analisis konsekuensi kualitas layanan fiskus

advertisement
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2
ISSN : 2301-5268
ANALISIS KONSEKUENSI KUALITAS LAYANAN FISKUS
TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK PPH
DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PAJAKNYA
( STUDI EMPIRIS PADA APOTEK DI KOTA PADANG )
Hanna Pratiwi, SE, MM, Silfia Indah, SE, Jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang
e-mail : [email protected]
Abstract - Analysis Consequences Quality Service Tax Authorities Against the Level Obedience
Assessable Income Tax in Meet Obligation Tax. Mentors I Elfiswandi, SE, MM, Ak and mentors II
Hanna Pratiwi, SE, MM. The study examined officer servis tax perceptions of againts the level
obedience assessable. The purpose of this study to find out how officer servis tax perceptions of
against the level obedience assessable income tax in meet obligation tax.
Respondents in the study were samples of the pharmacies population in Padang City
obtained by incidental sampling, a total of 40 pharmacy who is still active until the year 2012. The
data was collected in November 2011. All data have been collected in the first test of validity
(Pearson moment) and reliability (Cronbach alpha). In the first hypothesis test used t-test to know is
the model regression variables partially influential against obedience assessable, in view of the value
thitung < ttable, while for the second hypothesis test used F-test with know is an independendent variable
together influential significantly against variable dependent, with a significance level of 0.05.
The results of this study indicate that servis tax already have perceptions positive obedience
assessable (pharmacy) in variable reliability, responsiveness, empathy, tangibles and there not
influence in variable assuarance.
Finally, the authors suggest to the service tax to increase ability a more in raise confidence
assessable (pharmacy).
Key Words : Perceptions officer servis tax, Assessable.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditujukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. Pemungutan
pajak tersebut dilakukan oleh pemerintah
setempat berdasarkan undang-undang yang
telah ditetapkan oleh negara. Ada tiga sistem
pemungutan pajak yang dianut oleh Indonesia,
ialah : (1) Official Assessment System, adalah
suatu system pemungutan yang member
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak. (2) Self Assessment System,
adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada Wajib Pajak
untuk menentukan sendiri besarnya pajak
yang terutang. (3) With Holding System,
adalah suatu system pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga
(bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang
Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . .
bersangkutan) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Pada sistem pemungutan pajak Self
Assessment System seperti yang dianut oleh
Indonesia, ada tiga fungsi atau tugas dari
aparatur pajak dalam rangka menjamin
suksesnya pelaksanaan. Adapun fungsi
aparatur pajak yang dimaksud tersebut berupa
memberikan penyuluhan / bimbingan /
pengayoman, memberikan pelayanan (service)
serta melakukan pengawasan (enforcement).
Seiring
dengan
perkembangan
sosial,
ekonomi, politik dan tuntutan rakyat yang
semakin besar terhadap sistem demokrasi,
dapat dilihat bahwa fungsi aparatur pajak yang
paling menjadi sorotan saat ini adalah fungsi
memberikan pelayanan (service). Hal ini
seiring juga dengan pesatnya perkembangan
administrasi publik di negara-negara maju
yang menjurus pada upaya mewirausahakan
birokrasi, yang sasaran intinya adalah
memungkinkan penyediaan pelayanan publik
yang prima kepada masyarakat dengan cara
yang paling efektif dan efisien. Pelayanan
publik yang dilakukan pada dasarnya
merupakan jenis pelayanan yang diberikan
10
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2
oleh instansi pemerintah. Pelayanan publik
memiliki tujuan yang lebih cenderung sebagai
suatu cara pemenuhan kebutuhan masyarakat
dalam
rangka
pelaksanaan
ketentuan
perundang-undangan. Hal ini tentu berbeda
dengan pelayanan bisnis (private). Pelayanan
bisnis merupakan jenis pelayanan yang
dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh
keuntungan / profit. Namun dengan
munculnya paradigma baru administrasi
publik yang dipelopori oleh Ted Gobbler dan
David Osbourne dengan karyanya The
Reinventing Government telah memberi
inspirasi kepada pemerintah bahwa organisasi
sektor publik pun harus dapat beroperasi
layaknya
organisasi
bisnis
dengan
menempatkan
masyarakat
sebagai
stockeholder yang harus dilayani dengan
sebaik-baiknya.
Apabila
kita
mengacu
pada
paradigma baru administrasi publik diatas,
maka pelayanan prima perpajakan yang
notabenenya merupakan jenis pelayanan
publik mengharuskan fiskus menempatkan
masyarakat wajib pajak sebagai pelanggan
yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya,
layaknya pelanggan dalam organisasi bisnis.
Tujuan dari pelayanan ini tentu untuk menjaga
kepuasan wajib pajak yang nantinya
diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan
masyarakat wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban pajaknya.
Mineti Somya Lasmana, dkk (2005)
menyatakan bahwa kepuasan wajib pajak
berkaitan erat dengan apa yang diterima wajib
pajak, sedangkan kepatuhan merupakan fungsi
dari tingkat kepuasan, artinya jika wajib pajak
puas maka mereka akan patuh. Dengan kata
lain dapat disimpulkan bahwa jika wajib pajak
memperoleh kepuasan dari layanan yang
diberikan oleh fiskus, maka mereka akan
menjadi wajib pajak yang loyal yaitu wajib
pajak yang patuh dalam melaksanakan
kewajiban pajaknya baik secara formal
maupun material. Andi Manurung (2007) juga
menyatakan bahwa salah satu langkah yang
harus ditempuh fiskus untuk meningkatkan
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya adalah memberikan
kualitas layanan yang prima dan memuaskan
kepada wajib pajak.
Berbagai
hasil
survey
telah
membuktikan bahwa pelaksanaan pelayanan
perpajakan yang diberikan kepada wajib pajak
di Indonesia sudah cukup baik walaupun
belum dapat disebut prima karena pelaksanaan
prosedur pelayanan belum diberikan secara
profesional
dimana
petugas
dalam
menjalankan tugasnya sering tidak menepati
batas penyelesaian pelayanan yang diminta
Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . .
ISSN : 2301-5268
oleh wajib pajak tersebut. Tjandra Wisesa
(2007) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa sistem informasi perpajakan belum
mendukung sepenuhnya kinerja pelayanan
yang diberikan KPP sehingga dalam
menyelesaikan keluhan dari wajib pajak
petugas menjadi kurang handal (reliability).
Akan tetapi berbagai penelitian
empiris terdahulu berhasil membuktikan
bahwa kualitas layanan fiskus walaupun
belum dapat dikatakan prima
tetap
memberikan pengaruh terhadap kepuasan
wajib pajak dan kepatuhan wajib pajak.
Adapun
penelitian-penelitian
tersebut
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
Andi Manurung (2007) yang menemukan
bahwa kualitas pelayanan prima perpajakan
berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap kepuasan wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban pajaknya. Penelitian
empiris lainnya dilakukan oleh Anggriyani
Windurisasi (Boediono, 2003 : 151-154),
Mineati Somya Lasmana, dkk (2005) dan
Rahmadini, dkk (2006) yang mencoba untuk
menguji secara langsung pengaruh kualitas
layanan prima perpajakan terhadap kepatuhan
wajib pajak. Dari berbagai hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa kualitas layanan
yang diberikan oleh aparat pajak memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban pajaknya.
Berdasarkan
penelitian-penelitian
sebelumnya penulis menemukan beberapa hal
yang tidak diteliti. Pertama, Mineati Somya
Lasmana, dkk (2005) hanya mendefenisikan
kepatuhan
sebagai
kepatuhan
formal
(administrative compliance) saja, sedangkan
Rahmadini, dkk (2006) tidak merinci variabel
kepatuhan wajib pajak menjadi subvariabel
technical compliance (kepatuhan teknis) dan
administrative
compliance
(kepatuhan
administratif/formal) sehingga analisis hasil
penelitian tersebut kurang mendalam, karena
sebenarnya kita dapat menganalisis bagaimana
pengaruh kualitas layanan fiskus terhadap
kedua dimensi kepatuhan tersebut. Kedua,
baik Mineati Somya Lasmana (2005) maupun
Rahmadini, (2006) tidak meneliti lebih lanjut
apakah terdapat perbedaan tingkat kepatuhan
yang ditunjukkan oleh wajib pajak atas
pengalamannya mendapatkan masalah layanan
beserta penyelesaiannya. Subihaini (2002)
menyatakan bahwa level / tingkat loyalitas
seseorang terhadap suatu organisasi dapat
dipengaruhi pengalaman pernah atau tidaknya
mendapat masalah layanan dan bentuk
penyelesaiannya, apakah memuaskan atau
tidak memuaskan.
11
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2
LANDASAN TEORI
Sikap Wajib Pajak Terhadap Pelayanan
Fiskus
Pelayanan adalah cara melayani
(membantu mengurus atau menyiapkan segala
keperluan yang dibutuhkan seseorang).
Sementara itu fiskus adalah petugas pajak.
Sehingga pelayanan fiskus dapat diartikan
sebagai cara petugas pajak dalam membantu
mengurus atau menyiapkan segala keperluan
yang dibutuhkan seseorang (dalam hal ini
adalah wajib pajak).
Tingkat keberhasilan penerimaan
pajak selain dipengaruhi oleh tax payer juga
dipengaruhi oleh tax policy, tax administration
dan tax law (A. Tony Prastiantono (1994).
Tiga faktor terakhir ini melekat dan
dikendalikan oleh fiskus itu sendiri, sedangkan
faktor tax payer didominasi dari dalam diri
wajib pajak itu sendiri. Petugas pajak (fiskus)
dalam melaksanakan tugasnya melayani
masyarakat atau wajib pajak sangat
dipengaruhi oleh adanya tax policy, tax
administration dan tax law.
Kepatuhan Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajibannya membayar pajak
tergantung pada bagaimana petugas pajak
memberikan mutu pelayanan yang terbaik
kepada wajib pajak. Selama ini peranan yang
fiskus miliki lebih banyak pada peran seorang
pemeriksa. Padahal untuk menjaga agar Wajib
Pajak tetap patuh terhadap kewajiban
perpajakannya dibutuhkan peran yang lebih
dari sekedar pemeriksa.
Fiskus yang bertanggung jawab dan
mendayagunakan SDM sangat dibutuhkan
guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Secara empiris hal ini telah dibuktikan oleh
Loekman Sutrisno (1994) yang menemukan
bahwa terdapat hubungan antara pembayaran
pajak dengan mutu pelayanan publik untuk
wajib pajak di sektor perkotaan. Fiskus
diharapkan memiliki kompetensi dalam arti
memiliki keahlian (skill), pengetahuan
(knowledge), dan pengalaman (experience)
dalam hal kebijakan perpajakan, administrasi
pajak dan perundang-undangan perpajakan.
Selain itu fiskus harus memiliki motivasi yang
tinggi sebagai pelayan publik.
Dari uraian tersebut, dapat dikatakan
bahwa sikap wajib pajak dalam memandang
mutu pelayanan petugas pajak (fiskus) diduga
akan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak di dalam membayar pajak. Oleh karena
itu sikap wajib pajak terhadap pelayanan
fiskus akan digunakan sebagai variabel bebas
dalam penelitian ini. Beberapa temuan empiris
seperti penelitian Sulud Kahono (2003) dan
Suyatmin (2004) menunjukkan bahwa sikap
wajib pajak terhadap pelayanan fiskus
Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . .
ISSN : 2301-5268
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib
pajak.
Pemahaman Tentang Perpajakan
Definisi Perpajakan
Beberapa defenisi pajak yang diberikan
oleh beberapa ahli, yaitu :
1.
Rochmat Soemitro
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara (peralihan kekayaan dari sektor
partkelir ke sektor pemerintah) berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal balik
(tegen prestatie) yang langsung dapat ditunjuk
dan digunakan untuk membayar pengeluaran
umum (public uitgaven).
Defenisi ini kemudian dikoreksi sehingga :
Pajak merupakan peralihan kekayaan
dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplus-nya
public saving digunakan untuk
public
investment .
2.
Soeparman Soemahamidjaja
Pajak ialah iuran wajib, berupa uang atau
barang yang dipungut oleh pengusaha
berdasarkan norma-norma hukum, guna
menutup biaya produksi barang-barang dan
jasa kolektif guna mencapai kesejahteraan
umum.
Fungsi dan Karakteristik Pajak
Pada dasarnya fungsi pajak adalah
sebagai sumber keuangan negara (budgetair).
Namun ada fungsi lain yang lebih penting
yaitu fungsi mengatur (regulator).
1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan
Negara)
Fungsi sumber keuangan negara
maksudnya bahwa fungsi pajak untuk
memasukkan uang ke kas negara atau
dengan kata lain fungsi pajak sebagai
sumber penerimaan negara dan
digunakan
untuk
membiayai
pengeluaran negara baik berupa
pengeluaran
rutin
maupun
pengeluaran pembangunan.
2. Fungsi Regulator / Non Budgetair
(Fungsi mengatur)
Selain berfungsi sebagai sumber
pemasukan negara , pajak juga
dimaksudkan
sebagai
usaha
pemerintah untuk ikut campur tangan
dalam hal mengatur dan jika perlu
mengubah susunan pendapatan dan
kekayaan dalam sektor swasta.
12
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2
Pada
fungsi
mengatur
ini,
pemungutan pajak digunakan sebagai
berikut :
a. Sebagai
alat
untuk
melaksanakan
kebijkan
negara
dalam
bidang
ekonomi dan sosial.
b. Sebagai alat untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu yang
letaknnya diluar bidang
keuangan.
Sistem Pemungutan Pajak
Sistem-sistem pemungutan pajak
diantaranya :
a. Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan
pajak yang memberi wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untuk
menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-ciri
dari sistem ini yaitu :
1. Wewenang untuk menetukan
besarnya pajak terutang berada
di tangan fiskus.
2. Wajib Pajak bersifat pasif
3. Utang pajak timbul setelah
dikeluarkannya Surat Ketetapan
Pajak oleh fiskus.
b. Self Assessment System
Self Assessment System dapat
dibagi menjadi Semi Self Assessment
System dan Full Assessment System.
Semi Self Assessment System adalah
sistem pemungutan pajak dimana
wewenang
untuk
menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh
Wajib Pajak berada pada dua pihak,
yaitu Wajib Pajak dan Fiskus.
Dengan sistem ini maka
pada awal tahun pajak Wajib Pajak
menentukan atau menaksir sendiri
besarnya jumlah pajak yang akan
terutang untuk tahun berjalan.
Berdasarkan taksiran tersebut Wajib
Pajak membayar pajak dalam bentuk
angsuran. Pada akhir tahun pajak
yang
sesungguhnya
terutang
ditetapkan oleh fiskus melalui Surat
Ketetapan Pajak (SKP). Ciri-ciri dari
sistem ini :
1. Wewenang untuk menentukan
besarnya pajak terutang ada pada
Wajib Pajak itu sendiri.
2. Wajib Pajak bersifat aktif, mulai
dari
menghitung,
memperhitungkan, menyetor dan
melaporkan
sendiri
pajak
terutang.
Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . .
ISSN : 2301-5268
3.
c.
Fiskus tidak ikut campur dan
hanya mengawasi.
With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan
pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan Fiskus
dan juga bukan Wajib Pajak) untuk
menentukan besarnya jumlah pajak
terutang oleh wajib pajak.
Wajib Pajak
Definisi Wajib Pajak
Wajib Pajak (WP) adalah orang
pribadi atau badan yang menurut ketentuan
perundang-undangan perpajakan ditentukan
untuk melakukan kewajiban perpajakan
termasuk pemungut pajak atau pemotong
pajak tertentu.
Penggolongan Wajib Pajak
Wajib Pajak dapat dibedakan atas
dua :
a.
b.
Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP)
Adalah orang pribadi yang menurut
ketentuan
perundang-undangan
perpajakan
ditentukan
untuk
melakukan kewajiban perpajakan.
Wajib Pajak Badan (WP Badan)
Adalah sekumpulan orang atau modal
yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi
Perseroan Terbatas (PT), Perseroan
Komanditer (CV), Perseroan lainnya,
Badan Usaha Milik Negara / Daerah
(BUMN / BUMD) dengan nama dan
bentuk apapun, Firma, Yayasan,
Organisasi Massa, Organisasi Politik
atau
organisasi
yang
sejenis,
Lembaga, Bentuk Usaha Tetap
(BUT) dan Bentuk Usaha lainnya.
Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak
Kewajiban perpajakan wajib pajak
secara umum adalah kewajiban untuk
melaksanakan
ketentuan
perpajakan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Perpajakan serta petunjuk pelaksanaannya.
Kewajiban wajib pajak secara terinci
yaitu :
a. Mendaftarkan diri untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
dan melaporkan usahanya bagi
pengusaha yang dikenakan pajak
berdasarkan undang-undang Pajak
Pertambahan
Nilai
1984 dan
13
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2
b.
b.
c.
d.
perubahannya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak
(PKP).
Mengambil sendiri, mengisi dengan
benar,
lengkap,
jelas
dan
menandatangani serta menyampaikan
Surat Pemberitahuan (SPT) ke Dirjen
Pajak tempat wajib pajak terdaftar
atau dikukuhkan sebagai pengusaha
kena pajak dalam batas waktu yang
ditentukan.
Menghitung dan membayar atau
menyetorkan sendiri pajak terutang
dengan benar
Menyelenggarakan pembukuan atau
pencatatan
Bila diperiksa maka wajib :
Memperlihatkan
dan
atau
meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasar
dan
dokumen
lain
yang
berhubungan
dengan
penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas
wajib pajak atau objek pajak
yang terutang pajak.
Perilaku Dan Kepatuhan Wajib Pajak
Perilaku Wajib Pajak
Hasil proses belajar (pengalaman)
yang melatarbelakangi karakteristik individu
(Pribadi Individu) lebih lanjut menimbulkan
sikap
individu
terhadap
rangsangan
lingkungan ini menjadi dasar (titik tolak)
dalam menentukan alternatif tindakan dan
pemeliharaan tindakan. Apabila sikap individu
dimanifestasikan kedalam tindakan (action)
yang dapat diamati, maka tindakan tersebut
menjadi cermin perilakunya “ perilaku
manusia dalam aspek variabel dari realitas ”.
Pada umumnya perilaku di dalam
masyarakat sangat dipengaruhi oleh perubahan
(pembangunan)
sosio-kultural
yang
merupakan ciri khas sesama masyarakat dan
semua
kebudayaan
baik
masyarakat
tradisional maupun masyarakat modern. Sikap
tidak hanya satu tindakan atau jawabanjawaban tertentu dari seseorang tetapi
merupakan keseluruhan tindakan dimana satu
dengan lainnya saling berhubungan. Dalam
hal ini lingkungan sosial dan kebudayaan
memberikan pengaruh yang besar terhadap
masing-masing individu sehingga lingkungan
sosial dan kebudayaan yang berbeda akan
menghasilkan tingkah laku atau sikap yang
berbeda pula.
Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Ketika membicarakan kepatuhan
perpajakan (tax compliance), maka terlebih
Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . .
ISSN : 2301-5268
dahulu perlu diketahui kategori atau jenis dari
kepatuhan perpajakan (tax complance).
Menurut Moh. Nashih dan Puput Tri Komala
Sari (2003) kepatuhan perpajakan dapat
dikategorikan menjadi dua hal :
a. Administrative Compliance
Merupakan
bentuk
kepatuhan
terhadap aturan-aturan administratif
seperti pengajuan pembayaran yang
tepat waktu.
b. Technical Compliance
Merupakan kepatuhan wajib pajak
terhadap terhadap teknis pembayaran
pajak, misalnya pajak dihitung sesuai
dengan ketentuan teknis dari undangundang perpajakan.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk
menjelaskan
karakteristik
responden
penelitian. Dalam analisis ini akan dipaparkan
deskripsi responden berdasarkan lama
perusahaan, jenis kelamin, dan pendidikan.
Selanjutnya analisa deskriptif ini juga
memaparkan distribusi frekuensi jawaban
responden untuk masing-masing item variabel
penelitian yaitu reliability (keandalan),
responsiveness (keresponsifan), assuarance
(jaminan), empathy, tangiables (kewujudan),
dan Kepatuhan Wajib Pajak. Dengan metode
ini, analisa yang dilakukan berupa uraian yang
bersifat
keterangan
untuk
membantu
menguraikan hasil penelitian.
Profil Responden Berdasarkan Lama
Apotek
Setelah dilakukan proses tabulasi
dari kuisioner yang berjumlah 40
responden, maka didapatkan hasil
frekuensi responden berdasarkan jenis
kelamin sebagai berikut:
Tabel 1 di atas menunjukkan
bahwa apotek yang paling lama berdiri
yaitu diatas 10 tahun sebanyak 15 apotek
(37,5%), 5-10 tahun sebanyak 14 apotek
14
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2
(35%), dan kurang dari 5 tahun sebanyak
11 apotek (27,5%).
Profil Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Berdasarkan kuisioner yang telah disebar
dan
diisi
oleh
responden,
peneliti
mengklasifikasikan jenis kelamin responden,
sebagaimana terlihat pada Tabel 4.2 berikut:
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa
jumlah responden terbesar adalah kelompok
responden yang berjenis kelamin pria dengan
jumlah 23 responden (47,5%) dan kelompok
responden berjenis kelamin wanita dengan
jumlah 17 responden (42,5%).
Profil Responden Berdasarkan Pendidikan
Dari 81 responden yang telah
mengisi kuisioner secara garis besar
pendidikan responden dapat dikelompokan
menjadi lima kelompok. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini:
ISSN : 2301-5268
Dalam penelitian ini, variabel reliability
(keandalan) dioperasionalisasikan dengan
menggunakan
4
(empat)
instrumen
pertanyaan, instrumen pertanyaan tersebut
dapat dilihat pada tabel 4 berikut:
Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban
responden terhadap instrumen pertanyaan
variabel reliability, terlihat bahwa mayoritas
responden penelitian memberikan jawaban
dengan kategori “Setuju”.
Distribusi frekuensi jawaban variabel
responsiveness (keresponsifan)
Dalam penelitian ini, variabel
responsiveness
(keresponsifan)
dioperasionalisasikan dengan menggunakan 5
(lima) instrumen pertanyaan, instrumen
pertanyaan tersebut dapat dilihat pada table 5
berikut:
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa
jumlah responden terbesar adalah kelompok
responden yang pendidikan adalah S1
(sarjana) sebanyak 28 responden (70%).
Sedangkan proporsi terkecil adalah kelompok
responden yang pendidikan adalah D3
sebanyak 12 responden (30%).
Distribusi Frekuensi Instrumen Pertanyaan
Penelitian ini menggunakan variabel
yaitu reliability (keandalan), responsiveness
(keresponsifan),
assuarance
(jaminan),
empathy, dan tangiables (kewujudan) sebagai
variabel bebas, sedangkan variabel Kepatuhan
Wajib Pajak sebagai variabel terikat. Berikut
ini akan dideskripsikan jawaban responden
terhadap masing-masing variabel penelitian:
Distribusi frekuensi jawaban variabel
reliability (keandalan)
Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . .
Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban
responden terhadap instrumen pertanyaan
variabel responsiveness. Berdasarkan tabel
tersebut, terlihat bahwa mayoritas responden
penelitian memberikan jawaban dengan
kategori “Setuju”.
Dstribusi frekuensi jawaban variabel
assuarance (jaminan)
Dalam penelitian ini, variabel
assuarance (jaminan) dioperasionalisasikan
dengan menggunakan 5 (lima) instrumen
15
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2
ISSN : 2301-5268
pertanyaan, instrumen pertanyaan tersebut
dapat dilihat pada table 6 berikut:
Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban
responden terhadap instrumen pertanyaan
variabel assuarance. Berdasarkan tabel
tersebut, terlihat bahwa mayoritas responden
penelitian memberikan jawaban dengan
kategori “Sangat setuju dan Setuju”.
Distribusi frekuensi jawaban variabel
empathy (kepedulian)
Dalam penelitian ini, variabel
empathy
dioperasionalisasikan
dengan
menggunakan
4
(empat)
instrumen
pertanyaan, instrumen pertanyaan tersebut
dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban
responden terhadap instrumen pertanyaan
variabel empathy. Berdasarkan tabel tersebut,
terlihat bahwa mayoritas responden penelitian
memberikan jawaban dengan kategori
“Setuju”.
Ditribusi frekuensi jawaban variabel
tangiables (kewujudan)
Dalam penelitian ini, variabel
tangibles
dioperasionalisasikan
dengan
menggunakan 3 (tiga) instrumen pertanyaan,
instrumen pertanyaan tersebut dapat dilihat
pada tabel 8 berikut:
Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . .
Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban
responden terhadap instrumen pertanyaan
variabel tangibles. Berdasarkan tabel tersebut,
terlihat bahwa mayoritas responden penelitian
memberikan jawaban dengan kategori
“Setuju”.
Distribusi frekuensi jawaban
Kepatuhan Wajib Pajak
variabel
Dalam penelitian ini, variabel
Kepatuhan Wajib Pajak dioperasionalisasikan
dengan menggunakan 5 (lima) instrumen
pertanyaan, instrumen pertanyaan tersebut
dapat dilihat pada tabel 9 berikut:
Berdasarkan distribusi frekuensi
jawaban responden terhadap instrumen
pertanyaan variabel Kepatuhan Wajib Pajak.
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa
mayoritas responden penelitian memberikan
jawaban dengan kategori “Setuju”.
Pengujian Instrumen Penelitian
Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur
sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
pada kuesioner mampu mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Uji signifikansi dilakukan dengan
membandingkan nilai rhitung dengan r table dicari
pada signifikan 0,05 dengan uji 2 sisi dan
jumlah data (n)= 40, maka di dapat r table
sebesar 0,312. Berikut uji validitas yang
dilakukan pada variabel bebas (independent
variable) yaitu reliability (keandalan),
responsiveness (keresponsifan), assuarance
(jaminan),
empathy,
dan
tangibles
16
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2
ISSN : 2301-5268
(kewujudan)
terhadap
variabel
terikat
(dependent variable) Kepatuhan Wajib Pajak.
a. Validitas variabel reliability
Untuk
variabel
reliability
(keandalan),
berikut
ini
akan
diperlihatkan analisis validitas terhadap
instrumen pertanyaan:
Berdasarkan hasil analisa validitas yang
ringkas pada tabel 10 di atas, terlihat bahwa 4
instrumen pertanyaan yang mengukur variabel
reliability (keandalan) dinyatakan valid. Hal
ini dapat dibuktikan bahwa ke 4 instrumen
pertanyaan tersebut berkorelasi signifikan
terhadap nilai total instrumen reliability
(keandalan) pada tingkat 0,05 atau 5% dan
0,01 atau 1 %.
b. Validitas variabel Responsiveness
Berdasarkan
hasil
analisa
validitas yang ringkas pada Tabel 12 di
atas, terlihat bahwa 5 instrumen
pertanyaan yang mengukur variabel
assuarance dinyatakan valid. Hal ini
dapat dibuktikan bahwa ke 5 instrumen
pertanyaan
tersebut
berkorelasi
signifikan terhadap nilai total instrumen
assuarance pada tingkat 0,05 atau 5%
dan 0,01 atau 1 %.
b. Validitas variabel empathy
Untuk variabel empathy, berikut
ini akan diperlihatkan analisis validitas
terhadap instrumen pertanyaan:
Untuk variabel responsiveness, berikut ini
akan diperlihatkan analisis validitas terhadap
instrumen pertanyaan:
Berdasarkan hasil analisa validitas yang
ringkas pada Tabel 13 di atas, terlihat bahwa 4
instrumen pertanyaan yang mengukur variabel
empathy dinyatakan valid. Hal ini dapat
dibuktikan bahwa ke 4 instrumen pertanyaan
tersebut berkorelasi signifikan terhadap nilai
total instrumen empathy pada tingkat 0,05 atau
5% dan 0,01 atau 1 %.
Berdasarkan hasil analisa validitas yang
ringkas pada Tabel 11 di atas, terlihat bahwa 5
instrumen pertanyaan yang mengukur variabel
responsiveness dinyatakan valid. Hal ini dapat
dibuktikan bahwa ke 5 instrumen pertanyaan
tersebut berkorelasi signifikan terhadap nilai
total instrumen responsiveness pada tingkat
0,05 atau 5% dan 0,01 atau 1 %.
a. Validitas variabel Assuarance
Untuk variabel assuarance,
berikut ini akan diperlihatkan analisis
validitas terhadap instrumen pertanyaan:
Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . .
c. Validitas variabel tangibles
Untuk
variabel
tangibles,
berikut ini akan diperlihatkan analisis
validitas terhadap instrumen pertanyaan:
17
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2
Berdasarkan hasil analisa validitas
yang ringkas pada Tabel 14 di atas, terlihat
bahwa 3 instrumen pertanyaan yang mengukur
variabel tangibles dinyatakan valid. Hal ini
dapat dibuktikan bahwa ke 3 instrumen
pertanyaan tersebut berkorelasi signifikan
terhadap nilai total instrumen tangibles pada
tingkat 0,05 atau 5% dan 0,01 atau 1 %.
d. Validitas
variabel
Kepatuhan
Wajib Pajak
Untuk
variabel
Kepatuhan
Wajib Pajak, berikut
ini akan
diperlihatkan analisis validitas terhadap
instrumen pertanyaan:
Berdasarkan hasil analisa validitas
yang ringkas pada Tabel 15 di atas, terlihat
bahwa 5 instrumen pertanyaan yang mengukur
variabel Kepatuhan Wajib Pajak dinyatakan
valid. Hal ini dapat dibuktikan bahwa ke 5
instrumen pertanyaan tersebut berkorelasi
signifikan terhadap nilai total instrumen
Kepatuhan Wajib Pajak pada tingkat 0,05 atau
5% dan 0,01 atau 1 %.
Hasil Uji Reliabilitas
Menurut
Sekaran
(2003:422),
reliabilitas merupakan konsistensi dan
stabilitas dari pengukuran instrumen. Dengan
demikian, reliabilitas mencakup dua hal utama
yaitu stabilitas ukuran dan konsistensi internal
ukuran. Untuk mengetahui reliabilitas variabel
reliability (keandalan) (X1), responsiveness
(keresponsifan) (X2), assuarance (jaminan)
(X3), empathy (X4), tangibles (kewujudan)
(X5) dan Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
digunakan Cronbach’s alpha minimal 0.60
(Nunnaly, 1978).
ISSN : 2301-5268
nilai Cronbach’s alpha untuk variabel
Reliability (0,758>0,60), Responsiveness
(0,741>0,60),
Assuarance
(0,896>0,60),
Empathy
(0,745>0,60),
Tangibles
(0,710>0,60) dan Kepatuhan Wajib Pajak
(0,804>0,60). Dari hasil di atas, dapat
diartikan bahwa semua variabel dalam
penelitian ini adalah reliabel atau handal.
Dengan kata lain, semua instrumen pertanyaan
yang dipergunakan adalah stabil dan konsisten
dalam mengukur masing-masing variabel
(reliability,
responsiveness,
assuarance,
empathy, tangibles dan Kepatuhan Wajib
Pajak).
Uji Hipotesis
Uji Hipotesis Pertama
a) Analisis Korelasi
Untuk
menguji
hipotesis
pertama, yaitu terdapat pengaruh
yang signifikan antara reliability
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak,
maka uji korelasi yang digunakan
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Berdasarkan tabel 17 di atas
diperoleh bahwa nilai R adalah 0,591 yaitu
terdapat hubungan yang sedang positif antara
reliability dengan Kepatuhan Wajib Pajak dan
nilai koefisien determinan atau R square
adalah 0,349 yang berarti bahwa Kepatuhan
Wajib Pajak dipengaruhi oleh reliability
sebesar 34,9% sisanya 65,1% dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam
penelitian yang diteliti.
b) Analisis Regresi Linier Sederhana
Dari hasil regresi linier
sederhana terhadap data penelitian,
hasil analisis reliability terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak diperoleh
hasil seperti tabel berikut ini:
Tabel 16 berikut ini memperlihatkan
hasil analisis reliabilitas atas variabel
penelitian, tabel tersebut menunjukkan bahwa
Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . .
18
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2
ISSN : 2301-5268
Berdasarkan tabel 19 di atas diperoleh bahwa
nilai R adalah 0,348 yaitu terdapat hubungan
yang rendah antara responsiveness dengan
Kepatuhan Wajib Pajak dan nilai koefisien
determinan atau R square adalah 0,121 yang
berarti bahwa Kepatuhan Wajib Pajak
dipengaruhi oleh responsiveness sebesar
12,1% sisanya 87,9% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak termasuk dalam
penelitian yang diteliti.
Berdasarkan tabel 18 di atas, dapat
diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 10,669 + 0,586 X1
Dengan persamaan tersebut dapat
dijelaskan
bahwa
setiap
peningkatan
reliability satu satuan, maka Kepatuhan Wajib
Pajak akan mengalami peningkatan sebesar
0,586 satuan atau koefisien regresinya adalah
0,586. Sedangkan bila reliability diasumsikan
nol atau tidak ada maka Kepatuhan Wajib
Pajak tetap akan ada sebesar konstanta yaitu
10,669 satuan.
c) Uji t
Uji ini digunakan untuk mengetahui
apakah dalam model regresi variabel
reliability secara parsial berpengaruh terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak. Dari analisis data uji t
diperoleh thitung sebesar 4,512 sedangkan ttabel
pada taraf kepercayaan  = 0,05 sebesar
2,032 dengan signifikansi 0,000<0,05, maka
Ho ditolak dan ini diperkuat dengan signifikan
yang diperoleh dari data yaitu kecil dari 5%.
Maka dapat disimpulkan bahwa reliability
mempunyai pengaruh yang signifikan dan
positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak,
artinya
apabila
reliability
mengalami
peningkatan, maka Kepatuhan Wajib Pajak
akan semakin meningkat dan begitu
sebaliknya, apabila reliability mengalami
penurunan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan
menurun.
b) Analisis Regresi Linier Sederhana
Dari hasil regresi linier sederhana
terhadap data penelitian, hasil analisis
responsiveness terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak diperoleh hasil seperti tabel berikut ini:
Berdasarkan tabel 20 di atas, dapat
diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 25,892 - 0,336 X2
Dengan persamaan tersebut dapat
dijelaskan
bahwa
setiap
penurunan
responsiveness satu satuan, maka Kepatuhan
Wajib Pajak akan mengalami peningkatan
sebesar -0,336 satuan atau koefisien
regresinya adalah -0,336. Sedangkan bila
responsiveness diasumsikan nol atau tidak ada
maka Kepatuhan Wajib Pajak tetap akan ada
sebesar konstanta yaitu 25,892 satuan.
b)
Uji Hipotesis Kedua
a)
Analisis Korelasi
Untuk menguji hipotesis kedua, yaitu
terdapat pengaruh yang signifikan antara
responsiveness terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak, maka uji korelasi yang digunakan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . .
Uji t
Uji ini digunakan untuk mengetahui
apakah dalam model regresi variabel
responsiveness secara parsial berpengaruh
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Dari analisis
data uji t diperoleh thitung sebesar -2,291
sedangkan ttabel pada taraf kepercayaan  =
0,05 sebesar -2,032 dengan signifikansi
0,028<0,05, maka Ho ditolak dan ini diperkuat
dengan signifikan yang diperoleh dari data
yaitu kecil dari 5%. Maka dapat disimpulkan
bahwa responsiveness mempunyai pengaruh
yang signifikan dan negatif terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak, artinya apabila
responsiveness mengalami penurunan, maka
Kepatuhan Wajib Pajak akan semakin
menurun dan begitu sebaliknya, apabila
responsiveness mengalami peningkatan, maka
Kepatuhan Wajib Pajak akan meningkat.
19
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2
Uji Hipotesis Ketiga
a)
Analisis Korelasi
Untuk menguji hipotesis ketiga, yaitu
terdapat pengaruh yang signifikan antara
assuarance terhadap Kepatuhan Wajib Pajak,
maka uji korelasi yang digunakan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Berdasarkan tabel 21 di atas diperoleh
bahwa nilai R adalah 0,172 yaitu terdapat
hubungan yang sangat rendah antara
assuarance dengan Kepatuhan Wajib Pajak
dan nilai koefisien determinan atau R square
adalah 0,030 yang berarti bahwa Kepatuhan
Wajib Pajak dipengaruhi oleh assuarance
sebesar 3% sisanya 97% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak termasuk dalam
penelitian yang diteliti.
Analisis Regresi Linier Sederhana
Dari hasil regresi linier sederhana
terhadap data penelitian, hasil analisis
assuarance terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
diperoleh hasil seperti tabel berikut ini:
ISSN : 2301-5268
Uji ini digunakan untuk mengetahui
apakah dalam model regresi variabel
assuarance secara parsial berpengaruh
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Dari analisis
data uji t diperoleh thitung sebesar 1,075
sedangkan ttabel pada taraf kepercayaan  =
0,05 sebesar 2,032 dengan signifikansi
0,289>0,05, maka Ho diterima dan ini
diperkuat dengan signifikan yang diperoleh
dari data yaitu diatas dari 5%. Maka dapat
disimpulkan
bahwa
assuarance
tidak
mempunyai pengaruh terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak.
Uji Hipotesis Keempat
a) Analisis Korelasi
Untuk
menguji
hipotesis
keempat, yaitu terdapat pengaruh
yang signifikan antara empathy
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak,
maka uji korelasi yang digunakan
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
b)
Berdasarkan tabel 23 di atas
diperoleh bahwa nilai R adalah 0,425 yaitu
terdapat hubungan yang sedang positif antara
empathy dengan Kepatuhan Wajib Pajak dan
nilai koefisien determinan atau R square
adalah 0,181 yang berarti bahwa Kepatuhan
Wajib Pajak dipengaruhi oleh empathy sebesar
18,1% sisanya 81,9% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak termasuk dalam
penelitian yang diteliti.
b)
Berdasarkan tabel 22 di atas, dapat
diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 16,606 + 0,141 X3
Dengan persamaan tersebut dapat
dijelaskan
bahwa
setiap
peningkatan
assuarance satu satuan, maka Kepatuhan
Wajib Pajak akan mengalami peningkatan
sebesar 0,141 satuan atau koefisien regresinya
adalah 0,141. Sedangkan bila assuarance
diasumsikan nol atau tidak ada maka
Kepatuhan Wajib Pajak tetap akan ada sebesar
konstanta yaitu 16,606 satuan.
c) Uji t
Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . .
Analisis Regresi Linier Sederhana
Dari hasil regresi linier sederhana
terhadap data penelitian, hasil analisis
empathy terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
diperoleh hasil seperti tabel berikut ini:
20
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2
Berdasarkan tabel 24 di atas, dapat
diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 12,520 + 0,463 X4
Dengan persamaan tersebut dapat
dijelaskan bahwa setiap peningkatan empathy
satu satuan, maka Kepatuhan Wajib Pajak
akan mengalami peningkatan sebesar 0,463
satuan atau koefisien regresinya adalah 0,463.
Sedangkan bila empathy diasumsikan nol atau
tidak ada maka Kepatuhan Wajib Pajak tetap
akan ada sebesar konstanta yaitu 12,520
satuan.
c) Uji t
Uji ini digunakan untuk mengetahui
apakah dalam model regresi variabel empathy
secara
parsial
berpengaruh
terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak. Dari analisis data uji t
diperoleh thitung sebesar 2,894 sedangkan ttabel
pada taraf kepercayaan  = 0,05 sebesar
2,032 dengan signifikansi 0,006<0,05, maka
Ho ditolak dan ini diperkuat dengan signifikan
yang diperoleh dari data yaitu kecil dari 5%.
Maka dapat disimpulkan bahwa empathy
mempunyai pengaruh yang signifikan dan
positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak,
artinya
apabila
empathy
mengalami
peningkatan, maka Kepatuhan Wajib Pajak
akan semakin meningkat dan begitu
sebaliknya, apabila empathy mengalami
penurunan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan
menurun.
ISSN : 2301-5268
variabel lain yang tidak termasuk dalam
penelitian yang diteliti.
b) Analisis Regresi Linier Sederhana
Dari hasil regresi linier sederhana terhadap
data penelitian, hasil analisis tangibles
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak diperoleh
hasil seperti tabel berikut ini:
Berdasarkan tabel 26 di atas, dapat
diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 10,747 + 0,801 X5
Dengan persamaan tersebut dapat
dijelaskan bahwa setiap peningkatan tangibles
satu satuan, maka Kepatuhan Wajib Pajak
akan mengalami peningkatan sebesar 0,801
satuan atau koefisien regresinya adalah 0,801.
Sedangkan bila tangibles diasumsikan nol atau
tidak ada maka Kepatuhan Wajib Pajak tetap
akan ada sebesar konstanta yaitu 10,747
satuan.
c) Uji t
Uji Hipotesis Kelima
a) Analisis Korelasi
Untuk menguji hipotesis kelima, yaitu
terdapat pengaruh yang signifikan antara
tangibles terhadap Kepatuhan Wajib Pajak,
maka uji korelasi yang digunakan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Berdasarkan tabel 25 di atas diperoleh
bahwa nilai R adalah 0,601 yaitu terdapat
hubungan yang sedang antara tangibles
dengan Kepatuhan Wajib Pajak dan nilai
koefisien determinan atau R square adalah
0,361 yang berarti bahwa Kepatuhan Wajib
Pajak dipengaruhi oleh tangibles sebesar
36,1% sisanya 63,9% dipengaruhi oleh
Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . .
Uji ini digunakan untuk mengetahui
apakah dalam model regresi variabel tangibles
secara
parsial
berpengaruh
terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak. Dari analisis data uji t
diperoleh thitung sebesar 4,633 sedangkan ttabel
pada taraf kepercayaan  = 0,05 sebesar
2,032 dengan signifikansi 0,000<0,05, maka
Ho ditolak dan ini diperkuat dengan signifikan
yang diperoleh dari data yaitu kecil dari 5%.
Maka dapat disimpulkan bahwa tangibles
mempunyai pengaruh yang berarti atau
signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak,
artinya
apabila
tangibles
mengalami
peningkatan, maka Kepatuhan Wajib Pajak
akan semakin meningkat dan begitu
sebaliknya, apabila tangibles mengalami
penurunan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan
menurun.
Uji Hipotesis Keenam
a) Analisis Korelasi Berganda (R)
Analisa ini digunakan untuk mengetahui
hubungan antara reliability, responsiveness,
assuarance, empathy, tangibles tehadap
Kepatuhan Wajib Pajak secara serentak.
Apabila nillai R berkisar 0 sampai 1, nilai
semakin mendekati 1 berarti hubungan yang
21
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2
terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin
mendekati 0 maka hubungan semakin lemah.
Analisa tersebut dapat disajikan pada Tabel
27.
ISSN : 2301-5268
1.
2.
Berdasarkan tabel 27 di atas
diperoleh bahwa nilai R adalah 0,807 yaitu
terdapat hubungan yang kuat antara reliability,
responsiveness,
assuarance,
empathy,
tangibles dengan Kepatuhan Wajib Pajak dan
nilai koefisien determinan atau R square
adalah 0,651 yang berarti bahwa Kepatuhan
Wajib Pajak dipengaruhi oleh reliability,
responsiveness,
assuarance,
empathy,
tangibles sebesar 65,1% sisanya 34,9%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
termasuk dalam penelitian yang diteliti.
b) Analisis Regresi Linear Berganda
Tujuan menggunakan analisa regresi
berganda dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
reliability,
responsiveness,
assuarance,
empathy, dan tangibles baik secara parsial
maupun simultan terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak. Hasil analisa regresi berganda tersebut
diringkas pada tabel 4.28 berikut ini:
3.
4.
5.
6.
Dari Tabel 28 di atas, terlihat nilai
koefisien determinasi (R Square atau R2)
sebesar 0,651; hal ini menunjukkan bahwa
besarnya
persentase
sumbangan
atau
kontribusi
variabel
bebas
(reliability,
responsiveness, assuarance, empathy, dan
tangibles) secara bersama-sama terhadap
variabel terikat (Kepatuhan Wajib Pajak)
adalah sebesar 65,1%. Persamaan regresi
sebagai berikut:
Y = 5,291+ 0,460X1 - 0,212X2 + 0,154X3 +
0,289X4 + 0,347X5
Interpretasi dari persamaan regresi berganda
tersebut dapat diartikan sebagai berikut :
Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . .
Konstanta sebesar 5,291; artinya
jika reliability, responsiveness,
assuarance, empathy, tangibles
nilainya adalah 0, maka
Kepatuhan Wajib Pajak nilainya
adalah sebesar 5,291.
Koefisien
regresi
variabel
reliability sebesar 0,460; artinya
jika variabel independen lainnya
tetap dan variabel reliability
mengalami peningkatan satu (1)
satuan, maka Kepatuhan Wajib
Pajak
akan
mengalami
peningkatan sebesar 0,460.
Koefisien
regresi
variabel
responsiveness sebesar -0,212;
artinya jika variabel independen
lainnya tetap dan variabel
responsiveness
mengalami
penurunan satu (1) satuan, maka
Kepatuhan Wajib Pajak akan
mengalami penurunan sebesar 0,212.
Koefisien
regresi
variabel
assuarance
sebesar
0,154;
artinya jika variabel independen
lainnya tetap dan variabel
assuarance
mengalami
peningkatan satu (1) satuan,
maka Kepatuhan Wajib Pajak
akan mengalami peningkatan
sebesar 0,154.
Koefisien
regresi
variabel
empathy sebesar 0,289; artinya
jika variabel independen lainnya
tetap dan variabel empathy
mengalami peningkatan satu (1)
satuan, maka Kepatuhan Wajib
Pajak
akan
mengalami
peningkatan sebesar 0,289.
Koefisien
regresi
variabel
tangibles sebesar 0,347; artinya
jika variabel independen lainnya
tetap dan variabel tangibles
mengalami peningkatan satu (1)
satuan, maka Kepatuhan Wajib
Pajak
akan
mengalami
peningkatan sebesar 0,347.
c) Uji Koefisien Regresi Simultan (Uji
F)
Untuk melakukan pengujian
hipotesis secara simultan tentang
pengaruh
variabel
reliability,
responsiveness, assuarance, empathy,
tangibles terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak menurut Jonathan (2004:141),
maka dapat dilihat dari ringkasan
hasil analisa regresi yang disajikan
pada Tabel 29.
22
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2
ISSN : 2301-5268
d.
e.
Berdasarkan uji F atau Analysis Of
Variance (ANOVA) diperoleh nilai uji F
adalah sebesar 12,710 dengan tingkat
signifikan 0,000. Nilai signifikan ini berada
jauh dibawah 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel reliability, responsiveness,
assuarance, empathy, tangibles secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak. Besarnya pengaruh
adalah 65,1%. Besarnya pengaruh variabel
lain dapat dihitung dengan menggunakan
rumus : 1 - r2 atau 1 – 0,651 = 0,349 atau
34,9%.
Interpretasi Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian tersebut di atas,
maka dapat dirumuskan strategi-strategi untuk
meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak
berdasarkan nilai rata-rata jawaban responden
terhadap
instrumen
pertanyaan
direkomendasikan kepada pemilik Apotek
kota Padang sebagai berikut:
a. Ada pengaruh signifikan antara
variabel reliability secara signifikan
dan positif terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak sebesar 34,9%. Untuk
itu petugas pelayanan pajak (fiskus)
harus
meningkatkan
memberi
pelayanan yang lebih menjanjikan
dengan
segera,
akurat,
dan
memuaskan kepada Wajib Pajak.
b. Ada pengaruh signifikan antara
variabel
responsiveness
secara
signifikan dan positif terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak sebesar
12,1%. Untuk itu petugas pelayanan
pajak (fiskus) harus meningkatkan
ketanggapan yang lebih membantu
dan memberikan pelayanan yang di
butuhkan Wajib Pajak.
c. Tidak ada pengaruh antara variabel
assuarance terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak. Untuk itu petugas
pelayanan pajak (fiskus) harus
meningkatkan kemampuan yang
lebih
dalam
membangkitkan
kepercayaan dan keyakinan Wajib
Pajak.
Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . .
Ada pengaruh signifikan antara
variabel empathy secara signifikan
dan positif terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak sebesar 18,1%. Untuk
itu petugas pelayanan pajak (fiskus)
harus lebih meningkatkan kepedulian
dalam memberikan pelayanan kepada
Wajib Pajak.
Ada pengaruh signifikan antara
variabel tangibles secara signifikan
dan positif terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak sebesar 36,1%. Untuk
itu petugas pelayanan pajak (fiskus)
harus meningkatkan ketersediaan
sarana
dan
prasarana
fisik,
penampilan pegawai, perlengkapan
serta sarana komunikasi kepada
Wajib Pajak.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisa data, interpretasi hasil
penelitian, dan pembahasan yang telah
disampaikan sebelumnya, maka dapat
dikemukakan beberapa kesimpulan dari hasil
penelitian ini sebagai berikut:
1. Variabel reliability secara
parsial berpengaruh secara
signifikan dan positif terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak sebesar
34,9%. Untuk itu petugas
pelayanan pajak (fiskus) harus
meningkatkan
memberi
pelayanan
yang
lebih
menjanjikan dengan segera,
akurat, dan memuaskan kepada
Wajib Pajak.
2.
3.
4.
Variabel responsiveness secara
parsial
berpengaruh
secara
signifikan dan positif terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak sebesar
12,1%. Untuk itu petugas pelayanan
pajak (fiskus) harus meningkatkan
ketanggapan yang lebih membantu
dan memberikan pelayanan yang di
butuhkan Wajib Pajak.
Variabel assuarance secara parsial
tidak
berpengaruh
terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak.
Variabel empathy secara parsial
berpengaruh secara signifikan dan
positif terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak sebesar 18,1%. Untuk itu
petugas pelayanan pajak (fiskus)
harus
lebih
meningkatkan
23
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2
5.
6.
kepedulian dalam memberikan
pelayanan kepada Wajib Pajak.
Variabel tangibles secara parsial
berpengaruh secara signifikan dan
positif terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak sebesar 36,1%. Untuk itu
petugas pelayanan pajak (fiskus)
harus meningkatkan ketersediaan
sarana
dan
prasarana
fisik,
penampilan pegawai, perlengkapan
serta sarana komunikasi kepada
Wajib Pajak.
Variabel reliability, responsiveness,
assuarance, empathy, dan tangibles
secara
serentak
berpengaruh
signifikan dan positif terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak sebesar
65,1%. Untuk itu petugas pelayanan
pajak (fiskus) harus meningkatkan
kepatuhan teknis dan kepatuhan
administrasi.
Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas,
maka saran-saran yang akan penulis berikan
sebagai berikut:
1. Disarankan
kepada
petugas
pelayanan pajak (fiskus) untuk
lebih
meningkatkan
memberi
pelayanan yang lebih menjanjikan
dengan
segera,
akurat,
dan
memuaskan kepada Wajib Pajak.
2. Disarankan
kepada
petugas
pelayanan pajak (fiskus) untuk
lebih meningkatkan ketanggapan
pelayanan
dalam
memenuhi
kebutuhkan Wajib Pajak.
3. Disarankan
kepada
petugas
pelayanan pajak (fiskus) untuk
lebih meningkatkan kemampuan
yang lebih dalam membangkitkan
kepercayaan dan keyakinan Wajib
Pajak, karena di penelitian ini
assuarance
(jaminan)
tidak
berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak. Karena itu, harus lebih
di
tingkatkan
lagi
dalam
membangkitkan kepercayaan Wajib
Pajak.
4. Disarankan
kepada
petugas
pelayanan pajak (fiskus) untuk
lebih meningkatkan kepedulian
dalam
memberikan
pelayanan
kepada Wajib Pajak.
5. Disarankan
kepada
petugas
pelayanan pajak (fiskus) untuk
lebih meningkatkan ketersediaan
sarana
dan
prasarana
fisik,
penampilan pegawai, perlengkapan
Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . .
ISSN : 2301-5268
serta sarana komunikasi kepada
Wajib Pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Amirin, M. 2009. Tentang Subjek Penelitian,
Responden Penelitian, dan Informan
(Narasumber)
Penelitian.
http://tatangmanguny.wordpress.com.
Diakses tanggal 14 Januari 2013.
Andi Manurung. 2007. Pengaruh Kualitas
Pelayanan
Prima
Perpajakan
Terhadap Kepuasan Wajib Pajak Di
Surabaya
.
http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.ph
p?id=gdlhub-gdl-s2-2007
manurungan-1880.
Azwar, Saifuddin. 2000. Reliabilitas dan
Validitas. Yogyakarta : Pustaka
Belajar.
A. Tony Prasetiantono. 1994. Kebijakan
Ekonomi Publik di Indonesia,
Penerbit P.T. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima
Perpajakan. Rineka Cipta: Jakarta.
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis
Multivariate bagi Program SPSS.
Badan Penerbit UNDIP. Semarang.
Kasmir, 2005, Etika Customer Service, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Komalasari, Puput Tri dan Moh. Nashih.
2003. Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak dan Tarif Pajak: Uji Dampak
Jenis
Income,
Artikel
dalam
Simposium Nasional Akuntansi ke 8
di UNS, Solo.
Kotler, Philip, 1997. Manajemen Pemasaran.
Jakarta. Prenhallindo.
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran.
Jilid 2. Jakarta. Bumi Aksara.
La Midjan. 1994. Pengaruh Budaya Terhadap
Sikap Pimpinan Puncak dan Kepala
Bagian Akuntansi Perusahaan Go
Public, Tesis Program Pasca Sarjana
Magister Manajemen Universitas
Padjajaran Bandung.
Loudon, D. dan Bitta, A.J. 1988. Consumer
behaviour:
Concepts
and
Applications. Mc.Graw Hill, New
York.
Loekman,
Sutrisno.
1994.
Konsep
Kewirausahaan dalam Pembangunan
Dunia Usaha : Suatu Perspektif
sosiologis.
Makalah
Saresehan
Kewirausahaan dan Konvensi Pasar.
Jakarta.
24
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2
Lupiyoadi, Rambat dan Hamdani, A. 2008.
Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi 2.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Mardalis. 2006. Metode Penelitian Suatu
Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara.
Priyatno, Duwi. 2008. Mandiri Belajar
Statistical Product And Service
Solution Untuk Analisis Data & Uji
Statistik. Jakarta: Media Kom.
Priyatno, Duwi. 2009. 5 Jam Olah Data
Dengan SPSS 17. Yogyakarta: Andi.
Riduwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rochmat Soemitro. 1998. Azas dan Dasar
Perpajakan, Refika Aditama.
Sekaran, Uma. 1992. Research Methods for
Business
:
Skill
Building
Approach;2nd Edition. John Wiley &
Sons, Inc.
Soemahamidjaja Soeparman, 1964. Pajak
Berdasarkan Asas Gotong Royong.
Subhihaini. 2002. Analisis Konsekuensi
Keperilakuan Kualitas Layanan.
Suatu Penelitian Empiris Usahawan
No. 02 Thn XXXI Februari 2002: 2937.
Sugiyono. 2000. Statistik Untuk Penelitian.
Bandung: CV. Alfabeta.
Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . .
ISSN : 2301-5268
Sulud Kahono. 2003. Pengaruh Sikap Wajib
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Dalam Pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan : Studi Empiris
di Wilayah KP PBB Semarang, Tesis
Program Pasca Sarjana Magister
Sains
Akuntansi
Universitas
Diponegoro.
Suyatmin. 2004. Pengaruh Sikap Wajib Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan : Studi Empiris di Wilayah
KP PBB Surakarta, Tesis Program
Pasca Sarjana Magister Sains
Akuntansi Universitas Diponegoro.
Tjiptono, Fandy. 1999. Strategi Pemasaran.
Yogyakarta. ANDI.
Tjiptono, Fandy. 2000. Manajemen Jasa.
Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Tjiptono, Fandy dan Gregorius Chandra. 2005.
Manajemen Kualitas Jasa.
Yogyakarta. ANDI.
http://www.klinik-pajak.com
http://www.layananpajak.com
http://www.pajak.go.id
http://www.pajak.net
http://www.pajakonline.com
25
Download