Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2 ISSN : 2301-5268 ANALISIS KONSEKUENSI KUALITAS LAYANAN FISKUS TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK PPH DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PAJAKNYA ( STUDI EMPIRIS PADA APOTEK DI KOTA PADANG ) Hanna Pratiwi, SE, MM, Silfia Indah, SE, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang e-mail : [email protected] Abstract - Analysis Consequences Quality Service Tax Authorities Against the Level Obedience Assessable Income Tax in Meet Obligation Tax. Mentors I Elfiswandi, SE, MM, Ak and mentors II Hanna Pratiwi, SE, MM. The study examined officer servis tax perceptions of againts the level obedience assessable. The purpose of this study to find out how officer servis tax perceptions of against the level obedience assessable income tax in meet obligation tax. Respondents in the study were samples of the pharmacies population in Padang City obtained by incidental sampling, a total of 40 pharmacy who is still active until the year 2012. The data was collected in November 2011. All data have been collected in the first test of validity (Pearson moment) and reliability (Cronbach alpha). In the first hypothesis test used t-test to know is the model regression variables partially influential against obedience assessable, in view of the value thitung < ttable, while for the second hypothesis test used F-test with know is an independendent variable together influential significantly against variable dependent, with a significance level of 0.05. The results of this study indicate that servis tax already have perceptions positive obedience assessable (pharmacy) in variable reliability, responsiveness, empathy, tangibles and there not influence in variable assuarance. Finally, the authors suggest to the service tax to increase ability a more in raise confidence assessable (pharmacy). Key Words : Perceptions officer servis tax, Assessable. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pemungutan pajak tersebut dilakukan oleh pemerintah setempat berdasarkan undang-undang yang telah ditetapkan oleh negara. Ada tiga sistem pemungutan pajak yang dianut oleh Indonesia, ialah : (1) Official Assessment System, adalah suatu system pemungutan yang member wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. (2) Self Assessment System, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. (3) With Holding System, adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . . bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Pada sistem pemungutan pajak Self Assessment System seperti yang dianut oleh Indonesia, ada tiga fungsi atau tugas dari aparatur pajak dalam rangka menjamin suksesnya pelaksanaan. Adapun fungsi aparatur pajak yang dimaksud tersebut berupa memberikan penyuluhan / bimbingan / pengayoman, memberikan pelayanan (service) serta melakukan pengawasan (enforcement). Seiring dengan perkembangan sosial, ekonomi, politik dan tuntutan rakyat yang semakin besar terhadap sistem demokrasi, dapat dilihat bahwa fungsi aparatur pajak yang paling menjadi sorotan saat ini adalah fungsi memberikan pelayanan (service). Hal ini seiring juga dengan pesatnya perkembangan administrasi publik di negara-negara maju yang menjurus pada upaya mewirausahakan birokrasi, yang sasaran intinya adalah memungkinkan penyediaan pelayanan publik yang prima kepada masyarakat dengan cara yang paling efektif dan efisien. Pelayanan publik yang dilakukan pada dasarnya merupakan jenis pelayanan yang diberikan 10 Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2 oleh instansi pemerintah. Pelayanan publik memiliki tujuan yang lebih cenderung sebagai suatu cara pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundang-undangan. Hal ini tentu berbeda dengan pelayanan bisnis (private). Pelayanan bisnis merupakan jenis pelayanan yang dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh keuntungan / profit. Namun dengan munculnya paradigma baru administrasi publik yang dipelopori oleh Ted Gobbler dan David Osbourne dengan karyanya The Reinventing Government telah memberi inspirasi kepada pemerintah bahwa organisasi sektor publik pun harus dapat beroperasi layaknya organisasi bisnis dengan menempatkan masyarakat sebagai stockeholder yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya. Apabila kita mengacu pada paradigma baru administrasi publik diatas, maka pelayanan prima perpajakan yang notabenenya merupakan jenis pelayanan publik mengharuskan fiskus menempatkan masyarakat wajib pajak sebagai pelanggan yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya, layaknya pelanggan dalam organisasi bisnis. Tujuan dari pelayanan ini tentu untuk menjaga kepuasan wajib pajak yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan masyarakat wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Mineti Somya Lasmana, dkk (2005) menyatakan bahwa kepuasan wajib pajak berkaitan erat dengan apa yang diterima wajib pajak, sedangkan kepatuhan merupakan fungsi dari tingkat kepuasan, artinya jika wajib pajak puas maka mereka akan patuh. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa jika wajib pajak memperoleh kepuasan dari layanan yang diberikan oleh fiskus, maka mereka akan menjadi wajib pajak yang loyal yaitu wajib pajak yang patuh dalam melaksanakan kewajiban pajaknya baik secara formal maupun material. Andi Manurung (2007) juga menyatakan bahwa salah satu langkah yang harus ditempuh fiskus untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya adalah memberikan kualitas layanan yang prima dan memuaskan kepada wajib pajak. Berbagai hasil survey telah membuktikan bahwa pelaksanaan pelayanan perpajakan yang diberikan kepada wajib pajak di Indonesia sudah cukup baik walaupun belum dapat disebut prima karena pelaksanaan prosedur pelayanan belum diberikan secara profesional dimana petugas dalam menjalankan tugasnya sering tidak menepati batas penyelesaian pelayanan yang diminta Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . . ISSN : 2301-5268 oleh wajib pajak tersebut. Tjandra Wisesa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa sistem informasi perpajakan belum mendukung sepenuhnya kinerja pelayanan yang diberikan KPP sehingga dalam menyelesaikan keluhan dari wajib pajak petugas menjadi kurang handal (reliability). Akan tetapi berbagai penelitian empiris terdahulu berhasil membuktikan bahwa kualitas layanan fiskus walaupun belum dapat dikatakan prima tetap memberikan pengaruh terhadap kepuasan wajib pajak dan kepatuhan wajib pajak. Adapun penelitian-penelitian tersebut diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Andi Manurung (2007) yang menemukan bahwa kualitas pelayanan prima perpajakan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Penelitian empiris lainnya dilakukan oleh Anggriyani Windurisasi (Boediono, 2003 : 151-154), Mineati Somya Lasmana, dkk (2005) dan Rahmadini, dkk (2006) yang mencoba untuk menguji secara langsung pengaruh kualitas layanan prima perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Dari berbagai hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kualitas layanan yang diberikan oleh aparat pajak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya penulis menemukan beberapa hal yang tidak diteliti. Pertama, Mineati Somya Lasmana, dkk (2005) hanya mendefenisikan kepatuhan sebagai kepatuhan formal (administrative compliance) saja, sedangkan Rahmadini, dkk (2006) tidak merinci variabel kepatuhan wajib pajak menjadi subvariabel technical compliance (kepatuhan teknis) dan administrative compliance (kepatuhan administratif/formal) sehingga analisis hasil penelitian tersebut kurang mendalam, karena sebenarnya kita dapat menganalisis bagaimana pengaruh kualitas layanan fiskus terhadap kedua dimensi kepatuhan tersebut. Kedua, baik Mineati Somya Lasmana (2005) maupun Rahmadini, (2006) tidak meneliti lebih lanjut apakah terdapat perbedaan tingkat kepatuhan yang ditunjukkan oleh wajib pajak atas pengalamannya mendapatkan masalah layanan beserta penyelesaiannya. Subihaini (2002) menyatakan bahwa level / tingkat loyalitas seseorang terhadap suatu organisasi dapat dipengaruhi pengalaman pernah atau tidaknya mendapat masalah layanan dan bentuk penyelesaiannya, apakah memuaskan atau tidak memuaskan. 11 Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2 LANDASAN TEORI Sikap Wajib Pajak Terhadap Pelayanan Fiskus Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang). Sementara itu fiskus adalah petugas pajak. Sehingga pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang (dalam hal ini adalah wajib pajak). Tingkat keberhasilan penerimaan pajak selain dipengaruhi oleh tax payer juga dipengaruhi oleh tax policy, tax administration dan tax law (A. Tony Prastiantono (1994). Tiga faktor terakhir ini melekat dan dikendalikan oleh fiskus itu sendiri, sedangkan faktor tax payer didominasi dari dalam diri wajib pajak itu sendiri. Petugas pajak (fiskus) dalam melaksanakan tugasnya melayani masyarakat atau wajib pajak sangat dipengaruhi oleh adanya tax policy, tax administration dan tax law. Kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak tergantung pada bagaimana petugas pajak memberikan mutu pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak. Selama ini peranan yang fiskus miliki lebih banyak pada peran seorang pemeriksa. Padahal untuk menjaga agar Wajib Pajak tetap patuh terhadap kewajiban perpajakannya dibutuhkan peran yang lebih dari sekedar pemeriksa. Fiskus yang bertanggung jawab dan mendayagunakan SDM sangat dibutuhkan guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Secara empiris hal ini telah dibuktikan oleh Loekman Sutrisno (1994) yang menemukan bahwa terdapat hubungan antara pembayaran pajak dengan mutu pelayanan publik untuk wajib pajak di sektor perkotaan. Fiskus diharapkan memiliki kompetensi dalam arti memiliki keahlian (skill), pengetahuan (knowledge), dan pengalaman (experience) dalam hal kebijakan perpajakan, administrasi pajak dan perundang-undangan perpajakan. Selain itu fiskus harus memiliki motivasi yang tinggi sebagai pelayan publik. Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa sikap wajib pajak dalam memandang mutu pelayanan petugas pajak (fiskus) diduga akan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak di dalam membayar pajak. Oleh karena itu sikap wajib pajak terhadap pelayanan fiskus akan digunakan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini. Beberapa temuan empiris seperti penelitian Sulud Kahono (2003) dan Suyatmin (2004) menunjukkan bahwa sikap wajib pajak terhadap pelayanan fiskus Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . . ISSN : 2301-5268 berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Pemahaman Tentang Perpajakan Definisi Perpajakan Beberapa defenisi pajak yang diberikan oleh beberapa ahli, yaitu : 1. Rochmat Soemitro Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor partkelir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (tegen prestatie) yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (public uitgaven). Defenisi ini kemudian dikoreksi sehingga : Pajak merupakan peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplus-nya public saving digunakan untuk public investment . 2. Soeparman Soemahamidjaja Pajak ialah iuran wajib, berupa uang atau barang yang dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif guna mencapai kesejahteraan umum. Fungsi dan Karakteristik Pajak Pada dasarnya fungsi pajak adalah sebagai sumber keuangan negara (budgetair). Namun ada fungsi lain yang lebih penting yaitu fungsi mengatur (regulator). 1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara) Fungsi sumber keuangan negara maksudnya bahwa fungsi pajak untuk memasukkan uang ke kas negara atau dengan kata lain fungsi pajak sebagai sumber penerimaan negara dan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara baik berupa pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. 2. Fungsi Regulator / Non Budgetair (Fungsi mengatur) Selain berfungsi sebagai sumber pemasukan negara , pajak juga dimaksudkan sebagai usaha pemerintah untuk ikut campur tangan dalam hal mengatur dan jika perlu mengubah susunan pendapatan dan kekayaan dalam sektor swasta. 12 Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2 Pada fungsi mengatur ini, pemungutan pajak digunakan sebagai berikut : a. Sebagai alat untuk melaksanakan kebijkan negara dalam bidang ekonomi dan sosial. b. Sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknnya diluar bidang keuangan. Sistem Pemungutan Pajak Sistem-sistem pemungutan pajak diantaranya : a. Official Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-ciri dari sistem ini yaitu : 1. Wewenang untuk menetukan besarnya pajak terutang berada di tangan fiskus. 2. Wajib Pajak bersifat pasif 3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus. b. Self Assessment System Self Assessment System dapat dibagi menjadi Semi Self Assessment System dan Full Assessment System. Semi Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak berada pada dua pihak, yaitu Wajib Pajak dan Fiskus. Dengan sistem ini maka pada awal tahun pajak Wajib Pajak menentukan atau menaksir sendiri besarnya jumlah pajak yang akan terutang untuk tahun berjalan. Berdasarkan taksiran tersebut Wajib Pajak membayar pajak dalam bentuk angsuran. Pada akhir tahun pajak yang sesungguhnya terutang ditetapkan oleh fiskus melalui Surat Ketetapan Pajak (SKP). Ciri-ciri dari sistem ini : 1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak itu sendiri. 2. Wajib Pajak bersifat aktif, mulai dari menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri pajak terutang. Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . . ISSN : 2301-5268 3. c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan Fiskus dan juga bukan Wajib Pajak) untuk menentukan besarnya jumlah pajak terutang oleh wajib pajak. Wajib Pajak Definisi Wajib Pajak Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Penggolongan Wajib Pajak Wajib Pajak dapat dibedakan atas dua : a. b. Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) Adalah orang pribadi yang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan. Wajib Pajak Badan (WP Badan) Adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara / Daerah (BUMN / BUMD) dengan nama dan bentuk apapun, Firma, Yayasan, Organisasi Massa, Organisasi Politik atau organisasi yang sejenis, Lembaga, Bentuk Usaha Tetap (BUT) dan Bentuk Usaha lainnya. Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak Kewajiban perpajakan wajib pajak secara umum adalah kewajiban untuk melaksanakan ketentuan perpajakan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perpajakan serta petunjuk pelaksanaannya. Kewajiban wajib pajak secara terinci yaitu : a. Mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan melaporkan usahanya bagi pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan 13 Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2 b. b. c. d. perubahannya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Mengambil sendiri, mengisi dengan benar, lengkap, jelas dan menandatangani serta menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) ke Dirjen Pajak tempat wajib pajak terdaftar atau dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak dalam batas waktu yang ditentukan. Menghitung dan membayar atau menyetorkan sendiri pajak terutang dengan benar Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan Bila diperiksa maka wajib : Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak atau objek pajak yang terutang pajak. Perilaku Dan Kepatuhan Wajib Pajak Perilaku Wajib Pajak Hasil proses belajar (pengalaman) yang melatarbelakangi karakteristik individu (Pribadi Individu) lebih lanjut menimbulkan sikap individu terhadap rangsangan lingkungan ini menjadi dasar (titik tolak) dalam menentukan alternatif tindakan dan pemeliharaan tindakan. Apabila sikap individu dimanifestasikan kedalam tindakan (action) yang dapat diamati, maka tindakan tersebut menjadi cermin perilakunya “ perilaku manusia dalam aspek variabel dari realitas ”. Pada umumnya perilaku di dalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh perubahan (pembangunan) sosio-kultural yang merupakan ciri khas sesama masyarakat dan semua kebudayaan baik masyarakat tradisional maupun masyarakat modern. Sikap tidak hanya satu tindakan atau jawabanjawaban tertentu dari seseorang tetapi merupakan keseluruhan tindakan dimana satu dengan lainnya saling berhubungan. Dalam hal ini lingkungan sosial dan kebudayaan memberikan pengaruh yang besar terhadap masing-masing individu sehingga lingkungan sosial dan kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan tingkah laku atau sikap yang berbeda pula. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak Ketika membicarakan kepatuhan perpajakan (tax compliance), maka terlebih Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . . ISSN : 2301-5268 dahulu perlu diketahui kategori atau jenis dari kepatuhan perpajakan (tax complance). Menurut Moh. Nashih dan Puput Tri Komala Sari (2003) kepatuhan perpajakan dapat dikategorikan menjadi dua hal : a. Administrative Compliance Merupakan bentuk kepatuhan terhadap aturan-aturan administratif seperti pengajuan pembayaran yang tepat waktu. b. Technical Compliance Merupakan kepatuhan wajib pajak terhadap terhadap teknis pembayaran pajak, misalnya pajak dihitung sesuai dengan ketentuan teknis dari undangundang perpajakan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik responden penelitian. Dalam analisis ini akan dipaparkan deskripsi responden berdasarkan lama perusahaan, jenis kelamin, dan pendidikan. Selanjutnya analisa deskriptif ini juga memaparkan distribusi frekuensi jawaban responden untuk masing-masing item variabel penelitian yaitu reliability (keandalan), responsiveness (keresponsifan), assuarance (jaminan), empathy, tangiables (kewujudan), dan Kepatuhan Wajib Pajak. Dengan metode ini, analisa yang dilakukan berupa uraian yang bersifat keterangan untuk membantu menguraikan hasil penelitian. Profil Responden Berdasarkan Lama Apotek Setelah dilakukan proses tabulasi dari kuisioner yang berjumlah 40 responden, maka didapatkan hasil frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut: Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa apotek yang paling lama berdiri yaitu diatas 10 tahun sebanyak 15 apotek (37,5%), 5-10 tahun sebanyak 14 apotek 14 Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2 (35%), dan kurang dari 5 tahun sebanyak 11 apotek (27,5%). Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan kuisioner yang telah disebar dan diisi oleh responden, peneliti mengklasifikasikan jenis kelamin responden, sebagaimana terlihat pada Tabel 4.2 berikut: Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden terbesar adalah kelompok responden yang berjenis kelamin pria dengan jumlah 23 responden (47,5%) dan kelompok responden berjenis kelamin wanita dengan jumlah 17 responden (42,5%). Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Dari 81 responden yang telah mengisi kuisioner secara garis besar pendidikan responden dapat dikelompokan menjadi lima kelompok. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini: ISSN : 2301-5268 Dalam penelitian ini, variabel reliability (keandalan) dioperasionalisasikan dengan menggunakan 4 (empat) instrumen pertanyaan, instrumen pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel 4 berikut: Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban responden terhadap instrumen pertanyaan variabel reliability, terlihat bahwa mayoritas responden penelitian memberikan jawaban dengan kategori “Setuju”. Distribusi frekuensi jawaban variabel responsiveness (keresponsifan) Dalam penelitian ini, variabel responsiveness (keresponsifan) dioperasionalisasikan dengan menggunakan 5 (lima) instrumen pertanyaan, instrumen pertanyaan tersebut dapat dilihat pada table 5 berikut: Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden terbesar adalah kelompok responden yang pendidikan adalah S1 (sarjana) sebanyak 28 responden (70%). Sedangkan proporsi terkecil adalah kelompok responden yang pendidikan adalah D3 sebanyak 12 responden (30%). Distribusi Frekuensi Instrumen Pertanyaan Penelitian ini menggunakan variabel yaitu reliability (keandalan), responsiveness (keresponsifan), assuarance (jaminan), empathy, dan tangiables (kewujudan) sebagai variabel bebas, sedangkan variabel Kepatuhan Wajib Pajak sebagai variabel terikat. Berikut ini akan dideskripsikan jawaban responden terhadap masing-masing variabel penelitian: Distribusi frekuensi jawaban variabel reliability (keandalan) Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . . Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban responden terhadap instrumen pertanyaan variabel responsiveness. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa mayoritas responden penelitian memberikan jawaban dengan kategori “Setuju”. Dstribusi frekuensi jawaban variabel assuarance (jaminan) Dalam penelitian ini, variabel assuarance (jaminan) dioperasionalisasikan dengan menggunakan 5 (lima) instrumen 15 Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2 ISSN : 2301-5268 pertanyaan, instrumen pertanyaan tersebut dapat dilihat pada table 6 berikut: Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban responden terhadap instrumen pertanyaan variabel assuarance. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa mayoritas responden penelitian memberikan jawaban dengan kategori “Sangat setuju dan Setuju”. Distribusi frekuensi jawaban variabel empathy (kepedulian) Dalam penelitian ini, variabel empathy dioperasionalisasikan dengan menggunakan 4 (empat) instrumen pertanyaan, instrumen pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel 7 berikut: Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban responden terhadap instrumen pertanyaan variabel empathy. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa mayoritas responden penelitian memberikan jawaban dengan kategori “Setuju”. Ditribusi frekuensi jawaban variabel tangiables (kewujudan) Dalam penelitian ini, variabel tangibles dioperasionalisasikan dengan menggunakan 3 (tiga) instrumen pertanyaan, instrumen pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel 8 berikut: Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . . Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban responden terhadap instrumen pertanyaan variabel tangibles. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa mayoritas responden penelitian memberikan jawaban dengan kategori “Setuju”. Distribusi frekuensi jawaban Kepatuhan Wajib Pajak variabel Dalam penelitian ini, variabel Kepatuhan Wajib Pajak dioperasionalisasikan dengan menggunakan 5 (lima) instrumen pertanyaan, instrumen pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel 9 berikut: Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban responden terhadap instrumen pertanyaan variabel Kepatuhan Wajib Pajak. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa mayoritas responden penelitian memberikan jawaban dengan kategori “Setuju”. Pengujian Instrumen Penelitian Hasil Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan r table dicari pada signifikan 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n)= 40, maka di dapat r table sebesar 0,312. Berikut uji validitas yang dilakukan pada variabel bebas (independent variable) yaitu reliability (keandalan), responsiveness (keresponsifan), assuarance (jaminan), empathy, dan tangibles 16 Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2 ISSN : 2301-5268 (kewujudan) terhadap variabel terikat (dependent variable) Kepatuhan Wajib Pajak. a. Validitas variabel reliability Untuk variabel reliability (keandalan), berikut ini akan diperlihatkan analisis validitas terhadap instrumen pertanyaan: Berdasarkan hasil analisa validitas yang ringkas pada tabel 10 di atas, terlihat bahwa 4 instrumen pertanyaan yang mengukur variabel reliability (keandalan) dinyatakan valid. Hal ini dapat dibuktikan bahwa ke 4 instrumen pertanyaan tersebut berkorelasi signifikan terhadap nilai total instrumen reliability (keandalan) pada tingkat 0,05 atau 5% dan 0,01 atau 1 %. b. Validitas variabel Responsiveness Berdasarkan hasil analisa validitas yang ringkas pada Tabel 12 di atas, terlihat bahwa 5 instrumen pertanyaan yang mengukur variabel assuarance dinyatakan valid. Hal ini dapat dibuktikan bahwa ke 5 instrumen pertanyaan tersebut berkorelasi signifikan terhadap nilai total instrumen assuarance pada tingkat 0,05 atau 5% dan 0,01 atau 1 %. b. Validitas variabel empathy Untuk variabel empathy, berikut ini akan diperlihatkan analisis validitas terhadap instrumen pertanyaan: Untuk variabel responsiveness, berikut ini akan diperlihatkan analisis validitas terhadap instrumen pertanyaan: Berdasarkan hasil analisa validitas yang ringkas pada Tabel 13 di atas, terlihat bahwa 4 instrumen pertanyaan yang mengukur variabel empathy dinyatakan valid. Hal ini dapat dibuktikan bahwa ke 4 instrumen pertanyaan tersebut berkorelasi signifikan terhadap nilai total instrumen empathy pada tingkat 0,05 atau 5% dan 0,01 atau 1 %. Berdasarkan hasil analisa validitas yang ringkas pada Tabel 11 di atas, terlihat bahwa 5 instrumen pertanyaan yang mengukur variabel responsiveness dinyatakan valid. Hal ini dapat dibuktikan bahwa ke 5 instrumen pertanyaan tersebut berkorelasi signifikan terhadap nilai total instrumen responsiveness pada tingkat 0,05 atau 5% dan 0,01 atau 1 %. a. Validitas variabel Assuarance Untuk variabel assuarance, berikut ini akan diperlihatkan analisis validitas terhadap instrumen pertanyaan: Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . . c. Validitas variabel tangibles Untuk variabel tangibles, berikut ini akan diperlihatkan analisis validitas terhadap instrumen pertanyaan: 17 Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2 Berdasarkan hasil analisa validitas yang ringkas pada Tabel 14 di atas, terlihat bahwa 3 instrumen pertanyaan yang mengukur variabel tangibles dinyatakan valid. Hal ini dapat dibuktikan bahwa ke 3 instrumen pertanyaan tersebut berkorelasi signifikan terhadap nilai total instrumen tangibles pada tingkat 0,05 atau 5% dan 0,01 atau 1 %. d. Validitas variabel Kepatuhan Wajib Pajak Untuk variabel Kepatuhan Wajib Pajak, berikut ini akan diperlihatkan analisis validitas terhadap instrumen pertanyaan: Berdasarkan hasil analisa validitas yang ringkas pada Tabel 15 di atas, terlihat bahwa 5 instrumen pertanyaan yang mengukur variabel Kepatuhan Wajib Pajak dinyatakan valid. Hal ini dapat dibuktikan bahwa ke 5 instrumen pertanyaan tersebut berkorelasi signifikan terhadap nilai total instrumen Kepatuhan Wajib Pajak pada tingkat 0,05 atau 5% dan 0,01 atau 1 %. Hasil Uji Reliabilitas Menurut Sekaran (2003:422), reliabilitas merupakan konsistensi dan stabilitas dari pengukuran instrumen. Dengan demikian, reliabilitas mencakup dua hal utama yaitu stabilitas ukuran dan konsistensi internal ukuran. Untuk mengetahui reliabilitas variabel reliability (keandalan) (X1), responsiveness (keresponsifan) (X2), assuarance (jaminan) (X3), empathy (X4), tangibles (kewujudan) (X5) dan Kepatuhan Wajib Pajak (Y) digunakan Cronbach’s alpha minimal 0.60 (Nunnaly, 1978). ISSN : 2301-5268 nilai Cronbach’s alpha untuk variabel Reliability (0,758>0,60), Responsiveness (0,741>0,60), Assuarance (0,896>0,60), Empathy (0,745>0,60), Tangibles (0,710>0,60) dan Kepatuhan Wajib Pajak (0,804>0,60). Dari hasil di atas, dapat diartikan bahwa semua variabel dalam penelitian ini adalah reliabel atau handal. Dengan kata lain, semua instrumen pertanyaan yang dipergunakan adalah stabil dan konsisten dalam mengukur masing-masing variabel (reliability, responsiveness, assuarance, empathy, tangibles dan Kepatuhan Wajib Pajak). Uji Hipotesis Uji Hipotesis Pertama a) Analisis Korelasi Untuk menguji hipotesis pertama, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara reliability terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, maka uji korelasi yang digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Berdasarkan tabel 17 di atas diperoleh bahwa nilai R adalah 0,591 yaitu terdapat hubungan yang sedang positif antara reliability dengan Kepatuhan Wajib Pajak dan nilai koefisien determinan atau R square adalah 0,349 yang berarti bahwa Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh reliability sebesar 34,9% sisanya 65,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian yang diteliti. b) Analisis Regresi Linier Sederhana Dari hasil regresi linier sederhana terhadap data penelitian, hasil analisis reliability terhadap Kepatuhan Wajib Pajak diperoleh hasil seperti tabel berikut ini: Tabel 16 berikut ini memperlihatkan hasil analisis reliabilitas atas variabel penelitian, tabel tersebut menunjukkan bahwa Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . . 18 Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2 ISSN : 2301-5268 Berdasarkan tabel 19 di atas diperoleh bahwa nilai R adalah 0,348 yaitu terdapat hubungan yang rendah antara responsiveness dengan Kepatuhan Wajib Pajak dan nilai koefisien determinan atau R square adalah 0,121 yang berarti bahwa Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh responsiveness sebesar 12,1% sisanya 87,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian yang diteliti. Berdasarkan tabel 18 di atas, dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 10,669 + 0,586 X1 Dengan persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap peningkatan reliability satu satuan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan mengalami peningkatan sebesar 0,586 satuan atau koefisien regresinya adalah 0,586. Sedangkan bila reliability diasumsikan nol atau tidak ada maka Kepatuhan Wajib Pajak tetap akan ada sebesar konstanta yaitu 10,669 satuan. c) Uji t Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel reliability secara parsial berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Dari analisis data uji t diperoleh thitung sebesar 4,512 sedangkan ttabel pada taraf kepercayaan = 0,05 sebesar 2,032 dengan signifikansi 0,000<0,05, maka Ho ditolak dan ini diperkuat dengan signifikan yang diperoleh dari data yaitu kecil dari 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa reliability mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, artinya apabila reliability mengalami peningkatan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan semakin meningkat dan begitu sebaliknya, apabila reliability mengalami penurunan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan menurun. b) Analisis Regresi Linier Sederhana Dari hasil regresi linier sederhana terhadap data penelitian, hasil analisis responsiveness terhadap Kepatuhan Wajib Pajak diperoleh hasil seperti tabel berikut ini: Berdasarkan tabel 20 di atas, dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 25,892 - 0,336 X2 Dengan persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap penurunan responsiveness satu satuan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan mengalami peningkatan sebesar -0,336 satuan atau koefisien regresinya adalah -0,336. Sedangkan bila responsiveness diasumsikan nol atau tidak ada maka Kepatuhan Wajib Pajak tetap akan ada sebesar konstanta yaitu 25,892 satuan. b) Uji Hipotesis Kedua a) Analisis Korelasi Untuk menguji hipotesis kedua, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara responsiveness terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, maka uji korelasi yang digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . . Uji t Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel responsiveness secara parsial berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Dari analisis data uji t diperoleh thitung sebesar -2,291 sedangkan ttabel pada taraf kepercayaan = 0,05 sebesar -2,032 dengan signifikansi 0,028<0,05, maka Ho ditolak dan ini diperkuat dengan signifikan yang diperoleh dari data yaitu kecil dari 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa responsiveness mempunyai pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, artinya apabila responsiveness mengalami penurunan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan semakin menurun dan begitu sebaliknya, apabila responsiveness mengalami peningkatan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan meningkat. 19 Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2 Uji Hipotesis Ketiga a) Analisis Korelasi Untuk menguji hipotesis ketiga, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara assuarance terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, maka uji korelasi yang digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Berdasarkan tabel 21 di atas diperoleh bahwa nilai R adalah 0,172 yaitu terdapat hubungan yang sangat rendah antara assuarance dengan Kepatuhan Wajib Pajak dan nilai koefisien determinan atau R square adalah 0,030 yang berarti bahwa Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh assuarance sebesar 3% sisanya 97% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian yang diteliti. Analisis Regresi Linier Sederhana Dari hasil regresi linier sederhana terhadap data penelitian, hasil analisis assuarance terhadap Kepatuhan Wajib Pajak diperoleh hasil seperti tabel berikut ini: ISSN : 2301-5268 Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel assuarance secara parsial berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Dari analisis data uji t diperoleh thitung sebesar 1,075 sedangkan ttabel pada taraf kepercayaan = 0,05 sebesar 2,032 dengan signifikansi 0,289>0,05, maka Ho diterima dan ini diperkuat dengan signifikan yang diperoleh dari data yaitu diatas dari 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa assuarance tidak mempunyai pengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Uji Hipotesis Keempat a) Analisis Korelasi Untuk menguji hipotesis keempat, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara empathy terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, maka uji korelasi yang digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: b) Berdasarkan tabel 23 di atas diperoleh bahwa nilai R adalah 0,425 yaitu terdapat hubungan yang sedang positif antara empathy dengan Kepatuhan Wajib Pajak dan nilai koefisien determinan atau R square adalah 0,181 yang berarti bahwa Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh empathy sebesar 18,1% sisanya 81,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian yang diteliti. b) Berdasarkan tabel 22 di atas, dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 16,606 + 0,141 X3 Dengan persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap peningkatan assuarance satu satuan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan mengalami peningkatan sebesar 0,141 satuan atau koefisien regresinya adalah 0,141. Sedangkan bila assuarance diasumsikan nol atau tidak ada maka Kepatuhan Wajib Pajak tetap akan ada sebesar konstanta yaitu 16,606 satuan. c) Uji t Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . . Analisis Regresi Linier Sederhana Dari hasil regresi linier sederhana terhadap data penelitian, hasil analisis empathy terhadap Kepatuhan Wajib Pajak diperoleh hasil seperti tabel berikut ini: 20 Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2 Berdasarkan tabel 24 di atas, dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 12,520 + 0,463 X4 Dengan persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap peningkatan empathy satu satuan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan mengalami peningkatan sebesar 0,463 satuan atau koefisien regresinya adalah 0,463. Sedangkan bila empathy diasumsikan nol atau tidak ada maka Kepatuhan Wajib Pajak tetap akan ada sebesar konstanta yaitu 12,520 satuan. c) Uji t Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel empathy secara parsial berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Dari analisis data uji t diperoleh thitung sebesar 2,894 sedangkan ttabel pada taraf kepercayaan = 0,05 sebesar 2,032 dengan signifikansi 0,006<0,05, maka Ho ditolak dan ini diperkuat dengan signifikan yang diperoleh dari data yaitu kecil dari 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa empathy mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, artinya apabila empathy mengalami peningkatan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan semakin meningkat dan begitu sebaliknya, apabila empathy mengalami penurunan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan menurun. ISSN : 2301-5268 variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian yang diteliti. b) Analisis Regresi Linier Sederhana Dari hasil regresi linier sederhana terhadap data penelitian, hasil analisis tangibles terhadap Kepatuhan Wajib Pajak diperoleh hasil seperti tabel berikut ini: Berdasarkan tabel 26 di atas, dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 10,747 + 0,801 X5 Dengan persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap peningkatan tangibles satu satuan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan mengalami peningkatan sebesar 0,801 satuan atau koefisien regresinya adalah 0,801. Sedangkan bila tangibles diasumsikan nol atau tidak ada maka Kepatuhan Wajib Pajak tetap akan ada sebesar konstanta yaitu 10,747 satuan. c) Uji t Uji Hipotesis Kelima a) Analisis Korelasi Untuk menguji hipotesis kelima, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara tangibles terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, maka uji korelasi yang digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Berdasarkan tabel 25 di atas diperoleh bahwa nilai R adalah 0,601 yaitu terdapat hubungan yang sedang antara tangibles dengan Kepatuhan Wajib Pajak dan nilai koefisien determinan atau R square adalah 0,361 yang berarti bahwa Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh tangibles sebesar 36,1% sisanya 63,9% dipengaruhi oleh Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . . Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel tangibles secara parsial berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Dari analisis data uji t diperoleh thitung sebesar 4,633 sedangkan ttabel pada taraf kepercayaan = 0,05 sebesar 2,032 dengan signifikansi 0,000<0,05, maka Ho ditolak dan ini diperkuat dengan signifikan yang diperoleh dari data yaitu kecil dari 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa tangibles mempunyai pengaruh yang berarti atau signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, artinya apabila tangibles mengalami peningkatan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan semakin meningkat dan begitu sebaliknya, apabila tangibles mengalami penurunan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan menurun. Uji Hipotesis Keenam a) Analisis Korelasi Berganda (R) Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara reliability, responsiveness, assuarance, empathy, tangibles tehadap Kepatuhan Wajib Pajak secara serentak. Apabila nillai R berkisar 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang 21 Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2 terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan semakin lemah. Analisa tersebut dapat disajikan pada Tabel 27. ISSN : 2301-5268 1. 2. Berdasarkan tabel 27 di atas diperoleh bahwa nilai R adalah 0,807 yaitu terdapat hubungan yang kuat antara reliability, responsiveness, assuarance, empathy, tangibles dengan Kepatuhan Wajib Pajak dan nilai koefisien determinan atau R square adalah 0,651 yang berarti bahwa Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh reliability, responsiveness, assuarance, empathy, tangibles sebesar 65,1% sisanya 34,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian yang diteliti. b) Analisis Regresi Linear Berganda Tujuan menggunakan analisa regresi berganda dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel reliability, responsiveness, assuarance, empathy, dan tangibles baik secara parsial maupun simultan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Hasil analisa regresi berganda tersebut diringkas pada tabel 4.28 berikut ini: 3. 4. 5. 6. Dari Tabel 28 di atas, terlihat nilai koefisien determinasi (R Square atau R2) sebesar 0,651; hal ini menunjukkan bahwa besarnya persentase sumbangan atau kontribusi variabel bebas (reliability, responsiveness, assuarance, empathy, dan tangibles) secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Kepatuhan Wajib Pajak) adalah sebesar 65,1%. Persamaan regresi sebagai berikut: Y = 5,291+ 0,460X1 - 0,212X2 + 0,154X3 + 0,289X4 + 0,347X5 Interpretasi dari persamaan regresi berganda tersebut dapat diartikan sebagai berikut : Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . . Konstanta sebesar 5,291; artinya jika reliability, responsiveness, assuarance, empathy, tangibles nilainya adalah 0, maka Kepatuhan Wajib Pajak nilainya adalah sebesar 5,291. Koefisien regresi variabel reliability sebesar 0,460; artinya jika variabel independen lainnya tetap dan variabel reliability mengalami peningkatan satu (1) satuan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan mengalami peningkatan sebesar 0,460. Koefisien regresi variabel responsiveness sebesar -0,212; artinya jika variabel independen lainnya tetap dan variabel responsiveness mengalami penurunan satu (1) satuan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan mengalami penurunan sebesar 0,212. Koefisien regresi variabel assuarance sebesar 0,154; artinya jika variabel independen lainnya tetap dan variabel assuarance mengalami peningkatan satu (1) satuan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan mengalami peningkatan sebesar 0,154. Koefisien regresi variabel empathy sebesar 0,289; artinya jika variabel independen lainnya tetap dan variabel empathy mengalami peningkatan satu (1) satuan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan mengalami peningkatan sebesar 0,289. Koefisien regresi variabel tangibles sebesar 0,347; artinya jika variabel independen lainnya tetap dan variabel tangibles mengalami peningkatan satu (1) satuan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan mengalami peningkatan sebesar 0,347. c) Uji Koefisien Regresi Simultan (Uji F) Untuk melakukan pengujian hipotesis secara simultan tentang pengaruh variabel reliability, responsiveness, assuarance, empathy, tangibles terhadap Kepatuhan Wajib Pajak menurut Jonathan (2004:141), maka dapat dilihat dari ringkasan hasil analisa regresi yang disajikan pada Tabel 29. 22 Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2 ISSN : 2301-5268 d. e. Berdasarkan uji F atau Analysis Of Variance (ANOVA) diperoleh nilai uji F adalah sebesar 12,710 dengan tingkat signifikan 0,000. Nilai signifikan ini berada jauh dibawah 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel reliability, responsiveness, assuarance, empathy, tangibles secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Besarnya pengaruh adalah 65,1%. Besarnya pengaruh variabel lain dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 1 - r2 atau 1 – 0,651 = 0,349 atau 34,9%. Interpretasi Hasil Penelitian Dari hasil penelitian tersebut di atas, maka dapat dirumuskan strategi-strategi untuk meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak berdasarkan nilai rata-rata jawaban responden terhadap instrumen pertanyaan direkomendasikan kepada pemilik Apotek kota Padang sebagai berikut: a. Ada pengaruh signifikan antara variabel reliability secara signifikan dan positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak sebesar 34,9%. Untuk itu petugas pelayanan pajak (fiskus) harus meningkatkan memberi pelayanan yang lebih menjanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan kepada Wajib Pajak. b. Ada pengaruh signifikan antara variabel responsiveness secara signifikan dan positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak sebesar 12,1%. Untuk itu petugas pelayanan pajak (fiskus) harus meningkatkan ketanggapan yang lebih membantu dan memberikan pelayanan yang di butuhkan Wajib Pajak. c. Tidak ada pengaruh antara variabel assuarance terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Untuk itu petugas pelayanan pajak (fiskus) harus meningkatkan kemampuan yang lebih dalam membangkitkan kepercayaan dan keyakinan Wajib Pajak. Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . . Ada pengaruh signifikan antara variabel empathy secara signifikan dan positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak sebesar 18,1%. Untuk itu petugas pelayanan pajak (fiskus) harus lebih meningkatkan kepedulian dalam memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak. Ada pengaruh signifikan antara variabel tangibles secara signifikan dan positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak sebesar 36,1%. Untuk itu petugas pelayanan pajak (fiskus) harus meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana fisik, penampilan pegawai, perlengkapan serta sarana komunikasi kepada Wajib Pajak. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisa data, interpretasi hasil penelitian, dan pembahasan yang telah disampaikan sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian ini sebagai berikut: 1. Variabel reliability secara parsial berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak sebesar 34,9%. Untuk itu petugas pelayanan pajak (fiskus) harus meningkatkan memberi pelayanan yang lebih menjanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan kepada Wajib Pajak. 2. 3. 4. Variabel responsiveness secara parsial berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak sebesar 12,1%. Untuk itu petugas pelayanan pajak (fiskus) harus meningkatkan ketanggapan yang lebih membantu dan memberikan pelayanan yang di butuhkan Wajib Pajak. Variabel assuarance secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Variabel empathy secara parsial berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak sebesar 18,1%. Untuk itu petugas pelayanan pajak (fiskus) harus lebih meningkatkan 23 Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2 5. 6. kepedulian dalam memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak. Variabel tangibles secara parsial berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak sebesar 36,1%. Untuk itu petugas pelayanan pajak (fiskus) harus meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana fisik, penampilan pegawai, perlengkapan serta sarana komunikasi kepada Wajib Pajak. Variabel reliability, responsiveness, assuarance, empathy, dan tangibles secara serentak berpengaruh signifikan dan positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak sebesar 65,1%. Untuk itu petugas pelayanan pajak (fiskus) harus meningkatkan kepatuhan teknis dan kepatuhan administrasi. Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran-saran yang akan penulis berikan sebagai berikut: 1. Disarankan kepada petugas pelayanan pajak (fiskus) untuk lebih meningkatkan memberi pelayanan yang lebih menjanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan kepada Wajib Pajak. 2. Disarankan kepada petugas pelayanan pajak (fiskus) untuk lebih meningkatkan ketanggapan pelayanan dalam memenuhi kebutuhkan Wajib Pajak. 3. Disarankan kepada petugas pelayanan pajak (fiskus) untuk lebih meningkatkan kemampuan yang lebih dalam membangkitkan kepercayaan dan keyakinan Wajib Pajak, karena di penelitian ini assuarance (jaminan) tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Karena itu, harus lebih di tingkatkan lagi dalam membangkitkan kepercayaan Wajib Pajak. 4. Disarankan kepada petugas pelayanan pajak (fiskus) untuk lebih meningkatkan kepedulian dalam memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak. 5. Disarankan kepada petugas pelayanan pajak (fiskus) untuk lebih meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana fisik, penampilan pegawai, perlengkapan Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . . ISSN : 2301-5268 serta sarana komunikasi kepada Wajib Pajak. DAFTAR PUSTAKA Amirin, M. 2009. Tentang Subjek Penelitian, Responden Penelitian, dan Informan (Narasumber) Penelitian. http://tatangmanguny.wordpress.com. Diakses tanggal 14 Januari 2013. Andi Manurung. 2007. Pengaruh Kualitas Pelayanan Prima Perpajakan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak Di Surabaya . http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.ph p?id=gdlhub-gdl-s2-2007 manurungan-1880. Azwar, Saifuddin. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar. A. Tony Prasetiantono. 1994. Kebijakan Ekonomi Publik di Indonesia, Penerbit P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Rineka Cipta: Jakarta. Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate bagi Program SPSS. Badan Penerbit UNDIP. Semarang. Kasmir, 2005, Etika Customer Service, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Komalasari, Puput Tri dan Moh. Nashih. 2003. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dan Tarif Pajak: Uji Dampak Jenis Income, Artikel dalam Simposium Nasional Akuntansi ke 8 di UNS, Solo. Kotler, Philip, 1997. Manajemen Pemasaran. Jakarta. Prenhallindo. Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Jakarta. Bumi Aksara. La Midjan. 1994. Pengaruh Budaya Terhadap Sikap Pimpinan Puncak dan Kepala Bagian Akuntansi Perusahaan Go Public, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Padjajaran Bandung. Loudon, D. dan Bitta, A.J. 1988. Consumer behaviour: Concepts and Applications. Mc.Graw Hill, New York. Loekman, Sutrisno. 1994. Konsep Kewirausahaan dalam Pembangunan Dunia Usaha : Suatu Perspektif sosiologis. Makalah Saresehan Kewirausahaan dan Konvensi Pasar. Jakarta. 24 Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 1, No. 2 Lupiyoadi, Rambat dan Hamdani, A. 2008. Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi 2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Mardalis. 2006. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. Priyatno, Duwi. 2008. Mandiri Belajar Statistical Product And Service Solution Untuk Analisis Data & Uji Statistik. Jakarta: Media Kom. Priyatno, Duwi. 2009. 5 Jam Olah Data Dengan SPSS 17. Yogyakarta: Andi. Riduwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Rochmat Soemitro. 1998. Azas dan Dasar Perpajakan, Refika Aditama. Sekaran, Uma. 1992. Research Methods for Business : Skill Building Approach;2nd Edition. John Wiley & Sons, Inc. Soemahamidjaja Soeparman, 1964. Pajak Berdasarkan Asas Gotong Royong. Subhihaini. 2002. Analisis Konsekuensi Keperilakuan Kualitas Layanan. Suatu Penelitian Empiris Usahawan No. 02 Thn XXXI Februari 2002: 2937. Sugiyono. 2000. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Analisis Konsekuesi Kualitas Layanan Fiskus . . . ISSN : 2301-5268 Sulud Kahono. 2003. Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan : Studi Empiris di Wilayah KP PBB Semarang, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro. Suyatmin. 2004. Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan : Studi Empiris di Wilayah KP PBB Surakarta, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro. Tjiptono, Fandy. 1999. Strategi Pemasaran. Yogyakarta. ANDI. Tjiptono, Fandy. 2000. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. Tjiptono, Fandy dan Gregorius Chandra. 2005. Manajemen Kualitas Jasa. Yogyakarta. ANDI. http://www.klinik-pajak.com http://www.layananpajak.com http://www.pajak.go.id http://www.pajak.net http://www.pajakonline.com 25