Jurnal EKBIS /Vol. XI/ No.2/edisi Juli 2014 | 568 ANALISIS SWOT UNTUK MENENTUKAN STRATEGI PENGEMBANGAN TABUNGAN HARMONI PLUS PADA BPR NUSAMBA BRONDONG KANTOR KAS LAMONGAN *( Muhammad Rizal Nur Irawan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memberikan implikasi strategi yang dapat digunakan melalui model analisis SWOT. Hasil penelitian diperoleh bahwa menunjukkan strenght (keunggulan) dalam pemasaran Harmoni Plus khususnya pada PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan yang dapat meliputi Bunga progresif Harmoni Plus maksimal 5% pertahun, Penyetoran dan pengambilan dapat dilakukan di semua cabang PT. BPR Nusamba, Berhadiah dengan menggunakan sistem kupon undian, Harmoni Plus untuk Setoran pertama minimal Rp. 100.000.Dari hasil evaluasi SWOT maka yang menjadi kelemahan adalah melalui pelayanan bank yang belum dapat memberikan kepuasan nasabah penabung, seringkali terjadi antrian saat penyetoran atau penarikan uang, tingkat suku bunga yang lebih rendah dari pesaing dan kurangnya kegiatan promosi yang dilakukan oleh PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan. Dari hasil analisis SWOT yang menjadi peluang adalah adanya kepercayaan masyarakat dengan produk Harmoni Plus dan selain itu karena perekonomian di Indonesia yang sudah cukup stabil. Sedangkan ancaman dalam analisis SWOT adalah ketatnya persaingan antara BPR dalam pemasaran nasabah penabung..Dimana peluang yang tersedia sangat menyakinkan namun belum maksimal dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk mengelolanya. Strategi yang direkomendasikan adalah mengatasi kelemahan yang diuraikan dalam pembahasan untuk menggarap peluang yang ada.. Kata Kunci: Strategi pengembangan, Tabungan Harmoni Plus PENDAHULUAN Sejarah terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berakar sejak jaman penjajahan Belanda, Perkreditan Rakyat diIndonesia dimulai sejak abad 19 dengan berdirinya Bank Kredit Rakyat (BKR) dan Lumbung Desa, yang dibangun dengan tujuan membantu para petani, pegawai dan buruh agar dapat melepaskan diri dari jeratan lintah darat (rentenir) yang membebankan dengan bunga yang sangat tinggi. Pada masa Pemerintahan Koloni Belanda, Perkreditan Rakyat dikenal masayarakat dengan istilah Lumbung Desa, Bank Tani dan Bank Dagang Desa, yang saat itu hanya ada di Jawa dan Bali. Tahun 1929 berdiri badan yang menangani kredit pedesaan yaitu, Badan Kredit Desa (BKD) yang terdapat di pulau Jawa dan Bali, sementara untuk Pengawasan dan Pembinaan, Pemerintah Kolinial Belanda membentuk Kas Pusat dan Dinas Perkreditan Rakyat, dengan mana lembaga yaitu Instansi Kas Pusat (IKP). Setelah Indonesia merdeka, Pemerintah mendorong pendirian bank-bank Pasar yang terutama sangat dikenal karena didirikan dilingkungan pasar dan bertujuan untuk memberikan pelayanan jasa keuangan kepada para pedagang pasar. Bank-bank Pasar tersebut kemudian berdasarkan Pakto 1988 dikukuhkan menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sejak itu BPR di Indonesia tumbuh dengan subur. Jenis pembiayaan usaha yang terjadi di tengah masyarakat, terdapat sistem rentenir yang sangat merugikan pelaku usaha, bahkan sistem bagi hasil yang terjadi dalam masyarakat, masih sering kurang bersifat proporsional (tetap merugikan pelaku usaha). Bagi pelaku usaha, sistem bagi hasil juga sering menimbulkan efek berupa ”kurang percaya diri”, sehingga menimbulkan kurang bersemangat. Oleh sebab itu, ditengah-tengah masyarakat diperlukan institusi formal yang bergerak membantu dalam pengadaan dan mencukupi bagi pembiayaan usaha. Selanjutnya, sejalan dengan perkembangan dunia usaha yang semakin mengglobal, diperkirakan akan terjadi suatu pergeseran dari usaha yang besar yang selama ini berorientasi kepada segmen pasar yang luas kepada usaha yang lebih kecil dengan orientasi pasar yang lebih terfokus dan memiliki konsumen dengan karakteristik usaha yang potensial. Hal ini diperkirakan terjadi juga pada dunia perbankan sehingga menuntut BPR Nusamba Brondong yang telah memiliki pangsa pasar potensial pada segmen menengah ke bawah untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan pelayanan kepada nasabah. Persaingan pelayanan jasa perbankan, ritel dan lembaga keuangan kecil lainnya yang semakin tajam membuat Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tidak hanya menghadapi persaingan dengan sesama BPR tetapi juga lembaga keuangan kecil lainya seperti BPR Unit, koperasi simpan pinjam (Korsipa), KUD/USP, dan lainnya. Bahkan dengan Bank umum yang dewasa ini banyak memberikan jasa ritel. Kecenderungan persaingan yang tajam diantara lembaga-lembaga keuangan kecil yang bergerak di bidang micro finance dan mempunyai pangsa yang sama dengan BPR, merupakan tantangan yang harus dihadapi BPR, karena jika BPR tidak memenangkan persaingan, maka dikhawatirkan akan mengancam kelangsungan usaha BPR. Berbagai upaya yang perlu dilakukan BPR untuk meningkatkan kemampuan dan ketahanan dalam bersaing, Jurnal EKBIS /Vol. XI/ peningkatan pelayanan menjadi peryaratan mutlak yang harus selalu ditingkatkan, propesionalisme dan inovasi harus dilakukan begitu juga perluasan dan pencarian pangsa pasar baru guna melakukan ekspansi usaha harus terus dicari terobosannya. Sesuai dengan Undang-undang No. 07 Tahun 1997 tentang Perbankan yang telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998, misi BPR telah bergeser yang semula ditujukan dalam rangka mordenisasi pedesaan menjadi diarahkan untuk mendorong pengembangan usaha kecil dan pengusaha ekonomi lemah. Dengan perubahan misi tersebut maka BPR Nusamba brondong memiliki peranan strategis sebagai motor penggerak untuk mendorong pengembangan pengusaha kecil dan golongan ekonomi lemah baik di pedesaan maupun di perkotaan. Pembukaan kantor cabang merupakan salah satu usaha untuk bisa mengikuti perkembangan dan perubahan yang terjadi dibidang perbankan tersebut serta mencoba mencari posisi yang sesuai dengan skala usaha kecil yang dimiliki. BPR merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan bidang perbankan, BPR memiliki usaha pokok yaitu menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan dan deposito kemudian menyalurkan pada masyarakat dalam bentuk kredit. Kegiatan ini dipercaya sebagai bentuk pengembangan usaha ekonomi dalam masyarakat melalui tindak mediasi antara pemegang capital dengan pelaku usaha yang sehat dan dinamis. Analsis SWOT digunakan untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan. Dengan melihat kekuatan yang dimiliki serta mengembangkan kekuatan tersebut dapat dipastikan bahwa perusahaan akan lebih maju dibanding pesaing yang ada. Demikian juga dengan kelemahan yang dimiliki harus diperbaiki agar perusahaan bisa tetap eksis. Peluang yang ada harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh perusahaan agar volume penjualan dapat meningkat. Dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan haruslah dihadapi dengan mengembangkan strategi pemasaran yang baik. SWOT menurut Sutojo dan F. Kleinsteuber (2006 : 8) adalah untuk menentukan tujuan usaha yang realistis, sesuai dengan kondisi perusahaan dan oleh karenanya diharapkan lebih mudah tercapai. SWOT adalah singkatan dari kata-kata Strength (kekuatan perusahaan) Weaknesses (kelemahan perusahaan), Opportunities (peluang bisnis) dan Threats (hambatan untuk mencapai tujuan). Apabila teknik swot analisis tersebut diterapkan dalam kasus menentukan tujuan strategi manajemen pemasaran dapat diutarakan sebelum menentukan tujuantujuan pemasaran yang ingin dicapai hendaknya perusahaan menganalisis : kekuatan dan kelemahan, peluang bisnis yang ada, berbagai macam hambatan yang mungkin timbul. Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal No.2/edisi Juli 2014 | 569 Opportunities dan Thearts yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang dan Ancaman dan faktor internal Kekuatan dan Kelemahan. Sedangkan Kotler (2008 : 88) mengemukakan bahwa analisis SWOT adalah evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman disebut analisis SWOT. Teknik analisis SWOT yang digunakan adalah sebagai berikut : a.Analisis Internal 1)Analisis Kekuatan (Strenght) Setiap perusahaan perlu menilai kekuatan dan kelemahannya dibandingkan para pesaingnya. Penilaian tersebut dapat didasarkan pada faktor-faktor seperti teknologi, sumber daya finansial, kemampuan kemanufakturan, kekuatan pemasaran, dan basis pelaggan yang dimiliki. Strenght (kekuatan) adalah keahlian dan kelebihan yang dimiliki oleh perusahaan pesaing. 2)Analisis Kelemahan (Weaknesses) Merupakan keadaan perusahaan dalam menghadapi pesaing mempunyai keterbatasan dan kekurangan serta kemampuan menguasai pasar, sumber daya serta keahlian. Jika orang berbicara tentang kelemahan yang terdapat dalam tubuh suatu satuan bisnis, yang dimaksud ialah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan kekurangan kemampuan tersebut bisa terlihat pada sarana dan prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah, keterampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak atau kurang diminta oleh para pengguna atau calon pengguna dan tingkat perolehan keuntungan yang kurang memadai. b. Analisis Eksternal 1) Analisis Peluang (Opportunity) Setiap perusahaan memiliki sumber daya yang membedakan dirinya dari perusahaan lain. Peluang dan terobosan atau keunggulan bersaing tertentu dan beberapa peluang membutuhkan sejumlah besar modal untuk dapat dimanfaatkan. Dipihak lain, perusahaan-perusahaan baru bemunculan. Peluang pemasaran adalah suatu daerah kebutuhan pembeli di mana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan. 2) Analisis Ancaman (Threats) Ancaman adalah tantangan yang diperlihatkan atau diragukan oleh suatu kecenderungan atau suatu perkembangan yang tidak menguntung-kan dalam lingkungan yang akan menyebabkan kemerosotan kedudukan perusahaan. Pengertian ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis. Jurnal EKBIS /Vol. XI/ Jika tidak diatasi, ancaman akan menjadi ganjalan bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun di masa depan. Dengan melakukan kedua analisis tersebut maka perusahaan dikenal dengan melakukan analisis SWOT. Kegiatan pemasaran selalu ada dalam setiap usaha, baik perusahaan yang berorientasi profit maupun usahausaha sosial. Pentingnya pemasaran dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat akan suatu produk atau jasa. Pemasaran akan menjadi semakin penting dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat. Kemudian juga dalam rangka menghadapi para pesaing yang dari waktu ke waktu semakin meningkat. Dalam melakukan kegiatan pemasaran suatu perusahaan tentu memiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Ada beberapa tujuan suatu perusahaan melakukan kegiatan pemasaran antara lain : 1. Memenuhi kebutuhan akan suatu produk maupun jasa 2. Memenuhi keinginan para pelanggan akan suatu produk atau jasa 3. Memberikan kepuasan semaksimal mungkin terhadap pelanggannya 4. Meningkatkan penjualan dan laba 5. Ingin menguasai pasar dan menghadapi pesaing Dewasa ini kegiatan pemasaran tidak hanya monopoli perusahaan yang berorientasi profit saja, bahkan usaha badan sosial sudah mulai menggunakan pemasaran dalam rangka memenuhi kebutuh-an dan keinginan konsumen. Bagi dunia perbankan yang merupakan badan usaha yang berorientasi profit, kegiatan pemasaran sudah merupakan suatu kebutuhan utama. Tanpa kegiatan pemasaran, jangan diharapkan kebutuhan dan keinginan pelanggannya akan terpenuhi. Oleh karena itu, bagi dunia perbankan perlu mengemas kegiatan pemasarannya secara terpadu dan terus menerus melakukan riset pasar. Pemasaran harus dikelola secara profesional, sehingga kebutuhan dan keinginan pelanggan akan segera terpenuhi. Pengelolaan pemasaran bank yang professional inilah yang disebut dengan pemasaran bank Konsep pemasaran BPR sebenarnya tidak banyak berbeda dengan konsep pemasaran untuk sektor bisnis yang lain, seperti sektor industri manufaktur, sektor bisnis jasa dan lain-lain. BPR merupakan salah satu jenis industri jasa, sehingga konsep pemasarannya lebih cenderung mengikuti konsep untuk produk jasa, yang membedakan perbankan dari industri jasa lainnya adalah banyaknya ketentuan dan peraturan pemerintah yang membatasi penggunaan konsep-konsep pemasaran, mengingat industri perbankan merupakan industri yang sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan masyarakat. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang datanya berupa kata– No.2/edisi Juli 2014 | 570 kata atau kalimat (Husaini Usman dan Purnomo,2008:54). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. 1. Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah : a.Data kualitatif yaitu data yang berupa keteranganketerangan secara tertulis, seperti keunggulan yang dimiliki oleh produk harmoni yang dipasarkan oleh BPR Nusamba Brondong Kantor Kas Lamongan serta dan data lainnya yang dapat menunjang penelitian ini. b.Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka secara tertulis yang meliputi, jumlah nasabah BPR Nusamba Brondong Kantor Kas Lamongan, jumlah produk tabungan harmoni serta data-data lainnya yang dianggap menunjang dalam pembahasan ini. 2. Sumber Data Sedangkan data yang diperoleh bersumber dari : a.Data primer yaitu data yang diproleh bersumber dari hasil penelitian lapangan melalui wawancara dan observasi secara langsung. b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai laporan dan dokumentasi BPR Nusamba Brondong Kantor Kas Lamongan yang dibuat secara berkala yang erat kaitannya dengan penelitian ini. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2006 : 72). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Nasabah taplus Harmoni BPR Nusamba Brondong Lamongan. Sampel adalah obyek wilayah atau peristiwa yang dijadikan cermin dari obyek penelitian dengan karakteristik dan ciri-ciri populasi. Pengambilan sampel digunakan untuk sekedar penaksiran, (Sugiyono, 2006 : 78). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebagian data-data yang berhubungan dengan permasalahan penelitian 4 tahun ke belakang yaitu mulai tahun 2009 samapai 2013. Untuk memperoleh informasi dan data yang diperlukan dalam penulisan ini maka penulis menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut : 1.Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti. 2. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan wawancara lansung dengan pimpinan perusahaan dan sejumlah karyawan yang memiliki keterkaitan langsung dengan permasalah yang penulis kemukakan. 3.Dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan mempelajari laporan dan dokumentasi perusahaaan menyangkut kegiatan pemasaran produk BPR Nusamba Brondong Kantor Kas Lamongan. Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah sehingga didefinisikan secara operasional agar menjadi petunjuk dalam penelitian ini sebagai berikut : Jurnal EKBIS /Vol. XI/ 1.BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersa-makan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. 2.Strategi pemasaran merupakan suatu cara atau alat yang dilakukan perusahaan untuk mencapai suatu tujuan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang melalui kegiatan pemasaran. 3.SWOT (Strenghts, Weaknesess, Opportunities dan Threats) adalah pendekatan analisis untuk menentukan formulasi strategi pemasaran perusahaan di masa mendatang. a. Strenghts (Kekuatan) adalah faktor-faktor internal perusahaan yang mendukung atau mempunyai keunggulan untuk pencapaian perkembangan pasaran. b. Weaknesess (Kelemahan) adalah faktor-faktor internal perusahaan yang menghambat atau membatasi perkembangan pasar. c. Opprtunities (Peluang) adalah faktor-faktor di luar lingkungan perusahaan yang menguntungkan dalam perkembangan pasar d. Threats (Ancaman) adalah faktor-faktor di luar lingkungan perusahaan yang merupakan ancaman bagi perusahaan sehingga menghambat perkembangan pasar. 4.a. IFAS adalah Internal Factors Analysis Summary, yaitu kesimpulan analisis dari berbagai faktor internal yang mempengaruhi keberlangsungan perusahaan. b. EFAS adalah External Factors Analysis Summary, yaitu kesimpulan analisisdari berbagai faktor eksternal yang mempengaruhi keberlangsungan perusahaan. Dalam melakukan analisa data dilakukan dalam beberapa tahap. 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif ini merupakan tahap lanjutan dari metode yang digunakan untuk menjelaskan hasil perhitungan dari analisis kuantitatif sebelumnya guna mengetahui keterkaitannya dengan toeri-teori yang relevan dan hasil analisis yang telah diperoleh, disamping itu juga untuk membandingkan antara hasil survey data primer yang telah dilakukan dilapangan untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif mengenai aktivitas yang terdapat pada objek studi. 2. Analisa Kualitatif 2.1 Analisa Lingkungan Eksternal – internal Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan. Faktor-faktor internal dan eksternal kemudian diberi skor setelah sebelumnya dilakukan pembobotan dan penetapan rating. Kemudian diperoleh total skor yang akan menggambarkan kondisi usaha perusahaan dengan strategi yang telah disiapkan. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan No.2/edisi Juli 2014 | 571 kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threat). Perencanaan strategis harus menganalisis faktorfaktor strategis perusahaan (kekuatan,kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT (Rangkuti, 2008:19). Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT atau disebut juga dengan matriks TOWS. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis a. Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. b. Strategi ST Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman c. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada d. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman. Analisis SWOT dalam pemasaran produk tabungan, khususnya pada PT. BPR Nusamba Brondong, mempunyai hubungan yang signifikan dalam situasi persaingan dalam pemasaran produk tabungan. Salah satu titik tolak dalam pembahasan ini, adalah analisis SWOT. Evaluasi atas analisis SWOT melalui evaluasi atas kekuatan, kelemahan, marketing mix yang telah dilakukan dalam pemasaran nasabah penabung. Adapun tujuan dan sasaran dari evaluasi analisis SWOT dalam pemasaran produk tabungan Harmoni Plus pada PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan adalah sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan target dalam pemasaran produk tabungan, khususnya pada PT. BPR Nusamba Brondong. 2. Evaluasi dengan menggunakan analisis SWOT, dapat mengetahui bagaimana kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pasar yang dihadapi oleh PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan. Mengacu pada tujuan dan sasaran dilakukannya evaluasi atas penerapan analisis SWOT, maka akan dapat diketahui apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan, dan peluang apa yang mampu mendukung perkembangan pemasaran produk tabungan dan ancaman Jurnal EKBIS /Vol. XI/ bagaimana yang nantinya akan dihadapi PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan. . 1. Strength (keunggulan) Adapaun keunggulan (strength) atas produk tabungan Harmoni Plus yang dapat diuraikan sebagai berikut : a.Bunga progresif Harmoni Plus maksimal 5% pertahun b. Penyetoran dan pengambilan dapat dilakukan di semua cabang PT. BPR Nusamba c.Berhadiah dengan menggunakan sistem kupon undian d.Harmoni Plus untuk Setoran pertama minimal Rp. 100.000, dan selanjutnya Rp. 100.000 e.Lokasi kantor PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan yang mudah dijangkau oleh pihak nasabah f. Dipasarkan pada semua lapisan masyarakat secara perorangan dan No.2/edisi Juli 2014 | 572 Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan, nampak bahwa penggunan saluran pemasaran di atas ternyata tidak akurat, dimana dalam pemasaran tabungan Harmoni Plus tidak menggunakan tenaga marketing secara khusus yang berperan untuk mencari calon nasabah. Sedangkan lainnya rata-rata menggunakan tenaga marketing dalam mencari nasabah. 3. Kesempatan (Opportunity) Untuk mengetahui seberapa besar peluang PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan dapat diukur dengan melakukan analisis peluang yang diperoleh melalui pemasaran Harmoni Plus selama ini. Adapun peluang yang mempengaruhi Harmoni Plus yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1.Adanya kepercayaan masyarakat pada PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan. 2. Weakness (Kelemahan) Kelemahan-kelemahan yang dihadapi oleh PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan yaitu sebagai berikut : 1. PT. BPR Nusamba Brondong seringkali terjadi antrian yang cukup lama saat penyetoran atau penarikan uang tunai. 2. Tingkat suku bunga yang ditetapkan lebih rendah dibanding BPR yang lain Masalah suku bunga progresif bagi nasabah penabung merupakan faktor yang paling penting. Dimana dengan tingkat suku bunga tabungan yang bersaing akan mempengaruhi keputusan nasabah dalam memilih produk tabungan. Oleh karena itulah akan disajikan perbandingan suku bunga PT. BPR Nusamba Brondong dibandingkan suku bunga bank lainnya yaitu sebagai berikut : Tabel 1 PT. BPR NUSAMBA BRONDONG PERBANDINGAN SUKU BUNGA HARMONI PLUS DENGAN BPR LAINNYA TAHUN 2013 Jenis BPRTingkat Bunga Pertahun(%) PT BPR Jatim Lamongan 4,25 PT BPR Delta Lamongan 4,50 PT. BPR Nusamba Brondong 4 PT. BPR Babat Lestari 4,10 Sumber : Hasil survey pada beberapa PT. BPR di Lamongan Dari perbandingan tingkat suku bunga antara PT. BPR Nusamba Brondong, Tbk jika dibandingkan dengan bank lainnya terlihat bahwa tingkat suku bunga Harmoni Plus lebih rendah jika dibandingkan dengan bank lainnya sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu kelemahan pada PT. PT. BPR Nusamba Brondong Tbk Cabang Lamongan adalah tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh lebih rendah jika dibandingkan dengan bank lainnya. 3. Tidak menggunakan tenaga marketing secara khusus untuk mencari calon nasabah. 4. Saluran Pemasaran Tidak Akurat 2.Citra yang positif PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan di mata masyarakat. 3.Kondisi perekonomian di Lamongan yang stabil dan berkembang pesat. 4.Adanya dukungan pemerintah terhadap produk Harmoni Plus. 5.Potensi perekonomian di Indonesia sudah membaik sehingga berdampak terhadap pendapatan masyarakat. Dengan adanya peluang-peluang yang ada pada PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan dalam pemasaran Harmoni Plus maka akan berdampak terhadap peningkatan nasabah penabung khususnya dalam tahun 2009 s/d 2013. 4. Threat (Ancaman atau Hambatan) Ancaman atau hambatan dalam pemasaran produk tabungan Harmoni Plus saat ini kondisi pesaing yang semakin ketat. Dimana munculnya perusahaan bpr yang menawarkan produk bpr yang berkualitas dengan tingkat suku bunga yang bersaing. Dimana ancaman lainnya adalah peraturan pemerintah mengenai BPR yang sering berubah-ubah. Strategi Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang yaitu strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi WO yang dapat diterapkan adalah: Strategi WO yang diperoleh dari peluang masyarakat yang dengan adanya kepercayaan masyarakat pada PT. BPR Nusamba brondong, Citra positif PT. BPR Nusamba brondong,Kondisi perekonomian di masyarakat yang stabil dan berkembang pesat,Adanya dukungan pemerintah terhadap produk Harmoni Plus serta Potensi perekonomian di Indonesia sudah membaik sehingga berdampak terhadap pendapatan masyarakat Peluang tersebut dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan yang terdapat di PT. BPR Nusamba brondong, Jurnal EKBIS /Vol. XI/ yaitu Penambahan fasilitas-fasilitas yang berbasis teknologi, Promosi diberbagai media serta terciptanya tim pemasaran yang solid dan didukung SDM yang proesional. B. Strategi WT Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman adalah strategi untuk mengurangi kelemahan perusahaan serta menghindari ancaman dari faktor eksternal. Strategi WT yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi kelemahan perusahaan, yakni meningkatkan ide-ide kreatif dan inovatif produk tabungan, mempertahankan ciri khas produk,mempertahankan performansi keuangan untuk dapat memenangkan persaingan ,melakukan promosibesar besaran dalam merebut pasar serta memberikan tingkat bunga yang lebih bersaing. No.2/edisi Juli 2014 | 573 1. Untuk dapat meningkatkan pemasaran produk Harmoni Plus, maka perlu pihak PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan perlu variasi produk, fasilitas, manfaat, maupun program-program menguntungkan nasabah dan melalui upaya promosi yang lebih gencar dan penambahan SDM yang professional dibidang pemasaran perlu dibentuk tim marketing yang handal serta Dipasarkan pada semua lapisan masyarakat secara perorangan dan lembaga. 2 Dalam pemasaran produk Harmoni Plus perlu memperbaiki kelemahan-kelemahan seperti memberikan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan nasabah, menambah loket penyetoran atau penarikan dan menetapkan tingkat suku bunga yang lebih bersaing. KESIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan uraian dan pembahasan atas masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil analisis analisis SWOT, Strategi yang dilakukan PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nasabah Tabungan Harmoni Plus agar tidak beralih ke pesaing melalui upaya promosi yang lebih gencar dan penambahan SDM yang professional dibidang pemasaran perlu dibentuk tim marketing yang handal serta Dipasarkan pada semua lapisan masyarakat secara perorangan dan lembaga. Hal ini terus didukung dengan menjaga image perusahaan yang baik dan memberikan pelayanan yang baik kepada nasabah melampaui kepuasannya, serta terus menjaga tali silaturahmi dengan para nasabahnya. Strategi ini dapat dicapai apabila didukung dengan menambah usaha promosi yang lebih gencar mengenai produk Tabungan Harmoni Plus dengan menawarkan variasi produk, fasilitas, manfaat, maupun program-program menguntungkan yang dijanjikan oleh PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan yang disesuaikan dengan segmen yang dituju. Langkah itu dilakukan dengan melakukan identifikasi segmen nasabah agar promosi itu efektif dan efisien. Selain itu, strategi ini bisa dilakukan dengan cara meningkatkan pelayanan yang sudah terjalin dengan channelling untuk mempermudah transaksi yang dilakukan nasabah. 2.Dari hasil analisis SWOT yang menjadi peluang adalah adanya kepercayaan masyarakat dengan produk Harmoni Plus dan selain itu karena perekonomian di Indonesia yang sudah cukup stabil. Sedangkan ancaman dalam analisis SWOT adalah ketatnya persaingan antara BPR dalam pemasaran nasabah penabung. SARAN Setelah kita menyimpulkan hasil analisis, maka penulis akan mencoba mengemu-kakan saran-saran yang mungkin dapat berguna bagi perusahaan yaitu sebagai berikut : DAFTAR PUSTAKA Undang-undang Perbankan No. 14 tahun 1998, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : Rajawali Pers, Jakarta Sutojo, Siswanto dan F. Kleinsteuber, 2006, Strategi Manajemen Pemasaran, cetakan kedua, Penerbit : Damar Mulia Pustaka, Jakarta Philip, Kotler, 2008, Manajemen Pemasaran, terjemahan Hendra Teguh, edisi keduabelas, cetakan kedua, Penerbit : Prenhalindo, Jakarta Husaini Usman dan Purnomo,2008, Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatifs, Penerbit BPFE, Yogyakarta Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV, Alvabeta, Bandung Fredy, Rangkuti, 2008, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, cetakan kelimabelas, Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Ahmad, Subagyo 2010, Marketing In Business, edisi pertama, cetakan pertaqma, Penerbit : Mitra Wacana Media, Jakarta Basu Swstha Dharmestha, dan T. Hani Handoko, 2008, Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku Konsumen, edisi pertama, cetakan keempat, Penerbit : BPFE, Yogyakarta Iman Sentot, Wahjono, 2010, Manajemen Pemasaran Bank, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : Graha Ilmu, Yogyakarta Lukman, Dendawijaya, 2008, Manajemen Perbankan, cetakan pertama, Penerbit : Ghalia Indonesia, Jakarta Malayu, Hasibuan, SP, 2007, Dasar-dasar Perbankan, cetakan pertama, Penerbit : Bumi Aksara, Jakarta Jurnal EKBIS /Vol. XI/ No.2/edisi Juli 2014 | 574