46 BAB 5 RINGKASAN Sejak kedatangan bangsa Portugis pada

advertisement
BAB 5
RINGKASAN
Sejak kedatangan bangsa Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai
mencoba memberi pengaruh di Jepang. Penyebaran agama Kristen yang dilakukan para
misionaris mengalami berbagai tekanan dari pihak agama Budha, tetapi akhirnya
mendapat dukungan dari pemerintah setempat yang dipimpin oleh Oda Nobunaga. Sejak
saat itu Jepang melakukan hubungan dagang dengan negara-negara barat. Pada tahun
1590, Jepang mulai mengalami perubahan dan kestabilan agama Kristen mulai buruk,
hal ini disebabkan karena pemimpin yang baru bernama Toyotomi Hideyoshi
mengeluarkan larangan agama Kristen karena dianggap merusak ajaran agama Budha
dan Shinto dan dapat merusak kesatuan nasional serta tidak sesuai dengan budaya
tradisional Jepang. Hal ini terus berlangsung sampai pada pemerintahan Tokugawa.
Walaupun demikian para misionaris tidak putus asa dalam menyebarkan agama Kristen,
kegiatan agama Kristen dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Agama Kristen
berkembang dengan pesat walaupun pemerintah melakukan larangan dan tidak sedikit
orang Kristen yang disiksa dan dijatuhi hukuman mati. Melihat penyebaran agama
Kristen begitu pesat dan semakin bertambah, maka pemerintah Tokugawa melakukan
system politik Sakoku {penutupan negeri).
Jepang menutup diri selama dua ratus lima puluh tahun. Pada abad ke-19 negara
barat
akhirnya
berhasil
memaksa
Jepang
untuk
membuka
negerinya
serta
menandatangani perjanjian dengan Amerika pada tahun 1854. Sejak itu Jepang mulai
menerima negara-negara Eropa dan barat. Bersamaan dengan itu juga para misionaris
46
kembali berdatangan ke Jepang dan pada tahun 1859 agama Kristen mulai
disebarluaskan lagi di Jepang.
Misionaris memang diperbolehkan tinggal sementara di Jepang hanya untuk
melayani orang asing yang ada di Jepang dan mendirikan gereja untuk orang asing yang
ada disana. Larangan terhadap Kristen tetap masih berlaku, walaupun demikian para
misionaris melakukan propaganda dengan menyebarkan agama Kristen dengan
sembunyi-sembunyi. Kegiatan ini akhirnya terdebgar juga oleh pemerintah sehingga
terjadi penangkapan orang-orang Kristen Jepang yang pertama di Nagasaki.
Konsul Jendral Amerika yang bertugas di Jepang bernama Townsend Harris tidak
meninggalkan kegiatan Kristennya. Ia sering mengadakan pertemuan doa di rumahnya
sehingga mengundang perhatian para penduduk setempat.
Pada tahun 1858 Jepang mengadakan perjanjian kembali dengan Amerika.
Dalam perjanjian tersebut berisi tentang kebebasan beragama dan berhak mendirikan
tempat beribadah yang layak. Tidak boleh ada tindakan yang merusak bangunan dan
penghinaan terhadap kegiatan agama yang dilakukan.
Walaupun sudah disepakati perjanjian tentang kebebasan beragama, pemerintah
Jepang tsetap saja melakukan tindakan kekerasan, penangkapan orang-orang Kristen dan
pelarangan terhadap Kristen, sehingga mendapat pertentangan keras dari negara barat.
Akhirnya pemerintah Jepang menjamin untuk tidak melakukan penangkapan lagi. Tetapi
pada kenyataannya terrjadi lagi penangkapan orang-orang Kristen.
Dalam hubungan diplomatik dengan negara Eropa dan Amerika, Iwakura
Tomomi melakukan perjalanan ke Eropa dan Amerika. Dalam kesempatan ini negaranegara barat melancarkan protes atas larangan terhadap Kristen dengan alasan bahwa
jika Jepang melakukan larangan terhadap Kristen maka dapat menghalangi negosiasi
47
perjanjian. Iwakura mendapat pengertian bahwa untuk memperbaiki perjanjian dengan
negara-negara barat maka pemerintah harus menjamin kebebasan beragama sehingga
pada tahun 1873 pemerintah menghapus larangan terhadap Kristen. Dengan adanya
kebijakan pemerintah yang menjamin kebebasan terhadap Kristen. maka para misionaris
dengan aktif melakukan tugas misinya di Jepang dengan melakukan berbagai kegiatan
social, mengajar, mendirikan sekolah-sekolah, rumah sakit, tempat penampungan orangorang cacat dan tuna wisma, palang merah. Meskipun demikian orang-orang yang anti
Kristen masih tetap ada dan menentang agama Kristen terutama dari kalangan agama
Budha.
Pemerintah terhadap kebijaksanaan dan jaminan akan kebebasan terhadap
Kristen selalu berubah-ubah sehingga terjadi krisis ekonomi dan keresahan akibat
tekanan terhadap gerakan hak asasi masyarakat dan gerakan pencerahan. Hal ini
berlangsung sampai tahun 1880, ketika Jepang menyadari bahwa negaranya masih
terbelakang sehingga pemerintah memusatkan perhatiannya pada huibungan luar negeri
dan terus memperbaiki perjanjian dengan luar negeri serta mendukung westernisasi dan
modernisasi.dalam usaha mengejar ketertinggalannya, pemerintah memasukkan seluruh
peradaban barat, termasuk Kristen.
Pemerintah mulai memberi kebebasan terhadap agama Kristen dengan memberi
izin untuk menerbitkan buku-buku Kristen, menerjemahkan Alkitab dalam bahasa
Jepang dan mencetaknya, mendirikan sekolah Kristen dan memasukkan ajaran agama
Kristen. hal ini mendapat pertentangan keras dari pihak agama Budha sehingga mata
pelajaran agama Kristen diberikan hanya pada sekolah dasar dan sekolah theology.
Penyebaran agama Kristen sangat pesat dan tersebar di seluruh lapisan masyarakat.
48
Pemerintah pada tahun 1884 membubarkan badan kependetaan resmi Budha. Hal ini
berarti pemerintah melepaskan diri dari urusan agama dan mengurangi kekuatan pendeta
Budha yang mengganggu umat Kristen.
Meskipun kebebasan beragama telah dicanangkan oleh pemerintah, tetapi pada
kenyataannya diskriminasi terhadap orang-orang Kristen masih ada saja. Sikap
nasionalisme dengan cinta kepada tanah air dan budaya tradisional muncul kembali. Hal
ini sangat berpengaruh terhadap umat Kristen. Mereka ingin membuktikan bahwa
tuduhan yang mengatakan bahwa orang Kristen Jepang adalah budak bangsa asing itu
tidak benar adanya. Sehingga mereka menentang ajaran dan nasihat yang diberikan para
misionaris. Mereka cinta kepada negara harus mengubah segala sesuatu yang berasal
dari luar sehingga menjadi yang bersifat Jepang. Umat Kristen mendapat tuduhan bahwa
umat Kristen tidak nasionalis dan kaum wanita sudah memperoleh pendidikan Kristen
telah kehilangan sifat-sifat kewanitaannya, dan masih banyak lagi diskriminasi terhadap
orang Kristen.
Pada tahun 1889 pemerintah mengeluarkan undang-undang yang mengatur
kebebasan beragama . hal ini merupakan saat yang paling penting bagi umat Kristen
sehingga para misionaris lebih giat lagi menjalankan pelayanannya.
Perang Jepang-China tahun 1894, memberikan kesempatan umat Kristen Jepang untuk
membuktikan bahwa mereka memiliki sikap nasionalisme dan cinta kepada negara
sehingga menempatkan diri dalam barisan belakang dalm perang, serta memberi bantuan
moral melalui palang merah.
Karena pertumbuhan industri dan perdagangan yang terjadi, orang-orang lebih
disibukkan dengan mencari uang, sehingga sulit untuk mengalihkan perhatian pada hal-
49
hal yang bersifat spiritual, bahkan orang Kristen mulai meninggalkan kegiatan
agamanya karena kesibukan mereka.
Melihat hal tersebut maka diadakan pertemuan antar wakil agama yang ada di
Jepang dengan tujuan menggalang persahabatan di antara mereka yang berlainan agama.
Pada tahun 1904, Jepang terlibat perang lagi, kali ini dengan Rusia. Awalnya perang ini
menimbulkan kebencian terhadap Kristen karena dianggap sama dengan Rusia karena
adanya anggapan bahwa Jepang adalah Budha dan Rusia adalah Kristen. sebenarnya
pemerintah tidak melihat hal itu demikian, pemerintah Jepoang justru mengharapkan
bantuan dari negara Eropa dan amerika. Untuk itu maka pemerintah mengarahkan
rakyatnya untuk mendukung kebebasan beragama dan meminta dukungan dari seluruh
rakyat. Kemudian diadakan pertemuan yang dihadiri oleh wakil dari berbagai agama.
Intinya adalah pemerintah menyatakan bahwa ini bukan perang agama tetapi sebagai
suatu bangsa harus bersatu dan setiap orang mempunyai kewajiban yang sama terhadap
negaranya.
Keadaan perang memberikan kesempatan bagi organisasi Kristen untuk
memberikan bantuan baik secara material maupun moral. Akhirnya Jepang memperoleh
kemenangan atas Rusia pada tahun 1905, tetapi masyarakat kecewa karena Rusia
menolak pembayaran kerugian perang, hanya memberikan sebagian Kepulauan Sakhalin
kepada Jepang.. masyarakat melampiaskan kekecewaannya dengan melakukan unjuk
rasa dan tindakan kekerasan. Dalam hal ini gereja yang menjadi sasaran karena dianggap
merupakan bagian dari barat. Pemerintah terpaksa memberikan perlindungan pada
gereja dan tempat-tempat dimana biasa orang Kristen melakukan kegiatan keagamaan
dan pertemuan orang Kristen.
50
Perkembangan agama Kristen di Jepang pada saat itu telah menunjukkan bahwa
masyarakat ingin mandiri, mereka tidak suka berada di bawah kekuasaan misionaris. Hal
ini terlihat di beberapa gereja kekuasaan misionaris menurun dan bahkan gereja sudah
melepaskan diri dari bantuan luar negeri. Ditambah lagi dengan kemenangan Jepang atas
Rusia sehingga menambah kepercayaan diri mereka.
Dua kejadian penting yang menyebabkan perhatian masyarakat terhadap umat
Kristen pada tahun 1907 adalah konferensi pelajar Kristen sedunia di Tokyo dan
kedatangan seorang komandan perang Inggris bernama Jendral William Booth, seorang
pendiri aliran agama Kristen The Salvation Army. Namaya sudah terkenal dan bukubukunya sudah tersebar ke berbagai daerah. Kedua peristiwa ini disambut hangat oleh
masyarakat. Dengan adanya kejadian ini berarti diakuinya Jepang dalam dunia
internasional.
Perkembangan selanjutnya tidak menunjukkan kenaikan yang berarti karena ada
beberapa alasan yang mendasarinya seperti pengurangan dana dari Perancis untuk
misionaris di Jepang, meningkatnya biaya hidup di Jepang, kesibukan masyarakat dalam
mencari uang, dan kemajuan industri serta perdagangan yang membuat kerohanian
masyarakat mulai melemah.
Kemajuan industri dan perdagangan yang membuat masyarakat lebih disibukkan
lagi telah memberi peringatan kepada kaum beragama untuk segera memperbaikinya.
Mereka mengkhawatirkan masyarakat akan menjadi materialistis.
Demi kepentingan nasional, wakil dari agama Budha dan Kristen mengadakan diaolog
untuk mencari jalan keluar. Mereka mengadakan pembaruan dengan saling mempelajari
ajaran masing-masing dan memberikan usul yang dianggap perlu. Konferensi antar
agama mulai sering diadakan, dari yang kecil hingga yang bertingkat nasional.
51
Konferensi antar agama dan menghasilkan pernyataan nasional yaitu Mereka
akan berusaha untuk meningkatkan kehidupan beragama demi kesejahteraan kaisar dan
masyarakat, Mereka mengharapkan dukungan pemerintah terhadap agama karena
berhubungan dengan pem Dengan jalan ini para pemimpin Kristen dan Budha yang
berpengaruh meningkatkan semangat patriotisme, persatuan, kesatuan moral, serta
kerohanian masyarakat untuk memperbaiki keadaan pada saat itu. erintah dan
pendidikan untuk kesejahteraan nasional. Dalam konferensi ini agama Kristen telah
memperoleh pengakuan secara resmi sebagai salah satu dari agama yang ada di Jepang.
52
Download