C. Profil Penduduk Miskin Kota Semarang

advertisement
VISI
Pembangunan Pemberdayaan
Perempuan
Mewujudkan kesetaraan dan keadilan
gender dalam kehidupan keluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
MISI
• Meningkatkan kualitas hidup perempuan.
• Memajukan tingkat keterlibatan perempuan
dalam proses politik dan jabatan publik.
• Menghapuskan segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan.
• Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan
anak.
• Meningkatkan pelaksanaan dan memperkuat
kelembagaan pengarusutamaan gender.
• Meningkatkan partisipasi masyarakat.
STRATEGI
• Pelaksanaan pengarusutamaan gender dalam
berbagai bidang pembangunan.
• Pemberian peluang sementara (affirmative
action) terhadap perempuan dalam upaya
mengejar ketertinggalan.
• Pemberdayaan masyarakat sesuai potensi dan
kemampuan yang dimiliki dan
• Harmonisasi peraturan perundang-undangan dan
perumusan kebijaksanaan pembangunan yang
perspektif gender.
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Penguatan perempuan dalam berbagai bentuk
kehidupan sosial, ekonomi, dan politik
berdasarkan pada keterkaitan antara kebebasan
pribadi dan aturan masyarakat yang berlaku.
(Sumber : Website Kalyanamitra – 14 Mei 2007)
• Pemberdayaan perempuan seharusnya tidak
dimaksudkan untuk memaksa perempuan
bersaing dengan laki-laki dalam sektor publik
untuk mencapai posisi yang sejajar, tetapi
seharusnya dilakukan untuk mendorong
perempuan (dan juga laki-laki) menciptakan
kerja sama dan sinergi antara perempuan dan
laki-laki baik dalam sektor domestik maupun
publik dalam mencapai tatanan keluarga dan
masyarakat yang aman dan nyaman.
(Agustin Satyawati – Ayasha’s weblog)
Mengapa perempuan wajib diberdayakan dan
dilibatkan dalam pembangunan ?
• Karena perempuan mempunyai kepentingan yang sama dalam
pembangunan, dan juga merupakan pengguna hasil
pembangunan, yang mempunyai hak sama dengan laki-laki.
• Perempuan juga memiliki kepentingan yang khusus sifatnya
bagi perempuan itu sendiri dan anak-anak. Yang kurang
optimal jika digagas oleh laki-laki karena membutuhkan
kepekaan yang sifatnya khusus, terkait dengan keseharian,
sosio kultural yang ada.
• Memberdayakan dan melibatkan perempuan dalam
pembangunan, secara tidak langsung akan juga
memberdayakan dan menularkan semangat yang positif
kepada generasi penerus, yang pada umumnya dalam
keseharian sangat lekat dengan sosok ibu, perempuan yang
mengasuh mereka.
Permasalahan Keberpihakan kepada perempuan
Permasalahan umum :
a.
b.
c.
d.
Masih rendahnya partisipasi perempuan dalam
pembangunan.
Masih rendahnya manfaat pembangunan bagi kaum
perempuan.
Masih rendahnya perempuan terlibat didalam pengambilan
keputusan.
Masih ada ketimpangan akses dan kontrol terhadap
sumberdaya antara laki-laki dan perempuan.
Permasalahan khusus :
Masih rendahnya partisipasi perempuan dalam pelaksanaan
kegiatan terutama pada musyawarah rencana pembangunan
kelurahan, pertanggungjawaban, dan pemeliharaan kegiatan.
Kualitas Partisipasi Perempuan
• Dalam pembangunan, keterlibatan perempuan masih lebih
banyak di sektor domestik dibandingkan dalam sektor publik.
Perempuan, terutama dari kalangan miskin seringkali menjadi
penerima informasi, karena tidak pernah/jarang terlibat dalam
pengambilan keputusan yang diselenggarakan untuk
memecahkan permasalahan masyarakat.
• Kesadaran kritis kepemimpinan berbasis nilai seharusnya bukan
berdasarkan jenis kelamin kepada semua kelompok masyarakat
baik melalui media masyarakat maupun melalui musyawarah.
• Masih menunjukkan rendahnya partisipasi perempuan terutama
pada proses kegiatan Musrenbang Kelurahan,
Pertanggungjawaban serta proses Pemeliharaan Kegiatan
kurang dari 30 persen keterlibatan perempuan.
Hal - hal yang harus dicermati :
• Dalam upaya pemberdayaan perempuan, sesuai
dengan makna pengarusutamaan gender, maka para
laki-laki di desa/kelurahan juga harus diberikan
pengertian dan diberikan penyadaran tentang
pentingnya kesetaraan antara laki-laki dan
perempuan, agar tidak terjadi bias gender.
• Upaya penyadaran bersama-sama dengan laki-laki di
desa khususnya para tokoh desa/kelurahan dalam
meyakinkan perempuan perdesaan untuk ikut
berperan, akan lebih mempercepat proses
peningkatan partisipasi perempuan dalam
pembangunan di perdesaan.
Peran Fasilitator Kecamatan
• Melakukan pemetaan dan analisa sosio kultural, terutama terkait
dengan perempuan perdesaan setempat;
• Memfasilitasi proses penyadaran kritis bagi para perempuan
perdesaan;
• Sebagai mediator untuk menghindari bias gender di kalangan kaum
laki-laki, dan memberikan pemahaman tentang kesetaraan gender
kepada laki-laki di daerah tersebut;
• Memotivasi dan meyakinkan perempuan perdesaan untuk dapat
turut berperan dalam pembangunan;
• Memfasilitasi proses menemukenali potensi dan kekurangan diri dan
lingkungan, serta alternatif solusi yang dapat dilakukan;
• Sebagai “agen pencerahan” yang dapat memberikan alternatif jalan
bagi pemecahan permasalahan perempuan perdesaan;
• Memdorong keterlibatan perempuan secara aktif dalam setiap
proses pelaksanaan kegiatan di daerahnya.
Pembekalan kepada Fasilitator meliputi :
• Pengetahuan tentang gender;
• Pentingnya kesetaraan gender dalam pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat;
• Kemampuan memetakan dan menganalisa kondisi sosio
kultural di tempat tugas;
• Kemampuan untuk memfasilitasi proses penyadaran kepada
perempuan dan laki-laki, tentang pentingnya kesetaraan
gender dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat;
• Kemampuan untuk memotivasi perempuan agar memiliki
keyakinan untuk berperan aktif dalam pembangunan;
• Kemampuan memfasilitasi keterlibatan perempuan dalam
setiap tahap pelaksanaan di wilayahnya;
• Kepekaan terhadap permasalahan perempuan perdesaan,
khususnya perempuan miskin perdesaan, sehingga dapat
memunculkan semangat positif untuk belajar, peduli dan
kreatif.
Pemberdayaan perempuan merupakan langkah
nyata untuk mewariskan semangat yang positif
dan keberlanjutan pemberdayaan itu sendiri
kepada generasi penerus.
Gender adalah :
Gender berasal dari bahasa Latin, yaitu “genus”,
berarti tipe atau jenis. Gender adalah sifat dan
perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan
perempuan yang dibentuk secara sosial maupun
budaya. Karena dibentuk oleh sosial dan budaya
setempat, maka gender tidak berlaku selamanya
tergantung kepada waktu (tren) dan tempatnya.
Gender ditentukan oleh sosial dan budaya setempat
sedangkan seks adalah pembagian jenis kelamin yang
ditentukan oleh Tuhan.
Pengarusutamaan Gender (PUG)
adalah :
Strategi yang dilakukan secara rasional dan sistematis,
untuk mencapai dan mewujudkan kesetaraan dan
keadilan gender dalam sejumlah aspek kehidupan
manusia (rumah tangga, masyarakat dan negara), melalui
kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman,
aspirasi, kebutuhan,dan permasalahan perempuan dan
laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan
program di berbagai bidang kehidupan dan
pembangunan.
(Sumber : Situs resmi Wikipedia – Ensiklopedia)
Ketidakaadilan Gender :
merupakan bentuk perbedaan perlakuan
berdasarkan alasan gender, seperti pembatasan
peran, penyingkiran atau pilih kasih yang
mengakibatkan terjadinya pelanggaran atas
pengakuan hak asasi, persamaan antara laki-laki
dan perempuan, maupun hak dasar dalam bidang
sosial, politik, ekonomi, budaya dan lain-lain.
Lawan dari ketidakadilan adalah kesetaraan
gender, upaya menjadikan yang tidak adil menjadi
setara adalah suatu proses, karena terkait dengan
merubah sosio kultural yang ada.
Bentuk-bentuk diskriminasi gender?
•
Marginalisasi (peminggiran). Peminggiran banyak terjadi dalam bidang ekonomi.
Misalnya banyak perempuan hanya mendapatkan pekerjaan yang tidak terlalu bagus,
baik dari segi gaji, jaminan kerja ataupun status dari pekerjaan yang didapatkan. Hal ini
terjadi karena sangat sedikit perempuan yang mendapatkan peluang pendidikan.
Peminggiran dapat terjadi di rumah, tempat kerja, masyarakat, bahkan oleh negara
yang bersumber keyakinan, tradisi/kebiasaan, kebijakan pemerintah, maupun asumsiasumsi ilmu pengetahuan (teknologi).
•
Subordinasi (penomorduaan), anggapan bahwa perempuan lemah, tidak mampu
memimpin, cengeng dan lain sebagainya, mengakibatkan perempuan jadi nomor dua
setelah laki-laki
•
Stereotip (citra buruk) yaitu pandangan buruk terhadap perempuan. Misalnya
perempuan yang pulang larut malam adalah pelacur, jalang dan berbagai sebutan buruk
lainnya.
•
Violence (kekerasan), yaitu serangan fisik dan psikis. Perempuan, pihak paling rentan
mengalami kekerasan, dimana hal itu terkait dengan marginalisasi, subordinasi maupun
stereotip diatas. Perkosaan, pelecehan seksual atau perampokan contoh kekerasan
paling banyak dialami perempuan.
•
Beban kerja berlebihan, yaitu tugas dan tanggung jawab perempuan yang berat dan
terus menerus. Misalnya, seorang perempuan selain melayani suami (seks), hamil,
melahirkan, menyusui, juga harus menjaga rumah. Disamping itu, kadang ia juga ikut
mencari nafkah (di rumah), dimana hal tersebut tidak berarti menghilangkan tugas dan
tanggung jawab diatas.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2002
TENTANG
PERLINDUNGAN ANAK
PASAL 1
• ANAK :
SESEORANG YANG BELUM BERUSIA 18
(DELAPAN BELAS) TAHUN, TERMASUK ANAK
YANG MASIH DALAM KANDUNGAN
PASAL 2
• PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK  PANCASILA,
UUD 1945, SERTA PRINSIP-PRINSIP DASAR KONVENSI HAKHAK ANAK :
• NON DISKRIMINASI
• KEPENTINGAN YANG TERBAIK BAGI ANAK
• HAK UNTUK HIDUP, KELANGSUNGAN HIDUP, DAN
PERKEMBANGAN;
• PENGHARGAAN TERHADAP PENDAPAT ANAK
PASAL 15
SETIAP ANAK BERHAK UNTUK MEMPEROLEH PERLINDUNGAN
DARI :
•
•
•
•
PENYALAHGUNAAN DALAM KEGIATAN POLITIK;
PELIBATAN DALAM SENGKETA BERSENJATA;
PELIBATAN DALAM KERUSUHAN SOSIAL;
PELIBATAN DALAM PERISTIWA YANG MENGANDUNG UNSUR
KEKERASAN; DAN
• PELIBATAN DALAM PEPERANGAN.
PASAL 26
ORANG TUA BERKEWAJIBAN DAN
BERTANGGUNGJAWAB UNTUK :
• MENGASUH, MEMELIHARA, MENDIDIK , DAN
MELINDUNGI ANAK;
• MENUMBUHKEMBANGKAN ANAK SESUAI DENGAN
KEMAMPUAN, BAKAT, DAN MINATNYA; DAN
• MENCEGAH TERJADINYA PERKAWINAN PADA USIA
ANAK-ANAK.
PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN
•
•
•
•
•
•
AGAMA, PASAL 42, 43
KESEHATAN, PASAL 44 - 47
PENDIDIKAN, PASAL 48 - 54
SOSIAL, PASAL 55 - 58
PERLINDUNGAN KHUSUS, PASAL 59 – 71
PERAN MASYARAKAT, PASAL 72, 73
PASAL 59
PERLINDUNGAN KHUSUS
•
•
•
•
ANAK DALAM SITUASI DARURAT
ANAK YG BERHADAPAN DENGAN HUKUM
ANAK DARI KELOMPOK MINORITAS DAN TERISOLASI
ANAK TEREKSPLOITASI SECARA EKONOMI DAN/ATAU
SEKSUAL
• ANAK YG DIPERDAGANGKAN
• ANAK YG MENJADI KORBAN PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA, ALKOHOL, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT
ADIKTIF LAINNYA (NAPZA)
• ANAK KORBAN PENCULIKAN, PENJUALAN DAN
PERDAGANGAN
• ANAK KORBAN KEKERASAN BAIK FISIK DAN/ ATAU
MENTAL
• ANAK YG MENYANDANG CACAT
• ANAK KORBAN PERLAKUAN SALAH DAN
PENELANTARAN.
BENTUK-BENTUK KEKERASAN THD ANAK:
•
Kekerasan Fisik, tindakan yang menyebabkan rasa
sakit atau potensi menyebabkan sakit yang
dilakukan oleh orang lain, dapat terjadi sekali atau
berulang kali, berupa :
– Di pukul / tempeleng
– Di tendang
– Dijewer, dicubit
– Di lempar dengan benda-benda keras
– Dijemur di bawah terik sinar matahari
• Kekerasan Seksual, adalah keterlibatan anak dalam kegiatan
seksual yang tidak dipahaminya. Kekerasan Seksual dapat juga
berupa :
– Perlakuan tidak senonoh dari orang lain
– Kegiatan yang menjurus pada pornografi
– Perkataan-perkataan porno dan tindakan pelecehan organ
seksual anak
– Perbuatan cabul dan persetubuhan pada anak-anak yang
dilakukan oleh orang lain dengan tanpa tanggung jawab
– Tindakan mendorong atau memaksa anak terlibat dalam
kegiatan seksual yang melanggar hukum seperti
dilibatkannya pada kegiatan prostitusi
• Kekerasan Emosional, adalah segala sesuatu yang
dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan
emosional anak.
– Kata-kata yang mengancam
– Menakut-nakuti
– Berkata-kata kasar
– Mengolok-olok anak
– Perlakuan diskriminatif dari orang tua, keluarga,
pendidik dan masyarakat
– Membatasi kegiatan sosial dan kreasi anak dan
lingkungannya
• Kekerasan Ekonomi (Ekploitasi Komersial),
penggunaan tenaga anak untuk bekerja dan kegiatan
lain demi keuntungan orangtua atau orang lain, spt:
– menyuruh anak bekerja secara berlebihan
– menjerumuskan anak pada dunia prostitusi untuk
kepentingan ekonomi
• Tindak Pengabaian dan Penelantaran, adalah
ketidakpedulian orangtua, atau orang yang bertanggung
jawab atas anak pada kebutuhan mereka, seperti:
– Pengabaian pada kesehatan anak
– Pengabaian dan penelantaran pada pendidikan anak
– Pengabaian pada pengembangan emosi (terlalu
dikekang)
– Penelantaran pada pemenuhan gizi
– Penelantaran dan pengabaian pada penyediaan
perumahan
– Pengabaian pada kondisi keamanan dan kenyamanan
KOMISI PELINDUNGAN ANAK INDONESIA
PASAL 76 :
KPAI BERTUGAS :
• MELAKUKAN SOSIALISASI PER UU AN, MENGUMPULKAN
DATA DAN INFORMASI, MENERIMA PENGADUAN MASY,
MELAKUKAN PENELAAHAN, PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN
PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN
PERLINDUNGAN ANAK;
• MEMBERIKAN LAPORAN, SARAN, MASUKAN, DAN
PERTIMBANGAN KEPADA PRESIDEN DALAM RANGKA
PERLINDUNGAN ANAK.
PELAKU KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
DAN ANAK
NEGARA
MEDIA
MASYARAKAT/TEMPAT KERJA
KELUARGA
INDIVIDU
BAGAN ALUR
MONITORING DAN PELAPORAN
KEJADIAN KEKERASAN
TERHADAP ANAK DAN PEREMPUAN
PEMERINTAHAN
DESA/KELURAHAN
TIM PENGGERAK PKK
DESA/ KELURAHAN
KELOMPOK PKK RT DAN
KELOMPOK PKK RW
KADER PKK, KADER
POSYANDU
KETUA RW
KETUA RT
KARANG TARUNA,
AISYAH, FATAYAT,
MUSLIMAT, PEKERJA
SOSIAL MASYARAKAT
BIDAN DESA,
GURU
VISI ANAK INDONESIA
Anak Indonesia yang sehat, tumbuh dan
berkembang, cerdas-ceria, berakhlak mulia,
terlindungi dan aktif berpartisipasi serta cinta
tanah air dan bangsa.
34
MISI
Menjadikan anak Indonesia sehat fisik, mental dan
sosial
Menjadikan anak Indonesia berpendidikan, inovatif
dan kreatif, agar menjadi manusia unggul dan handal
Menjadikan anak Indonesia terlindungi dari
diskriminasi, kekerasan dan exploitasi
Menjadikan anak berkepribadian Indonesia
35
PRINSIP-PRINSIP UMUM KLA
(diratifikasi melalui Keppres No 36/1990)
(diadopsi ke dalam UUPA pada pasal 2)
Non Diskriminasi
Menghargai
Pendapat Anak dalam :
The Best Interests of The
Child
(Sebagai Landasan
Pembuatan Kebijakan
Pemerintah)
- Lembaga Keluarga
- Lembaga Masyarakat
- Lembaga-lembaga Negara
Dalam Proses Pembuatan Kebijakan
DPR,DPRD,Pemda, Yudikatif/Pengadilan
Hak Hidup;
Kelangsungan Hidup;
Perkembangan
ARGUMENTASI DASAR
PENTINGNYA MEMBANGUN ANAK
A. ARGUMEN HAK AZASI MANUSIA

Anak memiliki hak untuk hidup dan berkembang sampai
kepada potensi penuhnya.
B.
ARGUMEN NILAI MORAL

Melalui anak-anak, nilai moral ditumbuh-kembangkan
C.
ARGUMEN EKONOMI dan SOSIAL

Pembangunan anak merupakan investasi untuk meningkatkan
produktivitas bangsa dan masyarakat

Kesiapan anak memasuki kehidupan mandiri

Kesetaraan gender
37
Hak Dasar Anak
• Bertahan hidup : standar hidup yang layak; papan,
sandang, makanan bergizi, pelayanan kesehatan,
penghidupan yang layak, perlindungan dari segala
bentuk kekerasan.
• Tumbuh kembang : segala hal yang memungkinkan
anak tumbuh dan berkembang secara penuh sesuai
dengan potensinya, pendidikan, bermain dan
memanfaatkan waktu luang, aktivitas sosial budaya,
akses terhadap informasi, dll
38
• Perlindungan : semua yang diperlukan untuk
melindungi mereka dari kekerasan, perlakuan salah,
dan penelantaran.
• Partisipasi : memungkinkan anak untuk memainkan
peran aktif dalam komunitasnya sesuai dengan
kelebihan dan keterbatasan mereka terutama dalam
berbagai hal yang menyangkut kepentingan mereka.
Hak Anak
Lingkungan keluarga dan
perawatan alternatif
Kesehatan, gizi, air dan
sanitasi lingkungan
18,19,20,21,25,26,27
6,18(3),23,24,26,
27
Hak-hak sipil dan
kebebasan
7,8,12,13,14,15,16,17, 37a
Perlindungan khusus
22,30, 32,33,
34,35,36,37,38,39,
40
Pendidikan, waktu
bersantai dan main &
kegiatan budaya
28,29,31
31 Hak-hak Anak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
HAK UNTUK:
BEBAS BERAGAMA
BEBAS BERKUMPUL SECARA DAMAI
BEBAS BERSERIKAT
BEREKREASI
BERMAIN
BERPARTISIPASI DALAM KEGIATAN-KEGIATAN SENI BUDAYA
HIDUP DENGAN ORANG TUA
KELANGSUNGAN HIDUP DAN BERKEMBANG
TETAP BERHUBUNGAN DENGAN ORANG TUA
BILA DIPISAHKAN DENGAN SALAH SATU ORANG TUA
HAK UNTUK MENDAPATKAN:
10
PERLINDUNGAN DARI PENANGKAPAN YANG
SEWENANG-WENANG
11
IDENTITAS
12
INFORMASI DARI BERBAGAI SUMBER
13
KEWARGARAAN
14
NAMA
15
PELATIHAN KETERAMPILAN
16
PENDIDIKAN DASAR SECARA CUMA-CUMA
17
STANDAR HIDUP YANG LAYAK
41
H AK UNTUK MENDAPATKAN PERLINDUNGAN:
18
19
20
21
22
23
24
DARI PERAMPASAN KEBEBASAN
DARI PERLAKUAN KEJAM, HUKUMAN DAN
PERLAKUAN TIDAKMANUSIAWI
DARI SIKSAAN
HUKUM JIKA MENGALAMI EKSPLOITASI SEKSUAL
DAN KEGUNAAN SEKSUAL
KHUSUS DALAM SITUASI YANG GENTING
KHUSUS DARI PENCULIKAN, PENJUALAN,
DAN PERDAGANAN ANAK
KHUSUS JIKA MENGALAMI EKSPLOITASI SEBAGAI ANGGOTA
42
H AK UNTUK MENDAPATKAN PERLINDUNGAN:
25
26
27
28
29
30
31
KELOMPOK MINORITAS ATAU KELOMPOK ADAT
KHUSUS JIKA MENGALAMI KONFLIK HUKUM
KHUSUS JIKAMENGALAMI EKSPLOITASI DALAM
PENYALAHGUNAAN OBAT-OBATAN
KHUSUS SEBAGAI PENGUNGSI
KHUSUS, JIKA MENGALAMI EKSPLOITASI
SEBAGAI PEKERJA ANAK
KHUSUS DALAM KONFLIK BERSENJATA
PRIBADI
STANDAR KESEHATAN YANG PALING TINGGI
43
Program Nasional tentang
Pengarusutamaan Hak Anak (2004-2015)
Terdiri dari 4 bidang :
•
Kesehatan Anak
•
Pendidikan Anak
•
Perlindungan Anak
•
Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS
terhadap Anak
44
KEBIJAKAN KOTA SEMARANG
MENUJU KOTA LAYAK ANAK
Bidang Kesehatan
• AKI :
2007 terdapat 1,98 %,
2008 – 1,97 %,
2009 – 0,76 % s/d Mei 2009
(terdapat penurunan yang sangat signifikan).
• AKB :
2007 terdapat 0,08 %,
2008 – 0,11 %,
2009 – 0,09 % s/d Mei 2009
• Gizi Buruk :
2007 terdapat 27,
2008 - 30,
2009 – 44 s/d Mei 2009
(disebabkan telah dilakukan pelacakan atau deteksi
dini yang melibatkan Kader Posyandu (2009 – 1480 Posyandu)
•
Adanya 37 Puskesmas Ramah anak, melalui
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM), telah
dilaksanakan screening mengenai Stimulan
Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang, di
ruang KIA tersedia area bermain anak.
 Rumah Sakit Ramah Anak, terpenuhinya hak
anak dengan mendapatkan asi, melalui leaflet,
poster yang disediakan, juga ruang pemeriksaan
anak tersedia ruang anak untuk mengurangi
tingkat stress.
Bidang Pendidikan
1. Bebas Buta Aksara – Kota Semarang telah tuntas buta
aksara tahap pelesarian, SK Walikota Semarang.
2. Gerakan Wajib Belajar – melaksanakan wajib belajar 9
tahun menuju wajib belajar 12 tahun, SK Walikota
Semarang
3. Sekolah Ramah Anak - tersedianya Zona Selamat
Sekolah (ZSS) dengan adanya tempat penyeberangan,
sekolah gratis bagi anak-anak wajar.
4. Kota Semarang telah menjadikan fungsi pendidikan
sebagai prioritas Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang, melalui
Rumah Pintar, terdapat 154 Rumah Pintar di Tingkat
Kelurahan di Kota Semarang (+130 rumah pintar yang
berjalan)
Bidang Kependudukan
Untuk memenuhi hak hidup, Pemerintah Kota Semarang telah memberikan
akta kelahiran gratis, bagi anak usia 0 s/d 60 hari kerja, dengan SK Walikota
Semarang
Bidang Perlindungan
Dan untuk memenuhi hak perlindungan, Pemerintah Kota Semarang telah
memiliki sebuah Lembaga Pelayanan Penanganan Terpadu “ Seruni”, dan
untuk mendekatkan Pelayanan Penanganan Terpadu di tingkat Kecamatan
telah terbentuk PPTK di 6 Kecamatan sebagai pilot project. (PPTK Banyumanik,
PPTK Pedurungan, PPTK Semarang Utara dan PPTK Semarang Barat, PPTK
Semarang Timur dan PPTK Gunungpati)
Bidang Partisipasi
Adanya Forum Anak Kota Semarang (FASE) yang telah lahir pada tanggal 6
Oktober 2007, merupakan keterlibatan FASE dalam Musrenbang, yang diawali
dari FASE Tingkat Kecamatan, yaitu di Kecamatan Tembalang, yang sudah
launching pada bulan Juni 2009 (Muker Anak tgl.20 s/d 22 Juni 2010)
1. Untuk mewujudkan Kota Semarang Kota Layak Anak, melalui
sinergisitas program yang ada di masing-masing SKPD terkait
Kota Semarang untuk melakukan perencanaan program
kegiatan perspektif anak.
2. Membentuk Jejaring antara Pemerintah Kota Semarang
dengan LSM Peduli Anak, Swasta untuk mewujudkan Kota
Semarang Kota Layak Anak.
3. Mengajak SKPD terkait sebagai pemangku kebijakan, untuk
bersama-sama melakukan yang terbaik untuk anak,
khususnya anak-anak di Kota Semarang yang masih hidup di
jalan. (Ironis ketika kita bicara Kota Layak Anak ternyata
masih ada anak-anak yang masih hidup di jalan)
4. Mari kita lakukan yang terbaik untuk anak !!
Terima kasih
Dra. Okky Maria, M.Si
HP. 08156518960
Email : [email protected]
Download