BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global yang perlahan-lahan mengalami kemajuan. Perkembangan ini didorong oleh pesatnya pertumbuhan ekonomi diberbagai negara berkembang dan ditandai dengan meningkatnya volume perdagangan dunia setiap tahunnya. Perdagangan internasional menjadi sangat penting karena dapat menjadi motor penggerak dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pengaruh dari perdagangan internasional terasa pada harga, pendapatan nasional, dan tingkat kesempatan kerja negara-negara yang terlibat dalam perdagangan internasional tersebut(Sugiyanto, 2010).Komponen-komponen dalam perdanganan internasional adalah ekspor dan impor, dimana ekspor terjadi karena tingginya permintaan di luar negeri yang tidak diimbangi olehsupply luar negeri, sedangkan impor terjadi karena kurangnya supply dalam negeri yang tidak dapat mengimbangi permintaan dalam negeri. Jika ekspor bersihbernilai positif, dapat dicerminkan bahwa nilai ekspor lebih besar daripada nilai impor.Kondisi seperti ini dapat meningkatkan pendapatan nasional. Besarnya net ekspor dipengaruhi oleh nilai tukar dari negara tersebut, sehingga kepastian stabilitas nilai tukar dibutuhkan untuk mengurangi risiko kerugian akibat perbedaan nilai tukar. Risiko nilai tukar dapat tercermin melalui volatilitas nilai tukar. 1 Pemahaman tentang pengaruh volatilitas nilai tukar terhadap ekspor dan impor sangat penting bagi eksportir, importir dan pembuat kebijakan. Globalisasi merupakan proses menyatunya masyarakat dunia atau internasional melalui kegiatan ekonomi, politik, sosial, maupun budaya dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. Dalam dunia perdagangan, globalisasi adalah penghapusan hambatan-hambatan dalam melakukan perdagangan dan perekonomian antar negara yang lebih terintegrasi. Melalui globalisasi sebuah negara mendapatkan beberapa keuntungan karena hilangnya hambatan-hambatan dalam perdagangan internasional. Walaupun hambatan-hambatan dalam perdagangan hilang, hal ini tidak dapat menjamin meningkatnya kondisi neraca perdagangan,hal inidikarenakan ada faktor lain yang mempengaruhi perdagangan internasional, seperti nilai tukar. Neraca perdagangan akan meningkat apabila nilai tukar terdepresiasi. Sebuah bentuk spesifik dalam mengobservasi perilaku nilai tukar adalah volatilitas nilai tukar, yang dimana mengukur resiko nilai tukar (Stiglitz, 2002:ix dalam Insukindro dan Rahutami, 2007). Tahapan penting dalam menunjang perekonomian internasional ditandai dengan didirikannya sistem Bretton Woods pada tahun 1944 di New Hampshire. Sistem ini merupakansistem moneter pertukaran duniayang menggunakan sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate)dan standar emas sebagai standar mata uangnya. Pada tahun 1973 sistem ini runtuh dan mengakibatkan sistem nilai tukar bebasmengambang (free floating exchange rate) banyak digunakan pada berbagai negara.Sistem ini telah membuat tingkat volatilitas yang cukup tinggi dan ketidakpastiannya pada tingkat nilai tukar ( Chandra, 2 2012). Dampak dari volatilitas dan arus perdagangan ini membuat banyak debat di antara pembuat kebijakan dan para peneliti. Teori dan studi empiris keduanya menghasilkan hasil yang bertentangan antara dampak volatilitas nilai tukar terhadap arus perdagangan internasional. Walaupun sebagian besar dari model berargumen bahwa volatilitas nilai tukar akan meningkatkan ketidakpastian dan resiko (Vergil, 2001:1).Insukindro dan Rahutami (2007:2), menyatakan bahwa perjanjian perdagangan bebas tidak akan berjalan efektif apabila tidak adanya pengaturan nilai tukar. Gambar 1.1Tren Nilai Tukar Nominal Mata Uang Rupiah Terhadap DolarAmerika 1990-2011 (RP/US$) Sumber :CEIC Macrodashboard,Bank Indonesia, diolah (2013) Berdasarkan Gambar 1.1dapat dilihat bahwa kurs atau nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika cukup stabil pada tahun 1990 hingga 1997, namun ketika tahun 1997 ke 1998 terjadi depresiasi yang cukup tinggi dari nilai rupiah terhadap Dolar Amerika 3 Serikat. Hal ini dikarenakan Indonesia terkena masalah yang serius sehingga menyebabkan sistem berubah dari yang semula menganut sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating exchange rate) menjadi sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate). Bersamaan dengan pergantian tersebut, Indonesia mengalami krisis moneter yang menyebabkan nilai tukar Rupiah (IDR) terdepresiasi cukup jauh terhadapDolar Amerika Serikat (US$). Kestabilan nilai tukar mata uang bagi sebuah negara sangat penting. Hal ini terkait dengan dampak yang akan ditimbulkan jika nilai tukar tersebut tidak stabil. Nilai tukar mata uang yang tidak stabil akan mempengaruhi volume perdagangan baik ekspor maupun impor yang akan menyebabkan negara tersebut akan mengalami surplus atau defisit perdagangan. Kestabilan nilai tukar sangat penting bagi eksportir, importir maupun pihak yang merupakan bagian dari penggerak roda perdagangan internasional. Berdasarkan Gambar 1.2 terdapat 10 negara dengan tujuan ekspor utama Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, yaitu Jepang, China, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat, India, Malaysia, Thailand, Australia, dan Belanda memiliki porsi terbesar ekspor dari Indonesia dibandingkan negara di dunia lainnya. Gambar 1.2 menunjukkan perkembangan ekspor Indonesia dari tahun 2003 hingga 2012. Dapat dilihat bahwa dari tahun 2003 hingga 2008 terjadi tren peningkatan total ekspor Indonesia, namun pada tahun 2008 ke tahun 2009 terjadi penurunan ekspor ke beberapa negara. Penurunan ini dipicu oleh adanya krisis global yang terjadi pada periode waktu tersebut, sehigga menyebabkan permintaan ekspor dunia mengalami penurunan. Meski terjadi penurunan, pada tahun 2009 ke 2012 terjadi peningkatan yang 4 signifikan ekspor Indonesia. Pada tahun 2012 Jepang menjadi negara tujuan ekspor terbesar dengan mencatat porsi ekspor sebesar US$30.135,11 juta; diikuti oleh China sebesar US$21.659,50 juta; kemudian Singapura US$17.135,03 juta; Korea Selatan dan Amerika Serikat secara berurutan sebesar US$15.049,86 juta dan US$ 14.910,18 juta. Negara diluar lima negara tersebut memiliki nilai ekspor sebesar US$12.496,31 juta; US$11.280,28 juta; US$6.635,14 juta; US$4.905,41 juta; US$4.664,30 juta masingmasing untuk India, Malaysia, Thailand, Australia, dan Belanda. Gambar 1.2Total Ekspor Indonesia ke Negara Mitra Ekspor Utama 20032012 (dalam juta US$) Sumber:IMF, Direction of Trade Statistic, diolah (2013) 5 Jika dilihat dari sisi pergerakan volume ekspor dari tahun ke tahun dari Gambar 1.2 maka nilai perdagangan khususnya ekspor Indonesia ke 10 negara tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2003 hingga 2008 yang kemudian sempat menurun pada tahun 2009 dikarenakan krisis global yang cukup membuat eksportir Indonesia mengalami kerugian. Peningkatan kembali terjadi pada tahun 2010 dan seterusnya. Peningkatan ekspor terutama terjadi ke Jepang, China, Singapura, Korea Selatan dan Amerika Serikat. Walaupun ekspor Indonesia ke India, Malaysia, Thailand, Australia, dan Belanda mengalami peningkatan, namun tidak signifikan jumlah kuantitas ekspor atau volumenya dari Indonesia dibanding lima negara tujuan ekspor lainnya. Dari Gambar 1.3 dapat dilihat bahwa porsi impor terbesar di Indonesia berasal dari China, Singapura, Jepang, Malaysia, Korea Selatan, Amerika Serikat, Thailand, Australia, Arab Saudi, dan India. Kesepuluh negara tersebut merupakan mitra impor utama Indonesia selama sepuluh tahun terakhir yakni tahun 2003-2012. Pada tahun 2012 porsi impor terbesar berasal dari China sebesar US$29.378,07 juta; diikuti dengan Singapura sebesar US$26.087,25 juta; Jepang US$22.767,83 juta; Malaysia US$12.243,57 juta; dan Korea Selatan sebesar US$11.970,37 juta. Pada gambar diatas dapat disimpulkan bahwa Amerika Serikat, Thailand, Australia, dan Arab Saudi, dan India memiliki porsi impor terkecil, secara berurutan nilai impor kelima negara tersebut sebesar US$11.614,23 juta; US$11.437,23 juta; US$5.297,64 juta, US$5.199,39 juta; dan US$4.305,64 juta. 6 Gambar 1.3Total Impor Indonesia dari Negara Mitra Impor Utama 20032012(dalam juta US$) Sumber: IMF, Direction of Trade Statistic, diolah (2013) Keterkaitan antara volatilitas nilai tukar dan aliran perdagangan internasional menjadi semakin penting apabila suatu negara menganut sistem perekonomian terbuka. Dalam perekonomian terbuka, variabilitas aliran perdagangan dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap aktivitas perekonomian secara keseluruhan. Ketidakstabilan nilai tukar akan menghasilkan ketidaklikuidan sektor finansial, penurunan output dan peningkatan tekanan inflasi.(Rahutami dan Kusumastuti, 2006:5) 7 Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh dari volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, Yen Jepang, Ringgit Malaysia, Dolar Singapura, Baht Thailand dengan ekspor dan impor Indonesia dengan Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Singapura, dan Thailand. 1.2 Rumusan Masalah Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, sebagian besar penelitian tersebut menyimpulkan bahwa volatilitas nilai tukar mempunyai dampak negatif terhadap tingkat ekspor dan impor, dampak negatif tersebut terjadi dalam jangka panjang, sedangkan pada jangka pendekhubungan volatilitas nilai tukar dengan tingkat ekspor relatif tidak signifikan. Namun hasil ini tidak dianalisis menggunakan metode yang sama. Banyak ahli ekonomi yang telah melakukan penelitian tentang dampak dari volatilitas nilai tukar terhadap perdagangan internasional. Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa meningkatnya resiko nilai tukar menyebabkan dampak yang negatif terhadap ekspor (De Vita and Abbot, 2004; Arize, 1997; Chowdury, 1993), namun pada penelitian Assery and Peel (1991) menunjukan hubungan tersebut berdampak positif, sedangkan pada penelitian Aristotelous (2001), dan Gagnon (1993) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara volatilitas dan volume perdagangan (Insukindro dan Rahutami, 2007:1) Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, dan hasil dari penelitian tersebut masih menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda, maka penelitian ini ditujukan untuk 8 menguji pengaruh volatilitas nilai tukar terhadap ekspor dan impor Indonesia. Untuk melihat pengaruh yang signifikan dari volatilitas nilai tukar tersebut maka negara-negara yang dipilih merupakan negara mitra dagang utama Indonesia selama periode 2003 hingga 2012, yakni Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Maka penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari volatilitas nilai tukar Rupiah terhadapDolar Amerika Serikat, Yen Jepang, Ringgit Malaysia, Dolar Singapura, dan Baht Thailand, serta bagaimana pengaruhnya terhadap perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Singapura, dan Thailand, dimana hubungan tersebut bisa berpengaruh positif maupun berpengaruh negatif. 1.3Pertanyaan Penelitian Pada penelitian ini ada beberapa masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang timbul dan ingin diuji serta diteliti, antara lain : 1. Bagaimana pengaruh dari nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, Yen Jepang, Ringgit Malaysia, Dolar Singapura, dan Baht Thailand terhadap ekspor Indonesia ke Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Singapura, dan Thailand? 2. Bagaimana pengaruh dari nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, Yen Jepang, Ringgit Malaysia, Dolar Singapura, dan Baht Thailand terhadap impor Indonesia dari Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Singapura, dan Thailand? 3. Bagaimana pengaruh dari volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, Yen Jepang, Ringgit Malaysia, Dolar Singapura, dan Baht Thailand terhadap ekspor Indonesia ke Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Singapura, dan Thailand? 9 4. Bagaimana pengaruh volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, Yen Jepang, Ringgit Malaysia, Dolar Singapura, dan Baht Thailand terhadap impor Indonesia dari Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Singapura, dan Thailand? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan umum serta fokus yang akan diteliti, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Melihat pengaruh dari nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, Yen Jepang, Ringgit Malaysia, Dolar Singapura, dan Baht Thailand terhadap ekspor Indonesia ke Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Singapura, dan Thailand. 2. Melihat pengaruh dari nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, Yen Jepang, Ringgit Malaysia, Dolar Singapura, dan Baht Thailand terhadap impor Indonesia dari Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Singapura, dan Thailand. 3. Melihat pengaruh dari volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, Yen Jepang, Ringgit Malaysia, Dolar Singapura, dan Baht Thailand terhadap ekspor Indonesia ke Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Singapura, dan Thailand. 4. Melihat pengaruh dari volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, Yen Jepang, Ringgit Malaysia, Dolar Singapura, dan Baht Thailand terhadap impor Indonesia dari Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Singapura, dan Thailand. 10