PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan aktivitas industri di Indonesia berkembang begitu pesat. Banyak usaha bergerak dibidang hulu sampai hilir, dari bahan baku hingga produk olahan yang dapat langsung dikonsumsi oleh masyarakat. Begitu pula dengan industri peternakan di Indonesia sudah berkembang dengan sangat pesat pula. Banyak hasil olahan dari peternakan baik pangan maupun non pangan. Aktivitas pengolahan tersebut tentunya menghasilkan limbah yang sangat banyak dan tentunya masih ada yang dapat dimanfaatkan. Industri perunggasan di Indonesia berkembang sangat pesat. Pemenuhan kebutuhan protein hewani banyak diperoleh dari produkproduk perunggasan karena pemeliharaannya yang lebih mudah dan keuntungan bisnis lebih cepat. Namun demikian, 120.000 ton limbah bulu ayam/ tahun menumpuk dan tidak terjadi pengolahan lebih lanjut (Adiati et al., 2004). Hal tersebut menyebabkan industri peternakan menjadi salah satu penyebab pencemaran lingkungan di Indonesia. Adanya ikatan disulfida pada protein keratin menyebabkan protein tersebut sukar untuk dicerna karena ikatan disulfida merupakan ikatan yang stabil. Oleh karena tidak dapat dicerna menggunakan enzim proteoase biasa, maka dibutuhkan enzim keratinase untuk membantu. Enzim keratinase ini dapat diperoleh dari lingkungan sekitar, seperti 1 hewan, tumbuhan, maupun mikroorganisme. Salah satu mikroorganisme yang dapat digunakan untuk menghasilkan enzim tersebut adalah Bacillus, Actinomycetes, dan Streptomyces (Rani dan Ramnani, 2006). Bakteri Bacillus spp. banyak hidup ditanah sehingga proses isolasi dilakukan dari tanah dengan melakukan pengenceran. Oleh karena mudah untuk diperoleh, bakteri Bacillus spp. ini sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Wahyuningsih (2012) menyatakan bahwa isolat Bacillus spp. yang diisolasi dari tanah disekitar perkandangan ayam petelur di daerah Yogyakarta mampu menghasilkan enzim protease yang dibuktikan dengan kemampuannya dalam membentuk zona bening pada pengukuran indeks proteolitik. Selain itu, diduga bahwa isolat Bacillus spp. tersebut juga mampu menghasilkan enzim keratinase. Gumilar (2014) juga menyatakan bahwa isolat Bacillus meganterium yang diisolasi dari tanah disekitar perkandangan domba garut di daerah Garut juga mampu menghasilkan enzim keratinase dan kolagenase. Berdasarkan penelitian yang sudah ada sebelumnya tersebut, memberikan ide kepada penulis untuk melakukan penelitian yang membuktikan bahwa isolat Bacillus spp. tersebut memang benar dapat menghasilkan enzim keratinase yang dibuktikan dengan kemampuannya untuk mendegradasi substrat bulu ayam yang ditambahkan ke dalam medium. Penelitian tersebut diberi judul “Produksi dan Aplikasi Enzim Keratinase dari Isolat Bacillus spp Menggunakan Bulu Ayam sebagai Substrat”. Pengolahan secara biologis menggunakan enzim akan lebih 2 ramah lingkungan dan tidak merusak kandungan nutrisi di dalam substrat dibandingkan dengan pengolahan secara fisik dan kimia. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pertumbuhan isolat Bacillus spp. dengan metode Colony Forming Unit, (2) mengetahui waktu degradasi bulu ayam oleh isolat Bacillus spp, (3) mengetahui pengaruh isolat Bacillus spp., penambahan substrat, dan waktu inkubasi terhadap konsentrasi protein terlarut hasil hidrolisis bulu ayam. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah membantu masyarakat mengetahui cara melakukan penanganan terhadap limbah bulu ayam yaitu dengan menggunakan isolat mikrobia Bacillus spp. untuk memecah keratin yang terkandung didalam bulu ayam tersebut. Manfaat jangka panjang dari penelitian ini dapat membuat limbah bulu ayam menjadi pakan tambahan ternak. 3