Kata Pengantar Puji syukur kepada Tuhan atas segala

advertisement
 Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan atas segala berkat dan rahmat-Nya akhirnya
saya dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini ditulis sebagai karya tulis akhir pada
program PPDS-1 Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Saya sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tesis ini
tidak mungkin dapat saya selesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini
izinkanlah saya dengan segala kerendahan hati untuk menyampaikan terima kasih,
rasa hormat dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1.
dr. Hariadi Hariawan, SpJP(K), selaku Kepala Bagian Kardiologi dan
Kedokteran Vaskular FK UGM atas segala bimbingan, dorongan, nasehat dan
dukungan dalam perannya selama masa pendidikan saya,
2.
Dr. dr. Budi Yuli Setyanto, SpPD (K), SpJP (K) sebagai ketua Program
Studi PPDS-1 Ilmu Penyakit Jantung dan pembuluh darah FK UGM atas
segala bimbingan, dorongan, nasehat dan kepercayaan beliau selama masa
pendidikan saya,
3.
dr. Lucia Krisdinarti, SpPD, SpJP (K) selaku pembimbing I penelitian dan
sekaligus sebagai ibu yang telah memberikan segala perhatian, kasih sayang,
waktu, dukungan, semangat yang tidak pernah terputus, doa, kepercayaan dan
bantuan yang tidak pernah akan dapat saya balas terutama saat masa-masa
sulit saya, sehingga tesis ini dapat saya selesaikan dan juga selama masa
pendidikan saya.
4.
dr. Hasanah Mumpuni, SpPD, SpJP sebagai pembimbing II penelitian
yang
telah
meluangkan
waktunya,
bimbingan,
dorongan,
nasehat,
kepercayaan, senyuman yang selalu menghangatkan hati dan memberikan
semangat pada saya selama masa pendidikan terutama pada saat menulis tesis
sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini.
5.
Seluruh Staf Pengajar Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK
UGM, para pahlawan tanpa tanda jasa, yang bertindak selaku guru sekaligus
xi orang tua saya selama menjalani pendidikan, terima kasih atas segala imu
yang diberikan, tidak hanya sebatas keilmuan dalam bidang Kardiologi tetapi
juga pembelajaran tentang kehidupan dan cara berpikir, dan atas segala
perhatian dan kesabarannya dalam membimbing saya selama mengikuti
program pendidikan untuk menjadi seorang dokter spesialis jantung dan
manusia yang lebih baik
6.
dr. Bambang Udji Riyanto, SpTHT, drs. Zulaela sebagai pembimbing
statistik yang telah membantu dalam membuka wawasan tentang penelitian
ini.
7.
Suster Dyah Pita Rosa AMK, Sri Mardila W AMK dan Mb Nuli atas
segala bantuannya mulai dari awal penelitian sampai penelitian ini selesai
serta selama pengambilan data ekokardiografi sehingga penelitian ini dapat
terlaksana.
8.
Seluruh rekan-rekan PPDS Kardiologi terutama teman-teman angkatan Juli
2008 : dr. Ika Komar SpJP, dr. F.X Erwin Mulia SpJP, dr. Bimo Bintoro
SpJP, dr. Edrian SpJP, dr. Hendra Ginting SpJP, dr. Victor Joseph, dr.
Eka Fitrah SpJP, dr. Badai Tiksnadi SpJP, dr Yandi A SpJP, dr. Novi
Anggriyani SpJP, dr. Pipin Ardhianto SpJP, dr. Yansen SpJP untuk
kebersamaan, persahabatan, dukungan, kerja samanya selama masa PPDS
dan sahabatku, saudaraku, dr. M. Debby Maharatno atas semua waktu,
kebersamaan, cerita, doa, semangat, tawa dan airmata selama masa
pendidikan yang merupakan saat yang tidak akan pernah terlupakan dan
waktu terbaikmu akan datang juga.
9.
Rekan-rekan seperjuangan : dr. Rizky Amalia atas semangatnya yang tidak
pernah putus yang menularkan semangat untuk saya selama masa pendidikan,
dr. Perhentian Ginting atas teladannya untuk tetap fokus apabila
mengerjakan sesuatu, dr. Zulfahmi , dr. Nurhayadi, dr Wulan Anggrahini,
atas bantuan, ide, dorongan selama penelitian sehingga saya bisa
menyelesaikan penelitian ini, dr. Bagus, dr. Julia, dr. Anggia, dr. Hery, dr.
Widodo dan semua rekan-rekan residen lainnya yang tidak dapat saya
sebutkan satu-persatu untuk segala kebersamaan dan kerja sama yang luar
xii biasa dalam perjuangan dan membantu persiapan menghadapi segala tahapan
ujian akhir ini.
10. Seluruh karyawan medis maupun non-medis di lingkungan RSUP dr
Sardjito, rekan-rekan perawat di ICCU dan Poliklinik serta Laboratorium
kateterisasi jantung, terima kasih atas segala bantuan dan kerja sama yang
baik selama saya menjalani proses pendidikan.
11. Secara khusus saya haturkan segala rasa hormat dan terima kasih yang
mendalam kepada orang tua tercinta alm dr. Djeki Tarigan atas didikan,
cinta dan kasih sayang selama beliau masih hidup serta semangat yang tidak
pernah putus sehingga saya dibentuk menjadi seorang yang pantang
menyerah, Mama Anny Riatna Purba atas segala panutan dan inspirasi
dalam kehidupan, atas segala kasih sayang, didikan, kesabaran, kepercayaan,
dorongan semangat dan untaian doa yang tidak henti-hentinya mengalir
kepada saya. Tidak ada suatupun hal yang dapat membalas segala sesuatu
yang telah papa dan mama berikan.
12. Kepada keluargaku tercinta Christophorus Hario Susanto, SE Akt, anakku
tercinta, Isabela Audrey Nareswari dan Gregorius Jonathan untuk cinta,
kesabaran selama saya masih sangat sibuk jaga dan belajar selama masa
pendidikan, karena hanya melihat kalian selalu membuat rasa letih, sedih
selalu sirna diganti semangat untuk selalu menjadi orang yang lebih baik.
13. Kepada Saudara-saudaraku yang aku sayangi dr. Sirilla Tarigan, M.Kes, dr.
Yane Novina Tarigan MPH, Andrea Romulo Tarigan, Yosefin Gabriella
Ekaristi Tarigan S. Kom, Nikki Bartaloma Ssi, atas segala cinta, doa,
semangat, bantuan berupa moril dan materil selama masa pendidikan saya,
sehingga saya akhirnya bisa menyelesaikan pendidikan dengan baik. Saya
tidak akan ada tanpa cinta kalian semua. Alm. Bi Uda Reh Ukur Tarigan,
atas semua doa, cinta, dan atas masakannya yang selalu menjadi penyemangat
belajar, Bi tengah Nina Artina Purba, Bi Uda Joan Arina Purba atas
bantuan berupa moril dan materil, doa, cinta dan semangat selama masa-masa
pendidikan terutama saat masa sulit saya. Saudara sepupuku Monita theresia
Barus, Meilina Tarigan SE, atas segala doa dan semangat selama ini, teman
xiii dan sahabatku Ir. Sondang Napitupulu ST, abang MM Sitepu, alm. Romo
Yance laka atas segala dorongan, doa, cinta
dan semangat yang selalu
mengalir terutama di saat saya merasa dalam titik rendah dalam kehidupan,
14. Terimakasihku pada Tuhan Yang Maha Kasih yang telah memberikanku
kesempatan untuk hidup, belajar dan belajar selalu menjadi orang yang lebih
baik, yang selalu menjadi sumber kekuatanku. Terimakasihku akan segala
cinta dan kasih sayang yang telah membentukku menjadi seorang yang lebih
berarti dari hari kemarin.
15. Akhirnya dengan segala kerendahan hati saya ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada seluruh pasien yang telah memberikan kepercayaan
untuk saya belajar menjadi dari tidak tahu menjadi sedikit mengerti dan tidak
pernah berhenti belajar
dan kepada semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan satu-persatu, yang telah membantu selama pendidikan serta dalam
menyelesaikan penelitian ini. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kita
semua.
Jogjakarta, November 2013
Lidwina Tarigan
xiv 1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Resistensi vaskular paru (RVP) merupakan variabel hemodinamik penting
yang digunakan dalam manajemen pasien dengan penyakit jantung dan paru.
Konsensus The American College of Cardiology Foundation/American Heart
Association (ACCF/AHA) tentang hipertensi pulmonal (HP) merekomendasikan
pengukuran RVP sebagai kriteria diagnostik yang lebih pasti pada HP karena
merefleksikan gradien transpulmonal dan curah jantung serta hanya meningkat
apabila terjadi penyumbatan pembuluh darah di prekapiler sirkulasi paru.
Konsensus itu menganjurkan pengukuran RVP secara rutin pada pasien dengan
peningkatan tekanan rata-rata arteri pulmonalis (mPAP ; mean pulmonary artery
pressure). Secara definisi RVP dan mPAP meningkat pada HP. Resistensi
vaskular paru dapat juga meningkat pada pasien dengan penyakit katup jantung
atau gangguan fungsi ventrikel kiri (gangguan ini memiliki elemen penyakit arteri
pulmonalis sebagai HP pasif) (McLaughlin et al., 2009).
Prevalensi hipertensi arteri pulmonal menurut data terbaru dari registri
Prancis kira-kira 15 per mil (Humbert et al., 2006). Idiopathic pulmonary arterial
hypertension (IPAH) merupakan jenis yang paling banyak pada wanita dan tipe
HAP yang paling banyak di registri Prancis (McLaughlin et al., 2009). Menurut
data dari Skotlandia dan beberapa negara telah memberikan konfirmasi bahwa
prevalensi hipertensi arteri pulmonal berada dalam kisaran 15-50 kasus tiap 1 juta
populasi di Eropa (Peacock et al., 2007). Prevalensi penyakit jantung bawaan
(PJB) diperkirakan kira-kira 6-10/1000 kelahiran hidup (Marelli et al., 2007 ;
2 Adatia et al., 2010) dan sekitar 4-15 % pasien PJB akan berkembang menjadi
HAP (Duffels et al., 2007). Insidensi HAP pada defek septum atrium (DSA)
sekitar 6 % - 9 % (Vogel et al., 1999 ; Steele et al., 1987).
Diagnosis HAP secara akurat membutuhkan data pengukuran dengan
kateterisasi jantung kanan (KJK). Resistensi vaskular paru juga diukur secara
invasif dengan rasio antara gradien tekanan transpulmonal (∆p) dengan aliran
transpulmonal (Qp) (Willard et al., 1995). Resistensi vaskular paru merupakan
salah satu pengukuran hemodinamik yang sangat penting pada pasien HP dan
memberikan informasi prognostik yang penting untuk mengetahui respon
terhadap terapi termasuk pada pasien gagal jantung kongesti dan juga komponen
penting pada evaluasi pasien transplantasi jantung (Braunwald dan Colucci, 1984
; Addonizio et al., 1987 ; Kirklin et al., 1988b ; DiSesa et al., 1983 ; Kirklin
et al., 1988a).
Kebutuhan dilakukannya evaluasi berulang HP makin meningkat dengan
meluasnya penggunaan terapi vasodilator pulmonal (Rubin et al., 2002 ; Galie et
al., 2005 ; Olschewski et al., 2002). Evaluasi terhadap HP termasuk menghitung
derajat peningkatan HP dengan berjalannya waktu (Galie et al., 2009b).
Pengukuran RVP dengan KJK memberikan informasi yang dapat
dipercaya, tetapi meskipun kateterisasi jantung kanan sudah dilakukan dengan
teknik yang modern dan risiko kecil tetap saja tidak dapat diabaikan terjadinya
efek samping 1.1 % dan kematian 0.05 % (Hoeper et al., 2006).
Ekokardiografi doppler telah mempengaruhi keputusan klinis secara
bermakna dengan kemampuannya menentukan hemodinamik intrakardiak secara
noninvasif. Variabel tekanan dan aliran dapat diukur sehingga hipotesisnya
3 pengukuran RVP dapat diukur secara akurat dengan menggunakan variabel yang
diperoleh dari doppler. Pada tahun 2003 Abbas telah menemukan suatu metode
yang sederhana untuk mengukur RVP dengan subjek 44 pasien yang terdiri dari
pasien-pasien penyakit katup jantung (12 pasien), nyeri dada dan sesak dengan
aktifitas (9 pasien), penyakit jantung koroner (PJK) dan sesak dengan aktifitas (8
pasien), transplantasi ginjal dan hati (6 pasien), gagal nafas akut (4 pasien), pasca
operasi (3 pasien) dan kardiomiopati (2 pasien). Penelitian Abbas et al. (2003)
menyimpulkan bahwa doppler ekokardiografi sebagai suatu metode noninvasif
yang dapat diandalkan untuk mengukur RVP dan menganjurkan dilakukannya
penelitian lebih lanjut tentang aplikasi pengukuran RVP dengan ekokardiografi
pada pasien-pasien PJB, pasien dengan pirau dan pasien yang menggunakan
vasodilator arteri pulmonal yang sejak awal telah dieksklusi dari penelitian.
Ada dua penelitian yang menggunakan ekokardiografi metode Abbas
dalam mengukur RVP pada populasi pasien PJB anak (Bhatt et al., 2012 ; Ajami
et al., 2011) tetapi belum pernah dilakukan pengukuran RVP dengan metode
Abbas pada pasien DSA dewasa.
Penelitian ini menggunakan rumus dalam penelitian Abbas et al. (2003)
dan berusaha menjawab sebagian pertanyaan penelitian Abbas dengan menguji
korelasi antara RVP ekokardiografi dengan RVP invasif pada populasi pasienpasien yang berbeda dari sebelumnya yaitu pada pasien-pasien DSA dewasa.
Harapannya metode sederhana yang noninvasif dengan ekokardiografi dapat
digunakan untuk mengukur RVP pasien-pasien DSA dewasa terutama pada pasien
yang perlu dilakukan pengukuran ulang RVP.
4 B. Pertanyaan Penelitian
Apakah terdapat korelasi antara pengukuran RVP ekokardiografi dengan
RVP invasif pada pasien defek septum atrium dewasa ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui apakah terdapat korelasi antara pengukuran RVP dengan
menggunakan ekokardiografi dengan RVP invasif pada pasien-pasien
DSA dewasa. 2. Mengetahui apakah RVP dengan ekokardiografi dapat dijadikan sebagai
alternatif pemeriksaan RVP yang menurut standar baku emas masih
dilakukan dengan metode invasif. D. Keaslian penelitian
Melalui penelusuran kepustakaan terdapat beberapa penelitian yang
menilai RVP dengan ekokardiografi dan membandingkannya dengan RVP dengan
metode invasif. Abbas et al. (2003) melakukan pengukuran RVP dengan
ekokardiografi dengan rumus yang sederhana pada 44 orang sampel. Karakteristik
sampel pasien yang diambil adalah penyakit katup jantung, nyeri dada dan sesak
nafas pada saat aktifitas, PJK, transplantasi ginjal dan hati, gagal respirasi akut,
pasca operasi dan kardiomiopati dengan hasil yang didapat ekokardiografi doppler
merupakan suatu metode noninvasif yang dapat dipercaya untuk mengukur RVP
dengan nilai r=0.929, 95 % indeks kepercayaan (IK) 0.87-0.96.
Penelitian lainnya oleh Roule et al. (2010) menilai peranan ekokardiografi
dalam pengukuran RVP pada pasien hipertensi arteri pulmonal pada 37 sampel
5 konsekutif yang didiagnosis hipertensi pulmonal dengan diagnosis rujukan
idiopatik HP, portopulmonary hypertension, chronic thromboembolic pulmonary
hypertentension (CTEPH), pulmonary fibrosis, systemic sclerosis dan chronic
obstructive pulmonary disease (COPD). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
ekokardiografi merupakan metode yang berguna dalam skrining pasien HP dan
RVP>2 WU. Tetapi ekokardiografi belum merupakan metode akurat untuk
pengukuran pasien dengan RVP tinggi. Time Velocity Integral Left ventricular
Outflow Tract (TVI LVOT) dapat sebagai alternatif dibandingkan dengan Time
Velocity Integral Right Ventricular OutFlow Tract (TVI RVOT) pada pasien
apabila pengukuran TVI RVOT tidak memungkinkan (Roule et al., 2010).
Pada tahun 2011 European Heart Journal menerbitkan sebuah penelitian
yang bertujuan mengukur RVP dengan ekokardiografi pada pasien HP dan
simultan dengan pengukuran RVP melalui kateterisasi (Lindqvist et al., 2011).
Sampel yang digunakan adalah 30 pasien HP yang terdiri dari IPAH, associated
pulmonary artery hypertension (APAH), CTEPH, PH akibat penyakit paru dan
closed atrial septal defect. Metode yang digunakan berbeda dengan metode Abbas
yang sebelumnya. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa rumus yang
digunakan untuk menghitung RVP mempunyai korelasi yang kuat dengan metode
invasif sebagai standar baku emas (Lindqvist et al., 2011).
Penelitian lainnya tentang pengukuran RVP dilakukan oleh Dahiya et al.
(2010) bertujuan untuk mengoptimalisasi penggunaan ekokardiografi metode
Abbas untuk menghitung RVP untuk diagnosis dan follow-up pasien-pasien HP.
Sampel yang diambil berjumlah 72 pasien yang dicurigai mengalami HP pada
pasien yang datang dengan keluhan sesak nafas dan pasien-pasien yang akan
6 dilakukan transplantasi hati. Hasilnya menyimpulkan bahwa RVP dengan
ekokardiografi memiliki sensitivitas (93%) dan spesifisitas (91%) yang tinggi
untuk mengukur RVP invasif >2 WU. Resistensi vaskular paru ekokardiografi dan
RVP invasif berkorelasi baik dengan (r=0.77, p<0.01) tetapi RVP ekokardiografi
mengunderestimate peningkatan nilai pada RVP invasif.
Pada suatu penelitian prospektif pada pasien-pasien yang akan dilakukan
kateterisasi jantung, RVP dihitung dengan rasio antara gradien tekanan
transpulmonal (∆P) dibandingkan dengan jumlah aliran paru (Qp) pada 20 pasien
PJB dan HAP tinggi. Secara berurutan dan noninvasif RVP diukur dengan
ekokardiografi doppler yang diperoleh dari rasio kecepatan regurgitasi trikuspid
maksimal-Tricuspid Regurgitant Velocity (TRVmax) dan TVIrvot. Terdapat
korelasi yang baik antara RVP yang diukur dengan kateterisasi (RVPkat) dan
rasio TRV/VTI r=0.53 dengan sensitivitas 90 % dan spesifisitas 90% dan RVP
dengan ekokardiografi setara dengan 8 WU (Ajami et al., 2011).
Pada penelitian lain yang dilakukan pada pasien 20 pasien PJB yaitu
Patent ductus arteriosus (PDA) (4 pasien) dan defek septum ventrikel (DSV) (16
pasien) dengan menggunakan rasio TRV/TVIrvot dan menghasilkan korelasi yang
bermakna antara 2 variabel TRV/TVIrvot dan RVP invasif dengan r=0.635
(p=0.003). Analisis subgroup menyimpulkan bahwa korelasi ini lebih baik pada
nilai RVP invasif yang lebih rendah (r=0.817 untuk RVP < 6 WU) daripada nilai
yang lebih tinggi (r=0.659 untuk RVP>6 WU). Rasio TRV/TVIrvot> 0.145
memprediksi sensitivitas dan spesifisitas 80 % untuk RVP >6 WU. Penelitian ini
menyimpulkan adanya korelasi sedang antara rasio TRV/TVIrvot dengan RVP
invasif pada pasien PJB khususnya pada RVP < 6 WU (Bhatt et al., 2012). Pada
7 tabel 1 dipaparkan penelitian-penelitian sebelumnya tentang RVP dengan
menggunakan ekokardiografi.
Belum ada penelitian sebelumnya yang menilai korelasi pengukuran RVP
ekokardiografi metode Abbas dengan RVP invasif sebagai standar baku emas
pada populasi pasien-pasien DSA dewasa.
8 Tabel 1. Penelitian – penelitian tentang pengukuran RVP dengan ekokardiografi
Penelitian
N
(Scapellato et
al., 2001)
63
(Shandas et al.,
2001)
(Abbas et al.,
2003)
(Gurudevan et
al., 2007)
(Vlahos et al.,
2008)
(Haddad et al.,
2009). (Kouzu et al.,
2009)
11
44
Karakteristik
Subjek
Rumus RVP
(ekokardiografi)
CHF
PJK (+), CHD (-)
mPAP (28, 8-55) mmHg
PCWP (18, 3-37) mmHg
RVP ( 2.5 , 0.2-9.2 ) WU
-0.156 +
In vitro
In vivo : kongenital (< 18
thn)
(-1.01Vp)+ 22.77
(-1.71Vp) + 26.0
TRV
10x ---------- + 0.16
TVI RVOT
50
PAH (CTEPH)
CHD (-)
mPAP (46, 16 -70) mmHg
PCWP (12 ± 5) mmHg
RVP (789, 49-2667)
dyne.s/cm5
3698 – 1227 x ln (Addonizio
et al.)
12
HP
CHD (-)
mPAP (56, 12-93) mmHg
PCWP (10, 4-20) mmHg
RVP (18, 1.7-60) WU
43
Catatan
r : 0.96 (CI 95% - )
Curah jantung :
metode termodilusi
R = 0.96
R = 0.90; SE =2.41
Fick’s
Termodilusi (bila
pirau-)
r : 0.93 (95% CI 0.87-0.96)
Curah jantung :
metode termodilusi
PEP/AcT
1.154 --------------TT
HP,CHD (-)
mPAP (25, 10-57) mmHg
PCWP (14, 3-38) mmHg
RVP (2, 0.7 – 6) WU
55
Hasil
cut-off 0.175 (sens
77%, spec 81%)
untuk RVP
> 2 WU
r : 0.78 (CI 95% - )
Curah jantung :
termodilusi
TRV
--------------TVI RVOT
r : 0.71 (95% CI
0.44-1.15)
Curah jantung :
metode Fick
PAH
CHD (-)
mPAP (52 ± 15) mmHg
PCWP ( 9 ± 4 ) mmHg
RVP ( 11 ± 5.1) WU
RVPI (20,5 ± 9.6) WU/m2
SPAP
-------------------(HRxTVI RVOT)
r : 0.86 (95% CI
0.76-0.92)
Curah jantung :
metode Fick
cut-off 0.076 (sens
86%, spec 82%)
untuk RVPI
> 15 WU/m2
konsumsi O2 : tabel
La Farge
HP, CHD (-)
mPAP (55, 21-90) mmHg
PCWP (8, 2 – 17) mmHg
RVP (1294, 93-3113)
dyne.s/ cm5
187+ TRPG/TVI x 118
r : 0.82
Curah jantung :
metode Fick
cut-off 38 (sens
75%, spec 100%)
untuk RVP > 8 WU
(Roule et al.,
2010)
37
HP , CHD (-)
a)21.4x(TRV/TVI rvot)-0.5
b)32.8x(TRV/TVIlvot)-1.8
cut-off >7.8 (sens
85%, spec 92%)
untuk prognosis
buruk
R= 0.76 dan
R=0.74
(Dahiya et al.,
2010)
72
HP, scleroderma
TRVx10(TVI rvot+0.16)
R=0.77
Termodilusi
(Lindqvist et al.,
2011)
30
HP, closed ASD
PAMP-PCWP/CO
TRV/TVIrvot
PASp/(HRxRVOT vti)
R=0.85
Termodilusi
(Ajami et al.,
2011)
20
PJB (PDA , VSD, DORV,
COA, ASD, AP)
31.87 TRV/TVI rvot+2.7
R=0.53
Setara 8 WU
Metode Fick
(Bhatt et al.,
2012)
20
PDA dan VSD
TRV/TVI rvot
R=0.635
(p=0.0030)
Ficks
Termodilusi
9 E. Manfaat Penelitian
1.
Bidang Pengembangan Ilmu
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang
penerapan ekokardiografi untuk menilai RVP dengan metode Abbas pada pasienpasien DSA dewasa.
2. Bidang Pelayanan Masyarakat dan Praktek Klinik
a. Penelitian ini diharapkan dapat menerapkan pengukuran RVP dengan
ekokardiografi menggunakan metode Abbas sebagai metode yang sederhana
pada pasien-pasien DSA dewasa. Pada saat ini pengukuran RVP dengan
metode invasif masih sulit digunakan baik karena risiko, biaya atau belum
tersedianya fasilitas.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penatalaksanaan
pasien, evaluasi vasodilator pulmonal dan menentukan prognostik pasienpasien DSA dewasa.
Download