perancangan sistem pembelajaran berbasis web

advertisement
Jurnal EKBIS /Vol. XI/
No.2/edisi
Juli 2014
| 568
ANALISIS SWOT UNTUK MENENTUKAN STRATEGI PENGEMBANGAN
TABUNGAN HARMONI PLUS PADA BPR NUSAMBA BRONDONG KANTOR
KAS LAMONGAN
*( Muhammad Rizal Nur Irawan
Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Lamongan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan implikasi strategi yang dapat digunakan melalui model analisis SWOT. Hasil
penelitian diperoleh bahwa menunjukkan strenght (keunggulan) dalam pemasaran Harmoni Plus khususnya pada PT.
BPR Nusamba Brondong Lamongan yang dapat meliputi Bunga progresif Harmoni Plus maksimal 5% pertahun,
Penyetoran dan pengambilan dapat dilakukan di semua cabang PT. BPR Nusamba, Berhadiah dengan menggunakan
sistem kupon undian, Harmoni Plus untuk Setoran pertama minimal Rp. 100.000.Dari hasil evaluasi SWOT maka yang
menjadi kelemahan adalah melalui pelayanan bank yang belum dapat memberikan kepuasan nasabah penabung,
seringkali terjadi antrian saat penyetoran atau penarikan uang, tingkat suku bunga yang lebih rendah dari pesaing dan
kurangnya kegiatan promosi yang dilakukan oleh PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan. Dari hasil analisis SWOT
yang menjadi peluang adalah adanya kepercayaan masyarakat dengan produk Harmoni Plus dan selain itu karena
perekonomian di Indonesia yang sudah cukup stabil. Sedangkan ancaman dalam analisis SWOT adalah ketatnya
persaingan antara BPR dalam pemasaran nasabah penabung..Dimana peluang yang tersedia sangat menyakinkan namun
belum maksimal dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk mengelolanya. Strategi yang
direkomendasikan adalah mengatasi kelemahan yang diuraikan dalam pembahasan untuk menggarap peluang yang ada..
Kata Kunci: Strategi pengembangan, Tabungan Harmoni Plus
PENDAHULUAN
Sejarah terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) berakar sejak jaman penjajahan Belanda,
Perkreditan Rakyat diIndonesia dimulai sejak abad 19
dengan berdirinya Bank Kredit Rakyat (BKR) dan
Lumbung Desa, yang dibangun dengan tujuan membantu
para petani, pegawai dan buruh agar dapat melepaskan diri
dari jeratan lintah darat (rentenir) yang membebankan
dengan bunga yang sangat tinggi.
Pada masa Pemerintahan Koloni Belanda, Perkreditan
Rakyat dikenal masayarakat dengan istilah Lumbung Desa,
Bank Tani dan Bank Dagang Desa, yang saat itu hanya
ada di Jawa dan Bali. Tahun 1929 berdiri badan yang
menangani kredit pedesaan yaitu, Badan Kredit Desa
(BKD) yang terdapat di pulau Jawa dan Bali, sementara
untuk Pengawasan dan Pembinaan, Pemerintah Kolinial
Belanda membentuk Kas Pusat dan Dinas Perkreditan
Rakyat, dengan mana lembaga yaitu Instansi Kas Pusat
(IKP).
Setelah Indonesia merdeka, Pemerintah mendorong
pendirian bank-bank Pasar yang terutama sangat dikenal
karena didirikan dilingkungan pasar dan bertujuan untuk
memberikan pelayanan jasa keuangan kepada para
pedagang pasar. Bank-bank Pasar tersebut kemudian
berdasarkan Pakto 1988 dikukuhkan menjadi Bank
Perkreditan Rakyat (BPR). Sejak itu BPR di Indonesia
tumbuh dengan subur.
Jenis pembiayaan usaha yang terjadi di tengah masyarakat,
terdapat sistem rentenir yang sangat merugikan pelaku
usaha, bahkan sistem bagi hasil yang terjadi dalam
masyarakat, masih sering kurang bersifat proporsional
(tetap merugikan pelaku usaha). Bagi pelaku usaha, sistem
bagi hasil juga sering menimbulkan efek berupa ”kurang
percaya diri”, sehingga menimbulkan kurang bersemangat.
Oleh sebab itu, ditengah-tengah masyarakat diperlukan
institusi formal yang bergerak membantu
dalam
pengadaan dan mencukupi bagi pembiayaan usaha.
Selanjutnya, sejalan dengan perkembangan dunia usaha
yang semakin mengglobal, diperkirakan akan terjadi suatu
pergeseran dari usaha yang besar yang selama ini
berorientasi kepada segmen pasar yang luas kepada usaha
yang lebih kecil dengan orientasi pasar yang lebih
terfokus dan memiliki konsumen dengan karakteristik
usaha yang potensial. Hal ini diperkirakan terjadi juga
pada dunia perbankan sehingga menuntut BPR Nusamba
Brondong yang telah memiliki pangsa pasar potensial
pada segmen menengah ke bawah untuk dapat
mempertahankan dan meningkatkan pelayanan kepada
nasabah.
Persaingan pelayanan jasa perbankan, ritel dan lembaga
keuangan kecil lainnya yang semakin tajam membuat
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tidak hanya menghadapi
persaingan dengan sesama BPR tetapi juga lembaga
keuangan kecil lainya seperti BPR Unit, koperasi simpan
pinjam (Korsipa), KUD/USP, dan lainnya. Bahkan dengan
Bank umum yang dewasa ini banyak memberikan jasa
ritel. Kecenderungan persaingan yang tajam diantara
lembaga-lembaga keuangan kecil yang bergerak di bidang
micro finance dan mempunyai pangsa yang sama dengan
BPR, merupakan tantangan yang harus dihadapi BPR,
karena jika BPR tidak memenangkan persaingan, maka
dikhawatirkan akan mengancam kelangsungan usaha BPR.
Berbagai upaya yang perlu dilakukan BPR untuk
meningkatkan kemampuan dan ketahanan dalam bersaing,
Jurnal EKBIS /Vol. XI/
peningkatan pelayanan menjadi peryaratan mutlak yang
harus selalu ditingkatkan, propesionalisme dan inovasi
harus dilakukan begitu juga perluasan dan pencarian
pangsa pasar baru guna melakukan ekspansi usaha harus
terus dicari terobosannya.
Sesuai dengan Undang-undang No. 07 Tahun 1997
tentang Perbankan yang telah diubah dengan UU No. 10
Tahun 1998, misi BPR telah bergeser yang semula
ditujukan dalam rangka mordenisasi pedesaan menjadi
diarahkan untuk mendorong pengembangan usaha kecil
dan pengusaha ekonomi lemah. Dengan perubahan misi
tersebut maka BPR Nusamba brondong memiliki peranan
strategis sebagai motor penggerak untuk mendorong
pengembangan pengusaha kecil dan golongan ekonomi
lemah baik di pedesaan maupun di perkotaan. Pembukaan
kantor cabang merupakan salah satu usaha untuk bisa
mengikuti perkembangan dan perubahan yang terjadi
dibidang perbankan tersebut serta mencoba mencari posisi
yang sesuai dengan skala usaha kecil yang dimiliki.
BPR merupakan salah satu bentuk lembaga
keuangan bidang perbankan, BPR memiliki usaha pokok
yaitu menghimpun dana masyarakat dalam bentuk
tabungan dan deposito kemudian menyalurkan pada
masyarakat dalam bentuk kredit. Kegiatan ini dipercaya
sebagai bentuk pengembangan usaha ekonomi dalam
masyarakat melalui tindak mediasi antara pemegang
capital dengan pelaku usaha yang sehat dan dinamis.
Analsis SWOT digunakan untuk melihat kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh
perusahaan. Dengan melihat kekuatan yang dimiliki serta
mengembangkan kekuatan tersebut dapat dipastikan
bahwa perusahaan akan lebih maju dibanding pesaing
yang ada. Demikian juga dengan kelemahan yang dimiliki
harus diperbaiki agar perusahaan bisa tetap eksis. Peluang
yang ada harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh
perusahaan agar volume penjualan dapat meningkat. Dan
ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan haruslah
dihadapi dengan mengembangkan strategi pemasaran
yang baik.
SWOT menurut Sutojo dan F. Kleinsteuber (2006 :
8) adalah untuk menentukan tujuan usaha yang realistis,
sesuai dengan kondisi perusahaan dan oleh karenanya
diharapkan lebih mudah tercapai.
SWOT adalah singkatan dari kata-kata Strength
(kekuatan
perusahaan)
Weaknesses
(kelemahan
perusahaan), Opportunities (peluang bisnis) dan Threats
(hambatan untuk mencapai tujuan).
Apabila teknik swot analisis tersebut diterapkan
dalam kasus menentukan tujuan strategi manajemen
pemasaran dapat diutarakan sebelum menentukan tujuantujuan pemasaran yang ingin dicapai hendaknya
perusahaan menganalisis : kekuatan dan kelemahan,
peluang bisnis yang ada, berbagai macam hambatan yang
mungkin timbul.
Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh
kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor
tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT.
SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal
Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal
No.2/edisi
Juli 2014
| 569
Opportunities dan Thearts yang dihadapi dunia bisnis.
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal
Peluang dan Ancaman dan faktor internal Kekuatan dan
Kelemahan.
Sedangkan Kotler (2008 : 88) mengemukakan
bahwa analisis SWOT adalah evaluasi terhadap
keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
disebut analisis SWOT.
Teknik analisis SWOT yang digunakan adalah
sebagai berikut :
a.Analisis Internal
1)Analisis Kekuatan (Strenght)
Setiap perusahaan perlu menilai kekuatan dan
kelemahannya
dibandingkan
para
pesaingnya.
Penilaian tersebut dapat didasarkan pada faktor-faktor
seperti teknologi, sumber daya finansial, kemampuan
kemanufakturan, kekuatan pemasaran, dan basis
pelaggan yang dimiliki. Strenght (kekuatan) adalah
keahlian dan kelebihan yang dimiliki oleh perusahaan
pesaing.
2)Analisis Kelemahan (Weaknesses)
Merupakan keadaan perusahaan dalam
menghadapi pesaing mempunyai keterbatasan dan
kekurangan serta kemampuan menguasai pasar,
sumber daya serta keahlian. Jika orang berbicara
tentang kelemahan yang terdapat dalam tubuh suatu
satuan bisnis, yang dimaksud ialah keterbatasan atau
kekurangan dalam hal sumber, keterampilan dan
kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi
penampilan kinerja organisasi yang memuaskan.
Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan kekurangan
kemampuan tersebut bisa terlihat pada sarana dan
prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki,
kemampuan manajerial yang rendah, keterampilan
pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar,
produk yang tidak atau kurang diminta oleh para
pengguna atau calon pengguna dan tingkat perolehan
keuntungan yang kurang memadai.
b. Analisis Eksternal
1) Analisis Peluang (Opportunity)
Setiap perusahaan memiliki sumber daya
yang membedakan dirinya dari perusahaan lain.
Peluang dan terobosan atau keunggulan bersaing
tertentu dan beberapa peluang membutuhkan sejumlah
besar modal untuk dapat dimanfaatkan. Dipihak lain,
perusahaan-perusahaan baru bemunculan. Peluang
pemasaran adalah suatu daerah kebutuhan pembeli di
mana
perusahaan
dapat
beroperasi
secara
menguntungkan.
2) Analisis Ancaman (Threats)
Ancaman adalah tantangan yang diperlihatkan atau
diragukan oleh suatu kecenderungan atau suatu
perkembangan yang tidak menguntung-kan dalam
lingkungan yang akan menyebabkan kemerosotan
kedudukan perusahaan. Pengertian ancaman merupakan
kebalikan pengertian peluang. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa ancaman adalah faktor-faktor lingkungan
yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis.
Jurnal EKBIS /Vol. XI/
Jika tidak diatasi, ancaman akan menjadi ganjalan
bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk masa
sekarang maupun di masa depan. Dengan melakukan
kedua analisis tersebut maka perusahaan dikenal dengan
melakukan analisis SWOT.
Kegiatan pemasaran selalu ada dalam setiap usaha,
baik perusahaan yang berorientasi profit maupun usahausaha sosial. Pentingnya pemasaran dilakukan dalam
rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat
akan suatu produk atau jasa. Pemasaran akan menjadi
semakin penting dengan semakin meningkatnya
pengetahuan masyarakat. Kemudian juga dalam rangka
menghadapi para pesaing yang dari waktu ke waktu
semakin meningkat.
Dalam melakukan kegiatan pemasaran suatu
perusahaan tentu memiliki beberapa tujuan yang hendak
dicapai, baik tujuan jangka pendek maupun jangka
panjang. Ada beberapa tujuan suatu perusahaan
melakukan kegiatan pemasaran antara lain :
1. Memenuhi kebutuhan akan suatu produk
maupun jasa
2. Memenuhi keinginan para pelanggan akan suatu
produk atau jasa
3. Memberikan kepuasan semaksimal
mungkin
terhadap pelanggannya
4. Meningkatkan penjualan dan laba
5. Ingin menguasai pasar dan menghadapi pesaing
Dewasa ini kegiatan pemasaran tidak hanya
monopoli perusahaan yang berorientasi profit saja, bahkan
usaha badan sosial sudah mulai menggunakan pemasaran
dalam rangka memenuhi kebutuh-an dan keinginan
konsumen.
Bagi dunia perbankan yang merupakan badan
usaha yang berorientasi profit, kegiatan pemasaran sudah
merupakan suatu kebutuhan utama. Tanpa kegiatan
pemasaran, jangan diharapkan kebutuhan dan keinginan
pelanggannya akan terpenuhi. Oleh karena itu, bagi dunia
perbankan perlu mengemas kegiatan pemasarannya secara
terpadu dan terus menerus melakukan riset pasar.
Pemasaran harus dikelola secara profesional, sehingga
kebutuhan dan keinginan pelanggan akan segera terpenuhi.
Pengelolaan pemasaran bank yang professional inilah
yang disebut dengan pemasaran bank
Konsep pemasaran BPR sebenarnya tidak banyak
berbeda dengan konsep pemasaran untuk sektor bisnis
yang lain, seperti sektor industri manufaktur, sektor bisnis
jasa dan lain-lain. BPR merupakan salah satu jenis industri
jasa, sehingga konsep pemasarannya lebih cenderung
mengikuti konsep untuk produk jasa, yang membedakan
perbankan dari industri jasa lainnya adalah banyaknya
ketentuan dan peraturan pemerintah yang membatasi
penggunaan
konsep-konsep pemasaran, mengingat
industri perbankan merupakan industri yang sangat
dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan masyarakat.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan suatu penelitian yang datanya berupa kata–
No.2/edisi
Juli 2014
| 570
kata atau kalimat (Husaini Usman dan Purnomo,2008:54).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif.
1. Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah :
a.Data kualitatif yaitu data yang berupa keteranganketerangan secara tertulis, seperti keunggulan yang
dimiliki oleh produk harmoni yang dipasarkan oleh
BPR Nusamba Brondong Kantor Kas Lamongan
serta dan data lainnya yang dapat menunjang
penelitian ini.
b.Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka
secara tertulis yang meliputi, jumlah nasabah BPR
Nusamba Brondong Kantor Kas Lamongan, jumlah
produk tabungan harmoni serta data-data lainnya
yang dianggap menunjang dalam pembahasan ini.
2. Sumber Data Sedangkan data yang diperoleh bersumber
dari :
a.Data primer yaitu data yang diproleh bersumber dari
hasil penelitian lapangan melalui wawancara dan
observasi secara langsung.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai
laporan dan dokumentasi BPR Nusamba Brondong
Kantor Kas Lamongan yang dibuat secara berkala
yang erat kaitannya dengan penelitian ini.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
subyek atau obyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2006 : 72). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah Nasabah taplus Harmoni BPR Nusamba Brondong
Lamongan.
Sampel adalah obyek wilayah atau peristiwa yang
dijadikan cermin dari obyek penelitian dengan
karakteristik dan ciri-ciri populasi. Pengambilan sampel
digunakan untuk sekedar penaksiran, (Sugiyono, 2006 :
78).
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebagian
data-data yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian 4 tahun ke belakang yaitu mulai tahun 2009
samapai 2013.
Untuk memperoleh informasi dan data yang
diperlukan
dalam
penulisan
ini maka
penulis
menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut :
1.Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan
melakukan pengamatan secara langsung terhadap
obyek yang diteliti.
2. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan mengadakan wawancara lansung
dengan pimpinan perusahaan dan sejumlah karyawan
yang memiliki keterkaitan langsung dengan
permasalah yang penulis kemukakan.
3.Dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan
mempelajari laporan dan dokumentasi perusahaaan
menyangkut kegiatan pemasaran produk BPR
Nusamba Brondong Kantor Kas Lamongan.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah
sehingga didefinisikan secara operasional agar menjadi
petunjuk dalam penelitian ini sebagai berikut :
Jurnal EKBIS /Vol. XI/
1.BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima
simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka,
tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersa-makan
dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.
2.Strategi pemasaran merupakan suatu cara atau alat yang
dilakukan perusahaan untuk mencapai suatu tujuan
dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang melalui
kegiatan pemasaran.
3.SWOT (Strenghts, Weaknesess, Opportunities dan
Threats) adalah pendekatan analisis untuk menentukan
formulasi strategi pemasaran perusahaan di masa
mendatang.
a. Strenghts (Kekuatan) adalah faktor-faktor internal
perusahaan yang mendukung atau mempunyai
keunggulan untuk pencapaian perkembangan
pasaran.
b. Weaknesess (Kelemahan) adalah faktor-faktor
internal perusahaan yang menghambat atau
membatasi perkembangan pasar.
c. Opprtunities (Peluang) adalah faktor-faktor di luar
lingkungan perusahaan yang
menguntungkan
dalam perkembangan pasar
d. Threats (Ancaman) adalah faktor-faktor di luar
lingkungan perusahaan yang merupakan ancaman
bagi
perusahaan
sehingga
menghambat
perkembangan pasar.
4.a. IFAS adalah Internal Factors Analysis Summary,
yaitu kesimpulan analisis
dari berbagai faktor internal yang mempengaruhi
keberlangsungan perusahaan.
b. EFAS adalah External Factors Analysis Summary,
yaitu kesimpulan analisisdari berbagai faktor eksternal
yang mempengaruhi keberlangsungan perusahaan.
Dalam melakukan analisa data dilakukan dalam
beberapa tahap.
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif ini merupakan tahap lanjutan dari
metode yang digunakan untuk menjelaskan hasil
perhitungan dari analisis kuantitatif sebelumnya guna
mengetahui keterkaitannya dengan toeri-teori yang
relevan dan hasil analisis yang telah diperoleh,
disamping itu juga untuk membandingkan antara hasil
survey data primer yang telah dilakukan dilapangan
untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif
mengenai aktivitas yang terdapat pada objek studi.
2. Analisa Kualitatif
2.1 Analisa Lingkungan Eksternal – internal
Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui
faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan.
Faktor-faktor internal dan eksternal kemudian diberi
skor setelah sebelumnya dilakukan pembobotan dan
penetapan rating. Kemudian diperoleh total skor
yang akan menggambarkan kondisi usaha
perusahaan dengan strategi yang telah disiapkan.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor
untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan
No.2/edisi
Juli 2014
| 571
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threat).
Perencanaan strategis harus menganalisis faktorfaktor strategis perusahaan (kekuatan,kelemahan,
peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat
ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model
yang paling populer untuk analisis situasi adalah
Analisis SWOT (Rangkuti, 2008:19).
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis
perusahaan adalah matriks SWOT atau disebut juga
dengan matriks TOWS. Matriks ini dapat menggambarkan
secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal
yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini
dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif
strategis
a.
Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran
perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh
kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan
yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi
ancaman
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan
peluang yang ada dengan cara meminimalkan
kelemahan yang ada
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat
defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan
yang ada, serta menghindari ancaman.
Analisis SWOT dalam pemasaran produk tabungan,
khususnya pada PT. BPR Nusamba Brondong,
mempunyai hubungan yang signifikan dalam situasi
persaingan dalam pemasaran produk tabungan. Salah satu
titik tolak dalam pembahasan ini, adalah analisis SWOT.
Evaluasi atas analisis SWOT melalui evaluasi atas
kekuatan, kelemahan, marketing mix yang telah dilakukan
dalam pemasaran nasabah penabung.
Adapun tujuan dan sasaran dari evaluasi analisis
SWOT dalam pemasaran produk tabungan Harmoni Plus
pada PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan adalah
sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan target dalam pemasaran produk
tabungan, khususnya pada PT. BPR Nusamba
Brondong.
2. Evaluasi dengan menggunakan analisis SWOT, dapat
mengetahui bagaimana kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman pasar yang dihadapi oleh PT. BPR
Nusamba Brondong Lamongan.
Mengacu pada tujuan dan sasaran dilakukannya evaluasi
atas penerapan analisis SWOT, maka akan dapat
diketahui apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan,
dan peluang apa yang mampu
mendukung
perkembangan pemasaran produk tabungan dan ancaman
Jurnal EKBIS /Vol. XI/
bagaimana yang nantinya akan dihadapi PT. BPR
Nusamba Brondong Lamongan.
. 1. Strength (keunggulan)
Adapaun keunggulan (strength) atas produk tabungan
Harmoni Plus yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a.Bunga progresif Harmoni Plus maksimal 5% pertahun
b. Penyetoran dan pengambilan dapat dilakukan di semua
cabang PT. BPR Nusamba
c.Berhadiah dengan menggunakan sistem kupon undian
d.Harmoni Plus untuk Setoran pertama minimal Rp.
100.000, dan selanjutnya Rp. 100.000
e.Lokasi kantor PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan
yang mudah dijangkau oleh pihak nasabah
f. Dipasarkan pada semua lapisan masyarakat secara
perorangan dan
No.2/edisi
Juli 2014
| 572
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis
lakukan, nampak bahwa penggunan saluran pemasaran
di atas ternyata tidak akurat, dimana dalam pemasaran
tabungan Harmoni Plus tidak menggunakan tenaga
marketing secara khusus yang berperan untuk mencari
calon
nasabah.
Sedangkan
lainnya
rata-rata
menggunakan tenaga marketing dalam mencari nasabah.
3. Kesempatan (Opportunity)
Untuk mengetahui seberapa besar peluang PT. BPR
Nusamba Brondong Lamongan dapat diukur dengan
melakukan analisis peluang yang diperoleh melalui
pemasaran Harmoni Plus selama ini. Adapun peluang
yang mempengaruhi Harmoni Plus yang dapat
diuraikan sebagai berikut :
1.Adanya kepercayaan masyarakat pada PT. BPR
Nusamba Brondong Lamongan.
2. Weakness (Kelemahan)
Kelemahan-kelemahan yang dihadapi oleh
PT. BPR
Nusamba Brondong Lamongan yaitu sebagai berikut :
1. PT. BPR Nusamba Brondong seringkali terjadi antrian
yang cukup lama saat penyetoran atau penarikan uang
tunai.
2. Tingkat suku bunga yang ditetapkan lebih rendah
dibanding BPR yang lain Masalah suku bunga
progresif bagi nasabah penabung merupakan faktor
yang paling penting. Dimana dengan tingkat suku
bunga tabungan yang bersaing akan mempengaruhi
keputusan nasabah dalam memilih produk tabungan.
Oleh karena itulah akan disajikan perbandingan suku
bunga PT. BPR Nusamba Brondong dibandingkan
suku bunga bank lainnya yaitu sebagai berikut :
Tabel 1
PT. BPR NUSAMBA BRONDONG
PERBANDINGAN SUKU BUNGA HARMONI PLUS
DENGAN BPR LAINNYA TAHUN 2013
Jenis BPRTingkat Bunga Pertahun(%)
PT BPR Jatim Lamongan
4,25
PT BPR Delta Lamongan
4,50
PT. BPR Nusamba Brondong
4
PT. BPR Babat Lestari
4,10
Sumber : Hasil survey pada beberapa PT. BPR di
Lamongan
Dari perbandingan tingkat suku bunga antara
PT. BPR Nusamba Brondong, Tbk jika dibandingkan
dengan bank lainnya terlihat bahwa tingkat suku bunga
Harmoni Plus lebih rendah jika dibandingkan dengan
bank lainnya sehingga dapat disimpulkan bahwa salah
satu kelemahan pada PT. PT. BPR Nusamba Brondong
Tbk Cabang Lamongan adalah tingkat suku bunga
yang ditetapkan oleh lebih rendah jika dibandingkan
dengan bank lainnya.
3. Tidak menggunakan tenaga marketing secara khusus
untuk mencari calon nasabah.
4. Saluran Pemasaran Tidak Akurat
2.Citra yang positif PT. BPR Nusamba Brondong
Lamongan di mata masyarakat.
3.Kondisi perekonomian di Lamongan yang stabil dan
berkembang pesat.
4.Adanya dukungan pemerintah terhadap produk
Harmoni Plus.
5.Potensi perekonomian di Indonesia sudah membaik
sehingga
berdampak
terhadap
pendapatan
masyarakat.
Dengan adanya peluang-peluang yang ada pada PT.
BPR Nusamba Brondong Lamongan dalam pemasaran
Harmoni Plus maka akan berdampak terhadap
peningkatan nasabah penabung khususnya dalam tahun
2009 s/d 2013.
4. Threat (Ancaman atau Hambatan)
Ancaman atau hambatan dalam pemasaran
produk tabungan Harmoni Plus saat ini kondisi
pesaing yang semakin ketat. Dimana munculnya
perusahaan bpr yang menawarkan produk bpr yang
berkualitas dengan tingkat suku bunga yang bersaing.
Dimana ancaman lainnya adalah peraturan pemerintah
mengenai BPR yang sering berubah-ubah.
Strategi
Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang yaitu
strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan
dengan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi WO
yang dapat diterapkan adalah:
Strategi WO yang diperoleh dari peluang
masyarakat yang dengan adanya kepercayaan masyarakat
pada PT. BPR Nusamba brondong, Citra positif PT. BPR
Nusamba brondong,Kondisi perekonomian di masyarakat
yang stabil dan berkembang pesat,Adanya dukungan
pemerintah terhadap produk Harmoni Plus serta
Potensi perekonomian di Indonesia sudah membaik
sehingga berdampak terhadap pendapatan masyarakat
Peluang tersebut dimanfaatkan untuk mengatasi
kelemahan yang terdapat di PT. BPR Nusamba brondong,
Jurnal EKBIS /Vol. XI/
yaitu Penambahan fasilitas-fasilitas yang berbasis
teknologi, Promosi diberbagai media serta terciptanya tim
pemasaran yang solid dan didukung SDM yang proesional.
B. Strategi WT
Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman adalah
strategi untuk mengurangi kelemahan perusahaan serta
menghindari ancaman dari faktor eksternal. Strategi WT
yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi
kelemahan perusahaan, yakni meningkatkan ide-ide
kreatif dan inovatif produk tabungan, mempertahankan
ciri khas produk,mempertahankan performansi keuangan
untuk dapat memenangkan persaingan ,melakukan
promosibesar besaran dalam merebut pasar serta
memberikan tingkat bunga yang lebih bersaing.
No.2/edisi
Juli 2014
| 573
1. Untuk dapat meningkatkan pemasaran produk Harmoni
Plus, maka perlu pihak PT. BPR Nusamba Brondong
Lamongan perlu variasi produk, fasilitas, manfaat,
maupun program-program menguntungkan nasabah
dan melalui upaya promosi yang lebih gencar dan
penambahan SDM yang professional dibidang
pemasaran perlu dibentuk tim marketing yang handal
serta Dipasarkan pada semua lapisan masyarakat
secara perorangan dan lembaga.
2
Dalam pemasaran produk Harmoni Plus perlu
memperbaiki
kelemahan-kelemahan
seperti
memberikan pelayanan yang dapat memberikan
kepuasan nasabah, menambah loket penyetoran atau
penarikan dan menetapkan tingkat suku bunga yang
lebih bersaing.
KESIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Berdasarkan uraian dan pembahasan atas masalah yang
telah dikemukakan
sebelumnya,
maka
penulis
memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil analisis analisis SWOT, Strategi yang
dilakukan PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan
sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nasabah
Tabungan Harmoni Plus agar tidak beralih ke pesaing
melalui upaya promosi yang lebih gencar dan
penambahan SDM yang professional dibidang
pemasaran perlu dibentuk tim marketing yang handal
serta Dipasarkan pada semua lapisan masyarakat
secara perorangan dan lembaga. Hal ini terus
didukung dengan menjaga image perusahaan yang
baik dan memberikan pelayanan yang baik kepada
nasabah melampaui kepuasannya, serta terus menjaga
tali silaturahmi dengan para nasabahnya. Strategi ini
dapat dicapai apabila didukung dengan menambah
usaha promosi yang lebih gencar mengenai produk
Tabungan Harmoni Plus dengan menawarkan variasi
produk, fasilitas, manfaat, maupun program-program
menguntungkan yang dijanjikan oleh PT. BPR
Nusamba Brondong Lamongan yang disesuaikan
dengan segmen yang dituju. Langkah itu dilakukan
dengan melakukan identifikasi segmen nasabah agar
promosi itu efektif dan efisien. Selain itu, strategi ini
bisa dilakukan dengan cara meningkatkan pelayanan
yang sudah terjalin dengan channelling untuk
mempermudah transaksi yang dilakukan nasabah.
2.Dari hasil analisis SWOT yang menjadi peluang adalah
adanya kepercayaan masyarakat dengan produk
Harmoni Plus dan selain itu karena perekonomian di
Indonesia yang sudah cukup stabil. Sedangkan
ancaman dalam analisis SWOT adalah ketatnya
persaingan antara BPR dalam pemasaran nasabah
penabung.
SARAN
Setelah kita menyimpulkan hasil analisis, maka penulis
akan mencoba mengemu-kakan saran-saran yang mungkin
dapat berguna bagi perusahaan yaitu sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang Perbankan No. 14 tahun 1998, edisi
pertama, cetakan pertama, Penerbit : Rajawali
Pers, Jakarta
Sutojo, Siswanto dan F. Kleinsteuber, 2006, Strategi
Manajemen Pemasaran, cetakan kedua, Penerbit :
Damar Mulia Pustaka, Jakarta
Philip, Kotler, 2008, Manajemen Pemasaran, terjemahan
Hendra Teguh, edisi keduabelas, cetakan kedua,
Penerbit : Prenhalindo, Jakarta
Husaini Usman dan Purnomo,2008, Metode Penelitian
Kuantitatif dan kualitatifs, Penerbit BPFE,
Yogyakarta
Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV,
Alvabeta, Bandung
Fredy, Rangkuti, 2008, Analisis SWOT Teknik Membedah
Kasus Bisnis, cetakan kelimabelas, Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Ahmad, Subagyo 2010, Marketing In Business, edisi
pertama, cetakan pertaqma, Penerbit : Mitra
Wacana Media, Jakarta
Basu Swstha Dharmestha, dan T. Hani Handoko, 2008,
Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku
Konsumen, edisi pertama, cetakan keempat,
Penerbit : BPFE, Yogyakarta
Iman Sentot, Wahjono, 2010, Manajemen Pemasaran
Bank, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit :
Graha Ilmu, Yogyakarta
Lukman, Dendawijaya, 2008, Manajemen Perbankan,
cetakan pertama, Penerbit : Ghalia Indonesia,
Jakarta
Malayu, Hasibuan, SP, 2007, Dasar-dasar Perbankan,
cetakan pertama, Penerbit : Bumi Aksara, Jakarta
Jurnal EKBIS /Vol. XI/
No.2/edisi
Juli 2014
| 574
Download