STUDI PERBANDINGAN BELITAN

advertisement
SINGUDA ENSIKOM
VOL. 3 NO. 3/September 2013
STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA
SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER
(Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)
Bayu T. Sianipar, Ir. Panusur S.M. L.Tobing
Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU)
Jl. Almamater, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA
e-mail: [email protected]
Abstrak
Untuk memenuhi kualitas tegangan pelayanan sesuai kebutuhan konsumen (PLN Distribusi),
tegangan keluaran transdormator harus dapat dirubah sesuai keinginan. Untuk hal itu, maka pada salah
satu kedua sisi belitan transformator dibuat tap (penyadap) untuk merubah perbandingan belitan (ratio)
transformator. Tulisan ini membahas mengenai ketepatan perbandingan belitan pada transformator
distribusi pada saat penggunaan tap changer, dan analisa ketepatan perbandingan pada toleransi 1%.
Jumlah belitan sekunder transforamator dihitung/diukur secara manual dengan menggunakan alat
penghitung jumlah belitan transformator. Kemudian besarnya belitan primer perhitungan diperoleh
dengan mengalikan jumlah belitan sekunder terhadap persamaan perbandingan tegangan yang besarnya
sama dengan perbandingan belitan. Setelah itu akan dihitung jumlah belitan primer pengukuran dengan
mengalikan nilai belitan sekunder dengan data hasil pengukuran (transformator turn ratio). Dengan
memperhatikan perbedaan antara hasil analisa belitan perhitungan dan belitan pengukuran, maka didapat
hasil bahwa pada beberapa transformator jumlah belitan primernya perlu dilakukan penambahan belitan
agar tegangan keluaran dari transformator tersebut sesuai dengan tegangan keluaran yang diharapkan.
Kata Kunci: Transformator, Belitan transforamator, Tap Changer
berhubungan secara magnetis melalui jalur yang
memiliki reluktansi ( reluctance ) rendah.
Apabila kumparan primer dihubungkan dengan
sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolakbalik akan muncul didalam inti yang dilaminasi,
karena kumparan tersebut membentuk jaringan
tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat
adanya fluks di kumparan primer maka di
kumparan primer terjadi induksi sendiri ( self
induction ) dan terjadi pula induksi di kumparan
sekunder karena pengaruh induksi dari
kumparan primer atau disebut sebagai induksi
bersama ( mutual induction ) yang menyebabkan
timbulnya fluks magnet dikumparan sekunder,
maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian
sekunder dibebani, sehingga energi listrik dapat
ditransfer keseluruhan ( secara magnetisasi ).[1]
Secara umum suatu kumparan dialiri arus bolakbalik akan timbul Φ, lalu timbul tegangan
induksi sebesar :
1. Pendahuluan
Suatu masalah yang terdapat dalam sistem
tenaga listrik adalah perubahan tegangan yang
diakibatkan jauhnya jarak antara pembangkit
dengan beban. Trafo dirancang sedemikian rupa
sehingga perubahan tegangan pada sisi
masuk/input tidak mengakibatkan perubahan
tegangan pada sisi keluar/output, dengan kata
lain tegangan di sisi keluar/output-nya tetap.
Alat ini disebut sebagai sadapan pengatur
tegangan atau tap changer. Tap changer di bagi
dalam 2 bagian yaitu tap changer yang bekerja
pada saat berbeban tanpa terjadi pemutusan
beban, biasa disebut On Load Tap Changer
(OLTC) dan tap changer tanpa beban biasa
disebut Off load tap changer.
2. Transformator
Transformator terdiri atas dua buah
kumparan ( primer dan sekunder ) yang bersifat
induktif. Seperti pada Gambar 1, kedua
kumparan ini terpisah secara elektrik namun
106
copyright @ DTE FT USU
SINGUDA ENSIKOM
eN
VOL. 3 NO. 3/September 2013
d
dt
VRS =
(1)
3 VΦP
(4)
Tegangan kawat-kawat sekunder sebanding
dengan tegangan phasa :
Vrs = VΦS
Maka
diperoleh
transformator :
(5)
perbandingan
V RS
3VP

 3a
V rs
VS
a. Transformator Tiga Phasa
Pada prinsipnya, transformator tiga phasa
sama dengan transformator satu phasa,
perbedaannya adalah seperti perbedaan sistem
listrik satu phasa dengan sistem listrik tiga phasa
yaitu mengenal sistem bintang ( Y ) dan delta (
Δ ), serta sistem zig-zag ( Z ), dan juga sistem
bilangan jam yang sangat menentukan untuk
kerja paralel transformator tiga phasa. Untuk
menganalisa transformator daya tiga phasa
dilakukan dengan memandang atau menganggap
transformator tiga phasa sebagai transformator
satu phasa, teknik perhitungannya pun sama,
hanya untuk nilai akhir biasanya parameter
tertentu ( arus, tegangan, dan daya )
transformator tiga phasa dikaitkan dengan nilai
Tegangan kawat-kawat sekunder sebanding
dengan tegangan phasa :
Vrs =
Maka
diperoleh
transformator :
V ST
3VP

a
V st
3VS
perbandingan
tegangan
(11)
IL = 3 IP
b. Tap Changer
Tap changer atau pengubah tapping adalah
suatu alat pengubah tegangan dengan mengubah
rasio perbandingan belitan transformator untuk
mendapatkan tegangan operasi sekunder akibat
adanya perubahan tegangan pada sisi primer.
Tegangan keluaran atau tegangan terminal
konsumen
dapat
dikendalikan
dengan
pemasangan tapping pada sisi primer atau pada
sisi sekunder transformator. Perubahan posisi
tapping dikendalikan oleh tap changer.[5]
Prinsip
pengaturan
tegangan
sekunder
berdasarkan perubahan jumlah belitan primer
atau sekunder. V1, N1 dan V2,N2 adalah
parameter primer dan sekunder.
(2)
perbandingan
(8)
V RS
VP
a
(9)


Vrs
3VS
3
Sedangkan pada hubungan wye-delta (Δ - Δ)
diperoleh :
VRS = VST = VRT = VLN
(10)
Arus pada transforamtor hubungan delta :
Dalam pelaksanaannya tiga buah lilitan fasa
dalam sisi primer dan sisi sekunder dapat
dihubungkan dalam bermacam – macam
hubungan, seperti hubungan bintang, hubungan
segitiga (delta) dan hubungan kombinasi Y-Y,
Y- Δ, Δ-Y dan Δ- Δ. Bahkan dalam kasus
tertentu lilitan sekunder dapat dihubungkan
secara
berliku-liku
(zig-zag),
sehingga
didapatkan kombinasi Δ-Z dan Z-Y.[2]
Pada hubungan wye-wye (Y-Y) Tegangan
primer pada masing-masing phasa adalah :
3
3 VΦS
Maka
diperoleh
transformator :
3.
VST
(6)
Pada hubungan wye-delta (Δ - Y) tegangan
kawat ke kawat primer sebanding dengan
tegangan phasa primer :
VRS = VΦP
(7)
Gambar 1 Prinsip kerja transforamtor
VΦp =
tegangan
tegangan
V1 V2

N1 N 2
(3)
(12)
Pada hubungan wye-delta (Y- Δ) tegangan
kawat ke kawat primer sebanding dengan
tegangan phasa primer :
107
copyright @ DTE FT USU
SINGUDA ENSIKOM
VOL. 3 NO. 3/September 2013
V1
xN 2
N1
(13)
Vs 4 
V1  IX r
xN s
N2
(17)
Tapping dapat dibuat di awal, di akhir dan di
tengah belitan transformator ditunjukkan
Gambar 2. [6]
Vs 5 
V1
xN s
N2
(18)
V2 
3.
Perbandingan Belitan Transformator
Distribusi Tiga Phasa pada Saat
Penggunaan Tap Changer
Untuk
mendapatkan data-data
yang
diperlukan selama penulisan, penulis melakukan
pengamatan dan pengukuran terhadap lima buah
transformator di PT. MORAWA ELEKTRIK
TRANSBUANA. Adapun kelima transformator
tersebut memiliki kapasitas dan jumlah belitan
sekunder yang berbeda, namun tipe hubungan
belitan, tegangan masukan dan tegangan
keluarannya sama.. Pada Tabel 1 ditunjukkan
jumlah belitan sekunder untuk masing-masing
transformator.
. Tabel 1 Jumlah belitan sekunder pada masingmasing trafo
a. Tapping akhir
Kapasitas
Transformator
( kVA )
( Turn )
50
48
100
30
160
16
200
34
250
40
Data hasil pengukuran perbandingan belitan
transformator (TTR) pada tiap tap masingmasing phasa untuk setiap transformator
ditunjukkan pada Tabel 2, Tabel , Tabel 3, Tabel
4, Tabel 5, dan Tabel 6.
Besarnya perbandingan belitan pada
transformator 50kVA ditunjukkan Tabel 2.
b. Tapping tengah
Gambar 2 Posisi tapping pada belitan
transformator
Tap changer tanpa beban biasanya
digunakan pada transformator distribusi dimana
tegangannya lebih stabil, sehingga pengaturan
tappingnya dilakukan pada saat pemasangan
transformator kedalam sistem tenaga listrik dan
dalam jangak waktu lama.Suatu transformator,
tapping dibuat pada sisi primer. Ketika semua
belitan primer dalam rangkaian terhubung
kesumber tegangan, tegangan sekundernya
adalah :
Vs1 
V2
xN s
N2
Tabel 2 Data perbandingan belitan pada
Transformator 50 kVA
Tapping
R
S
T
Tapping
90,975 90,985
90,97
1
Tapping
86,65
86,645
86,63
2
Tapping
82,305 82,305 82,297
3
Tapping
77,97
77,97
77,963
4
Tapping
73,645 73,655 73,625
5
(14)
Vs 2 
V1  IX r
xN s
N1
(15)
Vs 3 
2V1
xN s
N1  N 2
(16)
Jumlah
belitan
sekunder
108
copyright @ DTE FT USU
SINGUDA ENSIKOM
VOL. 3 NO. 3/September 2013
Besarnya perbandingan belitan pada
transformator 100kVA ditunjukkan Tabel 3.
Tabel 3 Data perbandingan belitan pada
Transformator 100 kVA
Tapping
R
S
T
Tapping
95,246 95,243 95,243
1
Tapping
90,93 90,931 90,92
2
Tapping
86,634 86,631 86,63
3
Tapping
82,247 82,247 82,234
4
Tapping
77,928 77,926 77,971
5
Besarnya
perbandingan
belitan
pada
transformator 250kVA ditunjukkan Tabel 6.
Tabel 6 Data perbandingan belitan pada
Transformator 250 kVA
Tapping
R
S
T
Tapping
90,145 90,152 90,116
1
Tapping
88,007 88,815 87,983
2
Tapping
85,85 85,85 85,815
3
Tapping
83,685 83,682 83,642
4
Tapping
81,55 81,551 81,505
5
Besarnya perbandingan belitan pada
transformator 160kVA ditunjukkan Tabel 4.
Tabel 4 Data perbandingan belitan pada
Transformator 160 kVA
Tapping
R
S
T
Tapping
95,28 95,284 95,298
1
Tapping
90,918 90,916 90,912
2
Tapping
86,584 86,582 86,575
3
Tapping
82,248 82,244 82,241
4
Tapping
77,915 77,911 77,906
5
Hubungan
belitan
ditunjukkan Gambar 3.
Besarnya perbandingan belitan pada
transformator 200kVA ditunjukkan Tabel 5.
Tabel 5 Data perbandingan belitan pada
Transformator 200 kVA
Tapping
R
S
T
Tapping
90,905 90,915 90,94
1
Tapping
86,573 80,58 86,58
2
Tapping
82,258 82,265 82,26
3
Tapping
77,924 77,94 77,92
4
Tapping
73,594 73,594 73,604
5
4. Analisa Perbandingan Belitan
Transformator
Tap
yang
dipakai
pada
tiap
transformator adalah sebesar 5% dan untuk tiap
transformator dilakukan 5 tapping. Besarnya
tegangan masukan awal tiap transformator
adalah 20kV. Setelah dilakukan 5 tapping, maka
besar tegangan masukan untuk masing-masing
trafo adalah 22kV,21kV,20kV,19kV, dan 18kV.
Sedangkan untuk tegangan keluaran yang
diinginkan adalah 400/231 Volt.
Karena tipe transformator yang digunakan
adalah tipe Y-zn5, maka jumlah belitan primer
dapat dihitung bedasarkan persamaan (19)
transformatornya
Gambar 3 Hubungan belitan transformator 3
phasa tipe Y-zn5
Np =
V p 3
Vs1
 Ns
(19)
Persamaan (19) berlaku untuk semua
transformator.
Sedangkan
besarnya
pernbandingan belitan dapat diperoleh dari
perbandingan tegangan masukan tiga phasa
dengan tegangan keluaran saru phasa. Dengan
109
copyright @ DTE FT USU
SINGUDA ENSIKOM
VOL. 3 NO. 3/September 2013
memberikan nilai toleransi sebesar  1 % maka
aka diperoleh besarnya nilai perbandingan
belitan maksimum dan perbandingan belitan
minimum. Dengan mengalikan jumlah belitan
sekunder dengan nilai perbandingan belitan
maksimum dan minimumnya maka akan
diperoleh batasan nilai maksimum dan minimum
jumlah belitan primer dari tiap transformator.
Kemudian
untuk
jumlah
belitan
berdasarkan pengukuran dapat diperoleh dengan
mengalikan jumlah belitan sekunder dengan data
hasil
pengukuran
perbandingan
belitan
transformator pada Tabel 2.a sampai Tabel 2.e.
Hasil seluruh perhitungan data yang
dilakukan kemudian dimasukkan kedalam
sebuah tabel seperti pada Tabel 3 sampai Tabel
7. Kemudian dilakukan analisa terhadap masingmasing transforamator berdasarkan masingmasing tabel.
Pada Tabel 7 jumlah belitan berdasarkan
pengukuran berada diluar rentang maksimum
maupun minimum. Jadi pada transformator ini
jumlah belitan primer harus ditambah minimal
169 lilitan sampai maksimum 254 lilitan.
Tabel 8 Jumlah belitan pada pengukuran dan
perhitungan Transformator 100 kVA
Pengukuran
Perhitungan
Tapping
R
S
T
Max Min
Tapping
2857 2857 2857 2888 2829
1
Tapping
2728 2728 2728 2755 2700
2
Tapping
2599 2599 2599 2623 2571
3
Tapping
2467 2467 2467 2492 2443
4
Tapping
2338 2338 2339 2361 2314
5
Pada Tabel 9 jumlah belitan transformator
berdasarkan pengukurannya sesuai dengan hasil
perhitungan, jadi pada transformator ini tidak
ada penambahan maupun pengurangan belitan.
Tabel 9 Jumlah belitan pada pengukuran dan
perhitungan Transformator 160 kVA
Pengukuran
Perhitungan
Tapping
R
S
T
Max Min
Tapping
1524 1525 1525 1540 1509
1
Tapping
1455 1455 1455 1469 1440
2
Tapping
1385 1385 1385 1399 1371
3
Tapping
1316 1316 1316 1329 1303
4
Tapping
1247 1247 1246 1259 1234
5
Tabel 7 Jumlah belitan pada pengukuran dan
perhitungan Transformator 50 kVA
Pengukuran
Perhitungan
Tapping
R
S
T
Max Min
Tapping
4367 4367 4367 4621 4526
1
Tapping
4159 4159 4158 4407 4320
2
Tapping
3951 3951 3950 4197 4114
3
Tapping
3743 3743 3742 3988 3909
4
Tapping
3535 3535 3534 3778 3703
5
Pada Tabel 10 didapat bahwa jumlah belitan
berdasarkan pengukuran berada dibawah hasil
perhitungan, jadi jumlah belitan primer harus
ditambah minimal 114 lilitan dan maksimal 182
lilitan.
Tabel 10 Jumlah belitan pada pengukuran dan
perhitungan Transformator 200 kVA
Pengukuran
Perhitungan
Tapping
R
S
T
Max Min
Tapping
3091 3091 3092 3274 3206
1
Tapping
2943 2740 2944 3122 3060
2
Tapping
2797 2797 2797 2973 2914
3
Tapping
2649 2650 2649 2824 2769
4
Tapping
2502 2502 2503 2676 2623
5
Pada Tabel 8 jumlah belitan transformator
berdasarkan pengukurannya sesuai dengan hasil
perhitungan, jadi pada transformator ini tidak
ada penambahan maupun pengurangan belitan.
110
copyright @ DTE FT USU
SINGUDA ENSIKOM
VOL. 3 NO. 3/September 2013
Pada Tabel 11 didapat bahwa jumlah belitan
berdasarkan pengukuran berada dibawah hasil
perhitungan, jadi jumlah belitan primer harus
ditambah minimal 166 lilitan dan maksimal 246
lilitan.
Tabel 11 Jumlah belitan pada pengukuran dan
perhitungan Transformator 250 kVA
Pengukuran
Perhitungan
Tapping
R
S
T
Max Min
Tapping
3606 3606 3605 3851 3771
1
Tapping
3520 3553 3519 3673 3600
2
Tapping
3434 3434 3433 3498 3429
3
Tapping
3347 3347 3346 3323 3257
4
Tapping
3262 3262 3260 3148 3086
5
Penambahan belitan bertujuan untuk
mendapatkan tegangan keluaran yang sesuai
dengan yang diinginkan.
Kesimpulan
dengan mengutamakan
proteksi
keselamatan
Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Ir. Panusur S.M. L.Tobing dan juga staff
dan pegawai di PT. MORAWA ELEKTRIK
TRANSBUANA atas bantuannya dalam
menyelesaikan penelitian ini.
Referensi
[1] Wijaya,
Mochtar,”Dasar-Dasar
Mesin
Listrik”, Penerbit Djambatan, Jakarta , 2001.
[2] Chapman Stephen J, “Electric Machinery
Fundamentals”,Second Edition Mc Graw
Hill Companies, New York, 1991.
[3] Theraja, B.L. & Theraja, A.K., “A Text
Book of Electrical Technology”, New
Delhi, S.Chand and Company Ltd., 2001.
[4] Gonen, Turan,”Electric Power distribution
System Engineering”,Mc Graw-Hill Book
Company, Singapore 1986.
[5] Stigant, S. Austen and A.C. Franklin,”The
J&P transformer Book”,newnessButterworths,London,1973
[6] http://ojandonk.com/2011/04/25/transforme
r-electrical-design/
[7] http://xa.yimg.com/kq/groups/26952859/13
55756370/name/Review_Desain_Trafo.pdf
[8] Grigsby,
Leo
L.,”Electric
Power
Enginering” , CRC Press LLC, Florida,
2000.
Dari hasil perhitungan dan analisis data maka
dapat disimpulkan:
1. Untuk suatu perbandingan belitan, semakin
besar jumlah lilitan sekunder pada
transformator distribusi semakin besar juga
jumlah lilitan primernya.
2. Dikarenakan kesalahan pembacaan pada
alat penggulungan belitan transformator
pada
saat
penggulungan
belitan
transformator, pada hasil TTR masingmasing trafo, jumlah lilitan primer tidak
sesuai dengan hasil perhitungan, maka
dilakukan pengurangan atau penambahan
jumlah lilitan yaitu, pada trafo 50kVA
dlikakukan penambahan 169 sampai 254
lilitan, pada trafo 200kVA penambahan 114
sampai 182 lilitan, dan pada trafo 250kVA
penambahan 166 sampai 246 lilitan.
Sedangkan untuk trafo 100 dan 160 kVA
jumlah lilitan primer sudah sesuai dengan
batas toleransi 1%.
3. Jika didapati tegangan masukan pada
transformator
distribusi
yang
menggunakan tap changer tidak sesuai
dengan tegangan primer yang ditentukan
untuk tiap tapping, maka harus dipilih
salah satu tap yang akan menghasilkan
tegangan keluaran yang lebih mendekati
tegangan keluaran yang ditetapkan atau
tegangan keluaran yang diinginkan
111
copyright @ DTE FT USU
Download