1 BAB I PENDAHULUAN Bab Iberisi penjelasan latar

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Bab Iberisi penjelasan latar belakang penelitian yang dilakukan,
yaitu
mengenai
struktur
kepemilikan,
struktur
modal,
corporate
governance, dan agency cost. Selanjutnya, dalam bab ini juga akan
dijelaskan mengenai rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian yang
ingin dicapai, serta manfaat dilakukannya penelitian ini.
1.1
Latar Belakang
Tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai
perusahaannya (Brigham dan Ehrhardt, 2011). Para pemilik perusahaan
atau principal dewasa ini cenderung untuk menyerahkan pengendalian
perusahaan kepada pihak manajemen atau agent. Pihak principal atau para
pemilik perusahaan menginginkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi
dari investasi yang telah dilakukannya. Pihak agent atau manajemen
diharapkan bisa mengambil kebijakan-kebijakan yang nantinya dapat
meningkatkan nilai perusahaannya.
Dalam beroperasi diharapkan pihak agent atau manajemen lebih
mementingkan kepentingan perusahaan untuk menghindari terjadinya
konflik kepentingan antara agent dan principal. Tetapi sering kali ditemui
adanya perbedaan kepentingan antara agent dan principal. Perbedaan
kepentingan antara pihak agent dan pihak principal tersebut tidak dapat
mewujudkan tujuan dari perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan.
1
Konflik kepentingan antara pihak agent dan principal sering disebut
dengan konflik keagenan (agency conflict) (Brigham dan Ehrhardt, 2011).
Masalah keagenan juga bisa terjadi karena asymetric information antara
manajer dan pemegang saham, yaitu ketika salah satu pihak memiliki
informasi yang tidak dimiliki oleh pihak lain. Biasanya seorang manajer
akan mempunyai informasi yang lebih dari pada investor perusahaan.
(Brigham dan Ehrhardt, 2011).
Jensen dan Meckling (1976), mengatakan bahwa agency conflict
akan terjadi jika proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan
sedikit sehingga para manajer cenderung bertindak untuk mengejar
kepentingan dirinya dan sudah tidak berdasarkan pada maksimalisasi nilai
perusahaan dalam pengambilan keputusan dana lainnya. Jensen dan
Meckling (1986) juga menyatakan bahwa agency problem memburuk
apabila terjadi free cash flow. Free cash flowmerupakan kelebihan dana
yang tersedia di dalam perusahaan setelah aktifitas pendanaan proyek. Hal
tersebut akan membuat manajer tergoda untuk mengkonsumsi kelebihan
dana tersebut dengan melakukan investasi yang kurang produktif,
sehingga penggunaan hutang dalam perusahaan dapat mengurangi
kesempatan manajer untuk menggunakan kelebihan dana tersebut. Dana
yang tersedia dalam perusahaan digunakan untuk membayar bunga
pinjaman hutang perusahaan.
Pemisahan antara fungsi kepemilikan (ownership) dan fungsi
pengendalian (control) juga dapat menimbulkan masalah keagenan
2
(agency conflict) (Jensen dan Meckling, 1976). Hal ini nantinya akan
menyebabkan pengambil keputusan tidak perlu menanggung risiko
sebagai akibat dari kesalahan dalam pengambilan keputusan bisnis atau
tidak bisa meningkatkan nilai perusahaankarenarisiko tersebut tidak
sepenuhnya ditanggung oleh pemilik. Dengan adanya hal tersebut pihak
agent dan principal akan menuntut adanya suatu kebijakan yang dapat
mensejajarkan kepentingan mereka. Hal ini tentunya akan dapat
menimbulkan agency cost. Biaya keagenan ini merupakan indikator
terjadinyamasalah keagenan, baik kaitannya dengan biaya pemantauan
(monitoring cost) oleh prinsipal, biaya perikatan (bounding cost) oleh
agen, maupun kerugian residual (residual cost) sebagai pengurang
kekayaan prinsipal (Jensen dan Meckling, 1976).
Corporate governance merupakan cara yang dilakukan oleh
perusahaan untuk dapat menjalankan perusahaannya, dimana kebijakankebijakan yang ada dalam corporate governance tersebut dapat digunakan
oleh perusahaan untuk mengontrol manajemen perusahaan. Struktur dari
goodcorporate governance itu sendiri dapat menentukan sukses atau
tidaknya suatu perusahaan. Porter(1991) menjelaskan bahwa kesuksesan
suatu perusahaan banyak ditentukan oleh karakteristik strategis perusahaan
yang mencakup strategi penerapan sistem good corporate governance.
Karena kepemilikan mewakili suatu sumber kekuasaan (source of
power) yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap
keberadaan manajemen, maka konsentrasi atau penyebaran power menjadi
3
suatu hal yang relevan. Dengan adanya konsentrasi kepemilikan,
pemegang saham dapat mengawasi manajer dengan lebih baik (Shleifer
dan Vishny, 1986). Hal ini didasarkan atas argumen bahwa besarnya dana
yang dipertaruhkan oleh institutionalinvestors merupakan motivator yang
kuat bagi mereka untuk mengawasi manajemen. Kepemilikan manajerial
merupakan salah satu elemen yang berpengaruh bagi manajemen untuk
melakukan hal terbaik dari pemegang saham sebagai pemilik saham.
Kepemilikan manajerial dalam sebuah perusahaan, dapat menimbulkan
dugaan bahwa nilai perusahaan meningkat akibat dari kepemilikan
manajemen yang meningkat. Manajer sebagai pemilik perusahaan akan
bertindak demi kepentingan perusahaan (Jensen dan Meckilng, 1976).
Faisal (2005) juga menjelaskan bahwa proporsi jumlah kepemilikan
manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan ada kesamaan
kepentingan antara manajemen dan pemegang saham.
Pemegang saham publik berupaya untuk memonitor perilaku
pengelola perusahaan dalam menjalankan perusahaannya. Pemegang
saham publik juga menuntut adanya good corporate governance dari suatu
perusahaan. Short dan Keasey (1999) dalam Faisal (2005) menyatakan
bahwa persentase pemegang saham publik yang tinggiakan meningkatkan
nilai perusahaan karena adanya campur tangan agar perusahaan
menerapkan pengelolaan yang baik. Dengan adanya sistem tata kelolayang
baik dalam sebuah perusahaan maka konflik yang terjadi antara prinsipal
4
dengan agen, prinsipal dengan prinsipal, dan agen dengan agen dapat
diminimalisir.
Penelitian mengenai struktur kepemilikan, corporate governance,
struktur modal dan agency cost telah banyak dilakukan dengan berbagai
kontradiksi hasil penelitian.Pada umumnya penelitian menguji pengaruh
struktur kepemilikan dan corporate governance terhadap kinerja
perusahaan.
Faleye
(2007) menyatakan
bahwa classified
boards
berpengaruhnegatif terhadap firm performance. Baghat dan Bolton (2008)
menyatakan bahwa corporate governance berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja perusahaan, semakin bagus corporate
governanceperusahaan maka kinerja perusahaan tersebut juga akan baik.
Black et al., (2006).Mollah et al., (2012) menemukan bahwa ownership
structure dan corporate governance berpengaruh pada kinerja perusahaan.
Lemmon
dan
Lins
kepemilikanmemegang
(2003)
menemukan
peranan
bahwa
struktur
pentingdalam
menentukaninsentifdariinsideruntuk mengambil alihpemegang saham
minoritaspada saatpenurunanpeluang investasi.
Moh’d et al., (1998) menemukan bahwa pemegang saham dari luar
yaitu institutional investor dan shareholder dispersion dapat mengurangi
agency cost. Jensen dan Meckling (1976) menemukan bahwa kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional merupakan mekanisme corporate
governance yang dapat mengendalikan masalah keagenan dalam
perusahaan. Bathala et al.,(1994) juga menemukan bahwa kepemilikan
5
institusional menggantikan kepemilikan manajerial dalam mengontrol
agency cost.Kepemilikan terkonsentrasiatau level kepemilikan yang tinggi
dalam perusahaan serta kepemilikan saham oleh pihak institusional dapat
mengurangi masalah keagenan yang terjadi dalam perusahaan, karena
kepemilikan yang terkonsentrasi dan kepemilikan institusional akan
melakukan pengawasan lebih ketat terhadap manajemen (Demsetz dan
Lehn (1985); Crutchley dan Hansen (1989)). Singh et al., (2003) dalam
Faisal (2005) menemukan bahwa semakin tinggi kepemilikan manajerial
secara positif dan signifikan akan mempengaruhi efisiensi pemanfaatan
aktiva perusahaan.
Ang et al., (2000) menemukan bahwa kepemilikan manajer
berpengaruh negatif terhadap agency costyang artinya bahwa semakin
tinggi kepemilikan oleh manajer dalam perusahaan dapat menurunkan
biaya keagenan dalam perusahaan. Mcknight dan Weir (2009) menemukan
bahwa peningkatan jumlah board ownership dan penambahan jumlah
hutang
juga
dapat
menurunkan
biaya
keagenan
dalam
perusahaan.Hendrawaty (2014) menemukan bahwa peran dewan komisaris
tidak dapat menghilangkan masalah keagenan tipe 2 karena tipe dewan
komisaris tidak benar-benar independen dan kriterianya tidak secara jelas
diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas sehingga dewan
komisaris dan independen belum dapat menjalankan peran supervising dan
advising serta menemukan bahwa hutang mampu mengendalikan masalah
keagenan tipe 2 dan masalah keagenan antara pemegang saham dengan
6
debtholders. Faisal (2013) menemukan bahwa adanya konflik keagenan
antara pemegang saham mayoritas dan minoritas pada perusahaan publik
di Indonesia. Henry (2010) menemukan bahwa struktur kepemilikan dan
corporate governance dapat mengurangi agency cost perusahaan. Faisal
(2005) menemukan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap agency cost. Hadiprajitno (2013)
menemukan bahwa kepemilikan mayoritas keluarga dan kepemilikan
mayoritas institusi keuangan dalam perusahaan berpengaruh menekan
biaya keagenan.
Menurut Crutchley dan Hansen (1989) penggunaan hutang didalam
perusahaan diharapkan dapat mengurangi konflik keagenan. Penambahan
hutang dalam struktur modal akan mengurangi porsi penggunaan saham
sehingga mengurangi biaya keagenan ekuitas. Dengan adanya hutang,
perusahaan mempunyai kewajiban untuk membayar bunga dan pokok
pinjaman secara periodik. Keadaan ini akan memaksa manajer untuk
bekerja keras, agar perusahaan bisa menghasilkan laba dan memenuhi
kewajibannya kepada kreditur. Biaya yang muncul dengan penggunaan
hutang adalah biaya keagenan hutang dan risiko kebangkrutan. Jensen dan
Meckling (1976) menyatakan bahwa persentase kepemilikan institusi dan
manajemen akan menentukan penggunaan hutang oleh perusahaan
untukdapat membiayai operasi perusahaan. Grossman dan Hart (1982)
menyatakan bahwa tingkat hutang yangdimiliki oleh manajemen yang
terlalu tinggi dapat berdampak pada perusahaan.
7
Kebijakan dividen dan hutang sebagai mekanisme pengawasan
masalah agensi (Jensen dan Meckling, 1976) dalam upaya untuk
meningkatkan nilai perusahaan akan lebih kuat hasilnya ketika perusahaan
menerapkan good corporate governance. Hal ini tercermin ketika manajer
melakukan pengambilan keputusan atas kebijakan-kebijakan perusahaan
seperti leverage, dividen, kompensasi dan lainnya, pihak manajer (agen)
akan berusaha untuk menyelaraskandengan tujuan prinsipal yaitu
kemakmuran pemegang saham dan nilai perusahaan. Perilaku oportunistik
agen dapat diminimalisasi dengan good corporate governance. Dengan
mengurangi peluang bagi manajer untuk berperilaku menyimpang dan
memperkaya diri sendiri diharapkan nilai perusahaan akan meningkat,
yaitu ditandai dengan meningkatnya harga saham dan kemakmuran para
pemegang saham.
Penelitian mengenai pengaruh dari struktur kepemilikan terhadap
agency cost telah banyak dilakukan, namun masih sedikit penelitian yang
menggunakan corporate governance sebagai variabel moderasi yang
memperkuat atau memperlemah hubungan antara struktur kepemilikan
terhadap terhadap agency cost. Berdasarkan penjelasan diatas dan
penelitian
terdahulu
maka
peneliti
tertarik
untuk
melakukan
penelitianmengenai Struktur Kepemilikan,Struktur Modal, Corporate
governance, dan Agency Cost.
8
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan mengenai
struktur kepemilikan, struktur modal, corporate governance, dan agency
cost, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah struktur kepemilikan berpengaruh terhadap agency cost?
2. Apakah struktur modal berpengaruh terhadap agency cost?
3. Apakah corporate governance memoderasi pengaruh struktur
kepemilikan terhadap agency cost?
4. Apakah corporate governance memoderasi pengaruh struktur
modal terhadap agency cost?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini diarahkan
pada beberapa tujuan berikut ini:
1. Menguji pengaruh struktur kepemilikanterhadapagency cost.
2. Menguji pengaruh struktur modal terhadap agency cost.
3. Menguji
peranancorporate
governancedalam
memoderasi
pengaruhstruktur kepemilikan terhadap agency cost.
4. Menguji peranan corporate governance dalam memoderasi
pengaruh struktur modal terhadap agency cost.
9
1.4
1.
Manfaat penelitian
Kontribusi empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat bukti empiris dan
memperkuat hasil penelitian sebelumnya mengenai struktur
kepemilikan, struktur modal, dan corporate governance terhadap
agency cost pada perusahaan-perusahaan yang listed di Bursa Efek
Indonesia. Serta penelitian ini diharapkan dapat menambah
literatur penelitian yang berkenaan dengan pengaruh implementasi
struktur kepemilikan, struktur modal,corporate governance, dan
agency cost.
2.
Kontribusi kebijakan
Penelitian ini diharapakan dapat membantu perusahaan dalam
mengambil keputusan. Diharapkan keputusan-keputusan yang
diambil perusahaan tersebut adalah keputusan yang efektif dan
efisien sehingga dapat mengurangi biaya keagenan (agency cost)
perusahaan.
10
Download