AGR.IPLfIS HaJrautatt, Rudy hlyanto, Eddle Gurnadl, dan Suhut Slmsmoro : SIFAf FISIK GELATIN TULANG SAPI DENGAT{ PERENDAIVI{N ASAM KLORIDA PADA KONSENTRASI DAT{ LAMA PERENDAMAT{ YANG BERBEDA Adnan Syam dan Haraptn Haftd H : PENGARUH LAMA AGING DAN LOKASI OTOT TERHADAP KUAI-ITAS FISIK DAGING SAPI Ivlerynda Indryanl Syafutrl, Frlska Sya{ul don Eka Lidrasari : I{ARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAT{ ORGAI..ILEPTIK TEPUNG TAPAI UBI KAYU DENGAN METODE FERMENTASI AEROB DAT{ FAKULATIF AT{AEROB Petrus D" Sadsoelboen, Achmad Selamet Aku, Takdtr Saill, Ita Dluwlta, dan Bombang Purutantqra : PENGMUH PEMBERIAI{ EKSTRM RUMPUT KEBAR (Biophytum petersianum KIOtZSC\) TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DAN REPRODUKSI MENCIT PUTIH (Mus Musculuc Albinus) BETINA Laode NI. Aslon, Rahntad S. PatadJat, NIoh. Nuh lbrohtm, dan Wahtda : PENGARUH PERBAIIDINGANI AIR LAUT DENGAN AIR KELAPA MUDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAI{ KAI{D(JNGAI{ KARAGENAN RUMPUT.LAUT i Kuppdphycus qluarezii) Agussohm : PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (Conop<>morpha cramerella SneII.) MELALUI PEMUPUKAT{ K Rohmad S. Patadlal, Ambo Tuuto, Dody Dharmawoin dan Sharlfuddtn Bln Andy Omar PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT ( Kappaphycus aluarezii ) PADA BERBAGAI HABITAI Susito .. PEMBUATAN HIDROLISAT SLURRY GADUNG (Dioscoreo hispidaDennts) SEBAGAI BAFIAN BAKU INDUSTRI NON PANGAI\ L. Afa: VIABILITAS BENIH JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) PADA BERBAGAI MEDIA PENGECAMBAI-IAT{ A. Bohntn,R. Hasld dut Amlnuddtn Nlqne Kandort : IKLIM MIKRO DAN PRODUKSI CABAI MERAI-I (Capsicum L.) PADA LAI-IAI{ KERING BERIKLIM KERING YAI{G DIBERI BERBAGAI WARNA MUTJ,A PLASTIK lNNUnr, La Anadi ; KEAI.{EI{ARAGAMAI\ SPESIES IIGI{ HIAS LAUT DIKAWASAT{ TERUMBU KARTqI{c PULAU HARI DAFTAR ISI Halaman SIFAT FTSIK GELATIN TULANG SAPI DENGAN PERENDAMAN ASAM KI,ORIDA PADA KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA Hajravtati , Rady Priyanto , Mdie Gurndi, Suha Simamora............ 183 - lE9 190 - 195 196 - 200 PENGARUH LAIUA AGING DAN LOKASI OTOT TERIIADAP KUALITAS FISIKDAGING SAPI Adrun Syam dan Harqin Hafd H. ................. KARAKTERISTIK FISIK KIMIA DAN ORGANOLEPTIK TEPUNG TAPAI UBI KAYU DENGAN METODE I'ERMENTASI AEROB DAN FAKULTATIF ANAEROB Merynda In&iyani Sydutri, Friska Syaiful dan Eka Li&asari PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK RUMPUT KEBAR (Biophytam tofxch) TERIIADAP PENAMPILAN PRODUKSI DAN REPRODUKSI MENCIT PUTIH (Mus Musmlus AIHns) BETINA Petrus D. Sadsoeitoeboen, Achmad &Iamet Aht, Takdir Saili, Ita Djuwita, Bambang Pdercianum Purwanlsa.. 2Ol -206 PENGARUH PERBANDINGAN AIR LAUT DENGAN AIR KELAPA MUDA TERHADAP PERTTJMBUIIAN DAN KANDUNGAN KARAGNNAhI RI.]MPUT LAUT (Kappaphyar alvaraii) I-aode M. Aslan, Rahmad S.Patdjai, Moh Nuh lbrahim, Wahida... 207 -214 215 -22A 221 -230 PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAtr KAKAO (Conopomoryha qamadla Snclt.) MELALUI PEMUPUKAII K Agussalim..... PERTUMBUHAI\I RUMPUT LAUT Koppaphyans slvaraii PN)A BERBAGAI HABITAT Ralrnad Sofuan Puadjai, Ambo Tuwo, Dody Dlnrmautan danShoifuddin Bin Andy Omar PEMBUATAIY HIDROLISAT SLARRY GADUNC (Dioscorea hisqida Dennst) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI NON PAIIGAN Sugito .......... 231-236 VIABILITAS BENIH JARAK PAGAR (Jatopha MEDIA PENGECAI}TBAHAIY A. Bahrun., R Hasid dan L.Afa ... cuaaos r) PN)A BERBAGAI 237 -241 IKLIM MIKRO DAIY PRODUKSI CABAI MERAH Qapsicum annum L) PADA LAHAN KERING BERIKLIM KERING YAIYG DIBERI BERBAGAI WARNA MULSA PLASTIK Aminuddin Mane Kandori KEAI\'EKARAGAMAN SPESIES 242-253 IKAN HIAS LAUT DI KAWASAN TERUMBU KARANG PULAU HARI LaAnadi AGRIPLAS, Yoluae 16 Noaor ilSSeptcaba Z)06 155N08544128 254 -260 PE MBUATAII HIDROLISAT SLURRY GADIING (Dioscorea h ispida Dennst) SEBAGAI BAHAN BAKU II\IDUSTRI NON PAI\IGAI\I Oleh: Sugitol) ABSTRACT The research objective was to determine the effect of HCI concentration addition and heating period on the characteristics of slurry gadung hydrolisate. The research was conducted at Agricultural Product Chemistry Laboratory, Technology of Agriculture, Sriwijaya of University, Inderalayao from July to October 2004. The experiment was conducted using factorial randomized block design with two treatments and three replications. Treatments were consisted of HCI concentrations (Ar= 0,01 N, A2= 0,05 N and Ar= 0,1 N) and heating periods (B1= 30 minutes, Bz= 40 minutes and 83= 50 minutes). The observed parameters werc water content, viscosity, pH, total dissolved solid, and reduced sugar levels. The result showcd that HCI concentrations and heating periods interaction had significant efk on water contcnt, pH, total dissolved solid, and reduced sugar level. The bcst trcatment was AzBr ftydrclisate which was added with 0,05 N HCI and heated for 50 minutes). Based on slurry gadung hydrolisate characteristics, it can be concluded that slurry gadung hydrolisate can be used as subtrate fior alcohol and lactic acid fermentations. Key wodrs: gedung, slurry gadung' hydrolisete. PENDAI{ULUAI{ Gadung (Dioscorea hispida Dennst) merupakan tanaman berumbi dengan kandungan karbohidrat sebesar 23,3yo (Depkes, l9%). Umbi ini banyak ditemukan secara liar di Sumatera Selataru bahkan pada lahan-lahan kosong hutan skunder, daerah kering dan tandus, di samping kananftiri rel kereta jalan raya dan rawa-rawa. Gadung belum dimanfaatkan secara luas padahal produktivitasnya cukup tinggi, karena pada umur 6 sampai 7 bulan dapat menghasilkan 20 ton ha-r sedangkan ubi kayu hanya 7,4 ton har. Dan jika dibudidayakan s€cara intensif produktivitas gadung mencapai 116 ton ha-r lBahri, teez). Di Sumatera Selatan, gadung biasa diolah menjadi keripik dan gaplek gadung yang nilai ekonomisnya rendah dan proses pengolahan relatif lama (5-7 hari) (Pambayun, 2000). Salah satu penyebab terbatasnya produk olahan gadung di Sumatera Selatan karena gadung mengandung senyawa dioskorin, diosgenin dan dioscin yang merupakan senyawa glikosida sianogenik yang berpotensi membentuk racun. Ketiga senyawa tersebut terdapat pada vakuola sedangkan pada bagian sitoplasma terdapat t enzim p-glukasidase. Apabila gadung luk4 dikupas atau bagian selnya rusak maka kedua senyawa tersebut akan bereaksi membentuk aseton dan HCN (dimana HCN merupakan racun yang berbahaya dan mematikan) @ambayun, 1999). Salah satu alternatif pemanfaatan umbi gadung dengan mengolah menjadi bahan baku industri non pangan seperti alkohol dan asam laktat (Pambayun, 2000). Alkohol dapat digunakan pada industri kimia, kosmetih antibiotik dan sebagai bahan bakar alternatif (Batrri dan Raimon, 1994). Sedangkan asam laktat dapat digunakan pada industri kimia dan bahan pengisi (pemplastis) bidegradable (Billmeyer dan Fred, 1994). Asam laktat yang digunakan sebagai bahan pengisi plastik golongan polylactic acid yang berupa dimer oC laktida yang dipolimerisasi pada suhu 70 selama 6 jam (Hamzzh,20O4). Mikrobia yang dapat digunakan pada fermentasi alkohol antara iain Mrcor rouxii, Chlamydomrcor oryzae, Saccharomyces cerevisiae, Endomycopsis fibulager (Fardiaz et ol., 1996). Mikrobia yang dapat digunakan untuk fermentasi asam laktat antara lain Letrconostoc L. brevis, Pediococcas cerevisiae, L. plantarwn (Rahayu et al., 1996; Hamzah, 2004), Bifidobacteriurn, L. reuteri, L,. mesentroides, ) Staf Pengaiar Program Sttdi THP Jurusan Telotologi Perlonian Fohtlas Pertonian Unsri, hdralaln. 23t 232 (Hermayani et al-, 2001 ; Endan g et al.. 2W4). Untuk mempercepat Proses fer- menit, 82= 40 menit dan Br= 50 menit). Parameter yang diamati pada penelitian ini antara lain kadar air (AOAC, 1984), viskositas, pH (Apriyanton o el al., 1989), gula pereduksi (Sudarmadji et. al., 1999), total padatan glukosa, fruttosa, sukrosa dan sakarida seder- terlarut (TPT) (Kochar dan Rosell, 1990) dan Casei, L. Acidophillw mentasi, slurry (bubur) gadung harus dihidrolisis menjadi gula sederhana seperti derajat pencoklatan (Manlay, I 983). Cara kerja penelitian sbbagai betikut: Gadung dipreparasi kemudian dikupas, dicuci hana yang lain. Salah satu metode hidrolisis yang dapat dilakukan dengan memberi panas dan asam klorida (HCl). Asam klorida dalam proses hidrolisis akan meinecah secara acak polisakarida (pati, serat" pektin dan lain-lain) pada ikatan 1,4 dan l,Gglikosidik menghasilkan senyawa sederhana seperti oligosakarida dan monosakarida (Soebijanto, 1986). Panas, selain membantu hidmlisis juga mernbantu degradasi glukoalkaloid yaag dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan lama pemanasan dan konsentrasi HCI yang ditambahkan pada hidmlisat yang paling cocok untuk pertumbuhan mikrobia Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsenrasi HCI yang ditambahkan dan lama pemanasan terhadap karakteristik hidrolisat slurry gadung. dan dipotong-potong. Gadung ditimbang dan dihancurkan dengan blender serta ditambah air sesuai dengan berat gadung dan dipercleh bubur gadung dengan konsentrasi 50o/o. Slurry gadung ditambah HCI sebanyak 15% dari volume slurry dengan konsentrasi sesuai dengan perlakuan. Slurry dipanaskan pada suhu 7}VooC, lamanya pemanasan sesuai dengan perlakuan dan dianalisa kadar air, viskositas, pH, kadar gula pepereduksi, TPT dan derajat pencoklatan. HASIL DAI\ PEMBAHASAI{ Kadar Air Dari hasil penelitian menunjukkan kadar air hidrolisat slurry gadung tertinggi pada perlakuan A1B3 sebesar 82,00% dan terendah pada perlakuan ArBr sebesar 74,44yo. Berdasarkan hasil uji statistik METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertaniaru Universitas Sriwijaya Inderalaya dari bulan Juni sampai Oktober menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi HCI dan lama pemanasan berpengaruh nyata terhadap kadar air hidrolisat slurry gadung. 2004. Bahan yang digunakan pada penelitian antara lain: gdung HCl, aquadest, glukosa anhidrat, reagensia Nelson, 8a reagensia &2 Molibdat, kalium karbonat jenuh, alumunium hidroksida dan natrium tiosulfat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa : waskom plastilq ember, pisau, blender' neraca analitik, gelas Beaker, pip€t Pasteur, gelas ukur, Erlenmeyer, oven, viskometer, pH meter EM tn !r *11 n dan refraktometer. 70 Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang disusun socara faktorial (RALF) dengan dua perlakuan yang masingmasing terdiri atas 3 taraf perlakuan. Adapun perlakuan tersebut adalah konsentrasi penambahan HCI (A1= 0,01 N, A2= 0,05 N dan 43: 0,1 N) dan lama pemanasan (81= 30 AGRIPLUS, Volume 16 Nomor 5 P.thhrf,i Gambar : l. Kadar air slurry gadung 03 Septembet 2M6, ISSN 085+0128 233 Gambar I menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi HCI yang pada hidrolisat sehingga akan menjadi lebih kental (viskus). ditambahkan, kadar air hidrolisat semakin tinggi dan semakin lama proses pemanasan kadar air hidrolisat akan semakin rendalrDengan semakin tinggi konsentrasi HCI maka akan semakin banyak polisakarida yang dihidrolisis, akibatnya akan terjadi perubahan status air dari air bebas menjadi air terikat secara kimi4 kondisi ini akan mengakibatkan air tidak mudah menguap jika dipanaskan. Panas yang diberikan pada hidrolisat akan menyebabkan sebagian air bebas menguap dan semakin lama proses pemaruBan air yang diuapkan akan sernakin banyak akibatnya kadar air hidrolisat akan semakin rendah. Air memegang peranan penting dalam proses pemtrtusan ikatan glikosidik pada karbohidrat membentuk oligosakarida dan gula pereduksi. Air berfungsi sebagai media disosiasi HCI menjadi H* dan Cl-. Dengan adanya H* dan panas, air mampu melakukan adisi gugus karbonil pada kaftohidrat membentuk l,ldiol. Akibat reaksi ini maka akan terjadi pemutusan ikatan glikosidik sehingga atom karbnil reaktif akan berikatan dengan satu molekul OH- dari air (Fessenden dan FessenderL 1999). Setiap pemutusan I Tabel Viskositas slurry gadung. Viskosatas Perlakuan ArBr 6 Pa.S ArBz l0 PaS ArBr AzBr 12,5 PaS 35 Pa.S AzBz 40 Pa.S AzBr 50 PaS 36 d PaS 100 d PaS A:Br ArBz AsBr Keterangan: ll0dPaS I = A1B1, 2 = A182, 3 = A1B3, 4 = A2Bl, 5 : AzBz, 6 = A283, 7 = A3B;, t=A3B2,9=A383. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH hidrolisat tertinggi pada perlakuan A1B3 sebesar 5,54 dan terendah pada perlakuan ArBr sebesar 4,70. Dari hasil uji statistik menunjukkan batrwa konsentrasi HCI dan interaksi berpengaruh nyata terhadap pH hidmlisat sedangkan lama pemanasan berpengaruh tidak nyata terhadap pH hidrolisat slurry gadung. ikatan glikosidik akan diihti dengan reaktif dan karbonil oleh 5.E pengikatan satu OH satu H* oleh gula lain pada atom 5.6 C nomor 4 dari l,4-glikosidik dan atom C nonx)r 6 dari 5.4 E s-2 L r.a .: 6r ikatan 1,6-glikosidik. Viskositrs Viskositas hidrolisat tertinggi pada penelitian ini adalah perlakuan A3B3 sebesar 4.6 1.1 1-2 I l0 dPa S dan terendah pada perlakuan A1B1 sebesar 6 Pa S. Dari Tabel I menunjukkan bahwa dengan semakin tinggi konsentrasi HCI dan semakin lama proses pemanasan akan menyebabkan hidrolisat semakin viskus. Hal 123456789 Padatuan 9*k 2. pH slwry gadung Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi HCI yang ditambahkan pH hidrolisat akan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena selain HCI ini disebabkan karena sebagian besar air bebas berubah status menjadi air terikat secara kimia akibat adanya p€mutusan ikatan glikosidik pada polisakaraida Kondisi seperti ini akan menyebabkan suspensi menjadi lebih stabil dan lebih bersifat kohesif. Sedangkan panas akan menguapkan sisa air bebas yang ada AGRIPLAS,YoInne 16 Nomot l. mampu memutuskan ikatan glikosidik pada karbohidrat jrrga menyisakan ion H* sehingga pH hidrolisat akan menurun. Fessenden dan Fessenden (1999) menyatakan bahwa HCI : 03 Scptcmbet 2006, ISSNOSAI-0W 234 yang terdisosiasi menjadi H* dan Cl'berfungsi sebagai katalis dalam reaksi hidrolisis. H* berfungsi sebagai elelcnofil untuk melakukan protonasi etelGon-elekfon ikatan-pi pada ketosa dan aldosa Reaksi ini dilanjutkan dengan adisi gugus hidrat dari H2O untuk memutuskan ikatan glikosidik. Setelah terjadi reaksi hidrolisis, H* akan lepas kernbali, sehingga konsentrasi H* akan menurunkan pH hidrolisat. Gula Pereduksi (Reducing Sugar) Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar gula pereduksi tertinggi pada perlakuan A3B3 sebesar 5,49/o dan terendah pada perlakuan ArBr sebesar 3,21o/o. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa konsentrasi HCl, lama pemanasan dan interaksi berpengaruh nyata terhadap kadar gula percduksi slurry gadung. g6 ll semakin mudah bagi aldosa dan ketosa untuk terprotonesi dan semakin mudah memutuskan ikatan gikosidik. Panas berfungsi sebagai pemberi energi bagi elekrofil dan H* untuk bereaksi dengan elektron sunyi pada gugus aldosa dan ketosa pada karbohidrat Fanas juga menyebabkan penrbahan stabilitas elektnon sunyi pada aldosa dan ketosa, sehingga mudah memutusakan ikatan glikosidik dan berikatan dengan OH'dari air. Air dalam bentuk OH'akan bereaksi dengan gugus aldosa/ketosa melalui reaksi adisi membentuk l,l-diol, reaksi ini disebut hidrolisis. Reaksi hidmlisis benifat reversibel dan kesetimbangan terletak pada sisi karbonil. Total Pedrtan Terlrrut Dari hasil penelitian menunjuklon bahwa kadar Total Padatan Terlanrt (TpT) leftinggl pada perlakuan A3B3 sebcsar 17,46 Briks dan tercndah pada perlakuan A1B1 'uji sebesar lOJ %riks. Bffda;arkan hasil statistik menunjukkan bahwa konsentrasi HCl, lama pemanasan dan interaksi berpengBruh nyata terhadap kadar TYf slurry gadung. 20 1t ^tt a o 16G tarttuan '!la 2n tto a ot Gambar 3. Kadar gula pereduksi slurry gadung Gambar t. t4 2 3 menunjukkan hhwa semakin tinggi konsentrasi HCI dan semakin 12343E7e9 lama proses pemanasan, kadar gula pereduksi Prr*m semakin tinggi. Gula percduksi yang ada pada slurry berasal dari pemutusan karbohiArat Gambar 4. Kadar total padatan terlanrt gadung gadung dengan bantuan HCI dan panas. Menurut Fessenden dan FessenAen (tfe; Radatan terlarut pada slurry hasil hidrolisis polisakarida gula percduksi seperti glukosa, lenjadi proses pemutusan ikatan glikosodok pada gula merupakan ketosa dan aldosa dapat dikatalis oten ffCl HCI terdisosiasi sempurna menjadi Oan Cf dimana H" akan memprotonasi karbonil pada gugus aldosa dan ketosa sehingga gugus ini ff fruktosa dan galaktosa Semakin tinggi kadar gula pereduksi maka kadar padatan terlarut juga semakin tinggi. akan lebih mudah diserang oleh nulbofil. Sernakin banyak H* bebas maka slurry gadung akan semakin elektrolit sehingga akan AGRrPLUs,YoIume 16 Nomor slurry Derajat Pencoklatan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat pencoklatan hidrolisat tertinggi : 0J septcmber 20(8, tss|og*Dpa 23s pada perlakuan ArBr sebesar 0,06 dan terendah pada perlakuan A1B1 sebesar 0,02. Dari hasil uji statistik menur{ukkan bahwa konsentrasi HCI dan interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap derajat pencoklatan hidrolisat sedangkan lama p€manasan berpengamh nyata terhadap derajat pencoklatan hidrolisat slurry gadung. Hasil pengujian derajat pencoklatan hidrolisat dihasilkan dari tahap kedua menjadi HMF, dehidroreduktoru melanoidin, aldol dan polimer tanpa N (Hodge, 1953). Reaksi ini memerlukan suhu yang tinggi, sehingga semakin tinggi suhu pemanasan menyebabkan kadar pencoklatan slurry menjadi semakin tinggi. KESIMPULAI\ disajikan pada Tabel 2. Kesimpulan yang dapat diambil dari Tabel2. Derajat pencoklatan slurry gadung No Perlakuan ArBr Derajat Pencoklat-an 0,02 0,02 0,02 AzBr 0,03 5. AzBz 6. AzB: 0,04 0,04 0,06 0,06 0,06 l. ArBr 2. J. 4. ArBz 7. 8. 9. AsBr AlBz ArBr Derajat pencoklatan slurry gadung disebabkan karena reaksi karamelisasi dan reaksi Maillard. Karamelisasi merupakan hasil reaksi antara gula pereduksi tanpa melibatkan asam amino dan membutuhkan temperatur yang relatif tingei. Reaksi ini merupakan degradasi gula yang menghasilkan produk akhir berupa polimer tanpa nitrogen yang berwarna coklat (Eskiru 1990). Semakin tinggi suhu pemanasan pda slurry maka derajat pencoklatan akan semakin tinggi karena kadar senyawa karamel semakin banyak. Reaksi Maillard terjadi antara karbohidrat, khususnya gula pepereduksi dengan gugus amino primer. Reaksi tenebut akan terus berlanjut hingga menghasilkan senyawa melanoidin yang berwarna coklat (Winarno, 1997). Tahap utama reaksi ini berupa kondensasi karbonil dengan amino menghasilkan glikosamin Ntersubstitusi. Selanjutnya mengikuti jalur 1,2enolisasi dan 2,3-enolisasi serta mengalami fragmentasi antara metil dikarbonil menjadi C-metil redukton dan adikarbonil. Tahap ahir reaksi ini berupa penggabungan senyawa yang penelitian konsentrasi ini antara lain: Perbedaan HCt dan lama pemanasan berpengaruh nyata terhadap kadar air, pH, kadar gula pereduksi, total padatan terlarut dan derajat pencoklatan hidrcliusat slurry gadung. Perlakuan terbaik adalah AzBr (hidrolisat yang ditambah HCI dengan konsentrasi 0,05 N dan dipanaskan selama 50 menit) Berdasarkan karakteristiknya hidrolisat slurry gadung dapat digunakan sebagai subtrat untuk fermentasi alkohol dan asam laktal Ucapan Terime kasih Penulis mengucapkan terima kasih pada Ahmad Syaukani Bakti (Alm) alas bantuannya dalam penelitrian ini. DAFTAR PUSTAKA AOAC. 1984. Ofiicial of Analysis of OfFrcial Analytical Methods The Association of Chemist. Inc. Washington DC. Apriyantono, A. D. Fardiaa N.L. Puspitasari, Yasni S., dan Budiyanto. 1989. Analisis Pangan. IPB Press. Bogor. Billmeyer, J.R. dan W. Fred. 1994. Texbook of Polymer Sciences.3d Edition. John Wiley dnd Sons. New York. Bahri, S. 1992. Pengaruh Konsentrasi Garam dan Lama Perendaman terhadap Kandungan Sianida pada Tepung dan Pati Umbi Gadung. Dinamika Penelitian BIPA. BPPI Palembang. Bahri, S. dan Raimon. 199,4. Pengaruh Air Rebusan Kecambatr terhadap Pembuatan AGRIPLAS,VoIune 16 Nomor: 03 Septeabt il06, ISSN08#0&8 236 Alkohol dari Umbi Gadung. Dinamika Penelitian BIPA. BPPI. Palembang. Depkes B. Rosell. 1990. Detection Estimation and Evaluation of Kochar, S.P and RI. 1996. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bharata Karya Aksara. Jakafia. Endang, S.R. dan S.N. Purwadhani. 2W4. Suplementasi lactobacillus SNP-2 pada Tape dan Pcnganrhnya pada Relawan. J. Teknologi dan Industri Pangan XV(2): 129-134. Eskin, 1990. Biochemistry of Food. Acadernic Press, Inc. New York. Manlay, D.J. 1983. Technology of Biscuits, Crackers and Cookies. Ellis Worwood Fardiaa S. Y.A. Sasmito. Dan Sugiyono. 1996. Studi Fermentesi Tapai Ket n Rendah Alkohol. J. Ilmu dan Tcknologi pangan t(t):27-33. Limited. England. Pambayun, 3'{ Edition. Diterjemahkan oleh A.H. Pudjaatmaka. Erlangga. Rahayu, E.S., T.F. Djaakfar, D. Wibowo, S. Surdarmadji. 1996. LAB Form Indigenious Hamzah, B. 2004. Pembuatan Polylactic Acid (Pla) Menggunskan bahan Asam Lemak bebas dari Minyak Sawit melalui Metodc Fermentasi be*ingkat. J. Agribisnis dan Industri Pertanian lll(2):7 - | a. Fermented Foods and Their Antimicrobial Activity: Indonesian Food and Nutrition Progress III(2):21-l 8). Soebijanto, T.P. 1986. HFC dan lndustri Ubikayu Lainnya. Gramedia. Jakarta Hermayani, E., Ngatirah, E.S. Rahayu dan T. Utami. 2001. Ketahanan dan Viabilitas B. Haryono dan Suhardi. 1999. Analisa Bahan makanan dan pertanian. Liberty bekerjasama dengan pAU pangan dan Gizi UGM. Yogakarra. Sudarmadji, S., Probiotik BAL Selama Proses Pembuatan Kultur Kering dengan Metode Freezc dan Spray Drying. J. Teknologi dan Indushi XII(2): 126-132. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Jakarta. J.E. 1953. Dehydratcd Foods. Chemistry of Browning Reactions in Model System. : 928-940. AGRIPLaS, Yolume 16 Nomor and Industri Pangan 2000. Palembang. Jakarta. I Hydro Cyanic Acid on Gadung lnstant Rice from Various Methods of Detocsification. Seminar Nasional Chemistry. J. Agric. Food Chem. R. 2000. Organoleptic Tests Fessenden, R.J. dan J.S. Fessenden. 1999. Organic. Hodge, Trilaksani, Teknologi Pertanian. Palembang. N.A.M. Pangan in Food System. Dalam W. 2003. Antioksidan : Jenis, Sumber, Meknisme Kerja dan peran Terhadap Kcsehilan. lPB. Bogor. Pambayun, R. 1999. Sianida dalam Gadung: Mekanisme Pembentukan, Toksisitas dan Cara Detoksifikasinya. Prosiding Seminar Regional peranan Antioxidants : 03 Septembcr 2M6, ISSN 0gfl*012g