9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Nyeri 1. Pengertian Nyeri Nyeri

advertisement
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.
A. Nyeri
1. Pengertian Nyeri
Nyeri (Pain) adalah kondisi perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya
sangat subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang baik dalam hal
skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan dan mengefakuasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2008).
Internasional Association for Study of Pain (IASP), mendefinisikan nyeri
sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenagkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat akut
yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter &
Perry, 2007).
Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial
yang tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun
sering disebut dengan istilah distruktif dimana jaringan rasanya seperti di
tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut dan mual
(Potter , 2012).
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
10
2. Sifat Nyeri
Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. ada empat atribut
pasti untuk pengalaman nyeri, yaitu: nyeri bersifat individual, tidak
menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang mendominasi, bersifat tidak
berkesudahan (Manuaba, 2008)
3. Teori- Teori Nyeri
a. Teori Spesivitas ( Specivicity Theory)
Teori Spesivitas ini diperkenalkan oleh Descartes, teori ini menjelaskan
bahwa nyeri berjalan dari resepror-reseptor nyeri yang spesifik melalui jalur
neuroanatomik tertentu kepusat nyeri diotak (Andarmoyo, 2013). Teori
spesivitas ini tidak menunjukkan karakteristik multidimensi dari nyeri, teori
ini hanya melihat nyeri secara sederhana yakni paparan biologis tanpa
melihat variasi dari efek psikologis individu (Prasetyo, 2010).
b. Teori Pola (Pattern theory)
Teori Pola diperkenalkan oleh Goldscheider pada tahun 1989, teori ini
menjelaskan bahwa nyeri di sebabkan oleh berbagai reseptor sensori yang di
rangsang oleh pola tertentu, dimana nyeri ini merupakan akibat dari
stimulasi reseprot yang menghasilkan pola dari implus saraf (Andarmoyo,
2013).
Pada sejumlah causalgia, nyeri pantom dan neuralgia, teori pola ini
bertujuan untuk menimbulkan rangsangan yang kuat yang mengakibatkan
berkembangnya gaung secara terus menerus pada spinal cord sehingga saraf
trasamisi nyeri bersifat hypersensitif yang mana rangsangan dengan
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
11
intensitas rendah dapat mengahasilkan trasmisi nyeri (lewis, 1983 dalam
Andarmoyo, 2013).
c. Teori Pengontrol Nyeri (Theory Gate Control)
Teori gate control dari Melzack dan Wall ( 1965) menyatakan bahwa
implus nyeri dapat diatur dan dihambat oleh mekanisme pertahanan
disepanjang sistem saraf pusat, dimana implus nyeri dihantarkan saat sebuah
pertahanan dibuka dan implus dihambat saat sebuah pertahanan tertutup
(Andarmoyo, 2013).
d. Endogenous Opiat Theory
Teori ini di kembangkan oleh Avron Goldstein, ia mengemukakan bahwa
terdapat substansi seperti opiet yang terjadi selama alami didalam tubuh,
substansi ini disebut endorphine (Andarmoyo, 2013).
Endorphine mempengaruhi trasmisi implus yang diinterpretasikan sebagai
nyeri. Endorphine kemugkinan bertindak sebagai neurotrasmitter maupun
neoromodulator yang menghambat trasmisi dari pesan nyeri (Andarmoyo,
2013).
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
12
4. Klasifikasi Nyeri
a. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi
1) Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit,
atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas
yang bervariasi (ringan sampai berat), dan berlangsung untuk waktu
yang singkat (Andarmoyo, 2013).
Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan
menghilang tanpa pengobatan setalh area yang rusak pulih kembali
(Prasetyo, 2010).
2) Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap
sepanjang suatu priode waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan
intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan
(McCaffery, 1986 dalam Potter &Perry, 2007).
b. Klasifikasi Nyeri Berdasrkan Asal
1) Nyeri Nosiseptif
Nyeri Nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas
atau sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan respetor khusus yang
mengantarkan stimulus naxious (Andarmoyo, 2013).
Nyeri Nosiseptor ini dapat terjadi karna adanya adanya stimulus
yang mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain
(Andarmoyo, 2013).
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
13
2) Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas
yang di dapat pada struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini lebih
sulit diobati (Andarmoyo, 2013).
c. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi
1) Supervicial atau kutaneus
Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit.
Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri
biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam (Potter dan Perry, 2006 dalam
Sulistyo, 2013). Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil
atau laserasi.
2) Viseral Dalam
Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ
internal (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri ini
bersifat difusi dan dapat menyebar kebeberapa arah. Contohnya sensasi
pukul (crushing) seperti angina pectoris dan sensasi terbakar seperti
pada ulkus lambung.
3) Nyeri Alih (Referred pain)
Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karna
banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat
terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa
dengan berbagai karakteristik (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo,
2013). Contohnya nyeri yang terjadi pada infark miokard, yang
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
14
menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri, batu empedu, yang
mengalihkan nyeri ke selangkangan.
4) Radiasi Nyeri
radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal
cedera ke bagian tubuh yang lain (Potter dan Perry, 2006 dalam
Sulistyo, 2013). Karakteristik nyeri terasa seakan menyebar ke bagian
tubuh bawah atau sepanjang kebagian tubuh. Contoh nyeri punggung
bagian bawah akibat diskusi interavertebral yang ruptur disertai nyeri
yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.
5. Pengukuran Intensitas
Nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat subjektif
dan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang
berbeda (Andarmoyo, 2013).
Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mugkin adalah
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri, namun
pengukuran dengan pendekatan objektif juga tidak dapat memberikan
gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007 dalam Andarmoyo,
2013)
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
15
Beberapa skala intensitas nyeri :
a. Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana
Gambar 1.1 Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana
Andarmoyo, S. (2013)
Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor scale, VDS) merupakan alat
pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objekti. Pendeskripsian VDS
diranking dari ” tidak nyeri” sampai ” nyeri yang tidak tertahankan”
(Andarmoyo, 2013).
Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk
memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini memungkinkan
klien memilih sebuah ketegori untuk mendeskripsikan nyeri (Andarmoyo,
2013).
b. Skala Intensitas Nyeri Numerik
Gambar 1.2 Skala Intensitas Nyeri Numerik
Andarmoyo, S. (2013)
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
16
Skala penilaian numerik (Numerical rating scale, NRS) lebih digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai
nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat
mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi (Andarmoyo,
2013)
c. Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale
Gambar 1.3 Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale
Andarmoyo, S. (2013)
Skala analog visual (Visual Analog Scale) merupakan suatu garis lurus,
yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat
pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya (Andarmoyo, 2013).
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
17
d. Skala Intensitas Nyeri dari FLACC
Skor
Kategori
0
Muka
Tidak ada ekspresi atau Wajah
Sering
dahi
senyuman tertentu, tidak cemberut, dahi tidak konstan,
mencari perhatian.
mengkerut,
rahang
menyendiri
menegang, dagu
gemetar
Tidak ada posisi atau Gelisah, resah Menendang
rileks.
dan menegang
Kaki
Aktivitas
1
Berbaring,
normal,
bergerak.
posisi Menggeliat,
Menekuk, kaku
mudah menaikkan
atau
punggung dan menghentak
maju,
menegang.
Menangis Tidak menangis
Hiburan
2
Rileks.
Merintih
atau Menangis keras,
merengek,
sedu
sedan,
kadang-kadang sering mengeluh
mengeluh.
Kadang-kadang Kesulitan untuk
hati
tentram menghibur atau
dengan
kenyamanan
sentuhan,
memeluk,
berbicara untuk
mengalihkan
perhatian.
Total Skor 0-10
Tabel 2.1 Skala Intensitas Nyeri dari FLACC
Andarmoyo, S. (2013)
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
18
Skala FLACC merupakan alat pengkajian nyeri yang dapat digunakan pada
pasien yang secra non verbal yang tidak dapat melaporkan nyerinya (Judha,
2012).
Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan menggunakan skala
numerik yaitu:
1. 0 : Tidak Nyeri
2. 1-2 : Nyeri Ringan
3. 3-5 : Nyeri Sedang
4. 6-7 : Nyeri Berat
5. 8-10 : Nyeri Yang Tidak Tertahankan (Judha, 2012).
6. Manajemen penatalaksanaan nyeri
a. Manajemen Non Farmakologi
Manajemen nyeri non farmakologi merupakan tidakan menurunkan respon
nyeri tanpa menggunakan agen farmakolgi. Dalam melakukan intervensi
keperawatan/kebidanan, manajemen non farmakologi merupakan tindakan
dalam mengatasi respon nyeri klien (Sulistyo, 2013).
b. Manajemen Farmakologi
Manajemen nyeri farmakologi merupakan metode yang mengunakan obatobatan dalam praktik penanganannya. Cara dan metode ini memerlukan
instruksi dari medis. Ada beberapa strategi menggunakan pendekatan
farmakologis dengan manajemen nyeri persalinan dengan penggunaan
analgesia maupun anastesi (Sulistyo, 2013).
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
19
B. Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin
lamanya adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir (Saifudin, 2008).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai
sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008).
2. Tanda dan gejala
Tanda-tanda dugaan hamil yaitu :
untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian
terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan, yaitu sebagai berikut :
a. Tanda Dugaan Kehamilan
1). Amenorea
Pada wanita hamil terjadi konsepsi dan nidasi yang menyebabkan tidak
terjadi pembentukan Folikel de graff dan ovulasi . Hal ini menyebabkan
terjadinya amenorea pada seorang wanita yang sedang hamil. Dengan
mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT) dengan perhitungan
Neagle dapat ditentukan hari perkiraan lahir (HPL) yaitu dengan
menambah tujuh pada hari, mengurangi tiga pada bulan, dan menambah
satu pada tahun.
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
20
2). Mual dan Muntah
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam
lambung yang berlebihan. Mual dan Muntah pada pagi hari disebut
morning sickness.
3). Ngidam
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang
demikian disebut ngidam.
4). Sinkope atau pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan
iskema susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan.
5). Payudara Tegang
Pengaruh hormon estrogen, progesteron, dan somatomamotrofin
menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara.
6). Sering Miksi (Sering BAK)
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh
dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah menghilang.
7). Konstipasi atau Obstipasi
Pengaruh hormon progesteron dapat menghambat peristaltik usus,
menyebabkan kesulitan untuk buang air besar
8). Pigmentasi Kulit
Terdapat pigmentasi kulit disekitar pipi (cloasma gravidarum). Pada
dinding perut terdapat striae albican, striae livide dan linea nigra
semakin menghitam.
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
21
9). Epulis
Hipertrofi gusi yang disebut epuils, dapat terjadi saat kehamilan.
10). Varices
Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang
mempunyai bakat. (Manuaba, 2010).
3. Komplikasi pada kehamilan
Komplikasi dalam kehamilan antara lain :
a. Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan ( oleh akibat-akibat tertentu)
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu.
b. Anemia Kehamilan
Anemia Kehamilan adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar
hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada
penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah
(Hemoglobin Hb) dibawah nilai normal.
c. Hyperemesis Gravidarum
Hyperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada
ibu hamil.
d. Kehamilan Ektopik Terganggu
Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan yang terjadi bila sel telur
dibuahi berimplementasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri.
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
22
C. Abortus
1. Pengertian Abortus
Istilah Abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (Manuaba, 2008).
2. Macam-macam abortus dapat dibagi atas dua golongan :
a. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi
dari luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Berdasarkan
gambaran kliniknya, abortus spontan dapat dibagi menjadi :
1) Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana 27 hasil konsepsi masih
dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.
2) Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
3) Abortus Inkomplete adalah peristiwa pengeluaran hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa tertinggal di dalam
uterus.
4) Abortus Komplete adalah peristiwa perdarahan pada kehamilan muda
dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari cavum uteri.
5) Abortus Habitualis adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali atau
lebih berturut-turut.
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
23
6) Missed Abortion adalah kematian janin sebelum berusia 20 minggu,
tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
7) Abortus Infeksius dan Abortus Septik adalah keguguran yang disertai
infeksi genetalia. Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat
dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah
atau peritoneum (Saifuddin, 2008).
b. Abortus Provokatus (Induced Abortion)
Mendefinisikan Abortus Provokatus merupakan Abortus yang disengaja
baik dengan memakai obat obatan atau memakai alat. Abortus ini terbagi
menjadi :
1) Abortus Medisinalis ialah karena tindakan kita sendiri, dengan alasan
apabila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu.
2) Abortus Kriminalis ialah abortus yang terjadi oleh karena tindakan yang
tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya
dilakukan secara sembunyi - sembunyi oleh tenaga tradisional
(Manuaba, 2007).
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
24
D. Konsep Abortus Incomplete
1. Pengertian Abortus Incomplete
Abortus incomplete adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih
tertinggal di
dalam uterus dimana perdarahannya masih terjadi dan
jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa,
yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga
perdarahan berjalan terus (Sujiyatini dkk,2009).
Abortus incomplete adalah Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa dalam uterus. Pada pemeriksaan
vagina servikalis terbuka dan jaringan dapat di raba dalam kafum uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Pendarahan
tidak akan berhenti sebelum sisa janin di keluarkan, dapat menyebabkan shok
(ika pantikawati, 2010).
Abortus incomplete adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus
(Khumaira, 2012).
Abortus incomplete merupakan perdarahan pada kehamilan muda dimana
sebagian ari hasil konsepsi telah keluar dari vakum uteri melalui kanalis
serviks yang tertinggal pada desidua atau plasenta ( Rukiyah,dkk,2010).
Abortus incomplete ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus
( Wiknjosastro A, 2007).
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
25
2. Etiologi
Abortus Inkomplete dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
a. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
1) Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom
2) Faktor lingkungan endometrium
3) Pengaruh luar
a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi
b) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
b. Kelainan Pada Plasenta
c. Penyakit Ibu
d. Kelainan yang terdapat dalam rahim (Manuaba, 2010).
3. Tanda dan Gejala
a. Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi
dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut:
1) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
3) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
4) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
5) Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
26
4. Anatomi dan Fisiologi sistem reproduksi
Alat reproduksi wanita dibagi menjadi dua bagian yaitu : genetalia eksternal
dan genetalia internal.
Gambar 1. 4 : Organ Reproduksi eksternal pada wanita
Joseph HK dan Nugroho. (2011)
a. Organ genitalia eksternal pada wanita meliputi:
1) Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris merupakan jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat di
atas simfisis pubis.
2) Labia mayora
Labia mayor adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis.
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
27
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi
labia minor, berakhir di perineum pada garis tengah.
3) Labia minora
Labia minor terletak di antara dua labia mayor dan merupakan
lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut, yang
memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dab menyatu dengan
fourchette.
4) Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang
terletak di bawah arkus pubis.
5) Prepusium klitoris
Dekat sambungan anterior, labia minor kanan dankiri terpisah
menjadi bagian medial dan lateral.
6) Vestibulum
Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk lonjong, terletak
antara labia minora, klitoris, dan fourchette. Vestibulum terdiri dari dua
muara uretra, kelenjar parauretra (vetibulum minus atau Skene), vagina,
dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina, atau
Bartholin).
7) Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayor dan minor di garis
tengah bawah orifisium vagina.
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
28
8) Perineum
Perineum merupakan daerah muscular yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
b. organ genitalia internal pada wanita meliputi:
Gambar 1.5 : Organ Reproduksi internal pada wanita.
Joseph HK dan Nugroho. (2011)
1) Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di
belakang tuba fallopii.
2) Tuba Fallopii
Sepasang tuba fallopii melekat pada fundus uterus. tuba ini
memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas ligament lebar dan
berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium.
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
29
3) Uterus
Uterus merupakan organ berdinding tebal, muscular, pipih, cekung
yang mirip buah pir terbalik yang terletak antara kandung kemih dan
rectum pada pelvis wanita. Pada wanita yang belum melahirkan, berat
uterus matang sekitar 30-40 gr sedangkan pada wanita yang pernah
melahirkan, berat uterusnya adalah 75-100 gr. uterus normal memiliki
bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin, dan teraba padat.
Dinding uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu endometrium,
miometrium, dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
a)
Endometrium, yang banyak mengandung pembuluh darah
adalah suatu lapisan membrane mukosa yang terdiri dari tiga
lapisan, yaitu lapisan permukaan padat, lapisan tengah
jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang
menghubungkan endometrium dengan miometrium. selama
menstruasi dan sesudah melahirkan, lapisan permukaan yang
padat dan lapisan tengah yang berongga tanggal. Segera
setelah aliran menstruasi berakahir, tebal endometrium 0,5
mm.Mendekati akhir siklus endometrium, sesaat sebelum
menstruasi mulai lagi, tebal endometrium menjadi 5 mm.
b) Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut
otot polos yang membentang ke tiga arah (longitudinal,
transversa, dan oblik).
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
30
4) Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di
belakng kandung kemih dan uretra yang memanjang dari introitus
(muara eksterna di vestibulum di antara labia minor / vulva) sampai
serviks.( Manuaba,2007).
5. Pathofisiologi abortus incomplete
Awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi
jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam
uterus.
Sehingga
menyebabkan
uterus
berkontraksi
untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, khorialis belum menembus
desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya.
Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam
hingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan dari pada plasenta.
Apabila janin yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka dia
dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan
tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena
cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi sedikit gepeng.
Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
31
membesar karena terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan
(Khumaira, 2012).
Pathway
1. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
2. Kelainan Pada Plasenta
3. Penyakit Ibu
4. Kelainan yang terdapat pada rahim
Abortus ( mati janin, BB = 4001000gr)
Abortus Inkomplete
Pre Curretage
Post Curretage
Curretage
Mk 2: Ansietas
Jaringan
terputus/terbuka
Perdarahan
Nyeri
Abdomen
Gangguan rasa nyaman
Mk 3:Resiko Infeksi
Resiko syok
hipovolemik
Mk 1 : Nyeri
Akut
MK 4 :Intoleransi
aktifitas
Mk 5 :Resiko
Kekurangan volume
cairan
Tabel 2.2 Pathway Post Abortus Inkomplete
Nurarif dan Hardhi, (2015)
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
32
6. Penatalaksanaan abortus incomplete
Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan
umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian
disiapkan tindakan kuretase (Prawirohardjo, 2010).
a. Penatalaksanaan keperawatan :
1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien,
termasuk tanda- tanda vital.
2) Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan
sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
3) Jika dicurigai terjadi syok, segera lakukan penanganan syok. Jika
tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut
saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena
kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat
penting untuk memulai penanganan syok dengan segera.
b. Penanganan medis Abortus Inkomplit
1)
Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi
(perdarahan hebat, syok dan sepsis)
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan <
16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:
a) Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang
terpilih.Evakuasi
dengan
kuret
tajam
sebaiknya
hanya
dilakukan jika AVM tidak tersedia.
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
33
7. Konsep asuhan keperawatan
a. Pengkajian
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi
; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervaginan berulang
Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien
pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan
pervaginam diluar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah
dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di
mana tindakan tersebut berlangsung.
Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan
adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala
serta keluhan yang menyertainya
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
34
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan
anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana
keadaan kesehatan anaknya.
b. Pemeriksaan fisik, meliputi :
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna,
perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap
kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan
jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan :
menentukan
karakter
nadi,
mengevaluasi
edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri
yang abnormal
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya (Khumaira,2012 )
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
35
E. Konsep Curretage
1. Pengertian Curretage
Kuret adalah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam
rahim. Jaringan itu sendiri bisa berupa tumor, selaput rahim, atau janin yang
dinyatakan tidak berkembang maupun sudah meninggal. Dengan alasan
medis, tidak ada cara lain jaringan semacam itu harus dikeluarkan. ( Nugroho,
Taufan,2010 ).
2. Tujuan Curretage
Menurut Nugroho, Taufan (2010) , tujuan kuret ada dua.Yaitu :
a. Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh
dokter untuk membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-benda
atau jaringan yang tidak diharapkan.
b. Penegakan diagnosis. Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat pada
rahim, apakah sejenis tumor atau gangguan lain. Meski tujuannya
berbeda, tindakan yang dilakukan pada dasarnya sama saja.
3. Etiologi Curretage
Hal-hal yang menyebabkan kuret harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a . Usia ibu yang lanjut
b. Riwayat obstetri/ginekologi yang kurang baik
c. Riwayat infertilitas
d. Adanya kelainan/penyakit yang menyertai kehamilan
e. Berbagai macam infeksi
f. Paparan dengan berbagai macam zat kimia (Prawirohardjo, 2010).
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
36
4. Persiapan Sebelum Kuretase :
a. Konseling pra tindakan :
1) Memberi informed consent.
2) Menjelaskan pada klien tentang penyakit yang diderita.
3) Menerangkan kepada pasien tentang tindakan kuretase yang akan
dilakukan: garis besar prosedur tindakan, tujuan dan manfaat tindakan.
4) Memeriksa
keadaan
umum
pasien,bila
memungkinkan
pasien
dipuasakan (Prawirohardjo, 2010)
5. Persiapan Tindakan :
a. Menyiapkan pasien.
b. Mengosongkan kandung kemih.
c. Membersihkan genetalia eksterna.
d. Membantu pasien naik ke meja ginek.
e. Lakukanlah pemeriksaan umum : Tekanan Darah, Nadi, Keadaan Jantung,
dan paru – paru dan sebagainya.
f. Pasanglah infuse cairan sebagai profilaksis.
g. Pada umumnya diperlukan anestesi infiltrasi local atau umum secara IV
dengan ketalar.
h. Sebelum masuk ke ruang operasi, terlebih dahulu pasien harus
dipersiapkan dari ruangan.
i. Puasa: Saat akan menjalani kuretase, dilakukan puasa 4-6 jam
sebelumnya.
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
37
Tujuannya
supaya perut dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa
dilakukan dengan maksimal
6. Post Curretage
Hal-hal yang perlu dilakukan:
a. Mengukur tekanan darah, sebelum dan sesudah tindakan.
b. Melakukan observasi keadaan umum pasien hingga kesadaran pulih
kembali
c. Pasien diberikan oksigen 2 liter/menit melalui nasal kanule dan tetap
observasi keadaan pasien sampai dipindahkan ke ruangan perawatan.
F. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa post curretage
Menurut Wilkinson & Atern ( 2012) dan Reader ( 2011), diagnosa yang
muncul pada periode post curretage meliputi :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
c. Resiko infeksi
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang
dengan kriteria hasil
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
38
Pain control (NOC)

Mampu mengontrol nyeri secara komprehensif

Melaporkan
bahwa
nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
management nyeri

Mampu mengenali nyeri ( skala,intensitas,frekuensi dan tanda
nyeri)
Pain management (NIC)

Mampu mengontrol nyeri secara komprehensif

Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri.
b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ansietas teratasi,
Anxiety Control (NOC)
Kriteria Hasil:

Klien mampu mengidentifikasikan dan mengungkapkan gejala
cemas

Mengidentifikasikan, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik
untuk mengontrol cemas

Vital sign dalam batas normal

Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktifitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
39
Anxiety Reduction (NIC)

Gunakan pendekatan yang menyenangkan

Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

Pahami perspektif pasien terhadap situasi stres

Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
Coping enchancement (NIC)

Jelaskan semua tes dan pengobatan pasa pasien dan keluarga

Dorong mengungkapkan secara verbal perasaan,

Persepsi dan rasa cemasnya
c. Resiko Infeksi
Setelah dilakukan tindakan keperawtaan diharapkan tidak ada infeksi
dengan kriteria hasil :
Risk Control (NOC)

Klien bebas dari gejala infeksi

Mendiskripsikan
proses
menular
penyakit,
faktor
yang
mempengaruhi penularan secara penatalaksanaannya

Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

Menunjukkan perilaku hidup sehat
Infection Control (NIC)

Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

Pertahankan tehnik isolasi

Batasi Pengunjung
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
40

instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

Gunakan sabun anti mikroba untuk mencuci tangan

Gunakan sarung tangan sebagai alat pelindung
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat bergerak
tanpa bantuan orang lain, dengan kriteria hasil :
Intervensi :
Energy convervation (NOC)

Mampu melakukan aktifitas sehari(ADLs) secara mandiri

Tanda vital dalam batas normal

Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan orang lain.
Activity therapy (NIC)

Kolaborasi dengan tenaga rehabiltas medik dalam merencanakan
program terapi

Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan

Bantu klien untuk memilih 2 aktivitas konsisten yang sesuai
dengan program kemampuan fisik, psikologi dan sosial.

Bantu untuk
mengidentifikasi dan menetapkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
41
e. Defisit Volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
secara aktif
setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan
klien terpenuhi, dengan kriteria hasil:
intervensi :
NOC :

Fluid Balance

Hydration

Nutritional Status : Food and Fluid Intake
NIC : Fluid Manangement

Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

Monitor status hidrasi

Monitor tandaa vital

Monitor hasil laboratorium yang sesuai dengan retensi cairan
Asuhan Keperawatan Dengan..., GALUH DEWI HINDUN Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Download