Rasio Metode Perhitungan Keterangan Interpretasi Current Ratio (CR)

advertisement
OLEH : Kelompok kelas B12.7.2
1. Muhammad Toni D.
2. Eka Prasetya H.
3. Nurul Habibah N.D.S
4. Erma Sarah Y.
5. Doni Eryanto
B12.2012.02048
B12.2012.02054
B12.2012.02073
B12.2012.02156
B12.2012.02237
Setelah mengetahui jenis laporan keuangan yang ada dalam suatu
perusahaan, selanjutnya adalah menggunakan laporan keuangan tersebut
menjadi suatu informasi yang dapat berguna dalam pengambilan keputusan.
Untuk dapat memberikan informasi yang lebih andal, ada alat analisis dengan
menggunakan analisis common size dan analisis rasio.
Analisis Common Size
Adalah analisis yang dilakukan
dengan menggunakan persentase
dari suatu akun terhadap total akun
Analisis common size secara
vertikal
Analisis common size secara
horizontal
Untuk laporan posisi keuangan secara
vertikal dilakukan dengan membagi masingmasing akun terhadap total aset, sedangkan
untuk laporan laba rugi dilakukan dengan
membagi masing-masing akun terhadap
total pendapatan/ penjualan.
Yang menjadi patokan adalah tahun dasar
yang biasanya menggunakan data
sebelumnya, kemudian dilihat pertumbuhan
pada masing-masing akun untuk tahun
terakhir. Fokus utamanya adalah melihat
pertumbuhan dari masing-masing akun.
Tabel 1.
Laporan Posisi Keuangan
PT. XYZ, Tbk
Neraca Konsolidasi (metode common size)
31 Desember
Aset
Aset Lancar
Kas & Setara Kas
Investasi Jk. Pendek
Piutang Usaha
(-) Penyisihan Piutang Tak
tertagih
Piutang Wesel
Persediaan
Sewa & Asuransi dibayar di Muka
Total Aset Lancar
Aset Tetap (Property, Plant &
Equipment)
Tanah
Bangunan
(-) Akm. Penyusutan
Peralatan, Mesin & Kendaraan
(-) Akm. Penyusutan
Aset Tetap Bersih
Aset Tak berwujud
Total Aset
2014
%
Liabilitas & Ekuitas
2014
%
Liabilitas Lancar
Utang Usaha
Gaji yang masih harus dibayar
Wesel Bayar
Utang Deviden
Bagian utang jk. Panjang yang akan
jatuh tempo
Total Liabilitas Lancar
700
100
600
21,9
3,1
18,8
1.400
43,8
400
600
500
12,5
18,8
15,6
(100)
(3,1)
600
18,8
2.000
62.5
Utang jangka panjang
Total Liabilitas
600
2.000
18,8
62,5
500
700
(300)
1.300
(1.000)
1.200
15,6
21,9
(9,4)
40,6
(31,3)
37,5
Ekuitas
Saham Preferen ($1 par, 100 lembar)
Saham Biasa ($1,2 par, 100 lembar)
Agio Saham (Paid in Capital)
Saldo Laba (Retained Earnings)
Total Ekuitas
100
120
380
600
1.200
3,1
3,8
11,9
18,8
37,5
3.200
100,0
Total Liabilitas & Ekuitas
3.200
100,0
Kebijakan Manajemen Modal Kerja
Laporan keuangan pada Tabel 1 tersebut menunjukan adanya kebijakan
manajemen modal kerja (working capital management) yang konservatif.
Kebijakan manajemen modal kerja dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu :
• Kebijakan Manajemen Modal Kerja Moderat : penandaan terhadap
1
aset lancar yang bersifat temporer mempergunakan liabilitas lancar,
sedangkan untuk aset lancar yang bersifat permanen dan aset tetap
menggunakan liabilitas jangka panjang dan ekuitas.
• Kebijakan Manajemen Modal Kerja Agresif : kebijakan perusahaan di
2
mana aset lancar yang bersifat temporer sepenuhnya didanai oleh liabilitas
lancar dan sebagian aset lancar permanen didanai pula oleh liabilitas lancar.
• Kebijakan Manajemen Modal Kerja Konservatif : kebijakan dimana
3
aset tetap, aset lancar yang bersifat permanen dan sebagian dari aset
temporer didanai menggunakan pendanaan jangka panjang.
Tabel 2.
Laporan Laba Rugi
PT. XYZ, Tbk
Laporan Laba Rugi (metode common size)
Tahun 2014
Pendapatan Bersih (Net Sales)
Beban Pokok Penjualan
Laba Kotor
Beban Operasi
Beban Penjualan & Administrasi
Beban Iklan
Beban Penyusutan & Amortisasi
Beban Pemeliharaan & Perbaikan
Pendapatan Sebelum Bunga & Pajak
Pendapatan (Beban) Lain-lain
Pendapatan Bunga
Beban Bunga
Pendapatan sebelum Pajak
Pajak (40%)
Laba setelah Pajak/Laba Bersih
Deviden Pemegang Saham Preferen
Laba yang Tersedia bagi Pemegang Saham Biasa
2014
%
1.700
1.000
700
100,0
58,8
41,2
80
100
100
50
370
4,7
5,9
5,9
2,9
21,8
(4,1)
17,6
7,1
10,6
(0,6)
10,0
(70)
300
120
180
(10)
170
Analisis Rasio
Definisi
Menurut Munawir
(2004:37) Analisis rasio adalah
suatu metode analisa untuk
mengetahui hubungan pos-pos
tertentu dalam neraca atau
laporan laba rugi secara individu
atau kombinasi dari kedua
laporan tersebut.
Manfaat
Analisis ini bermanfaat
karena membandingkan suatu
angka secara relatif sehingga
dapat menghindari kesalahan
penafsiran pada angka mutlak
yang ada di dalam laporan
keuangan
Tujuan
Tujuan dari analisis rasio adalah
untuk membantu manager
finansial memahami apa yang
perlu dilakukan oleh perusahaan,
berdasarkan informasi yang
tersedia dan sifatnya terbatas.
Kegunaan
Berguna bagi para
analisis intern untuk membantu
manajemen membuat evaluasi
mengenai hasil-hasil operasinya,
memperbaiki kesalahankesalahan dan menghindari
keadaan yang dapat
menyebabkan kesulitankeuangan.
Jika menggunakan analisis rasio maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
1. Rasio keuangan tidak berguna bila dipandang secara terisolasi
2. Membandingkan dengan perusahaan lain cukup sulit,
mengingat setiap perusahaan menggunakan metode akuntansi
yang berbeda sehingga dapat memengaruhi rasio yang dianalisis
3. Banyak perusahaan memiliki divisi bisnis yang berbeda,
sehingga akan mempersulit kita dalam membandingkan rasio
keuangan
4. Dalam melakukan analisi rasio, konklusi tidak dapat diambil
hanya berdasarkan pada satu rasio saja, melainkan harus
mempertimbangkan semua rasio yang ada
5. Inflasi yang tinggi akan mendistorsi rasio keuangan
Lanjutan..
6. Faktor musiman juga akan memengaruhi kita dalam membaca
rasio keuangan
7. Beberapa menunjukkan indikasi bahwa perusahaan tersebut
sehat, namun rasio lain menunjukan indikasi kebalikannya, ini
akan mempersulit dalam mengambil konklusi
8. Perusahaan yang melakukan “window dressing” juga akan
mempersulit kita dalam memahami kondisi riil keuangan
perusahaan
9. Upayakan untuk melakukan analisis rasio keuangan yang
bersumber dari laporan keuangan yang telah diaudit
1. Rasio
Likuiditas
5. Rasio
nilai pasar
4. Rasio
Profitabili
tas
5
Kelompok
besar
analisis
rasio
2. Rasio
Pengelola
an Aset
3. Rasio
Pengelola
an Utang
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
adalah rasio yang menunjukan
kemampuan perusahaan dalam
memenuhi liabilitas jangka
pendeknya
2. Rasio Pengelolaan Aset (Asset
Management Ratio) adalah rasio
yang menggambarkan efektivitas
perusahaan dalam mengelola aset,
dalam hal ini mengubah aset nonkas
menjadi aset kas
3. Rasio Pengelolaan Utang (Debt
Management Ratio) adalah rasio
yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam mengelola dan
melunasi kewajibannya
4. Rasio Profitabilitas (Profitability
Ratio) adalah rasio yang
menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan
5. Rasio Nilai Pasar (Market Value Ratio) merupakan
sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham
dengan laba, nilai buku per saham, dan dividen. Rasio ini
memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan
invenstor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta
prospek di masa mendatang
Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Berdasarkan Tabel 1
Rasio
Metode Perhitungan
Keterangan
Interpretasi
Current Ratio (CR)
Rasio Lancar atau CR
adalah rasio yang
bisa digunakan
untuk mengukur
kemampuan
perusahaan
memenuhi liabilitas
jangka pendek yang
akan jatuh tempo
dalam waktu satu
tahun.
Kemampuan untuk
membayar utang
yang segera harus
dipenuhi dengan
aset lancar. Setiap
utang lancar Rp.1,00
dijamin oleh aset
lancar Rp. 1,4.
Quick Ratio (QR)
atau Acid Test
Ratio
Mencerminkan
kemampuan
perusahaan
memenuhi liabilitas
lancar.
Kemampuan untuk
membayar utang
yang segera harus
dipenuhi dengan
aset lancar yang
lebih likuid. Setiap
utang lancar Rp. 1,00
dijamin oleh quick
assets Rp. 1,00 atau
1 kali.
Rasio
Metode Perhitungan
Keterangan
Interpretasi
Cash Ratio
Pendekatan lain
untuk mengukur
kemampuan
perusahaan
memenuhi liabilitas
jangka pendek
dengan melihat pada
rasio kas dan setara
kas dalam hal
marketable
securities yang
dimiliki perusahaan.
Kemampuan untuk
membayar utang
yang segera harus
dipenuhi dengan kas
yang tersedia dalam
perusahaan yang
dapat segera
diuangkan. Setiap
utang lancar Rp. 1,00
dijamin oleh kas dan
investasi jangka
pendek Rp. 0,71.
Working Capital to
Total Assets Ratio
Dipergunakan untuk
mengukur likuiditas
dari total asset dan
posisi modal kerja
(neto).
Likuiditas dari total
asset dan posisi
modal kerja (neto).
Rasio Pengelolaan Aset (Asset Management Ratio)
Berdasarkan Tabel 1 dan 2
Rasio
Receivables
Turnover Ratio
(RTR)
Metode Perhitungan
Keterangan
Interpretasi
Rasio perputaran
piutang menunjukan
perputaran piutang
dalam satu periode.
Rata-rata piutang
dihidung dengan
cara menjumlahkan
data piutang akhir
tahun dengan
piutang awal tahun
kemudian dibagi
dua.
Kemampuan dana
yang tertanam
dalam piutang
berputar dalam satu
periode tertentu.
Dalam satu tahun
rata-rata dana yang
tertanam dalam
piutang berputar
3,78 kali.
CATATAN :
Makin tinggi RTR, mengindikasikan bahwa investasi yang ditanamkan dalam bentuk piutang adalah rendah,
sebaliknya bila RTR rendah menunjukan bahwa perusahaan terlalu banyak atau terlalu longgar dalam pemberian
piutang kepada pelanggan.
Penurunan rasio ini bisa disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
1. Turunnya penjualan dan naiknya piutang
2. Turunnya piutang dan diikuti dengan turunnya penjualan dalam jumlah yang lebih besar
3. Naiknya penjualan diikuti dengan naiknya piutang dalam jumlah yang lebih besar
4. Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap
5. Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah
Rasio
Average Collection
Period (ACP) atau
Days of Sales
Outstanding (DSO)
Metode Perhitungan
Keterangan
Interpretasi
Periode
pengumpulan
piutang
mengindikasikan
rata-rata lamanya
piutang perusahaan
yang diberikan
kepada
konsumennya.
Makin panjang DSO,
mengindikasikan
rendahnya
kemampuan
perusahaan dalam
mengumpulkan
piutang atau
kebijakan kredit
perusahaan reltif
longgar. Dengan
makin besarnya DSO,
maka makin besar
pula risiko
kemungkinan tidak
tertagihnya piutang.
Periode rata-rata
yang diperlukan
untuk
mengumpulkan
piutang. Piutang
dikumpulkan ratarata setiap 96,5 atau
97 hari sekali. Makin
kecil harinya makin
baik.
Rasio
Metode Perhitungan
Keterangan
Interpretasi
Inventory Turnover
Ratio (ITR)
Rasio perputaran
persediaan
mengindikasikan
efisiensi perusahaan
dalam memproses
dan mengelola
persediaanya. Makin
tinggi perputaran
persediaan akan
menunjukkan makin
efisien penggunaan
persediaan dalam
rangka mendukung
penjualan
perusahaan.
Kemampuan dana
yang tertanam
dalam inventory
berputar dalam
suatu periode
tertentu, atau
likuiditas dari
inventory dan
tendensi untuk
adanya overstock.
Dana yang tertanam
dalam inventory
berputar rata-rata
1,33 kali dalam
setahun.
Days of Inventory
(DOI)
Umur persediaan
menunjukkan berapa
lama persediaan
tersebut tersimpan
dalam perusahaan.
Periode menahan
persediaan rata-rata
atau periode ratarata persediaan
barang berada di
gudang Inventory
berada di gudang
rata-rata selama 274
hari.
Rasio
Metode Perhitungan
Keterangan
Interpretasi
Payable Turnover
(PT)
Mengukur penggunaan
utang oleh
perusahaan.
Ukuran kemampuan
penjualan perusahaan
untuk melunasi hutang
usaha.
Average Payment
Period (APP)
Menunjukan rata-rata
lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk
pembayaran utang
dagang. Makin lama
pembayaran utang
adalah baik, namun
dengan catatan utang
tersebut harus tetap
dibayar dengan tidak
merusak reputasi
kredit perusahaan.
Periode rata-rata yang
diperlukan untuk
membayar utang.
Total Asset
Turnover (TATO)
Menunjukan
efektivitas perusahaan
dalam menggunakan
asetnya untuk
menghasilkan
pendapatan.
Dana yang tertanam
dalam keseluruhan aset
rata-rata dalam satu
tahun berputar 0,53 kali
atau setiap rupiah aset
selama setahun dapat
menghasilkan Rp. 0,53
Rasio Pengelolaan Utang (Debt Management
Ratio)
Berdasarkan Tabel 1
Rasio ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu rasio utang (leverage ratio) yang menggambarkan proporsi utang
terhadap aset ataupun ekuitas, dan solvency ratio (debt coverage ratio) yaitu rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pokok maupun bunga. Berikut adalah Rasio Leverage :
Rasio
Metode Perhitungan
Keterangan
Interpretasi
Debt Ratio (DR)
Menunjukan seberapa
besar total aset yang
dimiliki perusahaan yang
didanai oleh seluruh
krediturnya.
Makin tinggi DR akan
menunjukan makin berisiko
perusahaan karena makin
besar utang yang digunakan
untuk pembelian asetnya.
Debt to Equity
Ratio (DER)
Menunjukan
perbandingan antara
utang dan ekuitas
perusahaan.
Bagian dari setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan
jaminan untuk keseluruhan
utang. Rp. 1,67 dari setiap
rupiah modal sendiri menjadi
jaminan utang.
Long – Term Debt
to Equity (LTDE)
Apabila debt to equity
ratio membandingkan
antara seluruh utang
terhadap ekuitas, maka
LTDE menunjukan
perbandingan antara
utang jk. panjang
terhadap ekuitas.
Bagian dari setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan
jaminan untuk utang jangka
panjang. Rp. 0,50 dari setiap
rupiah modal sendiri
digunakan untuk menjamin
utang jangka panjang.
Berdasarkan Tabel 1 dan 2
Berikut adalah Solvency ratio:
Rasio
Keterangan
Interpretasi
Times InterestEarned Ratio (TIER)
atau Interest
Coverage Ratio
Menggambarkan
kemampuan hasil
operasional perusahaan
untuk menutupi
kewajiban bunga.
Besarnya jaminan keuntungan
untuk membayar bunga utang jk
panjang. Setiap rupiah bunga
utang dijamin oleh keuntungan
Rp.5,29.
Debt Service
Coverage Ratio
(DSCR)
Menggambarkan
jumlah kas yang
tersedia untuk
memenuhi kewajiban
bunga dan pokok utang
termasuk di dalamnya
alokasi singking fund.
DSCR mencerminkan rasio yang
digunakan oleh petugas pemberi
pinjaman dari bank dalam
menentukan kemampuan
seseorang untuk membayar
utangnya.
Solvency Ratio (SR)
Kemampuan
perusahaan untuk
memenuhi
kewajibannya.
Solvency ratio untuk setiap
industri berbeda-beda, sebagai
patokan (rule of thumb) maka SR
yang disarankan adalah > 20%
untuk dapat dikatakan sehat.
DEBT / EBITDA
Metode Perhitungan
Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation and Amortization (EBITDA) mencerminkan
tingkat hasil operasional riil perusahaan. DEBT / EBITDA sendiri mengukur perbandingan
antara besarnya utang terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi. Makin
tinggi DEBT/EBITDA maka makin beresiko perusahaan, di mana kemampuan hasil operasional
perusahaan tidak mampu mengcover utangnya
Rasio Proftabilitas (Profitability Ratio)
Rasio laba ini umumnya diambil dari laporan keuangan laba rugi. Secara
sederhana laporan laba rugi dapat dibuat seperti di bawah ini :
Penjualan bersih
Biaya Pokok Produksi
Laba Kotor
Beban Operasi
Laba Operasi (EBIT)
Bunga
Laba sebelum pajak (EBT)
Pajak
Laba setelah pajak (EAT atau Net Income)
Dividen kepada pemegang saham preferen
Laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa
Rasio
Gross Profit
Margin (GPM) atau
Gross Profit Rate
Metode Perhitungan
xxxxxxxx
( xxxxxxxx )
xxxxxxxx
( xxxxxxxx )
xxxxxxxx
( xxxxxxxx )
xxxxxxxx
( xxxxxxxx )
xxxxxxxx
( xxxxxxxx )
xxxxxxxx
Keterangan
Menggambarkan
persentase laba kotor
yang dihasilkan oleh
setiap pendapatan
perusahaan.
Berdasarkan Tabel 1 & 2
Interpretasi
Setiap Rp. 1,00 penjualan
akan mampu memberikan
laba kotor sebesar Rp. 0,41 .
Rasio
Metode Perhitungan
Keterangan
Interpretasi
Operating Margin
(OM), Operating
Income Margin,
Operating profit
margin or Return
on sales (ROS)
Mencerminkan
kemampuan manajemen
mengubah aktivitasnya
menjadi laba. Operating
income sering pula
disebut sebagai laba
sebelum bunga dan
pajak (EBIT) dengan
catatan bahwa di
perusahaan tersebut
tidak terdapat
pendapatan nonoperasional.
Setiap Rp. 1,00 penjualan
akan mampu memberikan
laba operasi sebesar Rp. 0,22 .
Profit Margin, Net
Margin or Net
Profit Margin
(NPM)
Mencerminkan
kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan
laba neto dari setiap
penjualannya.
Setiap Rp. 1,00 penjualan
akan mampu memberikan
laba neto sebesar Rp. 0,11.
Return on Equity
(ROE)
Mencerminkan seberapa
besar return yang
dihasilkan bagi
pemegang saham atas
setiap rupiah yang
ditanamkannya.
Setiap Rp. 1,00 ekuitas yang
ditanamkan oleh pemegang
saham akan mampu
memberikan laba neto
sebesar Rp. 0,15
Rasio
Metode Perhitungan
Return on Assets
(ROA)
Keterangan
Interpretasi
Mencerminkan seberapa
besar return yang
dihasilkan atas setiap
rupiah uang yang
ditanamkan dalam
bentuk aset.
Setiap Rp. 1,00 aset akan
mampu memberikan laba
neto sebesar Rp. 0,056.
Rasio Nilai Pasar (Market Value Ratio)
Rasio
Metode Perhitungan
Keterangan
Interpretasi
Earning per
Share (EPS)
Pendapatan per lembar
saham yang dapat dilihat di
laporan laba rugi.
EPS mencerminkan pendapatan
tiap lembar saham yang akan
diperoleh pemegang saham, bila
semua pendapatan tersebut
dibagikan dalam bentuk deviden.
Devidend
Payout Ratio
(DPR)
Menggambarkan besarnya
proporsi deviden yang
dibagikan terhadap
pendapatan bersih
perusahaan.
Bila semua EPS dibagikan
seluruhnya dalam bentuk
deviden, maka EPS = DPR
(deviden / share). Namun bila
dari Rp. 170 net income tersebut
hanya Rp. 50 yang dibagikan
dalam bentuk deviden,
sedangkan Rp. 120 ditahan untuk
pengembangan usaha maka DPR
= 50/170 = 30%
Rasio
Price to
Earnings
Ratio(PER)
Metode Perhitungan
Bila diketahui harga pasar
perusahaan PT. XYZ adalah
Rp. 50 / lembar, maka PER
perusahaan = 50 / 1,7 =
29,4 kali. Hal ini bermakna
bila perusahaan
membagikan seluruh EPS
tahunannya dalam bentuk
deviden, maka dibutuhkan
waktu 29,4 tahun dari EPS
untuk dapat mengcover
harga saham saat ini
Dividend Yield
(DY)
Dengan menggunakan
contoh PT. XYZ dimana
harga pasar saham saat ini
diketahui Rp. 50/ lembar,
dan besarnya deviden yang
dibagikan tahun ini
dikatakan Rp. 50, maka DY
dari saham PT. CYZ adalah
100%.
Keterangan
Interpretasi
Menggambarkan
perbandingan antara harga
pasar dengan pendapatan per
lembar saham.
Analis sering kali
membandingkan antara PER
market dengan rata-rata PER
masa lalu untuk membuat
penilaian apakah nilai pasar aset
tersebut under atau overvalue.
Sehingga PER market yang lebih
tinggi daripada PER rata-rata
masa lalu sering kali dikatakan
overvalue
Menunjukan perbaningan
antara deviden yang diterima
investor terhadap harga pasar
saham saat ini
Dari sudut pandang investor
maka uang yang dibelikan untuk
saham tersebut Rp. 50 akan
memberikan hasil 100% dalam
bentuk deviden sebesar Rp. 50
Rasio
Keterangan
Interpretasi
Menggambarkan
perbandingan antara harga
pasar saham dan nilai buku
ekuitas sebagaimana yang
ada di laporan posisi
keuangan.
Artinya pasar menghargai
saham PT. XYZ sebesar 4,2
kali lebih tinggi daripada nilai
ekuitas perusahaan.
Price / sales
ratio
Membandingkan nilai
kapitalisasi pasar
perusahaan terhadap
penjualan.
Rasio ini bertujuan untuk
melihat hubungan antara
tingkat penjualan dan harga
saham perusahaan.
Price Earnings
Ratio to Growth
(PEG Ratio)
Rasio harga per pendapatan
(PER) dibanding terhadap
pertumbuhan perusahaan.
Tingkat pertumbuhan yang
diharapkan dapat
mempergunakan
pendekatan pertumbuhan
dari penjualan ataupun
pertumbuhan dari EPS.
Analis biasanya akan
membandingkan antara PER
dengan tingkat pertumbuhan
yang diharapkan untuk
mengidentifikasi apakah
saham perusahaan tersebut
mengalami under atau
overvalue. Secara sederhana
bila PER < dari tingkat
pertumbuhan yang
diharapkan maka saham
tersebut dapat dikatakan
undervalue.
Price to book
value ratio (P/B
or PBV)
Metode Perhitungan
Bila diketahui harga pasar saham
PT. XYZ adalah Rp. 50 / lembar
dan nilai buku ekuitas sebesar
Rp. 12/lembar, maka PBV = 50/12
= 4,2 kali.
Kriteria untuk melihat harga
saham :
•PEG < 1, harga saham
undervalue
•PEG = 1, harga saham wajar (fair
value)
•PEG > 1, harga saham overvalue
Download