Demokrasi dan Islam - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM UMB
Islam dan Demokrasi
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komputer
Sistem Informatika
Tatap Muka
13
Kode MK
Disusun Oleh
90004
Inggar Saputra, S.Pd
Abstract
Kompetensi
Islam dan demokrasi harus dipahami
Memahami Islam dan demokrasi
dengan baik.
dengan baik dan benar.
Pendahuluan
Latar Belakang
Demokrasi adalah sebuah sistem kehidupan yang dikenalkan bangsa Barat dengan
akarnya yang berasal dari kehidupan Yunani kuno. Sejak pertama kali dikenalkan bangsa
Yunani, demokrasi pada awalanya dikembangkan sebagai sistem dari, oleh dan untuk
rakyat. Konsepsi demokrasi, ditujukan agar tercipta suatu bangunan pemikiran dan realitas
yang bertujuan menyejahterakan masyarakat. Untuk itu, demokrasi diterima banyak bangsa
di dunia ini. Walau terkadang, dalam skala tertentu terdapat penyimpangan dalam
penerapan demokrasi sebagai akibat pemaksaan sistem demokrasi itu sendiri kepada
masyarakat dalam sebuah negara yang belum siap menerapkannya.
Sejatinya sistem dari Barat, kehadiran demokrasi tidak terlepaskan dari sumber
dasarnya yakni kapitalisme. Jika dalam sistem ekonomi, paham kapitalisme melahirkan
liberalisme, maka demokrasi adalah perwujudan sistem kapiralisme dalam sektor politik.
Secara utuh, demokrasi yang dikenalkan kepada semua negara termasuk Indonesia sangat
kuat muatan kepentingan bagaimana sebuah negara diarahkan kepada kehidupan global
dengan tujuan mengikuti keinginan negara Barat (yang notabene negara maju)
yang
memiliki banyak kepentingan dengan negara berkembang. Demokrasi dalam penerapannya
dijadikan “alat peras” negara Barat untuk memaksakan kepentingan politiknya terhadap
banyak negara berkembang seperti yang terjadi pada kasus Irak, Syria, Tuniaia dan
beberapa negara lainnya.
Dengan dua sisi demokrasi di atas, sesungguhnya kita akan dapat menarik sebuah
asumsi bahwa demokrasi bukanlah sistem yang sempurna. Islam tetap menjadi sebuah
panduan terbaik dalam menjalankan kehidupan dunia dan akhirat. Meski begitu demokrasi
memiliki beberapa persamaan dengan Islam sehingga dapat disinergiskan dalam mencapai
kehidupan sebuah negara yang Islami. Dengan menjadikan demokrasi sebagai alat, bukan
tujuan, maka umat Islam dapat memaksimalkan demokrasi untuk kepentingan dan
kemasahatan umat Islam sebagaimana terjadi dalam kemenangan gerakan Islam HAMAS D
dalam Pemilu di Palestina (2006). Demokrasi juga dapat difungsikan sebagai sarana
mencapai kesejahteraan dan merebut simpati rakyat sebuah negara sehingga negara
tersebut mampu memiliki daya tawar dalam internal negaranya maupun secara global
sebagaimana dicontohkan AKP Party di Turki.
2015
2
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB
Inggar Saputra, S.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Hakekat Demokrasi
A. Pengertian Demokrasi
Memperbincangkan demokrasi dalam konteks keterkaitan dengan Islam tentunya
tidak akan terlepaskan dari panggung pergulatan politik, negara dan kekuasaan serta
bagaimana semua itu dapat direalisasikan sesuai kehidupan dan semangat Islam. Ini
penting, sebab sampai sekarang masih berkembang wacana dalam pemikiran umat Islam,
bahwa demokrasi adalah produk Barat yang tak sesuai dengan ajaran Islam dan merupakan
proyek imperalisme Barat yang dipenuhi retorika manis, enak dan menarik namun
sesungguhnya utopis dan tak lebih dari sekedar anak kandung kapitalisme yang
mengglobal. Padahal dalam demokrasi terkandung beberapa nilai kebaikan seperti
pengakuan persamaan, kebebasan berpendapat dan berekspresi, adanya keadilan,
dipenuhinya nilai tolerasi dan partisipasi sebagaimana terkandung pula dalam Islam.
Dalam konteks ekstrimisme pemikiran itu, tak hanya terjadi di kalangan dunia muslim
melainkan juga berkembang di kalangan pemikir Barat, seperti Huntington, Lewsi, 1993),
Kedourie (1994), Lipset (1994), dan Gellner (1994) yang menilai kebudayaan Islam tak
mampu mendukung kehidupan yang demokratis. Tapi belakangan, pendapat Islam
bertentangan dengan demokrasi mulai mendapatkan penolakan, sebagaimana ditegaskan
Norris dan Inglehart (2002) yang berdasarkan analisisnya terhadap hasil laporan survei
World Values Study, selama tahun 1995-2001, menyimpulkan bahwa masyarakat Muslim
dan non-Muslim pada dasarnya memiliki pandangan politik yang nyaris sama tentang
bagaimana memahami demokrasi.
Sarjana Barat lain, seperti Esposito dan Voll juga menyatakan demokrasi bukanlah
monopoli budaya Amerika atau Barat, tapi juga dikandung budaya lain, termasuk Islam.
Keduanya menilai jika demokrasi dan Islam dipahami dengan fleksibel dan kontekstual,
maka akan mampu berjalan dengan bersaman dan penuh kedamaian. Bagaimanapun
prinsip-prinsip ajaran Islam tentang musyawarah (syura), mufakat (ijma’) dan pemikiran
rasional dan independen (ijtihad) adalah penyokong fundamental kehidupan berdemokrasi.
Robert Hefner yang menelaah demokrasi di Indonesia menyimpulkan bahwa pemahaman
Islam yang pluralis dan madani justru menegaskan pentingnya demokrasi dan menolak
konsep negara Islam yang monolitik.
Dari kalangan muslim, penelitian Saiful Mujani berkesimpulan Islam yang dipahami
mayoritas Muslim Indonesia tidak bertentangan dengan ideal-ideal demokrasi. Bahkan pada
2015
3
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB
Inggar Saputra, S.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tingkat tertentu, Islam dapat mendukung penguatan budaya demokrasi. Penelitian ini
menegaskan akar persoalan menyandingkan demokrasi dan Islam adalah sejauh mana
usaha Muslim di Indonesia dalam memperjuangkan demokrasi
Dalam dua titik ekstrem itu, sesungguhnya ada pandangan baru yang lebih kritis,
yakni nilai demokrasi yang berasal dari Barat dapat diterima dengan segala kelebihan dan
kekurangannya. Pandangan ini lahir, sebab demokrasi dapat dikontekstualisasikan dengan
sprit ke-Islam dan budaya lokal sehingga tetap relevan diterapkan di dunia Islam khususnya
Indonesia. Seorang antropolog sosial, Hefner menjelaskan kunci mempertemukan
demokrasi dan Islam adalah adanya dialogis lintas kultural, yakni demokrasi tak hanya
dipertentangkan sebagai produk Barat melainkan wacana universal yang dapat dikaji secara
terus-menerus degan kandungan asosiasi sipil,
pers,
peradilan bebas,
distribusi
kesejahteraan dan kesempatan yan merata. Semua nilai itu, tegas Hefner tak dapat
dipaksakan kepada semua negara melainkan menyesuaikan tempat dan waktu.
Pendapat Hefner sejalan dengan data dari Democracy Index (2011) yang mencatat
demokrasi tak sepenuhnya sama di setiap negara (ada demokrasi penuh dan tidak penuh)
Saat ini ada setidaknya 25 negara di dunia yang menganut sistem demokrasi secara penuh
yakni Norwegia, islandia, Denmark, Swedia, Selandia Baru, Australia, Swiss, Kanada,
Finlandia, Belanda, Luksemburrg, Irlandia, Austria, Jerman, Malta, Republik Ceko, Uruguay,
Britania Raya, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Belgia, Mauritius, Spanyol dan
Kosta Rika.
Democracy Index juga memasukkan 53 negara di kategori berikutnya demokrasi
tidak penuh yakni Argentina, Benin, Bostwana, Brazil, Bulgaria, Tanjung Verde, Chili,
Kolombia, Kroasia, Siprus, Republik Dominika, El Salvador, Estonia, Prancis, Ghana,
Yunani, Guyana, Hongarisa, India, Indonesia, israel, Italia, Jamaika, Latvia, Lesotho,
Lithuania, Makedonia, Mali, Meksiko, Moldova, Mongolia, Montenegro, Namibia, Panama,
Papua Nugini, Paraguay, peru, Filipina, Polandia, Portugal, Rumania, Serbia, Slowakia,
Slovenia Afrika Selatan, Sri Lanka, Suriname, Timor Leste, Trinidad dan Tobago, Zambia
Secara umum demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana seluruh warga negara
yang memenuhi syarat dapat berpartisipasi secara sejajar baik langsung maupun tidak
langsung melalui perwakilan yang dipilih dalam pembangunan dan pembuatan undangundang. Demokrasi meliputi kesamaan sosial, agama, kultural, etnik dan ras, keadilan dan
kebebasan. Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani demokratia (kekuasaan oleh
rakyat) yang merupakan antites dari terma aristokratis (kekuasaan oleh kaum elite)
Walaupun secara teoretik berlawanan, tapi dalam tataran praktis empiris kedua istilah
semakin samar perbedaannya.
2015
4
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB
Inggar Saputra, S.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
John L. Esposito mengartikan demokrasi kekuasaan dari dan untuk rakyat. Oleh
karenanya, semuanya berhak untuk berpartisipasi, baik terlibat aktif maupun mengontrol
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, tentu saja lembaga resmi
pemerintah terdapat pemisahan yang jelas antara unsur eksekutif, legislatif, maupun
yudikatif.
Merriam (Webster Dictionary), yaitu sebagai pemerintahan oleh rakyat, khususnya
oleh mayoritas: pemerintahan dimana kekuasaan tertinggi tetap pada rakyat dan dilakukan
oleh rakyat baik secara langsung maupun tidak langsung melalui sebuah sistem perwakilan
yang biasanya dilakukan dengan cara mengadakan pemilu bebas secara periodik. Sidney
Hook menilai demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan
pemerintah yang penting secara langsung atau tidak didasarkan pada kesepakatan
mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
Samuel Huntington menegaskan Demokrasi ada jika para pembuat keputusan
kolektif yang paling kuat dalam sebuah sistem dipilih melalui suatu pemilihan umum yang
adil, jujur dan berkala dan di dalam sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh
suara dan hampir seluruh penduduk dewasa dapat memberikan suara.
Pada dasarnya demokrasi memiliki dua bentuk yakni demokrasi langsung dan
demokrasi perwakilan. Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi dimana
setiap rakyat memberikan suara atau pendapat mewakili dirinya sendiri dalam menentukan
suatu keputusan atau kebijakan dalam suatu negara yang berdampak secara langsng
terhadap situasi politik sebuah negara. Dalam demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memilih
perwakilan melalu pemilihan umum untuk menyampaikan pendapat dan mengambil
keputusan bagi mereka. Konteks Indonesia, demokrasi perwakilan tampak dari adanya
keberadaan lembaga legislatif, sehingga salah satu tujuan penting pemilu adalah memilih
anggota DPR, DPRD dan DPD.
Ada beberapa prinsip dari demokrasi yakni kedaulatan rakyat, pemerintahan
berdasarkan persetujuan dari yang diperintah, kekuasaan mayoritas, hak-hak minoritas,
jaminan HAM, pemilihan yang bebas, adil dan jujur, persamaan di depan hukum, proses
hukum yang wajar, pembatasan pemerintah secara konstitusional, pluralisme (sosial,
ekonomi dan politik) , nilai (toleransi, pragmatisme, kerja sama dan mufakat) Gagasan pokok
atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah pengakuan hakikat manusia
yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang sama dalam hubungan sosial.
Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat dua asas pokok demokrasi. Pertama,
pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil-wakil rakyat
untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
Kedua, pengakuan hakikat dan martabat manusia (misalnya: adanya tindakan pemerintah
untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama)
2015
5
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB
Inggar Saputra, S.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Demokrasi dan Islam
B. Demokrasi dan Islam
Pada dasarnya demokrasi dan Islam dalam beberapa hal menemukan titik temu.
Menurut Dr. Dhiyauddin ar Rais mengatakan ada beberapa persamaan demokrasi dan
Islam. Pertama, demokrasi seperti definisi Abraham Lincoln: dari rakyat dan untuk rakyat
pengertian itu pun ada di dalam sistem negara Islam dengan pengecualian rakyat harus
memahami Islam secara komprehensif. Kedua, demokrasi adalah adanya dasar-dasar politik
atau sosial tertentu (misalnya, asas persamaan di hadapan undang-undang, kebebasan
berpikir dan berkeyakinan, realisasi keadilan sosial, atau memberikan jaminan hak-hak
tertentu, seperti hak hidup dan bebas mendapat pekerjaan). Semua hak tersebut dijamin
dalam Islam.
Sementara itu, ulama Islam kontemporer Yusuf Al Qardhawi menilai subtansi
demokrasi sejalan dengan ajaran Islam terlihat dari beberapa hal seperti.dalam demokrasi
proses pemilihan melibatkan banyak orang untuk mengangkat seorang kandidat yang
berhak memimpin dan mengurus keadaan mereka. Tentu saja, mereka tidak boleh akan
memilih sesuatu yang tidak mereka sukai. Demikian juga dengan Islam. Islam menolak
seseorang menjadi imam shalat yang tidak disukai oleh makmum di belakangnya Selain itu
dalam demokrasi juga terdapat usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tiran.
Ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan prinsip amar makruf dan nahi mungkar
dalam memberikan nasihat kepada pemimpin.
Qardhawi mendukukung pendapatnya dengan hadits “Sebaik-baik imam kalian
adalah mereka yang kamu sukai dan menyukaimu, kamu doakan mereka dan mereka
mendoakanmu, kamu laknat mereka dan mereka melaknatmu. (HR. Muslim) Qardhawi
menegaskan jika dalam shalat Islam mengajurkan memilih imam yang disukai, apalagi
dalam masalah kehidupan dan politik.
Menurut Fatih Syuhud (2014) ada beberapa persamaan demokrasi dan Islam dalam
tiga unsur pokok berdasarkan petunjuk dan visi Al-Qur’an di satu sisi dan pewarisan
kepemimpinan sejak zaman Rasulullah SAW dan empat khalifah sesudahnya.
Pertama, aspek konstitusional. Pemerintahan Islam esensinya merupakan sebuah
pemerintahan yang konstitusional dimana konstitusi mewakili kesepakatan rakyat untuk
diatur oleh sebuah kerangka hak dan kewajiban yang ditentukan dan disepakati. Bagi
2015
6
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB
Inggar Saputra, S.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
seorang muslim, sumber konstitusi adalah Al-Qur’an, Hadits Rasulullah dan lainnya yang
dianggap relevan, efektif dan tak bertentangan dengan Islam. Tidak ada otoritas kecuali
rakyat yang memiliki hak untuk mempertahankan maupun mengubah konstitusi.
Bagaimanapun pemerintahan Islam adalah pemerintahan demokrasi yang egalitarian dan
pluralistik yang melibatkan partisipasi non-muslim dalam menjalankan pemerintahan. Kedua,
sistem
politik
Islam
adalah
partisipators
dimana
dalam
pembentukan
maupun
implementasinya, rakyat dilibatkan secara penuh melalui proses pemilihan populer. Umat
Islam dalam memanfaatkan pemilihan umum untuk melembagakan dan memperbaiki proses
yang dirasakan kurang dalam demokrasi itu sendiri.
Salah satu inti demokrasi adalah pemilihan umum. Negara yang menyatakan diri
menganut demokrasi pasti mengadakan pemilihan umum. Ada yang beranggapan bahwa
Pemungutan suara atau Pemilu adalah bentuk perampasan hak Allah Swt sebagai Hakim
karena dalam Pemilu keputusan ditentukan manusia, bukan Allah. Pernyataan ini kurang
tepat. Pertama, kita bicara tentang Pemilu di negeri muslim: kandidatnya muslim, pemilihnya
pun muslim dan keterlibatan non-muslim dalam proses itu sangat tidak signifikan. Maka
dibolehkan adanya campur tangan namusia untuk menentukan jalan hidupnya selama masih
dalam kaidah umum nash syariat Islam. Allah SWT berfirman,
”Hadirkanlah dua orang saksi yang adil di antara kamu”.(QS Ath Thalaq:2)
”Jika kamu khawatir adanya perselisihan antara keduanya, hendaklah kamu hadirkan
seorang hakim dari keluarga suami dan seorang hakim dari keluarga isteri”. (QS An Nisa:35)
Jika diperhatikan dengan seksama Pemilu atau pemungutan suara menurut Islam
adalah pemberian kesaksian terhadap kelayakan calon pejabat negara atau calon anggota
dewan. Oleh karena itu, si pemilih harus punya kelayakan sebagai seorang saksi adil dan
baik perilakunya sehingga orang banyak ridha kepadanya.
2015
7
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB
Inggar Saputra, S.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penerapan Sistem Demokrasi
C. Penerapan Demokrasi Dalam Ajaran Islam
Kehidupan berdemokrasi sesungguhnya sudah diterapkan dalam Islam sejak masa
kepemimpinan Rasulullah. Usai hijrah ke Madihan, Rasulullah mengangkat Bilal bin Rabah,
seorang budak kulit hitam untuk menjadi seorang muadzin. Diangkatnya Builal menjadi bukti
Rasulullah tak diskriminatif dalam memandang seseorang. Ketika beliau membentuk negara
pertama kali dalam Islam, yaitu negara Madinah yang multi agama. Beliau tidak
menggunakan Al Quran sebagai konstitusi negara Madinah. Karena Al Quran hanya berlaku
bagi orang-orang yang mempercayainya, yaitu kaum muslimin. Beliau menyusun “Piagam
Madinah” berdasarkan kesepakatan dengan orang-orang Yahudi sebagai konstitusi negara
Madinah. Pada masa negara Madinah ini pula beliau mengenalkan konsep “bangsa” (al
ummah) sebagai satu kesatuan warga negara Madinah tanpa membedakan asal-usul suku.
Rasulullah SAW juga mendirikan negara Madinah berdasarkan kontrak sosial (al ‘aqd
al ijtima’i) antara kaum muslimin dengan kaum Yahudi, Kristen, dan lainnya yang berdiam di
Madinah. Piagam Madinah berisi prinsip-prinsip interaksi antar pemeluk agama; saling
membantu menghadapi musuh yang menyerang negara Madinah, menegakkan keadilan
dan membela orang yang teraniaya, saling menasehati, dan menghormati kebebasan
beragama. Sewaktu Perang Badar, beliau juga menanggalkan pendapatnya dan mengambil
pendapat sahabatnya dalam menyusun strategi perang yang jitu. Kejadian serupa terjadi
dalam perang Khandaq, dimana Rasulullah SAW menerima pendapat Salman l Farisi untuk
menggali parit supaya musuh tak dapat menembus pertahanan kaum muslimin, sehingga
akhirnya kaum muslimin mampu mendapatkan kemenangan.
Ketika Rasulullah SAW wafat, penerapan demokrasi dijalankan generasi sahabat.
Pemilihan Abu Bakar ra misalnya melalui proses musyawarah muafakat sehingga
kepemimpinannya membuat umat Islam tetap bersatu sebab Abu Bakar mendapatkan
dukungan mayoritas umat Islam. Dalam pemilihan Umar, ditunjuklah enam orang sahabat
untuk menetap pengganti khalifah, para sahabat kemudian memilih Umar. Dewasa ini pun
demokrasi di negara Islam berjalan cukup baik dimana tercerminkan dalam pemilihan umum
Palestina dan Turki yang memenangkan partai politik Islam yakni HAMAS dan AK Party.
2015
8
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB
Inggar Saputra, S.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kesimpulan
Keberhasilan Indonesia mengubah sistem politik dari otoritarianisme menuju
demokrasi dan melewati era transisi demokrasi secara relatif damai telah membawa negara
ini menjadi sebuah kekuatan baru demokrasi dunia yang diperhitungkan. Sebagai negara
berpenduduk mayoritas Muslim, Indonesia dapat disebut contoh utama, kalau bukan satusatunya, yang berhasil menjadikan Islam dan demokrasi sebagai dua sejoli yang tak
terpisahkan satu-sama lain.
Islam sebagai agama mayoritas, telah memainkan peran yang signifikan dalam
mendorong demokratisasi di Indonesia. Individu-individu dan kelompok-kelompok civil
society Islam, seperti NU dan Muhammadiyah, telah berkontribusi terhadap upaya untuk
mempromosikan kebaikan dari gagasan demokrasi di kalangan umat Islam serta
mempertahankan kemandirian civil society sebagai pilar utama penyangga keseimbangan
negara demokratis, selain negara dan pasar.
Masa depan demokrasi di Indonesia akan banyak ditentukan oleh usaha-usaha umat
Islam dalam mengembangkan dan menjaga konsolidasi demokrasi baik pada level
kesadaran maupun praktik-praktik demokratis di dua aras: negara dan masyarakat. Tulisan
ini mencoba memotret bagaimana peran kelompok Islam, khususnya, kelompok muda yang
memiliki basis tradisi pesantren, dalam mendorong pengembangan, penguatan, dan
konsolidasi demokrasi di Indonesia.
Bagaimanapun Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia diharapkan
mampu menjadi pelopor negara dengan kehidupan yang demokratis. Sebab dibandingkan
negara lainnya yang harus berkonflik panjang demi mencapai kehidupan demokratis,
pengalaman Indonesia sedikit berbeda. Usai reformasi 1998, penerapan nilai demokrasi di
Indonesia berjalan damai, tanpa kekerasan dan pemimpin yang terpilih mendapatkan
dukungan rakyat dalam menjalankan pemerintahannya.
Jika demokrasi di
Indonesia berjalan baik, bukan tak mungkin Indonesia akan
menjadi teladan berdemokrasi yang santun dan penuh etika. Ini juga akan berdampak
sangat baik kepada negara muslim lain yang sedang mencapai kehidupan demokratis
seperti Mesir, Tunisia, Suriah dan lainnya yang sedang menghadapi fenomena Arab Spring.
2015
9
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB
Inggar Saputra, S.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
M. Arief. Hakim “Hefner : Islam dan Demokrasi” dalam Jurnal Perta, Vol. VI/No. 02/2003
Fatih Syuhud “Islam dan Demokrasi” 22 Juni 2014 dalam ww w.fatihsyuhud.net
Wilson, N. G. 2006, “Encylopedia of Ancient Greece” Routledge: New York
Saiful Mujani, 2007. “Muslim demokrat: Islam, budaya demokrasi, dan partisipasi politik
di Indonesia pasca Orde Baru” Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Pippa Norris dan Ronald Inglehart, 2002. “Islam and the West” Cambridge, MA:
Research Programs, John F. Kennedy School of Government, Harvard University,
USA
John L. Esposito and John Obert Voll, 1996. ”islam and democracy” Oxford University
Press: UK
Robert W. Hefner, 2002.”Civil Islam: Muslims and democratization in Indonesia”,
Princeton, New Jersey: Princeton University Press
2015
10
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB
Inggar Saputra, S.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download