1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan masyarakat

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan masyarakat secara luas menjadi hal yang sangat penting bagi
negara berkembang khususnya Indonesia. Seiring dengan kemajuan teknologi
terjadi kecenderungan perubahan pola hidup masyarakat yang awalnya
mengonsumsi makanan tradisional kini beralih ke makanan siap saji (Dalimartha,
2001). Pergeseran pola makan ini telah diteliti oleh para ahli kesehatan dan
dihubungkan dengan timbulnya berbagai penyakit yang menyebabkan kondisi
yang merugikan. Kelebihan kolesterol (hiperkolesterolemia) merupakan salah satu
penyakit yang ditimbulkan karena mengonsumsi lemak yang terlalu tinggi
(Zuhrawati, 2014).
Hiperkolesterolemia merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan
meningkatnya kadar kolesterol dalam aliran darah yang disebabkan oleh konsumsi
lemak yang berlebihan. Lemak tidak hanya disimpan di dalam tubuh tetapi juga
terdapat di dalam aliran darah (Yosmar, dkk., 2014). Upaya yang dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya hiperkolestrolemia yaitu dengan mengurangi konsumsi
bahan pangan yang banyak mengandung kolesterol (pada protein hewani) dan
sumber bahan pangan yang sedikit mengandung kolestrol (pada protein nabati)
(Umarudin, dkk., 2012). Faktor-faktor penyebab hiperlipidemia adalah gaya hidup
atau perilaku (misalnya diet atau kerja fisik), genetik (misalnya mutasi pada gen
yang mengatur kadar lipoprotein) atau kondisi metabolik (misalnya diabetes
melitus) yang mempengaruhi metabolisme lipoprotein plasma (Mahley dan
Bersot, 2012).
1
Universitas Sumatera Utara
Kolesterol merupakan prekursor semua senyawa steroid lainnya di dalam
tubuh, misal kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D (Murray,
2003 dan Idris, dkk., 2011). Kolesterol secara khas adalah produk metabolisme
hewan, oleh karena itu terdapat pada makanan yang berasal dari hewan seperti
kuning telur, daging, hati dan otak. Kebutuhan tubuh akan kolesterol dapat
diperoleh dari sintetis yang dilakukan hati maupun dari asupan makanan. (Murray,
2003). Kolesterol yang berasal dari makanan tidak mempengaruhi kadar
kolesterol dalam darah, tetapi diet mengandung terlampau banyak kolesterol atau
lemak hewani jenuh maka kadar kolesterol darah akan meningkat (Soeharto,
2000; Tjay dan Rahardja, 2007).
Hiperkolesterolemia merupakan faktor pendorong perkembangan obatobatan penurun kadar kolesterol. Upaya pengobatan secara modern memerlukan
biaya relatif mahal (Idris, dkk., 2011). Konsumsi obat-obatan dalam jangka waktu
lama dan terus menerus dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif yang
bersifat toksik dan meningkatkan keparahan penyakit degeneratif (Umarudin,
dkk., 2012). Penggunaan obat-obatan tradisional yang berasal dari alam sangat
banyak dilakukan masyarakat Indonesia. Harga yang murah serta mudah
didapatkan dan memiliki efek samping yang kecil sehingga relatif aman jika
dibandingkan obat-obat sintesis (Yosmar, dkk., 2014) seperti kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.)
Indonesia merupakan salah satu penghasil komoditas kelapa sawit terbesar
di dunia (Departemen Pertanian, 2005). Daun kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) umumnya hanya sebagai limbah, namun semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan daun kelapa sawit dapat digunakan sebagai penyembuh luka
2
Universitas Sumatera Utara
sementara. Getah kelapa sawit digunakan sebagai pencahar, dan dalam bentuk
fermentasi efektif untuk meningkatkan laktasi pada ibu menyusui. Serbuk akar
yang ditambahkan ke minuman dapat digunakan menyembuhkan gonore,
menorrhagia serta bronkitis, sedangkan minyak buah mesocarp dan inti sawit
berguna sebagai penawar racun serta telah digunakan secara eksternal sebagai
lotion (Yin, dkk., 2013).
Ekstrak daun tanaman ini memiliki aktivitas antibakteri dan antioksidan
(Yin, dkk., 2013), antihipertensi (Juliana, 2011), antidiabetes (Tan, dkk., 2011 dan
Varatharajan, 2012), sebagai hepatoprotektor (Vijayarathna, dkk., 2009),
toksisitas akut (Victor, 2013), penyembuhan luka sayat (Hasibuan, 2014). Daun
kelapa sawit mengandung polifenol yang tinggi (terutama flavonoid, karotenoid,
dan katekhin) (Runnie, dkk., 2009), alkaloid, kumarin, glikosida, saponin, steroid,
terpenoid dan tanin (Sreenivasan, 2010; Yin, dkk., 2013; Bate’e, 2014; Hasibuan,
2014). Hasil karakterisasi simplisia dan ekstrak etanol daun kelapa sawit
(EEDKS) yang telah dilakukan diperoleh kadar air sebesar 6,64 dan 2,65%, kadar
sari larut air 13,49 dan 19,57%, kadar sari larut etanol 16,98 dan 43,88%, kadar
abu total 3,75 dan 2,43% dan kadar abu tidak larut asam 0,78 dan 0,24% (Bate’e,
2014 dan Hasibuan, 2014).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti efek
ekstrak etanol daun kelapa sawit terhadap penurunan kadar kolesterol darah
mencit yang mengalami hiperkolesterolemia, sehingga dapat digunakan sebagai
alternatif terapi untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan dapat digunakan
sebagai sumber acuan penelitian selanjutnya dalam menunjang perkembangan
ilmu pengetahuan lebih lanjut.
3
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah penelitian adalah :
a.
apakah ekstrak etanol daun kelapa sawit mempunyai efek menurunkan
kadar kolesterol darah mencit yang mengalami hiperkolesterolemia?
b.
apakah ada perbedaan antara efek penurunan kadar kolesterol dari ekstrak
etanol daun kelapa sawit dibandingkan simvastatin?
c.
berapakah dosis ekstrak etanol daun kelapa sawit yang efektif
dibandingkan dengan simvastatin?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian
ini adalah :
a.
ekstrak etanol daun kelapa sawit memiliki aktivitas sebagai penurun kadar
kolesterol darah mencit yang mengalami hiperkolesterolemia.
b.
terdapat perbedaan efek penurunan kadar kolesterol antara pemberian
ekstrak etanol daun kelapa sawit dengan simvastatin.
c.
dosis ekstrak etanol daun kelapa sawit yang efektif dibandingkan dengan
simvastatin.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
a. untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun kelapa
sawit
terhadap
kadar
kolesterol
darah
mencit
yang mengalami
hiperkolesterolemia.
4
Universitas Sumatera Utara
b. untuk membandingkan ekstrak etanol daun kelapa sawit sebagai penurun
kadar kolesterol dengan obat simvastatin.
c. untuk menentukan dosis efektif ekstrak etanol daun kelapa sawit
dibandingkan dengan simvastatin yang mempunyai efek menurunkan
kadar kolesterol.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai sumber informasi ilmiah
mengenai khasiat ekstrak etanol daun kelapa sawit sebagai penurun kadar
kolesterol dan menambah inventaris tumbuhan obat Indonesia.
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu serbuk simplisa daun kelapa
sawit, ekstrak etanol daun kelapa sawit (EEDKS), mencit putih jantan yang
diinduksi kuning telur + lemak kambing, pemberian EEDKS dosis 100, 200, 300
dan 400 mg/kg bb, Na-CMC 0,5%, simvastatin dosis 1,3 mg/kg bb sebagai
pembanding dan waktu pengamatan sebagai variabel bebas, sedangkan variabel
terikat adalah penurunan kadar kolesterol darah mencit. Parameter pada uji ini
meliputi kadar kolesterol darah mencit. Skema kerangka pikir penelitian dapat
dilihat pada Gambar 1.1.
5
Universitas Sumatera Utara
Variabel bebas
Variabel Terikat
Parameter
Serbuk simplisia
daun kelapa sawit
(Elaeis guineensis
Jacq.)
Ekstrak Etanol
Daun Kelapa Sawit
(EEDKS)
Mencit putih
jantan diinduksi
kuning telur +
lemak kambing
Mencit dibagi menjadi 6
kelompok :
− Kontrol (Na-CMC 0,5 %)
− Kelompok uji ( EEDKS
dosis 100, 200, 300 dan
400 mg/kg bb
− Kelompok pembanding
(simvastatin 1,3 mg/kg
bb)
Kadar
kolesterol
mencit
(mg/dl)
Penurunan
kadar
kolesterol
darah mencit
Waktu pengamatan
Gambar 1.1 Skema kerangka penelitian
6
Universitas Sumatera Utara
Download