu apa namanya sikap yang sesuai bagi murid asrama, setelah itu berpakaian yang rapih Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik? Narasumber: alhamdulillah sih ada, pas abi ngomong kan pertama saya ikutin dikit-dikit, saya coba ah, saya coba, eh lama-kelamaan berhasil juga sih Peneliti: Apakah abi pernah melakukan diskusi kelompok dengan para murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Narasumber: iya pernah, pertama kali baru masuk asrama, dikasih tahu kalau begini-begini, kan angkatan saya dikumpulin jadi satu di kantor, murid baru Narasumber, Rananto Widodo HASIL WAWANCARA MURID Nama : Noorfie Syahri Sya’bani (Opih) Jabatan : Siswa kelas XII Pemasaran 2 SMKN 8 Hari,tanggal : Rabu, 6 April 2011 Tempat,waktu : R. Belajar Depan Kolam UICCI, 20.30 WIB Komunikasi Antarpersonal Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini? Narasumber: Hubungan murid dengan abinya yang pasti natural, baik-baik saja, sopan, apalagi kita tahu abi-abi di sini juga masih muda-muda, rata-rata belum menikah jadinya antara murid dan abi tidak memiliki jarak yang jauh, kitapun dapat bercanda, abi pun dapat bercanda dengan muridnya Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada murid di asrama ini? Narasumber: yang pastinya, pertama dengan memberikan contoh, abi memberi contoh yang baik-baik, bagaimana cara berpakaian, bagaimana caranya melakukan yang berhubungan dengan fiqh, kemudian yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, seperti memotong kuku, dan potong rambut, yang pastinya abinya memberikan contoh terlebih dahulu kepada muridnya Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu? Narasumber: hampir setiap hari, misalkan sang murid rambutnya sudah panjang dan abinya pun 2 minggu sekali sudah cukuran jadi tetap rapih, kapanpun dan di manapun Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: Pernah, saya pernah merasakan waktu ada masalah saya. Abi Hasan mengajak bicara baik-baik, secara personal, secara Tabayyun namanya, mungkin itu lebih baik, kita merasa lepas saja bercerita. Tentang akhlak, pada waktu saya minum berdiri, kemudian ditegur kalau minum tidak boleh berdiri karena tidak sesuai dengan ajaran Islam. Jadinya dari situ, jadi tahu bahwa minum duduk itu lebih baik. Tidak Cuma dari segi sunnah tapi dari segi kesehatan juga Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: pernah juga, mungkin yang satu menjadi penengah. Misalnya ada kasus seperti si murid ketahuan berpacaran. Mungkin yang satu muridnya itu pas ditanya bener gak sih muridnya kayak gini? Mungkin jadi perantara aja Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan kenapa abi menanamkan akhlak tersebut? Narasumber: banyak yang abi tanamkan akhlak kepada murid dari mengenai kehidupan sehari-hari pastinya, bagaimana cara kita beribadah, bagaimana cara kita bermasyarakat, bagaimana cara kita berpenampilan dan mungkin cukup baik, cukup komplit akhlak apa saja yang diajarkan abi. Sesuai dengan moto “ke arah generasi berilmu dan bertaqwa” mungkin abinya ingin kita sebagai muridnya bukan saja berilmu tapi juga bertaqwa, caranya gimana, ya dengan menanamkan nilai moral, nilai akhlak, nilai sosial dan masih banyak lainnya Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini? Narasumber: eehhmm ... kalau menanamkan kedisiplinan, abinya tegas dengan peraturan yang dibuat, jadinya harus menerima konsekuensi jika murid melanggar peraturan tersebut. Jadinya tanpa adanya paksaan, tanpa adanya marahan dan sebagainya, si murid sudah tahu wah ntar kalau saya misalkan begini, pasti begini jadinya si murid sudah sadar dengan sendirinya dengan apa yang dia buat Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid supaya selalu duduk seperti itu? Narasumber: pertama masuk juga bingung, duduk begini nih, pasti cape ntar, dari situ pernah dulu diceritain oleh Abi Habil namanya, duduk silah itu sunnah dari Nabi Adam, sedangkan duduk tahiyyat itu sunnah Nabi Muhammad SAW, kita sebagai umat Nabi Muhammad pastinya mengikuti beliau, yaitu duduk tahiyyat. Pertama, abi tidak pernah duduk silah, abi selalu duduk tahiyyat, jadinya tidak enak aja mau duduk silah. Duduk silah itu tidak sopan jatuhnya, apalagi saat belajar agama, belajar Al-Qur’an. Jadi tidak sopan dengan Al-Qur’an Peneliti: bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan program pembersihan asrama? Narasumber: Yang pasti pertama peraturan baru itu disosialisasikan. Caranya, kalau misalkan melanggar konsekuensinya begini, terus ada bobot poin pelanggaran, terus ada dendanya juga sesuai pelanggaran, yang pasti jelas semuanya diatur Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid? Narasumber: Yang pasti tegas, setiap abi memiliki catatan tersendiri, jika murid melakukan pelanggaran, ya ditulis namanya, dicatat pelanggaran nomor berapa, dendanya berapa, pasti semua tata tertibnya tidak abi putuskan secara sepihak, abi umumkan kepada murid, terus yang pasti semua tata tertib itu, demi murid yang lebih baik, tidak semata-mata untuk menyusahkan murid Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini? Narasumber: jadinya setiap bobot pelanggaran ada poin-poin tertentu, makin berat makin tinggi juga poinnya. Setiap ajaran baru, diberi poin semua murid 100, kemudian pelanggaran itu memiliki pengurangan, tidak memakai peci dalam sholat itu dapat poin 3, jadi 100 dikurangi 3, terus dendanya 2 ribu rupiah. Jadinya kayak gitu, setiap pelanggaran yang lebih berat, poinnya tinggi juga, dendanya pun bisa lebih juga. Jika poin lebih dari 100 menurut peraturan murid harus Get Out / keluar tapi paling tu cuma gertakan, gak mungkinlah abi mengeluarkan murid. Tujuan poin itu agar asrama rapih, nyaman, teratur. Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh? Narasumber: pasti berpengaruh, apalagi ketemu bareng-bareng di sini, tinggal di asrama, pasti sangat berpengaruh, tapi karena murid dah banyak sekarang jadi mungkin ada murid-murid yang kurang deket aja sama abinya, padahal abinya sudah berusaha semaksimal mungkin Komunikasi Kelompok Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja? Narasumber: pernah, pas belajar agama, belajar fiqih, kayak gitu. Misalnya pas belajar kita harus perhatiin, gag boleh motong pembicaraan dia. Suaranya gag boleh lebih keras daripada abi, jadinya semuanya diperhatiin akhlaknya Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak? Narasumber: pernah, ada jadwalnya seminggu sekali. Membahas tentang Islam dan bisa juga tentang nilai moral, nilai sosial, ya yang sering tentang ilmu AlQur’an, kayak gitu. Nilai akhlaknya, abi Murat mengatakan bahwa kita anak asrama harus memiliki sesuatu yang berbeda dengan orang-orang di luar asrama. Kita harus lebih tahu soal agama, kita harus lebih perhatikan kehidupan kita, mulai dari kita sendiri, perilaku kita. Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik? Narasumber: secara langsung pastinya sudah berhasil, karena itu mungkin merupakan dakwah secara langsung. Mungkin itu juga masuk ke hati, apalagi ceramahnya 1 minggu sekali. Materinya juga bagus Peneliti: Apakah abi pernah melakukan diskusi kelompok dengan para murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Narasumber: pernah, pas belajar fiqih secara berkelompok, di situ banyak orang, kemudian nilai akhlaknya yang diberikan, hampir sama dengan sebelumnya tapi yang jelas di situ, lebih berusaha, lebih menarik agar murid memahami Narasumber, Noorfie Syahri Sya’bani HASIL WAWANCARA MURID Nama : Muhammad Ihsan Irjami Jabatan : Siswa kelas XII AK 2 SMKN 8 Hari,tanggal : Rabu, 6 April 2011 Tempat,waktu : Ruang loker UICCI, 21.00 WIB Komunikasi Antarpersonal Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini? Narasumber: kalo buat hubungan, meskipun abi-abi itu orang-orang asing tapi buat komunikasinya sih lancar, bagus juga, soalnya abi-abinya juga nggak terlalu “ah dia bukan orang Turki” atau gimana gitu. Meskipun kita beda. Tidak ada perbedaan di antara kita. Tetap aja terjalin komunikasi yang baik Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada murid di asrama ini? Narasumber: mungkin yang paling utama pas pelajaran agama, selain kita yang pokoknya, kadang kita juga dikasih dorongan-dorongan atau motivasi-motivasi gitu. Yang membuat akhlak kita bagus, memberikan nasihat-nasihat yang bisa bikin kita jadi lebih baik lagi Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu? Narasumber: pas pelajaran agama, kadang-kadang saat belajar sendiri atau belajar dengan teman-teman ntar ada abi-abi yang nyamperin, sambil beliau menanyakan pelajaran-pelajaran sesekali beliau nyampaiin nasihat-nasihat Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: pernah misalkan abinya punya suatu rencana membuat suatu keputusan / suatu peraturan itu butuh pendapat dari murid-muridnya kan, biasanya tuh kalau gak lagi pelajaran secara umum, ditanya satu-satu, atau bisa juga saat pelajaran ditanya sama abi Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: terus pernah juga, pada waktu itu membawa HP tidak diperbolehkan, lalu ada seorang murid yang membawa HP, lalu abi panggil murid itu, dibilangin dah tuh kalau HP itu buruknya ini-ini-ini Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan kenapa abi menanamkan akhlak tersebut? Narasumber: pastinya akhlak-akhlak yang baik, terutama ibadah, akhlak hubungan dengan orang tua , akhlak sesama teman. Kita kan jarang pulang kerumah, jadi bagaimana saat pulang ke rumah membawa akhlak yang baik. Setiap tindakan manusia akan dipertanggung jawabkan, jadi tujuan abi supaya kita benar-benar jadi orang yang baik, bermanfaat dan berguna Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini? Narasumber: pertama dikasih tahu bahwa kita ada ini-ini-ini, kesadaran dari murid sendiri. Kedisiplinan ini diberi tahu saat kita masuk asrama. Biasanya di depan murid-murid baru Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid supaya selalu duduk seperti itu? Narasumber: duduk tahiyat itu kakinya kan ke belakang. Katanya kalau duduk kaki tidak boleh selonjoran ke arah kiblat, jadi duduk tahiyat tujuannya itu. Pertama, saat kita mau menyarankan kepada orang lain, kita harus mulai dari diri kita sendiri, nah, abi juga gitu. Setiap abi di musholla / masjid abi duduknya seperti itu. Jadi kita meniru abi Peneliti: bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan program pembersihan asrama? Narasumber: sama kayak tadi. Abinya ikut melakukan pembersihan, dan muridmurid yang merasa ngapain sih ikut pembersihan, pasti dia akan malu sendiri Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid? Narasumber: jadi di asrama diberlakukan sistem poin. Tadinya tidak ada poinpoinan tapi karena banyak murid-murid yang kurang memperhatikan peraturan / sering melanggar akhirnya muncullah sistem poin supaya lebih teratur lagi Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini? Narasumber: setiap anak di kasih poin 100, setiap dia melakukan pelanggaran, ada bobot poin tertentu. Misalkan dia tidak ikut pembersihan dapat poin berapa. Dan poin itu dapat bertambah jika selama 2 minggu kita tidak melakukan pelanggaran diberi poin 10. Misalnya ada ulangan/ujian di asrama jika mendapat nilai 100 maka poin bertambah lagi. Tujuannya agar murid-murid lebih disiplin lagi, lebih patuh terhadap peraturan-peraturan di sini Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh? Narasumber: secara umum sudah berhasil meskipun masih ada beberapa anakanak yang masih susah untuk diatur, masih ada beberapa lah yang masih belum bisa nerapin itu. Mungkin terlalu membebani Komunikasi Kelompok Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja? Narasumber: pernah, saat pelajaran agama. Kan kita berkelompok dan kelompok itu terdiri dari 5 murid. Selain kita belajar yang pokok itu, kadang sharing-sharing juga sama abi-abinya, kadang-kadang abinya suka nanya-nanya bagaimana ginigini-gini. Abi pernah tanya, gimana sama guru-gurur sekolahan, saat bersalaman dengan guru wanita, apa bersentuhan. Kita bilang kadang bersentuhan, terus dinasehati abi supaya jangan bersentuhan Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak? Narasumber: ceramah itu sudah menjadi acara rutin malam senin, materi yang dibahas mencakup keseluruhan, kadang aqidah, akhlak. Misalnya akhlak dalam masyarakat harusnya gimana, akhlak sesama manusia gimana baiknya Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik? Narasumber: sebagian besar berhasil. Walaupun tudak total. Tapi berubah secara bertahap Peneliti: Apakah abi pernah melakukan diskusi kelompok dengan para murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Narasumber: saat ada masalah-masalah, abi kadang-kadang mengumpulkan anak-anak kelas 3 karena dianggap yang lebih dewasa supaya akhlak kita baik lagi sesuai dengan asrama ini Narasumber, Muhammad Ihsan Irjami HASIL WAWANCARA MURID Nama : Muhammad Islam (Muis) Jabatan : Siswa kelas XII AP 2 SMKN 8 Hari,tanggal : Kamis, 7 April 2011 Tempat,waktu : R. Belajar Depan Kolam UICCI, 16.00 WIB Komunikasi Antarpersonal Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini? Narasumber: menurut saya sangat bagus. Kenapa? Karena abi di sini kebanyakan masih muda. Nah otomatis kita sesama bisa saling toleransi Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada murid di asrama ini? Narasumber: pertama, abi mencontohkan dengan perbuatannya baru setelah itu dengan perkataan Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu? Narasumber: kebanyakan di pelajaran agama, kadang-kadang saat pelajaran fiqih Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: pernah, misalkan di sini ada anak yang bandel. Otomatis kan abi memanggil anak itu untuk diberi pendidikan akhlak supaya lebih baik lagi. Misalnya yang sering pulangnya terlambat, otomatis abi bakalan manggil dia Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: pernah, misalnya ketua. Ketua kan ada 2, ketua SMA dan Mahasiswa. Koordinasi keduanya harus jalan kan otomatis abi harus bicara dengan 2 orang tersebut Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan kenapa abi menanamkan akhlak tersebut? Narasumber: banyak. Kalau kita berbicara dengan abi harus gimana, tata cara kita soal masuk toilet bagaimana, tata cara kita berwudhu, tata cara kita sholat. Semua diajarkan di sini, supaya murid-murid menjadi contoh baik di masyarakat luas Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini? Narasumber: memang murid-murid ada yang susah disiplin, tapi kedisiplinan ini bertahap. Biasanya belajar agama setelah maghrib terus sekarang dimajuin jam 5 sore sudah belajar Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid supaya selalu duduk seperti itu? Narasumber: duduk tahiyat adalah sunnah Nabi Muhammad SAW. Abi mencontohkan di depan para murid di musholla Peneliti: bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan program pembersihan asrama? Narasumber: pertama abi-abi keliling asrama untuk mengecek pekerjaan muridnya. Setelah itu abi-abi langsung koordinasi dengan ketua kebersihan buat kalau misalnya pembersihan di sini kurang Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid? Narasumber: pertama diberi pengarahan dulu, setelah itu baru kita gimanagimana biar kita melakukan. Ada sanksinya supaya kita takut untuk melanggar Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini? Narasumber: bobot poin itu misalnya kita terlambat dan mencuri. Otomatis bobotnya berbeda. Poinnya lebih besaryang mencuri. Tergantung bagaimana pelanggaran kita bobot poin itu supaya kita disiplin Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh? Narasumber: menurut pengamatansaya sudah berhasil Komunikasi Kelompok Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja? Narasumber: sering disetiap pelajaran pasti. Misalkan ada murid terlambat, itu kan melanggar tata tertib, lalu abi memberi tahu semua murid jangan suka terlambat Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak? Narasumber: setiap minggu pasti ceramah. Membahas tentang sholat, akhlak, tentang shodaqoh. Tentang akhlak misalkan bagaimana kita berhadapan dengan orang yang lebih tua. Itu kan ada akhlaknya Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik? Narasumber: sekitar 80% sudah berhasil Peneliti: Apakah abi pernah melakukan diskusi kelompok dengan para murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Narasumber: pernah misalkan di sini mau diadakan sistem poin. Pertama abi-abi berbicara dengan semua murid bagaimana bagusnya. Apakah dengan sistem poin bagus atau ada solusi lain Narasumber Muhammad Islam HASIL WAWANCARA MURID Nama : Ardi Suparmadi (Ardi) Jabatan : Siswa kelas XII Pemasaran 1 SMKN 8 Hari,tanggal : Selasa, 5 April 2011 Tempat,waktu : Ruang Makan UICCI, 21.10 WIB Komunikasi Antarpersonal Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini? Narasumber: kalau hubungan abi dengan murid-muridnya sangat dekat ya, dekatnya dari segi pelatihan, dari segi pakaian, sampai pakaian pun diperhatikan, terus yang penting akhlaknya. Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada murid di asrama ini? Narasumber: mungkin kalau kita bicara abinya, mungkin abinya dengan mencontohkan sendiri,( diam,) berbicara yang baik, supaya murid-muridnya dapat melihat dia bagaimana berbicara hingga akhirnya muridnya pun bisa mencontoh dari abinya Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu? Narasumber: abi tuh (diam lama). Abi-abi rajin-rajin dalam memberikan pengumuman. Cara komunikasinya dengan bijaksana. Jadi kami menghormati abi Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: pernah. Misalkan ada 1 murid punya masalah di keluarganya, itu keliatan dari nilai pelajarannya. Akhirnya abi memanggil orang yang bersangkutan, berbicara baik-baik ditanya apa masalahnya, mencarikan solusi bersama Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: pernah. Misalnya ada yang berantem. Abi memanggil 2 orang yang bersangkutan. Ditanya masalahnya apa. Jangan sampai mengganggu yang lain. Terus di asrama memberikan nasihat yang baik, satu sama lainnya jangan saling bertengkar Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan kenapa abi menanamkan akhlak tersebut? Narasumber: tutur kata yang baik, sikap yang baik, keikhlasan ibadah. Karena di asrama ini murid diarahkan untuk menjadi ustadz. Abi mengajarkan idealnya menjadi ustadz itu bagaimana. Jadi harus berpakaian rapih, sopan, ilmunya bagus. Terus ibadahnya harus lebih tinggi dari yang lain Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini? Narasumber: waktu itu murid-murid masih diingetin. Sholat jam 4 teng semuanya harus ada di musholla, semuanya jadi diatur sama abinya. Kalau mau sholat dipanggil-panggil pakai microphone Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid supaya selalu duduk seperti itu? Narasumber: kalau duduk silah itu ajaran Nabi Adam, kalau Nabi Muhammad duduknya tahiyat, itu menunjukkan kewibawaan, kesopanan. Abi mengajarkan itu pas masuk asrama gimana duduk yang sopan, pas lagi di kantor Peneliti: bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan program pembersihan asrama? Narasumber: kalau pembersihan asrama itu cenderung kesadaran dari murid. Murid-murid ngertilah ini kan asrama bersama. Mau nggak mau kita harus menjaga kebersihan. Kalau murid tidak punya kesadaran, abi mengingatkan murid pada saat itu juga. Diingatkannya secara personal Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid? Narasumber: dengan pengadaan poin Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini? Narasumber: misalkan pulang ke rumah tanpa izin. Supaya pada tahu, supaya pada jera sehingga murid menjaga sikapnya Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh? Narasumber: sangat berpengaruh Komunikasi Kelompok Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja? Narasumber: pernah, misalkan satu kelompok itu semangat belajarnya kurang, abi lagi terangin murid pada diam, kalau disuruh bertanya pada nggak mau nanya, jadi abi bilang gini-gini-gini Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak? Narasumber: pernah, kebanyakan tentang ilmu. Akhlak juga sering misalkan bagaimana bertutur kata dengan abi, berkomunikasi dengan yang lainnya, dengan kakak kelas dibedain Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik? Narasumber: berhasil Peneliti: Apakah abi pernah melakukan diskusi kelompok dengan para murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Narasumber: kalau kelompok jarang Narasumber, Ardi Suparmadi HASIL WAWANCARA MURID Nama : Shohib Hazami (Shohib) Jabatan : Siswa kelas XII AK 3 SMKN 8 Hari,tanggal : Selasa, 5 April 2011 Tempat,waktu : R. Belajar Depan Kolam UICCI, 20.50 WIB Komunikasi Antarpersonal Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini? Narasumber: menurut saya hubungan abi di sini, abinya peduli banget sama muridnya, dia selalu bertanya setiap hari kabar murid gimana. Kadang-kadang kalau murid dekat sama abinya, dia selalu nanyain. Pokoknya peduli banget Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada murid di asrama ini? Narasumber: tentunya pertama abi mencontohkan supaya para murid meneladani akhlak abi. Abi peduli banget sama akhlak muridnya Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu? Narasumber: semua murid di sini rajin, tapi kadang ada yang males, terus kepergok abinya melihat. Abi langsung tegur, kasih nasihat, jangan males Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: pernah itu kalau ada masalah. Tapi jarang Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: pernah tapi jarang. Misalkan ada 2 orang melanggar tata tertib terus dipanggil abi. Dinasihati oleh abi supaya jangan pulang terlambat dll Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan kenapa abi menanamkan akhlak tersebut? Narasumber: sopan santun, disiplin, kerajinan. Karena untuk kepentingan murid Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini? Narasumber: udah dari awalnya. Pertama kali didirikan asrama memiliki murid yang berkualitas. Disiplin. Orang-orang yang terpilih Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid supaya selalu duduk seperti itu? Narasumber: tahiyat itu sunnah Nabi Muhammad SAW Peneliti: bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan program pembersihan asrama? Narasumber: abi memberi tugas ke muridnya. Abi cuma mengawasi muridnya, dan abi juga menunjuk ketua pembersihan yang bertanggung jawab mengontrol teman-temannya Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid? Narasumber: murid memiliki kesadaran sendiri untuk mengikuti tata tertib asrama ini Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini? Narasumber: setiap murid dikasih 100 poin. Jika melanggar kena poin sesuai dengan pelanggarannya. Gunanya untuk murid sadar dan kapok sehingga tidak mengulangi lagi Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh? Narasumber: menurut saya berhasil Komunikasi Kelompok Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja? Narasumber: pernah, pada saat belajar fiqih, secara berkelompok. Di dalam fiqih sudah termasuk pembelajaran akhlak. Dan jika ada kesalahan yang dilakukan oleh murid, abi menasehati pada saat belajar kelompok itu Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak? Narasumber: pernah, ada waktunya juga. Membahas tentang seputar asrama ini. Misalnya dari segi ibadah yaitu thoharoh (bersuci). Tentang akhlak banyak juga Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik? Narasumber: kalau buat diri saya sendiri berhasil. Kalau untuk yang lain ada yang berhasil, mungkin juga ada yang tidak, tergantung muridnya Peneliti: Apakah abi pernah melakukan diskusi kelompok dengan para murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Narasumber: di sini kan belajarnya berkelompok. Jadi sudah pasti berkelompok Narasumber, Shohib Hazami HASIL WAWANCARA MURID Nama : Fiki Murdiansyah Jabatan : Siswa kelas XII Administrasi Perkantoran SMKN 47 Hari,tanggal : Rabu, 6 April 2011 Tempat,waktu : Ruang Belajar UICCI, 05.10 WIB Komunikasi Antarpersonal Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini? Narasumber: hubungan abi dengan muridnya sangat baik. Tidak ada perbedaan. Sudah seperti teman biasa Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada murid di asrama ini? Narasumber: cara abi menanamkan akhlak sangat baik. Walaupun bahasa Indonesianya masih kurang tapi bisa dipahami oleh kita Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu? Narasumber: setiap hari. Jika abi tidak sibuk, dan kalau ada kesempatan Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: pernah, kalau kita sharing dengan abi. Abi bertanya apa ada masalah. Terus kita sharing dengan abi. Jadi abi memberikan solusi. Pernah juga jika kita melakukan kesalahan. Terus dipanggil oleh abi dan dinasihati Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: pernah, bahkan lebih dari 3 orang juga pernah Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan kenapa abi menanamkan akhlak tersebut? Narasumber: mengajarkan akhlak karimah, hablum minalloh dan hablum munannas. Tugas abi meneruskan dakwah yaitu mennyempurnakan akhlak muridnya Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini? Narasumber: di sini sangat disiplin. Waktunya padat. Cara menerapkannya sebelumnya ditanya murid-murid pulang sekolah jam berapa terus diatur jadalnya supaya nggak bentrok Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid supaya selalu duduk seperti itu? Narasumber: kita umat Nabi Muhammad SAW. Jadi kita mengikuti Nabi Muhammad dan duduk tahiyat adalah duduk Nabi Muhammad. Peneliti: bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan program pembersihan asrama? Narasumber: sebelumnya dibuat ketua-ketua, ketua pembersihan, ketua alat-alat. Abi mengawasi murid yang melakukan pembersihan. Kalau tidak, dikasih poin Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid? Narasumber: dengan sistem poin Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini? Narasumber: sistem poinnya bagus. Tujuannya biar kita disiplin Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh? Narasumber: kalau menurut saya sangat berpengaruh. Sangat berbeda anak asrama dengan anak luar Komunikasi Kelompok Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja? Narasumber: pernah, waktu pelajaran. Langsung memberikan apa-apa yang baik. Mengajarkan apa yang harus kita lakukan, misalnya kita harus berbuat baik, memiliki kesadaran diri Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak? Narasumber: pernah, ceramah disebut sohbet. Jadwalnya setiap malam senin. Jika abi tidak berhalangan. Membahas tentang akhlakul karimah misalnya hubungan baik dengan Allah dan hubungan baik dengan manusia Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik? Narasumber: masing-masing memiliki kesadaran sendiri. Bagi saya alhamdulillah berubah menjadi lebih baik lagi Peneliti: Apakah abi pernah melakukan diskusi kelompok dengan para murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Narasumber: kadang-kadang Narasumber, Fiki Mardiansyah HASIL WAWANCARA MURID Nama : Muhammad Nurkhafidin (Hafi) Jabatan : Siswa kelas XII Pemasaran SMKN 8 Hari,tanggal : Rabu, 6 April 2011 Tempat,waktu : Ruang Loker UICCI, 06.30 WIB Komunikasi Antarpersonal Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini? Narasumber: alhamdulillah cukup baik. Alhamdulillah. Karena abinya juga. Tapi sifat abi beda-beda. Ada abi yang paling bijak, ada abi yang pengertian tapi abi baik semua Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada murid di asrama ini? Narasumber: dari belajar agama, dijelaskan tentang akhlak. Kan di sini pasti pedomannya Rasulullah. Jadi, akhlak Rasulullah semua dicontohkan di sini. Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu? Narasumber: pas belajar agama, belajar fiqih, shorof Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: pernah, dulu sebelum saya sibuk. Sekarang saya kan rohis. Apa yang abi ajarkan, saya ajarkan lagi ke teman-teman saya di rohis. Kan saya ,menjadi mentor. Waktu berbicara kepada abi saat punya waktu luang. Jadi kalau mau ngomong tentang itu, harus ngomong dulu ‘bi saya mau bicara tentang agama’ Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: wah, tu pernah. Banyak, tergantung muridnya juga. Kalau murid akrab dengan abi, sering berdua. Kalau murid itu tertutup sekali pasti ada masalah Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan kenapa abi menanamkan akhlak tersebut? Narasumber: akhlak disiplin, bagaimana kehidupan. Dan yang paling penting akhlak kepada orang tua. Taat pada Allah. Hormat kepada orang tua dan patuh kepada abi karena kata Rasulullah ulama adalah wasilah. Nah abi sebagai wasilah Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini? Narasumber: dari diri sendiri tapi di sini sudah terbiasa. Karena ‘alah bisa karena biasa’. Karena kita udah biasa disiplin di sini Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid supaya selalu duduk seperti itu? Narasumber: ketika itu ada sahabar Rasulullah, dia tidak pernah menghadap Rasululah dengan begini (silah) sehingga Rasulullah mendoakan agar dia baik di dunia sampai akhirat dan bener. Abi ingin kita ta’dzim dengan Allah dan gurunya. Abi langsung praktekan. Abi bilang’saya tidak mau kalian duduk begini (silah) tapi saya mau kalian duduk begini (tahiyat). Abi langsung praktekin di situ juga Peneliti: bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan program pembersihan asrama? Narasumber: pengarahannya itu abi suka ngecek, karena di sini juga ada ketua pembersihan. Ketua pembersihan bawah dan ketua pembersihan atas. Abi ada juga yang mengecek di atas dan di bawah. Yang baik dicontrengnya dan yang buruk juga dicontreng. Ketika buruk dapat poin, jika baik naik poinnya Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid? Narasumber: sangat ketat. Kalau ada suatu masalah, dipanggil. Di sini dilarang merokok jadi kalau ketahuan merokok langsung dikeluarkan Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini? Narasumber: kalau akhlak makin baik dan kalau seminggu tidak kena poin pelanggaran, poinnya naik 10 poin. Tapi kalau kita tidak disiplin, kasur berantakan 3 poin, rak berantakan kena 3 poin. Berarti turun poin kita. Sampai poin 100 kita habis, kita bisa dipanggil orang tua kemudian diserahkan kepada orang tua Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh? Narasumber: insya Allah berhasil banget. Kalau anak asrama di sekolah itu apa namanya buat panutan. Komunikasi Kelompok Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja? Narasumber: lebih, kalau setiap hari belajar agama aja banyak orangnya. Dalam belajar agama semuanya ada, belajar agama juga, belajar Al-Qur’an juga. Jadi di sela-sela belajar itu abinya cerita tentang Rasulullah, tentang kehidupan Rasulullah, tidak monoton belajar Al-Qur’an aja tapi kena semua Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak? Narasumber: setiap malam senin. Bahas banyak, abinya ganti-ganti. Tentang akhlak yaitu akhlak Rasulullah, bagaimana bersikap kepada orang tua, kepada guru kepada teman Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik? Narasumber: kalau masalah merubah dari diri sendiri tapi kalau kita meresapi ceramah itu, kita pasti lebih tawadhu, lebih menghormati orang tua, menghormati abi Peneliti: Apakah abi pernah melakukan diskusi kelompok dengan para murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Narasumber: pernah saat belajar fiqih Narasumber, Muhammad Nurkhafidin HASIL WAWANCARA MURID Nama : Hujjah Saefullah (Ujah) Jabatan : Siswa kelas XII AK 2 SMKN 8 Hari,tanggal : Rabu, 6 April 2011 Tempat,waktu : Musholla UICCI, 21.30 WIB Komunikasi Antarpersonal Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini? Narasumber: baik sih. Soalnya selain belajar agama, kita bisa ngobrol dengan abi di lain waktu misalnya abi datang terus menegur ‘lagi belajar apaan?’ terus kita jawab ‘matematika’ atau belajar apa atau kadang kita lagi belajar tau-tau dibawain kopi Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada murid di asrama ini? Narasumber: pertama, dikasih arahan juga diawasi walaupun sebandel-bandel kita, kita tahu dirilah. Misalkan ada peraturan kalau kita melanggar dapat sanksi. 80% pasti diterapin Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu? Narasumber: setelah sholat, misalkan imamnya bacanya salah, ditegur oleh abi setelah sholat. Terus saat belajar agama, misalkan ada kesalahan terus diluruskan oleh abi. Terus misalkan lagi makan tidak memakai aturan, ditegur juga. Pokoknya setiap kita melakukan sesuatu terus tidak sesuai dengan agama, pasti diluruskan Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: sering, kalau misalnya kita ada kesalahan ditegur. Misalkan melanggar tata tertib yang ringan-ringan ditegur Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa? Narasumber: pernah sih kayaknya. Dulu waktu ada 2 orang, mereka marahan, terus dipanggil, ada apa nih berdua, tidak ngobrol-ngobrol. Terus didamaikan keduanya Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan kenapa abi menanamkan akhlak tersebut? Narasumber: akhlak supaya kita baik, tata tertib saat sholat, saling menghormati walaupun berbeda mazhab. Itu dilakukan oleh abi karena supaya kita menghormati sesama Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini? Narasumber: dibuat peraturan, misalkan kalau pulang, pulang sekolah itu harus pulang langsung ke asrama. Kalau misalkan lewat jam 4 sore ketahuan melanggar terus ditegur, dan dikasih sanksi Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid supaya selalu duduk seperti itu? Narasumber: kita mengikuti Rasulullah SAW dengan duduk tahiyat. Supaya lebih tawadhu, lebih khusyu. Abi mempraktekan langsung agar dengan duduk tahiyat agar para murid mengikutinya duduk tahiyat Peneliti: bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan program pembersihan asrama? Narasumber: diawasin, kalau mau pembersihan, SMA pembersihan, Mahasiswa belajar. Terus abi ada yang mengajar, ada juga yang mengawasi pembersihan Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid? Narasumber: dibikin sistem poin Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini? Narasumber: setiap anak yang melanggar dikasih poin. Kalau melanggar ringan, maka poin kecil, kalau melanggar besar, dikasih poin besar. Setiap anak dikasih 100 poin. Jika poinnya berkurang sampai nol, maka anak itu akan dikeluarkan dari asrama Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh? Narasumber: berhasil, semenjak saya masuk asrama, perilaku saya semakin baik Komunikasi Kelompok Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja? Narasumber: mungkin pas pelajaran agama, abinyuruh bikin kelompok Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak? Narasumber: pernah sering, hampir setiap minggu. Ada abi-abi yang ceramah di sini, membahas tentang kematian, kalau akhlak kita harus hormat kepada yang lebih tua, kita harus hormat kepada abi Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik? Narasumber: sebagian ada yang kena, sebagian ada yang nggak. Ada yang berhasil, ada yang masuk kuping kanan keluar kuping kiri Peneliti: Apakah abi pernah melakukan diskusi kelompok dengan para murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Narasumber: pernah, saat pelajaran agama Narasumber, Hujjah Saefullah FOTO – FOTO PENELITIAN Gambar 1: Bentuk Yayasan United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta Selatan Gambar 2: Wawancara dengan Abi Murat Gambar 4: Wawancara dengan Murid Gambar 3: Wawancara dengan Abi Yaser Gambar 5: Belajar Kelompok Gambar 6: Belajar Kelompok Gambar 7: Makan Bersama Gambar 8: Khatim