memorandum of understanding - Subbag Verifikasi dan BMN

advertisement
KONSEP
01-10-2014
PERJANJIAN KERJASAMA
ANTARA
KANTOR UNIT PENYELENGGARA PELABUHAN KELAS III SEBUKU
DENGAN
PT. ARUTMIN INDONESIA
TENTANG
SEWA PENGGUNAAN PERAIRAN TERMINAL KHUSUS
PERTAMBANGAN BATUBARA PT ARUTMIN INDONESIA
NOMOR
NOMOR
:
:
Pada hari ini ........., tanggal ................. Bulan ........ Tahun ............... (...............), bertempat di
..........., yang bertanda tangan di bawah ini:
I.
………………………..
: Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan
Kelas III Sebuku Propinsi Kalimantan Selatan
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kantor
Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Sebuku,
berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Perhubungan Nomor SK ………… Tahun ………
tanggal ………, berkedudukan di Jalan Pelabuhan
Samudera Nomor 126 Batulicin Tanah Bumbu
Propinsi Kalimantan Selatan, yang selanjutnya
disebut PIHAK PERTAMA.
II
SAPTARI HOEDAJA
: Direktur PT. Arutmin Indonesia dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama PT. Arutmin
Indonesia
berdasarkan
Anggaran
Dasar
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Akta
Notaris Nomor .... Tanggal ........... yang dibuat
dihadapan Notaris Ny. .............. yang telah
mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia RI sesuai Keputusan Nomor : AHU................ tanggal ................, berkedudukan di
Bakrie Tower Lantai 14 Komplek Rasuna
Epicentrum, Jalan H.R. Rasuna Said Jakarta
12940, yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
Page 1 of 9
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara sendiri – sendiri disebut pihak dan secara
bersama-sama untuk selanjutnya disebut sebagai PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan
hal – hal sebagai berikut :
a. Bahwa PIHAK PERTAMA merupakan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian
Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal
Perhubungan Laut, yang mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk melaksanakan
pengaturan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan, keselamatan dan
keamanan pelayaran pada pelabuhan, serta penyediaan dan/atau pelayanan jasa
kepelabuhanan yang belum diusahakan secara komersial di Pelabuhan Sebuku maupun di
Terminal Khusus.
b. Bahwa PIHAK KEDUA merupakan Pengelola Tersus Pertambangan Batubara berdasarkan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP. 695 Tahun 2011 tentang Pemberian Izin
Operasi Tersus Pertambangan Batubara di Tanjung Pemancingan Pulau Laut Utara,
Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan (selanjutnya disebut Tersus NPLCT);
c. Bahwa dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang
Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada
Departemen Perhubungan, PIHAK KEDUA berkewajiban untuk melakukan pembayaran
sewa perairan atas penggunaan perairan untuk bangunan dan kegiatan lainnya di atas air
pada Terminal Khusus yang dioperasikan PIHAK KEDUA, oleh karenanya memerlukan
adanya suatu perjanjian penggunaan perairan Tersus Pertambangan Batubara.
Selanjutnya PARA PIHAK sesuai dengan kedudukan dan kewenangan masing-masing sepakat
untuk melaksanakan Perjanjian Kerjasama Penggunaan Perairan Terminal Khusus
Pertambangan Batubara PT Arutmin Indonesia (selanjutnya disebut dengan Perjanjian),
dengan didasarkan pada syarat dan ketentuan sebagai berikut :
1. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Perhubungan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan;
4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 45 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor KM. 68 Tahun 2010;
5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 44 Tahun 2011;
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 51 Tahun 2011 tentang Terminal Khusus dan
Terminal Untuk Kepentingan Sendiri;
7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP. 695 Tahun 2011 tentang Pemberian Izin
Operasional Kepada PT. Arutmin Indonesia untuk Mengoperasikan Terminal Khusus
Pertambangan Batubara di Tanjung Pemancingan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru
Provinsi Kalimantan Selatan;
8. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor BX.696/PP.008 Tahun 2011
tentang Pemberian Izin Pengembangan Terminal Khusus PT. Arutmin Indonesia di Tanjung
Pemancingan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan;
Page 2 of 9
9. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut No. KU.007/2/10/DJPL-13 tanggal
25 Februari 2013 tentang Tatacara Penerimaan, Penyetoran, Penggunaan dan
Pelaporan Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut;
10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP. 695 Tahun 2011 tentang Pemberian Izin
Operasi Terminal Kepada PT. Arutmin Indonesia Untuk Mengoperasikan Terminal Khusus
Pertambangan Batubara di Tanjung Pemancingan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru,
Provinsi Kalimantan Selatan;
11. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor BX.696/PP 008 tentang Pemberian
Izin Pengembangan Terminal Khusus PT. Arutmin Indonesia di Tanjung Pemancingan,
Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan.
Sehubungan dengan hal – hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk mengikatkan diri
sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut :
PASAL 1
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari Perjanjian ini adalah untuk menjadi dasar dan pedoman bagi PARA PIHAK dalam
pelaksanaan sewa perairan atas penggunaan perairan untuk bangunan dan kegiatan lainnya di
atas air pada TERSUS NPLCT yang dikelola oleh PIHAK KEDUA dan bertujuan untuk
meningkatkan kinerja TERSUS NPLCT serta pemasukan bagi negara berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PASAL 2
WILAYAH PERAIRAN YANG DIGUNAKAN
(1) Wilayah perairan TERSUS NPLCT yang digunakan oleh PIHAK KEDUA sebagaimana
ditetapkan dalam izin yang telah diperoleh dari Kementerian Perhubungan, terletak di
Perairan Tanjung Pemancingan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru, Propinsi
Kalimantan Selatan dengan luas 936.884 m2 (sembilan ratus tiga puluh enam ribu delapan
ratus delapan puluh empat meter persegi) (selanjutnya disebut sebagai “Wilayah
Perairan”)
(2) Wilayah perairan terdiri dari 5 (lima) bagian dengan luas dan batas – batas sebagai berikut :
a. Area dermaga muat seluas 368.559 m2 yang dimulai dari titik A pada koordinat 0312-56,6 LS / 116-16-50,9 BT ditarik garis lurus ke arah Timur Laut sampai titik B
pada koordinat 03-12-24,1LS / 116-17-16,4 BT, selanjutnya ditarik garis lurus ke
arah Barat Laut sampai titik C pada koordinat 03-12-13,3LS / 116-17-03,8 BT,
selanjutnya ditarik garis lurus ke arah Barat Daya sampai titik D pada koordinat 03-1252,6 LS / 116-16-49,9 BT, selanjutnya kembali ke titik A;
b. Area berlabuh kapal seluas 311.408 m2 meliputi perairan radius 314,84 m dari
koordinat 03-11-54 LS / 116-17-06 BT;
c. Area dermaga bongkar seluas 167.191 m2 yang dimulai dari titik A pada koordinat 0313-35,3 LS / 116-16-59,9 BT ditarik garis lurus ke arah Timur Laut sampai titik B
Page 3 of 9
pada koordinat 03-13-22,7LS / 116-17-05,7 BT, selanjutnya ditarik garis lurus ke
arah Barat Laut sampai titik C pada koordinat 03-13-17,4LS / 116-16-53,6 BT,
selanjutnya ditarik garis lurus ke arah Barat Daya sampai titik E pada koordinat 03-1322,2 LS / 116-16-51,4 BT, selanjutnya ditarik garis lurus ke arah Barat Daya sampai
ke titik D pada koordinat 03-13-30,4 LS / 116-16-48,7 BT, selanjutnya ditarik garis
lurus ke arah Tenggara sampai kembali ke titik A;
d. Area dermaga pengembangan untuk Alat Bongkar Muat Tongkang Kontinyu (ABMTK)
seluas 36.927 m2 yang dimulai dari titik A pada koordinat 03-12-59,5 LS / 116-1651,2 BT ditarik garis lurus ke arah Timur sampai titik B pada koordinat 03-13-00,5LS
/ 116-17-04,4 BT, selanjutnya ditarik garis lurus ke arah Utara sampai titik C pada
koordinat 03-12-49,3LS / 116-17-05,3 BT, selanjutnya ditarik garis lurus ke arah
Barat sampai titik D pada koordinat 03-12-49,1 LS / 116-17-03,1 BT, selanjutnya
ditarik garis lurus ke arah Selatan sampai ke titik E pada koordinat 03-12-58,0 LS /
116-17-02,3 BT, selanjutnya ditarik garis lurus ke arah Barat sampai ke titik F pada
koordinat 03-12-58,2 LS / 116-16-51,1 BT selanjutnya kembali ke titik A;
e. Area labuh tongkang seluas 52.799 m2 meliputi perairan radius 129,64 m dari
koordinat 03-13-00 LS / 116-17-42 BT.
(3) Apabila terjadi perubahan luas Sewa Perairan sebagaimana tersebut dalam
ayat (1) Pasal ini, maka luas Sewa Perairan yang baru akan dituangkan dalam Addendum
yang ditandatangani PARA PIHAK dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Perjanjian ini.
PASAL 3
HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK
(1) Hak dan Kewajiban PIHAK PERTAMA
a. Menerima pembayaran atas penggunaan perairan dari PIHAK KEDUA.
b. Menyerahkan nota tagihan/kwitansi terkait dengan Perjanjian ini lengkap dengan nama
dan nomor rekening.
c. Melakukan pengawasan penggunaan perairan oleh PIHAK KEDUA sesuai dengan
kewajiban-kewajiban PIHAK KEDUA yang tidak atau belum dilaksanakan
sebagaimana diperjanjikan.
d. Memberikan arahan dan petunjuk terkait dengan hal-hal yang berada di bawah
kewenangan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
(2) Hak dan Kewajiban PIHAK KEDUA
a. Membayar uang penggunaan perairan secara keseluruhan dan tunai kepada PIHAK
PERTAMA yang disetor ke Rekening Kas Umum Negara, setelah menerima Nota
Tagihan/Kwitansi Sewa dari PIHAK PERTAMA.
b. Menggunakan Wilayah Perairan sesuai kegiatan PIHAK KEDUA.
c. Melaporkan kepada PIHAK PERTAMA paling lambat ......... bulan setelah berlakunya
Perjanjian bahwa Wilayah Perairan telah digunakan.
d. Memperoleh persetujuan dari PIHAK PERTAMA apabila merencanakan untuk
mendirikan bangunan dan kegiatan lainnya diatas Wilayah Perairan.
e. Melakukan pengamanan dan perlindungan lingkungan maritim di Wilayah Perairan
TERSUS NPLCT.
Page 4 of 9
PASAL 4
JANGKA WAKTU
(1) Wilayah Perairan akan dipergunakan oleh PIHAK KEDUA berdasarkan Perjanjian ini untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun dan akan berlaku surut terhitung sejak :
a. Untuk wilayah perairan bagian area dermaga muat, bagian area berlabuh kapal, bagian
dermaga bongkar dan bagian area berlabuh tongkang, dihitung mulai sejak
dikeluarkannya surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP. 695 Tahun 2011
tentang Pemberian Izin Operasional Kepada PT. Arutmin Indonesia untuk
Mengoperasikan Terminal Khusus Pertambangan Batubara di Tanjung Pemancingan
Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan, sejak tanggal 22
Agustus 2011 sampai dengan 21 Agustus 2016 31 Desember 2015.
b. Untuk wilayah perairan bagian area dermaga pengembangan untuk Alat Bongkar Muat
Tongkang Kontinyu (ABMTK) dihitung mulai sejak dikeluarkannya Keputusan Direktur
Jenderal Perhubungan Laut Nomor BX.696/PP.008 tentang Pemberian Izin
Pengembangan Terminal Khusus PT. Arutmin Indonesia di Tanjung Pemancingan
Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan, sejak tanggal 10
Nopember 2011 sampai dengan 9 Nopember 201631 Desember 2015.
(2) Perjanjian ini akan berakhir dengan sendirinya, kecuali diperpanjang berdasarkan
kesepakatan tertulis PARA PIHAK.
PASAL 5
KOMPENSASI PENGGUNAAN WILAYAH PERAIRAN
(1) Kompensasi yang diberikan oleh PIHAK KEDUA kepada negara melalui PIHAK PERTAMA
untuk menggunakan Wilayah Perairan (selanjutnya disebut Uang Penggunaan Wilayah
Perairan) adalah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dari waktu ke waktu yang pada saat ditandatanganinya Perjanjian ini adalah Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Perhubungan (selanjutnya disebut PP
6/2009).
(2) Uang Penggunaan Wilayah Perairan dihitung berdasarkan formula sebagai berikut :
Luas Wilayah Perairan x Tarif x Jangka Waktu Sewa
a. Untuk Wilayah Perairan bagian area dermaga muat, bagian area berlabuh kapal,
bagian dermaga bongkar dan bagian area berlabuh tongkang
899.957 m2 x Rp. 250 x 5 Tahun = Rp. 1.124.946.250,- (Satu Milyar Seratus Dua
Puluh Empat Juta Sembilan Ratus Empat Puluh Enam Ribu Dua Ratus Lima Puluh
Rupiah);
b. Untuk Wilayah Perairan bagian area dermaga pengembangan untuk ABMTK 36.927
m2 x Rp. 250,- x 5 Tahun = Rp. 46.158.750,- (Empat Puluh Enam Juta Seratus Lima
Puluh Delapan Ribu Tujuh Ratus Lima Puluh Rupiah);
c. Jumlah Uang Penggunaan Wilayah Perairan untuk semua bagian area dermaga muat,
bagian area berlabuh kapal, bagian dermaga bongkar dan bagian area berlabuh
tongkang ditambah dengan jumlah Uang Penggunaan Wilayah Perairan bagian area
dermaga pengembangan untuk ABMTK sebesar :
Page 5 of 9
Rp. 1.124.946.250,- + Rp. 46.158.750,- = Rp. 1.171.105.000,- (Satu Milyar Seratus
Tujuh Puluh Satu Juta Seratus Lima Ribu Rupiah).
(3) Formula untuk menghitung Uang Penggunaan Wilayah Perairan adalah berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dari waktu ke waktu.
PASAL 6
TATA CARA PEMBAYARAN
(1) Tata cara pembayaran Uang Penggunaan Wilayah Perairan adalah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang pada saat ditandatanganinya
Perjanjian ini adalah Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 45 Tahun 2009 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
Berlaku pada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 68 Tahun 2010.
(2) PIHAK KEDUA akan membayar kepada PIHAK PERTAMA biaya sewa perairan Untuk
Wilayah Perairan Bagian Area Dermaga Muat, Bagian Area Berlabuh Kapal, Bagian
Dermaga Bongkar Dan Bagian Area Berlabuh Tongkang, dengan rincian sebagai berikut :
a. Periode Tahun Pertama (22-08-2011 s/d 31-12-2011) :
Pembayaran = …….. m2 x Rp250,00 / m2 x ..../365 Hari = Rp …………….
(………………………………………………………………………………..).
b. Periode Tahun Kedua (1-01-2012 s/d 31-12-2012) :
Pembayaran = …….. m2 x Rp250,00 / m2 x 1 Tahun = Rp …………….
(……………………………………………………………………………….).
c. Periode Tahun Ketiga (1-01-2013 s/d 31-12-2013) :
Pembayaran = …….. m2 x Rp250,00 / m2 x 1 Tahun = Rp …………….
(……………………………………………………………………………….).
d. Periode Tahun Keempat (1-01-2014 s/d 31-12-2014) :
Pembayaran = …….. m2 x Rp250,00 / m2 x 1 Tahun = Rp …………….
(……………………………………………………………………………….).
e. Periode Tahun Kelima (1-01-2015 s/d 31-12-2015) :
Pembayaran = …….. m2 x Rp250,00 / m2 x 1 Tahun = Rp …………….
(……………………………………………………………………………….).
(3) PIHAK KEDUA akan membayar kepada PIHAK PERTAMA biaya sewa perairan Untuk
Wilayah Perairan Bagian Area Dermaga Pengembangan Untuk ABMTK, dengan rincian
sebagai berikut :
a. Periode Tahun Pertama (10-11-2011 s/d 31-12-2011) :
Pembayaran = …….. m2 x Rp250,00 / m2 x ..../365 Hari = Rp …………….
(………………………………………………………………………………..).
b. Periode Tahun Kedua (1-01-2012 s/d 31-12-2012) :
Pembayaran = …….. m2 x Rp250,00 / m2 x 1 Tahun = Rp …………….
Page 6 of 9
(……………………………………………………………………………….).
c. Periode Tahun Ketiga (1-01-2013 s/d 31-12-2013) :
Pembayaran = …….. m2 x Rp250,00 / m2 x 1 Tahun = Rp …………….
(……………………………………………………………………………….).
d. Periode Tahun Keempat (1-01-2014 s/d 31-12-2014) :
Pembayaran = …….. m2 x Rp250,00 / m2 x 1 Tahun = Rp …………….
(……………………………………………………………………………….).
e. Periode Tahun Kelima (1-01-2015 s/d 31-12-2015) :
Pembayaran = …….. m2 x Rp250,00 / m2 x 1 Tahun = Rp …………….
(……………………………………………………………………………….).
(4) PIHAK PERTAMA segera mengirimkan Surat Tagihan yang telah dilengkapi dokumen
pendukung yaitu Perhitungan dan Nota Tagihan Sewa Perairan (asli) kepada PIHAK
KEDUA selambat-lambatnya tanggal 31 Oktober setiap tahunnya.
(5) Biaya Sewa Perairan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) Pasal ini akan dibayar
oleh PIHAK KEDUA secara bertahap setiap tahun sesuai dengan tahun takwin anggaran
kepada PIHAK PERTAMA segera setelah Nota Tagihan diterbitkan oleh PIHAK
PERTAMA.
(6) Pembayaran Uang Penggunaan Wilayah Perairan dilakukan oleh PIHAK KEDUA langsung
ke Kas Negara melalui bank persepsi yang ditunjuk oleh Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) atau Kantor Pos setempat dengan menggunakan blanko
Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP), Kode Mata Anggaran Penerimaan (MAP) 423218
paling lambat 2 (dua) hari sebelum atau segera setelah dilakukannya penandatanganan
Perjanjian ini diterbitkannya Nota Tagihan dari PIHAK PERTAMA.
PASAL 7
DENDA
Apabila PIHAK KEDUA karena kelalaiannya belum membayar sewa perairan melebihi 30 (tiga
puluh) hari sejak nota tagihan diterbitkan oleh PIHAK PERTAMA, maka kepada PIHAK
KEDUA akan dikenakan denda sebesar 2% (dua persen) per bulan dari bagian yang terutang
sesuai Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2009 tentang Tatacara Penentuan Jumlah,
Pembayaran, dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang.
Pasal 8
PEMUTUSAN PERJANJIAN
(1) Dengan mengesampingkan Pasal 1266 dan 1267 KUH Perdata, PIHAK PERTAMA berhak
untuk memutuskan secara sepihak Perjanjian ini, apabila :
a. PIHAK KEDUA telah melanggar ketentuan-ketentuan seperti tersebut pada Pasal 3
ayat (2) Perjanjian ini.
b. PIHAK KEDUA atas kelalaiannya tidak membayar tagihan sewa perairan.
Page 7 of 9
(2) Dalam
hal terjadi pemutusan Perjanjian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Pasal ini, maka PIHAK PERTAMA harus memberitahukan kepada PIHAK KEDUA
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum pemutusan Perjanjian tersebut
dilakukan.
(3) Pemberitahuan pemutusan Perjanjian kepada PIHAK KEDUA dapat diberikan setelah
PIHAK PERTAMA telah terlebih dahulu memberikan teguran tertulis kepada PIHAK KEDUA
sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut.
(4) PIHAK KEDUA memiliki hak untuk memutuskan Perjanjian ini, dengan konsekuensi segala
sesuatu yang telah dibayar oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA tidak dapat
ditarik kembali.
PASAL 9
KEADAAN KAHAR
(1) Dalam hal salah satu pihak dinyatakan seluruhnya atau sebagiannya tidak dapat
melaksanakan prestasinya dengan alasan hal-hal di luar kekuasaannya (keadaan kahar),
meliputi namun tidak terbatas pada bencana alam, dikeluarkannya peraturan perundangundangan yang baru/perubahan undang-undang, kebakaran, badai, kecelakaan, perang,
kerusuhan, perselisihan perburuhan atau gangguan transportasi, maka pelaksanaan
kewajiban pihak yang terkena keadaan kahar memiliki alasan untuk tidak dilaksanakannya
dengan ketentuan memberitahukan ketidakmampuannya dalam waktu 3 (tiga) hari setelah
penyebab Keadaan Kahar terjadi.
(2) Apabila kegagalan melaksanakan kewajiban disebabkan Keadaan Kahar tersebut, Pihak
yang terkena Keadaan Kahar akan dimaklumi dari pelaksanaan kewajiban selama keadaan
yang memaksa tersebut masih menghalanginya memenuhi kewajiban, dan selama Pihak
tersebut melakukan langkah – langkah yang patut atau beritikad baik untuk tetap
melanjutkan kewajibannya sesegera mungkin.
PASAL 10
HUKUM YANG BERLAKU DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN
(1) Perjanjian ini tunduk pada dan wajib ditafsirkan berdasarkan hukum Republik Indonesia.
(2) Dalam hal terjadinya perselisihan yang terkait dengan pelaksanaan Perjanjian ini, PARA
PIHAK sepakat untuk menyelesaikannya dengan cara musyawarah untuk mufakat.
(3) Apabila musyawarah untuk mufakat tidak dapat dicapai dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari sejak pertemuan untuk mufakat dilakukan pertama kalinya, maka PARA PIHAK
sepakat untuk menyelesaikan perselisihan dengan memilih domisili hukum masing –
masing sebagaimana dimaksud pada Pengadilan Negeri Banjarmasin.
PASAL 11
LARANGAN PENGALIHAN
PARA PIHAK tidak dapat mengalihkan secara keseluruhan atau sebagian dari Perjanjian
tanpa persetujuan tertulis dari Pihak lainnya. Jika pengalihan telah disetujui, pihak yang
Page 8 of 9
mengalihkan tetap sebagai penanggungjawab utama terhadap pihak lainnya atas segala
kewajiban yang dialihkan.
PASAL 12
KETENTUAN LAIN
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Perjanjian ini oleh PARA PIHAK telah disepakati untuk
diatur tersendiri dalam suatu Perjanjian tambahan (addendum) yang merupakan suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan Perjanjian ini dan masing-masing
mempunyai kekuatan hukum yang sama.
(2) Jika kemudian hari ternyata ada pasal-pasal dalam Perjanjian ini yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan, maka ketentuan Perjanjian yang tidak
bertentangan dengan peratuan perundang-undangan akan tetap berlaku, dan PARA
PIHAK akan melakukan perubahan yang diperlukan.
PASAL 13
PEMBERITAHUAN
Setiap pemberitahuan akan dikirimkan pada alamat yang disebutkan di bawah ini atau kepada
alamat lainnya yang diberitahukan kepada pihak yang lain secara tertulis.
PIHAK KEDUA :
PT. ARUTMIN INDONESIA
PIHAK PERTAMA :
UNIT
PENYELENGGARA
PELABUHAN
SEBUKU
Bakrie Tower Lantai 14, Komplek Rasuna Jalan Pelabuhan Samudera No. 126 RT. 03
Epicentrum
Desa Sejahtera Kec. Simpang Empat,
Jalan H.R. Rasuna Said, Jakarta 12940
Batulicin Kab Tanah Bumbu Prov. Kalimantan
Nomor Telp : (+62-21) 5794 5678
Selatan
Nomor Fax : (+62-21) 5794 5688
Nomor Telp : (+62-518) 70757
Nomor Fax : (+62-518) 70757
Demikian Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK pada hari dan tanggal
sebagaimana tersebut di atas, dalam rangkap 2 (dua) asli bermaterai cukup masing-masing
untuk PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA serta mempunyai kekuatan hukum yang sama.
PIHAK KEDUA
DIREKTUR PT. ARUTMIN INDONESIA
PIHAK PERTAMA
KEPALA KANTOR UNIT PENYELENGGARA
PELABUHAN KELAS III SEBUKU
SAPTARI HOEDAJA
…………………………
…………………………..
NIP. ……………………………
Page 9 of 9
Download