BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia dan dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan 30% dari seluruh kematian disebabkan karena penyakit jantung dan pembuluh darah pada tahun 2015 (WHO, 2004). Di Indonesia, prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah sebesar 9.2% dan telah menduduki peringkat pertama sebagai penyebab kematian. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, penyakit jantung menyebabkan sebesar 26.3% kematian (Delima et al., 2009). Disfungsi ereksi (DE) menurut konsensus National Institute Health (NIH) tahun 1992 didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mencapai dan mempertahankan ereksi untuk mencapai kepuasan seksual (NIH Consensus statement, 1992). Disfungsi ereksi memiliki prevalensi yang cukup tinggi dan mengakibatkan dampak yang besar terhadap kualitas hidup laki-laki dan pasangannya. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, insidensi DE dan dampak yang ditimbulkannya juga semakin besar (Javaroni dan Neves, 2012). Prevalensi DE pada populasi cukup besar. Salah satu studi besar DE, Massachussets Male Aging Study (MMAS) melaporkan DE dialami oleh lebih dari 50% laki-laki berusia 40-70 tahun (Lasker et al., 2010). Prevalensi DE di Amerika Serikat dilaporkan sebesar 46-52%, di Eropa sebesar 13-74%, di Asia 24-80% dan 40-49% di daerah lain (Shiri R, 2005). Lebih dari 150 juta laki-laki 1 menderita DE pada tahun 1995 dan diperkirakan pada tahun 2025 DE menyerang 322 juta laki-laki di seluruh dunia (Solomon dan Jackson, 2003). Data epidemiologis seperti pada Framingham Heart Study (FHS) menunjukkan dengan jelas faktor-faktor risiko tradisional yang berperan dalam timbulnya PJK seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia dan merokok; serta menyajikan risiko PJK pada 10 tahun mendatang untuk masing-masing faktor risiko tersebut (Wong, 2014). Beberapa studi berbasis populasi telah menemukan bahwa PJK dan DE berbagi faktor risiko yang sama (Walczak et al., 2002; Junior et al., 2002; Selvin et al., 2007; Feldman et al., 2000). Disfungsi endotel dan perkembangan aterosklerosis telah diketahui sebagai kunci patofisiologi terjadinya PJK. Aterosklerosis merupakan suatu penyakit sistemik, sehingga cukup beralasan untuk terjadinya aterosklerosis pada penis dan menghasilkan DE. Montorsi et al. (2006) menemukan kejadian DE pada penderita PJK cukup tinggi, berkisar antara 42% sampai dengan 57%. Shanker et al. (2013) dalam penelitiannya menemukan prevalensi DE pada pasien PJK sebesar 76%. Selain memiliki faktor risiko yang sama, penderita PJK juga mengkonsumsi obat-obatan yang dianggap berpengaruh pada kejadian DE. Obat golongan penyekat beta dan diuretik tiazid dipercaya mempunyai peran terhadap kejadian DE (Kloner, 2005). Depresi dan kecemasan juga sering dijumpai pada pasien dengan PJK (Vural dan Basar, 2006). Beberapa studi telah membuktikan bahwa depresi juga dapat menyebabkan gangguan fungsi ereksi (Steiger et al., 1993). Penelitian ini akan melihat peran faktor risiko tradisional kardiovaskular terhadap kejadian DE pada pasien PJK stabil. 2 I.B. Perumusan Masalah Penelitian Sistem vaskuler (arteri dan vena) merupakan komponen penting dalam mencapai dan mempertahankan ereksi, maka penyakit yang menyerang arteri akan mempengaruhi aliran darah penis sehingga menimbulkan DE. Penyakit vaskular yang paling banyak dijumpai adalah penyakit jantung koroner (PJK). Pengetahuan mengenai faktor risiko PJK sudah sangat luas, termasuk faktor risiko tradisional seperti diabetes, hipertensi, dislipidemia dan merokok serta patofisiologinya. Sebagian besar pasien PJK mempunyai minimal satu faktor risiko tradisional, namun PJK juga ditemukan pada beberapa pasien yang tidak mempunyai faktor risiko tradisional Fungsi ereksi secara fisiologis merupakan proses yang kompleks yang bergantung pada keseimbangan faktor vaskular, neurologis, hormonal dan psikologis. Pada penderita PJK, kejadian DE merupakan kompleks interaksi antara faktor risiko yang berpengaruh dengan faktor psikologis seperti depresi dan kecemasan serta obat-obatan yang dikonsumsi.. I.C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka timbul pertanyaan penelitian yaitu apakah penderita PJK stabil yang memiliki faktor risiko tradisional kardiovaskular mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya DE dibandingkan penderita PJK stabil tanpa faktor risiko tradisional. I.D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penderita PJK stabil yang memiliki faktor risiko tradisional kardiovaskular mempunyai risiko yang 3 lebih tinggi untuk terjadinya DE dibandingkan penderita PJK stabil tanpa faktor risiko tradisional. I.E. Manfaat Penelitian I.E.1. Manfaat terhadap Ilmu Pengetahuan Patofisiologi aterosklerosis telah diketahui sebagai faktor yang mendasari timbulnya penyakit jantung koroner. Faktor risiko tradisional seperti diabetes, dislipidemia, merokok dan hipertensi telah diketahui sebagai faktor risiko timbulnya PJK. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai faktor risiko tradisional kardiovaskular tersebut terhadap kejadian DE pada pasien PJK stabil. I.E.2. Manfaat terhadap Aplikasi Klinik Insidensi DE pada laki-laki penderita PJK yang cukup tinggi menjadi masalah tersendiri bagi kardiolog, terutama dalam menciptakan kualitas hidup yang lebih baik pada penderita PJK. Penelitian ini akan mendeskripsikan tentang peran faktor risiko tradisional kardiovaskular terhadap kejadian DE pada pasien PJK stabil. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai panduan kardiolog dalam mengelola pasien lakilaki penderita PJK stabil dalam mengobati atau mencegah timbulnya DE sehingga akan meningkatkan kualitas hidup penderita PJK. 4 I.F. Keaslian Penelitian Dari studi literatur yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat hubungan antara DE dan PJK. 1. Montorsi et al. (2006) pada studi COBRA dengan judul Association between erectile dysfunction and coronary artery disease. Role of coronary clinical presentation and extent of coronary vessels involvement: the COBRA trial menemukan hubungan antara keparahan DE dan keterlibatan arteri koroner. Dalam karakteristik subjeknya, peneliti menampilkan faktor risiko tradisional kardiovaskular, namun tidak dilakukan analisis lebih lanjut. 2. Montorsi et al. (2003) meneliti prevalensi DE pada pasien nyeri dada akut berusia 33-86 tahun yang dilakukan kateterisasi. Prevalensi faktor risiko tradisional kardiovaskular ditampilkan dalam karakteristik subjek, namun tidak dilakukan analisis. 3. Walczak et al. (2002) dalam penelitiannya berjudul Prevalence of Cardiovascular Risk Factors in Erectile Dysfunction memaparkan faktorfaktor risiko DE. Peneliti menilai hubungan faktor risiko DE, termasuk faktor risiko kardiovaskular pada populasi umum dengan keluhan disfungsi ereksi. 4. Junior et al. (2002) dalam penelitiannya berjudul Prevalence and determinants of erectile dysfunction in Santos, Southeastern Brazil meneliti prevalensi DE pada populasi usia 40-70 tahun. Hasilnya, 5 prevalensi DE meningkat sesuai usia dan berhubungan dengan diabetes, hipertensi dan merokok. 5. Selvin et al. (2007) dalam penelitiannya berjudul Prevalence and Risk Factors for Erectile Dysfunction in the US meneliti prevalensi DE pasien yang ikut dalan 2001-2001 National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES). Sebanyak 2126 laki-laki dewasa ikut dalam program ini dan didapatkan hasil prevalensi DE meningkat sesuai umur dan berkorelasi positif terhadap faktor-faktor risiko kardiovaskular. 6. Zedan et al. (2010) dalam penelitiannya berjudul Cigarette smoking, hypertension and diabetes mellitus as risk factors for erectile dysfunction in upper Egypt meneliti hipertensi, diabetes dan merokok sebagai faktor risiko DE. Sebanyak 658 pasien DE berusia 20-80 tahun dan 821 pasien sehat berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasilnya risiko DE akan meningkat 3,1 kali lipat pada perokok dan 5,4 kali lipat pada penderita diabetes atau hipertensi. Menurut data diatas, sepengetahuan penulis belum ada publikasi yang melaporkan hasil penelitian mengenai peran faktor risiko tradisional kardiovaskular terhadap kejadian DE pada populasi pasien PJK stabil. 6