PERILAKU OKSIDASI UAP AIR BAJA Cr-Mo

advertisement
PERILAKU OKSIDASI UAP AIR BAJA Cr-Mo-Ni MELALUI
PELAPISAN Al
(Skripsi)
Oleh
ANGGA ROBY VIRTAJAYA
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRACT
WATER VAPOUR OXIDATION BEHAVIOR Cr-Mo-Ni STEEL
ALUMINIUM COATING
By
ANGGA ROBY VIRTAJAYA
A Cr-Mo-Ni steel is medium carbon low alloy steel that being used for heat
exchanger and piping components in steam power plants. However, when the steel
was working at high temperatures containing water vapor, thus the high temperature
oxidation resistance of steel decreased. Hot-dip aluminum coating can be applied on
the surface of the steel by dipping the steel into Al-molten bath at 700○C for 2
minutes to increase of the steel’s oxidation resistance. The aluminized steel spcimens
were isothermally oxidized by exposing in the alumina tube containing steam at
750○C for 20 hours periods. Steam came from water boiling at 100○C, and than was
flowed into the alumina tube at the atmospheric pressure. The weight change of
specimens (mg/mm2) after oxidation test were plotted againts the oxidation time (h)
to construct the kinetics curve. The sample of all specimens after being oxidized at a
certain time was chosen to being observed using SEM (Scanning Electron
Microscope) via surface morphology and cross-sectional specimen examinations. The
chemical compositions (at.%) of aluminide layers were examined using Energy
Disepersive Spectroscopy (EDS).
The weight gain results of aluminized steel oxidized in water vapor and dry air
environment at 750○C are respectively about 0.0290350 mg/mm2 and 0.0113499
mg/mm2. Comparison of oxidation resistance on aluminized steel in water vapor
environment is as much as three times lower than that of the oxidation of the
aluminized steel in a dry air environment. The parabolic rate constant value (Kp) of
steel in water vapor environment (2.34×10-8 mg2 mm-4 s-1) is that greater than that
the steel oxidized in dry air environment (2.5×10-9 mg2 mm-4 s-1). Formation of Fe-Al
intermetallic layer formed during oxidation were dominated by interdiffusion
between Fe atoms in the substrate and Al atoms in coating layer during high
temperature oxidation. Intermetallic phase formed on the aluminum-coated steel after
oxidation is Fe2Al5, FeAl2 and FeAl. Aluminium has two roles during the oxidation
takes place, namely as a supply of protective Al2O3 layer formation and diffusion into
to the formation of intermetallic layer FeAl2 and FeAl.
Keyword : Cr-Mo-Ni Steel, Hot Dipping, coating, high temperatur water vapour
oxidation, parabolic constant (Kp), intermetalic, protective layer Al2O3
ABSTRAK
PERILAKU OKSIDASI UAP AIR BAJA Cr-Mo-Ni MELALUI
PELAPISAN Al
Oleh
ANGGA ROBY VIRTAJAYA
Baja Cr-Mo-Ni merupakan baja paduan sedang yang digunakan untuk komponen
sistem penukaran kalor (heat exchanger) dan sistem perpipaan Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) yang bekerja pada temperatur relatif tinggi yang
mengandung uap air. Adanya uap air, maka ketahanan oksidasi baja Cr-Mo-Ni
menurun. Untuk menaggulanginya perlu penerapan lapisan aluminium dengan
metode hot dipping (celup panas) melalui proses pencelupan kedalam cairan
aluminium pada temperatur 700○C dengan lama pencelupan 2 menit dengan
tujuan untuk meningkatkan ketahanan oksidasi. Penambahan berat (mg/mm2)
setelah pengujian oksidasi diplot dengan perbandingan waktu oksidasinya (jam)
dan membentuk kurva kinetik. Spesimen yang telah diuji oksidasi dengan
perbedaan waktu dipilih untuk observasi menggunakan SEM (Scanning Electron
Microscope). Komposisi kimia (at.%) pada lapisan alumina dilihat menggunakan
EDS (Energy Dipersive Spectroscopy).
Hasil pengujian baja Cr-Mo-Ni dioksidasi pada lingkungan uap air bertemperatur
750○C yang dilapisi Al dengan perbandingan perubahan berat dengan baja A238
(Cr-Mo-Ni) yang dioksidasi pada lingkungan kering bertemperatur 750○C yang
dilapisi Al yaitu: 0,0290350 mg/mm2 dan pada lingkungan kering 0,0113499
mg/mm2. Perbandingan ketahanan oksidasi pada baja Cr-Mo-Ni pada lingkungan
uap air sebanyak 3 kali lebih rendah dibandingkan dengan oksidasi baja Cr-Mo-Ni
pada lingkungan udara kering. Nilai konstanta parabolik (Kp) baja pada
lingkungan uap air sebesar 2,34 × 10−8 mg2 mm−4 s−1 lebih besar dibandingkan
dengan baja yang dioksidasi pada lingkungan udara kering yaitu sebesar 2,5
×10−9 mg2 mm−4 s−1. Pembentukan lapisan intermetalik Fe-Al selama oksidasi
berlangsung didominasi oleh interdifusi antara atom Fe dalam substrat dan juga
atom Al di lapisan coating selama oksidasi suhu tinggi. Fasa intermetalik yang
terbentuk pada baja setelah oksidasi yaitu Fe2Al5, FeAl2 dan FeAl. Aluminium
mempunyai dua peranan selama oksidasi berlangsung yaitu sebagai suplai
pembentukan lapisan protektif Al2O3 dan difusi kedalam untuk pembentukan
lapisan intermetalik FeAl2 dan FeAl.
Kata kunci : Baja Cr-Mo-Ni, celup panas, pelapisan, oksidasi uap air
bertemperatur tinggi, konstanta parabolik (Kp), intermetalik, lapisan
protektif Al2O3
PERILAKU OKSIDASI UAP AIR BAJA Cr-Mo-Ni MELALUI
PELAPISAN Al
Oleh
Angga Roby Virtajaya
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA TEKNIK
pada
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Karang Endah pada tanggal 22
September 1991, sebagai anak pertama dari dua
bersaudara, dari pasangan Bapak Sarimun dan Ibu
Saptariyah. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah
Dasar Gula Putih Mataram pada tahun 2004, Sekolah
Menengah Pertama Gula Putih Mataram pada tahun 2007,
dan Sekolah Menengah Atas Sugar Group School pada
tahun 2010. Setelah itu penulis terdaftar sebagai
Mahasiswa Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung pada tahun 2010
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
Tertulis.
Selama menjadi mahasiswa, penulis menjadi Pengurus Himpunan Mahasiswa
Teknik Mesin (HIMATEM). Pada bidang akademik, penulis melaksanakan Kerja
Praktek (KP) di PT Gula Putih Mataram divisi mill boiler tahun 2014 dengan
mengambil judul ”Analisis Perhitungan Keausan Dan Usia Pakai Sproket DK
60304-9T Pada Intermediate Carrier I Di PT.Gula Putih Mataram”.
Kemudian sejak bulan Januari 2016 penulis mulai melakukan penelitian tugas
akhir yang berjudul “Perilaku Oksidasi Uap Air Baja Cr-Mo-Ni Melalui
Pelapisan Al” di bawah bimbingan Bapak Dr. Mohammad Badaruddin,S.T.,M.T
selaku pembimbing utama dan Bapak Zulhanif, S.T.,M.T selaku pembimbing
pendamping.
MOTTO
“Jika seseorang bepergian dengan tujuan untuk ilmu, maka Allah
SWT menjadikan perjalanannya bagaikan menuju surga”
(Nabi Muhammad SAW)
“Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi
tantangan, dan saya percaya pada diri saya sendiri”
(Muhammad Ali)
“Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk
merancang”
(William J. Siegel)
“Usaha, Sabar, Tawakal”
(Me)
“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal,
tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh”
(Confusius)
PERSEMBAHAN
Bismillahirohmanirrohim
Atas ridho Allah SWT dan segala kerendahan hati, Kupersembahkan karya
kecilku ini sebagai wujud bhakti untuk orang-orang yang kusayangi
Bapak dan Ibu
(Sarimun & Saptariyah)
Untuk semua pengorbanan yang telah dilakukan, doa, kesabaran, serta cinta dan
kasih sayang. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan menyayangi kalian
My Lovely
(Ayu Nur Fasa)
Untuk doa, kesabaran dan semangat yang telah diberikan
Almamaterku Tercinta
Universitas Lampung
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin, puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT. Karena-Nya penulis diberi banyak nikmat dan rahmat sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Shalawat serta
salam juga penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang dinantikan
syafa’atnya di yaumil akhir nanti.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
selama ini telah membantu, mendukung, dan membimbing hingga selesainya
skripsi ini, Oleh karena itu, sebagai wujud rasa hormat, penulis menyampaikan
terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut :
1.
Kedua orang tuaku tercinta bapak Sarimun dan ibu Sarptariyah, yang
senantiasa memberi semangat, do’a yang tulus serta mencurahkan segenap
tenaga untuk keberhasilanku dalam menyelesaikan studi di Universitas
Lampung.
2.
Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Lampung.
3.
Bapak Ahmad Su’udi, S.T., M.T., sebagai Kepala Jurusan Teknik Mesin
Unila.
4.
Bapak Dr. Mohammad Badaruddin, S.T., M.T selaku Pembimbing I, yang
telah banyak memberikan banyak pelajaran baru dan bimbingan dalam
kelancaran skripsi ini.
5.
Bapak Zulhanif, S.T., M.T., selaku Pembimbing II, yang telah banyak
meluangkan waktu berdiskusi untuk kelancaran skripsi ini;
6.
Bapak Harnowo Supriadi, S.T., M.T., selaku Penguji, yang telah memberikan
koreksi dan masukan untuk kelayakan skripsi ini.
7.
Bapak Dr. Amrul, S.T., M.T selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan masukan selama menempuh perkuliahan.
8.
Bapak/ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, sehingga
penulis dapat mengaplikasikan ilmunya di dalam skripsi ini.
9.
Mas Marta yang telah membantu baik dalam proses seminar.
10. Untuk motivatorku terkasih Ayu Nur Fasa. terimakasih untuk support,
perhatian, dan kesabarannya yang telah diberikan kepada penulis.
11. Teman Seperjuangan pada saat penelitian, Tomi, Mario dian, atas
kebersamaan, bantuan, serta sumbangan fikiran dan motivasi selama
melakukan penelitian.
12. Orang-orang terdekatku, Faldi Ikhsan (Mangoh), M. Fathliansyah (Begek),
Muchlis Mutaqqin, Liwanson Jaya, Hendy Riyanto, Robertus dian, Riski,
Lilik, Hanif yang selalu memberikan dukungan dan masukan.
13. Teman-teman Teknik Mesin Unila yang menjadi teman penulis dari awal
mengenyam pendidikan di Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung
selama ini.
14. Mas Ruwanto asisten Laboratorium Material Teknik Mesin Universitas
Lampung yang telah banyak membantu selama penelitian.
15. Pihak-pihak lain yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian
skripsi yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang terdapat pada skripsi ini.
Karenanya, penulis mengharapkan kritikan dan masukan demi kesempurnaan
skripsi ini. Penulis juga mengharapkan skripsi yang sederhana ini dapat
memberikan inspirasi dan berguna bagi kalangan civitas akademik maupun
masyarakat Indonesia. Aamiiiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, Februari 2017
Penulis,
Angga Roby Virtajaya
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
1.3. Batasan Masalah ........................................................................................... 3
1.4. Sistematika Penulisan .................................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Baja Paduan................................................................................................ 6
2.1.1. Baja Paduan Rendah ........................................................................ 6
2.1.2. Baja Paduan Tinggi ......................................................................... 7
2.2. Diagram Fasa ............................................................................................. 7
2.3. Celup Panas (Hot Dipping) ........................................................................ 9
2.4. Hot Dipping Aluminium .......................................................................... 10
2.5. Proses Pelapisan Aluminium Pada Baja Karbon ..................................... 11
2.6. Oksidasi.................................................................................................... 12
2.6.1. Rasio Pilling Bedworth.................................................................. 12
2.6.2. Penebalan Lapisan Oksida............................................................. 13
III. METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian..................................................................................... 16
3.2. Tempat Penelitian..................................................................................... 16
3.3. Alat dan Bahan Penelitian........................................................................ 16
3.3.1. Alat Penelitian ............................................................................... 16
3.3.2. Bahan Penelitian ............................................................................ 22
3.4. Prosedur Kerja.......................................................................................... 24
3.4.1. Proses Pembuatan Spesimen ........................................................ 24
3.4.2. Pemotongan Spesimen Uji............................................................. 25
3.4.3. Cleaning......................................................................................... 25
3.4.3.1. Proses Polishing ............................................................... 25
3.4.3.2. Proses Pencucian Lemak.................................................. 25
3.4.3.3. Proses Pembilasan............................................................ 25
.3.4.4. Pickling......................................................................................... 26
3.4.5. Fluxing .................................................................................................. 26
3.4.6. Dipping.................................................................................................. 26
3.4.7. Cooling.................................................................................................. 26
3.5. Karakterisasi............................................................................................. 27
3.6. Pengumpulan Data ................................................................................... 27
3.7. Diagram Alir ............................................................................................ 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kinetika Oksidasi ..................................................................................... 29
4.2. Karakterisasi Fasa Intermetalik................................................................ 33
4.3. Observasi Surface Morfologi ................................................................... 36
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan .................................................................................................. 39
5.2 Saran.......................................................................................................... 40
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Daftar pengujian untuk baja Cr-Mo-Ni dilapisi aluminium ................. 24
Tabel 4.1. Hasil pengujian oksidasi uap air .......................................................... 29
Tabel 4.2. Hasil pengujian oksidasi tanpa uap air ................................................. 30
Tabel 4.3. Hasil EDS spektrum dari Gambar 4.3 .................................................. 34
Tabel 4.4. Hasil EDS spektrum dari Gambar 4.4c ................................................ 37
Tabel 4.5. Hasil EDS spektrum dari Gambar 4.4d ................................................ 37
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Diagram Fasa Fe-Fe3C ......................................................................... 8
Gambar 2.2. Lapisan oksida berpori ......................................................................... 14
Gambar 2.2. Lapisan oksida tidak berpori ................................................................ 14
Gambar 2.3. Lapisan oksida tidak berpori ............................................................... 15
Gambar 3.1. Tungku furnace ................................................................................... 17
Gambar 3.2. Amplas listrik ...................................................................................... 17
Gambar 3.3. Jangka sorong ...................................................................................... 18
Gambar 3.4. Mistar .................................................................................................. 18
Gambar 3.5. Mesin bor listrik .................................................................................. 19
Gambar 3.6. Ultrasonic Cleaner .............................................................................. 19
Gambar 3.7. Kawat stainless steel dan tang ............................................................. 20
Gambar 3.8. Pinset .................................................................................................... 20
Gambar 3.9. Timbangan analitik .............................................................................. 21
Gambar 3.10. Termocouple ...................................................................................... 21
Gambar 3.11. Hairdryer ........................................................................................... 22
Gambar 3.12. Spesimen baja Cr-Mo-Ni .................................................................. 22
Gambar 3.13. Larutan kimia .................................................................................... 23
Gambar 3.14. Flux ................................................................................................... 23
Gambar 3.15. Aluminium ........................................................................................ 24
Gambar 3.16. Diagram alir ....................................................................................... 28
Gambar 4.1. Plot kinetika oksidasi .......................................................................... 31
Gambar 4.2. Akar kuadrat lama oksidasi ................................................................. 32
Gambar 4.3. SEM penampang permukaan baja Cr-Mo-Ni lapis Al morfologi
oksidasi yang terbentuk dan hasil EDS spektrum analisa pada
baja dengan (a) pelapisan Al celup panas dan setelah dioksidasi
pada temperatur 750○C selama periode (b) 1 jam, (c) 4 jam, dan
(d) 9 jam ............................................................................................ 33
Gambar 4.4. Foto SEM morfologi (a) permukaan spesimen oksidasi
lingkungan uap air 750○C selama 20 jam (b) permukaan
spesimen oksidasi udara kering suhu 750○C selama 20 jam (c)
perbesaran dari Gambar a (d) perbesaran dari Gambar b ................. 36
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Baja paduan sedang dengan kandungan Cr 2%, 0,25 Mo dan sedikit Ni banyak
diaplikasikan pada komponen sistem penukar kalor pada sistem perpipaan
pembangkit listrik tenaga uap. Pada temperatur tinggi dan lingkungan yang
mengandung uap air, pemilihan bahan yang tepat diperlukan untuk menunjang
dukungan bahan terhadap serangan oksidasi maupun korosi.
Kemampuan baja dalam menahan serangan oksidasi uap air ditentukan oleh
kandungan Cr. Bila temperatur kerja ditingkatkan maka kemampuan baja dalam
serangan oksidasi mengakibatkan penurunan Cr. Peranan penurunan Cr diteliti
oleh Asteman, pada lingkungan H2O degradasi Cr akan meningkat membentuk
kromium (VI) oksihidroksida. Reaksi yang terjadi (Asteman. dkk, 2002) :
Cr2O3 (S) + O2 (g) + 2H2O (g) ↔ 2CrO2(OH)2 (g)
(1.1)
Reaksi yang terjadi merupakan penguapan Cr yang membentuk lapisan Cr oksida
di lingkungan air (H2O). Penguapan kromium dapat menyebabkan penipisan
pelindung oksida yang mengakibatkan pembentukan buruk pada Fe dengan
demikian tingkat oksidasi meningkat.
Bedasarkan penelitian Lepingle, dkk (2008), uji ketahanan oksidasi baja 12% Cr
dan baja feritik 9-13% Cr dalam uap air pada temperatur 600-650 oC dengan
rentang waktu 5376 jam. Perbandingan hasil yang didapatkan ketahanan oksidasi
pada baja ditentukan oleh pengaruh unsur paduan utama Cr, Si, Mn, Mo.
Salah satu metode untuk meningkatkan ketahanan baja pada lingkungan uap air
dengan menerapkan pelapisan aluminium celup panas sebagai teknologi yang
murah dan efektif dibandingkan dengan metode pelapisan lainnya. Aluminium
celup panas dilakukan dengan proses mencelupkan baja kedalam bak aluminium
yang mencair. Lapisan aluminium yang terbentuk akan menjadi pelindung selama
baja ter-expose pada temperatur tinggi dengan membentuk lapisan protektif
alumina (Al2O3). Temperatur untuk ketahanan oksidasi dengan pelapisan
aluminium mencapai 700o - 800o C (Wang & Badaruddin, 2010).
Penguraian tersebut sebagai masalah yang akan diteliti oleh peneliti dengan judul
“PERILAKU
OKSIDASI
UAP
AIR
BAJA
Cr-Mo-Ni
MELALUI
PELAPISAN Al”
2
1.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanan tugas dan penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Meningkatkan ketahanan oksidasi dalam lingkungan uap air.
2. Menentukan laju kinetika (kp) baja Cr-Mo-Ni yang dilapisi Aluminium.
3. Mempelajari fasa-fasa yang terbentuk selama oksidasi isotermal.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas agar proses yang
dilakukan bisa berjalan dengan sesuai maka peneliti membatasi masalah
penelitiannya sebagai berikut :
1.
Pelapis yang digunakan adalah Al-7%Si.
2.
Baja yang digunakan adalah baja Cr-Mo-Ni.
3.
Lama proses aluminasi adalah 2 menit.
4.
Pengujian oksidasi dilakukan pada temperatur 750 oC dalam lingkungan uap
air dengan rentang waktu 1 sampai 20 jam
3
1.4. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :
I PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan latar belakang, tujuan penelitian, perumusan masalah,
batasan masalah, sistematika penulisan.
II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menguraikan kajian pustaka yang dijadikan landasan teori untuk
mendukung penelitian ini.
III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan metode tentang langkah-langkah, alat dan bahan yang
dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam penelitian ini.
IV DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menguraikan hasil dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian
yang telah dilakukan.
V PENUTUP
Pada bab ini menyimpulkan dari hasil akhir dan pembahasan sekaligus mamberi
saran yang dapat menyempurnakan penelitian ini.
4
DAFTAR PUSTAKA
Berisikan mengenai literatur-literatur atau referensi yang diperoleh penulis untuk
mendukung dalam penyusunan tugas akhir ini.
LAMPIRAN
Berisikan beberapa hal yang mendukung penelitian.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Baja Paduan
Baja paduan merupakan paduan dari besi dengan penambahan satu unsur atau lebih
seperti karbon, mangan, silikon, nikel, molibdenum dan vanadium. Baja paduan
dikatagorikan seperti baja paduan rendah, baja tahan karat dan baja tahan panas.
Kegunaan unsur-unsur paduan yang terkandung pada baja paduan memiliki fungsi
tersendiri. Nikel memberi kekuatan dan membantu dalam pengerasan baja dengan
perlakuan pendinginan ataupun tempering heat treatment. Krom ditemukan pada baja
paduan tahan karat yang mempunyai perilaku untuk meningkatkan ketahanan korosi
pada baja paduan tersebut. Molibdenum mempunyai perilaku yang hampir sama
dengan Cr yaitu membantu dalam pengerasan pada baja paduan rendah. Vanadium
pada baja paduan memiliki prilaku sebagai penguat baja dengan membentuk endapan
vanadium carbonitride. Vanadium memiliki ukuran kemampuan untuk membentuk
fasa martensit (hadenability) yang cukup tinggi. Baja paduan terdiri dari baja paduan
rendah dan baja paduan (Bruce, 2006).
2.1.1. Baja paduan rendah (Low Alloy Steel) tergolong jenis baja karbon yang
memiliki tambahan unsur paduan seperti nikel, chromium dan molibdenum.
Total unsur paduannya 2,07%-2,5%. Fungsi utama dari baja paduan rendah
yaitu untuk menambah kekerasan yang diinginkan untuk meningkatkan
kemampuan mekanik dan keuletannya setelah dilakukan proses perlakuan
panas. Pada beberapa kondisi, penambahan unsur paduan digunakan untuk
mengurangi efek degradasi lingkungan terhadap pemakaian. Baja paduan
rendah dapat diklasifikasikan lagi, sebagai berikut :
a. Menurut komposisi kimia, seperti : baja nikel, baja nikel-krom, baja
molibdenum, baja kromium molibdenum.
b. Menurut proses perlakuan panas, seperti : quenched and tempered (QT),
normalized and tempered (NT), annealed (A) dan lain-lain.
2.1.2. Baja paduan tinggi (High Alloy Steel) yaitu baja paduan dengan kadar unsur
paduan yang tinggi, mempunyai sifat khusus seperti baja tahan karat
(Stainless Steel), baja perkakas (Tools Steel) sebagai contoh High Speed Steel
(HSS), baja tahan panas (Heat Resisting Steel) dan lain-lain
2.2. Diagram Fasa
Diagram Fasa (FeFe3C) memperlihatkan perubahan fasa pada laju pemanasan dan
laju pendinginan yang cukup lambat. Dari diagram fasa ini dapat diamati pengaruh
temperatur terhadap perubahan struktur. Struktur baja dapat ditentukan oleh
kandungan unsur didalam baja dan kadar unsur karbonnya. Pada Gambar 2.1
menunjukkan jika kadar karbon baja yang melebihi 0.20 wt.% dimana pada
7
temperatur 760 C ferrite mulai terbentuk dan mengendap dari austenit turun. Baja
dengan kadar karbon 0.80 wt.% biasanya disebut baja eutectoid dan struktur baja
eutectoid ini terdiri dari ferit () dan pearlite (+Fe3C), seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.1.
Temperatur eutectoid merupakan temperatur terendah pada logam, dimana pada
logam terjadi perubahan struktur didalam keadaan padat dan merupakan temperatur
kesetimbangan terendah dimana austenit berubah menjadi ferrite dan sementit. Jika
kadar karbon baja lebih besar dari temperatur eutectoid, harus diperhatikan garis yang
berada pada diagram besi karbida yang bertanda Acm. Dimana garis ini menyatakan
bahwa karbida besi mulai terpisah dari austenit. Karbida besi dengan rumus Fe3C
biasa disebut sementit.
8
Gambar 2.1. Diagram fasa Fe-Fe3C
(Callister and Rethwisch, 2009)
Baja yang memiliki kadar karbon kurang dari komposisi eutectoid (0.76 wt.%) di
sebut dengan baja hipoeutectoid, dan baja yang berkadar karbon lebih dari
komposisi eutectoid disebut baja hypereutectoid. Pada temperatur antara 723-1130
(C) terdapat satu fasa yang terbentuk yaitu fasa austenit dan sementit. Pada
temperatur 723 C butiran fasa tunggal bertransformasi dibawah keseimbangan
bentuk α dan Fe3C dalam satu butiran yang besatu dengan baik, dan lapisan seratserat bajanya yang terbentuk disebut pearlite (Van Vlack, 2000).
2.3. Celup panas (hot dipping)
Pelapisan hot dipping adalah pelapisan logam dengan cara mencelupkan pada
sebuah material yang terlebih dahulu dilebur dari bentuk padat menjadi cair pada
sebuah pot atau tangki menggunakan energi dari gas pembakaran atau
menggunakan energi alternative seperti panas listrik. Titik lebur yang digunakan
pada pelapisan material ini adalah biasanya beberapa ratus derajat celcius tetapi
tidak melebihi 1000oC. proses hot dipping perlu dilakukan persiapan permukaan,
komposisi kimia yang berhubungan dengan larutan kimia dan material logam
(kemurnian dan komposisi campuran) juga temperatur. Sebelum dilapisi dalam
proses hot dipping permukaan benda kerja bebas dari lemak, oksida dan kotoran
lain. Lapisan yang terbentuk relatif tipis. Adapun syarat yang harus dipenuhi untuk
melakukan proses hot dipping, yaitu:
9
A. Permukaan benda kerja yang dilapisi bersih dan bebas dari kororan. Oleh
karena itu benda kerja dibersihkan terlebih dahulu dengan larutan pembersih
yang digunakan untuk hot dipping.
B. Logam yang akan dilapisi mempunyai titik lebur yang lebih tinggi dan untuk
logam pelapis (timah, seng atau aluminium) mempunyai titik lebur yang lebih
rendah.
C. Jumlah deposit logam yang akan melapisi permukaan benda hendaknya
proposiona (Dede, 2012).
2.4. Hot Dipping Aluminium
Dalam pemanfaatan logam terutama aluminium untuk pelapisan, ada dua jenis
pelapisan hot dipping aluminium yaitu :
2.4.1. Pelapisan aluminium type 1 ( Pelapisan Al-Si).
Lapisan ini adalah lapisan yang tipis yaitu dengan ketebalan menurut
kelasnya. Untuk kelas 40 tebal lapisannya adalah 20-25 µm dan untuk
kelas 25 biasanya untuk kepentingan tertentu yaitu pelapisan 12 µm.
Silikon yang dicampurkan pada type 1 ini rata-rata adalah 5-11% untuk
perintah mencegah pembentukan lapisan tebal antara logam besialuminium, dimana akan merusak pelekatan lapisan dan kemampuan
untuk membentuk.
2.4.2. Pelapisan aluminium type 2 (Al Murni).
10
Lapisan ini adalah lapisan yang ketebalnya 30-50 µm. Aluminium yang
digunakan adalah aluminium murni. Produk yang dihasilkan bisanya
digunakan pada kontruksi luar ruangan yaitu : atap rumah, pipa air bawah
tanah, menara yang memerlukan ketahanan korosi udara. Pada lingkungan
perairan laut, pelapisan ini sangat baik ketahannya terhadap korosi celah.
2.5. Proses Pelapisan Aluminium Pada Baja Karbon Rendah
Baja karbon rendah yang mengalami pelapisan dengan cara pencelupan dengan
menggunakan aluminium yang telah dicairkan dengan menggunakan berbagai
waktu pencelupan dengan titik lebur aluminium 660 oC akan menambah pelapisan
pada baja karbon rendah. Hasil penelitian menunjukan bahwa lapisan aluminium
terdiri atas lapisan luar aluminium yaitu FeAl3 dan lapisan utamanya Fe2Al5. Baja
karbon rendah yang mengalami proses hot dipping dengan menggunakan
aluminium umumnya menggunakan tungku pada temperatur lingkungan, yang
berkaitan dengan pembentukkan Al2O3 yang baik sebagai lapisan permukaan pada
baja karbon rendah. Hal ini berguna untuk mencegah proses oksidasi ketika baja
digunakan pada temperatur yang tinggi.
Struktur mikro yang terbentuk melindungi baja karbon rendah yang terdiri dari
komposisi pada saat pencelupan lapisan aluminium yang dibentuk oleh baja dan
aluminium yang mengalami interdifusi sepanjang proses pencelupan. Dalam
pengujian pelapisan aluminium pada baja karbon rendah bertujuan untuk
mengetahui ketebalan lapisan dari proses hot dipping dengan waktu tahan yang
11
telah ditentukan akan didapat tebal lapisan oksida, yang menunjukan dimana untuk
tiap stripnya mewakili 5 µm. Dari ketebalan yang akan diperoleh akan
menghasilkan ketahanan terhadap korosi yang terjadi.
2.6. Oksidasi
Oksidasi merupakan sebuah proses terjadinya pengkaratan yang biasanya terjadi
pada logam yang disimpan terlalu lama. Oksidasi secara kimia yaitu pengurangan
kandungan ion, molekul dan atom. Penambahan oksigen pada unsur lain dikenal
dengan oksidasi dan unsur yang menyebabkan oksidasi dinamakan unsur
pengoksidasi. Sebaliknya jika terjadi penambahan unsur oksigen pada sebuah
logam disebut reduksi dan unsur yang meyebakan reduksi dinamakan unsur
pereduksi. Oksidasi sangat dipengaruhi dengan keadaan lingkungan udara sekitar,
apabila lingkungan udara sekitar lembab maka akan mempercepat terjadinya
oksidasi.
Reaksi yang terdiri dari peristiwa reduksi dan oksidasi atau reaksi perubahan
bilangan oksidasi disebut redoks. Reaksi redoks melibatkan tranfer elektron
dimana elektron yang dilepas oleh unsur yang mengalami oksidasi akan diterima
oleh unsur yang melami reduksi.
2.6.1. Rasio Pilling-Bedworth
12
Pada natrium, kalium, magnesium memili lapisan oksida berpori pada
permukaannya, adapun yang rapat atau tidak berpori sepert besi, tembaga,
nikel. Muncul atau tidaknya pori pada lapisan oksida berkolerasi dengan
perbandingan volume oksida yang terbentuk dengan volume material yang
teroksidasi. Perbandingan ini dikenal dengan Pilling-Bedworth Ratio,
dimana (Pilling & Bedworth, 1923) :
=
=
(2.1)
Keterangan :
M
: berat molekul oksida (dengan rumus MaOb)
D
: Kerapatan Oksida
a
: Jumlah atom material per molekul oksida
m
: berat atom material
d
: kerapatan material
Apabila rasio volume oksida material kurang dari satu, lapisan oksida yang
terbentuk akan berpori. Jika rasio volume oksida material mendekati satu
atau sedikit lebih dari satu maka lapisan oksida yang terbentuk adalalh rapat
13
tidak berpori dan apabila rasio jauh lebih besar dari lapisan oksida akan
retak-retak.
2.6.2. Penebalan Lapisan Oksida
Lapisan oksida yang terbentuk pada permukaan cenderung menebal.
Beberapa kemungkinan mekanisme yang terjadi, yaitu:
a. Lapisan oksida terbentuk berpori, maka molekul oksigen bisa masuk
melalui pori-pori dan bereaksi dengan material. Lapisan oksida
bertambah tebal. Terjadi jika volume oksida material kurang dari satu.
Sifat dari lapisan oksida ini non-proteksi tidak memberika perlindungan
pada material yang dilapisinya terhadap proses oksidasi setelahnya.
Gambar 2.2. Lapisan oksida berpori
b.
Lapisan oksida tidak berpori, ion material menembus lapisan oksida
menujung bidang batas oksida udara secara difusi. Pada perbatasan
oksida udara material bereaksi dengan oksigen dann menambah tebal
14
lapisan yang telah ada. Elektron bergerak dengan arah yang sama agar
pertukaran elektron dalam reaksi dapat terjadi.
Gambar 2.3. Lapisan oksida tidak berpori
c. Lapisan oksida tidak berpori, ion oksigen dapat berdifusi menuju bidang
batas material oksida dan bereaksi dengan material di batas bidang
material oksida. Elektron yang bebas dari permukaan logam tetap
bergerak ke arah bidang batas oksida udara.
Gambar 2.4. lapisan oksida tidak berpori
d. Beberapa kemungkinan yang terjadi adalah gabungan antara lapisan
berpori dengan tidak berpori dimana ion material dan elektron bergerak
15
kearah luar sedangkan ion bergerak ke arah dalam. Reaksi oksidasi bisa
terjadi di dalam lapisan oksida (Sudaryanto & Utari, 2011).
16
III. METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian ketahanan oksidasi baja CrMo-Ni di lingkungan uap air yang dilapisi aluminium pada temperatur 750○C.
3.2. Tempat Penelitian
Pengerjaan, pengujian serta observasi spesimen dalam penelitian ini akan
dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Lampung dan pengujian morfologi dilakukan di Pusat Penelitian
Metalurgi LIPI
3.3. Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat dan bahan yang digunakan, yaitu sebagai berikut :
3.3.1. Alat Penelitian
a. Tungku (Furnace Elektrik)
Digunakan sebagai proses pelapisan dengan metode hot dipping
dan proses oksidasi
Gambar 3.1. Tungku Furnace
b. Amplas listrik (Grinding)
Digunakan
untuk
menghaluskan
permukaan
spesimen
menggunakan amplas dengan kekasaran 240-500-1000-1200.
Gambar 3.2. Amplas Listrik (Grinding)
17
c. Jangka Sorong
Digunakan untuk membantu dalam pengukuran
Gambar 3.3. Jangka Sorong
d. Mistar
Digunakan untuk membantu dalam pengukuran spesimen
Gambar 3.4. Mistar
e. Mesin Bor Listrik
Digunakan untuk melubangi spesimen dengan diameter 1 mm
18
Gambar 3.5. Mesin Bor Listrik
f. Ultrasonic Cleaniner
Digunakan sebagai pembersih sisa kotoran dan lemak pada
spesimen
Gambar 3.6. Ultrasonic Cleanner
g. Kawat Stainless Steel dan Tang
Digunakan sebagai pembuat gantungan spesimen uji ketika
dicelup kedalam bak aluminium
19
Gambar 3.7. Kawat Stainless Steel dan Tang
h. Pinset/Penjepit
Digunakan untuk mengambil spesimen
Gambar 3.8. Pinset/ Penjepit
i. Timbangan Analitik Digital
Digunakan untuk menimbang spesimen sebelum dan sesudah
proses oksidasi dengan ketelitian 0,1 mg
20
Gambar 3.9. Timbangan Analitik Digital
j. Thermocouple
Digunakan sebagai pengukur suhu dalam tungku furnace sebelum
melakukan proses hot dipping.
Gambar 3.10. Thermocouple
21
k. Pengering (Hair Dryer)
Digunakan sebagai pengering spesimen yang telah diberikan flux
Gambar 3.11. Hair Dryer
3.3.2. Bahan Penelitian
a. Baja Cr-Mo-Ni
Digunakan sebagai spesimen pengujian dalam penelitian ini.
Gambar 3.12. Spesimen Uji Baja Cr-Mo-Ni
22
b. Larutan kimia
Larutan kimia yang terdiri dari aceton, etanol, NaOH, H3PO4 dan
aquades
yang
digunakan
sebagai
proses
pencucian
atau
pembersihan sisa kotoran pada spesimen uji baja Cr-Mo-Ni.
Gambar 3.13. Larutan Kimia
c. Flux
Digunakan sebagai proses pelumuran baja Cr-Mo-Ni sebelum
dicelupkan ke bak aluminium.
Gambar 3.14. Flux
23
d. Aluminium
Digunakan sebagai bahan proses pelapisan Al pada baja Cr-Mo-Ni
Gambar 3.15. Aluminium
3.4. Prosedur Kerja
3.4.1. Proses Pembuatan Spesimen
Spesimen atau benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah
baja paduan rendah Cr-Mo-Ni. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
pembuatan spesimen ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Daftar pengujian untuk baja Cr-Mo-Ni dilapisi aluminium
Waktu Oksidasi (jam)
SEM/EDS
1 jam
4 jam
9 jam
20 jam
24
3.4.2. Pemotongan Spesimen Uji
Pemotongan specimen uji dilakukan dengan menggunakan gergaji
besi. Dengan ukuran specimen 10 x 20 x 2 mm2 . Dimana bentuk
potongan yang dihasilkan masih panjang dan kasar.
3.4.3. Cleaning
Yang dimaksud dengan cleaning yaitu pembersihan permukaan logam
yang bertujuan menghilangkan kotoran dan bentuk struktur permukaan
spesimen yang baik. Dalam hal ini ada beberapa proses yang dilakukan
antara lain :
3.4.3.1. Proses Polishing
Ialah proses pengamplasan pada permukaaan baja dengan
menggunakan amplas nomor 200-1500. Dengan tujuan
menghaluskan bagian sisi-sisi permukaan.
3.4.3.2. Proses Pencucian Lemak
Pencucian lemak dengan menggunakan etanol dimaksudkan
agar benda kerja bebas dari lemak atau minyak yang dapat
mengganggu daya rekat hasil pelapisan.
3.4.3.3. Proses Pembilasan
Proses pembilasan dengan menggunakan air yang berfungsi
untuk menghilangkan sisa-sisa etanol yang masih ada pada
permukaan benda kerja.
25
3.3.4. Pickling
Proses pickling adalah proses pembersihan material setelah proses
cleaning dengan menggunakan bahan kimia yang mengandung asam.
Dalam hal ini ada beberapa proses yang dilakukan antara lain :
3.3.4.1. Pencucian dengan 10% NaOH dan 5% HPO3
Proses pencucian dilakukan pada permukaan benda kerja yang
masih mengandung lemak atau minyak. Merendam benda
kerja ke dalam larutan NaOH + HPO3 + air dengan
perbandingan 1:1:1 .
3.3.5. Fluxing
Proses dimana baja sebelum dicelupkan ke aluminium cair terlebih
dahulu dilumuri dengan aluminium flux yang bertujuan agar logam
dapat tertutupi semua bagian luarnya sehingga oksidasi dengan udara
luar tidak terjadi. Tahapan akhir perlakukan awal ini adalah pengering
baja tersebut di dalam udara dengan temperatur kamar selama 10
menit.
3.3.6. Dipping
Proses dipping adalah proses akhir yang dilakukan dengan
mencelupkan baja ke dalam Aluminium cair. Untuk waktu pencelupan
yang akan dilakukan dalam proses pelapisan ini adalah 2 menit.
3.3.7. Cooling
26
Proses ini adalah proses pendinginan material yang telah melalui
proses Hot dipping dengan cara mencelupkan ke dalam air agar lapisan
logam yang melapisi segera mendingin.
3.4. Karakterisasi
Setelah melalui proses pengujian oksidasi maka specimen akan melalui
tahapan pengujian karakterisasi. Proses yang akan dilakukan adalah XRD
(X-Ray Diffraction) SEM (Scanning Elektron Microscopy) atau EDS (Energy
Dispersive X-Ray Spectrometer) untuk mengetahui fasa dan struktur mikro
baja.
3.6. Pengumpulam Data
Pengumpulan data-data yang dibutuhkan untuk menunjang penelitian yang
akan dilakukan ialah melakukan perhitugan massa dari specimen, untuk
mendapatkan perbandingan antara massa (∆ ) per satuan luas (A) dan waktu
pengujian (t). Dengan menggunakan rumus berikut :
Dimana :
∆
=
−
(3.1)
W1 = Berat benda uji setelah oksidasi (mg)
W0 = Berat benda uji sebelum oksidasi (mg)
Dan perhitungan luas permukaan benda uji :
A=2(pxl+pxt+lxt)
(3.2)
Dimana :
A = luas permukaan spesimen (cm2)
27
p = Panjang spesimen (cm)
l = Lebar spesimen (cm)
t = Tinggi spesimen (cm)
3.7. Diagram Alir
Studi literatur dan survey
Persiapan bahan baja Cr-Mo-Ni
Proses hot dipping
Pengujian Oksidasi
Analisa Sampel
SEM / EDS
Analisa data Proses hot dipping
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 3.16. Diagram Alir.
28
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Dari hasi pengujian oksidasi pada lingkungan uap air yang bertemperatur 750 0C
selama rentang waktu 1- 20 jam, menghasilkan beberapa kesimpulan yang dapat
diambil adalah sebagai berikut :
1. Keberadaan lapisan Al pada baja Cr-Mo-Ni yang dilapisi aluminium 7% Si
berpengaruh besar sebagai lapisan pelindung terhadap oksidasi lingkungan
uap air.
2. Didapatkan hasil penambahan berat (weight gaint) untuk baja Cr-Mo-Ni yang
dilapisan aluminium setelah oksidasi lingkungan uap air selama 20 jam adalah
sekitar 0,0290350 mg/mm2. Sedangkan untuk baja pada lingkungan udara
kering setelah dioksidasi dengan waktu yang sama adalah sekitar 0,0113499
mg/mm2. Nilai penambahan berat berbanding terbalik dengan ketahanan
oksidasi. Semakin tinggi nilai penambahan berat, maka semakin rendah
ketahanan oksidasinya dan juga sebaliknya.
3. Dari hasil perhitungan diperoleh data hasil regresi linier nilai konstanta
parabolik untuk baja Cr-Mo-Ni dilapisi aluminum di udara uap air adalah
Kp = 2,34 × 10−8 mg2 mm−4 s−1 dan untuk baja yang dioksidasi di lingkungan
udara kering adalah kp = 2,5 ×10−9 mg2 mm−4 s−1 . Nilai konstanta parabolik
berbanding terbalik terhadap ketahanan oksidasi. Semakin rendah nilai
konstanta parabolik maka ketahanan oksidasi semakin tinggi dan juga
sebaliknya.
4. Fasa intermetalik yang terbentuk dari baja Cr-Mo-Ni yang dilapisi Al yaitu
Fe2Al5, FeAl2 dan FeAl. Penambahan lapisan protektif Al2O3 disuplai oleh
atom-atom Al dari fasa Fe2Al5 dan FeAl2
5. Lapisan protektif Al2O3 yang tipis dan padat memberikan perlindungan yang
besar pada baja Cr-Mo-Ni dipanaskan pada suhu 750○C lingkungan basah.
5.2. Saran
Berdasarkan pembahasan dan hasil pengujian yang diperoleh, masih perlu
dilakukan beberapa pemecahan masalah lebih lanjut, terkait dengan ketahanan
oksidasi udara basah pada suhu tinggi. Ketahan oksidasi tergantung dengan
lingkungan udara, temperatur dan juga waktu, sehingga perlu dilakukan pengujian
lebih lanjut untuk mengetahui perubahan ketahanan oksidasi sebagai fungsi suhu
pada masing-masing material. Selain itu juga, pengaruh kondisi baja sebelum
oksidasi diperlukan untuk mengetahui perubahan ketahanan dan kinetika oksidasi.
pengaruh waktu lebih lama cukup besar pada oksidasi untuk melengkapi data
pengujian lebih lanjut. Sehingga, nantinya akan didapat hasil pengujian yang
menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kualitas material tahan korosi
udara basah bertemperatur tinggi.
40
DAFTAR PUSTAKA
Bruce, Bramfitt. 2006. Mechanical Engineers’ Handbook : Materials and
Mechanical Design. Reprint from Handbook materials selection, wiley,
New York . vol. 1. Edition 3rd
C.J.Wang and S.M. Chen. 2006. The High Temperatur Oxidation Behavior of Hot
Dipping Al-Si Coating on Low Carbon Steel, Surf. Coat. Vol.200,6601
Callister. W.D, and Rethwisch. D.G, Jr., 2009, Materials science and engineering: an
introduction. 8th Ed., John Wiley & Sons, Inc. USA, pp. 122-126,
252319.
H. Asteman, J.E. Svensson, L.G. Johansson. 2002. Evidence for Chromium
Evaporation Influence the Oxidation of 304L the Effect of Temperature
and Flow Rate. Oxidation Met. Vol 57, pp. 193-216
M. Halvarsson, J.E. Tang, H. Asteman, J.E. Svensson dan L.G. Johansson. 2006.
Microstructural Investigation Of The Breakdown Of The Protective
Oxide Scale On A 304 Steel In The Presence Of Oxygen And Water
Vapour At 600o C. Corrosion Science. Vol. 48, pp. 2014-2035
M. Khamdun. 2015. Ketahanan Oksidasi Baja A238 yang Dilapisi Aluminium pada
Temperatur 7500C. Universitas Lampung. Lampung
N.B. Pilling, R.E. Bedworth. 1923. The Oxidation of Metals at High Temperatures. J.
Ins. Met. P529-591
N.K. Othman, N. Othman, J. Zhang dan D.J. Young. 2009. Effect Of Water Vapour
On Isothermal Oxidation Of Chromia-Forming Alloys in Ar/O2 And
Ar/H2 Athmospheres. Corrosion Science. Vol. 51, pp 3039-3049
Pieraggi,B.1987. Calculation of parabolic Reaction Rate Constants. Oxidation of
Metals, Vol.27, P177-185
Prasongko, Dede Yudo. 2012. Optimasi Parameter Pelapisan Celup Panas Baja AISI
1020 dengan Aluminium. Universitas Lampung. Bandar Lampung
S. Paldey, S.C. Deevi. 2003. Cathodic Arc Deposited FeAl coatings : Properties and
Oxidation Characteristics. Materials Science and Engineering. Vol.355,
P208-215
Sudirham. S, Utari. N, 2011. Mengenal Sifat – Sifat Material. Eecafedotnet. Files.
Wordpress.com/2011/08/oksida-dan-korosi.pdf diakses pada tanggal 23
April 2016
V. Lepingle, G. Louis, D. Allue, B. Lefebvre dan B. Vandenberghe. 2008. Steam
Oxidation Of New 12% Cr Steels : Comparison With Some Other Ferritic
Steels. Corrosion science. Vol.50, pp. 1011-1019
Van Vlack. L.H, 2000. Elemen-elemen dan Rekayasa Material. Edisi keenam.
Erlangga : Jakarta.
Wang, Chaur Jeng. Badaruddin, Mohd. 2010. The Dependence Of High Temperature
Resistance Of Aluminized Steel Exposed To Water-Vapour Oxidation.
Surface & Coating Technology. Vol. 205, pp. 1200-1205
M.P. Brady, Y. Yamamoto, M.L. Santella dan L.R. Walker. 2009. Composition,
microstructure and water vapour Effect on Internal/External Oxidation
of Alumina Forming Austenitic Stainless Steels. Oxid. Met. Vol.72. P311
Download