BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya setiap manusia menginginkan adanya keamanan dan kepastian secara ekonomi, baik di masa sekarang ataupun masa mendatang. Namun, pada kenyataannya untuk mendapat jaminan ekonomi di masa mendatang perlu perencanaan. Asset yang dimiliki seseorang saat ini belum tentu bernilai ekonomi sama di masa mendatang. Inflasi yang terjadi tiap tahun di tiap negara menyebabkan nilai ril uang saat ini berkurang di masa mendatang. Untuk mengatasi hal ini, masyarakat melakukan investasi. Investasi menurut Jones (2004) adalah komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada satu atau lebih aset selama beberapa periode di masa mendatang. Dengan melakukan investasi, kita dapat melindungi nilai asset yang kita miliki sekarang agar nilainya tidak turun atau bahkan meningkat di masa yang akan datang, atau juga dapat memaksimalkan nilai sekarang dari asset-asset yang dimiliki saat ini. Dengan demikian, dalam melakukan investasi, seorang investor pasti mengharapkan return. Return adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh investor (pemodal) atas suatu investasi yang dilakukan (Ang, 1997). Jadi, return investasi dalam nilai secara nominal dapat dihitung sebagai selisih antara nilai nominal yang diterima oleh investor dengan nilai nominal yang diinvestasikan. 1 Dalam menghitung return yang diperoleh investor, dinyatakan dalam satuan persentase dari selisih antara nilai nominal yang diterima investor dengan nilai nominal yang diinvestasikan, dan dibandingkan dengan nilai nominal yang diinvestasikan, atau yang disebut dengan Rate of Return (Brigham, 2005). Secara sederhana besarnya Rate of Return dari investasi dapat dihitung dengan persamaan berikut ini (Brigham, 2005): Dalam melakukan investasi, pada umumnya para investor memiliki kebutuhan akan tingkat Rate of Return (selanjutnya dalam penelitian ini akan disebut return) yang diinginkan, dalam besaran yang berbeda satu dengan yang lainnya. Untuk mengatasi adanya perbedaan kebutuhan para investor tersebut, saat ini terdapat beberapa macam alternatif instrumen keuangan bagi investor dalam melakukan investasi. Bodie (2006) menyampaikan bahwa terdapat 2 (dua) instrumen keuangan yang dapat digunakan sebagai sarana investasi oleh investor yaitu : 1. Pasar Uang (Money Market). Instrumen keuangan dalam pasar uang atau yang sering disebut kas atau setara kas meliputi investasi yang umumnya berjangka pendek dan bersifat lebih likuid bila dibandingkan dengan pasar modal. Yang termasuk dalam instrumen keuangan pasar uang antara lain adalah Treasury Bills, sertifikat deposito, surat berharga komersial (commercial papers) dan akseptasi bank (Bankers Acceptance). Return yang diperoleh oleh investor pada pasar uang pada 2 umumnya tak sebesar yang diperoleh oleh investor dengan menginvestasikan dananya di pasar modal. 2. Pasar Modal (Capital Market) Instrumen keuangan dalam pasar modal pada umumnya lebih beragam dan lebih berisiko bila dibandingkan dengan pasar uang. Oleh karena itu, pada umumnya, produk-produk investasi pada pasar modal menjanjikan return yang lebih besar daripada produk-produk pasar uang. Pasar modal sendiri dapat dibagi lagi menjadi 4 (empat) segmen yaitu pasar obligasi, pasar saham, pasar instrumen derivatif dan pasar kontrak berjangka. Di Indonesia sendiri, jenis pasar modal yang cukup umum bagi para investor untuk melakukan investasi adalah pasar saham. Hal ini didukung oleh cukup terbukanya informasi yang diperoleh investor dalam pasar saham melalui Bursa Efek Indonesia serta berbagai kemudahan yang saat ini banyak tersedia bagi investor untuk melakukan investasi pada pasar saham, antara lain fasilitas on-line trading yang memungkinkan investor untuk melakukan investasi dari jarak jauh secara on-line. Tingginya aktivitas investor yang melakukan investasi pada pasar saham dapat ditunjukkan dengan semakin tingginya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari tahun ke tahun. Bahkan, pasar saham Indonesia pada tahun 2012 dapat dikatakan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, ditandai dengan IHSG yang ditutup pada angka 4.316,99 atau tumbuh 12,94% bila dibandingkan tahun 2011. Bahkan Bursa efek Indonesia pada tahun 2012 mencatat rekor nilai 3 tertinggi IHSG sepanjang sejarah, yaitu di level 4.375,16. Pertumbuhan IHSG yang pesat merupakan leading indicator dari pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bursa Efek di Indonesia saat ini dibagi menjadi 10 (sepuluh) kategori industri. Reilly (1992) menyampaikan definisi sektor industri sebagai berikut : “industry is a group of companies with similar operating characteristics”. Pembagian industri menurut karakteristik usaha di Bursa Efek Indonesia adalah industri pertanian, pertambangan, industri dasar dan kimia, industri barang konsumsi masyarakat, properti dan real estate, infrastruktur dan transportasi, keuangan, perdagangan dan jasa, manufaktur dan industri barang produksi lainnya. Berdasarkan Laporan Tahunan Bursa Efek Indonesia Tahun 2012, pertumbuhan indeks saham untuk masing-masing sektor industri di tahun 2012 bila dibandingkan dengan tahun 2011 adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Sektor Industri BEI Indeks Saham Menurut Sektor Industri Agrikultur Pertambangan Industri Dasar & Kimia Barang Konsumsi Masyarakat Properti dan Real Estate Infrastruktur & Transportasi Keuangan Perdagangan dan Jasa Manufaktur Industri Barang Produksi Lainnya Close 2.062,937 1.863,665 526,551 1.565,878 326,552 907,524 550,097 740,949 1.147,911 1.336,524 Growth -3,87% -26,41% 28,97% 18,99% 42,44% 29,75% 11,86% 27,27% 15,66% 1,94% Sumber: BEI (telah diolah kembali, 2013) 4 Berdasarkan tabel di atas, pertumbuhan indeks saham menurut sektor industri terbesar tahun 2012 terjadi pada industri properti dan real estate, yaitu sebesar 42,44% diikuti sektor industri infrastruktur dan transportasi yang tumbuh sebesar 29,75%. Hal ini diyakini akibat dari kini banyaknya investor yang mulai menanamkan sahamnya pada perusahaan-perusahaan dalam industri Properti dan Real Estate. Bisnis properti dan real estate saat ini di Indonesia, baik yang bersifat untuk pemukiman ataupun perkantoran (komersial) menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Hal ini terlihat dari semakin maraknya pembangunan kawasan pemukiman, perkantoran, mall ataupun kawasan bisnis terpadu dalam beberapa waktu belakangan. Pemerintah memprediksi perekonomian Indonesia di tahun 2013 dalam tren positif dan akan tumbuh sebesar 6,8%. Selain pertumbuhan yang positif, pemerintah optimis mampu menjaga inflasi sepanjang tahun 2013 pada angka 4,9%. Faktor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah konsumsi. Konsumsi di Indonesia meningkat seiring dengan bertambahnya kelas menengah di Indonesia. Diperkirakan kelas menengah di Indonesia mencapai 50 juta orang pada tahun 2012. Industri yang menikmati tingginya tingkat konsumsi masyarakat Indonesia yang terutama adalah industri properti dan real estate seperti yang ditunjukkan dalam tabel pertumbuhan indeks saham tersebut di atas. Pesatnya pembangunan properti dan real estate di Indonesia saat ini terkait dengan meningkatnya permintaan masyarakat akan properti dan real estate, seiring dengan semakin mapannya kelas menengah Indonesia. Kemapanan identik dengan memiliki tempat tinggal. Ketika terjadi peningkatan penghasilan, 5 konsumen yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya akan berusaha untuk memiliki tempat tinggal. Pertumbuhan sektor properti yang tinggi tidak semata karena untuk dikonsumsi, melainkan sebagai instrumen investasi yang menjanjikan. Tingginya penjualan properti juga ditopang oleh besarnya porsi kredit perumahan yang disalurkan sektor keuangan. Kebijakan pemerintah yang pro perumahan ikut andil membesarkan industri Properti dan Real estate di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, investasi pada saham sektor Properti dan Real Estate memiliki prospek yang bagus. Namun sebelum melakukan investasi, investor perlu mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi return saham di sektor tersebut. Secara umum faktor tersebut terbagi dua, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berkaitan langsung dengan perusahaan, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang tidak berkaitan langsung dengan perusahaan, namun diduga mempengaruhi perusahaan. Dalam penelitian ini, faktor-faktor internal yang akan diteliti adalah beta saham, size perusahaan serta Book-To-Market Ratio saham perusahaan. Sedangkan untuk faktor internal perusahaan yang akan diteliti adalah tingkat/laju inflasi, nilai tukar uang (USD/IDR) dan tingkat suku bunga. Oleh karena itu penulis menilai perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor tersebut, faktor-faktor mana saja yang mempengaruhi return saham perusahaan-perusahaan dalam sektor industri Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan mengetahui faktor-faktor ini, investor memiliki dasar yang kuat sebelum mengambil keputusan investasi, 6 apakah return yang diterima mencerminkan risiko yang harus ditanggung oleh investor. 1.2. Rumusan Masalah Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa saat ini di Indonesia, perusahaan-perusahaan pada sektor industri Properti dan Real Estates mengalami peningkatan indeks saham yang paling tinggi di tahun 2012 ini. Tahun ini diperkirakan sektor properti diperkirakan akan masih mengalami pertumbuhan tinggi. Pertumbuhan yang tinggi dari sektor industri properti dan real estates ini diyakini akan mendorong para investor untuk melakukan investasi pada perusahaan-perusahaan dalam sektor industri properti dan real estate di pasar modal. Sebagai acuan bagi para investor untuk menilai saham dari perusahaan mana yang akan dipilih dalam portofolio investasinya, yang sesuai antara tingkat risiko yang dapat diterima dan tingkat return yang diharapkan, perlu dilakukan penelitian faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi return saham perusahaan pada sektor industri Properti dan Real Estates di Indonesia. Di sisi lain, perusahaan, untuk dapat berkembang membutuhkan dana untuk mendanai aktivitas usahanya. Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh perusahaan untuk mendapatkan dana tersebut adalah melalui pasar modal. Performa historis dari return saham suatu perusahaan akan menentukan seberapa besar keinginan para investor untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan juga perlu mengidentifikasi faktor-faktor apa 7 saja yang dapat mempengaruhi return yang diberikannya kepada pasar atau investor. 1.3. Tujuan Penelitian Mengacu pada latar belakang masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah beta mempengaruhi return saham perusahaan pada sektor properti dan real estate yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. 2. Apakah size perusahaan mempengaruhi return saham perusahaan pada sektor properti dan real estate yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. 3. Apakah Book-to-Market Ratio mempengaruhi return saham perusahaan pada sektor properti dan real estate yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. 4. Apakah tingkat inflasi mempengaruhi return saham perusahaan pada sektor properti dan real estate yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. 5. Apakah nilai tukar uang mempengaruhi return saham perusahaan pada sektor properti dan real estate yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. 6. Apakah tingkat suku bunga mempengaruhi return saham perusahaan pada sektor properti dan real estate yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan pada sektor Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sepanjang tahun 2006-2012. 8 1.4. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dibagi dalam 5 (lima) bab sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang masalah yang menjelaskan dasar dilakukannya penelitian ini, rumusan masalah dalam penelitian, tujuan dan sistematika penulisan. Bab II: Tinjauan Pustaka Bab ini terdiri dari tinjauan pustaka yang berisi teori-teori dan penelitian sebelumnya yang menjadi acuan dalam melakukan penelitian ini, kerangka pemikiran dan hipotesis statistik dalam penelitian ini. Bab III: Metodologi Penelitian Bab ini berisikan rancangan penelitian, variabel dan pengukuran yang digunakan, populasi data serta alat analisis yang digunakan. Bab IV: Analisis Data Bab ini menjelaskan analisis karakteristik atau data statistik dari tiap-tiap variabel yang menunjang hasil penelitian. Selain itu juga menjelaskan analisis hasil pengolahan dan pembahasan yang berkaitan dengan pokok-pokok masalah yang dibahas. Bab V: Kesimpulan dan Saran 9 Dalam bab ini, penulis berusaha menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, juga dipaparkan keterbatasan yang merupakan kelemahan dari penelitian ini. Penulis melalui bab ini berusaha memberikan saran-saran yang dapat digunakan dalam penyempurnaan penelitian selanjutnya. 10