ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA SEDANG DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI BIDAN DESIH SUTIARSIH KABUPATEN CIAMIS LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Oleh: INDRI WAHDANIYAH NIM. 13DB277111 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA SEDANG DI BPM DESIH SUTIASIH KABUPATEN CIAMIS1 Indri Wahdaniyah2 Neli Sunarni3 Yunia Rahmawati4 INTISARI Anemia pada kehamilan adalah kondisi dimana ibu hamil yang mempunyai kadar Hb < 11,00 gr% pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II, karena ada perbedaan hemodilusi terutama terjadi pada trimester II. Adapun faktor penyebab langsung kematian ibu adalah pendarahan 40-60%, pre-eklamsi 20-30%, infeksi 20-30%. Perdarahan merupakan faktor terbesar penyebab tingginya AKI, perdarahan tesebut bisa disebabkan oleh anemia. Di Indonesia angka kejadian anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 40,1%. karenanya penulis tertarik untuk mengambil kasus ini untuk menerapkan asuhan kebidanan menurut Verney. Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalamannya dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada anemia sedang dengan menggunakan pendekatan proses menejmen kebidanan. Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia sedang ini dilakukan selama 3 minggu di BPM Bidan Desih Sutiarsih, SST Kabupaten Ciamis. Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada ibu hamil mengenai anemia sedang. Kesimpulan dari hasil pemeriksaan asuhan kebidanan pada ibu hamil kasus anemia sedang di BPM Bidan Desih Sutiarsih Kabupaten Ciamis dilaksanakan dengan baik. Kata Kunci : Anemia Sedang, Ibu Hamil. Keputustakaan : 9 Buku, 2 jurnal Halaman : i-xi, 40 halaman, 13 lampiran 1 Judul Penulisan Iimiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis3Dosen STIKes Muhamadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan adalah suatu kondisi seorang wanita memiliki janin yang tengah tumbuh dalam tubuhnya. Umumnya janin tumbuh di dalam Rahim. Waktu hamil pada manusia sekitar 40 minggu atau 9 bulan. Kurun waktu tersebut, dihitung saat awal periode menstruasi yang terakhir hingga melahirkan. Adapun ayat yang menerangkan tentang kehamilan adalah : Surat Al-Mu’minum ayat 12 – 14 : Artinya : ”Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah” Artinya : “Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)” Artinya : “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” Menurut ayat/hadist di atas, Isi kandungan nya ialah : “Allah SWT menyatakan kehendakNya untuk menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Pada ayat ke-12 hingga 14 Surah al- Mu’minun [23] dibahas proses penciptaan manusia. Dalam ayat ini Allah SWT memaparkan proses penciptaan manusia yang diawali dari saripati tanah. Setiap manusia di muka bumi akan menjadi khalifah bagi dirinya sendiri, maka dari itu diperlukan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama masa kehamilan. Kehamilan adalah proses reproduksi yang memerlukan perawatan secara khusus agar berlangsung dengan baik. Karena, hamil memiliki risiko yang sifatnya dinamis. Dalam hal ini, ibu hamil yang semula normal, tiba-tiba menjadi berisiko tinggi. Salah satu risiko tinggi adalah ibu hamil dengan anemia yang bisa menyebabkan kesakitan/kematian pada ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia setiap tahunnya mencapai 10.260 per 855 orang setiap bulan, saat ini angka kematian ibu tercatat sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, padahal pemerintah menargetkan pada tahun 2015 AKI akan turun menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2010). Adapun faktor penyebab langsung kematian ibu adalah pendarahan 40-60%, pre-eklamsi 20-30%, infeksi 20-30%. Perdarahan merupakan faktor terbesar penyebab tingginya AKI, perdarahan tesebut bisa disebabkan oleh anemia. Sedangkan penyebab langsung yang mendasar adalah faktor lingkungan, perilaku, genetika dan pelayanan kesehatan sendiri, salah satunya adalah 53% ibu hamil yang menderita anemia, 4 terlalu yaitu (hamil atau bersalin terlalu muda dan tuanya umur, terlalu banyak anak, terlalu dekat jarak kehamilan atau persalinan), dan kejadian KEK (kurangnya Energi Kronis), pada ibu hamil lingkar lengan atas <23,5 cm sekitar 30%. Menurut Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat AKI mencapai 747 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jabar, 2012). Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis angka kematian ibu pada tahun 2015 sebesar 15 per 100.000 kelahiran hidup, dan anemia pada ibu hamil berjumlah 1669 orang (Dinkes, 2015). Salah satu cara untuk menurunkan AKI di Indonesia adalah dengan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan melakukan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan. Anemia pada kehamilan adalah kondisi dimana ibu hamil yang mempunyai kadar Hb < 11,00 gr% pada trimester I, II dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II, karena ada perbedaan hemodilusi terutama terjadi pada trimester II (Pujiningsih, 2010). Menurut WHO (World Health Organization) kejadian ibu hamil yang mengalami defisiensi zat besi semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan usia kehamilan. Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara sedang berkembang dari pada Negara maju. Sebanyak 36% atau 1400 juta orang dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang sedang berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan di negara maju hanya sekitar 8% atau 100 juta orang perkiraan populasi 1200 juta orang. Di Indonesia angka kejadian anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 40,1% (Amiruddin, 2007). WHO memperkirakan bahwa 35-75% ibu hamil di negara berkembang dan 18% ibu di negara maju mengalami anemia. Namun banyak di antara mereka yang telah menderita anemia sebelum konsepsi, dengan perkiraan sebesar 43% pada perempuan yang tidak hamil di negara berkembang dan 12% di negara yang lebih maju (Sarwono, 2008). Menurut Depkes 2008, angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil, bukan dimulai sebelum kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data bahwa cakupan pelayanan K1 sekitar 91,87% dan pelayanan K4 meningkat dari 80,26% tahun 2007, menjadi 86,04% pada tahun 2008, namun cakupan tablet Fe pada ibu hamil menurun dari 66,03% tahun 2007 menjadi 48,14% tahun 2008 (Depkes, 2008). Faktor penyebab terjadinya anemia pada ibu hamil secara tidak langsung adalah umur ibu, status ekonomi, perkerjaan, pendidikan, paritas, umur kehamilan, jarak kelahiran, status gizi (Priyanto, 2010). Faktor status gizi yaitu dimana kekurangan zat besi dapat menimbulkan ganguan hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Batas ambang LILA dengan risiko KEK (Kurangnya Energi Kronis) adalah <23,5 cm berarti ibu hamil dengan risiko KEK (Kurangnya Enegi Kronis), kematian gizi kurang, anemia dan gangguan pertumbuhan anak (Saraswati, 2008). Anemia mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam masa konsepsi, kehamilan, persalinan, nifas dan janin yang dikandung, adapun pengaruh anemia pada hasil konsepsi yaitu kematian pada perinatal, prematuritas, terjadinya cacat bawaan, cadangan besi kurang. Penanganan anemia pada kehamilan adalah pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi, sintesa sel darah merah dan sintesa darah otot. Upaya penanggulangan anemia yang telah dilakukan oleh pemerintah selama ini adalah melakukan penyuluhan gizi untuk meningkatkan kesadaran konsumsi gizi seimbang sesuai dengan kebutuhan setiap individu dan kelompok sasaran melalui nasehat gizi di meja 4 posyandu. Selain itu juga dilaksanakan pemberian zat besi bagi kelompok sasaran yang paling rentan yaitu ibu hamil. Pemberian zat besi merupakan suplementasi langsung yang dapat memperbaiki status anemia dalam waktu singkat. Sejalan dengan upaya pembangunan nasional maka sasaran pemberian zat besi diperluas pada balita, anak sekolah dan tenaga kerja wanita. Berdasarkan studi awal pada bulan Januari sampai Desember 2015 di BPM. Bd. Desih Sutiarsih di dapatkan ibu hamil 44 orang yang terdiri dari 23 orang ibu hamil normal, 17 orang ibu hamil dengan anemia, 2 orang hipertensi dan 2 orang Hiper Emesis Gravidarum. Pada awal Januari sampai Maret 2016 di dapatkan ibu hamil 22 orang yang terdiri dari 12 orang ibu hamil normal, 8 orang ibu hamil dengan anemia dan 2 orang ibu hamil dengan hipertensi. Melihat uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Anemia Sedang Di Bidan Praktik Mandiri Bidan Desih Sutiarsih Kabupaten Ciamis”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan dari latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ibu hamil dengan anemia sedang di BPM Bd. Desih Sutiarsih ?” C. Tujuan 1. Tujuan Umum Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia sedang di BPM Bidan Desih Sutiarsih dengan metode SOAP. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif. b. Mampu melakukan pengkajian data objektif. c. Mampu menganalisa dan menegakkan diagnosis. d. Mampu melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi asuhan kebidanan D. Manfaat a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan di bidang ilmu kebidanan. Khususnya tentang kasus anemia pada kehamilan. b. Manfaat Praktis 1. Bagi Institusi Pendidikan Dapat memberikan masukan dalam sistem pendidikan terutama untuk materi perkuliahan dan memberikan informasi bagi mahasiswa selanjutnya dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia sedang. 2. Bagi Lahan Praktik Meningkatkan pelayanan kebidanan pada klien secara komprehensif hingga klien dapat merasa puas dan senang atas pelayanan terhadap penanganan anemia yang telah diberikan sehingga anemia teratasi. 3. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman secara nyata dan mengaplikasikan teori dalam penerapan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia sedang. 4. Bagi Klien Dapat memberikan pengetahuan kepada klien (Ibu hamil dengan anemia sedang) agar dapat lebih memahami dan mengetahui tentang anemia kehamilan, dan diharapkan melaksanakan anjuran dari petugas kesehatan. klien mampu DAFTAR PUSTAKA Terdapat pada http://www.hamil.co/2013/07/30/kehamilan (diakses pada pukul 10.00 WIB, 19 April 2016). Terdapat pada http://www.materisma.com/2015/09/kandungan-surah-al- muminun-ayat-1214.htm (diakses pada pukul 18.20 WIB, 17 April 2016). Terdapat pada http://bidan-aktif.blogspot.co.id/2013/05/faktorfaktor-yang- berhubungan-dengan_22.html (diakses pada pukul 10.20 WIB, 19 April 2016). Terdapat pada http://www.gizikia.depkes.go.id/artikel/upaya-percepatan- penurunan-angka-kematian-ibu-dan-bayi-baru-lahir-di-indonesia/?print=print (diakses pada pukul 10.30 WIB, 19 April 2016) Terdapat pada http://maspeha.blogspot.co.id/2011/12/mengenal-mencegah-danmenanggulangi.html?m=1 (diakses pada pukul 23.55 WIB, 22 April 2016) BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan 1. Pengertian Kehamilan a. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga bayi lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (sifuddin,2009). b. Kehamilan adalah hasil dari “kencan” sperma dan sel telur. Dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betulbetul penuh perjuangan. Dari sekitar 20-40 juta sperma yang dikeluarkan, hanya sedikit yang survive dan berhasil mencapai tempat sel telur. Dari jumlah yang sedikit itu, hanya 1 sperma saja yang bisa membuahi sel telur (Mirza,2008). 2. Tanda Kehamilan Untuk dapat menegakkan kehamilan dapat ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan. a. Tanda dugaan hamil 1) Amenorea. 2) Mual dan muntah. 3) Ngidam. 4) Syncope (pingsan). 5) Kelelahan. 6) Payudara tegang. 7) Sering miksi. 8) Konstipasi atau obstipasi. 9) Pigmentasi kulit, di sekitar pipi : pipi (cloasma gravidarum), leher, dinding perut (striae gravidarum, striae nigra, linea alba menjadi lebih hitam), sekitar payudara. 10) Varises. b. Tanda kemungkinan Tanda kemungkinan adalah perubahan fisiologis yang dapat diketahui pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik pada wanita hamil. Tanda kemungkinan ini terdiri atas hal-hal berikut ini : 1) Pembesaran perut. 2) Tanda hegar. 3) Tanda goodle. 4) Tanda chedwick. 5) Tanda piscaseck. 6) Kontraksi braxton hicks. 7) Teraba ballottement. 8) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif. c. Tanda pasti Tanda pasti adalah tanda yang menunjukan langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa, 1) Gerakan janin dalam Rahim. 2) Detak jantung janin. 3) Bagian-bagian janin. 4) Kerangka janin. 3. Diagnosis Kehamilan a. Menurut Manuaba (2010) lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah sekitar 280 sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai berikut : 1) Usia kehamilan 28 minggu dengan berat janin 1000g bila berakhir disebut keguguran. 2) Usia kehamilan 29-36 minggu bila terjadi persalinan disebut prematuritas. 3) Usia kehamilan 37-42 minggu disebut aterm. 4) Usia kehamilan >42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau serotinus. Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, yaitu trimester I (0-12 minggu), trimester II (13-28 minggu), dan trimester III (29-42 minggu). Untuk dapat menegakan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap tanda dan gejala kehamilan. b. Menurut (marjati, 2011) diagnosis perbandingan nulipara dan multipara. Tabel 1.1 perbandingan nulipara dan multipara No. 1. Nulipara Perut tegang. Multipara Perut longgar, perut gantung, banyak striae. 2. Pusat menonjol. Tidak begitu menonjol. 3. Rahim tegang. Agak lunak. 4. Payudara tegang. Kurang tegang dan tergantung, ada striae 5. Himen koyak pada beberapa Kurunkula himenalis. tempat. 6. Vagina sempit dengan rugae Lebih yang utuh. 7. besar, rugae kurang menonjol. Serviks licin, bulat dan tidak Bisa terbuka dengan satu jari, dapat dilalui oleh satu ujung kadangkala ada bekas robekan 8. jari. persalinan yang lalu. Perineum utuh dan baik. Ada bekas robekan atau episiotomi. 9. Bagian terbawah janin turun Biasanya tidak terfiks pada PAP pada 4-6 minggu kehamilan. Sumber : marjati, 2011. akhir sampai persalinan mulai. 4. Perubahan-perubahan pada ibu hamil 1) Fisiologi yang terjadi dalam kehamilan a. Uterus Rahim yang semula sebesar jempol dan beratnya 30 gram akan mengalami hypertropi dan hyperplasi sehingga menjadi beratnya 1000 gram, saat akhir kehamilan (Manuaba, 2010). b. Payudara Karena adanya peningkatan suplai darah di bawah pengaruh aktivitas hormon, jaringan glandular dari payudara membesar dan puting menjadi lebih efektif walaupun perubahan payudara dalam bentuk yang membesar terjadi pada waktu menjelang persalinan. c. Sistem metabolisme Pada rongga mulut mungkin terjadi salvias akan meningkat akibat kesukaran menelan akibat nausea, penurunan tonus dan motilitas saluran gestasional yang menimbulkan pemanjangan waktu pengosongan lambung dan transit usus, posisi lambung mungkin ikut berubah dan menyumbang pada seringnya peristiwa ini. d. Sistem kardiovaskuler Yang khas pada saat istirahat nadi meningkat sekitar 10-15 kali permenit pada kehamilan.Karena diafragma semakin naik terus selama kehamilan, jantung digeser ke kiri dan ke atas. e. Sistem integrumen Sehubungan dengan tingginya kadar hormonal, terjadi peningkatan pigmentasi selama kehamilan. Keadaan ini sangat jelas terlihat pada kelompok wanita dengan warna kulit gelap atau hitam dan dapat dikenali pada payudara, abdomen, vulva dan wajah. f. Sistem urinaria Pada trimester kedua aliran darah ginjal meningkat dan tetap terjadi hingga usia kehamilan 30 minggu, setelah itu menurun secara perlahan. Ginjal mengalami pembesaran dan filtrasi glomerular. g. Sistem pernafasan Ruang abdomen membesar oleh karena meningkatnya ruang rahim dan pembentukan hormon progesteron menyebabkan paruparu berfungsi sedikit berbeda dari biasanya (jannah, 2011). 2) Perubahan psikologi wnita hamil Beberapa perubahan psikologi pada wanita hamil yang sering terjadi selama masa kehamilan. (Marjati, 2011) a. Perubahan pada trimester pertama Segera setelah terjadi peningkatan hormone estrogen dan progesteron dalam tubuh, maka akan muncul berbagai macam ketidak nyamanan secara fisiologis pada ibu misalnya mual muntah, keletihan dan pembesaran pada payudara. Hal ini akan memicu perubahan psikologi seperti berikut : 1) Ibu untuk membenci kehamilan, merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan. 2) Mencari tahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan seringkali memberitahukan orang lain apa yang dirahasiakan. 3) Hasrat melakukan seks berbeda-beda pada setiap wanita. 4) Sedangkan bagi suami sebagai calon ayah, akan timbul kebanggaan tetapi bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk mencari nafkah bagi keluarga. b. Perubahan pada trimester kedua Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat kehamilan sudah mulai berkembang. Perut ibu pun belum terlalu besar sehingga belum dirasakan ibu sebagai beban. Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energy dan fikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester inilah ibu dapat merasakan gerakan janin dan mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluar dirinya dan dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasakan terlepas dari rasa kecemasan dan tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.(Marjati, 2011). c. Perubahan pada trimester ketiga Trimester ketiga ditandai dengan klimaks kegembiraan emosi karena kelahiran bayi. Sekitar bulan ke-8 mungkin terdapat periode tidak semangat dan depresi, ketika janin membesar dan ketidak nyamanan bertambah. Sekitar dua minggu sebelum melahirkan sebagai wanita hamil mulai merasa senang. Reaksi calon ibu terhadap persalinan ini secara umum tergantung pada persiapan dan pemahamannya. Terhadap kejadian ini, diharapkan suami dapat memberi rasa aman dan mendukung istri dalam melakukan berbagai kegiatan. Dengan cara ini akan muncul rasa pecaya diri sehingga sang istri akan memiliki mental yang kuat untuk menghadapi persalinannya. Selain suami, dukungan keluarga juga sangat berarti. 5. Kebutuhan dasar ibu hamil Menurut Siwi (2015) kebutuhan fisik ibu hamil sangat diperlukan, diantaranya oksigen, nutrisi, personal hygiene, pakaian, eliminasi, seksual, mobilisasi dan body mekanik, senam hamil, istirahat/tidur, imunisasi, travelling, persiapan laktasi, persiapan kelahiran bayi, ketidaknyamanan dan cara mengatasinya, kunjungan ulang, pekerjaan dan tanda bahaya dalam kehamilan. 6. Hormon dalam kehamilan Menurut saryono (2010) hormon adalah zat kimia (bisa disebut bahan kimia pembawa pesan) yang secara langsung dikeluarkan kedalam aliran darah oleh kelenjar dan pada kehamilan, hormon membawa perubahan, terpusat pada berbagai bagian tubuh wanita. Hormon yang paling berkaitan dengan kehamilan adalah : esterogen (kadar naik sekitar 100 kali dibanding sebelum hamil), progesterone (pada akhir kehamilan produksinya sekitar 250 mg/hari), HCG, HPL, pituitary gonadotropin, prolactin, STH, insulin, parathormon. 7. Tanda bahaya pada kehamilan Menurut Saryono (2010) ada 7 tanda bahaya kehamilan, yaitu : a. Perdarahan pervaginam. b. Sakit kepala yang hebat. c. Penglihatan kabur. d. Bengkak di wajah dan jari-jari tangan. e. Keluar cairan pervaginam. f. Gerakan janin tidak terasa. g. Nyeri abdomen yang hebat. B. Tinjauan Tentang Antenatal Care 1. Pengertian Antenatal Care Antenatal Care adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medis pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan (Mufdillah, 2009). 2. Pelayanan Standar Antenatal Care Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan pembantu dan perawat bidan) untuk ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar minimal pelayana antenatal care minimal 5T, meningkat menjadi 7T dan sekarang 12T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemic malaria menjadi 14T, yaitu timbang berat badan dan tinggi badan, ukur tekanan darah, pengukuran TFU, pemberian tablet tambah darah, pemberian imunisasi tetanus toxoid, pemriksaan Hb, pemeriksaan protein urine, pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL, pemeriksaan urine reduksi, perawatan payudara, senam ibu hamil, pemberian obat malaria, pemberian kapsul minyak beryodium, temu wicara (Saryono, 2010). 3. Tujuan Pengawasan Antenatal a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu juga bayi. c. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin akan terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eklusif. f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Marjati, 2011). 4. Kebijakan Program dan Teknis Asuhan Antenatal a. Kebijakan Program kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan, yaitu : 1) Satu kali pada triwulan pertama. 2) Satu kali pada triwulan kedua. 3) Dua kali pada triwulan ketiga. Jadwal pemeriksaan antenatal : a. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid. b. Pemeriksaan ulang setiap bulan sampai umur kehamilan 6 sampai 7 bulan, setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan, setiap 1 minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai bersalin (siwi, 2015). c. Menurut Mufdillah (2009) frekuensi pelayanan antenatal oleh WHO ditetapkan 4 kali kunjungan ibu hamil dalam pelayanan antenatal, selama kehamilan dengan ketentuan : 1. Sekali pada trimester pertama (K1). 2. Sekali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga (K4). b. Kebijakan Teknis Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponenkomponen sebagai berikut : 1) Mengupayakan kehamilan sehat. 2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan. 3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman. 4) Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi. Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya. C. Tinjauan Tentang Anemia 1. Pengertian Anemia a. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadan hemoglobin kurang dari 11 gr% pada trimester I dan III, kurang dari 10,5 gr% pada trimester II. Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tak jarang keduanya saling berinteraksi (Prawirohardjo, 2008). b. Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar haemoglobin, hematrokit dan eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah dibawah 11 gr%. Penyebabnya bisa karena kekurangan zat besi, asam folat, dan vitamin B12, tetapi sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi (yeyeh ai, 2014). Menurut hasil penilitian Noverstiti (2012) bahwa anemia pada kehamilan lebih banyak disebabkan karena defisiensi zat besi, oleh karena itu ada kemungkinan ibu hamil mendapatkan sumber zat besi tidak hanya dari tablet Fe, tetapi juga berasal dari sumber makanan lain yang banyak mengandung zat besi. Adapun ayat yang menerangkan tentang Artinya : Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (16: 69) Berdasarkan ayat di atas bahwa ibu hamil membutuhkan banyak nutrisi yang terdapat di buah-buahan dan sayur-sayuran, maka dari itu untuk menurunka angka anemia pada ibu hamil, ibu harus memenuhi kebutuhan nutrisinya. 2. Etiologi Anemia Penyebab anemia (Tarwoto dkk, 2007). a. Genetik 1) Hemoglobinopati. 2) Talasemia. 3) Abnormal ensim glikolitik. 4) Fanconi anemia. b. Nutrisi 1) Difisiensi besi, difisiensi asam folat. 2) Difisiensi cobal/vitamin B12. 3) Alkoholis, kekurangan nutrisi/malnutrisi. c. Perdarahan. d. Immunologi. e. Infeksi. 3. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan a. Anemia Difisiensi Besi. Merupakan gejala kronis dengan keadaan hipokromik (konsentrasi haemoglobin kurang), mikrositik yang disebabkan oleh suplai besi kurang dalam tubuh. (tarwoto,2007) Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan, antara lain sebgai berikut : Meningkatnya sel darah ibu 500 mg Fe Terdapat dalam plasenta 300 mg Fe Untuk darah janin 100 mg Fe Jumlah 900 mg Fe (Manuaba, 2010). b. Anemia Megaloblastik Anemia yang disebabkan karena kerusakan sintesis DNA yang mengakibatkan tidak sempurnanya SDM. Keadaan ini disebabkan karena difisiensi vitamin B12 dan asam folat (Tarwoto, 2007). c. Anemia Hipoplastik Anemia hipoplastik terjadi karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah merah baru. Kegagalan tersebut disebabkan kerusakan primer sel mengakibatkan anemia, leucopenia dan thombositopenia. Zat yang dapat merusak sumsum tulang disebut mielotoksi (Tarwoto, 2007). d. Anemia Hemolitik Anemia hemolitik terjadi dimana peningkatan hemolysis dari eritrosit, sehingga usianya lebih pendek (Tarwoto, 2007). 4. Derajat anemia 1) Menurut Depkes 2015 a. Normal >10,5 gr%. b. Anemia Ringan 9 - 10,4 gr%. c. Anemia Sedang 7,6 - 8,9 gr%. d. Anemia Berat < 7,5 gr %. 2) Menurut Manuaba 2010 pengelompokan derajat anemia yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode sahli yaitu : a. Hb 11 gr% tidak anemia. b. Hb 9 -10 gr% anemia ringan. c. Hb 7 – 8 gr% anemia sedang. d. Hb < 7 gr% anemia berat. Pemeriksaan darah minimal dilakukan 2 kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan III, dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia. 5. Patofisiologi Anemia Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan, dan maksimum dimulai pada bulan ke-9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus, stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron (Yeyeh ai, 2009). 6. Tanda dan Gejala Anemia Tanda gejala ibu hamil yang mengalami anemia antara lain : ibu mengeluh lemah, pucat, mudah pingsan sementara tensi masih dalam batas normal, perlu dicurigai anemia difisiensi. Pada awal terjadi anemia (ringan) tanda gejala biasanya belum terlalu tampak (Sarwono, 2008). 7. Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan a. Bahaya selama kehamilan 1) Tumbuh kembang janin terlambat dengan berbagai manifestasi kliniknya. 2) Menimbulkan hyperemesis gravidarum dan gestosis. 3) Menimbulkan plasenta previa. 4) Dapat menimbulkan solusio plasenta. b. Bahaya terhadap persalinan 1) Persalinan berlansung lama. 2) Sering terjadi fetal distress. 3) Persalinan dengan tindakan operasi. 4) Terjadi emboli air ketuban. c. Bahaya selama post partum 1) Terjadi perdarahan post partum. 2) Mudah terjadi infeksi pada masa nifas. 3) Dapat terjadi retensio plasenta. 4) Subinfolusi uteri. 5) Bayi lahir dengan anemia. d. Bahaya terhadap janin 1) Abortus. 2) Terjadi kematian intra uterin. 3) Persalinan prematuritas tinggi. 4) Berat badan lahir rendah. 5) Kelahiran dengan anemia. 6) Dapat terjadi cacat bawaan. 7) Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal. 8) Intelegensia rendah. 8. Diagnosis Anemia pada Kehamilan 1) Anamnese Dengan anamnese biasanya tidak didapatkan keluhan yang tampak. (Manuaba, 2010) 2) Pemeriksaan Fisik Tensi dalam batas normal dan tidak ada keluhan-keluhan saat pemeriksaan head to toe dapat dicurigai anemia difisiensi zat besi. 3) Pemeriksaan Darah Memeriksa dan pengawasan Hb untuk menentukan derjat anemia dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, terutama pada trimester satu dan trimester tiga (Manuaba, 2010). 9. Pencegahan dan Penanganan Anemia 1) Pencegahan Anemia Dilakukan dengan mencukupi kebutuhan zat besi, dan gizi seimbang sebagai menu makanan. Makanan yang kaya akan zat besi, diantaranya : kacang merah, sayuran hijau, sereal, telur. Selain itu harus didukung juga dengan vitamin C yang baik untuk dapat menyerap lebih banyak zat besi, sedangkan penanganan harus dikonsultasikan dengan dokter. Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal tentang perlunya mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan perlunya tablet Fe, sarankan untuk tetap minum tablet Fe 1x1 perhari. Menurut hasil penilitian Adawiyani (2013) bahwa tingginya angka ketidak patuhan ibu hamil mengkonsumsi TTD (Tablet Tambah Darah) merupakan masalah yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia. Pengetahuan ibu hamil yang kurang terkait anemia, meningkatkan risiko ibu hamil tidak patuh minum tablet tambah darah. 2) Penanganan Anemia a. Anemia Ringan Dengan kadar hemoglobin 9-10 gr% masih dianggap ringan, sehingga hanya perlu diberikan kombinasi 60 mg/ hari besi dan 400 mg asam folat peroral sekali sehari (Sarwono, 2010). b. Anemia Sedang Pengobatannya dengan kombinasi 120 mg zat besi dan 500 mg asam folat peroral sekali sehari (Sarwono, 2010). c. Anemia Berat Pemberian preparat parenteral yaitu dengan fero dextrin sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2x10 ml intramuskuler. Transfusi darah kehamilan lanjut dapat diberikan walaupun sangat jarang diberikan mengingat resiko transfusi bagi ibu dan janin (Sarwono, 2010). D. Tinjauan Management Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien asuhan kebidanan (Jannah, 2011). 2. Tahapan dalam Manajemen Kebidanan Proses manajemen kebidanan menurut varney (siwi, 2015) terdiri dari 7 langkah. Manajemen asuhan kebidanan dimulai dengan identifikasi data dasar dan diakhiri dengan evaluasi asuhan kebidanan.Ketujuh langkah terdiri dari keseluruhan kerangka kerja yang dapat dipakai dalam segala situasi. Langkah tersebut sebagai berikut : a. Langkah I. Pengumpulan Data Dasar Langkah ini merupakan langkah awal dari manajemen kebidanan, dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang. Langkah ini merupakan langkah awal yang menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan harus yang komprehensif meliputi subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya. b. Langkah II. Interprestasi Data Dasar Data dasar yang telah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hasil pengkajian. c. Langkah III. Merumuskan diagnosa/masalah potensial Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial berdasarkan rangkaian masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi segera bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengawasi pasien bidan bersiap-siap bila masalah potensial benar-benar terjadi. d. Langkah IV. Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera dan Kolaborasi Mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain. e. Langkah V. Merencanakan Asuhan yang menyeluruh Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien, tapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien tersebut, apakah kebutuhan perlu konseling, penyuluhan dan apakah perlu dirujuk karena ada masalah yang berkaitan dengan masalah kesehatan lain. Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien dan keluarga, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya. f. Langkah VI. Melaksanakan Asuhan Pada langkah ini rencana asuhan yang konfrehensif yang telah dibuat dapat dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan atau dokter atau tim kesehatan lainnya. g. Langkah VII. Evaluasi Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan diagnosa. E. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan SOAP (Siwi, 2015) a. Data Subyektif Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan melalui anamnesa, diperoleh dari hasil wawancara pada klien, suami atau keluarga. Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhan dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. b. Data Obyektif Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment. Data ini merupakan bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa. c. Assesmen Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau hal yang telah disimpulkan. d. Planning, Pelaksanaan dan Evaluasi Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi serta hasil tindakan untuk pemecahan masalah pasien/klien. Catatan SOAP menggambarkan ke tujuh langkah pola fikir Varney dalam lima langkah kompetensi inti bidan sebagian pada table dibawah ini. Table 1.3 Gambaran Metode Varney dalam Lima Langkah Kompetensi Inti Bidan Tujuh Langkah dari Lima Langkah Soap/Note/Progres Varney Kompetensi Inti Bidan Note Indonesia/APD 1. Pengumpulan data. 1. Pengumpulan data. 1. Data subjektif. 2. Identifikasi 2. Identifikasi 2. Data objektif. diagnosa/ masalah aktual. diagnosa masalah. 3. Membuat rencana. 3. Antisipasi diagnosa/ 4. Implementasi. masalah potensial. 4. Menilai 5. Evaluasi. perlunya tindakan segera. 5. Menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan. diagnosa. 4. Planning/ rencana tindakan a. Konsultasi rujuk. b. Penarikan diagnostik. c. Pemberian pengobatan. 6. Implementasi asuhan. 7. Evaluasi 3. Assesment/ d. Pendidikan kesehatan asuhan kebidanan. dan konseling kesehatan. e. Follow up kesehatan. F. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Anemia Sedang Setelah melakukan asuhan kebidanan, setiap bidan dituntut untuk mendokumentasikan dalam catatan pasien ataupun pada rekam medik. Dokumentasi ini sebagai pertanggung jawaban gugatan bidan terhadap apa yang telah dilakukan dalam pelayanan kebidanan. Dokumentasi dalam asuhan kebidanan adalah suatu pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap keadaan yang dilihat dalam proses asuhan kebidanan. Pendokumentasian atau catatan management kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah Subjek, O adalah Objek, A adalah Analysis atau Asessment, dan penatalaksanaan yang jelas, logis, serta singkat. S : Ibu mengatakan pusing, keluhan pusing merupakan tanda gejala seperti vertigo, penyakit meniere, neuronitis vestibular, labyrinthitis, otitis, tumor otak, neuroma, mabuk, migraine, hipotensi, hipoksemia serangan jantung, kekurangan zat besi (anemia), gula darah rendah (hipoglikemia), perubahan hormonal (misalnya penyakit tiroid, menstruasi, kehamilan), gangguan panik, kegelisahan atau depresi, fakor usia. 0 : 1) Keadaan umum : baik Keasadaran : composmentis Keadaan emosioal : stabil 2) Tanda Vital (siwi, 2015) TD : normalnya <140/90 mmHg P : normalnya 60-100 kali permenit R : normalnya 20-30 kali permenit S : normalnya 36,5-370 C 3) Pemeriksaan Antropomentri a) Berat badan : apakah bertambah atau menurun, ini penting untuk mengetahui adanya malnutrisi, malaborsi, pertumbuhan janin terhambat, diabetes dan kehamilan ganda. b) Tinggi badan : nomal > 145cm c) Lila normalnya 23,5 4) Pemeriksaan fisik (Nursalam, 2008) a) Kepala (1) Rambut Apakah rambut bersih atau rontok dan berketombe. (2) Muka Lihat kesimetrisan muka, apakah kulitnya normal atau pucat, kesimetrisan muka menunjukan adanya gangguan pada saraf ke tujuh. (3) Mata Pada ibu dengan anemia sedang konjungtiva terlihat pucat atau anemis. (4) Telinga Simetris atau tidak, ganguan pendengaran atau tidak. (5) Hidung Ada nyeri atau tidak, ada cairan atau tidak. (6) Mulut Keadan gigi dan gusi, penggunaan gigi palsu, nyeri di lidah, mulut kering, sakit tenggorokan. b) Leher Apakah ada benjolan, pembengkakan tyroid, nyeri kaku. c) Dada dan axila (1) Mammae Apakah simetris kiri dan kanan atau tidak, ada benjolan abnormal atau tidak, bagaimana aerola, colostrum keluar atau tidak. (2) Axilla Apakah ada nyeri dan benjolan. d) Ekstremitas Reflek patella bagaimana, ini berkaitan dengan kekurangan vitamin B atau penyakit saraf dan magnesium sulfat. (Manuaba, 2007) e) Abdomen (1) Inspeksi Apakah ada pembesaran, luka bekas operasi, striae, linea. (Manuaba, 2007) (2) Palpasi Kontraksi : yang terjadi sepanjang kehamilan dan tanpa disertai rasa nyeri dapat membantu sirkulasi darah dalam plasenta (braxton hicks). Leopold I : periksa tinggi fundus agar diketahui berat janin, umur kehamilan dan bagian apa yang berada di fundus uteri seperti membujur atau akan kosong jika posisi janin melintang. Jika kepala bulat padat, jika bokong tidak padat atau lunak (Manuaba, 2007). Leopold II : menentukan letak punggung janin untuk menentukan letak punggung agar bisa mendengarkan detak jantung janin dengan menggunakan kedua telapak tangan, bila bagian punggung teraba rata dan agak melengkug (Manuaba, 2007). Leopold III : menentukan bagian bawah janin, apakah kepala teraba keras, atau bokong teraba agak lunak (Manuaba, 2007). Leopold IV : untuk mengetahui seberapa masuknya bagian bawah janin kebawah panggul (Manuaba, 2007). (3) Auskultasi Terdengarnya detak jantung janin normalnya 120-160 kali permenit (Manuaba, 2007). f) Anogenital Ada tidaknya varices, kandiloma, haemoroid, bekas epis dan kelainan (Manuaba, 2007). g) Pemeriksaan penunjang Melaksanakan pemeriksaan Hb, didapatkan hasil 8,4gr% (Manuaba, 2010). A : G2P1A0 35-36 minggu dengan anemia sedang. P : 1) Memeriksakan kadar Hb ibu hamil pada kunjungan pertama pada trimester pertama dan trimester ke III untuk mengetahui kadar Hb ibu dibawah 11gr% (Manuaba, 2010). 2) Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal tentang perlunya mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan perlunya tablet Fe. 3) Sarankan ibu untuk tetap minum tablet Fe 1x1 perhari. 4) Menganjurkan istirahat yang cukup. Kebutuhan dasar fisik ibu hamil diantaraya nutisi, kebutuhan istirahat, pola seksualitas, eliminasi, istirahat, pakaian, personal hygiene dan oksigen (siwi, 2015). 5) Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau pemantauan selama kehamilan nya. G. Landasan Hukum Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan atau aturan hukum yang berlaku, sehingga penyimpangan terhadap hukum (mal praktik) dapat dihindarkan dalam memberikan asuhan kebidanan dengan anemia sedang, landasan hukum yang digunakan diantaranya : Berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi: I. Pelayanan kesehatan ibu 1. Ruang lingkup: a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal c. Pelayanan persalinan normal d. Pelayanan ibu nifas normal e. Pelayanan ibu menyusui f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan 2. Kewenangan: a. Episotomi b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan degan perujukan d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas f. Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) ekslusif g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum h. Pemulihan dan konseling i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil j. Pemberian surat keterangan kematian k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin II. Pelayanan kesehatan anak 1. Ruang lingkup: a. Pelayanan bayi baru lahir b. Pelayanan bayi c. Pelayanan anak balita d. Pelayanan anak pra sekolah 2. Kewenanagan: a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat. b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk. c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan. d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah. e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah. f. Pemberian konseling dan penyuluhan. g. Pemberian surat keterangan kelahiran. h. Pemberian surat keterangan kematian. III. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dengan kewenangan: 1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. 2. Memberikan alat kotrasepsi oral dan kondom. Selain kewenangan normal sebagai mana tersebut diatas, khusus bagi bidan yang menjalankan program pemerintah mendapat kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang meliputi: 1) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam Rahim, dan memeberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit. 2) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu (dilakukan dibawah suvervisi dokter). 3) Penangana bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan. 4) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan. 5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah. 6) Melaksanakana pelayanan kebidanan komunitas. 7) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom dan penyakit lainya. 8) Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi. 9) Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program pemerintah khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut. Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang belum ada dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan kesehatan diluar kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota. Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan diluar kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika didaerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter. H. Wewenang Bidan Dalam Kasus Anemia Bidan melakukan tindakan pencegahan anemia, penemuan, penanganan dan rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tujuan dari standar ini adalah bidan mampu menemukan anemia pada kehamilan secara dini, melakuakan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung. Tindakan yang bisa dilakuakn bidan contohnya, memeriksa kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. Memberikan tablet Fe pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturuttururt. Penyuluhan gizi dan pentingnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, dll. Hasil yang diharapkan dari pelaksnaan standar ini yaitu jika ada ibu hamil dengan anemia berat dapat segera dirujuk, penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia, penurunan jumlah bayi baru lahir dengan anemia/BBLR. (Nindy, 2013) I. Standar Profesi Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 369/MENKES/SKIII/2007, pada kompetensi-3 bahwa bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi : deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu. DAFTAR PUSTAKA Al- Qur’an surah Al- Ahqaf ayat 15 dan H.R Ahmad Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Baety, AN. (2011) Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Cuningham, F. G. (2006). Obstetri Williams. Jakarta : EGC. DepKes RI (2013). Kebidanan Patologis. Yogyakarta: In Media DepKes RI (2016), Perencanaan kegiataan prioritas kesehatan terpadu dan kebutuhan sumberdaya untuk pelaksanaan program percepatan penurunan AKI dan AKB serta gizi buruk pada tahun 2016. Available from : www.gizikia.depkes.go.id/ [diakses 7 April 2016 DinKes Prov Jabar (2014), Angka Kematian Ibu dan Bayi Turun. Available from: http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah [diakses 10 April 2016 Dinkes. (2015). Profil Kesehatan 2015 Kabupaten Ciamis Fadlun & Feryanto, (2011). Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika Fadlun & Feryanto, (2010). Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika Hidayat, A. Alimul Aziz, (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika Krisnadi. (2009). Prematuritas. Bandung: Refika Aditama Kusmiyati, Y. 2010. Asuhan Kehamilan. Titramaya. Yogyakarta. Manuaba, (2010) Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC, Jakarta Norma D, S. (2013). Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Prawirohardjo, S. (2009) Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Prawirohardjo, S. (2010) Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Rahardjo, Susilo dan Gudnanto. (2011). Pemahaman Individu Tehnik Non Tes. Kudus: Nora Media Enterprise. Ratna, D. (2012). Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika Rekam Medik RSUD Kabupaten Ciamis, 2015 Rohani.dkk. (2011). Asuhan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba Medika Rukiyah & Yuliyanti, (2010). Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta : Trans Info Jakarta Salmah. (2006). Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC. Soepardan, Suryani. (2008). Konsep Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Sumarah. (2008). Perawatan Ibu Bersalin. Asuhan Kebianan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta : Penerbit Fitramaya Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika Varney, H. (2008) Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC. Walsh, L. V. (2008). Buku ajar kebidanan komunitas alih bahasa, Handayani Wilda Ika (2th ed). Jakarta : EGC. Winknjosastro, H. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Winknjosastro, H. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo World Health Organization (WHO), (2016). Angka Kematian ibu masih tinggi. Available from: http://wartakesehatan.com/mobile/ diakses 12 April 2016 Yuliatun, L. 2008. Penanganan Nyeri persalinan Nonfarmakologi. Malang: Bayumedia Publishing Dengan Metode