KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK BIRO HUBUNGAN MASY ARAKA T INDONESIA Sjllf}~EI , ... " .• ,•.. , ....• , • .% ..••••• , Jalan Dr. Wahidin Raya No.1 Jakarta 10710 Telepon : (021) 3449230 eks. 6347-6348 & 3500849 <> Faksimile: 3500847 website: http://www.depkeu.go.id <> e-mail: [email protected] Nomor Tanggal : ;'/4 ::)0 /HMS/20 10 Desember 2010 PERKEMBANGANEKONOMIMAKRO DAN REALISASI APBN-P 2010 Sejalan dengan semakin pulihnya perekonomian global, dan ditopang dengan berbagai upaya yang telah dilakukan Pemerintah dan Bank Indonesia, pencapaian beberapa indikator ekonomi makro nasional dalam tahun 2010 menunjukkan kinerja yang baik. 1. Dengan didukung realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia s.d. Triwulan III yang mencapai 5,9%, serta prediksi pencapaian pertumbuhan yang lebih tinggi di triwulan IV (sekitar 6,1%), maka pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam tahun 2010 diperkirakan akan mencapai 6,0%. 2. Tingkat inflasi s.d. akhir November 2010 (yoy) yang mencapai 6,3% maka tingkat inflasi tahun 2010 akan mencapai sekitar 6,5%, lebih tinggi dari asumsi yang diperkirakan dalam APBN-P 201 sebesar 5,3%. Tingginya tingkat inflasi ini disebabkan oleh inflasi volatile food, terkait terbatasnya pasokan beberapa komoditas pangan, seperti beras dan kelompok aneka bumbu sehubungan dengan pola musiman memasuki musim paceklik. 3. Sejalan dengan tingginya tingkat inflasi, BI··rate dipertahankan oleh Bank Indonesia pad a level 6,5%, sehingga realisasi suku bunga SBI 3 bulan diperkirakan mencapai rata-rata 6,6%. 4. Selama tahun 2010, nilai tukar rupiah mengalami kecenderungan yang menguat, sehingga sampai dengan akhir tahun, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar diperkirakan mencapai Rp9.100/USD. Penguatan rupiah ini didukung oleh tingginya cadangan devisa yang mencapai USD92,759 miliar per Nopember 2010. 5. Harga minyak mentah Indonesia diperkirakan mencapai rata-rata USD78,2/barel, rendah dari asumsi dalam APBN-P 2010 sebesar rata-rata USD80,0/barel. 6. Lifting minyak mentah Indonesia mencapai rata-rata 955 ribu barel per hari (bph), yang berarti masih di bawah asumsi dalam APBN-P 2010 yang diperkirakan sebesar 965 ribu bph. ° atau lebih Sejalan dengan perkembangan berbagai indikator ekonomi makro tahun 2010 tersebut di atas, serta langkah-Iangkah kebijakan fiskal yang dilakukan Pemerintah, realisasi APBN-P tahun 2010 s.d. akhir November 2010 mengalami surplus sebesar Rp15,9 triliun. Sebagai perbandingan, kinerja APBN-P dalam periode yang sarna tahun 2009 yang mengalami defisit sebesar Rp 51,2 triliun. Dari perkembangan realisasi APBN-P 2010 tersebut, realisasi Pendapatan Negara dan Hibah mencapai Rp833,2 triliun, atau 84,0% dari target dalam APBN-P 2010. Kinerja realisasi pendapatan negara tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan dengan kinerja tahun sebelumnya yang baru mencapai 81,3%. Realisasi tersebut terdiri dari : 1. Realisasi penerimaan perpajakan mencapai Rp616,5 triliun, atau 82,9% dari targetnya dalam APBN-P 2010, hampir sarna dengan kinerja pencapaian tahun sebelumnya, yang mencapai 83,1% dari target. 2. Realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp215,8 triliun, atau 87,3% dari targetnya dalam APBN-P 2010, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pencapaian tahun sebelumnya sebesar 75,8% terhadap target APBN-P 2010. 3. Realisasi penerimaan hibah mencapai RpO,9 triliun, atau 47,4% dari targetnya dalam APBN-P 2010, lebih tinggi RpO,2 triliun dibandingkan dengan kinerja pencapaian tahun sebelumnya Sementara itu, realisasi belanja negara mencapai Rp817,2 triliun, atau 72,6% terhadap pagunya dalam APBN-P 2010 yang mencapai Rp1.126,1 triliun. Realisasi belanja negara tersebut berasal dari : ••• V 1. Realisasi belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp525,6 triliun, atau 67,3% dari pagunya. Realisasi tersebut dipengaruhi oleh : a. Realisasi belanja Kementerian Negara/Lembaga mencapai Rp249,6 triliun, atau 68,2% terhadap pagunya dalam APBN-P 2010. Penyerapan belanja KlL tersebut sedikit lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 70,7 persen dari APBN-P 2009. Secara garis besar, penyerapan belanja KlL dipengaruhi oleh faktor-faktor : (i) internal KlL, seperti antara lain keterlambqtan penetapan KPA dan pengelola kegiatan di hampir semua Satker Pusat dan daerah, reorganisasi, penyempurnaan business process, dan faktor kehati-hatian KlL. (ii) mekanisme pengadaan barang dan jasa, seperti antara lain banyaknya sanggahan dalam proses lelang, banyaknya pengaduan LSM ke Polri dan Kejaksaan, dan masalah pengadaanlahanftanah. (iii) dokumen pelaksanaan anggaran dan mekanisme revisi, antara lain disebabkan oleh revisi dokumen anggaran dan kelengkapan dokumen lainnya. (iv) Faktor lainnya seperti keterlambatan pejabat daerah dalam menetapkan pengelolaan anggaran pada satuan kerja perangkat daerah, dan faktor geografis dan iklim. Dalam rangka percepatan penyerapan anggaran, telah dilakukan langkah-Iangkah sebagai berikut : Memberikan fleksibilitas/kewenangan revisi anggaran TA 2010; Membatasi 2010 ; Pengajuan yang lebih luas kepada KPA dalam melakukan Usul Revisi RKAKL/SAPSK Menghimbau KlL agar segera mengusulkan guna mempercepat realisasi anggaran; paling lambat tanggal 15 Oktober pembukaan blokir Meminta KlL agar menyampaikan progress report peningkatan efisiensi/optimalisasi pada TA 2010; Menyempurnakan kebijakan atas RKA-KL TA 2010, realisasi anggaran dan hasil SOP revisi anggaran (termasuk pencairan blokir) dalam 5 hari kerja; Meningkatkan Sosialisasi kepada KlL agar tidak terjadi Pemblokiran; Menyusun Pedoman dalam Pengajuan Ijin Kontrak Tahun Jamak oleh Menteri Keuangan kepada KlL; Melakukan revisi/penyempurnaan pencairan anggaran. b. terhadap Peraturan yang berpotensi menghambat Realisasi belanja Non KlL mencapai Rp276,0 triliun, atau 66,4% dari pagu APBN-P 2010, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pad a periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 68,1 % dari APBN-P 2009. Realisasi tersebut antara lain terdiri dari : (i) Realisasi subsidi mencapai Rp129,0 triliur:l, atau 64,1% dari pagunya dalam APBN-P 2010. Penyerapan belanja subsidi tersebut sedikit lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar 61,1 % dari APBN-P 2009 terutama subsidi energi (BBM dan listrik). (ii) Realisasi bunga utang mencapai Rp78,6 T atau 74,4% dari pagunya dalam APBN-P 2010, atau lebih rendah 1,9% dari tahun sebelumnya. Hal ini berkaitan dengan adanya penghematan bunga utang dalam negeri akibat lebih rendahnya tingkat bung a SBI (3 bulan), dan penghematan bunga utang luar negeri berkenaan dengan apresiasi nilai tukar rupiah. (iii) Realisasi belanja lain-lain mencapai Rp10,8 triliun, atau 32,9% dari pagunya dalam APBN-P 2010. Penyerapan belanja lain-lain tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 49,2% dari APBN-P 2009, antara lain berkaitan dengan tidak adanya realisasi biaya Pemilu dan bantuan langsung tunai, serta rendahnya realisasi belanja penunjang. 2. Realisasi transfer ke daerah sebesar Rp291 ,6 triliun, atau 84,6 persen dari pagunya dalam APBNP 2010, sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi penyerapan tahun sebelumnya sebesar 85,9% dari APBN-P 2009. Realisasi tersebut dipengaruhi oleh: a. Realisasi DAU tambahan untuk tunjangan profesi guru baru mencapai 50 persen (dalam proses penetapan pagu definitif yang merupakan dasar pencairan tahap kedua). b. Realisasi DAK lebih rendah dari realisasi periode yang sama tahun 2009, karena masih rendahnya realisasi DAK bidang pendidikan (berkenaan dengan perubahan kebijakan pelaksanaan DAK bidang pendidikan dari mekanisme hibah ke daerah rnenjadi pengadaan barang, sebagai amanat UU APBN-P 2010). c. Realisasi DBH lebih tinggi dari realisasi periode yang sama tahun 2009, karena lebih tingginya realisasi DBH Pajak dan DBH SDA; d. Realisasi Dana Otsus dan Penyesuaian lebih tinggi dari realisasi periode yang sama tahun 2009, berkaitan dengan adanya realisasi tambahan Dana Penyesuaian berupa: - Dana Penguatan Desentralisasi PPD) Rp5,4 triliun; Fiskal dan Percepatan Pembangunan Daerah (DPDF - Dana Penguatan Infrastruktur dan Prasarana Daerah (DPIPD) Rp3,4 triliun; - Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pendidikan (DPPIP) Rp680,6 miliar. Selanjutnya, realisasi pembiayaan anggaran mencapai sebesar Rp78,4 triliun (58,6% terhadap APBN-P 2010) lebih rendah Rp5,9 triliun dari realisasi pada periode yang sama pad a tahun 2009 sebesar Rp84,3 triliun. Realisasi tersebut terutama dipel!garuhi oleh: (i) Realisasi pembicwaan dalam negeri mencapai Rp97,2 triliun (72,6% dari APBN-P 2010) lebih rendah Rp5,8 triliun dari realisasi pada periode yang sama tahun 2009 Rp103,0 triliun, terutama disebabkan oleh: realisasi SBN neto Rp93,5 triliun (86,9% dari target 2010), lebih rendah Rp6,4 triliun dari realisasi tahun 2009 Rp99,9 triliun, hal ini berkaitan dengan penurunan target penerbitan SBN sebesar Rp15,5 triliun (sesuai dengan Laporan Semester I dan Prognosis Semester II 2010). (ii) Realisasi pembiayaan luar negeri sampai 30 November 2010 mencapai negatif Rp18,9 triliun (12.138,1% dari target 2010) berbeda RpO,2 triliun dari realisasi pad a periode yang sarna tahun 2009 negatif Rp18,7 triliun, terutama disebabkan oleh: Pinjaman program Rp12,2 triliun (41,6% terhadap APBN-P 2010) lebih rendah Rp6,2 triliun dari realisasi tahun 2009 Rp18,4 triliun karena penarikannya mempertimbangkan kebutuhan kas Pemerintah. Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri negatif Rp42,2 triliun (77,9% terhadap APBN-P 2010), lebih rendah Rp11 ,2 triliun dari realisasi tahun 2009 negatif Rp53,4 triliun disebabkan oleh menguatnya rata-rata nilai tukar rupiah pada tahun 2010 (Rp9.093/USD) dibanding tahun 2009 (Rp1 0.494/USD). Untuk informasi yang lebih lengkap, silahkan kunjungi situs www.depkeu.go.id. --- amadi 5808111983111001