Bab III Karakteristik Andesit dan Hasil Pelapukannya 3.1 Kondisi Geologi Lokasi Penelitian Lokasi penelitian termasuk ke dalam Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, tepatnya di Desa Cipatik yang terletak di sebelah baratdaya Kota Bandung. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Bandung (Silitonga, 1997), lokasi penelitian merupakan batuan terobosan atau intrusi andesit (Gambar 3.1). Gambar 3.1 Lokasi penelitian. Bukit intrusi ini dimanfaatkan sebagai lokasi pertambangan (quarry). Lokasi penelitian tersusun atas material batuan dan tanah dari derajat pelapukan I sampai IV. Pengujian in situ dilakukan pada lereng dengan kedudukan 74°, N 3190 E dan 890, N 3800 E (Gambar 3.2a dan 3.2b). Gambar 3.2a dan 3.2b Lokasi pengujian in situ dengan melakukan rappling. Identifikasi Degradasi Kekuatan Andesit dengan Menggunakan Rock Strength Classification Hammer di Desa Cipatik, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat 23 Bab III Karakteristik Andesit dan Hasil Pelapukannya Lokasi penelitian dikelilingi oleh endapan danau, dan dilatarbelakangi oleh intrusi dasit dari arah timur laut hingga tenggara serta intrusi andesit dari arah tenggara hingga barat daya (Gambar 3.3a dan 3.3b). Gambar 3.3 Latar belakang lokasi penelitian; (a) Intrusi dasit; (b) Intrusi andesit. Seratus meter ke arah tenggara dari lokasi penelitian, dapat dijumpai sungai berarah N 307°E dengan lebar 1 meter (Gambar 3.4). Sungai ini merupakan sungai interminten, yaitu sungai yang aliran airnya tidak selalu ada sepanjang tahun. Aliran air hanya ada pada musim penghujan. Gambar 3.4 Kondisi sungai lokasi penelitian. Identifikasi Degradasi Kekuatan Andesit dengan Menggunakan Rock Strength Classification Hammer di Desa Cipatik, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat 24 Bab III Karakteristik Andesit dan Hasil Pelapukannya 3.2 Karakterisasi Lapangan Karakterisasi derajat pelapukan melalui penelitian lapangan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam penyelidikan geologi teknik. Hal ini bertujuan untuk memperoleh suatu acuan yang dapat dikembangkan menjadi skema klasifikasi derajat pelapukan. Karakterisasi lapangan meliputi : • Pengamatan singkapan Pengamatan ini dilakukan pada singkapan andesit dan tanah hasil pelapukannya pada lereng di lokasi penelitian. Pengamatan ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik fisik andesit pada setiap derajat pelapukan. Karakteristik yang akan diamati antara lain warna, tekstur, intensitas rekahan, dan persentase material batuan dan tanah. Skema klasifikasi derajat pelapukan yang dipublikasikan oleh Dearman (1978 op cit. Setiadji dkk., 2006) akan dijadikan sebagai acuan pada pengamatan ini. Hasil pengamatan diharapkan dapat memperlihatkan karakter-karakter khusus yang dapat dijadikan sebagai acuan awal dalam identifikasi degradasi kekuatan andesit. • Pengujian in situ Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kekuatan andesit dengan menggunakan rock strength classification hammer (RSCH). RSCH yang dipakai adalah tipe N (Gambar 3.5). Metode kerja alat ini adalah memberi tekanan secara tegak lurus pada permukaan sampel yang rata hingga alat merespon dengan memberi pantulan balik (impact-rebound). Nilai yang diperoleh adalah nilai pantulan (rebound number) yang terbaca pada skala indikator yang terbaca pada sisi alat. RSCH sangat tidak sensitif pada permukaan batuan yang memiliki nilai pantulan kurang dari 10. Pada tahun 2000, Katz dkk mempublikasikan grafik konversi nilai pantulan RSCH menjadi nilai kuat tekan uniaksial. Grafik konversi ini akan dijadikan sebagai acuan dalam menentukan nilai kuat tekan uniaksial andesit. Klasifikasi kekuatan andesit mengacu pada skema klasifikasi kekuatan batuan yang telah dipublikasikan oleh Attewell dan Farmer (1976). Hasil pengujian ini akan dibahas lebih lanjut pada Bab empat. Identifikasi Degradasi Kekuatan Andesit dengan Menggunakan Rock Strength Classification Hammer di Desa Cipatik, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat 25 Bab III Karakteristik Andesit dan Hasil Pelapukannya Gambar 3.5 RSCH yang digunakan untuk pengujian in situ. Lokasi penelitian merupakan lokasi yang cukup ideal untuk studi pelapukan karena kontak antar derajat pelapukan yang berbeda tersingkap dengan cukup baik. Kehadiran batuan segar dan tanah residu mengindikasikan perkembangan derajat pelapukan berlangsung dengan sangat baik di lokasi ini. Gambar 3.6a memperlihatkan derajat pelapukan I yang berubah secara gradual menjadi derajat pelapukan II. Derajat pelapukan I atau batuan segar tersusun atas material berupa batuan segar, berwarna abu-abu gelap, masif, inequigranular, porfiritik dengan fenokris yaitu plagioklas dan masa dasar yang tersusun atas mineral mafik (Gambar 3.6b). Gambar 3.6(a) Perubahan gradual derajat pelapukan I menjadi derajat pelapukan II; (b) Kondisi permukaan derajat pelapukan I. Identifikasi Degradasi Kekuatan Andesit dengan Menggunakan Rock Strength Classification Hammer di Desa Cipatik, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat 26 Bab III Karakteristik Andesit dan Hasil Pelapukannya Kontak antara derajat pelapukan II dan III hanya terdapat pada puncak lereng saja (Gambar 3.7a), hal ini disebabkan oleh proses pengerukan yang dilakukan secara terus-menerus pada bagian bawah lereng. Perkembangan derajat ini ditunjukkan dengan discoloration yang semakin meluas dan mendalam serta intensitas rekahan yang semakin meningkat pada derajat pelapukan III. Derajat pelapukan II atau lapuk ringan tersusun atas material berupa batuan, berwarna abu-abu gelap, inequigranular, porfiritik dengan fenokris yaitu plagioklas dan masa dasar yang tersusun atas mineral mafik. Derajat ini dicirikan oleh discoloration tipis pada kulit dan bidang rekahannya (Gambar 3.7b), diskontinuitas yang cukup rapat, saling memotong, dan tidak terbuka (Gambar 3.7c). Gambar 3.7(a) Kontak tegas antara derajat pelapukan II dan III; (b) Discoloration tipis pada permukaan derajat pelapukan II; (c) Diskontinuitas yang cukup rapat. Kontak tegas yang memisahkan derajat pelapukan III dan IV tersingkap dengan baik pada lokasi ini (Gambar 3.8a). Derajat pelapukan III atau lapuk menengah (Gambar 3.8b) tersusun atas material berupa batuan, berwarna abu-abu muda, inequigranular, sedikit getas, dan teroksidasi tetapi masih memperlihatkan tekstur porfiritik dengan fenokris yaitu plagioklas yang sudah mulai terubah. Mineral penyusun masa dasar telah terubah, dan hal ini diindikasikan oleh perubahan pada warna batuan. Discoloration pada derajat ini semakin mendalam dan hampir menutupi seluruh permukaan batuan, dengan diskontinuitas yang semakin rapat dan saling memotong. Identifikasi Degradasi Kekuatan Andesit dengan Menggunakan Rock Strength Classification Hammer di Desa Cipatik, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat 27 Bab III Karakteristik Andesit dan Hasil Pelapukannya Gambar 3.8(a) Kontak tegas antara derajat pelapukan III dan IV; (b) Kondisi permukaan derajat pelapukan III. Kontak tegas antara derajat pelapukan IV dan V diperlihatkan pada Gambar 3.9a. Derajat pelapukan IV atau lapuk kuat tersusun atas material campuran batuan dan tanah hasil pelapukan andesit yang berwarna coklat kekuningan. Derajat ini dicirikan oleh kehadiran spheroidal weathering (Gambar 3.9b), diskontinuitas dan jejaknya yang sangat rapat dan saling memotong, serta material yang umumnya dapat diremas (Gambar 3.9c). Batuan hadir sebagai corestone yang berwarna abu-abu gelap dan telah mengalami lapuk ringan hingga menengah. Gambar 3.9(a) Kontak tegas antara derajat pelapukan IV dan V; (b) Spheroidal weathering; (c) Jejak diskontinuitas yang sangat rapat dan saling memotong. Identifikasi Degradasi Kekuatan Andesit dengan Menggunakan Rock Strength Classification Hammer di Desa Cipatik, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat 28 Bab III Karakteristik Andesit dan Hasil Pelapukannya Gambar 3.10 memperlihatkan kontak yang tegas antara derajat pelapukan V dan VI. Derajat pelapukan V atau lapuk sempurna tersusun atas material berupa tanah yang berwarna coklat kemerahan dan berukuran pasir halus hingga sedang. Kehadiran fragmen batuan berukuran kerikil hingga bongkah yang telah mengalami lapuk lanjut, merupakan salah satu penciri dari lapuk sempurna (Gambar 3.11a). Derajat pelapukan VI atau tanah residu yang merupakan hasil akhir dari pelapukan dicirikan oleh material tanah berwarna coklat tua dan berukuran lempung. Kehadiran vegetasi semakin mendominasi derajat ini dan fragmen batuan sudah tidak lagi dijumpai (Gambar 3.11b). Gambar 3.10 Kontak tegas antara derajat pelapukan V dan VI. Gambar 3.11(a) Fragmen batuan yang tertanam dalam tanah; (b) Kondisi permukaan derajat pelapukan VI. Identifikasi Degradasi Kekuatan Andesit dengan Menggunakan Rock Strength Classification Hammer di Desa Cipatik, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat 29 Bab III Karakteristik Andesit dan Hasil Pelapukannya Karakteristik derajat pelapukan andesit berdasarkan pengamatan singkapan di lokasi penelitian diperlihatkan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Karakteristik andesit dan hasil pelapukannya. Derajat Pelapukan Foto Ketebalan Karakteristik Terukur VI Material 0.2-0.8 m tanah berwarna coklat tua, (tanah berukuran lempung, tidak terdapat fragmen residu) batuan dan tekstur batuan asal. Material berupa tanah, berwarna coklat V (lapuk 0.8-5.3 m kemerahan dan lebih terang dari tanah residu, berbutir pasir halus hingga sedang, sempurna) terdapat fragmen batuan berukuran kerikil hingga bongkah yang telah lapuk lanjut. Material campuran tanah dan batuan, berwarna IV (lapuk 3.8-14.2 m kekuningan, batuan berwarna abu-abu gelap yang telah lapuk ringan kuat) coklat hingga menengah, terdapat spheroidal weathering, corestone, beserta jejaknya. Diskontinuitas dan jejaknya sangat rapat dan saling memotong. Material berupa batuan, berwarna abu-abu muda, kondisi lapuk, telah teroksidasi, agak III 1.1-8.5 m getas, porfiritik, inequigranular, fenokris yaitu plagioklas yang sudah mulai (lapuk terubah. Perubahan warna pada batuan menengah) mengindikasikan mineral penyusun masa dasar telah terubah. Discoloration cukup dalam dan hampir menutupi seluruh permukaan batuan, diskontinuitas semakin rapat dan saling memotong. Identifikasi Degradasi Kekuatan Andesit dengan Menggunakan Rock Strength Classification Hammer di Desa Cipatik, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat 30 Bab III Karakteristik Andesit dan Hasil Pelapukannya Material berupa batuan, berwarna abu-abu gelap, inequigranular, porfiritik dengan fenokris yaitu plagioklas dan masa dasar II 1.5-10 m yang tersusun atas mineral mafik, (lapuk discoloration tipis pada kulit dan bidang ringan) rekahannya, diskontinuitas cukup rapat, tidak terbuka, dan saling memotong. Material berupa batuan segar, berwarna I 1.7-4 m (batuan abu-abu kebiruan, masif, inequiranular, porfiritik dengan fenokris yaitu plagioklas dan masa dasar yang tersusun atas mineral segar) mafik. 3.3 Karakterisasi Laboratorium Pengamatan petrografi menggunakan mikroskop polarisasi bertujuan untuk klasifikasi dan penamaan batuan, serta untuk mengetahui perubahan komposisi mineral dari derajat pelapukan I hingga IV. Persentase kehadiran mineral lempung sebagai hasil ubahan dari mineral utama merupakan fokus dari pengamatan ini. Deskripsi sayatan pada penelitian ini mengikuti standar yang berlaku umum, yaitu deskripsi dan penentuan nama batuan, perbandingan jumlah fenokris dan masa dasar dari mineral utama, dan kehadiran mineral sekunder. Hasil analisis petrografi menunjukkan bahwa andesit yang terdapat di daerah penelitian merupakan andesit piroksen. Hasil pengamatan memperlihatkan sayatan batuan yang tidak berwarna, tekstur porfiritik dengan fenokris yang terdiri dari plagioklas, piroksen, hornblende, k-feldspar, dan kuarsa. Masa dasar terdiri dari plagioklas, piroksen, dan gelas. Mineral sekunder yang dijumpai terdiri dari mineral lempung, kalsit, dan mineral opak. Plagioklas melimpah dan memiliki kembaran carlsbad-albit, jenis labradorit (An56) dan memperlihatkan zoning yang kuat. Piroksen berbentuk prismatik subhedral, berukuran 0.1-1 mm. Hornblende berwarna hijau kecoklatan dan berbentuk prismatik pendek dengan sudut batas yang lancip. Kfeldspar tidak berwarna, euhedral-subhedral, berukuran 0.1-0.6 mm, dan sedikit keruh. Kuarsa berbentuk euhedral-subhedral, berukuran 0,1-0,6 mm. Masa dasar plagioklas membentuk mikrolith. Gelas sebagai masa dasar dan inklusi pada mineral mafik berbentuk anhedral berukuran 0,1-0,2 mm. Kalsit berbentuk irregular dan relief Identifikasi Degradasi Kekuatan Andesit dengan Menggunakan Rock Strength Classification Hammer di Desa Cipatik, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat 31 Bab III Karakteristik Andesit dan Hasil Pelapukannya yang bergelombang merupakan hasil ubahan dari fenokris dan masa dasar. Lempung berwarna putih dan berserabut. Pada derajat pelapukan I atau batuan segar, bentuk mineral masih dapat diidentifikasi dengan baik, retakan mikro belum terlihat, dan kandungan mineral lempung hanya 5%. Pada derajat pelapukan II atau lapuk ringan, persentase komposisi mineral masih sama dengan derajat sebelumnya, dan masa dasar belum mengalami perubahan. Indikasi perubahan terlihat dari plagioklas yang semakin lapuk dibandingkan dengan derajat sebelumnya. Pada derajat pelapukan III atau lapuk menengah, jumlah fenokris dan masa dasar semakin berkurang, sedangkan jumlah mineral lempung semakin meningkat menjadi 30%. Bentuk mikrolit pada masa dasar semakin rusak dan batas-batasnya semakin sulit diidentifikasi. Piroksen dan hornblende semakin sulit dikenali dan kehadiran retakan mikro pada plagioklas semakin banyak. Pada derajat pelapukan IV jumlah mineral lempung mencapai 35%, perubahan terlihat jelas pada fenokris dan masa dasar. Jumlah fenokris semakin sedikit dan bentuk mineral mafik semakin sulit diidentifikasi, serta bentuk mikrolit pada masa dasar tidak lagi dijumpai. Meningkatnya intensitas derajat pelapukan ditunjukkan oleh perubahan pada sayatan tipis andesit piroksen (Gambar 3.12). Gambar 3.12 Perubahan jumlah persentase mineral dan intensitas retakan mikro pada sayatan tipis andesit piroksen dari DP I hingga DP IV. Identifikasi Degradasi Kekuatan Andesit dengan Menggunakan Rock Strength Classification Hammer di Desa Cipatik, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat 32 Bab III Karakteristik Andesit dan Hasil Pelapukannya Tabel 3.2 memperlihatkan hasil analisis petrografi untuk perubahan persentase mineralogi batuan berdasarkan derajat pelapukannya. Tabel 3.2 Persentase perubahan jumlah mineralogi. Derajat Fenokris Masa dasar Mineral Sekunder Pelapukan %Pl %Px %Hb %Kf %Ku %Pl %Px %Gl %Kal %Lmp %Mo I ++++ ++ ++ + + ++ + + +++ + + II ++++ ++ ++ + + ++ + + +++ + + III +++ + + + + ++ + + ++ ++++ + IV ++ + + + + + + + ++ ++++ + Keterangan : Pl Plagioklas; Ku Kuarsa ; Mo Px Piroksen; Kal Kalsit; ++++ sangat banyak; Hb Hornblende; Lmp Lempung; +++ banyak; Kf K Feldspar; Gelas; ++ cukup banyak; 3.4 Gl Mineral opak; + sedikit Diskusi Penelitian karakterisasi derajat pelapukan andesit di Desa Cipatik, Kecamatan Soreang, meliputi karakterisasi lapangan dan karakterisasi laboratorium. Karakterisasi lapangan mencakup pengamatan singkapan dan pengujian in situ. Pengamatan singkapan mengacu pada skema klasifikasi derajat pelapukan yang diusulkan oleh Dearman (1978 op cit. Setiadji dkk., 2006) (lihat Tabel 2.1). Hasil pengamatan singkapan memperlihatkan perkembangan derajat pelapukan pada material batuan dan tanah. Perkembangan ini ditunjukkan oleh kontak-kontak antara derajat pelapukan yang berbeda. Tanda-tanda pelapukan pada derajat pelapukan I, terlihat pada discoloration tipis pada permukaan diskontinuitas utamanya. Derajat pelapukan I berubah secara gradual menjadi derajat pelapukan II. Kedua derajat ini masih memperlihatkan kenampakan yang sama, tetapi dapat dibedakan berdasarkan dominasi discoloration dan intensitas rekahan yang semakin meningkat pada derajat Identifikasi Degradasi Kekuatan Andesit dengan Menggunakan Rock Strength Classification Hammer di Desa Cipatik, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat 33 Bab III Karakteristik Andesit dan Hasil Pelapukannya pelapukan II. Derajat pelapukan III dan derajat pelapukan II dibatasi oleh kontak yang tegas. Warna batuan pada derajat pelapukan III berubah menjadi abu-abu muda, dan kondisi permukaannya kasar serta tidak rata. Hal ini mengindikasikan bentuk, ukuran, dan komposisi kimia mineral penyusun batuan semakin terubah. Derajat pelapukan IV dibatasi oleh kontak yang tegas dengan derajat pelapukan III. Pelapukan kimia yang semakin intensif ditunjukkan oleh kehadiran spheroidal weathering dan corestone yang merupakan penciri derajat ini. Diskontinuitas dan jejaknya yang sangat rapat menunjukkan intensitas pelapukan yang semakin meningkat. Kontak yang tegas juga diperlihatkan pada batas antara Derajat pelapukan IV, V, dan VI. Derajat pelapukan V dicirikan oleh kehadiran fragmen batuan yang tertanam dalam tanah, sedangkan derajat pelapukan VI seluruh material batuan telah terubah menjadi tanah. Hasil analisis petrografi disimpulkan bahwa andesit yang ditemukan di daerah penelitian merupakan tipe andesit piroksen, yang memperlihatkan ciri batuan terobosan. Hasil ini sesuai dengan yang tertera pada Peta Geologi Lembar Bandung (Silitonga, 1997). Perkembangan derajat pelapukan dapat diidentifikasi dari penurunan persentase fenokris dan masa dasar mineral primer dan sekunder yang terubah menjadi mineral lempung, peningkatan intensitas rekahan, dan perubahan bentuk pada masa dasar. Hasil analisis petrografi juga memperlihatkan mineral ubahan lain yaitu kalsit, dan hal ini menunjukkan terjadi proses alterasi yang turut berperan selain proses pelapukan. Perkembangan derajat pelapukan andesit yang terjadi di lokasi penelitian sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan aktivitas penambangan. Permukaan andesit yang bersentuhan dengan atmosfer akan terlapukkan, dan hal ini ditunjukkan oleh kehadiran discoloration tipis pada permukaan sebagai gejala awal. Waktu yang terus berjalan akan mengakibatkan discoloration yang semakin menebal dan meluas. Pelapukan fisik seperti unloading dan aktivitas manusia, yaitu pengerukan dan peledakan, dapat meningkatkan intensitas rekahan pada singkapan andesit. Intensitas rekahan yang meningkat akan memperluas permukaan andesit yang bersentuhan dengan atmosfer. Pelapukan kimia dapat menyebabkan mineral penyusun batuan menjadi terubah dan tidak stabil. Ketidakstabilan ini akan menurunkan kekompakkan batuan yang dimanifestasikan oleh munculnya retakan-retakan mikro pada mineral Identifikasi Degradasi Kekuatan Andesit dengan Menggunakan Rock Strength Classification Hammer di Desa Cipatik, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat 34 Bab III Karakteristik Andesit dan Hasil Pelapukannya penyusunnya. Retakan-retakan mikro ini akan semakin berkembang dan lebih lanjut dapat menghancurkan batuan. Identifikasi Degradasi Kekuatan Andesit dengan Menggunakan Rock Strength Classification Hammer di Desa Cipatik, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat 35