bab ii tinjauan pustaka, landasan teori, kerangka pemikiran, dan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Perkembangan Jagung
Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai
peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia,
mengingat komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk konsumsi
langsung maupun sebagai bahan baku utama industri pakan. Selain itu, pentingnya
peranan jagung terhadap perekonomian nasional telah menempatkan jagung
sebagai kontributor terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan
(Zubachtirodin et al, 2007).
Jagung juga merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki karakter
berfluktuatif dalam hasil karena dipengaruhi oleh lingkungan. Hal tersebut
mempengaruhi permintaan dan penawarannya secara langsung. Apabila
penawaran dan permintaan jagung fluktuatif maka akan membentuk harga yang
fluktuatif pula (Syamsi, 2012).
Tabel 4. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Indonesia
tahun 2009-2012
Tahun
Luas Panen (Ha)
Produktivitas
(Kw/Ha)
2009
4.160.659
42.37
17.629.748
44.36
45.65
48.93
18.327.636
17.643.250
19.377.030
2010
4.131.676
2011
3.864.692
2012
3.959.909
Sumber : Badan Pusat Statistik
Produksi (Ha)
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 4 dapat dilihat jelas bahwa terjadi peningkatan luas areal panen jagung
pada dua tahun terakhir (2011-2012) tetapi terjadi penurunan apabila
dibandingkan dengan tahun 2009-2010. Sedangkan produktivitas setiap tahun
mengalami peningkatan, yang tidak berbanding lurus dengan produksi yang
mengalami fluktuasi volume. Hal ini juga terjadi di Sumatera Utara yang
mengalami peningkatan produktivitas tetapi luas areal semakin menurun serta
produksi yang berfluktuatif (Tabel1).
2.1.2 Permintaan Jagung
Permintaan suatu komoditas pertanian pada umumnya terdiri dari permintaan
langsung (dikonsumsi) dan permintaan tidak langsung (diolah lebih lanjut menjadi
produk konsumsi atau lainnya) (Departemen Pertanian, 2006). Pada dasarnya
konsumsi jagung dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai bahan pangan,
bahan baku industri olahan, dan bahan baku pakan (Purwono dan Hartono, 2006).
Kebutuhan jagung untuk bahan pangan pokok, bahan baku pakan serta bahan
baku industri olahan terus meningkat. Kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan
semakin meningkat seiring dengan pesatnya perkembangan industri peternakan
yang menuntut kontinuitas pasokan bahan baku. Oleh karena itu, volume impor
jagung terus meningkat
mengingat harga jagung di pasar dunia relatif lebih
murah dibanding harga jagung lokal serta kualitas
produk lebih terjamin
(Rachman, 2003).
Sebagian besar negara berkembang mempunyai masalah yang sama dalam
pertanian jagung di dalam negerinya. Indonesia yang masih dapat dikatakan
sebagai negara berkembang meskipun kontribusi sektor pertanian terhadap
Universitas Sumatera Utara
perekonomian nasional mulai digantikan oleh sektor industri juga menghadapi
masalah tersebut. Masalah utama pertanian jagung negara berkembang adalah
peningkatan produksi jagung yang relatif rendah dibandingkan dengan konsumsi
jagung secara nasional.
2.1.3 Perkembangan Impor Jagung
Kebijakan impor jagung dipilih sebagai cara untuk mengatasi kekurangan dan
kontinuitas pasokan jagung yang digunakan sebagai bahan baku pangan dan
industri pakan. Pemerintah tidak ingin memberatkan industri pakan sebagai
pendukung pertumbuhan industri peternakan menanggung biaya produksi yang
tinggi sebab hal tersebut akan berakibat pada tingginya harga produk peternakan
(Siregar, 2009).
Perubahan era pasar komoditas pertanian yang mengarah pada pasar bebas membawa
konsekuensi terhadap harga komoditas pertanian, yaitu harga pangan di pasar
domestik semakin terbuka terhadap gejolak pasar internasional. Harga komoditas
pangan di pasar dunia secara langsung akan mempengaruhi harga komoditas pangan
di dalam negeri. Sebagai salah satu komoditas pangan, fluktuasi perubahan harga
jagung tidak terlepas dari arah kebijakan perdagangan, pasar komoditas pangan dunia,
stabilitas harga, dan fluktuasi nilai tukar rupiah. Akumulasi berbagai perubahan
tersebut secara simultan akan mempengaruhi fluktuasi harga jagung di dalam negeri
(Rachman, 2003).
Terdapat dua kondisi yang menjadi alasan mengapa suatu negara mengimpor
jagung dan bagaimana pemerintah seharusnya menyikapi permasalahan tersebut.
Kondisi pertama, produksi jagung lokal relatif cukup memenuhi kebutuhan dalam
Universitas Sumatera Utara
negeri dan pada saat yang sama harga jagung dunia lebih murah dari harga jagung
lokal. Pada kondisi seperti ini konsumen jagung dalam negeri yang tingkat
kebutuhannya sangat tinggi, seperti perusahaan pakan akan lebih memilih impor
jagung dibandingkan membeli jagung lokal. Impor jagung oleh perusahaan pakan
mendorong harga jagung lokal turun menyamai harga jagung dunia. Hal ini akan
memukul produsen jagung di dalam negeri, sehingga pemerintah menetapkan tarif
tertentu terhadap impor jagung. Kebijakan tarif impor jagung ternyata belum
mendorong petani jagung di dalam negeri menjadi lebih efisien.
Kondisi kedua adalah ketika produksi jagung lokal relatif rendah dibandingkan
jumlah kebutuhan jagung di dalam negeri. Seperti pada kondisi pertama, misalnya
kebutuhan oleh pabrik pakan tidak dapat dipenuhi produksi jagung lokal, maka
pabrik pakan akan mengimpor jagung dari pasar dunia sekalipun harganya lebih
mahal. Jika harga jagung dunia lebih mahal maka pabrik pakan akan melakukan
pengurangan produksi, namun keputusan tersebut juga dipengaruhi oleh rasio
harga pakan dan harga hasil peternakan (Timor, 2008).
2.1.4 Penelitian Terdahulu
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Timor (2008), dengan judul “Analisis
Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi dan Impor Jagung di Indonesia”,
yang menghasilkan kesimpulan bahwa Kondisi produksi jagung di Indonesia
selama periode tahun 1985 – 2005 meningkat secara fluktuatif karena peningkatan
luas areal dan produktivitas tanaman jagung. Dari sisi produktivitas, produktivitas
jagung Indonesia masih relatif rendah meskipun meningkat dari tahun ke tahun.
Hal ini dikarenakan sistem usaha tani petani jagung di Indonesia belum optimal,
Universitas Sumatera Utara
seperti terbatasnya penggunaan benih varietas unggul, pemupukan yang belum
berimbang lebih dominan menggunakan pupuk urea, dan masih kurangnya
penggunaan pestisida untuk pengendalian hama.
Di satu sisi, konsumsi jagung juga mengalami peningkatan terutama konsumsi
untuk industri. Selama periode tahun 1985 – 2005 tidak terjadi ketimpangan
antara jumlah produksi dan konsumsi jagung secara nasional. Industri pakan
sebagai pendukung pertumbuhan industri peternakan merupakan konsumen utama
jagung di Indonesia.
Hal ini terjadi karena adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan protein hewani. Akan tetapi, peningkatan industri pakan belum
diimbangi dengan produksi. Maka dari itu, meskipun produksi jagung meningkat
tetapi impor jagung Indonesia mengalami peningkatan yang cukup tinggi untuk
memenuhi kebutuhan industri pakan.
Analisis impor jagung memberikan informasi bahwa variabel harga impor jagung
Indonesia dan jumlah impor Indonesia jagung tahun sebelumnya berpengaruh
nyata terhadap jumlah impor jagung Indonesia. Meskipun Produk Domestik Bruto
tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah impor jagung Indonesia tetapi memiliki
tanda yang sesuai dengan teori ekonomi/hipotesis. Variabel nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika, jumlah impor jagung, tarif impor jagung, dan harga
impor jagung tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap harga impor jagung
Indonesia.
Menurut Kariyasa (2003) harga jagung Indonesia dalam jangka panjang hanya
respon terhadap perubahan harga jagung impor dan kurang respon terhadap
Universitas Sumatera Utara
penawaran jagung. Kondisi di atas menunjukkan bahwa harga jagung Indonesia
akan lebih banyak ditentukan oleh harga jagung impor karena meningkatnya
volume impor jagung Indonesia. Selain itu, harga jagung Indonesia juga lebih
banyak ditentukan oleh pabrik pakan yang cenderung mendekati oligopsoni.
Harga jagung dunia dalam jangka pendek kurang responsif terhadap perubahan
penawaran dan permintaan jagung dunia, namun cukup responsif dalam jangka
panjang. Fenomena ini menunjukkan dalam jangka panjang bahwa harga jagung
dunia secara kuat akan dipengaruhi dari sisi penawaran dan permintaan jagung
dunia, sementara dalam jangka pendek kedua variabel tersebut tidak berpengaruh
banyak karena masih banyak faktor eksternal lain yang berpengaruh. Harga
jagung impor dipengaruhi oleh harga jagung dunia, kurs rupiah dan lag harga
jagung impor. Dalam jangka pendek maupun jangka panjang harga jagung impor
hanya responsif terhadap perubahan harga jagung dunia. Kondisi ini menunjukkan
bahwa harga jagung impor sangat kuat ditentukan oleh harga jagung dunia. Hal ini
membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara kecil dalam perdagangan
jagung dunia.
Penelitian mengenai harga jagung yang dilakukan oleh Purba (1999)
menghasilkan harga jagung domestik dipengaruhi oleh harga jagung impor, harga
pakan ternak, penawaran jagung Indonesia dan lag harga jagung domestik. Harga
jagung domestik tidak responsif terhadap semua peubah tersebut karena adanya
kekuatan oligopsoni dan transmisi harga dimana wilayah produksi jagung dan
pabrik pakan ternak memiliki lokasi yang berjauhan. Harga jagung dunia
dipengaruhi oleh ekspor, impor jagung dunia dan lag harga jagung dunia. Harga
jagung dunia responsif terhadap perubahan ekspor dan lebih banyak ditentukan
Universitas Sumatera Utara
oleh sisi ekspor jagung. Harga jagung impor responsif terhadap perubahan harga
jagung dunia dalam jangka panjang. Selain itu, peningkatan harga jagung impor
akan meningkatkan harga jagung domestik dan sebaliknya tetapi harga jagung
domestik tidak responsif terhadap perubahan harga jagung impor dengan nilai
elastisitas 0,104 pada jangka pendek dan 0,158 pada jangka panjang. Hal ini
menandakan begitu kuatnya pengaruh pasar jagung dunia terhadap harga jagung
impor yang sampai ke Indonesia. Berdasarkan penelitian terdahulu tentang harga
jagung di atas dapat disimpulkan bahwa harga jagung domestik lebih dipengaruhi
oleh harga jagung impor. Harga jagung impor dipengaruhi oleh harga jagung
dunia dan kurs rupiah. Harga jagung dunia dipengaruhi oleh besarnya permintaan
dan penawaran jagung di pasar dunia. Kondisi di atas menunjukkan bahwa
terdapat transmisi harga pada harga jagung dunia dengan dometsik, dimana harga
jagung dunia berpengaruh terhadap harga jagung impor dan harga jagung impor
juga berpengaruh terhadap harga jagung domestik. Kondisi ini juga membuktikan
bahwa peranan Indonesia dalam perdagangan jagung dunia hanya bertindak
sebagai negara kecil atau price taker.
2.2 Landasan Teori
Teori Penawaran, Permintaan dan Harga
Permintaan suatu komoditas pertanian adalah banyaknya komoditas pertanian
yang dibutuhkan dan dibeli oleh konsumen (Rahim dan Hastuti, 2007). Jadi,
permintaan komoditas pertanian merupakan keseluruhan atau banyaknya jumlah
komoditas pertanian yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pembeli (lembaga-
Universitas Sumatera Utara
lembaga pemasaran dan konsumen) berdasarkan harga yang sudah ditentukan oleh
produsen (petani, nelayan, dan peternak).
Harga dibentuk oleh pasar yang mempunyai dua sisi, yaitu penawaran dan
permintaan. Harga merupakan sinyal kelangkaan (scarcity) suatu sumberdaya
yang mengarahkan pelaku ekonomi untuk mengalokasikan sumberdayanya
(Sunaryo, 2001). Perpotongan kurva penawaran dengan kurva permintaan suatu
komoditi dalam suatu pasar menentukan harga pasar komoditi tersebut, dimana
jumlah komoditi yang diminta sama dengan jumlah komoditi yang ditawarkan.
Dengan kata lain, keseimbangan harga pasar merupakan hasil interaksi kekuatan
penawaran dan permintaan komoditi di pasar (Nicholson, 2002).
Permintaan mempengaruhi harga secara positif, dimana jika permintaan turun
maka kuantitas komoditi yang ada di pasar cenderung berlebihan sehingga
produsen akan menawarkan komoditinya dengan harga yang lebih rendah.
Sedangkan penawaran mempengaruhi harga secara negatif, dimana jika
penawaran meningkat maka
harga akan cenderung turun
kuantitas komoditi yang ada lebih besar daripada yang diinginkan
dikarenakan
konsumen
(Nicholson, 2002).
Perdagangan Internasional
Teori perdagangan internasional menganalisis dasar-dasar terjadinya perdagangan
internasional serta keuntungan yang diperoleh suatu negara dari pelaksanaan
perdagangan internasional tersebut. Pada dasarnya perdagangan internasional
bertujuan untuk memperluas pemasaran komoditi ekspor dan memperbesar
Universitas Sumatera Utara
penerimaan devisa sebagai penyediaan dana pembangunan bagi negara yang
bersangkutan.
Berdagang dengan negara lain kemungkinan dapat memperoleh keuntungan,
yakni dapat membeli barang yang harganya lebih rendah dan mungkin dapat
menjual keluar negeri dengan harga yang relatif lebih tinggi. Perdagangan luar
negeri sering timbul karena adanya perbedaan harga barang di berbagai Negara
(Noprin, 1990).
Perbedaan dalam jumlah, jenis, kualitas serta cara-cara mengkombinasikan faktorfaktor produksi tersebut di dalam proses produksi. Menjadi pangkal timbulnya
perdagangan antar Negara (Noprin, 1990).
Pada umumnya model perdagangan internasional didasarkan pada empat
hubungan inti, antara lain sebagai berikut:
1.
Hubungan antara batas-batas kemungkinan produksi dengan kurva
penawaran relatif.
2.
Hubungan antara harga-harga relatif dengan tingkat permintaan.
3.
Penentuan keseimbangan dunia dengan penawaran relatif dunia dan
permintaan relatif dunia.
4.
Dampak-dampak atau pengaruh nilai tukar perdagangan (terms of trade),
yaitu harga ekspor dari suatu negara dibagi dengan harga impornya,
terhadap kesejahteraan suatu negara.
Universitas Sumatera Utara
Px/Py
Px/Py
Px/Py
S(Ekspor)
Sx
P3
P2
P3
A”
B
E
A
P1
Sx
B”
A’
B’
’
E’
D(Impor)
C”
Dx
x1
Kurva 1
(Negara 1)
x
Kurva 2
(Negara 2)
x2
Kurva 3
(Negara 3)
Gambar 1. Skema Perdagangan Internasional
Keterangan gambar:
Kurva 1: Menggambarkan keadaan pasar komoditi X di negara 1 (x1).
Kurva 2: Menggambarkan perdagangan internasional komoditi X negara 1 dan 2
(x).
Kurva 3: Menggambarkan keadaan pasar komoditi X di negara 2 (x2).
Mekanisme perdagangan internasional dapat dilihat pada Gambar 1. Negara 1
akan mengadakan produksi dan konsumsi di titik A berdasarkan harga relatif
komoditi X (Px/Py) sebesar P1 sebanyak x1, sedangkan negara 2 akan berproduksi
dan berkonsumsi di titik A’ pada harga relatif komoditi X di P3 sebanyak x2.
Setelah hubungan perdagangan berlangsung di antara kedua negara tersebut, harga
relatif komoditi X akan berada di antara P1 dan P2. Apabila harga relatif yang
berlaku di negara 1 lebih besar dari P1, maka negara 1 akan memasok lebih
banyak daripada tingkat permintaan (konsumsi) domestiknya. Kelebihan produksi
Universitas Sumatera Utara
tersebut akan diekspor ke negara 2. Di lain pihak, jika harga relatif yang berlaku
di negara 2 lebih kecil dari P3, maka negara 2 akan mengalami peningkatan
permintaan, sehingga tingkat permintaan akan melebihi penawaran domestiknya.
Hal ini akan mendorong negara 2 untuk mengimpor komoditi X dari negara 1.
Dampak Impor terhadap harga dan produksi terlihat jelas dari adanya
perdagangan internasional, yaitu dimana harga di pasar Internasional yang lebih
rendah dari harga domestik yang membuat penawaran menjadi meningkat dan
dilakukan lah impor barang dari pasar internasional ke pasar domestik.
Dilakukannya impor tidak hanya disebebkan oleh harga yang rendah tetapi
dipengaruhi juga oleh produksi, stok dan juga kebutuhan akan barang yang
digunakan.
Perbedaan harga bukanlah hanya ditimbulkan oleh karena adanya perbedaan
ongkos produksi, tetapi juga karena perbedaan dalam pendapatan serta selera.
Selera dapat memainkan peranan penting dalam menentukan permintaan akan
sesuatu barang antara berbagai negara. Apabila persediaan suatu barang di satu
negara tidak cukup untuk memenuhi permintaan, negara tersebut dapat
mengimpor dari negara lain. untuk suatu barang tertentu faktor selera dapat
memegang peranan penting. Misalnya, mobil, rokok, pakaian, meskipun suatu
negara tertentu telah dapat menghasilkan barang-barang tersebut, namun
kemungkinan besar impor dari negara lain dapat terjadi (Noprin, 1990).
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Pemikiran
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa kegiatan mengimpor jagung yang telah
dilakukan oleh pemerintah saat ini membuat konsumen beralih dari jagung dalam
negeri ke jagung impor. Dikarenakan harga jagung impor yang lebih murah dari
pada harga jagung dalam negeri.
Permasalahan yang dihadapi dalam mengimpor jagung yakni adanya efek negatif
dimana impor jagung diduga akan menurunkan harga jagung lokal dan akhirnya
akan menurunkan produksi jagung nasional. Selain itu perlu dilihat apakah
kebijakan yang diterapkan pemerintah sudah efektif dalam penanganan impor
jagung.
Karena jagung merupakan komoditas pertanian yang memiliki karakter
berfluktuatif. Maka produksi dan penawaran jagung memiliki karakter
berfluktuatif pula sehingga harga yang terbentuk menjadi fluktuatif. Fluktuasi
harga jangka pendek merugikan petani dan konsumen. Fluktuasi harga jangka
panjang, jika terjadi penurunan harga jagung dunia, maka akan menguntungkan
konsumen tetapi berdampak pada anjloknya harga jagung petani, pendapatan
petani dan produksi dalam negeri. Sedangkan peningkatan harga jagung dunia
berdampak pada peningkatan harga jagung konsumen dan mengancam ketahanan
pangan tetapi meningkatkan pendapatan petani dan produksi dalam negeri.
Dalam penelitian ini akan diuji hipotesa yang menyatakan bahwa harga jagung di
tingkat produsen Sumatera Utara akan mengalami perubahan jika dilakukan impor
jagung. Hipotesa tersebut akan diuji dengan membuat model regresi. Variabel
yang dimasukkan ke dalam model harga beras adalah produksi jagung, stok
Universitas Sumatera Utara
jagung pipil periode sebelumnya, volume impor jagung pipil periode sebelumnya,
harga rill jagung pipil produsen periode sebelumnya, harga rill jagung pipil
domestik Indonesia, harga rill jagung pipil impor, kurs rupiah terhadap dollar dan
harga rill pakan ternak unggas.
Pendugaan pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap impor beras dilakukan
dengan membentuk model ekonometrika dan melakukan uji estimasi parameter
dengan OLS (Ordinary Least Squares). Setelah diduga, model diuji dengan uji-F,
uji t-hitung, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji normalitas.
Dengan demikian, selain resiko produksi yang dihadapi produsen/petani karena
komoditas pertanian memiliki karakteristik musiman, mudah rusak dan berat,
petani juga mengalami resiko harga yang berfluktuatif. Bagi petani hal ini menjadi
suatu masalah, untuk itu diperlukan solusi untuk memecahkan masalah tersebut.
Pada penelitian ini pembahasan dibatasi pada analisis pengaruh impor jagung pipil
terhadap harga jagung pipil ditingkat produsen dimana faktor lain dianggap
sebagai pendukung dalam mendapatkan hasil regresi.
Universitas Sumatera Utara
Dari kerangka pemikiran ini, maka dapat dibuat skema pemikiran sebagai berikut:
Produksi Jagung
Produksi Lokal
Impor Jagung
Harga Jagung Pipil
Ditingkat Produsen
Harga Jagung Pipil
Impor
Bagan 1. Skema Pemikiran
Keterangan:
pengaruh
hubungan
2.4 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Bahwa ada pengaruh yang ditimbulkan dari impor jagung terhadap harga ditingkat
produsen.
Universitas Sumatera Utara
Download