Robot Nano Membunuh Kanker

advertisement
Robot Nano Membunuh Kanker
Peneliti Amerika Serikat sukses menguji coba robot supermini yang berisi nanopartikel ke dalam tubuh.
Lewat pembuluh darah membunuh sel kanker melalui RNA.
terpaksa mencari utaq
sama saudara dap.
udah hamPirlima tahun hi~ d i rujukan ke rumah sakit khusus mata di
Pratama mengidap penyakit
Surabava.
kanker mata. Akibat kanker
L r e n a tidak punya cukup duit,
Anton tidak mengindahkan saran
rnata itu, mata kin bocah pria
10 tahun ini membesar dan
dokter itu. Ia mencoba membawa Adi
ke pengobatan alternatif. Berbagai
menjulur keluar. Anak semata
wayang pasangan Anton d m Yunita ini
pengobatan alternatif dicoba, termasuk
harus berjuang melawan rasa sakit
berbagai ramuan obat pemberian para
Menurut Anton, penyakif yang
tetangga. Tapi benjoIan pada mata kiriAdi
mendera anaknya itu berawal dari
tidak juga mengempis. "Kelopakmata Adi
munculnya bintik putih di kornea mata
merah dan terasa gatal," kata Anton.
sebelah kiri. "Mungkin sebesar biji kacang
Adi mulai merasa kesakitan. Ia
hijau," katanya kepada GATRA,
Kamis
kerap tidak bisa tidur karena menahan
pekan lalu. Mengetahui ada bin& putih
rasa perih d m gatal. Karena itu, Anton
itu, Anton dan Yunita tak begitu khawatir.
membawanva ke rurnah sakitkhusus mata
Apalagi, Adi takmengeluh apa-apa.
saran dokter
di surabay;, sesuai den
kedka itu. Setelah menj m i pemeriksaan,
Ternyata anggapan itu salah. Xga
bulan kemudian, mata sebelah kiri Adi
Adi divonis terkena kanker mata. Sel
kanker ini awalnya menyerang retina, lalu
terlihat membesar. Kondisi ini membuat
kuli bangunan itu resah. Anton segera
menyerang kosnea rnata. Kondisinyapun
membawa anaknya ke rumah sakit
sudah parah.
Dokter menyarankan agar rnata
terdekat. Dari pemeriksaan awal, dokter
menduga, ada yang tidak beres pada mata
Adi dioperasi. Namun biayanya tinggi,
sebelah kiri Adi. Dokter pun membuat
Rp 12 juta. Untuk ukuran Anton, angka
S
ar
banyak pula nanopamkel yang berada
di dalam sel kanker. Ini menunjukkan
bahwa sel-sel kanker meresDons dosis
nanopartikel.
Davis berkesimpulan, nanopartlkel
yang berisi siRNAs mampu melakukan
tugas mendegradasi RNA yang berperan
dalarn pembuatan protein sel kanker.
"Terapi ini membuka pintu bagi
masa depan terapi seperti game dalam
menyerang kanker dan beberapa penyakit
lain di tingkat level gen," ujar Profesor
Mark Davis, ketua tim peneliti. Ia juga
senang karena nanorobot buatannya bisa
stabil dan tidak terdegradasi di dalam
darah.
Mark Davis mendasarkan
remuannya pada temuan Andrew Fire
$an Craig Melo, peraih Hadiah Nobel
Kedokteran tahun 2006. Ketika itu.
rnereka berdua menemukan, interferensi
RNA(iRNA)bisa bekerjarpenyembuhkan
kder. Ujicobapadacacingmembuktikan
efektivitas iRNA. Menurut dua peneliti
~ miRNA
,
berperan pqnting memburu
rarget RNA yang berperan memberikan
lxlformasi dalam pembuatan protein pada
uhap awal.
Protein yang membuat sel-sel
kanker memperbanyak diri itu terbuat
dari gen tertentu. Maka, Davis pun
mend&ain nanopartikelyang menyerang
remelalui rekayasa RNA. Harapannya,
Zen kanker tak sanggup lagi mengutus
motein untuk mem~erbanvakdiri. Meski
'cuu terbatas pada pasien melanoma, ia
menduga, banyak jenis kanker yang bisa
diblok dengan siRNAs.
Nanopamkel kini menjadi perhatian peneliti untukmelawanjenis penyalat
yang sulit disembuhkan. Selain Davis,
peneliti dari National Cancer Institute,
Arnerika Serikat, juga mulai menjajal
nanoparukel. Salah satu alasannya, terapi
dengan nanopartikel minim efek samping
terhadapjaringansel-selsehatyang berada
di sekitarnya.
Periset menggunakan istilah
nanoshell. Nano ini terbuat dari jutaan
atom yang membentuk partikel silika
berukuran sangat kecil dan sulit dilihat
dengan mata telanjang. Tapi ukurannya
lebih besar daripada protein.
Nanoshell terdiri dari inframerah
dan serat optik untuk membawa energi
laser. Ketika sampai di tumor, partikel
silika memancarkan sinar laser ke tumor.
Sinar laser inilah yang mengonversi
cahaya menjadi panas dan membunuh selsel kanker.
Jika sukses diuji klinis pada manusia
dalam skala lebih besar, nanopartikel
bisa memberikan harapan bagi banyak
penderita kanker. Sejauh ini, ada 11-12
juta penderita kanker di dunia. Sebanyak
6-7 juta di antaranya berada di negara
berkembang. Sedangkan di Indonesia
diperkirakan berjumlah 190,000-200.000
pasien. Dari j d a h tersebut; hanya 15%
ymg tertangani.
Profesor Roem W. Soedoko
dari Yayasan Kanker Wisnuwardana,
Mark E. Davis
Surabaya, mengatakan bahwa penyakit
kanker sangat berbahaya. Jurnlahnya pun
cukup banyak. "Ada 130 macam kanker,"
ujarnya. Misalnya kanker ginjal, kanker
otak, dan kanker mata.
Selamaini, ada tiga jenis pengobatan
yang kerap diberikan kepada pasien:
operasi, penyinaran sinar-X (radioterapi),
dan kemoterapi. Tapi masing-masing
punya kelemahan. Kemoterapi, misalnya,
talc bisa membedakan sel kanker dan sel
normal. Walhasil, sel-sel normal ikut ma ti
terkena kemoterapi.
Temuan Davis itu mendapat
sambutan positif. Snow Stolnik-Trenkic,
ahli obat-obatan dari Universitas
Nothingham, Inggris, menyebutnya
sebagai terobosan baru. " h i kemajuan
besar, apalagi sukses diujicobakan pada
manusia," katanya.
BegitupulaProfesorkryHarryanto
Reksodiputro, ahli penyakit kanker
pada Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Menurut dia, terapi yang
jamak dilakukan selama ini adalah dengan
mematikan DNA sel kanker. hsikonva.
sel-sel normal ikut mati. Selain itu, jig+;
dikembangkan obat-obatan untuk jenis
kanker tertentu saja.
Yang menyangkut sasaran protein
pun telah dilakukan. Tapi baru terbatas
untuk jenis kanker darah, leukemia.
Karena itu, ia menilai, studi Davis tersebut
membuka era baru dalam pengobatan
kanker di dunia. "Inimenunjukkan mash
terbuka kemungkinan untuk membunuh
sel-sel kanker," ia menyimpu1kan.m
ARIES KELANA,BERNADETTAFEBRIANA,
DAN M. NUR CHOLISHZAEIN(SURABAYA)
21 APRIL 2010
99
Download