Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Motivasi
Motivasi besar dari kata latin “movere” yang berarti dorongan atau daya
penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada para
bawahan atau pengikut.
Motivasi merupakan suatu pendorong yang penting dalam mengarahkan
perilaku seseorang, karena jika seseorang memiliki motivasi kerja yang tinggi
maka ia akan memberikan prestasi kerja yang baik pula bagi organisasi. Untuk
mempermudah
pemahaman
mengenai
motivasi
kerja,
di
bawah
ini
mengemukakan beberapa pengertian motivasi menurut para ahli.
Menurut Cascilo yang dikutip oleh Hasibuan (2004), yaitu:
“Motivasi is a force that results from individuals desire to satisfy there
needs (e:q hurger, thirsty, and social approval)
Robbins dan Judge (2007), mengemukakan bahwa :
“Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah dan
ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya”.
Sedangkan definisi motivasi menurut Hasibuan (2003), yaitu:
“Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang dicipyakan
kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja
efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai
kepuasan”
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk
melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan.
2.1.1
Tujuan Motivasi
Tujuan motivasi menurut Hasibuan (2003) adalah :
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
2. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
3. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan
4. Meningkatkan kedisiplinan karyawan
5. Mengefektifkan kedisiplinan karyawan
6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
7. Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan
8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya
10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku
2.1.2
Alat-alat Motivasi
Menurut Hasibuan (2003) terdapat beberapa alat-alat motivasi kerja
terdiri dari:
1. Materi atau insentif
Motivasi yang bersifat material sebagai imbalan prestasi yang diberikan oleh
karyawan, yang termasuk materil insentif adalah yang berbentuk uang dan
barang-barang.
2. Non materil insentif
Motivasi (daya perangsang) yang tidak berbentuk materil, yang termasuk non
materil adalah penemtapan yang tepat, pekerjaan yang terjamin, piagam
penghargaan, bintang jasa, perlakuan yang wajar dan sejenisnya.
Dengan alat-alat motivasi kerja di atas diharapkan karyawan mendapatkan
kepuasan dalam bekerja karena hasil mereka dihargai oleh perusahaan dengan
begitu karyawan akan bekerja lebih baik lagi untuk bersama-saama mencapai
tujuan perusahaan.
2.1.3
Asas-asas Motivasi
Azas-azas
motivasi
menurut
Hasibuan
(2003)
mencakup
asas
mengikutsertakan, komunikasi, pengakuan, wewenang yang didelegasikan dan
perhatian timbal balik. Berikut ini penjelasannya satu persatu adalah:
1. Asas Mengikutsertakan
Asas
mengikutsertakan
maksudnya
mengajak
bawahan
untuk
ikut
berpartisipasi dan memberikan kesempatan mereka mengajukan ide-ide,
rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan-keputusan.
2. Asas komunikasi
Asas komunikasi maksudnya adalah menginformasikan secara jelas tentang
tujuan yang ingin dicapai, cara-cara mengerjakannya dan kendala-kendala
yang dihadapi.dengan asas komunikasi ini maka motivasi bekerja baeahan
akan meningkat. Sebab semakin banyak seseorang mengetahui suatu soal,
semakin besar pula minat dan perhatiannya terhadap hal tersebut.
3. Asas pengakuan
Maksudnya memberikan penghargaan dan pengakuan dan yang tepat serta
wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapai.
4. Asas wewenang dan didelegasikan
Maksudnya adalah mendelegasikan sebagai wewenang dan kebebasan untuk
mengambil keputusan-keputusan dan kreativitasnya terhadap bawahan untuk
melaksanakan tugas-tugas atasan atau manajer.
5. Asas perhatian dan timbal balik
Maksudnya adalah memotivasi bawahan dengan mengemukakan keinginan
atau harapan kita terhadap mereka dan memahami serta berusaha memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan bawahan dari perusahaan.
Asas motivasi yang diterapkan harus dapat meningkaykan produktivitas
kerja dan memberikan kepuasan kerja karyawan. Produktivitas kerja ini penting
untuk usaha pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
2.1.4
Model-model Motivasi
Menurut Hasibuan (2003) model-model motivasi terdiri dari tiga, yaitu:
1. Model tradisional
Model ini mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan agar gairah
bekerja meningkat ialah dilakukan dengan sistem insentif yaitu memberikan
insentif (uang atau barang) kepada karyawan yang berprestasi
2. Model hubungan manusia
Untuk memotivasi bawahan supaya gairah bekerja meningkat ialah dilakukan
dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa
berguna dan penting.
3. Model sumber daya manusia
Model ini mengatakan bahwa karyawan di motivasi oleh banyak faktor, bukan
hanya uang. Atau barang atau keinginan akan kepuasan, tetapi juga kepuasan
akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti. Menurut model ini karyawan
cenderung memperoleh kepuasan dari, prestasi yang baik.
2.1.5
Metode Motivasi
Menurut Hasibuan (2003) ada dua metode motivasi:
1. Motivasi langsung (direct motivation)
Motivasi langsung adalah (materil dan non materil) yang diberikan secara
langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan serta
kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan, THR, bonus,
bintang jasa dan lain-lain.
2. Memotivasi tidak langsung (indirect motivation)
Motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan tidak hanya
merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung gairah kerja atau kelancaran
tugas. Sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan
pekerjaannya.
2.1.6
Jenis-jenis Motivasi
Menurut Hasibuan (2003) ada dua jenis motivasi, yaitu:
1. Motivasi positif
Dalam motivasi positif mksudnya, manajer memotivasi (merangsang
bawahan) dengan memberikan hadiah pada mereka yang berprestasi di atas
prestasi standar. Dengan memotivasi standar ini semangat kerja bawahan akan
meningkat karena pada umumnya manusia senang menerima yang baik-baik
saja.
2. Motivasi negatif
Dalam motivasi negatif maksudnya, manajer memotivasi bawahan dengan
standar kerja yang dilakukan. Maka jika mereka bekerja di bawah standar
yang ada mereka akan mendapatkan hukuman. Dengan motivasi negatif ini
semangat kerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat karena
mereka takut di hukum, tetapi untuk jangka panjang dapat kurang baik.
Dalam praktiknya, kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh
suatu perusahaan, penggunaannya haruslah tetap dan seimbang sehingga dapat
meningkatkan semangat kerja karyawan.
2.1.7
Proses Motivasi
Menurut Hasibuan (2003) terdapat beberapa proses motivasi yaitu:
1. Tujuan
Dalam proses motivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan organisasi, baru
kemudian para karyawan di motivasi ke arah tujuan itu.
2. Mengetahui kepentingannya.
Hal yang penting dalam proses motiuvasi adalah mengetahui keinginan
karyawan dan tidak hanya melihat dari sudut kepentingan pimpinan atau
perusahaan sendiri saja.
3. Komunikasi efektif
Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dengan
bawahan. Bawahan harus mengetahui apa saja yang harus dipenuhi supaya
insentif tersebut diperolehnya.
4. Integrasi tujuan
Proses motivasi perlu untuk menyatukantujuan organisasi dan tujuan
kepentingan karyawan. Tujuan organisasi adalah needscomplex yaitu untuk
memperoleh laba serta perluasan perusahan, sedangkan tujuan individu
karyawan ialah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Jadi, tujuan organisasi
dan tujuan karyawan harus disatukan dan untuk itu penting adanya
penyesuaian motivasi.
5. Fasilitas
Manajer penting untuk memberikan bantuan fasilitas kepada organisasi dan
individu karyawan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan,
seperti memberikan bantuan kendaraan kepada selesman.
6. Team work
Manajer harus membentuk team work yang berkoordinasi baik yang bisa
mencapai tujuan perusahaan. Team work penting karena dalam suatu
perusahaan biasanya terdapat banyak bagian.
2.1.8
Teori-teori Motivasi
Hasibuan (2003) mengemukakan beberapa penganut teori kepuasan,
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Teori motivasi kebutuhan (Abraham H. Maslow)
Menyatakan bahwa manusia di motivasi untuk memuaskan sejumlah
kebutuhan yang melekat pada diri setiap manusia yang cenderung bersifat
bawaan. Kebutuhan ini terdiri dari lima jenis dan terbentuk dalam suatu
hierarki yang berarti pada dasarnya manusia akan berusaha memenuhi
kebutuhan tingkat pertama, kemudian kebutuhan tingkat kedua dan
seterusnya. Dan pemenuhan kebutuhan inilah yang menimbulkan motivasi
seseorang. Suatu kebutuhan yang sudah terpenuhi tidak menjadi unsure
pemotivasi lagi. Adapun kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah:
a. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perumahan,
udara, dan sebagainya. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat
terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling mendasar.
b. Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman,
bahaya, dan pertentangan.
c. Kebutuhan sosial
Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan teman, afiliasi, interaksi, dicintai dan
mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok pekerja masyarakat
lingkungannya.
d. Kebutuhan akan penghargaan atau prestise
Kebutuhan akan penghargaan atau prestise, yaitu kebutuhan akan
penghargaan diri dan pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan
dan masyarakat lingkungannya.
e. Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri
Kebutuhan
untuk
mengaktualisasi
diri,
yaitu
kebutuhan
untuk
menggunakan kemampuan, skill, dan optimal untuk mencapai prestasi
kerja.
2. Tree Need Theory (David Mc Clelland)
David Mc Clelland telah mengemukakan teori kebutuhan motivasi yang
dipelajari erat kaitannya dengan konsep belajar. Ia percaya bahwa banyak
kebutuhan yang didapatkan dari kebutuhan masyarakat. Ia mengemukakan
adanya tiga macam kebutuhan manusia, yaitu:
a. Needs for achievement
Need for achievement, yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan
refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah.
Seorang pegawai yang mempunyai kebutuhan akan berprestasi tinggi
cenderung untuk berani mengambil risiko. Kebutuhan untuk berprestasi
adalah
kebutuhan
untuk
melakukan
pekerjaan
lebih
baik
dari
pada sebelumnya dan selalu berkeinginan mencapai prestasi yang lebih
tinggi.
b. Needs for affiliation
Need for affiliation, yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan
dorongan untuk berintegrasi dengan orang lain, berada bersama orang lain,
dan tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.
c. Needs for power
Needs for power, yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan
refleksi dari dorongan untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh
terhadap orang lain.
3. Teori Herzberg (Frederick Herzberg)
Teori ini dikenal pula dengan “Teori Motivasi Dua Faktor”. Menurut Herzberg
orang menginginkan dua macam faktor kebutuhan, yaitu:
a. Faktor motivator
Yang dimaksud dengan faktor motivator adalah hal-hal pendorong
berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari dalam diri
seseorang. Yang tergolong sebagai faktor motivator antara lain adalah
prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, kesempatan
dan penghargaan.
b. Faktor Hygiene
Yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktorfaktor yang sifatnya ekstrnsik yang berarti bersumber dari luar diri
seseorang. Faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain
upah atau gaji, lingkungan kerja, hubungan interpersonal, dan kebijakan
perusahaan.
2.1.9
Indikator- Indikator Motivasi
Faktor-faktor yang menjadi indicator bagi motivasi kerja menurut
Nitisemito(1990) adalah sebagai berikut :
1. Turun atau Rendahnya Produktivitas Kerja
Penilaian turun atau rendahnya produktivitas kerja dapat dilaksanakan dengan
memperbandingkan produksi tahun ini dengan tahun sebelumnya. Hal ini
disebabkan
karena
kelalaian,
kemalasan,
penundaan
pekerjaan
dan
sebagainya. Kesemua hal tadi merupakan suatu indikasi atau bertanda bahwa
ada penurunan motivasi kerja. Jadi jika suatu produksi menurun, karena bias
saja ditimbulkan oleh motivasi kerja yang menurun atau penyebab lainnya.
Jika benar motivasi menurun maka pimpinan kembali harus meneliti apa yang
terjadi atau kesalahan apa yang dihadapi bawahan.
2. Tingkat Absensi Yang Tinggi atau Rendah
Tingkat absensi yang tinggi dapat mengakibatkan turunnya produktivitas
kerja, karena dengan adanya absent pekerjaan akan tertunda. Dengan tingkat
absensi yang tinggi menunjukkan adanya penerimaan motivasi kerja, untuk
mengatasi hal ini pimpinan harus meneliti penyebabnya karena jika dibiarkan,
hal ini berakibat buruk bagi perusahaan.
3.
Labour Turnover
Jika dalam perusahaan banyak terjadi karyawan yang masuk dan keluar maka
perusahaan harus berhati-hati karena hal ini merupakan suatu indikasi dari
penurunan motivasi kerja. Hal ini perlu diperhatikan oleh perusahaan sebab
jika dibiarkan perusahaan akan mengalami kerugian.
4. Tingkat Kerusakan yang naik atau tinggi
Tingkat kerusakan yang tinggi biasanya disebabkan oleh kurang perhatian,
kecerobohan dan sebagainya. Kerusakan tidak hanya pada factor manusia,
tetapi bisa juga karena penyimpangan yang salah.
5. Kegelisahan dimana-mana
Kegelisahan pada karyawan menunjukkan adanya suatu masalah yang kadang
dihadapi. Kegelisahan ini jika dibiarkan terus maka akan dapat merugikan
perusahaan.
6. Tuntutan
Tuntutan merupakan suatu reaksi dari ketidak puasan mengenai kebijakan
yang ditetapkan perusahaan. Jika hal ini dibiarkan terus maka dapat merugikan
perusahaan.
7. Pemogokan
Pemogokan merupakan suatu jalan akhir dari reaksi karyawan yang tidak puas
terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Ini merupakan indikasi
yang paling kuat turunnya motivasi kerja.
2.2
Kompensasi
2.2.1
Pengertian Kompensasi
Salah satu fungsi tradisional manajemen Sumber daya manusia penentuan
kompensasi para karyawan. Didalam organisasi moderen dengan beraneka rupa
program tujuan karyawan yang mahal, program insentif gaji dan skala gaji yang
tersetruktur, tugas kompensasi bahkan lebih rumit dan menantang bagi spesialis
sumber daya manusia. Kompensasi karyawan mempengaruhi kompensasi kerja
dan produktivitas mereka untuk tetap bersama organisasi atau mencari pekerjaan
lainnya. Kebutuhan para karyawan akan pendapatan dan keinginan mereka
diperlukan secara wajar oleh organisasi membuat program kompensasi, semakin
vital bagi departemen sumber daya manusia.
Kompensasi sering digunakan secara bergantian dengan administrasi gaji
dan upah, walaupun demikian kompensasi sesungguhnya merupakan konsep yang
lebih luas. Jika dikelola secara benar,kompensasi membantu organisasi mencapai
tujuannya dan memperoleh, memelihara dan mempertahannkan tenaga kerja yang
produktif. Beberapa pengertian kompensasi menurut para ahli.
Menurut Werther dan Davis (2005) memberikan definisi kompensasi
sebagai berikut:
Compensation is what employee receive in exchage of their work.
whether hourly wages or periodic salaries, the personnel department
usually designs and administers employee compensation” .
Flipo yang dikutip oleh Hasibuan (2003) mengemukakan bahwa :
“Compensation is the eduquate and equitable remuneration of personnel
for their contribution to organizational objective”.
Sedangkan menurut Hasibuan (2003) mendefinisikan kompensasi sebagai
berikut :
“Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang
langsung ataupun tidak langsung yang diterima karyawan sebagai
imbalan akan jasa yang diberikan kepada perusahaan”.
2.2.2
Tujuan Kompensasi
Menurut Hasibuan (2003) memaparkan tujuan kompensasi antara lain:
1. Ikatan kerjasama
Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal antara
atasan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tudas-tugasnya
dengan baik, sedangkan pengusaha atau atasan wajib membayarkan
kompensasi sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
2. Kepuasan kerja
Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
fisik, status sosial dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari
jabatannya.
3. Pengadaan efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan akan
lebih mudah.
4. Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi
bawahaannya.
5. Stabilitas karyawan
Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksyernal
konsistensi yang kompentitif maka stabilitas karyawan lebih terjamin.
6. Disiplin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan
semakin baik. Mereka akan menyadari serta mentaati peraturan-peraturan
yang berlaku.
7. Pengaruh serikat buruh
Dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat
dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaannya.
8. Pengaruh pemerintah
Jika program kompensasi sesuai dengan undangan-undang perburuan yang
berlaku, seperti batas uapah minimum maka intervensi pemerintah dapat
dihindarkan.
2.2.3
Sistem Pemberian Kompensasi
Sistem pembayaran kompensasi yang umum diterapkan menurut
Hasibuan (2003) adalah sistem waktu, sistem hasil (output) dan sistem borongan.
1. Sistem waktu
Dalam sistem waktu kompensasi (gaji atau upah) besarnya ditetapkan
berdasarkan standar waktu seperti jam, hari, minggu dan bulan. Besarnya
kompensasi hanya didasarkan lamanya bekerja bukan didasarkan prestasi
kerjanya. Kebaikan dari sistem ini adalah administrasi pengupahan mudah dan
besarnya kompensasi yang akan dibayarkan tetap, sedangkan kelemahannya
memungkinkan pekerja yang malas akan mendapatkan kompensasi yamg
sama dengan pekerja yang rajin.
2. Sistem hasil (output)
Dalam sistem hasil, besarnya kompensasi ditetapkan atas jumlah satuan unit
yang dihasilkan pekerja bukan berdasarkan lama mengerjakannya. Kebaikan
dari sistem ini bagi karyawan yang bekerja sungguh-sungguh dan berprestasi
dengan baik dan akan memperoleh balas jasa yang lebih besar. Ada pun
kelemahannya adalah kualitas barang yang dihasilkan umumnya kurang baik
dan karyawan yang kurang mampu, balas jasanya kecil sehingga kurang
manusiawi.
3. Sistem borongan
Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang didasarkan atas suatu
volume pekerjaan dan lamanya mengerjakan. Dalam sistem borongan ini
pekerja bisa mendapatkan balas jasa besar atau kecil tergantung atas
kecermatan kalkulasi mereka.
2.2.4
Bentuk-bentuk Kompensasi
Menurut Saydam (2002) mengatakan bahwa balas jasa yang diterima
seorang karyawan dari perusahaan pada umumnya dibedakan atas bentukbentuknya adalah :
1. Uang kontan
2. Material
3. Fasilitas lainnya
Kompensasi berbentuk uang maksudnya adalah para karyawan akan
menerima uang kontan secara fisik sebagai hasil pekerjaan yang dilakukan dalam
perusahaan yang besarnya tergantung pada kesepakatan perusahaan dengan
karyawan atau pada kesepakatan yang berlaku dalam perusahaan.
Kompensasi berbentuk uang masih dapat diuraikan lagi berupa :
1. Gaji
Gaji adalah salah satu balas jasa yang diberikan kepada karyawan secara
periodik (Biasanya 1 x 1 bulan). Karyawan penerima gaji demikian biasanya
sudah menjadi karyawan tetap yang telah lulus di masa percobaan.
2. Upah
Sedangkan pemberian kompensasi yang berbentuk upah agak sedikit berbeda
dari pemberian kompensasi berupa gaji. Upah juga sejenis balas jasa yang
diberikan perusahaan kepada pekerja harian (Pekerja tidak tetap) yang
besarnya telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak. Upah ini
dibayarkan setelah selesai dan diterima hasilnya dengan baik oleh pemberi
kerja. Pembayaran upah ini bias saja setiap hari setelah selesai pekerjaan atau
secara mingguan sesuai kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya.
3. Tunjangan
Kompensasi berbentuk uang dapat pula berbentuk tunjangan dengan demikian
tunjangan merupakan tambahan penghasilan yang diberikan perusahaan
kepada karyawannya, karena karyawan tersebut dianggap telah ikut
berpartisipasi dengan baik dalam mencapai tujuan perusahaan. Tunjangan ini
terdiri dari :
a. Tunjangan jabatan
Diberikan sebagai kompensasi terhadap tanggung jawab yang dibebankan
kepada seseorang untuk menduduki jabatan tertentu.
b. Tunjangan transportasi
Dengan memberikan sarana transportasi yang bisa digunakan oleh
karyawan agar tidak mengalami kendala dalam bekerja.
c. Tunjangan keluarga
Tunjangan ini diberikan kepada karyawan yang mana tujuan ini jaga dapat
dinikmati oleh anggota keluarga karyawan tersebut.
Pembayaran tunjangan ini biasanya disatukan dalam daftar pembayaran
gaji setiap bulan yang diterima oleh karyawan.
d. Insentif atau bonus
Tunjangan kadang-kadang disebut juga dengan insentif, namun insentif
jaga dianggap bagian dari kompensasi berbentuk uang. Insentif pada
dasarnya adalah sebagian tambahan penghasilan yang diberikan kepada
karyawan tertentu. Pemberian insentif ini biasanya didasarkan pada
keberhasilan prestasi karyawan yang melebihi prestasi rata-rata yang
ditentukan.
Di samping uang, material, balas jasa dapat pula diberikan perusahaan
berupa penyediaan fasilitas-fasilitas atau kemudahan-kemudahan bagi para
karyawan. Balas jasa berupa penyediaan fasilitas ini biasanya tidak sendiri-sendiri
tetapi sekaligus sebagai sumbangan atau pelengkap dari bentuk balas jasa uang
dan material. Memang tidak semua perusahaan mampu menyediakan fasilitas ini
untuk para karyawan karna penyediaan fasilitas ini berkaitan dengan kemampuan
keuangan perusahaan yang bersangkutan. Namun pada umumnya jenis fasilitas
yang sering sediakan oleh berbagai perusahaan antara lain:
1. Fasilitas kesehatan
2. Fasilitas antar jemput
3. Fasilitas makan siang
4. Fasilitas perumahaan, dsb.
Selain itu juga ada kompensasi pelengkap yang diberikan oleh perusahaan
kepada para karyawannya. Kompensasi pelengkap merupakan salah satu
pemberian kompensasi yang berupa penyediaan paket benefit dan programprogram pelayanan karyawan dengan maksud untuk mempertahankan keberadaan
karyawan sebagai anggota organisasi dalam jangka panjang.
Menurut Handoko (2001) mengelompokkan kompensasi pelengkap ke
dalam empat kategori, yaitu :
1. Pembayaran upah untuk waktu tidak bekerja (time off benefit). Berbagai
bentuk waktu tidak bekerja dimana karyawan tetap menerima pembayaran
upah mencakup:
a. Istilah on the job
Banyak bentuk time off benefit dijumpai pada pekerjaan ini meliputi
periode istirahat, periode makan dan periode waktu cuti. Dengan
penyediaan waktu istirahat dalam pelaksanaan pekerjaan produktivitas bias
meningkat.
b. Hari-hari sakit
Absen dari pekerjaan adalah tidak dapat dihindarkan. Dalam kenyataannya
hampir semua perusahaan tetap dapat membayarkan para karyawan bila
mereka absen karna alasan kesehatan dengan pembatasan maksimum
jumlah hari sakit pertahun.
c. Liburan dan cuti
Perusahaan biasanya mengikuti hari libur nasional dalam memberikan hari
libur kepada karyawannya. Di samping itu juga kebijakan personalia
perusahaan sering memberikan periode cuti selama batas waktu tertentu.
d. Alasan-alasan kerja
Kesepakatan-kesepakatan tidak masuk kerja sering juga diberikan untuk
alasan lain yang ditentukan dengan kebijaksanaan personalia perusahaan.
2. Perlindungan ekonomis terhadap bahaya
Bentuk perlindungan pertama terhadap bahaya yang umum diperhatikan
perusahaan adalah asuransi. Program asuransi ini bisa berbentuk asuransi jiwa,
asuransi kesehatan dan asuransi kecelakaan.
Di samping asuransi ada beberapa benefit bukan asuransi yang dapat
meningkatkan jaminan keamanan.
3. Program-program pelayanan karyawan
Pelayanan fasilitas adalah kegiatan-kegiatan yang secara normal harus
dilaksanakan karyawan sendiri dalam kehidupannya sehari-hari. Kegiatan
pelayanan perusahaan dapat berupa:
a. Program rekreasi
Program rekreasional dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu kegiatan
olahraga dan kegiatan sosial. Manfaat yang diperoleh dengan adanya
program ini adalh manfaat tak terwujud yaitu meningkatkannya semangat
kerja. Berbagai manfaat lainnya mencakup peningkatan kesehatan yang
selanjutnya secara tidak langsung diikuti dengan kenaikan produktivitas,
fungsi sebagai peralatan penarikan dan terutama membuat perusahaan
dipandang sebagai tempatyang baik untuk bekerja.
b. Cafetaria
Banyak perusahaan menyediakan cafeteria untuk menyediakan pelayanan
makanan dan minuman bagi karyawan atau hanya sekedar menyediakan
ruang tempat duduk untuk makan dan minum yang dibawa sendiri oleh
karyawan
c. Perumahaan
Tersedianya tempat tinggal atau rumah bagi karyawan mempunyai
pengaruh cukup besar bagi pelaksanaan kerja. Penyediaan rumah dinas,
mess atau asrama perusahaan akan membantu para karyawan terutama
bagi karyawan yang baru pindah kerja dari tempat lain sehingga mereka
dapat bekerja dengan konsentrasi.
d. Bea siswa pendidikan
Barang kali bentuk program pelayanan karyawan yang paling luas
ditawarkan adalah beasiswa karyawan melalui apa yang disebut tugas
belajar dan penyediaan perpustakaan. Program tugas belajar perlu
memperhatikan beberapa pedoman :
1) Bidang yang diambil hendaknya berkaitan dengan pekerjaan.
2) Bidang yang dipelajari hendaknya dapat menuju pada pancaran gelar
3) Karyawan harus tetap bekerja pada perusahaan sesuai tugas belajar
dalam jangka waktu sesuai perjanjian.
e. Fasilitas pembelian
Ada beberapa perusahaan yang membuka toko. Program ini dapat
diberikan apabiala tidak ada toko-toko di luar perusahaan atau bila hanya
ada sedikit toko yang mengambil manfaat situasi monopoli sehinga
barang-barang yang dijual mahal.
f. Konseling finansial dan legal
Bila karyawan mempunyai beberapa masalah atau kesulitan finansial
produktivitas dan semangat kerja akan sangat terpenuhi. Karyawan
memang seharusnya menangani masalah itu sendiri tetapi bila karyawan
memerlukan
bantuan
perusahaan
sebaiknya
menyediakan
dan
mengulurkan bantuan untuk mengatasi masalah mereka.
g. Aneka ragam pelayanan lain
Di samping program pokok pelayanan yang diuraikan di atas ada banyak
bentuk pelayanan lain yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan tertentu
untuk memenuhi berbagai masalah khusus. Banyak perusahaan memberi
pakaian kerja secara gratis pada pekerja-pekerja kotor dan kasar atau
perusahaan membagikan seragam untuk mempromosikan identitas
perusahaan.
Fasilitas
kendaraan
(transportasi) dan
tempat
parkir
disediakan bila hal itu mahal dan menjadi masalah atau hambatan utama
karyawan. Bentuk pelayanan lainnya adalah pemberian beasiswa bagi
anak-anak, karyawan, bingkisan hari raya dan sebagainya.
4. Pemberian kompensasi yang diisaratkan secara legal.
Masyarakat kita melalui pemerintah mempunyai kepentingan atas tingkat
minimum kondisi dan situasi tempat kerja dalam arti perlindungan terhadap
bahaya-bahaya yang mengancam kehidupan. Sebagai contoh undang-undang
tentang keselamatan kerja, peraturan-peraturan lainnya mencakup pemberian
kompensasi bagi karyawan yang menderita cacat dan tidak dapat bekerja lagi
karena kecelakaan kerja di tempat kerja, pemberian pesangon bagi karyawan
yang diputus hubungan kerjanya, pemberian asuransi tenaga kerja dan
perawatan kesehatan secara periodik.
2.2.5
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompensasi
Menurut Hasibuan (2003) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kompensasi adalah:
1. Penawaran dan permintaan kerja
Jika pencari kerja (penawaran) lebih banyak dari lowongan pekerjaan
(permintaan) maka kompensasi relatif kecil. Sebaliknya jika pencari kerja
lebih sedikit dari pada lowongan pekerjaan, maka kompensasi relatif semakin
besar.
2. Kemampun dan kesediaan perusahaan
Bila kemampuan dan kesedian perusahaan untuk membayar semakin baik
maka tingkat kompensasi akan semakin besar. Demikian juga sebaliknya jika
kemampuan dan kesediaan untuk membayar kurang maka tingkat kompensasi
relatif kecil.
3. Serikat buruh dan organisasi karyawan
Apabila serikat buruh kuat dan berpengaruh maka tingkat kompensasi semakin
besar, sebaliknya jika serikat buruh tidak kuat dan kurang berpengaruh maka
tingkat kompensasi semakin kecil.
4. Produktivitas kerja karyawan
Jika produktivitas kerja karyawan baik maka kompensasi akan semakin besar.
Sebaliknya jika produktivitas kerjanya buruk maka kompensasinya kecil.
5. Pemerintah dengan undang-undang Keppres
Pemerintah dengan Undang-undang Keppres menetapkan besarnya batas upah
atau balas jasa minimum. Peraturan pemerintah ini sangat penting supaya
pengusaha tidak sewenang-wenang menetapkan besarnya balas jasa bagi
karyawan. Pemerintah berkewajiban melindungi masyarakat dari tindakan
sewenang-wenang.
6. Biaya hidup
Bila biaya hidup di daerah tersebut tinggi maka tingkat kompensasi atau upah
semakin besar tetapi sebaliknya, jika tingkat biaya hidup di daerah tersebut
rendah maka tingkat kompensasi relatif kecil.
7. Posisi jabatan
Karyawan yang menduduki jabatan lebih tinggi akan menerima gaji atau
kompensasi lebih besar. Sebaliknya karyawan yang menduduki jabatan yang
lebih rendah akan memperoleh gaji atau kompensasi yang lebih kecil. Hal ini
wajar karena seseorang yang mendapat kewenangan dan tanggung jawab yang
besar harus mendapatkan gaji atau kompensasi yang lebih besar pula.
8. Pendidikan dan pendidikan kerja
Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama maka gaji atau
balas jasanya lebih besar. Karena kecakapan serta keterampilanya lebih baik.
Sebaliknya karyawan yang berpendidikan rendah dan berpengalaman kerja
yang kurang maka tingkat gaji dan kompensasinya kecil.
9. Kondisi perekonomian nasional
Bila kondisi perekonomian sedang maju maka tingkat upah akan semakin
besar karena akan mendekati kondisi full employment. Sebaliknya jika kondisi
perekonomian tidak maju (depresi) maka tingkat upah rendah karna terdapat
banyak pengganggu unemployment.
10. Jenis dan sifat pekerjaan
Jika jenis dan sifat pekerjaan yang sulit dan mempunyai risiko (finansial,
kesehatan) yang besar maka tingkat upah dan balas jasanya semakin besar
karena membutuhkan kecakapan serta penelitian untuk mengerjakaannya.
Tetapi jika jenis dan sifat pekerjaannya mudah dan risikonya rendah maka
tingkat kompensasi yang diberikannya akan rendah.
2.2.6
Kebijakan Kompensasi
Kebijakan-kebijakan tertentu perlu dirumuskan sebelum sebuah system
sebuah system kompensasi yang berhasil dapat dibentuk dan diterapkan. Pada
hakekatnya kebijakan kompensasi sangat dipengaruhi oleh tujuan dan lingkungan
organisasi. Kebijakan kompensasi menurut Simanora (2004). Kebijakan
kompensasi harus berhubungan dengan factor-faktor berikut :
1. Tingkat gaji minimum dan maksimum (Mempertimbangkan nilai pekerjaan
bagi
organisasi,
kemampuan
organisasi
untuk
membayar,
peraturan
pemerintah, pengaruh serikat pekerjaan dan tekanan pasar tenaga kerja)
2. Hubungan umum diantara tingkat gaji (yakni antara menejemen senior dan
menejemen operasi, karyawan operasional dan penyelia).
Selain faktor-faktor di atas, organisasi harus mengambil keputusan
berkenaan dengan seberapa besar dan yang harus dialokasian untuk kenaikan gaji
tahun depan, siapa yang akan merekomendasikan dan bagaimana kenaikan itu
ditetapkan.
2.2.7
Indikator-indikator Pemberian Kompensasi
Menurut Mangkunegara (2004) ada beberapa indikator kompensasi,
yaitu:
1. Tingkatan bayaran
Tingkat bayaran bisa diberikan tinggi, rendah atau rata-rata tergantung pada
kondisi perusahaan. Artinya tingkat pembayaran tergantung pada kemampuan
perusahaan membayar jasa pegawainya.
2. Struktur Pembayaran
Struktur bayaran berhubungan dengan rata-rata bayaran, tingkat pembayaran
dan klasifikasi jabatan di perusahaan.
3. Penentuan bayaran individu Penentuan pembayaran kompensasi individu
perlu didasarkan pada rata-rata tingkat bayaran, tingkat pendidikan, masa kerja
dan prestasi kerja pegawai.
4. Metode pembayaran
Ada dua metode pembayaran, yaitu metode pambayaran yang didasarkan pada
waktu (perjam, perhari, perminggu, perbulan). Kedua metode pembayaran
yang di dasarkan pada pembagian hasil.
5. Kontrol pembayaran
Kontrol pembayaran merupakan pengendalian secara langsung dari biaya
kerja. Pengendalian biaya merupakan faktor utama dalam administrasi upah
dan gaji. Tugas mengontrol bayaran adalah pertama, mengembangkan standar
kompensasi dan meningkatkan fungsinya. Kedua, mengukur hasil yang
bertentangan dengan standar yang tetap. Ketiga, meluruskan perubahan
standar pembayaran upah.
Indikator-indikator kompensasi di atas dapat dijadikan acuan oleh
perusahaan dalam memberikan kompensasi yang layak bagi karyawannya.
Dengan pembayaran kompensasi yang layak maka karyawan akan lebih senang
bekerja di perusahaan dan akan membantu perusahaan dalam pencapaian
tujuannya.
2.3
Kerangka Pemikiran
Setiap perusahaan tentu menginginkan agar karyawannya memberikan
kontribusi yang maksimal bagi perusahaan. Dalam pihak setiap karyawan bersedia
bekerja dengan harapan akan memperoleh imbalan atau balas jasa yang dapat
mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi kebutuhan inilah
yang mendorong seseorang karyawan untuk semangat kerja dalam bekerja.
Produktivitas karyawan dalam bekerja mempengaruhi produktivitas perusahaan
dan salah satu cara perusahaan dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja
karyawan adalah melalui motivasi kerja yang terus menerus diberikan perusahaan
terhadap karyawannya.
Meningkatkan
motivasi
kerja
karyawan
tidaklah
mudah,
karena
perusahaan harus peka akan keinginan para karyawannya. Hal- hal apa saja yang
bisa memotivasi mereka lebih giat serta loyal terhadap perusahaan. Salah satu cara
yang dianggap efektif untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan
melaksanakan program kompensasi. Untuk karyawan ini merupakan bentuk nyata
bahwa perusahaan peduli terhadap para karyawannya, sehingga karyawan akan
merespon positif terhadap bentuk perhatian perusahaan tersebut dengan bekerja
dengan lebih giat, sehingga hal tersebut membantu tercapainya tujuan perusahaan.
Asas kompensasi adalah keadilan dan kelayakan serta tidak melanggar
peraturan pemerintah. Hal ini penting supaya kompensasi yang pernah diberikan
karyawan tidak ditiadakan. Program kompensasi harus di informasikan secara
terbuka dan jelas, waktu pemberiannya tepat dan sesuai dengan kebutuhan
karyawan.
Program kompensasi yang diklaksanakan sangat efektif oleh perusahaan
dan akan meningkatkan motivasi kerja karyawan, dimana motivasi adalah salah
satu yang mendorong seseorang untuk bekerja. Begitu besar manfaat motivasi
sehingga menjadi perhatian para manejer maupun pimpinan perusahaan untuk
terus berusaha memberikan motivasi bagi para karyawannya. Keberhasilan dalam
memberikan motivasi tidaklah mudah dicapai, cara terbaik untuk memahami
motivasi karyawan adalah dengan memahami motivasi yang berorientasi pada
tujuan. Jika ingin memoyivasi para karyawan, perusahaan harus melakukan apa
yang harus dilakukan untuk relasi tersebut. Motivasi akan timbul jika perusahaan
memperhatikan kebutuhan karyawan selain upah atau gaji yang dapat memotivasi
karyawannya pada umumnya, ternyata pemberian program kompensasi dapat
menimbulkan motivasi kerja pada karyawan. Kompensasi merupakan suatu
kebutuhan yang sering kali terlupakan oleh perusahaan, padahal cukup kuat untuk
mendorong motivasi karyawan.
Salah satu pemicu motivasi kerja karyawan adalah dengan pemenuhan
kebutuhan dasar yang salah satu bentuknya dengan cara pemberian kompensasi
bagi karyawan. Diharapkan dengan pemberian kompensasi karyawan aoleh
perusahaan akan meningkatkan motivasi kerja karyawan yang secara tidak
langsung akan menimbulkan pengaruh bagi meningkatkan produktivitas kerja
perusahaan yang akhirnya akan membantu proses pencapaian tujuan perusahaan.
Bahwa program kompensasi yang diberikan oleh perusahaan kepada
karyawan dapat memenuhi suatu kebutuhan, dimana suatu perusahaan tersebut
akan berlangsung terus menerus dan setiap harinya akan semakin meningkat,
dengan begitu karyawan akan semakin termotivasi bekerja untuk dapat terus
memenuhi setiap kebutuhannya.
Langsung :
- Gaji pokok
- Upah
- Insentif
Tidak langsung :
- Tunjangan kesehatan
- Tunjangan hari raya
- Tunjangan hari tua
- Tunjangan keluarga
- Promosi jabatan
- Tunjangan pendidikan
- Tunjangan tenaga kerja
2.3.1
Motivasi Intrinsik :
- Kepuasan pribadi
- Pengalaman pekerjaan
- Kebanggan dalam
pencapaian
- Tantangan pekerjaan
Motivasi Ekstrinsik :
- Gaji
- Pujian
- Promosi jabatan
- Pengakuan
Hipotesis
Motivasi adalah suatu hasrat yang timbul dari dalam diri karyawan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan didalam hidupnya. Hirarki kebutuhan maslaw
mengemukakan ada 5 kebutuhan yang harus dipenuhi, dari dasar hingga
kebutuhan yang paling tinggi atau perwujudan diri. Sehingga bila individu atau
karyawan ingin memenuhi satu tingkatan kebutuhan yang lebih tinggi maka
individu atau karyawan tersebut akan lebih dahulu termotivasi yntuk satu
tingkatan kebutuhan yang berada dibawahnya.
Sehingga bila kompensasi yang diberikan oleh karyawan telah memenuhi
kebutuhan karyawan tersebut maka motivasi karyawan akan meningkat, oleh
karena itu pemberian kompensasi sangat dibutuhkan oleh karyawan.
H1 : Terdapat pengaruh yang positif antara kompensasi terhadap
motivasi kerja karyawan.
H2 : Terdapat pengaruh yang positif antara motivasi kerja
karyawan terhadap kompensasi.
Download