BENTUK KOMUNIKASI ABI DAN MURID DALAM MENANAMKAN

advertisement
BENTUK KOMUNIKASI ABI DAN MURID
DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI AKHLAK
DI UNITED ISLAMIC CULTURAL CENTRE OF INDONESIA (UICCI)
PEJATEN - JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Muhammad Reza
NIM. 107051002344
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil
jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta.
Jakarta, 30 April 2011
Muhammad Reza
ABSTRAK
Muhammad Reza
Bentuk Komunikasi Abi dan Murid Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Akhlak di
United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan.
Masalah remaja selalu menarik perhatian. Remaja yang tidak mempunyai
kepribadian yang kuat akan mudah terdorong keberbagai sikap kelakuan dan
tindakan yang merusak orang lain dan merusak dirinya sendiri. Oleh karena itu
dibutuhkan adanya pembinaan dan penanaman nilai-nilai akhlak supaya mereka
menjadi manusia yang bermartabat dan bermanfaat. Hal tersebut membutuhkan
adanya komunikasi. United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI)
merupakan suatu organisasi sosial yang diasuh oleh para sukarelawan Turki yang
konsen terhadap pembinaan dan penanaman nilai-nilai akhlak remaja Indonesia.
Oleh karena itu, sangat menarik mengetahui bagaimana bentuk komunikasi yang
dilakukan abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada murid di United
Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten – Jakarta Selatan.
Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan berikut. Pertama,
bagaimana bentuk komunikasi antarpersonal abi dan murid dalam menanamkan
nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta Selatan? Kedua, bagaimana bentuk komunikasi kelompok abi dan murid
dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of
Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan?
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan lapangan
(observasi), wawancara, dan dokumentasi di United Islamic Cultural Centre of
Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta Selatan secara langsung.
Sedangkan kerangka konseptual yang dipakai dalam penelitian ini adalah
konsep-konsep yang berkenaan tentang bentuk komunikasi, yaitu komunikasi
antarpersonal (interpersonal communication) dan komunikasi kelompok (group
communication) yang dihubungkan dalam kegiatan penanaman nilai-nilai akhlak
abi dan murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta Selatan.
Bentuk komunikasi yang dilakukan para abi dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak kepada para murid adalah dengan memberikan uswatun hasanah
(keteladanan), konsultasi masalah pribadi, memberikan teguran dan nasihat,
memberikan sanksi atau hukuman dan memanggil murid ke kantor. Kemudian
bentuk komunikasi kelompok yang dilakukan para abi dalam menanamkan nilainilai akhlak kepada para murid adalah melalui ceramah dan melalui belajar atau
diskusi kelompok.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirramaanirrahiim,
Segala puji bagi Allah SWT sang pemilik kekuasaan, Tuhan semesta alam,
Pencipta siang dan malam, terang dan gelap, tangis dan tawa. Dengan segenap
kerendahan hati, penulis sadari bahwa hanya dengan limpahan kebaikan dan
kemurahan-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sang revolusioner dan
mujahid sejati, pembawa kedamaian, rahmatan lil ‘alamiin. Seorang manusia
yang telah mengajarkan umat manusia tentang makna kehidupan, hakikat
kebaikan dan cinta kasih.
Penuntasan skripsi ini bisa tercapai karena mendapat banyak bantuan,
dukungan serta do’a dari semua pihak yang terkait. Hingga kiranya patut penulis
sampaikan ucapan terima kasih, kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA. Selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Drs.
Study Rizal LK, MA. Selaku Pembantu Dekan bidang kemahasiswaan.
Drs. H. Mahmud Djalal, MA. Selaku Pembantu Dekan bidang
Administrasi. Dan Drs. Wahidin Saputra, MA. Selaku Pembantu Dekan
bidang Akademik
2. Drs. Jumroni, M.Si dan Dra. Hj. Umi Musyarofah, MA. Selaku ketua dan
sekretaris program reguler Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
ii
3. Drs. H. Mahmud Djalal, MA. Sebagai pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, mencurahkan segenap perhatian, dan sabar dalam
memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk yang sangat berharga.
4. Segenap dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah
memberikan kontribusi ilmunya, semoga ilmu yang diberikan selalu
bermanfaat.
5. Segenap pengurus dan abi serta murid di United Islamic Cultural Centre of
Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan, yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian.
6. Bapak Muhadi tercinta dan mama Siti Marzukoh tersayang, atas ridho,
do’a, motivasi, kasih sayang yang tiada henti. Dalam setiap nafasmu selalu
mengalir do’a untuk keberhasilan ananda. Tiada kata yang pantas terucap
selain terima kasih Allah, Engkau telah memberikan orang tua yang baik.
7. Keluarga besar mama, H. Ma’mun Madani dan keluarga besar bapak, ibu
Sholhah yang memberikan semangat serta doa’ tulus untuk penulis.
8. Saudara-saudara tercinta, Siti Sarah, Rahmat Darmawan, Ade Karimah,
yang selalu mengisi hari-hari dengan penuh canda tawa.
9. Tak lupa juga tuk keluarga Bapak H. Ali Nurdin, M.Pd dan Ibu Dra Hj.
Himlah Ghozali serta belahan jiwa : Via Rifkia, S.Far yang selalu
memotivasi dan mendoakan penulis.
10. Teman-teman KPI C 2007 bersama-sama kita arungi samudra luas
intelektual, di sanalah kita mengasah otak, juga bercanda tawa, riang
gembira. Semoga kita menjadi orang-orang yang sukses. Amin.
iii
Akhirnya kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi
ini, semoga Allah WT membalas semua kebaikan. Dengan segala kerendahan
hati, penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun, guna
kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya ilmiah yang sederhana ini dapat
bermanfaat. Amin ...
Jakarta, 30 April 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DARTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 7
D. Metodologi Penelitian .................................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 12
F. Sistematika Penulisan .................................................................... 14
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Bentuk Komunikasi ....................................................................... 15
1. Pengertian Bentuk Komunikasi ................................................ 15
2. Bentuk-Bentuk Komunikasi ..................................................... 18
3. Sifat komunikasi ...................................................................... 23
B. Nilai-Nilai Akhlak ......................................................................... 25
1. Pengertian Nilai ....................................................................... 25
2. Pengertian Akhlak .................................................................... 26
3. Tujuan Akhlak ......................................................................... 28
4. Macam-Macam Akhlak ............................................................ 29
5. Pembagian Akhlak ................................................................... 32
v
6. Manfaat Akhlak ....................................................................... 34
C. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak ....................................................... 35
BAB III PROFIL
UNITED
ISLAMIC
CULTURAL
CENTRE
OF
INDONESIA (UICCI) PEJATEN JAKARTA SELATAN
A. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya ........................................... 37
B. Visi, Misi dan Moto ....................................................................... 38
C. Tujuan Berdiri ................................................................................ 39
D. Program Kegiatan .......................................................................... 39
E. Organisasi ...................................................................................... 46
1. Struktur Organisasi ................................................................... 46
2. Sasaran ..................................................................................... 46
3. Sarana / Fasilitas ...................................................................... 47
4. Keunggulan .............................................................................. 48
5. Sumber Dana ............................................................................ 48
BAB IV BENTUK
KOMUNIKASI
ABI
DAN
MURID
DALAM
MENANAMKAN NILAI-NILAI AKHLAK DI UNITED ISLAMIC
CULTURAL CENTRE OF INDONESIA (UICCI) PEJATEN –
JAKARTA SELATAN
A. Identifikasi Informan ...................................................................... 49
B. Bentuk Komunikasi Abi dan Murid dalam Menanamkan NilaiNilai Akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia
(UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan ................................................... 56
vi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 76
B. Saran .............................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 79
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
: Jadwal Kegiatan Harian .................................................................... 42
Tabel 2
: Acara Hari Sabtu .............................................................................. 43
Tabel 3
: Acara Hari Minggu ........................................................................... 43
Tabel 4
: Jadwal Pembersihan Dapur Asrama .................................................. 63
Tabel 5
: Jadwal Mencuci dan Pembagian Pakaian Bersih ............................... 63
Tabel 6
: Sistem Poin Asrama ......................................................................... 65
Tabel 7
: Jadwal Pelajaran Sehari-hari ............................................................. 73
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi
merupakan
aktivitas
dasar
manusia.
Dengan
berkomunikasi manusia melakukan suatu hubungan, karena manusia adalah
makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri melainkan saling membutuhkan
satu sama lain. Hubungan antara individu yang satu dengan yang lainnya
dapat dilakukan dengan komunikasi. Komunikasi adalah sendi dasar
terjadinya proses interaksi sosial. Karena tanpa komunikasi kehidupan
manusia tidak akan berkembang dan menghasilkan kebudayaan yang tinggi.
Komunikasi dalam kehidupan manusia semakin dirasakan urgensinya,
bukan saja disebabkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi
karena hasrat dasar sosial yang terdapat dalam diri manusia. Komunikasi
adalah proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang
lain untuk memberi tahu (informatif), atau mengubah sikap, pendapat baik
secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kondisi tertentu, komunikasi
juga dapat dilakukan dengan bahasa isyarat atau dengan kode. Jadi, yang
terpenting dari komunikasi adalah tersampaikannya pesan dari komunikator
(penyampai pesan) secara utuh dan jelas.1
Ditinjau dari proses komunikasi, pendidikan adalah bagian dari
komunikasi yaitu proses pengajaran yang melibatkan dua komponen yang
terdiri dari guru sebagai komunikator dan siswa sebagai komunikan. Hal ini
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Wilbur Schramm bahwa komunikasi
1
Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Bandung: CV Mandar
Maju, 2000), hal. 58.
1
2
didasarkan atas hubungan antara dua orang atau antara seseorang dengan
orang lain. Hakikat hubungan ini adalah setara (“Tune”) antara satu sama lain
yang terfokus pada informasi yang sama. Kesangkutpautan tersebut berada
dalam komunikasi tatap muka (face to face communication).2
Komunikasi dapat dilakukan oleh siapa saja. Orang tua di rumah
berkomunikasi dengan anak-anaknya guna menimbulkan suasana keakraban
dan keharmonisan dalam keluarga. Seorang guru agama di sekolah dapat
menyampaikan pesan moral baik secara verbal (lisan dan tulisan) maupun
secara non verbal (isyarat, gesture) kepada muridnya. Dengan tujuan agar
pesan moral tersebut di implementasikan oleh para murid di kehidupan
sehari-hari. Dengan komunikasi, dapat menciptakan suasana yang harmonis
antara komunikator dan komunikan. Selain itu, juga dapat menciptakan solusi
dari masalah-masalah yang terjadi pada diri komunikan.
Masalah remaja selalu menarik perhatian, baik dikalangan orang tua,
guru, pemuka agama dan masyarakat pada umumnya, karena remaja adalah
masa peralihan panjang yang mengantarkan seseorang dari anak-anak kepada
dewasa. Pada masa ini seseorang mengalami perubahan cepat dalam berbagai
aspek dirinya, tubuhnya bertumbuh dari dalam dan luar, kecerdasan
kepribadian dan kemasyarakatan yang disertai oleh goncangan, akibat
perubahan-perubahan yang harus segera dihadapi dengan penyesuaian diri.
Keadaan goncangan datang dari dalam diri tersebut, akan meningkat
apabila keadaan lingkungan dimana si remaja itu hidup itu juga mengalami
perubahan cepat dan menuntut pula penyesuaian diri dari remaja itu. Berbagai
2
Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, hal. 58.
3
tawaran yang menarik dan mendorong remaja untuk meniru dan
mengikutinya, terutama keadaan yang menggiurkan dan menyilaukan bagi
remaja yang sedang berkembang itu. Remaja yang tidak mempunyai
kepribadian yang kuat akan mudah terdorong keberbagai sikap kelakuan dan
tindakan yang merusak orang lain dan merusak dirinya sendiri.3
Tindakan yang merusak orang lain diantaranya dapat menimbulkan
banyak kejahatan-kejahatan seperti kejahatan seksual yang banyak dilakukan
oleh anak-anak usia remaja sampai umur menjelang dewasa, dan kemudian
pada usia pertengahan. Tindak merampok, menyamun dan membegal, 70%
dilakukan oleh orang-orang muda berusia 17-30 tahun.4
Zakiah Darajat dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama menjelaskan,
masalah pokok yang menonjol dewasa ini, adalah kaburnya nilai-nilai dan
norma-norma agama yang mengatur kehidupan masyarakat. Mereka
dihadapkan pada berbagai kontradiksi dan beraneka ragam moral yang
menyebabkan mereka menjadi bingung untuk memilih mana perbuatan yang
boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.5
Melihat kenyataan yang cukup memprihatinkan ini, maka jelaslah
bahwa generasi muda perlu dibina. Upaya pembinaan kepada generasi muda
perlu terus ditingkatkan dan dimulai sejak dini yang merupakan tanggung
jawab bersama. Diantaranya memberikan pendidikan dan penanaman nilainilai akhlak. Dalam memberikan pendidikan dan penanaman nilai-nilai
akhlak membutuhkan komunikasi, yaitu komunikasi yang mampu mengubah
3
H.M. Syureich, Penangkal Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT. Offset “sistimatis”,
1991), Viii.
4
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2008), hal. 7.
5
Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hal. 132.
4
perilaku komunikan sesuai dengan yang diharapkan komunikator. Perubahan
perilaku komunikan ini menjadi target dari suatu komunikasi karena
perubahan itu menjadi harapan bagi komunikator.
United Islamic Cultural Center of Indonesia (UICCI) atau Yayasan
Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia merupakan sebuah organisasi
sosial yang didirikan pada tahun 2005 oleh para sukarelawan Indonesia dan
Turki. Yayasan ini selalu berusaha untuk memberikan pendidikan yang
berorientasi pada kehidupan dan pendidikan Islami. Hal ini sejalan dengan
moto organisasi sosial ini yakni “Ke Arah Generasi Berilmu dan Bertaqwa”.
Yayasan ini merupakan Boarding School yaitu pendidikan di luar
sekolah. Jadi para anggota yang tinggal di yayasan ini adalah mayoritas siswa
SMA/SMK yang berada di daerah Pejaten, Jakarta Selatan dan sekitarnya.
Para murid melakukan hubungan dan selalu berkomunikasi dengan abi (guru /
ustadz) yang mayoritas orang-orang asing (Turki).
Istilah abi itu bukan diambil dari bahasa Arab yang artinya bapak atau
ayah tapi istilah abi itu diambil dari bahasa Turki yang asal katanya agabey,
dalam bahasa Indonesia artinya kakak. Jadi murid-murid dan ustadz-ustadz
yang ada di asrama UICCI ini bukan hanya ada hubungan seperti ustadz dan
murid tapi juga ada hubungan seperti kakak dan adik. Tujuannya agar
hubungan ustadz dengan murid terasa lebih dekat dan lebih hangat. Oleh
karena itu, murid yang ada di asrama memanggil ustadz-ustadznya dengan
sebutan abi.6
6
Hasil wawancara dengan Abi Muhammad Taufiq, Ustadz di Asrama UICCI
Pejaten Jakarta Selatan, Ruang Kerja Abi, Jum’at, 8 April 2011, pkl. 20.30 WIB Pejaten
Jakarta Selatan.
5
Yang menarik dan unik dari yayasan ini sehingga penulis tertarik
untuk meneliti, ialah: pertama, yayasan ini sangat konsen terhadap pembinaan
akhlak dan intelektualitas kepada para remaja Indonesia, khususnya anak
sekolah. Padahal yayasan ini dikelola oleh para sukarelawan asing (Turki)
dan tidak membebankan biaya sedikitpun kepada murid, apalagi yayasan ini
adalah yayasan informal (bersifat sosial). Yayasan ini sangat jarang
ditemukan di Indonesia.
Kedua, yayasan ini merupakan Boarding School (pendidikan di luar
sekolah) di mana proses komunikasi antara abi (komunikator) dengan murid
(komunikan) dibatasi oleh sekolah, jadi komunikasi abi harus lebih ekstra
untuk menanamkan nilai-nilai akhlak kepada murid dibandingkan dengan
pesantren-pesantren di Indonesia yang sifatnya formal selama 24 jam guru
dan murid saling berinteraksi dan berkomunikasi di satu tempat (pesantren
itu).
Dan ketiga, para pengajar dan pendidik mayoritas adalah orang-orang
asing (Turki), yang notabene-nya berbeda dengan para murid dari segi adat,
budaya, kebiasaan maupun bahasa, yang terpenting adalah dalam hal
berkomunikasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana
bentuk komunikasi yang dilakukan abi dan murid dalam menanamkan nilainilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten –
Jakarta Selatan ini.
Sehingga skripsi ini diberi judul “Bentuk Komunikasi Abi dan Murid
Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Akhlak Di United Islamic Cultural Centre
of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan”.
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk memberikan gambaran yang terarah dalam penelitian ini, maka
masalah dibatasi yaitu:
a. Komunikasi yang dilakukan abi dan murid dalam menanamkan nilainilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI)
Pejaten - Jakarta Selatan.
b. Di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten
Jakarta Selatan diajarkan materi umum yaitu pelajaran bahasa Arab,
Inggris dan Turki. Namun materi ini tidak menjadi kajian penelitian.
Penulis hanya membatasi pada penanaman nilai-nilai akhlak yang
dilakukan abi kepada para murid.
c. Penulis melakukan wawancara dari sisi abi berjumlah 3 orang karena
abi tersebut memberikan pengajaran agama (ta’lim) kepada murid,
sedangkan dari sisi murid hanya pada murid yang duduk di kelas XII
SMA/SMK karena murid tersebut yang paling lama tinggal dan
mendapatkan pembinaan akhlak di asrama.
d. Dari 4 macam bentuk komunikasi yaitu komunikasi intrapersonal,
komunikasi antarpersonal, komunikasi kelompok dan komunikasi
massa. Penulis membatasi pada komunikasi antarpersonal dan
komunikasi kelompok yang menjadi fokus penelitian. Sedangkan
Komunikasi intrapersonal dan komunikasi massa tidak menjadi
fokus penelitian.
7
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimanakah
bentuk
komunikasi
abi
dan
murid
dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of
Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Segala
aktivitas
yang
direncanakan,
semuanya
pasti
akan
mengharapkan tujuan yang benar-benar diinginkan. Oleh karenanya
berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka
tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini yaitu:
“Untuk mengetahui bentuk komunikasi abi dan murid dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of
Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan.”
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dan
khazanah keilmuan tentang bentuk komunikasi abi dan murid dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak. Di samping itu, penelitian ini juga
diharapkan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan
dan mengembangkan teori-teori tentang komunikasi. Penelitian ini
8
juga diharapkan dapat menjadi suatu pembuktian atau penolakan atas
teori yang dipakai.
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk
menambah wawasan bagi kalangan teoritis dan praktis mengenai
bentuk komunikasi abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat diaplikasikan oleh
semua yayasan atau lembaga yang konsen kepada penerapan dan
penanaman nilai-nilai akhlak kepada murid dengan melihat dan
mengaplikasikan bentuk komunikasi yang baik dan efektif dari
ustadz kepada murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif, dengan
pendekatan studi kasus. Adapun data yang diambil bersifat kualitatif,
yaitu yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat analisis dan
dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.7
Satu
metode
yang
diharapkan
dapat
menemukan
beberapa
kemungkinan dan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan jalan
mengumpulkan data, menyusun serta mengklasifikasikannya. Tujuan
metode ini adalah untuk menggambarkan keadaan fenomena dan
7
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 1998), hal. 245.
9
melukiskan secara sistematik populasi tertentu secara faktual dan
cermat.8
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek penelitian ini adalah abi dan murid di United Islamic Cultural
Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan, narasumber
terdiri dari 3 orang abi dan 9 orang murid kelas XII SMA/SMK
karena murid tersebut yang paling lama mendapat pembinaan akhlak
di asrama.
b. Sedangkan objek penelitian ini adalah segala bentuk komunikasi
yang dilakukan atau digunakan abi dan murid dalam menanamkan
nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia
(UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan, yaitu komunikasi intrapersonal,
komunikasi antarpersonal dan komunikasi kelompok.
3. Keterbatasan Penelitian
Dari 6 abi atau ustadz yang mengajar di asrama, hanya 3 abi atau
ustadz yang peneliti wawancarai karena ada abi yang masih kurang fasih
dalam berbahasa Indonesia, ini menjadi salah satu kendala peneliti.
Namun, 3 abi dapat mewakili (representatif) 3 abi lainnya. Dan dari 13
murid kelas XII SMA/SMK yang belajar di asrama, hanya 9 murid yang
peneliti wawancara karena beberapa murid ada yang tidak mau menjadi
informan atau diwawancarai dengan tidak mengemukakan alasannya.
8
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal.
158.
10
4. Waktu dan Tempat Penelitian
a. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret s/d April 2011.
b. Bertempat di asrama Yayasan United Islamic Cultural Centre of
Indonesia (UICCI) Pejaten : Jl. Pekayon No.16 / B Pejaten Barat Rt
01 Rw 03 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12790
Tel/Fax: 021
78816883.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Yang dimaksud dengan observasi adalah pengamatan dan
pencatatan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki di
lapangan. Observasi adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan
dan penginderaan.9 Penulis mengadakan pengamatan langsung di
asrama Yayasan United Islamic Cultural Centre of Indonesia
(UICCI) Pejaten Jakarta Selatan terhadap kegiatan komunikasi abi
dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic
Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta - Selatan,
selama 1 minggu pada tanggal 3 s/d 10 April 2011 dan penulis ikut
langsung menjadi menjadi peserta atau mengikuti kegiatan di
asrama.
9
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, hal. 115.
11
b. Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara adalah tanya jawab lisan
antara dua orang secara langsung. Pewawancara disebut Interviewer,
sedangkan
orang yang diwawancarai
disebut
Interviewee.10.
Berkaitan dengan penelitian ini, penulis melakukan wawancara
dengan para abi yaitu abi Murat Alver (Turki), abi Yaser Gul
(Turki), dan abi Muhammad Taufiq (Indonesia). Dengan para murid
kelas XII yaitu Rananto Widodo, Muhammad Islam, Muhammad
Nurkhafidin, Fiki Murdiansyah, Ardi Suparmadi, Shohib Hazami,
Noorfie Syahri Sya’bani, Muhammad Ihsan Irjami dan Hujjah
Saefullah. Dan dengan pengurus asrama yaitu abi Murat Alver
sebagai pimpinan asrama Yayasan United Islamic Cultural Centre of
Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta - Selatan.
c. Dokumentasi
Yang dimaksud dengan dokumentasi ini adalah teknik
pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.11
Adapun dokumen yang peneliti peroleh dari buku bacaan,
kepustakaan, foto-foto.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang peneliti gunakan adalah deskriptif analisis,
yakni dengan mengumpulkan data kemudian disusun, disajikan dan
dianalisis untuk mengungkapkan arti data tersebut.
10
11
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, hal. 54.
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, hal. 73.
12
Di samping itu, data-data yang terkumpul (hasil wawancara dan
observasi) dikumpulkan dan dianalisis dari teori-teori pendukung yang
menjadi acuan analisis data. Fase ini merupakan proses penyederhanaan
data ke dalam bentuk yang mudah dibaca. Setelah itu, penulis
menganalisa data dengan menyusun kata-kata ke dalam tulisan yang
lebih luas.
Adapun teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2007”.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan proposal penelitian ini, langkah awal yang
ditempuh adalah mengkaji terlebih dahulu karya ilmiah yang mempunyai
judul hampir sama dengan yang akan diteliti. Adapun maksud dari penelitian
ini untuk mengetahui bahwa permasalahan yang diteliti berbeda dengan
penelitian sebelumnya.
Setelah mengadakan suatu tinjauan pustaka, ditemukan beberapa
skripsi yang memiliki judul hampir sama dengan yang akan diteliti, yakni:
1. Skripsi Nurhasanah 107051003639 tahun 2010 mahasiswa Komunikasi
dan Penyiaran Islam dengan judul “Pola Komunikasi Guru dan Murid
Dalam Penerapan Nilai-Nilai KeIslaman Di MAN 7 Jakarta”, skripsi
Nurhasanah ini berisi tentang komunikasi antarpribadi dan komunikasi
kelompok yang digunakan dalam penerapan nilai-nilai keIslaman yaitu
pengaplikasian nilai-nilai aqidah, nilai-nilai syari’at dan nilai-nilai akhlak
13
dalam kehidupan sehari-hari di MAN 7 Jakarta dan ditulis juga sifat
komunikasi yang digunakan seperti sifat komunikasi tatap muka.
2. Skripsi Huzaimatul Hilaliah 204051003294
tahun 2009 mahasiswa
Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan judul “Bentuk Komunikasi
Guru dan Murid Dalam Menanamkan Budi Pekerti Di SLB-B Yayasan
DHARMA ASIH Depok”, skripsi Huzaimatul Hilaliah ini berisi tentang
komunikasi verbal dan non verbal yang digunakan oleh guru dalam
menanamkan budi pekerti di SLB-B Yayasan Dharma Asih Depok.
Perbedaan dengan skripsi-skripsi di atas yaitu pertama, pada isi
skripsi yang penulis tulis, cenderung kepada bentuk komunikasi antarpersonal
dan komunikasi kelompok abi atau ustadz dan murid dalam menanamkan
nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta Selatan. Kedua, walaupun subjek dan objeknya sama namun lokus
atau tempat penelitian berbeda. Ketiga, skripsi di atas melakukan penelitian di
tempat yang bersifat formal tetapi peneliti melakukan penelitian pada
organisasi sosial yang bersifat informal dan dikelola oleh para sukarelawan
asing (Turki).
Selanjutnya, keempat penulis juga ingin melihat atau meneliti tentang
bagaimana abi atau ustadz di United Islamic Cultural Centre of Indonesia
(UICCI) memberikan pembinaan akhlak kepada murid-muridnya.
14
F. Sistematika Penulisan
Guna mengetahui gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang
diuraikan dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika ke dalam
lima bab, masing-masing bab dibagi ke dalam sub bab dengan perincian
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan
Bab II Landasan Teori yang terdiri dari: Bentuk Komunikasi meliputi:
Pengertian Bentuk Komunikasi, Bentuk-Bentuk Komunikasi, dan Sifat
Komunikasi Kemudian Nilai-Nilai Akhlak meliputi: Pengertian Nilai,
Pengertian Akhlak, Tujuan Akhlak, Macam-macam Akhlak, Pembagian
Akhlak dan Manfaat Akhlak serta Penanaman Nilai-Nilai Akhlak.
Bab III Profil United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI)
Pejaten - Jakarta Selatan yang terdiri dari: Sejarah berdiri dan
perkembangannya, Visi Misi dan Moto, Tujuan berdirinya, Program
Kegiatan, dan
Organisasi meliputi : Struktur Organisasi, Sasaran,
Sarana/Fasilitas, Keunggulan, dan Sumber Dana.
Bab IV Bentuk Komunikasi Abi dan Murid Dalam Menanamkan
Nilai-Nilai Akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI)
Pejaten – Jakarta Selatan yang terdiri dari: Identifikasi Informan, Bentuk
Komunikasi Abi dan Murid dalam Menanamkan Nilai-Nilai Akhlak di United
Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan
Bab V Penutup yang terdiri dari: Kesimpulan dan Saran-saran.
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Bentuk Komunikasi
1. Pengertian Bentuk Komunikasi
Bentuk komunikasi terdiri dari dua kata, yaitu kata ‘bentuk’ dan
kata ‘komunikasi’. Dua kata ini memiliki pengertian yang berbeda.
Kata bentuk berasal dari bahasa Inggris abad ke-13 yaitu form,
berasal dari bahasa Prancis forme, berasal dari bahasa Latin forma
bermakna cetakan, bentuk, kecantikan, terjemahan dari bahasa-bahasa
Yunani eidos. Juga dapat disebut dengan istilah wujud. Bentuk dapat
dipahami sebagai penampakan atau rupa satuan bahasa; juga petampakan
atau rupa satuan gramatikal. Lebih lanjut lagi bentuk dapat dipahami
sebagai berikut :
1. Bentuk dan penampilan, seperti di bentuk manusia, air dalam wujud
seperti salju dan es, dan novel sebagai suatu bentuk sastra.
2. Suatu cara yang ditentukan atau biasa dalam melakukan berbagai
hal.
3. Suatu cara yang konvensional dalam pelangsungan, perilaku,
penyataan berbagai hal, dll seperti bentuk tutur-sapa.1
Komunikasi menurut bahasa atau etimologi dalam “Ensiklopedi
Umum” diartikan dengan “Perhubungan”, sedangkan yang terdapat
dalam buku komunikasi berasal dari perkataan Latin, yaitu:
1
Tim Redaksi, Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia Jilid I A-E, (Bandung:
Angkasa Bandung, 2009), hal. 184.
15
16
1. Communicare, yang berarti berpartisipasi ataupun memberitahukan.
2. Communis, yang berarti milik bersama ataupun berlaku di manamana
3. Communis Opinion, yang berarti pendapat umum ataupun pendapat
mayoritas
4. Communico, yang berarti membuat sama
5. Demikian juga Communication berasal dari kata latin Communicatio
yang juga bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama di
sini maksudnya sama makna.
Pengertian komunikasi secara etimologi ini memberi pengertian
bahwa komunikasi yang dilakukan hendaknya dengan lambang-lambang
atau bahasa yang mempunyai kesamaan arti antara orang yang memberi
pesan dengan orang yang menerima pesan.2
Sedangkan Secara terminologi, komunikasi berarti proses
penyampaian pesan suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.
Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang,
di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang
terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia.
Jadi komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak
langsung melalui media.3
2
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2007), hal. 19.
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), hal. 4.
3
17
Dengan demikian dalam komunikasi akan timbul empat tindakan
bagi setiap pelakunya, yaitu:
1. Membentuk pesan, artinya menciptakan sesuatu ide atau gagasan
yang terjadi dalam benak kepala seseorang melalui proses kerja
sistem syaraf.
2. Menyampaikan, artinya pesan yang telah dibentuk kemudian
disampaikan kepada orang lain, baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Bentuk pesannya dapat berupa pesan-pesan verbal dan
nonverbal.
3. Menerima, artinya di samping membentuk dan menyampaikan
pesan, seseorang akan menerima pesan yang disampaikan oleh orang
lain.
4. Mengolah, artinya pesan yang telah diterima, kemudian akan diolah
melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan, setelah diinterpretasikan
pesan dapat menimbulkan tanggapan atau reaksi dari si orang
tersebut.4
Dari penjelasan pengertian kata bentuk dan kata komunikasi di
atas, bentuk komunikasi adalah suatu cara yang dilakukan oleh
komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan melalui
suatu media atau saluran tertentu serta menimbulkan efek.
4
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, hal. 21.
18
2. Bentuk-Bentuk Komunikasi
Roudhonah dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi
membagi bentuk komunikasi menjadi 3 bagian :5
a. Komunikasi Personal (Personal Communication)
1) Komunikasi intrapersonal (Intrapersonal Communication)
2) Komunikasi antarpersonal (Interpersonal Communication)
b. Komunikasi Kelompok (Group Communication)
1) Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication)
a) Ceramah (Lecture)
b) Diskusi Panel (Panel Discussion)
c) Simposium (Symposium)
d) Forum
e) Seminar
f) Sumbangsaran (Brainstorming)
g) Dan lain-lain
2) Komunikasi Kelompok Besar (Large Group Communication /
Public Speaking)
c. Komunikasi Massa (Mass Communication). Komunikasi melalui:
1) Pers
2) Radio
3) Televisi
4) Film
5) Dan lain-lain.
5
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, hal. 42.
19
Maka, dibawah ini akan dijelaskan tentang bentuk-bentuk
komunikasi yang berkenaan dengan masalah yang penulis teliti, yaitu
komunikasi antarpersonal dan komunikasi kelompok .
a. Komunikasi Antarpersonal (Interpersonal Communication)
Komunikasi
antarpersonal
disebut
juga
komunikasi
antarpribadi. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang
berlangsung antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam
bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara
berhadapan muka (face to face), bisa juga melalui sebuah medium
telepon.6
Komunikasi antarpersonal sebenarnya merupakan suatu
proses sosial di mana orang-orang terlibat di dalamnya saling
mempengaruhi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh De Vito, yang
dikutip oleh Alo Liliweri dalam bukunya Komunikasi Antarpribadi
bahwa:
“Komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman
pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang lain, atau
sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang
langsung”7
Effendy, yang dikutip oleh Alo Liliweri dalam bukunya
Komunikasi Antarpribadi mengemukakan bahwa:
“Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara
komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi jenis
ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang
dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung.”8
6
Roudhonah, Imu Komunikasi, hal. 106.
Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
1991, hal. 12.
8
Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, hal. 12.
7
20
Dari beberapa definisi mengenai komunikasi antarpribadi,
penulis memahami bahwa komunikasi antarpribadi merupakan
komunikasi yang dilakukan antara komunikator kepada komunikan
dan terdapat feedback atau umpan balik secara langsung.
Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dapat dibedakan
atas dua macam, yaitu:
1) Komunikasi
diadik,
ialah
proses
komunikasi
yang
berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka.
Komunikasi diadik menurut Pace dapat dilakukan dalam tiga
bentuk, yakni percakapan, dialog, dan wawancara.
2) Komunikasi
triadik,
ialah
proses
komunikasi
yang
berlangsung antara tiga orang secara tatap muka, dimana
anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya.9
Komunikasi antarpribadi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:10
a) Komunikasi antarpribadi biasanya terjadi secara spontan dan
sambil lalu.
b) Komunikasi antarpribadi tidak mempunyai tujuan terlebih
dahulu.
c) Komunikasi antarpribadi terjadi secara kebetulan di antara
peserta yang tidak mempunyai identitas yang jelas.
d) Komunikasi antarpribadi mempunyai akibat yang disengaja
maupun yang tidak disengaja.
9
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2005), hal. 32.
10
Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, hal. 14.
21
e) Komunikasi antarpribadi seringkali berlangsung berbalasbalasan.
f) Komunikasi
antarpribadi
menghendaki
paling
sedikit
melibatkan hubungan dua orang dengan suasana yang bebas,
bervariasi, adanya keterpengaruhan.
g) Komunikasi antarpribadi tidak dikatakan tidak sukses jika
tidak membuahkan hasil.
h) Komunikasi antarpribadi menggunakan lambang-lambang
bermakna.
b. Komunikasi Kelompok (Group Communication)
Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan
dari aktivitas sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer
maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat
mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi dalam
hampir semua aspek kehidupan. Ia bisa merupakan media untuk
mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai
kelompok primer), ia dapat merupakan sarana meningkatkan
pengetahuan para anggotanya (kelompok belajar) dan ia bisa pula
merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi
seluruh anggota.11
11
Sasa Djuarsa Sandjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2002), hal. 33.
22
Onong Uchjana Effendy, yang dikutip oleh Roudhonah
dalam bukunya Ilmu Komunikasi mengartikan komunikasi kelompok
adalah:
“Komunikasi antara seseorang dengan sejumlah orang
yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok”12
Sementara itu, Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam
bukunya, Human Communication, A Revisian of Approaching
Speech/Communication, yang dikutip juga oleh Roudhonah,
memberi batasan komunikasi kelompok sebagai:
“Interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna
memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti
berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah
sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik
pribadi anggota lainnya dengan akurat”13
Komunikasi kelompok dapat diklasifikasikan ke dalam dua
bentuk, yaitu:
a) Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication)
Kelompok kecil, kadang-kadang disebut Micro Group.
Kelompok kecil adalah kelompok komunikasi yang dalam
situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk memberikan
tanggapan secara verbal atau dalam komunikasi kelompok
komunikator dapat melakukan komunikasi antarpribadi dengan
salah seorang anggota kelompok, seperti yang terjadi pada acara
diskusi, kelompok belajar, seminar dan lain-lain.14
12
Roudhonah, Imu Komunikasi, hal. 124.
Roudhonah, Imu Komunikasi, hal. 124.
14
Roudhonah, Imu Komunikasi, hal. 128.
13
23
b) Komunikasi Kelompok Besar (Large Group Communication /
Public Speaking)
Kelompok besar, kadang-kadang disebut Macro Group.
Yaitu yang terjadi dengan sekumpulan orang yang sangat
banyak dan komunikasi antarpribadi (kontak pribadi) jauh lebih
kurang (susah) untuk dilaksanakan, karena terlalu banyaknya
orang yang berkumpul, seperti halnya yang terjadi pada acara
tabligh akbar, kampanye, dan lain-lain.15
3. Sifat Komunikasi
Roudhonah dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi
membagi sifat komunikasi menjadi 3 bagian :16
a. Tatap Muka (Face to Face)
Dikatakan komunikasi tatap muka karena ketika komunikasi
berlangsung, komunikator dan komunikan saling berhadapan sambil
saling melihat. Dalam situasi komunikasi seperti ini komunikator
dapat melihat dan mengkaji diri si komunikasn secara langsung.
Karena itu, komunikasi tatap muka sering kali disebut juga
komunikasi langsung (direct communication). Komunikator dapat
mengetahui efek komunikasinya pada saat itu juga, tangapan/respons
komunikan itu tersalurkan langsung kepada komunikator.
Oleh sebab itu pula sering dikatakan bahwa dalam komunikasi
tatap muka arus balik atau umpan balik (feedback) terjadi secara
15
16
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, hal. 128.
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, hal. 42.
24
langsung. Arus balik atau umpan balik adalah tanggapan komunikan
yang tersalurkan kepada komunikator. Dengan lain perkataan,
komunikator mengetahui tanggapan komunikan terhadap pesan yang
disampaikan kepadanya.17
b. Bermedia (mediated)
Komunikasi bermedia adalah komunikasi yang menggunakan
saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada
komunikan yang jauh tempatnya, dan atau banyak jumlahnya.
Komunikasi bermedia disebut juga komunikasi tak langsung
(indirect communication), dan sebagai konsekuensinya arus balik
pun tidak terjadi pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator
tidak mengetahui tanggapan komunikan pada saat ia berkomunikasi.
Oleh
sebab
itu,
dalam
melancarkan
komunikasi
dengan
menggunakan media, komunikator harus lebih matang dalam
perencanaan dan persiapannya sehingga ia merasa pasti bahwa
komunikasinya itu akan berhasil.18
c. Verbal (Verbal)
Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan
lambang bahasa, ini mencakup komunikasi dengan bahasa lisan
maupun bahasa tulisan.
Lambang verbal adalah semua lambang yang digunakan untuk
menjelaskan pesan-pesan dengan memanfaatkan kata-kata (bahasa).
Komunikasi verbal ini dapat dialngsungkan dengan kata-kata,
17
18
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, hal. 7.
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, hal. 10.
25
seperti: ceramah, berbicara, diskusi dan lain-lain. Bisa juga
dilangsungkan dengan menggunakan tulisan, surat, buku, majalah,
koran dan lain-lain.19
d. Non-Verbal (non-Verbal)
Pengertian komunikasi non verbal, yaitu “Non” berarti tidak,
Verbal bermakna kata-kata (words), sehingga komunikasi non verbal
dimaknai sebagai komunikasi tanpa kata-kata. Dapat juga diartikan
komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan menggunakan
gejala yang menyangkut: gerak-gerik (gestures), sikap (postures),
ekspresi wajah (facial expressions), pakaian yang bersifat simbolik,
isyarat dan lain gejala yang sama, yang tidak menggunakan bahasa
lisan dan tulisan.20
B. Nilai-Nilai Akhlak
1. Pengertian Nilai
Kata Nilai (value) berasal dari bahasa latin “valere” yang berarti
berguna, berdaya, berlaku. Dalam hal ini mengandung beberapa
pengertian, bahwa nilai merupakan kualitas dari sesuatu yang membuat
sesuatu itu disukai, diinginkan, dimanfaatkan, berguna, atau dapat
menjadi objek kepentingan. Nilai juga merupakan apa yang dihargai,
dinilai tinggi, atau dihargai sebagai kebaikan.21
19
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, hal. 92.
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, hal. 94.
21
Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Kamus Besar Ilmu
Pengetahuan, (Jakarta: Golo Riwu, 2000), hal. 721.
20
26
Andreas A. Danandjaja dalam buku budaya organisasi karangan
Taliziduhu Ndraha berpendapat bahwa nilai adalah pengertian-pengertian
(conceptions) yang dihayati seseorang mengenai apa yang lebih penting
atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang
lebih benar atau kurang benar.22
Sebuah nilai dapat dikategorikan sebagai:23
a. Nilai Subjektif
Sesuatu yang oleh seseorang dianggap dapat memenuhi
kebutuhannya pada suatu waktu dan oleh karena itu (seseorang tadi)
berkepentingan atasnya
(sesuatu itu),
disebut bernilai atau
mengandung nilai bagi orang yang bersangkutan. Oleh karena itu
dicari, diburu dan dikejar dengan menggunakan berbagai cara dan
alat.
b. Nilai Objektif
Nilai yang didasarkan pada standar dan kriteria tertentu, yang
objektif, yang disepakati bersama atau ditetapkan oleh lembaga
berwenang.
2. Pengertian Akhlak
Dari segi kebahasaan, kata akhlak dalam bahasa Indonesia berasal
dari kosa kata bahasa Arab (akhlaq) yang merupakan bentuk jamak dari
kata (khuluq) yang berarti as-sajiyyah (perangai), at-tabi’ah (watak), al‘adah (kebiasaan atau kelaziman), dan ad-din (keteraturan).
22
Taliziduhu Ndraha, Budaya Organisasi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997),
23
Taliziduhu Ndraha, Budaya Organisasi, hal. 18.
hal. 18.
27
Sementara itu Kamus al-Munjid menyebutkan bahwa kata
(akhlak) dalam bahasa Arab berarti tabiat, budi pekerti, perangai, adat
atau kebiasaan. Jadi, secara kebahasaan kata akhlak mengacu kepada
sifat-sifat manusia secara universal, perangai, watak, kebiasaan dan
keteraturan, baik sifat yang terpuji maupun sifat yang tercela. Dengan
demikian, pengertian akhlak mengacu kepada sifat manusia secara umum
tanpa mengenal perbedaan di antara laki-laki dan perempuan; sifat
manusia yang baik maupun sifat manusia yang buruk. Oleh sebab itu,
akhlak terbagi dua, al-akhlaq al-hasanah (akhlak yang baik) dan alakhlaq alqabihah (akhlak yang buruk) atau al-akhlaq al-mazmumah
(akhlak tercela).24
Akhlak (etika) sering disebut sebagai ihsan (berasal dari kata
Arab hasan, yang berarti baik). Definisi ihsan dinyatakan sendiri oleh
Nabi dalam hadits berikut: “Ihsan adalah engkau beribadat kepada
Tuhanmu seolah-olah engkau melihat-Nya sendiri, kalaupun engkau
tidak melihat-Nya, maka pasti Ia melihatmu”.25
Dr. M. Abdullah Dirroz, yang dikutip oleh H.A Mustofa dalam
bukunya Akhlak Tasawuf, mengemukakan definisi akhlak sebagai
berikut:
“Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang
mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa
24
Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik
(Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik), (Jakarta: Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an, 2009), hal. 1-4.
25
Adiwarman A. Karim, BANK ISLAM Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 13.
28
kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak
yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat)”.26
Selanjutnya KH. Abdullah Salim juga mengemukakan bahwa:
“Akhlak adalah merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu
di dalam diri seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap
dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sabar, kasih sayang,
atau sebaliknya, pemarah, benci karena dendam, iri dan dengki,
sehingga memutuskan hubungan silaturrahmi.”27
Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa
akhlak adalah sifat, tabi’at, perangai yang tumbuh dan menyatu di dalam
diri seseorang yang melahirkan kekuatan dan kehendak yang mantap
sehingga seseorang tersebut dapat memilih mana yang benar dan salah,
mana yang haq dan yang bathil.
3. Tujuan Akhlak
Tujuan akhlak adalah hendak menciptakan manusia sebagai
makhluk yang tinggi dan sempurna, dan membedakannya dari makhlukmakhluk lainnya. Akhlak hendak menjadikan manusia berakhlak baik,
bertindak-tanduk yang baik terhadap manusia, terhadap sesama makhluk,
dan terhadap Tuhan.
Yang hendak dikendalikan oleh akhlak adalah tindakan lahir.
Akan tetapi oleh karena tindakan lahir itu tidak dapat terjadi bila tidak
didahului oleh gerak batin atau tindakan hati, maka tindakan batin dan
gerak-gerik hati termasuk lapangan yang diatur oleh akhlak. Tidak akan
terjadi perkelahian kalau tidak didahului oleh tindakan batin atau gerak-
26
H.A. mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung : CV Pustaka Setia, 1999), Cet.
Ke-2, hal. 14.
27
KH. Abdullah Salim, Akhlak Islam (Membina Rumah Tangga dan
Masyarakat), (Jakarta : Media Dakwah, 1985), Cet. Ke-1, hal. 5.
29
gerik hati, yakni benci membenci atau hasad. Oleh karena itu maka
setiap insan diwajibkan dapat menguasai batinnya atau mengendalikan
hawa nafsunya karena tindakan batin merupakan motor dari segala
tindakan lahir.28
4. Macam-macam Akhlak
Adapun penerapan akhlak dalam kehidupan sehari-hari adalah
sebagai berikut:
a. Akhlak Kepada Allah
Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan
kesadaran bahwa tiada tuhan selain Allah. Banyak alasan mengapa
manusia harus berakhlak baik terhadap Allah, diantaranya adalah
karena
Allah
telah
menciptakan
manusia
dengan
segala
keistimewaan, Allah telah memberikan perlengkapan panca indera,
hati nurani dan naluri kepada manusia dan Allah menyediakan
berbagai bahan dan sarana kehidupan yang terdapat di bumi, seperti
tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang dan lain sebagainya.
Akhlak terhadap Allah SWT merupakan cerminan hubungan
baik antara manusia dengan Allah SWT, pada dasarnya mengambil
sikap mematuhi perintah-Nya. Dengan kata lain sikap tersebut
adalah sikap takwa, taat dan berbakti kepada Allah dan
meninggalkan larangan-Nya.29
28
Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), hal. 4.
Muhammad Ardani, Akhlak Tasawuf : Nilai-Nilai Akhlak atau Budi Pekerti
dalam Ibadat dan Tasawuf, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), hal. 49.
29
30
b. Akhlak Kepada Rasulullah
Seperti halnya akhlak kepada Allah SWT harus beriman
kepada –Nya, maka akhlak manusia kepada Nabi Muhammad SAW
ialah beriman kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu percaya beliau
adalah Nabi dan Rasul (utusan) Allah SWT kepada seluruh umat
manusia.
Diantara perilaku atau macam-macam akhlak yang harus
dilakukan oleh setiap muslim dan muslimah terhadap Rasulullah
SAW, ialah sebagai berikut:
1) Ikhlas beriman kepada Nabi Muhammad SAW.
2) Mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW.
3) Taat kepada Rasulullah SAW
4) Cinta kepada Rasulullah SAW
5) Menghidupkan sunnah Rasulullah SAW
6) Menghormati pewaris Nabi Muhammad SAW30
c. Akhlak Kepada Orang Tua
Sebagai anak diwajibkan untuk patuh dan menurut terhadap
perintah orang tua dan tidak durhaka kepada mereka. Dalam hal ini
terutama kepada ibu, karena jasa seorang ibu kepada anaknya tidak
bisa dihitung dan tidak bisa ditimbang dengan ukuran.
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Lukman ayat 14:
        
        
30
Muhammad Ardani, Akhlak Tasawuf, hal. 73.
31
Artinya: “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.”
Adapun berakhlak kepada orang tua adalah sebagai berikut:
1) Bersikap
baik
kepada
orang
tua
meskipun
kurang
menyenangkan hatinya.
2) Berkata halus dan mulia baik bahasanya. Berkata kepada orang
tua dengan lemah lembut, sopan, agar hati keduanya bahagia.
3) Merendahkan diri terhadap orang tua.
4) Berbuat baik kepada orang tua yang sudah meninggal, dengan
cara: mendoakan keduanya, menepati janji orang tua, dan
bersilaturrami kepada orang yang mempunyai hubungan dengan
orang tua.31
d. Akhlak Kepada Sesama Manusia
Manusia selain sebagai makhluk individu adalah juga
makhluk sosial, karena manusia tidak dapat hidup sendirian, tetapi
membutuhkan orang lain atau masyarakat manusia untuk hidup.
Manusia agar dapat hidup tentram, serasi dan selamat bersama orang
lain dalam masyarakat, membutuhkan etika pergaulan yang
mengatur hubungan dengan orang lain. Diantara etika pergaulan atau
akhlak kepada sesama manusia ialah: bermuka manis dan berkata
lemah lembut, susila dalam tingkah laku dan menghindarkan
kecurigaan, berbicara yang halus dan enak didengar, ramah tamah,
dan memperlihatkan keakraban, pandai membawa diri dan
menyesuaikan dengan adab masyarakat luas, merendah diri meski
berpangkat tinggi, berbicara yang bermanfaat atau jika tidak
31
Muhammad Ardani, Akhlak Tasawuf, hal. 80.
32
demikian lebih baik diam, sederhana dan wajar dalam tingkah laku
dan bukan dibuat-buat.32
e. Akhlak Kepada Diri Sendiri
Selaku individu, manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan
segala kelengkapan jasmaniah dan rohaniah. Manusia diciptakan
dengan dilengkapi rohani seperti akal pikiran, hati nurani, naluri,
perasaan dan kecakapan batiniah atau bakat.
Seorang muslim beriman dan percaya, bahwa yang dapat
membersihkan jiwa dan menyelamatkan ialah iman yang baik dan
amal shaleh, sedangkan yang mengotori dan merusaknya ialah
dampak negatif dari kekafiran dan perbuatan dosa maksiat.
Dalam rangka inilah seorang muslim dalam hidup dan
kehidupannya senantiasa berlaku hidup sopan santun dalam menjaga
jiwanya agar selalu bersih, dapat terhindar dari perbuatan dosa,
maksiat, sebab jiwa adalah yang harus dijaga dan dipelihara
kebersihan serta pembinanannya, kemudian menyelamatkan dari halhal yang dapat mengotori atau merusaknya dari aqidah atau
kepercayaan yang menyesatkan.33
5. Pembagian Akhlak
Menurut Al-Ghazali yang dikutip oleh M. Said Imam, akhlak
dibagi menjadi dua bagian yaitu akhlak terpuji (akhlak mahmudah atau
akhlak karimah) dan akhlak tercela (akhlak madzmumah). Menurutnya
akhlak mahmudah (akhlak terpuji) adalah suatu badan atau organism
32
33
Muhammad Ardani, Akhlak Tasawuf, hal. 84.
Muhammad Ardani, Akhlak Tasawuf, hal. 54.
33
yang melekat pada diri seorang manusia yang dapat menimbulkan
perbuatan baik, sedangkan akhlak madzmumah (akhlak tercela) adalah
suatu sifat yang melekat pada diri manusia yang dapat menimbulkan
perbuatan jelek.34
Humaidi Tatapangsara juga membagi akhlak menjadi dua bagian
yakni akhlak mahmudah yaitu akhlak yang baik, yang berupa semua
akhlak yang baik yang harus dianut atau dimiliki setiap orang. Sedangkan
akhlak madzmumah yaitu akhlak yang buruk yang harus dihindari dan
dijauhi semua orang.35
a. Akhlak Mahmudah (akhlak terpuji)
akhlak mahmudah atau sifat terpuji diantaranya: Al-Amanah (dapat
dipercaya), Al-Afwu (pemaaf), Al-Haya (malu), Ar-Rahmah (belas
kasih), Ash-Shobro (sabar), Istiqomah (teguh pendirian), Al-Ishlah
(damai), dsb.36
b. Akhlak Madzmumah (akhlak tercela)
Akhlak madzmumah atau akhlak tercela adalah segala perbuatan
yang buruk dan tercela. Sedangkan sifat tercela diantaranya: AlGhadhab (marah), Takabbur (sombong), Al-Bukhlu (kikir), AlHasad (dengki), Su’udzon (buruk sangka), dll.37
34
M. Said Imam Ghazali, Tentang Falsafah Akhlak, (Bandung: Al-Ma’raf,
1987), hal. 25.
35
Humaidi Tatapangsara, Akhlak Yang Mulia, (Surabaya: Bina Utama, 1980),
hal. 147.
36
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindopersada, 2000), hal.
197.
37
Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), hal. 2627.
34
6. Manfaat Akhlak
Akhlak yang baik dan mulia mengantarkan kedudukan seseorang
pada posisi yang terhormat dan tinggi. Oleh karena itu. Allah SWT dalam
firman-Nya Q.S. Al-Qalam ayat 14 memuji akhlak Rasulullah SAW :
    
Artinya : “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Allah pun menyatakan dalam kalimat-Nya, agar umat Islam
membina kehidupannya dengan mencontoh kehidupan Nabi Muhammad
SAW, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 21:
            
    
Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Oleh karena itu setiap tingkah laku dan perbuatan sehari-hari
harus selalu mencontoh Rasulullah SAW, dan harus yakin bahwa setiap
tingkah lakunya itu selalu mencerminkan akhlak yang baik dan terpuji.
Di lapangan usaha-usaha pembinaan dan pembentukan akhlak
melalui berbagai lembaga pendidikan dan berbagai metode terus
dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina,
dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadipribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah SWT dan RasulNya, hormat kepada orang tua, sayang kepada sesama makhluk Tuhan
35
dan seterusnya. Keadaan sebaliknya juga menunjukkan bahwa anak-anak
yang tidak dibina akhlaknya atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan dan
pendidikan, ternyata menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu
masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya.38
C. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak
Islam adalah agama yang menjadi sumber pendidikan kemanusiaan. Ia
mendidik manusia berkarakter dan berakhlak yang sumbernya dari aqidah.
Sebagaimana aqidah itulah yang membina manusia beribadah kepada Allah
sebagai kewajiban hidupnya. Agama Islam membicarakan masalah mendasar
untuk kehidupan manusia yaitu akhlak.
Penanaman dan penerapan akhlak yang baik dalam kehidupan seharihari, terutama bagi para pendidik amat penting, sebab penampilan, perkataan,
akhlak, dan apa saja yang terdapat padanya, dilihat, didengar dan diketahui
oleh para anak didik, akan mereka serap dan tiru, dan lebih jauh akan
mempengaruhi pembentukan dan pembinaan akhlak mereka. Oleh karena itu,
seyogyanya setiap pendidik menyadari bahwa peranan dan pengaruhnya
terhadap anak didiknya amat penting. Jika pengaruh yang terjadi adalah tidak
baik, maka kerusakan yang terjadi tidak hanya pada anak didik itu saja, akan
tetapi mempengaruhi anak cucu dan keturunannya serta anak didiknya bila
kelak ia menjadi pendidik.39
Ini akan menjadi suatu masalah akhlak yang harus dipikirkan oleh para
pendidik bagaimana memberikan pendidikan dan pengajaran nilai-nilai
38
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, hal. 154-155.
Zakiah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta:
Ruhama, 1995), hal. 72.
39
36
akhlak yang efektif dan efisien kepada anak didiknya. Karena jika seseorang
tidak ditanamkan nilai-nilai akhlak yang baik di dalam dirinya, maka ia dapat
merugikan orang lain dengan perbuatan buruk yang dilakukannya.
Hal tersebut diperkuat oleh Zakiah Darajat dalam bukunya Ilmu Jiwa
Agama yang mengatakan bahwa:
“Masalah pokok yang menonjol dewasa ini, adalah kaburnya nilainilai dan norma-norma agama yang mengatur kehidupan masyarakat.
Mereka dihadapkan pada berbagai kontradiksi dan beraneka ragam moral
yang menyebabkan mereka menjadi bingung untuk memilih mana
perbuatan yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Hal ini
Nampak jelas pada mereka yang sedang berada pada usia remaja, terutama
pada mereka yang hidup di kota-kota besar yang mencoba
mengembangkan diri ke arah kehidupan yang disangka maju dan modern,
dimana berkecamuk aneka ragam kebudayaan asing yang masuk seolaholah tanpa saringan.”40
40
Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hal. 132.
BAB III
PROFIL
UNITED ISLAMIC CULTURAL CENTRE OF INDONESIA (UICCI)
PEJATEN - JAKARTA SELATAN
A. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya
Organisasi ini berdiri pada tanggal 24 Maret 2005 dengan nama
United Islamic Cultural Centre of Indonesia dengan akta notaris Linda
Herawati, Sarjana Hukum. Dan akta perubahan tanggal 15 November 2005
No 06 dihadapan notaris Linda Herawati, Sarjana Hukum, dari: United
Islamic Cultural Centre of Indonesia menjadi United Islamic Cultural Centre
of Indonesia Foundation (Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam
Indonesia).
Akta pendirian ini telah disahkan dan ditetapkan oleh Menteri Hukum
dan
Hak
Asasi
Manusia
tanggal
25
November
2005
No
C-
1830.H.T.01.02.TH2005 dan NPWP No 02.439.047.8-017.010. kegiatan
disesuaikan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan
UICCI. Dan telah didaftarkan di Dinas Bina Mental Spiritual dan
Kesejahteraan Sosial Propinsi DKI Jakarta tanggal 10 Maret 2006 No.
06.12250.1155. dan mendapat izin Operasional dari Dinas Bina Mental
Spiritual
dan
Kesejahteraan
Sosial
Tanggal
09
Juni
07.12510.148/078.6.1
1
UICCI, Proposal Donasi Operasional, Pejaten Jakarta Selatan.
37
2007
No.
38
United Islamic Cultural Centre of Indonesia Foundation didirikan di
Indonesia pada tanggal 24 Maret 2005 di Jakarta, berpusat di Istanbul Turki.2
Organisasi ini bernama United Islamic Cultural Centre of Indonesia
(UICCI) dalam bahasa Indonesia Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam
Indonesia adalah suatu organisasi sosial Islam yang didirikan pada tahun
2005 oleh para sukarelawan muslim Indonesia dan Turki.
UICCI sementara memiliki 6 (enam) cabang 4 (empat) diantaranya
berada di Jakarta dan masing-masing 1 (satu) cabang di Yogyakarta dan
Aceh. Kantor pusatnya berlokasi di Jl. Pejaten Raya 45/A Pasar Minggu,
Jakarta Selatan. Asrama khusus anak pesantren atau keberangkatan ke Turki
beralamat di Jl. Benda Atas No. 32/B Jeruk Purut, Pasar Minggu, Jakarta
Selatan.3
B. Visi, Misi dan Moto
Visi United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) adalah
“MEMBENTUK GENERASI YANG BERILMU DAN BERTAQWA”.
Sedangkan Misi United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI)
adalah:
1. Mendidik siswa dengan metode asrama untuk memahami Agama Islam
2. Memberikan motivasi kepada para siswa untuk dapat mandiri
3. Pembinaan pendidikan di luar sekolah berupa pendidikan pelajaran yang
diajarkan
4. Membina siswa agar dapat mengenal, belajar dan mengamalkan Islam
secara kaffah / menyeluruh
2
3
UICCI, Proposal Donasi Operasional, Pejaten Jakarta Selatan.
UICCI, Brosur.
39
Dan Moto United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI)
adalah “KE ARAH GENERASI BERILMU DAN BERTAQWA”.4 Makna
dari moto ini adalah yayasan ini mengharapkan agar semua murid yang
belajar di yayasan ini menjadi orang-orang yang pandai dan berilmu, namun
bukan hanya itu saja melainkan bertaqwa kepada Allah SWT. Diharapkan
juga agar lulusan dari yayasan ini dapat menjadi orang-orang yang
bermanfaat.5
C. Tujuan Berdiri
Tujuan didirikannya UICCI adalah untuk mengamalkan nilai-nilai
Islam melalui pendidikan bagi anak-anak dan sebagai kegiatan dakwah,
sedangkan tujuan lebih jauh dari UICCI adalah mewadahi kelanjutan dari
hubungan dengan para anggota, menjamin keamanan, pembinaan, dan
kesejahteraan para anggotanya tersebut.
UICCI selalu berusaha
untuk memberikan pendidikan yang
berorientasi pada kehidupan dan pendidikan yang Islami dan bukan sematamata sekuler atau duniawi belaka.6
D. Program Kegiatan
United Islamic Cultural Centre of Indonesia Foundation (UICCI) atau
Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia adalah sebuah organisasi yang
bergerak di bidang sosial dan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dengan mengutamakan siswa yang kurang mampu tetapi berprestasi,
4
UICCI, Proposal Donasi Operasional, Pejaten Jakarta Selatan.
Hasil Wawancara dengan Abi Murat Alver, Ketua Asrama SMA-Mahasiswa
UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu pada tanggal 16 Maret 2011, pkl. 10.00 WIB, di
Ruang Kantor Asrama UICCI Pejaten Jakarta Selatan.
6
UICCI, Brosur.
5
40
sehingga mempunyai pola pikir dan keyakinan yang Islami di era globalisasi
saat ini.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Pusat Persatuan Kebudayaan
Islam Indonesia mempunyai program kerja jangka pendek, menengah dan
panjang.
1.
Program Jangka Pendek :
a. Mendirikan Boarding School, sebagai asrama bagi para siswa SMP
dan SMU, agar lebih efektif dalam pembinaan moral, kepribadian,
kebudayaan, yang tidak terlepas dari ajaran Islam sebagai dasar pada
pembentukan sikap dan mental pada generasi yang tangguh di masa
yang akan datang.
b. Ikut mensuskeskan program pendidikan wajib belajar melalui:
1) Pendataan siswa berprestasi yang ingin belajar
2) Dukungan finansial bagi para siswa berprestasi dari keluarga yang
kurang mampu
3) Pembinaan pendidikan di luar jam sekolah
4) Memberikan motivasi kepada para siswa untuk dapat mandiri
2. Program Jangka Menengah
a. Memperlancar kegiatan, yayasan berupaya melengkapi sarana dan
prasarana yang dibutuhkan
b. Mengadakan pertemuan secara periodik dengan dengan orang tua
siswa
untuk
mempererat
tali
permasalahan yang dihadapi siswa.
silaturrahmi
dan
mengetahui
41
3. Program Jangka Panjang
a. Mengusahakan Boarding School untuk tingkat perguruan tinggi
b. Mengusahakan lapangan kerja bagi alumni berprestasi
c. Menyediakan tenaga para medis untuk menjaga kesehatan
d. Mengusahakan cabang Boarding School di seluruh wilayah Republik
Indonesia.7
Selain itu, United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) atau
Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia mempunyai kegiatan-kegiatan,
baik itu kegiatan harian, kegiatan mingguan dan kegiatan tahunan.
1. Kegiatan Harian
a. Sholat berjama’ah & shalat-shalat sunah.
Mereka selalu melaksanakan shalat berjama’ah di dalam asrama.
Selain itu juga melaksanakan shalat-shalat sunnah seperti shalat
dhuha, shalat tahajjud, shalat tasbih dan lain-lain yang dilaksanakan
secara munfarid.
b. Belajar agama setiap hari Senin – Jum’at ba’da Maghrib selama 1,5
jam yang dibagi menjadi 4 kelompok : Bahasa Arab, Ta’lim, Tajwid
dan kelompok yang belajar membaca Al-Quran.
c. Bertasbih
Para ustadz dan murid selalu bangun pukul 03.45 setiap harinya.
Setelah itu melakukan shalat tahajjud sampai sebelum subuh.
d. Belajar sekolah, seperti matematika, bahasa Inggris dll.
7
UICCI, Proposal Donasi Operasional, Pejaten Jakarta Selatan.
42
e. Makan bersama
Untuk membantu murid-murid mengembalikan staminanya, mereka
melakukan kegiatan makan bersama 3 kali dalam sehari (pagi, siang
dan malam). Semua biaya tersebut ditanggung oleh asrama.
Tabel 1
Jadwal Kegiatan Harian8
No
Waktu
Kegiatan
1
04.00
Bangun Tidur
2
04.20 – 04.40
Shalat Tahajjud, Zikir, Tasbih
3
04.40 – 04.55
Shalat Subuh
4
04.55 – 05.10
Khatim
5
05.10 – 05.25
Pembersihan (SMA)
6
05.10 – 06.40
Pelajaran Agama (Mahasiswa)
7
05.30 – 05.45
Sarapan (SMA)
8
06.40 – 06.55
Sarapan (Mahasiswa)
9
12.30 – 12.45
Shalat Dzuhur
10
12.45 - Selesai
Makan Siang
11
13.00 – 15.15
Belajar Bebas, Istirahat
12
15.30 – 15.45
Shalat Ashar
13
15.45 – 16.45
Belajar Bebas, Istirahat
14
17.00 – 18.30
Pelajaran Agama (SMA)
15
18.30 – 18.45
Shalat Maghrib
16
18.45 – 19.15
Makan Malam
17
19.30 – 19.45
Shalat Isya
18
19.45 – 21.00
Bimbingan Belajar
19
21.00 – 21.45
Pelajaran Sekolah
20
21.45
Tidur
8
Hasil Observasi, Jadwal Kegiatan Harian, pada hari Senin, tanggal 4 April 2011,
pukul 20.00 WIB, di Asrama UICCI Pejaten Jakarta Selatan.
43
Tabel 2
Acara Hari Sabtu9
No
Waktu
Kegiatan
1
04.00
Bangun Tidur
2
04.20 – 04.40
Shalat Tahajjud, Zikir, Tasbih
3
04.40 – 04.55
Shalat Shubuh
4
04.55 – 05.10
Khatim
5
05.10 – 06.30
Pembersihan Umum
6
06.30 – 06.45
Sarapan
7
06.45
Izin (SMA)
8
07.00 – 08.00
Fiqih (Mahasiswa)
9
08.00 – 08.30
Istirahat, Shalat Dhuha
10
08.30 – 10.00
Bahasa Turki (Mahasiswa)
11
10.00
Izin (Mahasiswa)
Tabel 3
Acara hari Minggu10
No
Waktu
Kegiatan
1
11.45
Kedatangan Ke Asrama
2
12.15- 12.30
Shalat Dzuhur
3
12.30 – 14.00
Fiqih (SMA), B.Turki (Mahasiswa)
4
14.00 – 14.30
Makan Siang, Istirahat
5
14.30 – 15.30
Ta’lim (SMA), Fiqih (Mahasiswa)
9
Hasil Observasi, Jadwal Kegiatan Harian, pada hari Senin, tanggal 4 April 2011,
pukul 20.00 WIB, di Asrama UICCI Pejaten Jakarta Selatan.
10
Hasil Observasi, Jadwal Kegiatan Harian, pada hari Senin, tanggal 4 April 2011,
pukul 20.00 WIB, di Asrama UICCI Pejaten Jakarta Selatan.
44
6
15.30 – 16.00
Shalat Ashar
7
16.00 – 17.30
B.Turki (SMA), Belajar bebas (Mah)
8
17.30 – 18.30
Mandi
9
18.30 – 19.00
Shalat Maghrib, Khatim
10
19.00 – 19.20
Shalat Tasbih (SMA), Makan (Mah)
11
19.20 – 19.40
Shalat Tasbih (Mah), Makan (SMA)
12
19.45 – 20.00
Shalat Isya
13
20.00 – 20.30
Ceramah
14
21.00 – 21.45
Belajar Bebas
15
21.45
Tidur
2. Kegiatan Mingguan
a. Belajar bahasa Turki setiap hari Minggu bagi siswa asrama yang tamat
SMP,SMA/SMK yang memiliki potensi dan kemampuan lebih kami
akan mengirim mereka ke Turki untuk melanjutkan dan memperdalam
pelajaran agama Islam. Oleh karena itu kami memberikan pelajaran
bahasa Turki agar mereka dapat berkomunikasi dengan baik di sana.
b. Belajar Fiqih
Memberikan materi ilmu fiqih dan bahasa Arab agar para murid dapat
memahami tata cara beribadah kepada Allah SWT dengan baik.
Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Minggu pukul 16.30 sampai
dengan 17.30.
c. Sohbet (Ceramah)
Untuk memperdalam pengetahuan tentang agama Islam dan untuk
melatih kemampuan public speaking para murid, diadakan sohbet
45
(ceramah) yang disampaikan oleh para Ustadz. Kegiatan ini
dilaksanakan setiap hari Minggu setelah Isya.11
3. Kegiatan Tahunan
a. Mukabalah, yaitu membaca Al-Quran yang dilaksanakan pada bulan
Ramadhan di setiap masjid yang dekat dengan asrama sebanyak satu
juz perhari .
b. Tafakur Alam (Piknik)
Untuk menghilangkan kejenuhan murid-murid diberikan kesempatan
untuk berlibur yang dilaksanakan setiap 6 bulan sekali selama satu
hari penuh.
c. Peringatan Hari Idul Adha, kami melaksanakan penyembelihan hewan
kurban di asrama dan menyumbangkan hewan kurban ke seluruh
Indonesia.12
UICCI telah menyumbangkan lebih dari 5000 hewan qurban di
berbagai daerah di Indonesia pada hari raya Idul Adha 2008.
Sumbangan tersebut dibagikan kepada orang tua murid, masyarakat
kurang mampu, sekolah-sekolah, masjid dan musholla. Bantuan
tersebut disumbangkan oleh ummat muslim yang berada di Turki,
Indonesia, Jerman, Japan, Singapura, Australia dan lain-lain.13
d. Lomba dan wisuda.
11
UICCI, Proposal Donasi Operasional, Pejaten Jakarta Selatan.
UICCI, Proposal Donasi Operasional, Pejaten Jakarta Selatan.
13
UICCI, Brosur.
12
46
E. Organisasi
1. Struktur Organisasi
Ketua
: - H. Alwi Yasin
-
Sekretaris
: - Drs. Sugiyanto
-
Bendahara
Pengawas
Murat Alver
: - H. Sugiro
-
Pembina Yayasan
Hakan Soydemir
Habil Yayla
: - Tina Sogiro
-
Seyit Ali Ayranci
-
Ferhat Bas
-
Siti Mariyah
: - Anwar H. Yasin
-
Selman Cakir
2. Sasaran
United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) merupakan
organisasi sosial yang bergerak di bidang keagamaan atau dakwah.
Organisasi ini mewadahi orang-orang Indonesia khususnya remaja untuk
dibina dan diajarkan nilai-nilai Islam. Maka sasaran dari organisasi ini
adalah Laki-laki, muslim, siswa SMP/Tsanawiyah, siswa SMA , SMK,
prestasi yang baik di kelas, memiliki keinginan untuk belajar agama,
disiplin tinggi, berakhlak baik, tidak merokok, tidak mengkonsumsi dan
mudah terpengaruh oleh obat-obatan terlarang.14
14
UICCI, Proposal Donasi Operasional, Pejaten Jakarta Selatan.
47
3. Sarana / Fasilitas
Dalam memberikan pendidikan yang Islami, yayasan United
Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) ini menyediakan berbagai
sarana yang menunjang, yang diharapkan agar murid yang belajar di
yayasan tersebut nyaman sehingga mudah menerima pendidikan yang
diberikan. Sarana tersebut adalah:
a. Akomodasi asrama lengkap (Ruang Belajar, Kamar Tidur, Ruang
Makan, Mushola, Ruang Komputer, Kamar Mandi, Perpustakaan,
Kolam renang)
b. Makan 3 kali sehari
c. Kegiatan belajar mata pelajaran sekolah dan mata pelajaran agama
d. Suasana yang cocok untuk belajar
e. Selama di asrama bebas dari biaya
f. Untuk siswa yang berprestasi di asrama akan diberikan BEASISWA
berupa buku tulis, seragam sekolah dan uang transport ke sekolah
g. Tinggal di asrama selama 6 hari dan khusus hari Ahad dapat pulang
ke rumah masing-masing
h. Pelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Turki dan Bahasa Arab
i. Pelajaran Fiqih, Tajwid, Taklim
j. Peralatan komputer yang lengkap termasuk internet
k. Kegiatan Berdarmawisata
48
4. Keunggulan
Yayasan United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI)
memiliki beberapa keunggulan. Diantaranya adalah:
a. Setelah menyelesaikan pendidikan di asrama dapat menjadi guru di
yayasan yang berada di Indonesia maupun yang berada di luar
negeri.
b. Mempunyai kesempatan belajar di universitas di Eropa, Turki,
Singapura, Malaysia, Australia.
c. Mendapatkan Beasiswa dari yayasan bagi siswa yang berprestasi di
sekolah dan di asrama.15
5. Sumber Dana
Sumber dana Yayasan United Islamic Cultural Centre of Indonesia
(UICCI) berasal dari Zakat, Infaq dan Shadaqoh para Muslim se Dunia
baik yang berada di Turki, Indonesia, Singapura, Australia dan lain-lain.
Namun, yang lebih dominan adalah dari kaum Muslimin di Eropa.
Terlepas dari itu yayasan United Islamic Cultural Centre of Indonesia
(UICCI) menerima semua zakat, infaq dan shadaqah dari kaum Muslimin
di manapun.16
15
UICCI, Proposal Donasi Operasional, Pejaten Jakarta Selatan.
Wawancara dengan Ust. Murat Alver, Ketua Asrama SMA-Mahasiswa
Pejaten Jakarta Selatan. Tanggal 16 Maret 2011, pukul 10.00 WIB.
16
BAB IV
BENTUK KOMUNIKASI ABI DAN MURID
DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI AKHLAK
DI UNITED ISLAMIC CULTURAL CENTRE OF INDONESIA (UICCI)
PEJATEN – JAKARTA SELATAN
A. Identifikasi Informan
1. Ustadz Murat Alver
United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) asrama SMAMahasiswa Pejaten – Jakarta Selatan memiliki satu orang ketua asrama
yaitu Ustadz atau Abi Murat Alver, yang mempunyai enam orang tenaga
pengajar yaitu Abi Murat Alver, Abi Yaser Gul, Abi Muhammad Taufiq,
Abi Hasan, Abi Ali dan Abi Mustofa . Jabatan seorang ketua asrama
memiliki tanggung jawab besar dalam memimpin United Islamic
Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan untuk
mengantarkan murid kearah generasi berilmu dan bertakwa, sesuai
dengan moto yayasan ini.
Para Ustadz-ustadz atau Abi-abi di asrama ini membekali ilmu
pengetahuan umum kepada murid seperti bahasa Turki, bahasa Arab, dan
bahasa Inggris, di samping itu juga membekali murid ilmu pengetahuan
agama seperti Nahwu – Shorof, ilmu Al-Qur’an, dan Fiqih, yang tak
kalah pentingnya adalah membekali murid dengan akhlakul karimah
seperti hidup disiplin, hidup bersih, menghormati guru, orang tua dan
sesama manusia.
49
50
Ustadz Murat Alver merupakan orang kebangsaan Turki, dia
merupakan lulusan S1 Keguruan Mesin di Marmara Universitesi yang
bertempat di Istanbul, Turki. Dia dilahirkan di Eskisehir, Turki pada
tanggal 20 Juni 1983 dengan alamat asal yaitu Batikent Mahallesi,
Armutlu, Sokak. No. 2 / 37 Eskisehir, Turki. Dia pertama mengenal
dengan asrama semacam ini di Turki waktu SMP kelas 2. Namun hanya
3 minggu ia belajar kemudian ia keluar dari asrama karena pada waktu
itu masih kecil tetapi ia menyesal, lalu ia masuk asrama lagi pada saat
kuliah. Kemudian ia diutus oleh ustadnya di Turki untuk pergi ke
Indonesia untuk mengurus asrama yang ada di Indonesia. Semenjak 6
tahun lalu ia telah mengabdikan dirinya di United Islamic Cultural Centre
of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan sebagai ketua asrama
SMA-Mahasiswa dan sebagai abi atau ustadz.
Abi Murat, sebutan akrab murid-murid di asrama ini. Menurutnya
semua yang ia lakukan merupakan dakwah. Dan tujuan ia berdakwah
adalah untuk mengajarkan agama Islam sampai hari kiamat dan
menyelamatkan manusia dari dari jalan neraka. Dan dakwah yang ia
lakukan semata-mata agar mendapatkan ridho Allah SWT.1
2. Ustadz Yaser Gul
Ustadz Yaser Gul ini biasa dipanggil oleh murid-murid dengan Abi
Yaser. Abi yang berperawakan agak pendek tapi berbadan kekar ini
dilahirkan di Antalya, Turki pada tanggal 01 April 1985 dan beralamat di
Hocali Koyu, Manavgat Antalya, Turki. Ia mengenyam pendidikan di
1
Wawancara Pribadi dengan Ust. Murat Alver, Ketua UICCI SMA-Mahasiswa
Pejaten Jakarta Selatan, Jum’at 8 April 2011, di Ruang Kantor Asrama UICCI, pkl.
06.00 WIB, Pejaten Jakarta Selatan.
51
Turki yaitu Hocali Koyu (SD), Yunus Emre (SMP), dan Manavgat Lisesi
(SMA). Setelah itu ia meneruskan kuliah di Anadolu Universitesi, Turki.
Abi Yaser merupakan salah seorang ustadz atau abi atau guru di asrama
ini. Ia suka bercanda kepada murid, murah senyum tetapi tetap tegas
dengan peraturan-peraturan yang ditetapkan di asrama.2
3. Ustadz Muhammad Taufiq
Ustadz Muhammad Taufiq ini biasa dipanggil oleh murid-murid
dengan Abi Taufiq. Abi Taufiq merupakan ustadz atau abi atau guru
yang berkebangsaan Indonesia. Ia menjadi abi setelah ia berangkat ke
Turki dan belajar ilmu agama yang diajarkan di asrama Turki selama 2
tahun. Setelah itu ia kembali ke Indonesia dan mengabdikan dirinya
sebagai guru di asrama SMA-Mahasiswa Pejaten - Jakarta Selatan.
Ia dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1993 dengan alamat
rumah Jalan Rambutan 2 No. 7 Rt 005 Rw 06 Pejaten Barat Pasar
Minggu, Jakarta Selatan. Ia mengenyam pendidikan di SD 06 Pagi
Pejaten Barat, SMPN 107 Jakarta Selatan, dan MA (Madrasah Aliyah)
Sultan Hasanuddin Jakarta. Sedangkan sekarang ia sedang kuliah di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Dirasat
Islamiyah.
Tujuan ia berdakwah adalah meneruskan dakwah yang sudah
dimulai oleh Rasulullah SAW, meneruskan dakwah ini ada banyak
2
Wawancara Pribadi dengan Ust. Yaser Gul, Guru Asrama SMA-Mahasiswa
UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Sabtu, 9 April 2011, di Ruang Kerja Abi, pkl. 07.30
WIB, Pejaten Jakarta Selatan.
52
caranya tapi cara yang paling bagus itu adalah orang yang mengajar dan
mempelajari Al-Qur’an beserta ilmu-ilmu Al-Qur’an.3
4. Rananto Widodo
Rananto Widodo biasa dipanggil Yusuf oleh abi-abi di asrama. Ia
dilahirkan di Tegal pada tanggal 4 Agustus 1993. Ia tinggal di Jalan
Kebun Jeruk, Jakarta Timur. Orang yang cita-citanya menjadi ustadz dan
menjadi arsitektur ini merupakan seorang siswa kelas XII (tiga) jurusan
Administrasi Perkantoran SMKN 8 Pejaten, Jakarta Selatan. Ia masuk
asrama UICCI ini dengan tujuan untuk menambah ilmu pengetahuan
agama.4
5. Shohib Hazami
Teman-temannya biasa memanggilnya Shohib. Ia dilahirkan di
Jakarta pada tanggal 23 Juni 1993. Ia tinggal di Jalan Tegal Parang Utara
(Buncit 1) Rt 008 Rw 005 No. 102, Jakarta Selatan. Orang yang masuk
asrama ini karena motivasi teman, ingin mandiri dan untuk memudahkan
belajar ini memiliki cita-cita yang tinggi yaitu ingin menjadi seorang
akuntan dan menjadi seorang guru agama. Oleh karena itu, ia sekolah
dijurusan Akuntansi SMKN 8 Pejaten, Jakarta Selatan.5
3
Wawancara Pribadi dengan Ust. Muhammad Taufiq, Guru Asrama SMAMahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Jum’at, 8 April 2011, Di Ruang Kerja Abi,
pkl. 20.30 WIB, Pejaten Jakarta Selatan.
4
Wawancara Pribadi dengan Rananto Widodo, Murid Kelas XII Asrama SMAMahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Selasa, 5 April 2011, pkl. 20.15 WIB
Pejaten Jakarta Selatan.
5
Wawancara Pribadi dengan Shohib Hazami, Murid Kelas XII Asrama SMAMahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Selasa, 5 April 2011, pkl. 20.40 WIB
Pejaten Jakarta Selatan.
53
6. Ardi Suparmadi
Ardi adalah seorang siswa kelas XII (tiga) jurusan Pemasaran
SMKN 8 Pejaten, Jakarta Selatan. Orang yang bercita-cita ingin menjadi
seorang guru agama ini dilahirkan di Purwokerto pada tanggal 13 April
1993 dan ia tinggal di Jalan H. Romli Rt 004 Rw 03 No. 12 Tebet,
Jakarta Selatan. Ia memilih masuk asrama UICCI dengan beberapa
alasan yaitu ia ingin menambah ilmu wawasan, mengimprovisasi ilmu
agama dan memperbaiki akhlak serta menjauhi lingkungan yang kurang
mendukung.6
7. Fiki Murdiansyah
Fiki murdiansyah biasa dipanggil Fiki oleh teman-temannya
dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Juni 1992. Ia tinggal di Jalan H.
Tholib No. 89, Cipete Utara Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Siswa
yang sekolah di SMKN 8 Pejaten kelas XII dengan jurusan Administrasi
Perkantoran ini memiliki cita-cita menjadi guru agama. Ia masuk asrama
UICCI ini untuk menuntut ilmu agama dan belajar serta dapat mengajar.7
8. Muhammad Nurkhafidin
Hafi, nama panggilan akrabnya. Ia dilahirkan di Pemalang pada
tanggal 16 Juli 1992 dan tinggal di Jalan Kemang Utara G Rt 002 Rw 01
No. 17, Jakarta Selatan. Ia merupakan seorang siswa kelas XII (tiga)
jurusan Pemasaran di SMKN 8 Pejaten, Jakarta Selatan. Orang yang
6
Wawancara Pribadi dengan Ardi Suparmadi, Murid Kelas XII Asrama SMAMahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Selasa, 5 April 2011, pkl. 21.10 WIB
Pejaten Jakarta Selatan.
7
Wawancara Pribadi dengan Fiki Murdiansyah, Murid Kelas XII Asrama SMAMahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl. 05.10 WIB
Pejaten Jakarta Selatan.
54
bertujuan menuntut ilmu agama di asrama ini memiliki cita-cita menjadi
seorang guru agama dan menjabat di Kementrian Agama Republik
Indonesia.8
9. Noorfie Syahri Sya’bani
Orang yang akrab dipanggil Opih oleh teman-temannya ini
dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Januari 1994 dan tinggal di Jalan
Warung Silah I Rt 001 Rw 04 No. 66 Jagakarsa, Jakarta Selatan. Orang
yang memiliki cita-cita menjadi seorang PR (Public Relations) dan
menjadi Menteri Pendidikan Nasional ini merupakan siswa kelas XII
(tiga) jurusan Pemasaran SMKN 8 Pejaten, Jakarta Selatan. Tujuan
masuk asrama ini adalah untuk menuntut ilmu agama dan supaya jarak
sekolah dekat karena tinggal di asrama.9
10. Muhammad Ihsan Irjami
Biasa dipanggil dengan nama Ihsan oleh teman-temannya. Ia
dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1993 dengan alamat rumahnya
di Jalan Agung Raya I Rt 004 Rw 03 No. 11 Lenteng Agung, Jakarta
Selatan. Ia kelas XII (tiga) jurusan Akuntansi di SMKN 8 Pejaten,
Jakarta Selatan. Orang yang bertujuan untuk menambah ilmu dan belajar
mandiri di asrama ini memiliki cita-cita menjadi seorang guru pelajaran
umum dan agama.10
8
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Nurkhafidin, Murid Kelas XII Asrama
SMA-Mahasiswa Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl. 06.30 WIB Pejaten
Jakarta Selatan.
9
Wawancara Pribadi dengan Noorfie Syahri Sya’bani, Murid Kelas XII Asrama
SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl. 20.30 WIB
Pejaten Jakarta Selatan.
10
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Ihsan Irjami, Murid Kelas XII Asrama
SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl. 21.00 WIB
Pejaten Jakarta Selatan.
55
11. Hujjah Saefullah
Biasa dipanggil dengan nama Ujah oleh teman-temannya ini
dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 28 Juni 1993. Ia tinggal di Jalan
Pol Tangan Raya Rt 001 Rw 05 No. 41 A Jagakarsa, Jakarta Selatan. Ia
kelas XII (tiga) jurusan Akuntansi di SMKN 8 Pejaten, Jakarta Selatan.
Ia
bercita-cita
agar
bisa
membangun
suatu
perusahaan
dan
membahagiakan orang tuanya. Tujuan ia tinggal di asrama UICCI ini
adalah agar lebih mandiri, dapat menambah ilmu pengetahuan agama dan
mencari suasana yang beda.11
12. Muhammad Islam
Ia biasa dipanggil Muis oleh teman-temannya. Pria yang dilahirkan
di Jakarta pada tanggal 28 Mei 1993 ini memiliki cita-cita menjadi
seorang guru agama. Ia bertempat tinggal di Jalan Bangau IV No. 4B
Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan dan sekolah kelas XII (tiga)
jurusan Administrasi Perkantoran di SMKN 8 Pejaten, Jakarta Selatan.
Alasan ia tinggal di asrama UICCI ini adalah ingin membiasakan sholat
berjama’ah, menuntut ilmu agama dan meringankan beban orang tua.12
11
Wawancara Pribadi dengan Hujjah Saefullah, Murid Kelas XII Asrama SMAMahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl. 21.30 WIB
Pejaten Jakarta Selatan.
12
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Islam, Murid Kelas XII Asrama SMAMahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Kamis, 7 April 2011, pkl. 16.00 WIB
Pejaten Jakarta Selatan.
56
B. Bentuk Komunikasi Abi dan Murid Dalam Menanamkan Nilai-Nilai
Akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta Selatan
Setelah melakukan observasi dan wawancara kepada para
informan, penulis mendapatkan data mengenai bentuk komunikasi abi dan
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural
Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten – Jakarta Selatan.
Terdapat 2 (dua) bentuk komunikasi yang dilakukan abi dan murid
dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of
Indonesia (UICCI) Pejaten – Jakarta Selatan, yaitu:
1. Bentuk Komunikasi Antarpersonal
Komunikasi antarpersonal yang terjadi antara abi dan murid di
United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) merupakan kegiatan
yang dijadikan metode penunjang dalam proses pembinaan murid. Proses
komunikasi antarpesonal dijalankan para abi untuk menanamkan nilai-nilai
akhlak murid sehingga murid tidak hanya sukses dalam segi intelektualitas
ilmu umum dan agama tetapi juga sukses dalam segi perilaku sehari-hari
yang berakhlak mulia.
Selanjutnya, setelah melakukan observasi di lapangan, ditemukan
beberapa fenomena lapangan yang cukup menarik mengenai bentuk
komunikasi antarpersonal yang dilakukan abi dalam menanamkan nilainilai akhlak kepada murid, yaitu:
57
a. Memberikan Uswatun Hasanah (Keteladanan)
Pada dasarnya, kebutuhan manusia akan figur teladan
bersumber dari kecenderungan meniru yang sudah menjadi karakter
manusia. Peniruan bersumber dari kondisi mental seseorang yang
senantiasa merasa bahwa dirinya berada dalam perasaan yang sama
dengan kelompok lain (empati) sehingga dalam peniruan ini, anakanak cenderung meniru orang dewasa; kaum lemah cenderung meniru
kaum kuat; serta bawahan cenderung meniru atasannya.13
Akhlak seseorang tercermin dari perilaku atau perbuatan yang
dilakukannya. Jika seseorang melakukan perbuatan yang tidak baik
maka bisa dibilang akhlaknya tidak baik, namun jika seseorang
melakukan perbuatan yang baik, yang bermanfaat untuk dirinya dan
orang lain maka bisa dibilang akhlaknya baik.
Di dalam keluarga, orang tua menjadi teladan bagi anakanaknya. Anak-anak melihat dan memperhatikan bagaimana perilaku
orang tuanya sehari-hari, baik dari cara berjalan, makan, minum
maupun bertutur kata. Lambat laun anak akan mempraktekkan apa
yang telah dilihat dan diperhatikannya tersebut. Maka jadilah
perbuatan anak yang meniru orang tuanya itu menjadi akhlak bagi
dirinya. Apabila perbuatan yang ditiru itu perbuatan yang baik, yang
diajarkan menurut nilai-nilai agama maka anak tersebut mempunyai
akhlak yang baik, sebaliknya apabila perbuatan yang ditiru itu
perbuatan yang tidak baik, yang jauh bahkan menyimpang menurut
13
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan
Masyarakat, Terjemah. Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani, 1995, hal. 263.
58
nilai-nilai agama maka anak tersebut mempunyai akhlak yang tidak
baik.
Bukan hanya di dalam keluarga. Di sekolah, seorang guru
menjadi teladan bagi murid-muridnya. Di lingkungan masyarakat,
seorang tokoh masyarakat juga menjadi teladan bagi masyarakat
sekitarnya.
Begitu juga di United Islamic Cultural Centre of Indonesia
(UICCI). Dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada murid, para
abi memberikan uswatun hasanah (keteladanan). Seperti yang
diungkapkan oleh abi Muhammad Taufiq.
“Para abi memberikan teladan kepada para murid
sebagaimana teladan menurut ajaran Rasulullah SAW. Dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid di asrama ini
para abi memulai dengan dirinya sendiri, melakukan terlebih
dahulu setelah itu murid melihat perbuatan para abi, maka murid
mengikuti perbuatan dan tingkah laku abi tersebut.”14
Misalnya, untuk menjaga adab, para abi memberikan teladan
supaya para murid saat berada di musholla untuk sholat atau pun zikir
kepada Allah SWT harus duduk tahiyyat (duduk diantara dua sujud)
bukan duduk silah. Ini bertujuan agar bersikap lebih sopan pada saat
bertemu dengan Allah SWT. Tentunya para abi memulai dengan
dirinya sendiri dengan duduk tahiyyat dan tidak pernah duduk silah
saat berada di musholla. Sehingga para murid mengikuti perbuatan itu
14
Wawancara Pribadi dengan Ust. Muhammad Taufiq, Guru Asrama SMAMahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Jum’at, 8 April 2011, Di Ruang Kerja
Abi, pkl. 20.30 WIB, Pejaten Jakarta Selatan.
59
dan berakhlak sesuai akhlak Rasulullah SAW yang ditanamkan oleh
para abi.15
Selain itu, para abi juga memberi contoh yang baik-baik,
misalnya memberi contoh bagaimana cara berpakaian, bagaimana
melakukan sesuatu yang berhubungan dengan Fiqh, kemudian
bagaimana melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari seperti memotong kuku atau memotong rambut dan
sebagainya, yang pasti para abi memberi contoh terlebih dahulu
kepada muridnya.
“Contoh real-nya, misalnya ada murid yang rambutnya
sudah panjang, kemudian dilihat oleh abi dan disuruh potong
rambut. Pada saat menyuruh murid itu memotong rambutnya yang
sudah panjang, tentunya abi sudah memotong rambutnya terlebih
dahulu karena abi 2 minggu sekali sudah cukuran atau potong
rambut, jadi tetap rapih kapanpun dan di manapun.”16
b. Konsultasi Masalah Pribadi
Setiap orang mempunyai masalah masing-masing, dari
masalah dengan keluarga, masalah dengan teman, masalah dengan
atasan ataupun masalah dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu,
seseorang yang memiliki masalah dalam hidupnya memerlukan solusi
atas masalah tersebut.
Namun, tidak semua orang percaya kepada orang lain untuk
mengutarakan masalah yang dialaminya. Seseorang akan percaya
15
Hasil Observasi di Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta
Selatan, Selasa 5 April 2011.
16
Wawancara Pribadi dengan Noorfie Syahri Sya’bani, Murid Kelas XII
Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl.
20.30 WIB Pejaten Jakarta Selatan
60
kepada teman yang dekat dengannya, atau seorang anak percaya
kepada orang tuanya.
Di United Oslamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI)
Pejaten – Jakarta Selatan ini para murid percaya kepada para abi
karena para murid bukan hanya menganggap para abi sebagai guru
tetapi juga sebagai kakak yang dapat diajak sharing sehingga para
murid dapat berkonsultasi tentang masalah pribadinya kepada para
abi.
Hubungan kedekatan antara para abi dengan murid di asrama
ini diungkapkan oleh abi Murat Alver sebagai berikut:
“Hubungan para abi dan para murid di asrama UICCI ini
sangat dekat. Hubungan abi di asrama ini bukan sebagai dosen di
Universitas atau guru di sekolah. Lebih dari itu. Para abi selama 24
jam berada di asrama ini. Mereka memperhatikan murid-murid
baik dari segi akhlak maupun ibadahnya dan jika murid memiliki
suatu masalah, berarti itu juga masalah abi. Kalau murid senang,
maka abi juga ikut senang.”17
Jadi, para abi sangat memperhatikan murid-muridnya. Para abi
merasa bertanggung jawab dengan akhlak yang dimiliki oleh para
murid. Dengan sekuat tenaga dan segenap pikiran, para abi berusaha
agar murid-muridnya memiliki intelektualitas dan akhlak yang mulia.
Para abi juga memperhatikan para murid jika para murid
mendapatkan atau memiliki masalah. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Noorfie (salah seorang murid) sebagai berikut:
17
Wawancara Pribadi dengan Ust. Murat Alver, Ketua dan guru di asrama
SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Jum’at 8 April 2011, di Ruang
Kantor Asrama UICCI, pkl. 06.00 WIB, Pejaten Jakarta Selatan.
61
“Jika murid memiliki masalah baik masalah dengan
keluarga, sekolah ataupun temannya, maka abi mengajak bicara
baik-baik, secara personal dan tatap muka (face to face) dengan
murid itu dan mencari solusi yang terbaik.”18
Murid yang sedang ada masalah dapat terlihat oleh dari
sikapnya sehari-hari yang berubah dan dari nilai-nilai pelajaran murid
itu.
c. Memberikan Teguran dan Nasihat
“Tidak ada manusia yang sempurna”, sebuah ungkapan yang
mempunyai arti bahwa sebenar-benar dan sebaik-baiknya perbuatan
yang dilakukan manusia pasti dia pernah melakukan kesalahan atau
kealfaan. Dan sebaik-baiknya manusia yang pernah melakukan
kesalahan adalah manusia yang tidak mengulangi kesalahan tersebut
dan sebaik-baiknya manusia yang melihat suatu kesalahan adalah
manusia yang menasihati dan memberi teguran yang bermanfaat bagi
orang lain.
Di asrama UICCI terdapat lebih dari 100 orang murid yang
perlu dibina akhlaknya. Hal ini belum sebanding atau pun setara
dengan jumlah abi atau guru yang membina di asrama ini yaitu hanya
6 orang abi. Bayangkan jika 6 orang abi harus membina dan mendidik
100 murid.
Sudah sewajarnya, jika ada beberapa murid yang kurang
diperhatikan atau kurang terjamah oleh abi. Dan akibatnya murid itu
melakukan pelanggaran tata tertib asrama. Misalnya, pada waktu
18
Wawancara Pribadi dengan Noorfie Syahri Sya’bani, Murid Kelas XII
Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl.
20.30 WIB Pejaten Jakarta Selatan.
62
sholat tahajjud dan zikir pukul 04.00 WIB ada seorang murid yang
tidur di meja belajar musholla, lantas abi yang melihat murid tersebut
mendekati murid itu lalu menegur dan memberikan nasihat secara
tatap muka (face to face) agar tidak tidur di meja belajar musholla
tetapi melakukan sholat tahajjud dan zikir seperti murid lainnya.19
d. Memberikan Sanksi atau Hukuman
Dari awal masuk asrama, murid sudah diberi tahu tentang tata
tertib yang ada di asrama ini dan harus dijalankan oleh semua murid
asrama. Bagi murid yang melanggar tata tertib maka akan dikenakan
sanksi atau hukuman.
Dalam menanamkan nilai-nilai akhlak para murid, para abi
membuat tata tertib yang meliputi jadwal-jadwal kegiatan seperti
jadwal pembersihan dapur asrama dab jadwal mencuci dan pembagian
pakaian bersih serta penanggung jawabnya secara tertulis (verbal) dan
diumumkan kepada para murid secara lisan (verbal) setelah sholat
Isya. Ini bertujuan agar para murid lebih disiplin dan bertanggung
jawab serta mandiri. Jadwal-jadwal tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
19
Hasil Observasi di Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta
Selatan, Senin 4 April 2011, pkl. 04.15 WIB.
63
Tabel 420
Jadwal Pembersihan Dapur Asrama
Minggu Ke 1&3
Minggu
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
53
14
23
19
44
9
31
16
21
37
27
40
28
11
17
12
7
10
5
3
1
Minggu Ke 2&4
Minggu
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
54
36
50
49
13
39
43
42
51
52
38
8
4
26
47
32
48
6
15
45
55
2
Catatan :
1. Yang berwarna tebal merupakan ketua kelompok
2. Setiap kelompok akan diambil 2 orang untuk pembersihan
paginya, kecuali untuk hari Minggu siang
Tabel 521
Jadwal Mencuci dan Pembagian Pakaian Bersih
Minggu
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
57
56
59
109
61
62
63
65
67
68
69
70
84
72
73
94
75
76
20
Sabtu
Hasil Observasi di Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta
Selatan, Senin 4 April 2011, pkl. 18.30 WIB.
21
Hasil Observasi di Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta
Selatan, Senin 4 April 2011, pkl. 18.30 WIB.
64
78
79
80
81
82
83
85
87
64
89
66
91
92
93
95
77
102
98
99
100
101
103
104
105
106
107
108
110
97
58
Catatan: Nomor yang berwarna tebal merupakan PJ kelompok tersebut,
wajib berkoordinasi dalam pembagian tugas serta tanggung jawab
terhadap anggota kelompoknya.
Dari tabel di atas dapat dilihat jadwal pembersihan dapur
asrama dan jadwal mencuci dan pembagian pakaian bersih. Maksud
angka-angka tersebut adalah setiap murid asrama memiliki nomor
masing-masing. Misalnya nomor 53, maka murid tersebut mempunyai
loker tempat sendal dengan nomor 53, mempunyai loker tempat
menaruh buku-buku dengan nomor 53, mempunyai loker tempat
menaruh pakaian dengan nomor 53, sampai tempat tidur murid
tersebut dengan nomor 53 dan seterusnya.
Para murid menanggapi positif dengan penanaman kebersihan
di asrama ini.
“Penanaman kebersihan yang dilakukan oleh para abi
sangat baik. Kebersihan itu juga sangat diperlukan, apalagi di
asrama ini ada 100 orang lebih, bagaimana caranya asrama dengan
100 orang bukannya jadi kotor, bukannya jadi kumuh tetapi
menjadi bersih. Nah, caranya itu dengan program kebersihan yang
setiap hari dilakukan walaupun hanya 15 menit tetapi itu sangat
bermanfaat karena tiap murid diberi tempat pembersihan dan tiap
murid bertanggung jawab di setiap tempat pembersihannya.”22
22
Wawancara Pribadi dengan Noorfie Syahri Sya’bani, Murid Kelas XII
Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl.
20.30 WIB Pejaten Jakarta Selatan.
65
“Namun, dalam konteks menjaga kebersihan ini tentu
masih terdapat beberapa perbaikan-perbaikan agar semua murid
berpartisipasi dan semua tugas itu dapat berjalan dengan baik
diantaranya yaitu dalam hal pembagian tugas, diharapkan ke
depannya pembagian tugas kebersihan supaya merata karena ada
pembagian tugas untuk tugas yang mudah dilakukan tetapi anggota
yang melakukan tugas tersebut kelebihan, sedangkan untuk tugas
yang susah dilakukan dan memerlukan tenaga lebih banyak tetapi
anggota yang melakukan tugas tersebut kurang banyak. Ini
merupakan masukan untuk ketua pembersihan.”23
Tetapi bukan hanya membuat jadwal-jadwal kegiatan saja,
para abi membuat sistem poin bagi yang melanggar tata tertib di
asrama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh abi Muhammad Taufiq
sebagai berikut:
“Sistem poin ini ide para abi yang dibicarakan dengan
beberapa diskusi di sekolah tentang bagaimana peraturan yang
diterapkan disekolah agar para murid di sekolah itu disiplin.”24
Akhirnya diadaptasikan sistem poin ke dalam asrama UICCI,
namun sistem poin ini jug merupakan kesepakatan antara para abi dan
para murid yang telah disosialisasikan kepada para murid. Sistem poin
ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 625
Sistem Poin Asrama
No
Pelanggaran
Poin
Denda
1
Tidak Memakai Take Saat Shalat
3 Poin
2 Ribu
2
Yang mempunyai pakaian yang tidak
3 Poin
2 Ribu
ada nomornya
23
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Islam, Murid Kelas XII Asrama
SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Kamis, 7 April 2011, pkl. 16.00
WIB Pejaten Jakarta Selatan.
24
Wawancara Pribadi dengan Ust. Muhammad Taufiq, Guru Asrama SMAMahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Jum’at, 8 April 2011, Di Ruang Kerja
Abi, pkl. 20.30 WIB, Pejaten Jakarta Selatan.
25
Hasil Observasi di Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta
Selatan, Minggu 3 April 2011, pkl. 20.00 WIB.
66
3
Yang tidak membereskan tempat tidur
3 Poin
2 Ribu
dan rak buku
4
Yang terlambat imam muadzin
3 Poin
2 Ribu
5
Yang pembersihannya kurang
3 Poin
2 Ribu
6
Makan di tempat lain
3 Poin
2 Ribu
7
Yang tidak mengambil pakaian dari
3 Poin
2 Ribu
lemari pakaian bersih
8
Yang tinggalkan barang ditempat lain
3 Poin
2 Ribu
9
Tidur di tempat lain
3 Poin
2 Ribu
10
Yang tidak ikut khatim
3 Poin
2 Ribu
11
Terlambat dari izin pada hari sekolah
3 Poin
2 Ribu
12
Rambut atau kuku panjang
3 Poin
2 Ribu
13
Tidak memarkir kendaraan dengan
3 Poin
2 Ribu
3 Poin
2 Ribu
benar
14
Tidak mengisi surat izin dan kertas
absen
15
Mencharger HP bukan pada tempatnya
3 Poin
2 Ribu
16
Menggunakan laptop / komputer
3 Poin
2 Ribu
5 Poin
2 Ribu
menghadap ke arah yang salah
17
Tidak melaksanakan tugas resepsonis
dengan baik
18
Tidak mengikuti peraturan apotik
5 Poin
2 Ribu
19
Tidak mengikuti peraturan
5 Poin
2 Ribu
perpustakaan
20
Keluar tanpa izin
5 Poin
2 Ribu
21
Yang tidak mengerjakan PR asrama
5 Poin
2 Ribu
22
Yang tidak ikut pembersihan dapur
5 Poin
2 Ribu
23
Yang membuang sampah tidak pada
5 Poin
2 Ribu
tempatnya
67
24
Terlambat masuk ke pelajaran agama
5 Poin
2 Ribu
25
Tidur di tempat tidur orang lain
5 Poin
2 Ribu
26
Mendapat nilai kurang dari 70 ujian di
5 Poin
2 Ribu
5 Poin
2 Ribu
asrama
27
Tidak mengikuti menjadi pemimpin
khatim
28
Terlambat pulang ke asrama
5 Poin
2 Ribu
29
Telat membawa berkas yang diminta
5 Poin
2 Ribu
5 Poin
2 Ribu
5 Poin
2 Ribu
asrama misal rapot dll
30
Menggunakan peralatan dapur khusus
tanpa izin
31
Yang tidak ikut pembersihan atau
program asrama
32
Tidak mengikuti ujian di asrama
5 Poin
2 Ribu
33
Tidak mengikuti kata-kata ketua
5 Poin
2 Ribu
34
Pakai komputer untuk tujuan lain
5 Poin
2 Ribu
35
Izin keluar saat proses belajar
5 Poin
2 Ribu
5 Poin
2 Ribu
berlangsung&tidak kembali
36
Tidak masuk pelajaran tanpa ada
keterangan
37
Memakai sendal wc di luar wc
5 Poin
2 Ribu
38
Berisik di tempat tidur
5 Poin
2 Ribu
39
Memakai barang orang lain
15 Poin
5 Ribu
40
Yang tidak mengikuti tugas resepsonis
15 Poin
5 Ribu
41
Pulang tanpa izin
20 Poin
5 Ribu
42
Mengotori atau mencoret-coret
20 Poin
5 Ribu
fasilitas milik asrama
68
43
Bertengkar/berkelahi dengan teman di
50 Poin
lingkungan asrama
44
Terlibat perkelahian di dalam atau di
50 Poin
luar asrama
45
Diketahui berpacaran
50 Poin
46
Mengikuti organisasi yang tidak ada
50 Poin
hubungan dengan agama Islam
47
Mengambil atau mencuri milik
100 Poin
asrama, abi atau teman
48
Membawa dan merokok di asrama
100 Poin
atau di luar asrama
49
Membawa atau memperjualbelikan
100 Poin
buku atau kaset terlarang
50
Membawa atau meminum obat
100 Poin
terlarang
51
Mengkonsumsi obat atau minuman
100 Poin
terlarang di dalam / di luar asrama
52
Memperjualbelikan obat terlarang
100 Poin
“Maksud sistem poin ini adalah setiap ajaran baru, masingmasing murid diberi 100 poin, setiap pelanggaran itu memiliki
pengurangan poin tertentu, misalnya tidak memakai peci dalam
sholat itu mendapat pengurangan 3 poin, alhasil 100 poin dikurangi
3 poin. Dan mendapat denda sebesar 2 ribu rupiah. Seperti yang
dapat dilihat pada tabel di atas. Setiap pelanggaran yang lebih
berat, maka akan mendapat pengurangan poin yang banyak pula.
Jika murid mendapat poin 100 atau lebih maka sesuai peraturan
murid tersebut harus Get Out atau keluar dari asrama UICCI.”26
26
Wawancara Pribadi dengan Noorfie Syahri Sya’bani, Murid Kelas XII
Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl.
20.30 WIB Pejaten Jakarta Selatan.
69
“Namun, jika murid tidak melakukan pelanggaran selama 2
minggu atau murid mendapatkan nilai 100 saat ujian di asrama,
maka akan mendapatkan tambahan poin sebanyak 10 poin.”27
Sistem poin ini bertujuan agar murid disiplin, menjaga sikap,
memelihara akhlak dan tidak melanggar tata tertib serta tidak
mempengaruhi murid lain untuk melakukan sesuatu yang tidak baik.
Ini merupakan salah satu bentuk upaya yang dilakukan para abi dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid di United Islamic
Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten – Jakarta Selatan ini.
e. Pemanggilan Ke Kantor
Salah satu bentuk komunikasi antarpersonal yang dilakukan
abi kepada murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak adalah dengan
memanggil murid yang bersangkutan ke kantor.
Bentuk komunikasi para abi dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak kepada para murid dengan pemanggilan ke kantor ada 2
macam, yaitu:
1) Komunikasi Diadik, yaitu komunikasi yang berlangsung antara 2
orang secara tatap muka (face to face). Misalnya, ada murid yang
ketahuan pacaran atau pulang sekolah terlambat. Murid itu
dipanggil ke kantor oleh abi, kemudian ditanya kenapa
melakukan hal tersebut, lalu menasehati murid itu agar tidak
melakukan hal itu lagi.
27
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Ihsan Irjami, Murid Kelas XII
Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl.
21.00 WIB Pejaten Jakarta Selatan.
70
2) Komunikasi Triadik, yaitu komunikasi yang berlangsung antara 3
orang secara tatap muka (face to face). Misalnya, ada murid yang
berantem atau bertengkar. Abi memanggil 2 orang yang
berasangkutan, kemudian ditanya masalahnya apa, jangan sampai
mengganggu orang lain dan abi mendamaikan keduanya serta
menasihati agar satu sama lain jangan saling bertengkar.28
Dari semua bentuk komunikasi yang dilakukan abi dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid di United Islamic
Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten, Jakarta Selatan,
menurut hasil wawancara kepada para abi dan para murid serta hasil
observasi penulis sangat berhasil dan berpengaruh merubah akhlak
para murid ke arah yang lebih baik, walaupun tidak 100%, namun
kerja keras dan usaha para abi dapat diapresiasi karena mendapatkan
hasil yang maksimal.
2. Bentuk Komunikasi Kelompok
Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari
aktivitas sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun
sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan
harapan dan keinginannya berbagi semua informasi dalam hampir semua
aspek kehidupan. Ia bisa merupakan media untuk mengungkapkan
persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat
merupakan sarana meningkatkan pengetahuan para anggotanya (kelompok
28
Wawancara Pribadi dengan Ardi Suparmadi, Murid Kelas XII Asrama
SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Selasa, 5 April 2011, pkl. 21.10
WIB Pejaten Jakarta Selatan.
71
belajar) dan bisa pula merupakan alat untuk memecahkan persoalan
bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecah masalah).29
Komunikasi kelompok dibagi dua, yaitu kelompok kecil dan
kelompok besar. Komunikasi kelompok yang dilakukan atau diterapkan
para abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid di
United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) adalah komunikasi
kelompok kecil (small group communication).
Hal ini berdasarkan dengan kerangka konseptual di atas bahwa
kelompok
kecil
(small
group
communication)
adalah
kelompok
komunikasi yang dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk
memberikan tanggapan secara verbal atau dalam komunikasi kelompok
komunikator dapat melakukan komunikasi antarpribadi dengan salah
seorang anggota kelompok, seperti yang terjadi pada acara diskusi,
kelompok belajar, ceramah, seminar dan lain-lain.30
Selanjutnya, berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, bentuk
komunikasi yang dilakukan atau diterapkan para abi dalam menanamkan
nilai-nilai akhlak kepada para murid di United Islamic Cultural Centre of
Indonesia (UICCI) ada dua bentuk, yaitu:
a.
Melalui Ceramah
Ceramah merupakan suatu kegiatan komunikasi seorang da’i
dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada komunikan
atau mad’u yang bertujuan agar mad’u dapat mengaplikasikan pesanpesan keagamaan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
29
Syaiful Rohim, Teori Komunikasi (Perspektif, Ragam, & Aplikasi), (Jakarta:
Rineka Cipta, 2009), hal. 87.
30
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, hal. 32.
72
Kegiatan ceramah di United Islamic Cultural Centre of
Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan dikenal dengan sebutan
sohbet. Kegiatan ini rutin dilakukan pada setiap hari Minggu setelah
melakukan sholat Isya’ berjamaah di asrama dan semua murid wajib
menghadiri kegiatan ceramah yang dilaksanakan di musholla asrama
UICCI ini. Kegiatan ceramah disampaikan oleh abi-abi dengan topik
yang berbeda-beda setiap Minggunya.
“Topik-topik ceramah terdiri dari aspek ibadah, tauhid dan
akhlak. Membahas tentang Al-Qur’an, keutamaan sholat,
keutamaan berwudhu, keutamaan zikir, keutamaan shodaqoh, amar
ma’ruf nahi munkar, taubat dan lain-lain. Setiap Minggu berbedabeda topik pembahasannya dan tidak bisa dipisahkan antara
bahasan akhlak, bahasan ibadah, dan bahasan tauhid. Jadi semua
digabung menjadi satu kesatuan. Misalnya, saat membicarakan
tentang nafsu, nafsu itu ada derajat-derajat atau tingkatantingkatannya. Otomatis juga membicrakan tentang sifat orang
tersebut. Itu merupakan pembahasan akhlak.”31
Tujuan kegiatan ceramah ini adalah selain memberikan
pengetahuan tentang tata cara ibadah yang baik dan benar kepada para
murid, juga menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid. Karena
ibadah harus dibarengi dengan akhlak yang baik. Percuma, seseorang
yang ibadahnya rajin tetapi ia selalu mengganggu orang lain atau
sikapnya tidak sopan, tutur katanya tidak baik. Oleh karena itu, para
abi berupaya agar para murid selain melakukan ibadah dengan rajin
tetapi juga memiliki akhlak yang baik. Kegiatan ceramah inilah salah
satu bentuk upaya para abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak
31
Wawancara Pribadi dengan Ust. Murat Alver, Ketua dan guru di asrama
SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Jum’at 8 April 2011, di Ruang
Kantor Asrama UICCI, pkl. 06.00 WIB, Pejaten Jakarta Selatan.
73
kepada para murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia
(UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan ini.
b. Belajar Kelompok atau Diskusi Kelompok
Sistem belajar yang diterapkan para abi di United Islamic
Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan ini
adalah dengan berkelompok, membagi murid-murid dalam empat
kelompok yang mempelajari pelajaran yang berbeda-beda sesuai
tingkatan kemampuan murid tersebut. Dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 732
Jadwal Pelajaran Sehari-Hari
Jam
Kelompok
Abi
Pelajaran
Tempat Belajar
1
Abi Hasan
Bina
Depan Kolam
2
Abi Yaser
Ta’lim
Musholla
3
Abi Murat
Tajwid
Musholla
4
Abi Mustofa
Al-Qur’an
R.Belajar 2
A
Abi Hasan
Maqsud
R. Belajar 1
B
Abi Taufiq
Awamil
Musholla
C
Abi Yaser
Amtsilah
Musholla
D
Abi Murat
Tajwid
Depan Kolam
05.10 – 06.40
17.00 – 18.30
32
Hasil Observasi di Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan,
Senin 4 April 2011, pkl. 19.30 WIB.
74
19.45 – 21.00
X
R. Belajar 1
XI IPA
Musholla
XI IPS
Mahasiswa
Bimbel
Musholla
XII IPA
Balkon
XII IPS
Depan Kolam
Pada hari Minggu, abi juga memberikan pelajaran Fiqih untuk
semua murid SMA / SMK dan abi memberikan pelajaran bagaimana
tata cara ibadah yang benar dan baik, menanamkan nilai-nilai akhlak
di setiap ibadah yang dilakukan. Setelah abi memberikan materimateri tersebut, diadakan tanya jawab untuk murid apabila si murid
kurang mengerti atau membutuhkan pengetahuan lebih banyak lagi
dari abi.
Para abi memberikan pelajaran agama kepada murid dengan
cara berkelompok seperti yang dapat dilihat pada tabel di atas.
Walaupun yang diajarkan adalah pelajaran Nahwu dan Shorof,
Tajwid, Al-Qur’an, Bahasa Turki, Bahasa Arab dan lain-lain tetapi di
sela-sela belajar, abi memberikan penanaman nilai-nilai akhlak kepada
murid, yang paling kecil adalah minimal membaca do’a sebelum dan
sesudah belajar.33
33
Hasil Observasi di Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta
Selatan, Senin 4 April 2011, pkl. 17.00 WIB.
75
“Di sela-sela belajar kelompok, para murid juga sharingsharing kepada abi. Misalnya, abi menanyakan kepada murid,
bagaimana cara murid bersalaman dengan guru wanita di sekolah,
apakah bersentuhan tangan atau tidak, murid mengatakan kadang
bersentuhan, lalu abi menasihati murid supaya jika bersalaman
dengan guru wanita jangan bersentuhan.”34
Itulah salah satu cara abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak
kepada murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI)
Pejaten - Jakarta Selatan.
34
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Ihsan Irjami, Murid Kelas XII
Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu, 6 April 2011, pkl.
21.00 WIB Pejaten Jakarta Selatan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Para abi melakukan komunikasi antarpersonal dalam menanamkan nilainilai akhlak kepada para murid di United Islamic Cultural Centre of
Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan. Bentuk komunikasi
antarpersonal yang dilakukan oleh para abi adalah memberikan uswatun
hasanah (keteladanan), konsultasi masalah pribadi, memberikan teguran
dan nasihat, memberikan sanksi atau hukuman, dan pemanggilan ke
kantor. Bentuk komunikasi antarpersonal yang dilakukan dapat membina
dan merubah akhlak murid menjadi baik.
2. Para abi juga melakukan komunikasi kelompok dalam menanamkan nilainilai akhlak kepada para murid di United Islamic cultural Centre of
Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan. Komunikasi kelompok yang
digunakan
adalah
komunikasi
kelompok
kecil
(small
group
communication). Bentuk komunikasi kelompok yang diterapkan oleh para
abi adalah melalui ceramah dan belajar atau diskusi kelompok. Bentuk
komunikasi kelompok yang diterapkan dapat menumbuhkan dan
menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid sehingga para murid
memiliki akhlak yang baik.
76
77
B. Saran-Saran
1. Untuk para pengurus dan abi di United Islamic Cultural Centre of
Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan, bentuk komunikasi yang
dilakukan oleh para abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para
murid sudah sangat bagus, namun masih harus terus ditingkatkan lagi
pengawasan atau monitoring dalam aspek akhlak atau perilaku
antarsesama murid. Baik dari perkataan maupun perbuatan mereka karena
dari hasil pengamatan penulis, masih ada beberapa murid yang suka
berkata kasar atau tidak pantas kepada temannya atau murid lain.
Walaupun hanya bercanda.
2. Untuk para murid, ini merupakan kesempatan baik untuk pembiasaan diri
dengan mengaplikasikan nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh para abi
dalam wujud konkret di kehidupan sehari-hari, baik itu akhlak kepada
Allah, akhlak kepada Rasulullah, akhlak kepada orang tua, akhlak kepada
guru, maupun akhlak kepada sesama.
3. Untuk para akademisi dan praktisi, terutama dalam bidang komunikasi,
terus kembangkan teori-teori yang terkait dengan komunikasi secara
umum ataupun komunikasi Islam (dakwah) melalui penelitian yang efektif
dan efisien serta berkualitas sehingga dapat bermanfaat untuk diri sendiri
dan orang lain serta bermanfaat untuk sebuah instansi atau yayasan atau
perusahaan tertentu.
4. Untuk para praktisi pendidikan formal maupun non formal, yang bergerak
dalam penanaman nilai-nilai Islam terutama nilai-nilai akhlak, gunakan
bentuk komunikasi yang dapat memberikan pendekatan secara psikologis
78
maupun non psikologis kepada murid didikan. Sehingga seorang guru atau
pengajar atau pendidik bukan saja sebagai sosok yang harus dihormati
namun menjadi sosok yang harus diteladani oleh murid.
79
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jaza’iri, Syekh Abu Bakar Jabir. 2006. Minhajul Muslim : Konsep Hidup
Ideal Dalam Islam. Penerjemah Musthofa Aini dkk. Jakarta: Darul Haq.
Ardani, Muhammad. 2005. Akhlak Tasawuf : Nilai-Nilai Akhlak atau Budi Pekerti
dalam Ibadat dan Tasawuf. Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama.
Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI. 2009. Tafsir Al-Qur’an
Tematik (Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik). Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.
Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Darajat, Zakiah. 1990. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
_________, 1995. Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta:
Ruhama.
Djuarsa Sandjaja, Sasa. 2002. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Effendy, Onong Uchjana. 2000. Kepemimpinan dan Komunikasi. Bandung: CV
Mandar Maju.
_________, 2004. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ghazali, M. Said Imam. 1987. Tentang Falsafah Akhlak. Bandung: Al-Ma’raf.
Karim, Adiwarman A. 2004. BANK ISLAM Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Kartono, Kartini. 2008. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara. 2000. Kamus Besar Ilmu
Pengetahuan. Jakarta: Golo Riwu.
Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Mahyuddin. 1990. Kuliah Akhlak Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia.
Masy’ari, Anwar. 1990. Akhlak Al-Qur’an. Surabaya: Bina Ilmu.
Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Mustofa, H.A. 1999. Akhlak Tasawuf. Bandung : CV Pustaka Setia.
80
Nasution, Harun. 1978. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Jakarta: UI Press.
Nata, Abudin. 2000. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindopersada.
Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi (Perspektif, Ragam, & Aplikasi). Jakarta:
Rineka Cipta.
Roudhonah. 2007. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Press.
Salim, K.H. Abdullah. 1985. Akhlak Islam (Membina Rumah Tangga dan
Masyarakat). Jakarta : Media Dakwah.
Suharsimi, Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syureich, H.M. 1991. Penangkal Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Offset
“sistimatis”.
Taliziduhu Ndraha. 1997. Budaya Organisasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tatapangsara, Humaidi. 1980. Akhlak Yang Mulia. Surabaya: Bina Utama.
Tim Redaksi. 2009. Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia Jilid I A-E. Bandung:
Angkasa Bandung.
UNITED ISLAMIC CULTURAL CENTRE OF INDONESIA
Jl. Pejaten Raya No. 45 / A, Pasar Minggu – Jakarta Selatan
12510 – INDONESIA Tel-Fax: (62 21) 3315 0485
e-mail: [email protected]
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini Ketua Asrama SMA-Mahasiswa
United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan
menerangkan bahwa:
Nama
: Muhammad Reza
NIM
: 107051002344
Fakultas
: Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Komunikasi dan Penyiaran Islam
Nama tersebut di atas adalah benar Mahasiswa Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, telah mengadakan penelitian di United Islamic
Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan, dengan judul
skripsi : “Bentuk Komunikasi Abi Dan Murid Dalam Menanamkan NilaiNilai Akhlak Di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI)
Pejaten Jakarta Selatan”.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Jakarta, 16 April 2011
Ketua UICCI Pejaten,
Ustadz Murat Alver
IDENTIFIKASI INFORMAN
Nama
:
Tempat / Tanggal Lahir :
Jabatan
:
Pendidikan
:
Alamat Asal
:
Alamat Sekarang
:
Tujuan Berdakwah
:
IDENTIFIKASI MURID
Nama
:
Kelas
:
Tempat / Tanggal Lahir :
Alamat
:
Alasan Masuk Asrama
:
Cita-Cita
:
HASIL WAWANCARA ABI
Nama
: Muhammad Taufiq
Jabatan
: Guru (Pengajar)
Hari, tanggal : Jum’at, 8 April 2011
Tempat,waktu : Ruang Kerja Abi, 20.30 WIB
Komunikasi Antarpersonal
Peneliti: Apakah istilah abi di asrama ini dan mengapa memakai istilah tersebut?
Narasumber: jadi abi itu bukan berasal dari bahasa Arab yang artinya bapak tapi
abi itu dalam bahasa Turki asal katanya agabey yang artinya kakak. Jadi muridmurid dan ustadz-ustadz yang ada di asrama ini itu bukan hanya ada hubungan
dengan ustadz dan murid tapi juga ada hubungan seperti kakak dan adik. Makanya
murid yang ada di asrama memanggil ustadz-ustadznya dengan sebutan abi.
Sebutan ini sudah dimulai sejak dulu Hazroti (Hz) ustadz mengajarkan muridmuridnya. Jadi ustadz-ustadznya yang mengajar di asrama dipanggil abi, karena
hubungannya lebih dekat dari sekedar hubungan ustadz dengan murid
Peneliti: materi apa saja yang abi ajarkan kepada para murid di asrama ini?
Narasumber: jadi kalau sekarang saya sedang mengajarkan shorof tapi setiap abi
yang ada di asrama ini bisa mengajar dari Al-Qur’an sampai bahasa arab
semuanya karena sebelum mereka menjadi abi, mereka disiapkan dengan
mempelajari ilmu-ilmu yang akan mereka ajari
Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini?
Narasumber: jadi hubungannya ya pasti semua harus dalam peranannya, ada
batasan-batasan hubungan dengan abi walaupun kita bukan merupakan guru-guru
/ ustadz-ustadz yang ekstrim terhadap murid-murid tapi lebih dari itu menganggap
murid-murid sebagai anak-anak atau adik-adik kita sendiri, jadi kita
mengasramakan murid-murid kita belajar agama supaya mereka melihat juga
bagaimana kehidupan bersama yang terjalin di antara orang-orang muslim tapi
juga tidak melupakan batasan-batasan yang perlu diperhatikan antara abi-abi dan
muridnya
Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak pada murid di asrama ini?
Narasumber: jadi otomatis untuk menanamkan, eeee ..... apa yang abi
maksudkan pada murid-muridnya yaitu pertama dimulai dari abinya sendiri. Abi
harus melakukan dahulu setelah itu murid dari abi melakukan seperti ini, maka dia
akan mulai mengikuti tingkah laku abi tersebut lebih dari itu asas-asas di asrama
kita
Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu?
Narasumber: pada saat belajar agama atau ceramah-ceramah. Salah satu metode
penyampaian ilmu Islam yang sudah turun temurun dari zaman Rasulullah SAW
disampaikan dengan khutbah / ceramah
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: jadi terkadang juga di antara murid-murid memang keluar yang
harus diomongin secara tatap muka yaitu sering terjadi kadang-kadang murid itu
bisa mengalami masalah bukan hanya di asrama, karena dia di sekolah juga, dia
pulang ke rumah juga, murid-murid juga memiliki masalah-masalah. Terkadang
kita berbicara langsung dengan murid tersebut tentang maslah orang tua di rumah,
atau masalah di sekolah, memang perlu adanya pemanggilan. Kalau seandainya
kita memperhatikan perkembangan murid terganggu, tingkat berubah seperti
biasanya, yang dulunya hati-hati belajar agamanya, sekarang sering terlambat.
Jarang datang pelajaran agama, itu biasanya langsung kita panggil sendiri-sendiri
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: kadang-kadang kita panggil juga. Jika 2 murid itu berantem. Duaduanya ini kan jadi harus menyelesaikan masalah. Jika menyelesaikan mereka
sendiri, itu sulit. Itu jalan tengahnya. Kadang-kadang kita bantu menyelesaikan
masalah diantara mereka
Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan
kenapa abi menanamkan akhlak tersebut?
Narasumber: yang dari segi akhlak kita pentingkan adalah hormat dan adab.
Hormat dan adab ini bukan cuma kepada ustadz-ustadznya saja atau abi-abinya
saja tapi kepada semua kitab-kitab yang dipelajari pun kita tekankan supaya
mereka menghormati segala yang ada disekitar mereka karena memerlukan
penghormatan walaupun temannya sendiri, walaupun dekat tapi ada batasanbatasan jadi meraka harus saling menghormati temannya juga, juga harus
menghormati Al-Qur’an, buku-buku agama yang dipelajari. Karena suksesnya
menuntut ilmu itu ditentukan dengan hormat kepada ustadznya juga kepada kitabkitabnya dan seseorang bisa kehilangan ilmu yang dipelajari, kehilangan derajat
yang didapat karena satu kesalahan yang dilakukan. Jadi kita sangat
mementingkan agar murid-murid bisa berkembang dari segi ma’nawiyah dan
spiritual juga harus. Karena spiritual, materi-materi itu belum cukup.
Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana
abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini?
Narasumber: pertama, untuk disiplin atau kegiatan yang berbeda dari
sebelumnya mereka alami, harus terbiasa terlebih dahulu. Misalkan seorang murid
baru masuk asrama pasti itu ada masa-masa yang sulit, masa-masa adaptasi ke
asrama, karena biasanya mungkin tidak bangun jam 03.30 atau 04.30 atau 05.30
tapi sekarang bangun jam 04.00. jadi masa-masa pertama kali harus diperhatikan
selain dari pada itu seorang abi itu harus bisa merasa disiplin, bisa dari perilaku
dia atau ketegasan dia sendiri
Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada
yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid
supaya selalu duduk seperti itu?
Narasumber: kita kan bukan duduk silah tapi duduk iftirash disebabkan itu
adalah duduk yang paling hormat saat itu. Buktinya apa? Buktinya pada saat kita
sholat itu kan duduk iftirash. Jadi duduk yang lebih cocok adalah duduk seperti
itu. Caranya kita mendorong menyadarkan murid-murid bahwa mereka harus
berbeda dari seorang muslim yang biasa. Mengapa? Karena ia adalah seorang
penuntut ilmu, orang yang menyibukkan diri dengan ilmu agama pasti harus lebih
berbeda daripada muslim yang awam
Peneliti: bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan
program pembersihan asrama?
Narasumber:
kita
harus
membuat
murid
sadar
memiliki
kewajiban
membersihkan tempat yang digunakan karena di sini tempat-tempat bukan milik
orang lain, bukan milik kita sendiri juga, tapi merupakan baitul mal. Asrama harus
diurus. Karena kita melakukan atau menggunakan tempat itu jadi kita harus
sendiri yang membersihkannya
Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid?
Narasumber: untuk melaksanakan tata tertib itu memang harus tegas. Apalagi
kalau sudah besar, sudah bisa ditegasin. Yang kita lakukan di sini dengan sistem
poin. Karena mungkin dulunya itu kurang merasa mementingkan apa yang sudah
diatur diasrama. Setelah sistem poin diberlakukan meraka sadar.
Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini?
Narasumber: ide sistem poin ini sudah dibicarakan di abi-abi dengan beberapa
diskusi tentang di sekolah waktu itu abi Murat bertanya bagaimana peraturan di
sekolah agar bisa disiplin, misalnya ada sistem poin. Ya kita coba adaptasikan
sistem poin di asrama
Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh?
Narasumber: sangat berpengaruh, misalnya untuk minggu-minggu pertama
sistem poin diterapkan. Murid-murid masih tak terlalu mementingkan. Sekarang
dia udah sadar minggu kemarin dia sudah melanggar ini. Minggu yang akan
datang mereka lebih berhati-hati daripada minggu-minggu yang lalu
Komunikasi Kelompok
Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja?
Narasumber: seriap murid ada ketua, bukan cuma ketua pembersihan, tapi dapur,
obat-obatan. Biasanya untuk mengetahui keadaan murid lebih dalam yang tidak
bisa abi lihat secara langsung dengan murid tersebut tadi dikumpulkan 8 orang
atau 10 orang. Kita dengarkan juga pendapat mereka bagaimana tentang keadaan
anak-anak di asrama.
Di asrama ada kelompok-kelompok, biasanya udah ada abi sebagai pembimbing.
Abi itu memperhatikan seluruh keadaan tingkah laku, kegiatan belajar kelompok
tersebut. Kadang pada saat belajar dikelompok tersebut abi menceritakan kisahkisah Nabi, pembesar-pembesar muslim terdahulu, kisah sahabat Rasulullah
SAW. Pada saat belajar agama juga ada kata-kata mutiara.
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi
apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak?
Narasumber: pernah, dalam ceramah biasanya membahas sesuai dengan momenmomen tertentu, misalnya pas maulid Nabi, itu pasti akhlak sering dibahas
diceramah-ceramah. Misalnya, akhlak bertamu, akhlak memberi dan menjawab
salam
Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik?
Narasumber: melalui ceramah-ceramah murid lebih mengetahui dalil-dalilnya
lagi jadi mereka lebih yakin bahwa mereka harus melakukan itu. Berpengaruh
terhadap akhlak mereka
Narasumber,
Ustadz Muhammad Taufiq
HASIL WAWANCARA ABI
Nama
: Yaser Gul
Jabatan
: Guru (Pengajar)
Hari, tanggal : Sabtu, 9 April 2011
Tempat,waktu : Ruang Kerja Abi, 07.30 WIB
Komunikasi Antarpersonal
Peneliti: Apakah istilah abi di asrama ini dan mengapa memakai istilah tersebut?
Narasumber: abi dalam bahasa Indonesia artinya kakak tapi lebih luas lagi
ustadz-ustadz dipanggil abi artinya lebih dekat, lebih hangat. Seorang abi
memanggil kepada seorang abi itu disebut Hoja dalam bahasa Farasy / Persia yang
artinya ustadz-ustadz. Hoja artinya orang yang mengetahui tentang apa saja,
seperti ilmu fisika, matematika, apa saja. Abi-abi di sini ingin dipanggil dengan
sebutan abi oleh para murid agar terasa lebih dekat, lebih hangat dengan para
murid
Peneliti: materi apa saja yang abi ajarkan kepada para murid di asrama ini?
Narasumber: setiap hari bahasa arab, saya usahakan mengajar anak-anak bahasa
arab sehari-hari. Pada hari Minggu bahasa Turki dan Ta’lim setiap hari untuk
mahasiswa. Setelah siang saya mengajar bahasa arab untuk anak SMA
Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini?
Narasumber: setiap hari saya usahakan menjadi contoh untuk murid-murid dari
segi sholat, pembersihan atau dari segi apa namanya kalau ada masalah di asrama
saya ingin memperbaiki itu. Kalau anak-anak lihat seperti ini, mereka bisa
memperbaiki nanti misalnya ada lampu-lampu yang masih nyala cepat-cepat saya
matikan, setelah murid-murid melihat itu mereka sendiri akan mematikan
nantinya atau masalah pembersihannya saya sangat hati-hati
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: pernah, saya tanyakan kalau seorang murid ada masalah, kenapa
sepeerti ini? Udah beberapa kali, mungkin ada masalah di sekolah misalnya gurugurunya tidak mengajar, saya bilang untuk tidak sedih. Saya menasehati ikut saja
rencana-rencana asrama. Kalau tidak ikut pelajaran agama, atau terlambat, atau
setiap hari minta izin, dipanggil sama saya. Kenapa seperti ini? Kalau seperti ini
saya berpikir negatif tentang kamu
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: jarang, kalau ada masalah, saya tanya ada masalah apa? Kalau ada
2 murid tidak ikut program asrama, tidak ikut belajar agama, tidak minta izin. Itu
saya tanyakan kenapa begitu
Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan
kenapa abi menanamkan akhlak tersebut?
Narasumber: akhlak sopan, kalau ada beberapa tindakan yang dilakukan oleh
murid yang tidak sopan, saya ingatkan misalnya ada suara-suara aneh, kalau
berteriak-berteriak. Apa saja yang biasanya dilakukan di wc tapi murid-murid
lakukan di mana saja. Saya ingatkan itu tempatnya beda, kalau mau seperti itu, ke
wc dulu. Jangan di musholla dan lain tempat. Terus akhlak tentang sabar, kalau
ada masalah harus bersabar, dengan teman harus saling menghormati atau
bersikap sopan
Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana
abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini?
Narasumber: kalau ada banyak orang di suatu tempat harus ada peraturanperaturan. Kalau semua orang bertindak seperti di rumah, tidak bisa berhasil, jadi
harus ada peraturan. Kalau dilakukan peraturan-peraturan pasti berhasil, oleh
karena itu, abi-abi di sini harus kuat mengecek murid-murid, kalau tidak
membersihkan asrama harus diingatkan kenapa seperti ini. Kalau hidup diantara
orang-orang harus melakukan peraturan-peraturan yang ada di asrama.
Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada
yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid
supaya selalu duduk seperti itu?
Narasumber : kalau cara duduk silah itu juga boleh, tapi tempatnya berbeda,
misalnya ketika makan atau ketika di kampung atau di rumah sendiri boleh duduk
silah tapi kalau di mushalla lebih disiplin, harus lebih sopan kepada Allah. Oleh
karena itu kalau duduk silah orang itu akan cepat mau tidur dan kelihatan tidak
bagus cara duduknya. Kalau saya selalu usahakan duduk tahiyat kadang-kadang
saya duduk silah tapi ketika makan.
Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini?
Narasumber : Kalau tidak membersihkan, disini ada sistem poin. Semua murid
diberi 100 poin, kalau tidak membereskan tempat tidur, loker, buku-buku semua
kena poin. Kalau tidak ikut belajar agama kena 3 poin, tidak membersihkan
kamar, kena 3 poin. Turunnya poin tidak cukup, abi-abi juga harus mengingatkan
dengan baik agar mereka melakukan tugas dengan baik.
Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh?
Narasumber : Ya, cara-cara itu pasti berhasil, kalau setiap hari dicek. Kalau tidak
shalat, poinnya turun, kalau tidak belajar agama, dapat poin, poinnya tersebut
ditempel di papan pengumuman supaya murid-murid tidak melakukan lagi
Komunikasi Kelompok
Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja?
Narasumber : Ya suka, kalau ada masalah 3 orang, 10 orang, 1 kelompok tidak
apa-apa, kalau ada masalah langsung saya ingatkan, misalnya pada saat belajar
agama jika ada yang malas, saya ingatkan disini untuk ridha Allah, bukan untuk
diri sendiri atau untuk abi. Karena disini semua gratis, dari uang zakat.
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi
apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak?
Narasumber : Kalau di Indonesia belum, di asrama juga belum, tapi di Jepang
sudah dengan bahasa Turki.
Narasumber,
Ustadz Yaser Gul
HASIL WAWANCARA ABI
Nama
: Murat Alver
Jabatan
: Ketua Asrama SMA-Mahasiswa UICCI dan Guru (Pengajar)
Hari, tanggal : Jumat, 8 April 2011
Tempat,waktu : Ruang Kantor, 06.00 WIB
Komunikasi Antarpersonal
Peneliti: Apakah istilah abi di asrama ini dan mengapa memakai istilah tersebut?
Narasumber : Abi dalam bahasa Turki artinya kakak, di asrama biasanya ada
kata Hz, maksudnya ustadz. Jadi bisa dipakai dua-duanya. Hoja adalah istilah
untuk ustadz saya atau abi kakak.
Peneliti: materi apa saja yang abi ajarkan kepada para murid di asrama ini?
Narasumber : Sampai sekarang saya lulus tahun 2005 terus sampai sekarang
sudah 6 tahun saya di Indonesia, saya mengajarkan bahasa Turki, tajwid, cara
membaca Al-Qur’an, tata bahasa Arab.
Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini?
Narasumber : Hubungan abi di sini bukan sebagai dosen atau guru di
Universitas. Mereka selama 24 jam disini. Mereka memperhatikan murid-murid di
sini dan menganggap kalau murid kita punya masalah, berarti itu masalah kita.
Kalau murid senang, kita harus ikut senang. Bukan dari segi pelajaran atau hanya
dari segi beberapa hal, tapi dari segalanya kita bersama dengan murid kita.
Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak pada murid di asrama ini?
Narasumber : Pas pertama kali murid masuk asrama, beberapa lama sikap saya
sama dengan semua murid, yaitu tidak pernah marah, tetap disiplin, tetap wajah
tersenyum. Selama beberapa lama saya mengontrol atau mengecek semua akhlak
dan sifat murid-murid itu bagaimana. Jika saya sudah merasa mengenal dengan
murid itu, tergantung, saya bisa berubah kalau sifat murid itu suka becanda, jadi
saya ikut becanda dengan dia, atau jika dia disiplin saya juga disiplin, atau jika dia
serius, saya juga lebih serius. Jadi tetap dalam tersenyum.
Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu?
Narasumber : Kalau akhlak tidak terlalu susah mengecek apalagi di asrama.
Setaiap waktu kan kita bersama. Murid yang akhlaknya bagus itu memperhatikan
pelajaran agama di sini. Dari segi ibadah juga diperhatikan, ikut acara di sini
secara teratur. Waktu makan, makan. Waktu belajar, belajar. Tidak ada masalah
selain itu jika diberi tugas, mengerjakan tugas dengan baik dan bertanggung
jawab. Dengan itu dapat menjelaskan bahwa akhlak murid itu bagus
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: maksudnya untuk memberikan nasihat gitu? di sini kalau untuk
memberikan pelajaran yang seperti itu langsung kepada semua murid-murid.
Kalau satu persatu, kalau seandainya ada masalah kita panggil, kita bicarakan itu
beda lagi kalau secara umum kita memberikan nasihat tentang apa gitu. Misalnya
ada satu masalah di sekolah atau di sini atau ada yang kekurangan dia kita
panggil, kita jelaskan yang benarnya seperti ini, kan lebih bagus seperti ini, jadi
kita memberikan nasihat, kalau misalnya dia terus menerus pasti nanti solusinya
beda lagi
Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan
kenapa abi menanamkan akhlak tersebut?
Narasumber: akhlak yang diajarkan di sini adalah Rasulullah SAW. Memang
tidak sampai sampai sempurna tapi kita usahakan memberikan akhlak yang bagus,
terutama kejujuran, kelakuan baik kepada orang tua, teman-temannya, hubungan
sosial yang baik, bertanggung jawab, ibadah yang rajin, tahu peraturan belajar di
sini, yangpenting keikhlasan jadi kita mengajarkan agama Islam itu bukan untuk
mendapatkan sesuatu, tapi untuk dapat ridho Allah. Orang muslim harus seperti
itu, jika tujuanya uang, itu bukan tujuannya utuk ridho Allah
Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana
abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini?
Narasumber: abi bukannya punya cara tersendiri. Dulunya abi adalah seorang
murid juga dan memang karena di asrama ini sistemnya seperti ini, disiplinnya
seperti ini, murid-murid juga jadi ikut. Bukan cara abi, jadi ini adalah sunnah
Rasulullah SAW
Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada
yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid
supaya selalu duduk seperti itu?
Narasumber: dalam syariat duduknya seperti itu, jadi lebih sopan, lebih bagus.
Kalau duduk silah bisa dalam keadaan istirahat, makan. Kalau di musholla itu
agak kurang sopan. Awalnya karena di Indonesia belum terbiasa tapi tidak lama
dalam beberapa minggu semuanya seperti itu. Kalau duduknya santai, kita lebih
cepat ngantuk. Kita ajarkan, sunnahnya seperti ini ketika membaca Al-Qur’an,
ketika zikir
Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid?
Narasumber: banyak poin, misalnya teman kita terlambat, jadi kita harus ada
hukumannya. Kalau tidak ada hukumannya akan terlambat terus dan bisa
mempengaruhi yang lain. Agar menghalangi hal tersebut jadi ada hukuman
Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh?
Narasumber: menurut saya, jujur, sistem poin cuma salah satu cara. Pertama
menjadi contoh kepada murid-muridnya. Misalnya abinya menuruh agar
muridnya harus begini, hatus begitu. Tidak begini, tidak begitu tapi abinya
melakukan hal tersebut. Jadinya tidak bisa seperti ini, abi harus mempraktekkan
sendiri
Komunikasi Kelompok
Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja?
Narasumber: di sini memang begitu. Jadi bukan 1, 2 atau 3, tergantung abi-abi.
Biasanya abi-abi itu masing-masing mengajarkan kelompoknya sendiri selama 90
menit. Otomatis abi-abi itu lebih dekat kepada murid-murid itu. Selama 24 jam
pendidikan akhlak itu terus dilakukan
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi
apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak?
Narasumber: membahas beda-beda, setiap minggu 1 abi. Jadi selama 6 minggu
ada 6 abi yang berbeda-beda. Ada tentang Al-Qur’an, keutamaan sholat,
keutamaan wudhu, keutamaan zikir, keutamaan shodaqoh. Terus rahmat Allah
SWT, nahi munkar, taubat dan lain-lain. Setiap minggu beda topiknya. Di
ceramah itu tidak bisa dipisahkan antara ini akhlak, ini ibadah, jadi digabung
semuanya. Misalnya saat kita membicarakan tentang nafsu, nafsukan ada derajatderajatnya. Otomatis kita membicarakan sifat orang itu. Nah itu kan juga tentang
akhlak
Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik?
Narasumber: mudah-mudahan I.Allah ada manfaatnya, walaupun belum 100%.
Menurut saya, murid-murid di sini bagus-bagus, walaupun ada 1 atau 2 orang tapi
bukan dibilang tidak bagus akhlaknya, hanya bandel sedikit saja
Narasumber,
Ustadz Murat Alver
HASIL WAWANCARA MURID
Nama
: Rananto Widodo
Jabatan
: Siswa kelas XII AP 3 SMKN 8
Hari,tanggal
: Selasa, 5 April 2011
Tempat,waktu : Musholla UICCI, 20.30 WIB
Komunikasi Antarpersonal
Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini?
Narasumber: Alhamdulillah baik-baik saja, tidak pernah ada konflik dengan abi.
Sebagai murid tidak boleh melawan abi, karena saya menganggap abi sebagai
guru yang harus dihormati
Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak pada murid di asrama ini?
Narasumber: Biasanya kalau melanggar tata tertib yang cukup berat, murid
dipanggil ke kantor, lalu diberi nasihat supaya tidak mengulangi lagi
Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu?
Narasumber: Pada saat murid-murid melanggar tata tertib
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: Pernah. Pada waktu itu ada yang melanggar disiplin. Misalnya
ketahuan pacaran, lalu murid tersebut dipanggil ke kantor, kemudian dikasih tahu
oleh abi jangan begini-begini dan harus begini-begini
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: Tergantung sih, tapi biasanya kalau sudah ada 1 orang yang
melanggar tata tertib, abi langsung umumin ke semua murid jangan ada yang
mengulangi lagi
Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan
kenapa abi menanamkan akhlak tersebut?
Narasumber: Yang pertama adalah tingkah laku murid, setelah itu penampilan.
Yang paling yang paling dasarnya itu adalah disiplin.
Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana
abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini?
Narasumber: Karena sebagai murid asrama harus disiplin (gimana sih) jadi harus
efektif dan efisien lah. Abi mencontohkan kepada murid agar disiplin mulai dari
bangun pagi (dibangunin), setelah itu sholat di musholla, setelah itu sarapan terus
belajar agama
Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada
yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid
supaya selalu duduk seperti itu?
Narasumber: yang saya tahu dari abi, duduk tahiyat itu kan sunnah Rasulullah
jadi kita harus mengikutinya. Biasanya murid-murid mengikuti abi duduk tahiyat
seperti itu. Pada saat ada penerimaan mahasiswa baru, sekitar 40 orang, ada yang
duduk tahiyat, ada yang duduk silah. Jadi, abi mencontohkan cara duduk tahiyat
agar semua seragam
Peneliti: bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan
program pembersihan asrama?
Narasumber: setiap setelah sholat subuh abi memberitahu bahwa murid SMA
saatnya melakukan program kebersihan asrama
Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid?
Narasumber: dari awal masuk asrama diberi tahu tata tertib asrama, misalnya
dilarang membawa ini, dilarang memakai baju yang ada matanya di sini (sambil
menunjuk dua dadanya)
Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini?
Narasumber: misalnya kabur dari pelajaran mendapatkan poin sekian. Setiap
murid mendapatkan poin 100. Kalau misalnya melanggar, poinnya dikurang
sampai nol, kalau poinnya sudah habis, kata abi murid itu dikeluarkan. Tujuan
poin itu supaya murid-murid kapok atau jera dan disiplin
Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh?
Narasumber: menurut saya, tergantung muridnya sendiri, kalau untuk diri saya
alhamdulillah berhasil dan berpengaruh
Komunikasi Kelompok
Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja?
Narasumber: sering sih sering, khususnya untuk diri saya sendiri juga pernah,
waktu saya pulang terlambat, terus waktu ada yang ketahuan pacaran, membawa
hp karena pada waktu itu tidak boleh membawa hp tapi ada yang membawa hp
terus kelihatan oleh abi, terus langsung dipanggil ke kantor, lebih dari 3 orang
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi
apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak?
Narasumber: iya, membahas disiplin waktu, disiplin cara belajarnya gimana,
pokoknya tentang disiplin lah. Setelah itu apa namanya sikap yang sesuai bagi
murid asrama, setelah itu berpakaian yang rapih
Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik?
Narasumber: alhamdulillah sih ada, pas abi ngomong kan pertama saya ikutin
dikit-dikit, saya coba ah, saya coba, eh lama-kelamaan berhasil juga sih
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan diskusi kelompok dengan para murid
dalam menanamkan nilai-nilai akhlak?
Narasumber: iya pernah, pertama kali baru masuk asrama, dikasih tahu kalau
begini-begini, kan angkatan saya dikumpulin jadi satu di kantor, murid baru
Narasumber,
Rananto Widodo
HASIL WAWANCARA MURID
Nama
: Noorfie Syahri Sya’bani (Opih)
Jabatan
: Siswa kelas XII Pemasaran 2 SMKN 8
Hari,tanggal
: Rabu, 6 April 2011
Tempat,waktu : R. Belajar Depan Kolam UICCI, 20.30 WIB
Komunikasi Antarpersonal
Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini?
Narasumber: Hubungan murid dengan abinya yang pasti natural, baik-baik saja,
sopan, apalagi kita tahu abi-abi di sini juga masih muda-muda, rata-rata belum
menikah jadinya antara murid dan abi tidak memiliki jarak yang jauh, kitapun
dapat bercanda, abi pun dapat bercanda dengan muridnya
Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak pada murid di asrama ini?
Narasumber: yang pastinya, pertama dengan memberikan contoh, abi memberi
contoh yang baik-baik, bagaimana cara berpakaian, bagaimana caranya
melakukan yang berhubungan dengan fiqh, kemudian yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari, seperti memotong kuku, dan potong rambut, yang pastinya
abinya memberikan contoh terlebih dahulu kepada muridnya
Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu?
Narasumber: hampir setiap hari, misalkan sang murid rambutnya sudah panjang
dan abinya pun 2 minggu sekali sudah cukuran jadi tetap rapih, kapanpun dan di
manapun
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: Pernah, saya pernah merasakan waktu ada masalah saya. Abi
Hasan mengajak bicara baik-baik, secara personal, secara Tabayyun namanya,
mungkin itu lebih baik, kita merasa lepas saja bercerita. Tentang akhlak, pada
waktu saya minum berdiri, kemudian ditegur kalau minum tidak boleh berdiri
karena tidak sesuai dengan ajaran Islam. Jadinya dari situ, jadi tahu bahwa minum
duduk itu lebih baik. Tidak Cuma dari segi sunnah tapi dari segi kesehatan juga
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: pernah juga, mungkin yang satu menjadi penengah. Misalnya ada
kasus seperti si murid ketahuan berpacaran. Mungkin yang satu muridnya itu pas
ditanya bener gak sih muridnya kayak gini? Mungkin jadi perantara aja
Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan
kenapa abi menanamkan akhlak tersebut?
Narasumber: banyak yang abi tanamkan akhlak kepada murid dari mengenai
kehidupan sehari-hari pastinya, bagaimana cara kita beribadah, bagaimana cara
kita bermasyarakat, bagaimana cara kita berpenampilan dan mungkin cukup baik,
cukup komplit akhlak apa saja yang diajarkan abi. Sesuai dengan moto “ke arah
generasi berilmu dan bertaqwa” mungkin abinya ingin kita sebagai muridnya
bukan saja berilmu tapi juga bertaqwa, caranya gimana, ya dengan menanamkan
nilai moral, nilai akhlak, nilai sosial dan masih banyak lainnya
Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana
abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini?
Narasumber: eehhmm ... kalau menanamkan kedisiplinan, abinya tegas dengan
peraturan yang dibuat, jadinya harus menerima konsekuensi jika murid melanggar
peraturan tersebut. Jadinya tanpa adanya paksaan, tanpa adanya marahan dan
sebagainya, si murid sudah tahu wah ntar kalau saya misalkan begini, pasti begini
jadinya si murid sudah sadar dengan sendirinya dengan apa yang dia buat
Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada
yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid
supaya selalu duduk seperti itu?
Narasumber: pertama masuk juga bingung, duduk begini nih, pasti cape ntar,
dari situ pernah dulu diceritain oleh Abi Habil namanya, duduk silah itu sunnah
dari Nabi Adam, sedangkan duduk tahiyyat itu sunnah Nabi Muhammad SAW,
kita sebagai umat Nabi Muhammad pastinya mengikuti beliau, yaitu duduk
tahiyyat. Pertama, abi tidak pernah duduk silah, abi selalu duduk tahiyyat, jadinya
tidak enak aja mau duduk silah. Duduk silah itu tidak sopan jatuhnya, apalagi saat
belajar agama, belajar Al-Qur’an. Jadi tidak sopan dengan Al-Qur’an
Peneliti: bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan
program pembersihan asrama?
Narasumber: Yang pasti pertama peraturan baru itu disosialisasikan. Caranya,
kalau misalkan melanggar konsekuensinya begini, terus ada bobot poin
pelanggaran, terus ada dendanya juga sesuai pelanggaran, yang pasti jelas
semuanya diatur
Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid?
Narasumber: Yang pasti tegas, setiap abi memiliki catatan tersendiri, jika murid
melakukan pelanggaran, ya ditulis namanya, dicatat pelanggaran nomor berapa,
dendanya berapa, pasti semua tata tertibnya tidak abi putuskan secara sepihak, abi
umumkan kepada murid, terus yang pasti semua tata tertib itu, demi murid yang
lebih baik, tidak semata-mata untuk menyusahkan murid
Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini?
Narasumber: jadinya setiap bobot pelanggaran ada poin-poin tertentu, makin
berat makin tinggi juga poinnya. Setiap ajaran baru, diberi poin semua murid 100,
kemudian pelanggaran itu memiliki pengurangan, tidak memakai peci dalam
sholat itu dapat poin 3, jadi 100 dikurangi 3, terus dendanya 2 ribu rupiah. Jadinya
kayak gitu, setiap pelanggaran yang lebih berat, poinnya tinggi juga, dendanya
pun bisa lebih juga. Jika poin lebih dari 100 menurut peraturan murid harus Get
Out / keluar tapi paling tu cuma gertakan, gak mungkinlah abi mengeluarkan
murid. Tujuan poin itu agar asrama rapih, nyaman, teratur.
Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh?
Narasumber: pasti berpengaruh, apalagi ketemu bareng-bareng di sini, tinggal di
asrama, pasti sangat berpengaruh, tapi karena murid dah banyak sekarang jadi
mungkin ada murid-murid yang kurang deket aja sama abinya, padahal abinya
sudah berusaha semaksimal mungkin
Komunikasi Kelompok
Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja?
Narasumber: pernah, pas belajar agama, belajar fiqih, kayak gitu. Misalnya pas
belajar kita harus perhatiin, gag boleh motong pembicaraan dia. Suaranya gag
boleh lebih keras daripada abi, jadinya semuanya diperhatiin akhlaknya
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi
apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak?
Narasumber: pernah, ada jadwalnya seminggu sekali. Membahas tentang Islam
dan bisa juga tentang nilai moral, nilai sosial, ya yang sering tentang ilmu AlQur’an, kayak gitu. Nilai akhlaknya, abi Murat mengatakan bahwa kita anak
asrama harus memiliki sesuatu yang berbeda dengan orang-orang di luar asrama.
Kita harus lebih tahu soal agama, kita harus lebih perhatikan kehidupan kita,
mulai dari kita sendiri, perilaku kita.
Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik?
Narasumber: secara langsung pastinya sudah berhasil, karena itu mungkin
merupakan dakwah secara langsung. Mungkin itu juga masuk ke hati, apalagi
ceramahnya 1 minggu sekali. Materinya juga bagus
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan diskusi kelompok dengan para murid
dalam menanamkan nilai-nilai akhlak?
Narasumber: pernah, pas belajar fiqih secara berkelompok, di situ banyak orang,
kemudian nilai akhlaknya yang diberikan, hampir sama dengan sebelumnya tapi
yang jelas di situ, lebih berusaha, lebih menarik agar murid memahami
Narasumber,
Noorfie Syahri Sya’bani
HASIL WAWANCARA MURID
Nama
: Muhammad Ihsan Irjami
Jabatan
: Siswa kelas XII AK 2 SMKN 8
Hari,tanggal
: Rabu, 6 April 2011
Tempat,waktu : Ruang loker UICCI, 21.00 WIB
Komunikasi Antarpersonal
Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini?
Narasumber: kalo buat hubungan, meskipun abi-abi itu orang-orang asing tapi
buat komunikasinya sih lancar, bagus juga, soalnya abi-abinya juga nggak terlalu
“ah dia bukan orang Turki” atau gimana gitu. Meskipun kita beda. Tidak ada
perbedaan di antara kita. Tetap aja terjalin komunikasi yang baik
Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak pada murid di asrama ini?
Narasumber: mungkin yang paling utama pas pelajaran agama, selain kita yang
pokoknya, kadang kita juga dikasih dorongan-dorongan atau motivasi-motivasi
gitu. Yang membuat akhlak kita bagus, memberikan nasihat-nasihat yang bisa
bikin kita jadi lebih baik lagi
Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu?
Narasumber: pas pelajaran agama, kadang-kadang saat belajar sendiri atau
belajar dengan teman-teman ntar ada abi-abi yang nyamperin, sambil beliau
menanyakan pelajaran-pelajaran sesekali beliau nyampaiin nasihat-nasihat
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: pernah misalkan abinya punya suatu rencana membuat suatu
keputusan / suatu peraturan itu butuh pendapat dari murid-muridnya kan, biasanya
tuh kalau gak lagi pelajaran secara umum, ditanya satu-satu, atau bisa juga saat
pelajaran ditanya sama abi
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: terus pernah juga, pada waktu itu membawa HP tidak
diperbolehkan, lalu ada seorang murid yang membawa HP, lalu abi panggil murid
itu, dibilangin dah tuh kalau HP itu buruknya ini-ini-ini
Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan
kenapa abi menanamkan akhlak tersebut?
Narasumber: pastinya akhlak-akhlak yang baik, terutama ibadah, akhlak
hubungan dengan orang tua , akhlak sesama teman. Kita kan jarang pulang
kerumah, jadi bagaimana saat pulang ke rumah membawa akhlak yang baik.
Setiap tindakan manusia akan dipertanggung jawabkan, jadi tujuan abi supaya kita
benar-benar jadi orang yang baik, bermanfaat dan berguna
Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana
abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini?
Narasumber: pertama dikasih tahu bahwa kita ada ini-ini-ini, kesadaran dari
murid sendiri. Kedisiplinan ini diberi tahu saat kita masuk asrama. Biasanya di
depan murid-murid baru
Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada
yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid
supaya selalu duduk seperti itu?
Narasumber: duduk tahiyat itu kakinya kan ke belakang. Katanya kalau duduk
kaki tidak boleh selonjoran ke arah kiblat, jadi duduk tahiyat tujuannya itu.
Pertama, saat kita mau menyarankan kepada orang lain, kita harus mulai dari diri
kita sendiri, nah, abi juga gitu. Setiap abi di musholla / masjid abi duduknya
seperti itu. Jadi kita meniru abi
Peneliti: bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan
program pembersihan asrama?
Narasumber: sama kayak tadi. Abinya ikut melakukan pembersihan, dan muridmurid yang merasa ngapain sih ikut pembersihan, pasti dia akan malu sendiri
Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid?
Narasumber: jadi di asrama diberlakukan sistem poin. Tadinya tidak ada poinpoinan tapi karena banyak murid-murid yang kurang memperhatikan peraturan /
sering melanggar akhirnya muncullah sistem poin supaya lebih teratur lagi
Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini?
Narasumber: setiap anak di kasih poin 100, setiap dia melakukan pelanggaran,
ada bobot poin tertentu. Misalkan dia tidak ikut pembersihan dapat poin berapa.
Dan poin itu dapat bertambah jika selama 2 minggu kita tidak melakukan
pelanggaran diberi poin 10. Misalnya ada ulangan/ujian di asrama jika mendapat
nilai 100 maka poin bertambah lagi. Tujuannya agar murid-murid lebih disiplin
lagi, lebih patuh terhadap peraturan-peraturan di sini
Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh?
Narasumber: secara umum sudah berhasil meskipun masih ada beberapa anakanak yang masih susah untuk diatur, masih ada beberapa lah yang masih belum
bisa nerapin itu. Mungkin terlalu membebani
Komunikasi Kelompok
Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja?
Narasumber: pernah, saat pelajaran agama. Kan kita berkelompok dan kelompok
itu terdiri dari 5 murid. Selain kita belajar yang pokok itu, kadang sharing-sharing
juga sama abi-abinya, kadang-kadang abinya suka nanya-nanya bagaimana ginigini-gini. Abi pernah tanya, gimana sama guru-gurur sekolahan, saat bersalaman
dengan guru wanita, apa bersentuhan. Kita bilang kadang bersentuhan, terus
dinasehati abi supaya jangan bersentuhan
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi
apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak?
Narasumber: ceramah itu sudah menjadi acara rutin malam senin, materi yang
dibahas mencakup keseluruhan, kadang aqidah, akhlak. Misalnya akhlak dalam
masyarakat harusnya gimana, akhlak sesama manusia gimana baiknya
Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik?
Narasumber: sebagian besar berhasil. Walaupun tudak total. Tapi berubah secara
bertahap
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan diskusi kelompok dengan para murid
dalam menanamkan nilai-nilai akhlak?
Narasumber: saat ada masalah-masalah, abi kadang-kadang mengumpulkan
anak-anak kelas 3 karena dianggap yang lebih dewasa supaya akhlak kita baik lagi
sesuai dengan asrama ini
Narasumber,
Muhammad Ihsan Irjami
HASIL WAWANCARA MURID
Nama
: Muhammad Islam (Muis)
Jabatan
: Siswa kelas XII AP 2 SMKN 8
Hari,tanggal
: Kamis, 7 April 2011
Tempat,waktu : R. Belajar Depan Kolam UICCI, 16.00 WIB
Komunikasi Antarpersonal
Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini?
Narasumber: menurut saya sangat bagus. Kenapa? Karena abi di sini
kebanyakan masih muda. Nah otomatis kita sesama bisa saling toleransi
Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak pada murid di asrama ini?
Narasumber: pertama, abi mencontohkan dengan perbuatannya baru setelah itu
dengan perkataan
Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu?
Narasumber: kebanyakan di pelajaran agama, kadang-kadang saat pelajaran fiqih
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: pernah, misalkan di sini ada anak yang bandel. Otomatis kan abi
memanggil anak itu untuk diberi pendidikan akhlak supaya lebih baik lagi.
Misalnya yang sering pulangnya terlambat, otomatis abi bakalan manggil dia
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: pernah, misalnya ketua. Ketua kan ada 2, ketua SMA dan
Mahasiswa. Koordinasi keduanya harus jalan kan otomatis abi harus bicara
dengan 2 orang tersebut
Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan
kenapa abi menanamkan akhlak tersebut?
Narasumber: banyak. Kalau kita berbicara dengan abi harus gimana, tata cara
kita soal masuk toilet bagaimana, tata cara kita berwudhu, tata cara kita sholat.
Semua diajarkan di sini, supaya murid-murid menjadi contoh baik di masyarakat
luas
Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana
abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini?
Narasumber: memang murid-murid ada yang susah disiplin, tapi kedisiplinan ini
bertahap. Biasanya belajar agama setelah maghrib terus sekarang dimajuin jam 5
sore sudah belajar
Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada
yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid
supaya selalu duduk seperti itu?
Narasumber: duduk tahiyat adalah sunnah Nabi Muhammad SAW. Abi
mencontohkan di depan para murid di musholla
Peneliti: bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan
program pembersihan asrama?
Narasumber: pertama abi-abi keliling asrama untuk mengecek pekerjaan
muridnya. Setelah itu abi-abi langsung koordinasi dengan ketua kebersihan buat
kalau misalnya pembersihan di sini kurang
Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid?
Narasumber: pertama diberi pengarahan dulu, setelah itu baru kita gimanagimana biar kita melakukan. Ada sanksinya supaya kita takut untuk melanggar
Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini?
Narasumber: bobot poin itu misalnya kita terlambat dan mencuri. Otomatis
bobotnya berbeda. Poinnya lebih besaryang mencuri. Tergantung bagaimana
pelanggaran kita bobot poin itu supaya kita disiplin
Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh?
Narasumber: menurut pengamatansaya sudah berhasil
Komunikasi Kelompok
Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja?
Narasumber: sering disetiap pelajaran pasti. Misalkan ada murid terlambat, itu
kan melanggar tata tertib, lalu abi memberi tahu semua murid jangan suka
terlambat
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi
apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak?
Narasumber: setiap minggu pasti ceramah. Membahas tentang sholat, akhlak,
tentang shodaqoh. Tentang akhlak misalkan bagaimana kita berhadapan dengan
orang yang lebih tua. Itu kan ada akhlaknya
Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik?
Narasumber: sekitar 80% sudah berhasil
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan diskusi kelompok dengan para murid
dalam menanamkan nilai-nilai akhlak?
Narasumber: pernah misalkan di sini mau diadakan sistem poin. Pertama abi-abi
berbicara dengan semua murid bagaimana bagusnya. Apakah dengan sistem poin
bagus atau ada solusi lain
Narasumber
Muhammad Islam
HASIL WAWANCARA MURID
Nama
: Ardi Suparmadi (Ardi)
Jabatan
: Siswa kelas XII Pemasaran 1 SMKN 8
Hari,tanggal
: Selasa, 5 April 2011
Tempat,waktu : Ruang Makan UICCI, 21.10 WIB
Komunikasi Antarpersonal
Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini?
Narasumber: kalau hubungan abi dengan murid-muridnya sangat dekat ya,
dekatnya dari segi pelatihan, dari segi pakaian, sampai pakaian pun diperhatikan,
terus yang penting akhlaknya.
Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak pada murid di asrama ini?
Narasumber: mungkin kalau kita bicara abinya, mungkin abinya dengan
mencontohkan sendiri,( diam,) berbicara yang baik, supaya murid-muridnya dapat
melihat dia bagaimana berbicara hingga akhirnya muridnya pun bisa mencontoh
dari abinya
Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu?
Narasumber: abi tuh (diam lama). Abi-abi rajin-rajin dalam memberikan
pengumuman. Cara komunikasinya dengan bijaksana. Jadi kami menghormati abi
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: pernah. Misalkan ada 1 murid punya masalah di keluarganya, itu
keliatan dari nilai pelajarannya. Akhirnya abi memanggil orang yang
bersangkutan, berbicara baik-baik ditanya apa masalahnya, mencarikan solusi
bersama
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: pernah. Misalnya ada yang berantem. Abi memanggil 2 orang yang
bersangkutan. Ditanya masalahnya apa. Jangan sampai mengganggu yang lain.
Terus di asrama memberikan nasihat yang baik, satu sama lainnya jangan saling
bertengkar
Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan
kenapa abi menanamkan akhlak tersebut?
Narasumber: tutur kata yang baik, sikap yang baik, keikhlasan ibadah. Karena di
asrama ini murid diarahkan untuk menjadi ustadz. Abi mengajarkan idealnya
menjadi ustadz itu bagaimana. Jadi harus berpakaian rapih, sopan, ilmunya bagus.
Terus ibadahnya harus lebih tinggi dari yang lain
Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana
abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini?
Narasumber: waktu itu murid-murid masih diingetin. Sholat jam 4 teng
semuanya harus ada di musholla, semuanya jadi diatur sama abinya. Kalau mau
sholat dipanggil-panggil pakai microphone
Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada
yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid
supaya selalu duduk seperti itu?
Narasumber: kalau duduk silah itu ajaran Nabi Adam, kalau Nabi Muhammad
duduknya tahiyat, itu menunjukkan kewibawaan, kesopanan. Abi mengajarkan itu
pas masuk asrama gimana duduk yang sopan, pas lagi di kantor
Peneliti: bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan
program pembersihan asrama?
Narasumber: kalau pembersihan asrama itu cenderung kesadaran dari murid.
Murid-murid ngertilah ini kan asrama bersama. Mau nggak mau kita harus
menjaga kebersihan. Kalau murid tidak punya kesadaran, abi mengingatkan murid
pada saat itu juga. Diingatkannya secara personal
Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid?
Narasumber: dengan pengadaan poin
Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini?
Narasumber: misalkan pulang ke rumah tanpa izin. Supaya pada tahu, supaya
pada jera sehingga murid menjaga sikapnya
Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh?
Narasumber: sangat berpengaruh
Komunikasi Kelompok
Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja?
Narasumber: pernah, misalkan satu kelompok itu semangat belajarnya kurang,
abi lagi terangin murid pada diam, kalau disuruh bertanya pada nggak mau nanya,
jadi abi bilang gini-gini-gini
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi
apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak?
Narasumber: pernah, kebanyakan tentang ilmu. Akhlak juga sering misalkan
bagaimana bertutur kata dengan abi, berkomunikasi dengan yang lainnya, dengan
kakak kelas dibedain
Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik?
Narasumber: berhasil
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan diskusi kelompok dengan para murid
dalam menanamkan nilai-nilai akhlak?
Narasumber: kalau kelompok jarang
Narasumber,
Ardi Suparmadi
HASIL WAWANCARA MURID
Nama
: Shohib Hazami (Shohib)
Jabatan
: Siswa kelas XII AK 3 SMKN 8
Hari,tanggal
: Selasa, 5 April 2011
Tempat,waktu : R. Belajar Depan Kolam UICCI, 20.50 WIB
Komunikasi Antarpersonal
Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini?
Narasumber: menurut saya hubungan abi di sini, abinya peduli banget sama
muridnya, dia selalu bertanya setiap hari kabar murid gimana. Kadang-kadang
kalau murid dekat sama abinya, dia selalu nanyain. Pokoknya peduli banget
Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak pada murid di asrama ini?
Narasumber: tentunya pertama abi mencontohkan supaya para murid meneladani
akhlak abi. Abi peduli banget sama akhlak muridnya
Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu?
Narasumber: semua murid di sini rajin, tapi kadang ada yang males, terus
kepergok abinya melihat. Abi langsung tegur, kasih nasihat, jangan males
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: pernah itu kalau ada masalah. Tapi jarang
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: pernah tapi jarang. Misalkan ada 2 orang melanggar tata tertib terus
dipanggil abi. Dinasihati oleh abi supaya jangan pulang terlambat dll
Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan
kenapa abi menanamkan akhlak tersebut?
Narasumber: sopan santun, disiplin, kerajinan. Karena untuk kepentingan murid
Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana
abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini?
Narasumber: udah dari awalnya. Pertama kali didirikan asrama memiliki murid
yang berkualitas. Disiplin. Orang-orang yang terpilih
Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada
yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid
supaya selalu duduk seperti itu?
Narasumber: tahiyat itu sunnah Nabi Muhammad SAW
Peneliti: bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan
program pembersihan asrama?
Narasumber: abi memberi tugas ke muridnya. Abi cuma mengawasi muridnya,
dan abi juga menunjuk ketua pembersihan yang bertanggung jawab mengontrol
teman-temannya
Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid?
Narasumber: murid memiliki kesadaran sendiri untuk mengikuti tata tertib
asrama ini
Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini?
Narasumber: setiap murid dikasih 100 poin. Jika melanggar kena poin sesuai
dengan pelanggarannya. Gunanya untuk murid sadar dan kapok sehingga tidak
mengulangi lagi
Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh?
Narasumber: menurut saya berhasil
Komunikasi Kelompok
Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja?
Narasumber: pernah, pada saat belajar fiqih, secara berkelompok. Di dalam fiqih
sudah termasuk pembelajaran akhlak. Dan jika ada kesalahan yang dilakukan oleh
murid, abi menasehati pada saat belajar kelompok itu
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi
apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak?
Narasumber: pernah, ada waktunya juga. Membahas tentang seputar asrama ini.
Misalnya dari segi ibadah yaitu thoharoh (bersuci). Tentang akhlak banyak juga
Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik?
Narasumber: kalau buat diri saya sendiri berhasil. Kalau untuk yang lain ada
yang berhasil, mungkin juga ada yang tidak, tergantung muridnya
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan diskusi kelompok dengan para murid
dalam menanamkan nilai-nilai akhlak?
Narasumber: di sini kan belajarnya berkelompok. Jadi sudah pasti berkelompok
Narasumber,
Shohib Hazami
HASIL WAWANCARA MURID
Nama
: Fiki Murdiansyah
Jabatan
: Siswa kelas XII Administrasi Perkantoran SMKN 47
Hari,tanggal
: Rabu, 6 April 2011
Tempat,waktu : Ruang Belajar UICCI, 05.10 WIB
Komunikasi Antarpersonal
Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini?
Narasumber: hubungan abi dengan muridnya sangat baik. Tidak ada perbedaan.
Sudah seperti teman biasa
Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak pada murid di asrama ini?
Narasumber: cara abi menanamkan akhlak sangat baik. Walaupun bahasa
Indonesianya masih kurang tapi bisa dipahami oleh kita
Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu?
Narasumber: setiap hari. Jika abi tidak sibuk, dan kalau ada kesempatan
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: pernah, kalau kita sharing dengan abi. Abi bertanya apa ada
masalah. Terus kita sharing dengan abi. Jadi abi memberikan solusi. Pernah juga
jika kita melakukan kesalahan. Terus dipanggil oleh abi dan dinasihati
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: pernah, bahkan lebih dari 3 orang juga pernah
Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan
kenapa abi menanamkan akhlak tersebut?
Narasumber: mengajarkan akhlak karimah, hablum minalloh dan hablum
munannas. Tugas abi meneruskan dakwah yaitu mennyempurnakan akhlak
muridnya
Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana
abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini?
Narasumber: di sini sangat disiplin. Waktunya padat. Cara menerapkannya
sebelumnya ditanya murid-murid pulang sekolah jam berapa terus diatur jadalnya
supaya nggak bentrok
Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada
yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid
supaya selalu duduk seperti itu?
Narasumber: kita umat Nabi Muhammad SAW. Jadi kita mengikuti Nabi
Muhammad dan duduk tahiyat adalah duduk Nabi Muhammad.
Peneliti: bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan
program pembersihan asrama?
Narasumber: sebelumnya dibuat ketua-ketua, ketua pembersihan, ketua alat-alat.
Abi mengawasi murid yang melakukan pembersihan. Kalau tidak, dikasih poin
Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid?
Narasumber: dengan sistem poin
Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini?
Narasumber: sistem poinnya bagus. Tujuannya biar kita disiplin
Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh?
Narasumber: kalau menurut saya sangat berpengaruh. Sangat berbeda anak
asrama dengan anak luar
Komunikasi Kelompok
Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja?
Narasumber: pernah, waktu pelajaran. Langsung memberikan apa-apa yang baik.
Mengajarkan apa yang harus kita lakukan, misalnya kita harus berbuat baik,
memiliki kesadaran diri
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi
apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak?
Narasumber: pernah, ceramah disebut sohbet. Jadwalnya setiap malam senin.
Jika abi tidak berhalangan. Membahas tentang akhlakul karimah misalnya
hubungan baik dengan Allah dan hubungan baik dengan manusia
Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik?
Narasumber:
masing-masing
memiliki
kesadaran
sendiri.
Bagi
saya
alhamdulillah berubah menjadi lebih baik lagi
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan diskusi kelompok dengan para murid
dalam menanamkan nilai-nilai akhlak?
Narasumber: kadang-kadang
Narasumber,
Fiki Mardiansyah
HASIL WAWANCARA MURID
Nama
: Muhammad Nurkhafidin (Hafi)
Jabatan
: Siswa kelas XII Pemasaran SMKN 8
Hari,tanggal
: Rabu, 6 April 2011
Tempat,waktu : Ruang Loker UICCI, 06.30 WIB
Komunikasi Antarpersonal
Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini?
Narasumber: alhamdulillah cukup baik. Alhamdulillah. Karena abinya juga. Tapi
sifat abi beda-beda. Ada abi yang paling bijak, ada abi yang pengertian tapi abi
baik semua
Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak pada murid di asrama ini?
Narasumber: dari belajar agama, dijelaskan tentang akhlak. Kan di sini pasti
pedomannya Rasulullah. Jadi, akhlak Rasulullah semua dicontohkan di sini.
Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu?
Narasumber: pas belajar agama, belajar fiqih, shorof
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: pernah, dulu sebelum saya sibuk. Sekarang saya kan rohis. Apa
yang abi ajarkan, saya ajarkan lagi ke teman-teman saya di rohis. Kan saya
,menjadi mentor. Waktu berbicara kepada abi saat punya waktu luang. Jadi kalau
mau ngomong tentang itu, harus ngomong dulu ‘bi saya mau bicara tentang
agama’
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: wah, tu pernah. Banyak, tergantung muridnya juga. Kalau murid
akrab dengan abi, sering berdua. Kalau murid itu tertutup sekali pasti ada masalah
Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan
kenapa abi menanamkan akhlak tersebut?
Narasumber: akhlak disiplin, bagaimana kehidupan. Dan yang paling penting
akhlak kepada orang tua. Taat pada Allah. Hormat kepada orang tua dan patuh
kepada abi karena kata Rasulullah ulama adalah wasilah. Nah abi sebagai wasilah
Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana
abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini?
Narasumber: dari diri sendiri tapi di sini sudah terbiasa. Karena ‘alah bisa karena
biasa’. Karena kita udah biasa disiplin di sini
Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada
yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid
supaya selalu duduk seperti itu?
Narasumber: ketika itu ada sahabar Rasulullah, dia tidak pernah menghadap
Rasululah dengan begini (silah) sehingga Rasulullah mendoakan agar dia baik di
dunia sampai akhirat dan bener. Abi ingin kita ta’dzim dengan Allah dan gurunya.
Abi langsung praktekan. Abi bilang’saya tidak mau kalian duduk begini (silah)
tapi saya mau kalian duduk begini (tahiyat). Abi langsung praktekin di situ juga
Peneliti: bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan
program pembersihan asrama?
Narasumber: pengarahannya itu abi suka ngecek, karena di sini juga ada ketua
pembersihan. Ketua pembersihan bawah dan ketua pembersihan atas. Abi ada
juga yang mengecek di atas dan di bawah. Yang baik dicontrengnya dan yang
buruk juga dicontreng. Ketika buruk dapat poin, jika baik naik poinnya
Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid?
Narasumber: sangat ketat. Kalau ada suatu masalah, dipanggil. Di sini dilarang
merokok jadi kalau ketahuan merokok langsung dikeluarkan
Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini?
Narasumber: kalau akhlak makin baik dan kalau seminggu tidak kena poin
pelanggaran, poinnya naik 10 poin. Tapi kalau kita tidak disiplin, kasur
berantakan 3 poin, rak berantakan kena 3 poin. Berarti turun poin kita. Sampai
poin 100 kita habis, kita bisa dipanggil orang tua kemudian diserahkan kepada
orang tua
Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh?
Narasumber: insya Allah berhasil banget. Kalau anak asrama di sekolah itu apa
namanya buat panutan.
Komunikasi Kelompok
Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja?
Narasumber: lebih, kalau setiap hari belajar agama aja banyak orangnya. Dalam
belajar agama semuanya ada, belajar agama juga, belajar Al-Qur’an juga. Jadi di
sela-sela belajar itu abinya cerita tentang Rasulullah, tentang kehidupan
Rasulullah, tidak monoton belajar Al-Qur’an aja tapi kena semua
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi
apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak?
Narasumber: setiap malam senin. Bahas banyak, abinya ganti-ganti. Tentang
akhlak yaitu akhlak Rasulullah, bagaimana bersikap kepada orang tua, kepada
guru kepada teman
Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik?
Narasumber: kalau masalah merubah dari diri sendiri tapi kalau kita meresapi
ceramah itu, kita pasti lebih tawadhu, lebih menghormati orang tua, menghormati
abi
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan diskusi kelompok dengan para murid
dalam menanamkan nilai-nilai akhlak?
Narasumber: pernah saat belajar fiqih
Narasumber,
Muhammad Nurkhafidin
HASIL WAWANCARA MURID
Nama
: Hujjah Saefullah (Ujah)
Jabatan
: Siswa kelas XII AK 2 SMKN 8
Hari,tanggal
: Rabu, 6 April 2011
Tempat,waktu : Musholla UICCI, 21.30 WIB
Komunikasi Antarpersonal
Peneliti: Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini?
Narasumber: baik sih. Soalnya selain belajar agama, kita bisa ngobrol dengan
abi di lain waktu misalnya abi datang terus menegur ‘lagi belajar apaan?’ terus
kita jawab ‘matematika’ atau belajar apa atau kadang kita lagi belajar tau-tau
dibawain kopi
Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak pada murid di asrama ini?
Narasumber: pertama, dikasih arahan juga diawasi walaupun sebandel-bandel
kita, kita tahu dirilah. Misalkan ada peraturan kalau kita melanggar dapat sanksi.
80% pasti diterapin
Peneliti: Kapan abi melakukan komunikasi itu?
Narasumber: setelah sholat, misalkan imamnya bacanya salah, ditegur oleh abi
setelah sholat. Terus saat belajar agama, misalkan ada kesalahan terus diluruskan
oleh abi. Terus misalkan lagi makan tidak memakai aturan, ditegur juga.
Pokoknya setiap kita melakukan sesuatu terus tidak sesuai dengan agama, pasti
diluruskan
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: sering, kalau misalnya kita ada kesalahan ditegur. Misalkan
melanggar tata tertib yang ringan-ringan ditegur
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2
murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah,
kapan atau momen-momen apa?
Narasumber: pernah sih kayaknya. Dulu waktu ada 2 orang, mereka marahan,
terus dipanggil, ada apa nih berdua, tidak ngobrol-ngobrol. Terus didamaikan
keduanya
Peneliti: Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan
kenapa abi menanamkan akhlak tersebut?
Narasumber: akhlak supaya kita baik, tata tertib saat sholat, saling menghormati
walaupun berbeda mazhab. Itu dilakukan oleh abi karena supaya kita
menghormati sesama
Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana
abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini?
Narasumber: dibuat peraturan, misalkan kalau pulang, pulang sekolah itu harus
pulang langsung ke asrama. Kalau misalkan lewat jam 4 sore ketahuan melanggar
terus ditegur, dan dikasih sanksi
Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada
yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid
supaya selalu duduk seperti itu?
Narasumber: kita mengikuti Rasulullah SAW dengan duduk tahiyat. Supaya
lebih tawadhu, lebih khusyu. Abi mempraktekan langsung agar dengan duduk
tahiyat agar para murid mengikutinya duduk tahiyat
Peneliti: bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan
program pembersihan asrama?
Narasumber: diawasin, kalau mau pembersihan, SMA pembersihan, Mahasiswa
belajar. Terus abi ada yang mengajar, ada juga yang mengawasi pembersihan
Peneliti: bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid?
Narasumber: dibikin sistem poin
Peneliti: Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini?
Narasumber: setiap anak yang melanggar dikasih poin. Kalau melanggar ringan,
maka poin kecil, kalau melanggar besar, dikasih poin besar. Setiap anak dikasih
100 poin. Jika poinnya berkurang sampai nol, maka anak itu akan dikeluarkan dari
asrama
Peneliti: apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh?
Narasumber: berhasil, semenjak saya masuk asrama, perilaku saya semakin baik
Komunikasi Kelompok
Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja?
Narasumber: mungkin pas pelajaran agama, abinyuruh bikin kelompok
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi
apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak?
Narasumber: pernah sering, hampir setiap minggu. Ada abi-abi yang ceramah di
sini, membahas tentang kematian, kalau akhlak kita harus hormat kepada yang
lebih tua, kita harus hormat kepada abi
Peneliti: apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik?
Narasumber: sebagian ada yang kena, sebagian ada yang nggak. Ada yang
berhasil, ada yang masuk kuping kanan keluar kuping kiri
Peneliti: Apakah abi pernah melakukan diskusi kelompok dengan para murid
dalam menanamkan nilai-nilai akhlak?
Narasumber: pernah, saat pelajaran agama
Narasumber,
Hujjah Saefullah
FOTO – FOTO PENELITIAN
Gambar 1: Bentuk Yayasan United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI)
Pejaten Jakarta Selatan
Gambar 2: Wawancara
dengan Abi Murat
Gambar 4: Wawancara dengan Murid
Gambar 3: Wawancara
dengan Abi Yaser
Gambar 5: Belajar Kelompok
Gambar 6: Belajar Kelompok
Gambar 7: Makan Bersama
Gambar 8: Khatim
Download