Diagnosis Dermatitis Kontak Iritan dan Penanganannya

advertisement
Diagnosis Dermatitis Kontak Iritan dan Penanganannya
Pendahuluan
Kulit merupakan suatu organ pelindung tubuh yang penting, karena kulit dapat melindung
tubuh dari lingkungan luar. Berbagai reaksi dapat tibul apabila kulit terpapar sesuatu, namun kelainan
kulit yang paling sering terjadi adallah dermatitis kontak. Dermatitis kontak mencapai 4-7% dari
seluruh penyakit kulit yang terpapar diseluruh dunia, insiden yangterjadi sangat tergantung pada
paparan. 1
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang terjadi akibat paparan sesuatu bahan pada kulit.
Kelainan kulit uang terjadi bergantung pada paparannya, bila terpapar allergen akan timbul dermatitis
kontak alergi sedangkan iritan akan menimbulkan dermatitis kontak iritan. Dermatitis kontak allergen
adalah dermatitis yang terjadi alobat kontak dengan bahan dari luar pada kulit yang terlah
tersensitisasi. Sedangkan dermatitis kontak iritan adalah dermatitis yang terjadi akibat paparan suatu
bahan yang menimbulkan kerusakan pada kulit tanpa melalui proses imunologi. Pada umunya
dermatitis konta iritan lebih banyak ditemukan dari pada dermatitis kontak allergen.
1
Kasus
Seorang perempuan berusia 25 tahun datang dengan keluhan kedua tangan gatal sejak 2 minggu lalu.
Makin lama gatal semakin parah,disertai perih dan kemerahan. Kulit tangan juga menjadi kering.
Paseian merupakan seorang ibu rumah tangga yang pembantunya pulang.
Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan
memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien. Riwayat
pasien merupakan suatu komunikasi yang harus dijaga kerahasiaannya, yaitu segala hal yang
diceritakan oleh penderita. Anamnesis atau medical history adalah informasi yang dikumpulkan oleh
seorang dokter dengan cara melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
spesifik baik itu terhadap pasien itu sendiri (auto-anamnesis) maupun dari orang yang dianggap
dapat memberikan keterangan yang berhubungan dengan keadaan pasien (allo-anamnesis/heteroanamnesis). Berdasarkan anamnesis yang baik, seorang dokter biasanya akan menanyakan identitas
dan keadaan pasien meliputi:2
1. Nama lengkap
6. Status perkawinan
2. Jenis kelamin
7. Pekerjaan
3. Umur
8. Suku bangsa
4. Tempat tanggal lahir
9. Agama
5. Alamat tempat tinggal
10. Pendidikan
1|Page
Hal pertama yang ditanyakan kepada pasien adalah mengenai riwayat pribadi pasien. Riwayat
pribadi adalah segala hal yang menyangkut pribadi pasien; mengenai peristiwa penting pasien dimulai
dari keterangan kelahiran, serta sikap pasien terhadap keluarga dekat. Termasuk dalam riwayat
pribadi adalah riwayat kelahiran, riwayat imunisasi, riwayat makan, riwayat pendidikan dan masalah
keluarga.2
Setelah mendapatkan data pribadi pasien, anamnesis selanjutnya adalah menanyakan keluhan
utama pasien, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga dan riwayat
sosial.2
Keluhan utama adalah gangguan atau keluhan yang terpenting yang dirasakan
penderita sehingga mendorong ia untuk datang berobat dan memerlukan pertolongan serta
menjelaskan tentang lamanya keluhan tersebut. . Riwayat penyakit sekarang adalah penyakit yang
bermula pada saat pertama kali penderita merasakan keluhan itu. Tentang sifat keluhan itu yang harus
diketahui adalah:2
1. Tempat
2. Kualitas penyakit
3. Kuantitas penyakit
4. Urutan waktu
5. Situasi
6. Faktor yang memperberat atau yang mengurangi
7. Gejala-gejala yang berhubungan
Keluhan pada penyakit kulit biasanya adalah
1. Gatal
Pertama perlu dilakukan identifikasi lokasi dari rasa gatal tersebut. Tanyakan pula sejak
kapan dia merasakan perasaan gatal tersebut selain itu perlu ditanyakan apakah gatal tersebut
hilang timbul atau gatal terus menerus? Jika hilang timbul kapan merasa paling tidak gatal
dan kapan paling gatal? Atau misalnya saat melakukan apa pasien merasa lebih baik,
misalnya pada saat mandi pasien merasa lebih baik. Karena pasien merupakan ibu rumah
tangga yang pembantunya pulang perlu ditanyakan pula adakah kegiatan atau
rutinatas yang berubah dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dari tidak pernah
mencuci baju, setelah pembantu pulang menjadi setiap hari mencuci baju sendiri dan
bisa juga kegiatan-kegiatan lain seperti mengepel, mencuci piring dan kegiatankegiatan rumah tangga lainnya yang biasanya dikerjakan oleh pembantu dan sekarang
dikerjakan sendiri oleh pasien.3
2. Bercak
2|Page
Bila ada bercak tanyakan pula lokasinya dan apa warnanya. Selain itu tanyakan pula apakah
bercak tersebut bersisik? Jika bercak tersebut berwarna putih tanyakan apakah ada rasa baal?
Lalu bila bercak tersebut berwarna tanyakan apakah ada rasa gatal atau tidak enak pada
bercak tersebut dan tanyakan pula ukuran bercak tersebut pad awalnya, membesar atau tidak,
ada dimana saja pada awalnya, adakah pertambahan bercak ditempat lain. Dikarenakan
pasien mengeluh gatal-gatal pada awalnya, tanyakan pula apakah gatal-gatalnya
digaruk sehingga menimbulkan bercak kemerahan lalu tanyakan pula perasaan perih
yang dirasakan dimana lokasinya dan apakah perasaan perih tersebut ada dari awal
atau terjadi setelah digaruk oleh pasien. 3
3. Keputihan
Pada keputihan harus ditanyakan warna keputihannya, apakah ada rasa bau, apakah ada gatal,
kira-kira banyaknya seberapa, tanyakan pula tentang pakaian yang pasien kenakan seharihari, apakah rak atau celana, jika mengenakan celana harus juga ditanyakan apa bahannya dan
apakah celanya pas badan atau terasa longgar, tanyakan pula tentang bahan pakaian dalam
yang dikenakan pasien apakah dapat menyerap keringat atau tidak. 3
Pada kasus ini keluhan utama yang dirasakan pasien adalah gatal-gatal pada kedua
tangannya sejak 2 minggu lalu disertai kemerahan dan rasa perih.
Riwayat penyakit dahulu adalah riwayat penyakit yang pernah diderita di masa lampau yang
mungkin berhubungan dengan penyakit yang dialaminya sekarang. Riwayat penyakit keluarga
merupakan segala hal yang berhubungan dengan peranan herediter dan kontak antar anggota keluarga
mengenai penyakit yang dialami pasien. Dalam hal ini faktor-faktor sosial keluarga turut
mempengaruhi kesehatan penderita. Riwayat sosial mencakup keterangan mengenai pendidikan,
pekerjaan dan segala aktivitas di luar pekerjaan, lingkungan tempat tinggal dan lingkungan pekerjaan,
perkawinan, tanggungan keluarga, dan lain-lain. Perlu ditanyakan pula tentang kesulitan yang
dihadapi pasien. Pada kasus ini harus ditanyakan pula apakah dahulu sebelum ada pembantu
sudah sering melakukan pekerjaan rumah tangga, serta tanyakan pula tentang urutan kejadian
dan apa saja yang pasien lakukan sebelum pasien merakan gatal-gatal disertai kemerahan dan
nyeri pada tangannya. 2
Pemeriksaan fisik
Tujuan pemeriksaan fisik umum adalah untuk mengidentifikasi keadaan umum pasien saat
pemeriksaan dengan penekanan pada tanda-tanda vital, keadaan sakit, gizi dan aktivitasnya baik
dalam keadaan berbaring atau berjalan. 2
3|Page
Setelah anamnesis selesai dilakukan, maka pemeriksaan fisik biasanya dimulai dengan
pemeriksaan objektif yaitu tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, suhu dan tingkat kesadaran, serta
pemeriksaan tanda-tanda vital dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. 2
Namun pada kasus ini cukup dengan pemeriksaan inspeksi dan palpasi saja. 2
Inspeksi dapat dibagi menjadi inspeksi umum dan inspeksi lokal. Pada inspeksi umum
pemeriksa melihat perubahan yang terjadi secara umum, sehingga dapat diperoleh kesan keadaan
umum pasien. Pada inspeksi lokal, dilihat perubahan-perubahan lokal sampai yang sekecil-kecilnya.
Untuk bahan perbandingan perlu diperhatikan keadaan sisi lainnya. 2
Pemeriksaan dengan inspeksi dapat dibantu dengan menggunakan kaca pembesar. Pada
pemeriksaan inspeksi, mutlak harus dilakukan di tempat yang terang. Anamnesis terarah biasanya
ditanyakan pada penderita bersamaan dilakukan inspeksi untuk melengkapi data diagnostik. Misalnya
penderita menderita kelainan di tangannya, perlu juga ditanyakan ada tidaknya kelainan di tempat
lain. Dalam hal ini juga perlu dilakukan inspeksi seluruh tubuh penderita. Pada inspeksi, diperhatikan
lokalisasi, warna, bentuk, ukuran, penyebaran, batas, dan efloresensi yang khusus. 2
1. Ukuran4
•
Miliar
: sebesar kepala jarum pentul.
•
Lentikular
: sebesar biji jagung.
•
Numular
: sebesar uang logam 5 rupiah atau 100 rupiah.
•
Plakat
: en plaque, lebih besar dari numular.
2. Susunan kelainan/bentuk4
•
Liniar
•
Sirsinar/anular : seperti lingkaran.
•
Arsinar
: berbentuk bulan sabit.
•
Polisiklik
: bentuk pinggiran yang sambung menyambung.
•
Korimbiformis : susunan seperti induk ayam yang dikelilingi anak-anaknya.
: seperti garis lurus.
3. Bentuk lesi4
•
Teratur
: misalnya bulat, lonjong, seperti ginjal dan sebagainya.
•
Tidak teratur
: tidak mempunyai bentuk yang teratur.
4. Penyebaran dan lokalisasi4
•
Sirkumskrip
: berbatas tegas.
•
Difus
: tidak berbatas tegas.
•
Generalisata
: tersebar pada sebagian besar tubuh.
•
Regional
: mengenai daerah tertenty badan.
•
Universalis
: mengenai seluruh atau hampir seluruh tubuh (90%-100%).
4|Page
•
Solitar
•
Herpetiformis : vesikel berkelompok seperti pada herpes zooster.
•
Konfuens
: dua atau lebih lesi yang menjadi satu.
•
Diskret
: terpisah satu dengan yang lain.
•
Serpiginosa
: proses yang menjalar ke satu jurusan diikuti oleh penyembuhan pada bagian
: hanya satu lesi.
yang ditinggalkan.
•
Irisformis
: eritema berbentuk bulat lonjong dengan vesikel warna yang lebih gelap di
tengahnya.
•
Simetrik
: mengenai kedua belah badan yang sama.
•
Bilateral
: mengenai kedua belah badan.
•
Unilateral
: mengenai sebelah badan.
Setelah inspeksi, pemeriksaan dilanjutkan dengan palpasi, yaitu pemeriksaan dengan meraba,
mempergunakan telapak tangan dan memanfaatkan alat peraba yang terdapat pada telapak dan jari
tangan. Dengan palpasi kita dapat menentukan bentuk; besar; tepi; permukaan; konsistensi organ;
adanya tanda-tanda radang akut atau tidak misalnya dolor, kalor, fungsiolesa (rubor dan tumor dapat
pula dilihat), ada tidaknya indurasi, fluktuasi, dan pembesaran kelenjar regional maupun generalisata.
Permukaan organ dinyatakan apakah rata atau berbenjol-benjol; konsistensi lunak, keras, kenyal,
kistik atau berfluktuasi; sedangkan tepi organ dinyatakan dengan tumpul atau tajam. 4,5
Dalam kasus kelainan kulit, seorang dokter harus melihat bagaimana kelainan kulit yang
ditemukan. Kelainan kulit bisa berupa ruam, ulkus, benjolan, dan sebagainya: 5
a. Makula
Daerah perubahan warna kulit yang berbatas jelas dengan kulit normal tanpa tonjolan atau
lekukan kulit disekitarnya.
b. Papula
Lesi menonjol padat dengan diameter <0.5cm.
c. Nodul
Massa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan, dapat menonjol, diameter >0,5cm.
d. Tumor
Istilah umum untuk benjolan yang berdasarkan pertumbuhan sel maupun jaringan.
e. Plak
Penonjolan di atas permukaan kulit, permukaannya rata dan berisi zat padat (biasanya infiltrat),
diameternya 2cm atau lebih.
f.
Indurasi
Papula atau plak berbentuk lingkaran atau memiliki puncak yang datar, berwarna merah pucat
yang menghilang dalam beberapa jam.
5|Page
g. Pustula
Penonjolan kulit berbatas tegas yang berisi eksudat purulen atau vesikel yang berisi nanah.
h. Vesikula/bulla
Lesi menonjol berbatas tegas yang berisi cairan. Vesikula memiliki diameter <0,5cm sedangkan
bulla memiliki diameter >0,5 cm.
i.
Ulkus
Lesi yang menunjukkan kerusakan epidermis dan dermis.
j.
Kista
Rongga tertutup yang berisi cairan atau bahan semi-padat.
Selain itu, perlu juga diperiksa apakah terdapat perubahan kulit sekunder yang memperberat
atau merupakan akibat dari proses primer misalnya: 2
a. Skuama
Lapisan deskuamasi dari stratum korneum.
b. Krusta
Serum, darah, atau eksudat purulen yang mengering.
c. Erosi
Daerah lekukan berbatas tegas akibat hilangnya epidermis, suatu kelainan kulit yang disebabkan
kehilangan jaringan tidak melampaui stratum basal.
d. Likenifikasi
Penebalan kulit akibat sering digosok atau digaruk yang menyebabkan semakin jelasnya garisgaris kulit normal.
e. Atrofi
Atrofi epidermal disebabkan karena berkurangnya lapisan sel epidermal. Atrofi dermal terjadi
akibat berkurangnya jaringan ikat dermal.
f.
Parut
Lesi yang terbentuk akibat kerusakan dermal.
g. Ekskoriasi
Ekskavasi superfisial epidermis akibat garukan. Bila garukan lebih dalam lagi sehingga tergores
sampai ujung papil, maka akan terlihat darah yang keluar selain serum. Ekskoriasi merupakan
kelainan kulit yang disebabkan oleh hilangnya jaringan sampai stratum papilare.
h. Fisura
Celah kulit berupa garis yang terasa nyeri.
Pada pemeriksaan fisik juga perlu ditentukan apakah ada perluasan ataupun pola distribusi
(simetris atau asimetris, daerah pajanan, tempat tekanan, lipatan kulit), serta bagaimana warna dan
bentuk lesi (bulat, lonjong).5
Pada pemeriksaan fisik ditemukan kulit tangan menjadi kering dan ditemukan
kemerahan pada tangan.
6|Page
Diagnosis kerja : Dermatitis kontak iritan komulatif
Dermatitis adalah peradangan kulit terjadi pada epidermis dan dermis secara sekaligus
sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, dermatitis menimbulkan
gejala klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama dan likenifikasi).
Dan keluhan gatal. Tanda-tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya
beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.Penyebab penyakit
dermatitis bisa dari luar (eksogen) yaitu bahan kimia (misalnya detergen, asam, basa, oli, semen), fisik
(misalnya sinar dan suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen),
misalnya dermatitis atopic. Sebagian lain tidak diketahui etiologinya dengan pasti. 4
Pada umumnya penderita dermatitis merasa gatal. Kelainan kulit bergantung pada stadium
penyakit, batasnya sirkrumskrip, dapat pula difus. Penyebarannya dapat setempat, generalisata dan
universalis. Pada stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan
eksudasim sehingga tampak basah (madidans). Stadium subakut, eritema dan edema berkurang,
eksudat mongering lalu menjadi krusta. Sedangkan pada stadium kronis lesi tampak kering, skuama,
hiperpigmentasi, papul dan likenifikasi, mungkin juga terdapat erosi atu ekskoriasi karena garukan.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja suatu dermatitis sejak awal member gambaran klinis
berupa kelainan kulit stadium kronis. Demikian pula jenis efloresensi tidak selalu harus polimorfis,
mungkin juga dapat oligomorfis. 4
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau substansi yang
menempel pada kulit. Ada 2 jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis
kontak allergen. Kedua-duanya dapat bersifat akut dan kronis. Dermatitis iritan merupakan reaksi
peradangan nonimunologik , jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitifitas.
Sebaliknya dermatitis kontak allergen terjadi pada seseorang yang telah mengalami sesitifitas
terhadap suatu bahan allergen. 4
Dermatitis kontak iritan
1. Etiologi
Penyebab munculnya dermatitis jenis ini adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan
pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainna kulit yang terjadi
ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut dan vehikulum, juga
dipengaruhi faktor-faktor lain contohnya lama kontak, intensitas, adanya oklusi menyebabkan
kulit lebih permeable, demikian pula gesekan dan trauma fisis, suhu dan kelembapan juga ikut
berpengaruh. 4
Faktor individu juga berpengaruh pada penderita dengan dermatitiskonta iritan, misalnya
perbedaan ketebalan kulit diberbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas : usia (anak
dibawah 8 tahundan usia lanjut lebih mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan dengan bahan
iritan dibandingkan dengan kulit putih); jenis kelamin ( insiden dermatitis kontak iritan lebih
7|Page
sering terjadi kepada perempuan dibandingkan dengan laki-laki); penyakirtt kulit yang pernah
atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan menurun), misalkan dermatitis
atopic. 4
2. Pathogenesis
Keadaan kulit yang timbul akibat dari kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui
kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan
lemak lapisan tanduk dan mengubah daya ikat air pada kulit. Kebanyakan bahan iritan atau toksin
merusak membrane lemak (lipid bilayer) keratinosit, tetapi sebagian dapat menembus membrane
sel dan merusak lisosom, mitokondria atau komponen inti. Kerusakanmembran mengaktifkan
fosfolipase dan melepaskan asam arakidona, diasligliserida, platelet activating factor, dan
inositida. Asam arakidonat akan dirubah menjadi prostaglandin dan leukotrien. Lalu prostaglandin
dan leukotrien akan menginduksi vasodilatasi, dan meningkatkan permeabilitas vascular sehingga
mempermudahkan transudasi komplemen dan kinin. Prostaglandin dan leukotrien juga bertindak
sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit dan nautrofil serta mengaktifasi sel mast yang akan
menyebabkan sel mast akan melepaskan histamine, leukotrien dan prostaglandin lain dan platelet
activating factor sehingga memperkuat perubahan vascular. 4
Diasilgliserida dan second messenger lain menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein
misalnya interleukin-1 (IL-1), dan granulocytemacrophage colony stimulatunf factor (GACSF).
IL-1 akan mengaktifkan sel-T helper sehingga akan mengeluarkan IL-2 dan mengekspresi
reseptor IL-2, yang menimbulkkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel tersebut.
Keratinosit juga membuat molekul permukaan HLA-DR dan adesi intrasel-1. Pada kontak dengan
iritan, keratinosit juga akan melepaskan TNF-alfa, suatu sitokin proinflamasi yang dapat
mengaktifkan sel T, makrofag dan granulosit, menginduksi ekspresi molekul adesi sel dan
pelepasan sitokin. 4
Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik ditempat terjadinya kontak
dikulit beru eritema, edema, panas, nyeri. Gejala-gejala yang terjadi juga dapat dipengaruhi oleh
faktor bahan iritan yangterkena oleh kulit, bila bahan iritan lemahakan menimbulkankelainan kulit
setelah berulang kali kontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum olehkarena delipidasi
yang menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi sawarnya, sehingga mempermudah kerusakan
sel dibawahnya oleh bahan-bahan iritan. 4
3. Epidemiologi
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai umur, ras dan jenis
kelamin. Jumlah penderita dermatitis konta iritan diperkirakan cukup banyak, terutama
berhubungan dengan pekerjaan. Namun angka tetapi penderita dermatitis kontak iritan sulit
didapatkan secara pasti. Ini disebabkan antara lain oleh banyak penderita yang didapati dermatitis
konta iritan ringan tidak datang berobat dan bahkan tidak mengeluh 4
4. Gejala klinis
8|Page
Kelainan kulit yang terjadi sangan beragam, tergantung pada sifat iritannya. Iritan kuat biasanya
akan member gejala akut, sedang iritan lemah akan memberikan gejala kronis. Selain itu juga
banyak faktor yang dapat mempengaruhi antara lain faktor individu (ras, usia, lokasi), faktor
lingkungan ( suhu, kelembapan udara dll). Berdasarkan faktor tersebut dermatitis kontak iritan
dibagi menjadi 8 macam. 1
•
Dermatitis kontak iritan akut
Gambaran iritasi klasik yang akan terlihat dengan cepat dalam beberapa menit atau jam, bila
terpapar bahan iritan yang poten. Kelainan yang timbul pada semua orang tidak bergantung
pada tingkat kepekaan seseorang berupa eritema, edema dengan vesikel atau bulla, bahkan
dapat terjadi nekrosis, biasanya akan disertairasa terbakar, umumnya kelainan hanya akan
timbul pada daerah paparan. Keadaan ini juga sering terjadi akibat kecelakaan, dermatitis
cepat timbul dan akan menghilang dengan cepat pula, walaupun terjadi nekrosis.
•
Dermatitis kontak iritan akut lambat
Beberapa bahan iritan yang menimbulkan iritasi akut yang terlambat, inflamasi baru akan
terlihat 12-24 jam setelah paparan. Gambaran klinis menyerupai dermatitis iritan akut. Iritasi
akibat tretinoin dapat timbul setelah beberapa hari, ditandai dengan eritema diikut dengan
pengelupasan stratum korneum berupa skuama yang kasar disertai dengan keluhan rasa
terbakar. Kulit menjadi sensitive terhadap air dan perabaan.
•
Dermatitis kontak iritan reaksi iritan
Reaksi iritan merupakan dermatitis kontak iritan yang subklinis pada orang-orang yang
terpapar cairan misalkan piñata rambut. Gambaran klinis biasanya monomorfisberupa eritem,
skuama vesikel, pustule atau erosi. Sering kali kelainan kulit tersebut sembuh spontan dan
menimbulkan penebalan, namun kadang-kadang berlanjut menjadi dermatitis iritan komulatif.
•
Dermatitis kontak iritan komulatif
Dermatitis kontak iritan tipe ini paling sering dijumpai, disebut juga traumiterative dermatitis.
Kelainan kulit timbul dikarenakan paparan yang berulang-ulang. Selain iritasi bahan kimia,
iritasi dapat berupa gesekan, mikrotrauma, kelembapan rendah, panas, dingin, bedak, tanah
dan air. Paparan berlangsung dalambeberapa hari, minggu atau bahkan bertahun-tahun, oleh
berbagai macam iritan dan tidak disadari penderita. Gambaran klinisnya bervariasi tergantung
pada tingkat kepekaan seseorang, berupa kulit yang kering, eritema dan skuama yang timbul
perlahan-lahan, pnderita tisak menyaari adanya kelainan kulit. Pada kebanyakan kasus terjadi
dermatitis kronis yang ditandai dengan sedikit skuama tanpa eritema maupun tanda-tanda
inflamasi lainnya. Hal ini terjadi karena paparan berulang dan kulit yang memerlukan waktu
yang lebih lama untuk penyembuhan. Dermatitiskontak iritan tipe ini sulit dibedakan dengan
dermatitis kontak alergan sehingga diperlukan uji temple.
•
Dermatitis kontak iritan traumateratif
9|Page
Kelainan kulit yang timbul karena trauma, misalnya luka bakar, luka lecet atau dermatitis
kontak iritan akut. Harus ditanyakan kepada penderita apakah luka dicuci menggunaka sabun
atau detergen. Luka tidak sembuh seperti apa yang diharapkan, tetapi akan timbul eritema,
papula, papulovesikel, vesikel dan skuama. Perjalanan penyakit akhirnya menyerupai
dermatitis numularis, dapat terjadi komplikasi berupa infeksi dan penyembuhan
membutuhkan waktu yang lama.
•
Dermatitis kontak iritan noneritematosa
Pada stadium awal, kulit sudah terpapar bahan iritan belum terlihat tanda-tanda inflamasi,
walaupun tidak ditemukan kelainan kulit
•
Dermatitis kontak iritan subyektif
Pada beberaoa orang yang terpapar bahan kimia misalnya asam laktat, mengeluh rasa gatal,
rasa terbakar atau rasa panas, walaupun tidak ditemukan kelainan kulit.
•
Dermatitis kontak iritan pustular dan akneiformis
Kelainan kulit yangtimbul setelah terpapar metal, oli dan minyak. Gambaran klinisnya berupa
lesi akneiformis, pustule atau akne yang timbul bersifat steril dan timbul diluar usia akne
vulgaris. Pada umumnya terjadi pada penderita dermatitis seboroik, orang-orang yang
mempunyai lubang pori-pori yang besar dan lebar, sebelumnya menderita aknevulgaris atau
orang atopi.
Gambar 1. Gambaran Dermatitis Kontak Iritan6
Diagnosis banding
1. Dermatitis kontak allergen
Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak
allergen (DKA) lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat
peka (hipersensitif). Diramalkan jumlah DKA bertambah seiring bertambahnya produk yang
memakai bahan kimia yang beredar bebas di masyarakat. Penyebab DKA adalah bahan kimia
sederhana dengan berat molekul umumnya renda (<1000 dalton), merupakan allergen yang
belum diproses, disebut hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif dan dapat menembus stratum
10 | P a g e
corneum sehingga mencapai sel epidermis yang masih hidup. Berbagai faktor timbulnya
DKA misalnya potensi sensitisasi aergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama
pajanan, oklusi, suhu dan kelembapan lingkungan, vehikulum dan ph. Juga dapat dipengaruhi
oleh faktor individu, misalnya keadaan kulit pada tempat yang terpapar (ketebalan epidermis,
keadaan stratum corneum), status imunoligik penderita. Gejala klinis penderita umumnya
mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis dan lokasinya.
Pasayang akut dimulai dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas kemudian diikuti
edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah dan menimbulkan
erosi dan eksudasi sehingga membuat kulit basah. DKA akutterjadi ditempat tertentu,
misalnya kelopak mata, penis, skrotum, eritema, da edema ebih dominan daripada vesikel.
Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur,
batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan DKI kronis; mungkin juga
penyebabnya campuran. Jarang sekali ditemukan DKA pada telapak tangan dan telapak kaki.
Jika terjadi pada tangan hal ini mungkin terjadi karena tangan merupakan organ tubuh yang
paling sering digunakan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Pada pekerjaan yang
membuat tangan menjadi basah misalnya memasak, mencuci pakaian pengatur rambut
disalon, angka kejadian dermatitis pada tangan menjadi lebih tunggi. Hal ini juga dipengaruhi
oleh bahan-bahan kimia yang dapatterpapar pada tangan misalnya detergen, antiseptic, getah
sayuran, semen, dan pestisida. 4
2. Dermatitis atopic
Dermatitis atopic (DA) adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal,
yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (D.A,
rinitis alergik atau asma bronkial). Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian
mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan (fleksural). 4
DA cenderung diturunkan. Bila seorang ibu menderita atopi maka lebih dari seperempat
anaknya akan menderita DA pada 3 bulan pertama. Bila salah satu orang tua menderita atopi
maka lebih separuh anaknya menderita alergi sampai usia 2 tahun dan bila kedua orang tua
menderita atopi, angka ini meningkat sampai 75%. Risiko mewarisi DA lebih tinggi bila ibu
yang menderita DA dibandingkan dengan ayah. 4
Gejala klinis yang tampak pada balita adalah ditemukan eritema di daerah wajah yaitu dahi
dan pipi, papul-vesikel pecah karena garukan sehingga lesi menjadi eksudatif dan akhirnya
terbentuk krusta. Sebagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut
ke fase anak. Tempat predileksi ialah kedua pipi (sering disebut melk eczema karena air susu),
lipat siku dan lipat lutut, biasanya simetris.Biasanya setelah balita mulai terlihat likenifikasi
dan hipopigmentasi dengan papula miliaris dan mungkin terjadi infeksi sekunder. Pada
remaja - dewasa lokasi lesi di Ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi,
11 | P a g e
hiperkeratosis. Lokasi lesi pada remaja adalah di lipatan siku/lutut, samping leher, dahi,
sekitar mata. Pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan
pergelangan tangan, dapat pula berlokasi setempat misalnya pada bibir (kering, pecah,
bersisik), vulva, puting susu atau skalp. Kadang-kadang lesi meluas dan paling parah di
daerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul datar cenderung
berkonfluens menjadi plak likenifikasi dan sedikit skuama. Bisa didapati ekskoriasi dan
eksudasi akibat garukan dan akhirnya menjadi hiperpigmentasi. DA paling sering muncul
pada tahun pertama kehidupan yaitu pada bulan kedua. Umumnya DA remaja dan dewasa
berlangsung lama kemudian cenderung membaik setelah usia 30 tahun, jarang sampai usia
pertengahan dan sebagian kecil sampai tua. 4
Pada sekitar 80% penderita ditemukan peningkatan kadar IgE terutama bersamaan dengan
penyakit atopi saluran penafasan, karena 80% anak dengan dermatitis atopik mengalami asma
bronkial atau rinitis alergik. Peningkatan IgE sejalan dengan tingkat keparahan penyakit.
Jumlah eosinofil dalam darah perifer juga meningkat. Tetapi terdapat penurunan jumlah
dan fungsi limfosit T, sehingga respons terhadap hipersensitivitas tipe lambat menurun;
imunitas selular menurun. Pada dermatitis atopik yang berat, kadar histamin di plasma
maupun jaringan meningkat dan menyebabkan pruritus. 4
3. Dermatitis nummular
Dermatitis numularis merupakan dermatitis berupa lesi berbentik mata uang (coin) atau agak
lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah
sehingga basah. Dermatitis ini biasanya terjadi pada orang dewasa, jarang terjadi pada anak.
Bila terjadi pada anak, timbulnya jarang pada usia dibawah 1 tahun. Namun lesi numularis
dapat terjadi pada anak yang menderita dermatitis atopik. 4
Dermatitis numularis cenderung hilang timbul, ada pula yang terus menerus, kecuali dalam
periode pengobatan. Bila terjadi kekambuhan umumnya timbul pada tempat semula.
Penderita dermatitis umumnya mengeluh sangat gatal. Gejala klasik pada dermatitis
numularis adalah lesinya, dimana dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebat, bilateral,
atau simetris, dengan ukuran yang bervariasi, mulai dari miliar sampai numular, bahkan
plakat. 4
4. Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit inflamasi kulit yang mengenai 1-3% dari populasi dunia, tetapi
diindonesia sampai sekarang belum pernah dilaporkan data dan epidemiologis psoriasi yang
menyeluruh dan terpadu. Psoriasis adalah penyakit eritropapuloskuamosa dengan sebab tidak
diketahui, ditandai dengan adanya hiperproliferasi epidermis yang cepat dan memendeknya
waktu pematangan keratinosit disertai peradangan pada epidermis dan dermis. Pada psoriasis
terjadi proses peradangan yang kronis yang diperantarai oleh reakti imunitas yaitu limfosit T,
kemudian limfosit T aakan mensekresikan interferon gamma yang akan meningkatkan
12 | P a g e
proliferasi keratinosit. Etiologi dan mekanisme pathogenesis secara pasti, sampai saat ini
masih berlum diketahui. Hiperprolifearsi yang terjadi disebabkan seharusnya sel yang
terdapat pada fase Go (inaktif) menjadi aktif lebih cepat dari yang normal sehingga proses
mitosis pada epidermis akan menjadi lebih cepat. Biasanya gejala yang didapatkan adalah lesi
berwarna merah ditutupi skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih seperti mika. Bila
skuama ini diangkat akan tampak bintik-bintik perdarahan sebagai adanya hipervaskularisasi
dermis, tempat presileksinya yaitu kepala, kuku, bagian ekstensor tubuh, siku, lutut dan
region sacral. 1
5. Tinea manus
Tinea manus adalah penyakit jamur yang biasa terjadi pada tangan. Biasanya terjadi diantara
sela-sela jari. Pada tinea manus akan terlihat fisura yang dilingkasi sisik halus dan tipis,
kelainan ini dapat meluas kebawah jari dan juga bisa menyebar ke sela-sela jari yang lain.
oleh karena dareah tangan selalu lembab maka akan terlihat pula maserasi. Aspek klinis
maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit mati ini dibersihkan maka akan
terlihat bagian kulit yang baru, pada umumnya juga sudah diserang oleh jamur, penderita juga
akan merasa gatal dan kebanyakan dari lesi akan berbatas tegas bagian tepi lesi akan lebih
jelas terlihat peradangan dibandingkan dengan bagian tengah. Bentuk klinis ini dapat terjadi
bertahun tahun dan dapat menimbulkan keluhan atau tanpa keluhan sama sekali. Kelainan ini
juga dapat disertai infeksi sekunder oleh bakter sehingga menimbulkan selulitis, limfangitis,
limfadenitis, dan dapat pula terjadi erisiplas yang disertai gejala-gejala umum. 4
Pemeriksaan penunjang
Tidak ada pemeriksaan spesifik untuk mediagnosis dermatitis kontak iritan. Ruam kulit
biasanya sembuh setelah bahan iritan dihilangkan. Terdapat beberapa tes yang dapat memberikan
indikasi dari substansi yang berpotensi menyebabkan dermatitis kontak iritan. Tidak ada spesifik tes
yang dapat memperlihatkan efek yang didapatkan dari setiap pasien jika terkena dengan bahan iritan.
Dermatitiskontak iritan dalam beberapa kasus, biasanya merupakan hasil dari efek berbagai iritans.
1. Patch Test
Patch test digunakan untuk menentukan substansi yang menyebabkan kontak dermatitis
dan digunakan untuk mendiagnosis DKA. Konsentrasiyang digunakan harus tepat. Jika terlalu
sedikit, dapat memberikan hasi lnegatif palsu oleh karena tidak adanya reaksi. Dan jika terlalu
tinggi dapat terinterpretasi sebagai alergi (positif palsu). Patch tes dilepas setelah 48 jam, hasilnya
dilihat dan reaksi positif dicatat. Untuk pemeriksaan lebih lanjut, dapat kembali dilakukan
pemeriksaan pada 48 jam berikutnya. Jika hasilnya didapatkan ruam kulit yang membaik, maka
dapat didiagnosis sebagai DKI, Pemeriksaan patch tes digunakan untuk pasien kronis,dengan
dermatitis kontak yang rekuren. 4
2. Kultur Bakteri
13 | P a g e
Kultur bakteri dapat dilakukan pada kasus-kasus komplikasi karena adanya infeksi
sekunder oleh bakteri.1
3. Pemeriksaan KOH
Dapat dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya mikologi pada infeksi jamur
superfisial seperti infeksi candida, pemeriksaan ini bergantung dari tempat dan morfologi dari
lesi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil kerukan kulit lalu dilarut dengan KOH 1020% lalu spora jamur akan terlihat dibawah mikroskop. 1
Penatalaksanaan
Upaya pengonatan dermatitis kontak iritan yang penting adalah menghindarkan
pajanan dari bahan-bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis maupun kimiawi serta
menyingkirkan faktor yang memperberat. Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan sempurna dan
tidak terjadi komplikasi makan dermatitiskontak iritan ini akan sembuh dengan sendirinya tanpa
pengobatan topical, mungkin cukup dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering. 1,4
Apa bila diperlukan untuk mengatasi peradangan dapat diberikan kortikosterois topikan atau
hidrokortison, atau untuk kelainan yang kronis dapat diawali dengan kortikosteroid yang lebih kuat
yaitu pemberian prednison pada 2 minggu pertama, 60 mg dosis inisial, dan di tappering 10mg .
Selain itu pemakaian alat pelindung diri yang adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja
dengan bahan iritan sebagai suatu upaya pencegan kejadian dengan rekurensi. 1,4
Dapat pula diberikan antihistamin dan antibiotic. Pemberian antibiotic dianjurkan agar
menghindarkan komplikasi lanjut yaitu infeksi sekunder pada dermatitis iritan, Sedangkan
antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis kontak iritan. Perlu
diketahui bahwa pemberian obat topikal merupakan lini pertama pada penyakit kulit apapun. Bila
gejala menunjukan adanya penyebaran secara sistemik pemberian obat oral atau parental
dapat diindikasikan. 1,4
Komplikasi
·
Dermatitis kontak iritan dapat meningkatkan risiko sensitisasi pengobatan topical. Lesi yang
terjadi pada kulit bisa mengalami infeksi sekunder, khususnya oleh Staphylococcus aureus. Selain itu
dapat terjadi neurodermatitis sekunder (liken simpleks kronis) terutama pada pekerja yang terpapar
iritan di tempat kerjanya atau dengan stres psikologik.Gejala berupa peradangan kulit kronis,
gatal, sirkumskrip ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol
(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang
karena berbagai rangsangan pruritogenik. Pruritus memeainkan peran sentral dalam
timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo nodularis. Hipotesis mengenaio
pruritus berhubungan dengan adanya penyakit yang mendasari dan salah satunya ialah
dermatitis kontak alergi. 1,4
14 | P a g e
·
Hiperpigmentasi atau hipopignemtasi bisa terjadi pada post inflamasi pada area terkena dermatitis
kontak iritan atau dapat juga muncul jaringan parut pada paparan bahan korosif, ekskoriasi atau
artifak. 1,4
Prognosis
Bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan secara sempurna maka
prognosisnya akan menjadi kurang baik. Keadaan ini sering terjadi dengan dermatitis kontak iritan
kronis yang penyebabnya bisa dikarenakan multi faktor. 1,4
Kesimpulan
Dermatitis adalah penyakit kulit dimana kulit mengalami inflamasi. Dermatitis terbagi
menjadi dermatitis eksogen dan dermatitis endogen. Dermatitis eksogen sendiri dibedakan menjadi
dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik dimana keduanya dapat bersifat akut maupun
kronik. Dermatitis kontak sering terjadi akibat pekerjaan misalnya pada tukang cuci, tukang kebun,
dan sebagainya. Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan kulit non-imunologik, jadi kerusakan
kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi. Sebaliknya, dermatitis kontak alergik terjadi
pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen. Kedua dermatitis ini
memiliki prognosis yang baik apabila diobati dengan baik dan benar serta bahan kontak atau iritasi
penyebabnya dapat disingkirkan dengan sempurna.
Daftar pustaka
1. Sadikin H. Materi symposium penanganan terbaru dermatitis dan psoriasis. Bandung: Bagian
ilmu penyakit kulit dan kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran; 2001.
2. Santoso M. Pemeriksaan fisik diagnosis. Jakarta: Bidang Penerbitan Yayasan Diabetes
Indonesia; 2004.h.1-4,6,13-5,20,98.
3. Burnside JW, Mcglynn TJ. Diagnosis fisik. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC; 2000. h.
87-97
4. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed 6. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia; 2013.h.34,40, 129-161.
5. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2005.h.43.
6. Dermatitis kontak iritan, diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1049353overview, 17 April 2014
15 | P a g e
Download