MODUL PERKULIAHAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB Islam dan Demokrasi Fakultas Program Studi Ilmu Komputer Sistem Informatika Tatap Muka 13 Kode MK Disusun Oleh 90004 Inggar Saputra, S.Pd Abstract Kompetensi Islam dan demokrasi harus dipahami Memahami Islam dan demokrasi dengan baik. dengan baik dan benar. Pendahuluan Latar Belakang Demokrasi adalah sebuah sistem kehidupan yang dikenalkan bangsa Barat dengan akarnya yang berasal dari kehidupan Yunani kuno. Sejak pertama kali dikenalkan bangsa Yunani, demokrasi pada awalanya dikembangkan sebagai sistem dari, oleh dan untuk rakyat. Konsepsi demokrasi, ditujukan agar tercipta suatu bangunan pemikiran dan realitas yang bertujuan menyejahterakan masyarakat. Untuk itu, demokrasi diterima banyak bangsa di dunia ini. Walau terkadang, dalam skala tertentu terdapat penyimpangan dalam penerapan demokrasi sebagai akibat pemaksaan sistem demokrasi itu sendiri kepada masyarakat dalam sebuah negara yang belum siap menerapkannya. Sejatinya sistem dari Barat, kehadiran demokrasi tidak terlepaskan dari sumber dasarnya yakni kapitalisme. Jika dalam sistem ekonomi, paham kapitalisme melahirkan liberalisme, maka demokrasi adalah perwujudan sistem kapiralisme dalam sektor politik. Secara utuh, demokrasi yang dikenalkan kepada semua negara termasuk Indonesia sangat kuat muatan kepentingan bagaimana sebuah negara diarahkan kepada kehidupan global dengan tujuan mengikuti keinginan negara Barat (yang notabene negara maju) yang memiliki banyak kepentingan dengan negara berkembang. Demokrasi dalam penerapannya dijadikan “alat peras” negara Barat untuk memaksakan kepentingan politiknya terhadap banyak negara berkembang seperti yang terjadi pada kasus Irak, Syria, Tuniaia dan beberapa negara lainnya. Dengan dua sisi demokrasi di atas, sesungguhnya kita akan dapat menarik sebuah asumsi bahwa demokrasi bukanlah sistem yang sempurna. Islam tetap menjadi sebuah panduan terbaik dalam menjalankan kehidupan dunia dan akhirat. Meski begitu demokrasi memiliki beberapa persamaan dengan Islam sehingga dapat disinergiskan dalam mencapai kehidupan sebuah negara yang Islami. Dengan menjadikan demokrasi sebagai alat, bukan tujuan, maka umat Islam dapat memaksimalkan demokrasi untuk kepentingan dan kemasahatan umat Islam sebagaimana terjadi dalam kemenangan gerakan Islam HAMAS D dalam Pemilu di Palestina (2006). Demokrasi juga dapat difungsikan sebagai sarana mencapai kesejahteraan dan merebut simpati rakyat sebuah negara sehingga negara tersebut mampu memiliki daya tawar dalam internal negaranya maupun secara global sebagaimana dicontohkan AKP Party di Turki. 2015 2 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB Inggar Saputra, S.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Hakekat Demokrasi A. Pengertian Demokrasi Memperbincangkan demokrasi dalam konteks keterkaitan dengan Islam tentunya tidak akan terlepaskan dari panggung pergulatan politik, negara dan kekuasaan serta bagaimana semua itu dapat direalisasikan sesuai kehidupan dan semangat Islam. Ini penting, sebab sampai sekarang masih berkembang wacana dalam pemikiran umat Islam, bahwa demokrasi adalah produk Barat yang tak sesuai dengan ajaran Islam dan merupakan proyek imperalisme Barat yang dipenuhi retorika manis, enak dan menarik namun sesungguhnya utopis dan tak lebih dari sekedar anak kandung kapitalisme yang mengglobal. Padahal dalam demokrasi terkandung beberapa nilai kebaikan seperti pengakuan persamaan, kebebasan berpendapat dan berekspresi, adanya keadilan, dipenuhinya nilai tolerasi dan partisipasi sebagaimana terkandung pula dalam Islam. Dalam konteks ekstrimisme pemikiran itu, tak hanya terjadi di kalangan dunia muslim melainkan juga berkembang di kalangan pemikir Barat, seperti Huntington, Lewsi, 1993), Kedourie (1994), Lipset (1994), dan Gellner (1994) yang menilai kebudayaan Islam tak mampu mendukung kehidupan yang demokratis. Tapi belakangan, pendapat Islam bertentangan dengan demokrasi mulai mendapatkan penolakan, sebagaimana ditegaskan Norris dan Inglehart (2002) yang berdasarkan analisisnya terhadap hasil laporan survei World Values Study, selama tahun 1995-2001, menyimpulkan bahwa masyarakat Muslim dan non-Muslim pada dasarnya memiliki pandangan politik yang nyaris sama tentang bagaimana memahami demokrasi. Sarjana Barat lain, seperti Esposito dan Voll juga menyatakan demokrasi bukanlah monopoli budaya Amerika atau Barat, tapi juga dikandung budaya lain, termasuk Islam. Keduanya menilai jika demokrasi dan Islam dipahami dengan fleksibel dan kontekstual, maka akan mampu berjalan dengan bersaman dan penuh kedamaian. Bagaimanapun prinsip-prinsip ajaran Islam tentang musyawarah (syura), mufakat (ijma’) dan pemikiran rasional dan independen (ijtihad) adalah penyokong fundamental kehidupan berdemokrasi. Robert Hefner yang menelaah demokrasi di Indonesia menyimpulkan bahwa pemahaman Islam yang pluralis dan madani justru menegaskan pentingnya demokrasi dan menolak konsep negara Islam yang monolitik. Dari kalangan muslim, penelitian Saiful Mujani berkesimpulan Islam yang dipahami mayoritas Muslim Indonesia tidak bertentangan dengan ideal-ideal demokrasi. Bahkan pada 2015 3 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB Inggar Saputra, S.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tingkat tertentu, Islam dapat mendukung penguatan budaya demokrasi. Penelitian ini menegaskan akar persoalan menyandingkan demokrasi dan Islam adalah sejauh mana usaha Muslim di Indonesia dalam memperjuangkan demokrasi Dalam dua titik ekstrem itu, sesungguhnya ada pandangan baru yang lebih kritis, yakni nilai demokrasi yang berasal dari Barat dapat diterima dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Pandangan ini lahir, sebab demokrasi dapat dikontekstualisasikan dengan sprit ke-Islam dan budaya lokal sehingga tetap relevan diterapkan di dunia Islam khususnya Indonesia. Seorang antropolog sosial, Hefner menjelaskan kunci mempertemukan demokrasi dan Islam adalah adanya dialogis lintas kultural, yakni demokrasi tak hanya dipertentangkan sebagai produk Barat melainkan wacana universal yang dapat dikaji secara terus-menerus degan kandungan asosiasi sipil, pers, peradilan bebas, distribusi kesejahteraan dan kesempatan yan merata. Semua nilai itu, tegas Hefner tak dapat dipaksakan kepada semua negara melainkan menyesuaikan tempat dan waktu. Pendapat Hefner sejalan dengan data dari Democracy Index (2011) yang mencatat demokrasi tak sepenuhnya sama di setiap negara (ada demokrasi penuh dan tidak penuh) Saat ini ada setidaknya 25 negara di dunia yang menganut sistem demokrasi secara penuh yakni Norwegia, islandia, Denmark, Swedia, Selandia Baru, Australia, Swiss, Kanada, Finlandia, Belanda, Luksemburrg, Irlandia, Austria, Jerman, Malta, Republik Ceko, Uruguay, Britania Raya, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Belgia, Mauritius, Spanyol dan Kosta Rika. Democracy Index juga memasukkan 53 negara di kategori berikutnya demokrasi tidak penuh yakni Argentina, Benin, Bostwana, Brazil, Bulgaria, Tanjung Verde, Chili, Kolombia, Kroasia, Siprus, Republik Dominika, El Salvador, Estonia, Prancis, Ghana, Yunani, Guyana, Hongarisa, India, Indonesia, israel, Italia, Jamaika, Latvia, Lesotho, Lithuania, Makedonia, Mali, Meksiko, Moldova, Mongolia, Montenegro, Namibia, Panama, Papua Nugini, Paraguay, peru, Filipina, Polandia, Portugal, Rumania, Serbia, Slowakia, Slovenia Afrika Selatan, Sri Lanka, Suriname, Timor Leste, Trinidad dan Tobago, Zambia Secara umum demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana seluruh warga negara yang memenuhi syarat dapat berpartisipasi secara sejajar baik langsung maupun tidak langsung melalui perwakilan yang dipilih dalam pembangunan dan pembuatan undangundang. Demokrasi meliputi kesamaan sosial, agama, kultural, etnik dan ras, keadilan dan kebebasan. Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani demokratia (kekuasaan oleh rakyat) yang merupakan antites dari terma aristokratis (kekuasaan oleh kaum elite) Walaupun secara teoretik berlawanan, tapi dalam tataran praktis empiris kedua istilah semakin samar perbedaannya. 2015 4 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB Inggar Saputra, S.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id John L. Esposito mengartikan demokrasi kekuasaan dari dan untuk rakyat. Oleh karenanya, semuanya berhak untuk berpartisipasi, baik terlibat aktif maupun mengontrol kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, tentu saja lembaga resmi pemerintah terdapat pemisahan yang jelas antara unsur eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Merriam (Webster Dictionary), yaitu sebagai pemerintahan oleh rakyat, khususnya oleh mayoritas: pemerintahan dimana kekuasaan tertinggi tetap pada rakyat dan dilakukan oleh rakyat baik secara langsung maupun tidak langsung melalui sebuah sistem perwakilan yang biasanya dilakukan dengan cara mengadakan pemilu bebas secara periodik. Sidney Hook menilai demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa. Samuel Huntington menegaskan Demokrasi ada jika para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sebuah sistem dipilih melalui suatu pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala dan di dalam sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir seluruh penduduk dewasa dapat memberikan suara. Pada dasarnya demokrasi memiliki dua bentuk yakni demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan. Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi dimana setiap rakyat memberikan suara atau pendapat mewakili dirinya sendiri dalam menentukan suatu keputusan atau kebijakan dalam suatu negara yang berdampak secara langsng terhadap situasi politik sebuah negara. Dalam demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memilih perwakilan melalu pemilihan umum untuk menyampaikan pendapat dan mengambil keputusan bagi mereka. Konteks Indonesia, demokrasi perwakilan tampak dari adanya keberadaan lembaga legislatif, sehingga salah satu tujuan penting pemilu adalah memilih anggota DPR, DPRD dan DPD. Ada beberapa prinsip dari demokrasi yakni kedaulatan rakyat, pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah, kekuasaan mayoritas, hak-hak minoritas, jaminan HAM, pemilihan yang bebas, adil dan jujur, persamaan di depan hukum, proses hukum yang wajar, pembatasan pemerintah secara konstitusional, pluralisme (sosial, ekonomi dan politik) , nilai (toleransi, pragmatisme, kerja sama dan mufakat) Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah pengakuan hakikat manusia yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang sama dalam hubungan sosial. Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat dua asas pokok demokrasi. Pertama, pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil-wakil rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Kedua, pengakuan hakikat dan martabat manusia (misalnya: adanya tindakan pemerintah untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama) 2015 5 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB Inggar Saputra, S.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Demokrasi dan Islam B. Demokrasi dan Islam Pada dasarnya demokrasi dan Islam dalam beberapa hal menemukan titik temu. Menurut Dr. Dhiyauddin ar Rais mengatakan ada beberapa persamaan demokrasi dan Islam. Pertama, demokrasi seperti definisi Abraham Lincoln: dari rakyat dan untuk rakyat pengertian itu pun ada di dalam sistem negara Islam dengan pengecualian rakyat harus memahami Islam secara komprehensif. Kedua, demokrasi adalah adanya dasar-dasar politik atau sosial tertentu (misalnya, asas persamaan di hadapan undang-undang, kebebasan berpikir dan berkeyakinan, realisasi keadilan sosial, atau memberikan jaminan hak-hak tertentu, seperti hak hidup dan bebas mendapat pekerjaan). Semua hak tersebut dijamin dalam Islam. Sementara itu, ulama Islam kontemporer Yusuf Al Qardhawi menilai subtansi demokrasi sejalan dengan ajaran Islam terlihat dari beberapa hal seperti.dalam demokrasi proses pemilihan melibatkan banyak orang untuk mengangkat seorang kandidat yang berhak memimpin dan mengurus keadaan mereka. Tentu saja, mereka tidak boleh akan memilih sesuatu yang tidak mereka sukai. Demikian juga dengan Islam. Islam menolak seseorang menjadi imam shalat yang tidak disukai oleh makmum di belakangnya Selain itu dalam demokrasi juga terdapat usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tiran. Ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan prinsip amar makruf dan nahi mungkar dalam memberikan nasihat kepada pemimpin. Qardhawi mendukukung pendapatnya dengan hadits “Sebaik-baik imam kalian adalah mereka yang kamu sukai dan menyukaimu, kamu doakan mereka dan mereka mendoakanmu, kamu laknat mereka dan mereka melaknatmu. (HR. Muslim) Qardhawi menegaskan jika dalam shalat Islam mengajurkan memilih imam yang disukai, apalagi dalam masalah kehidupan dan politik. Menurut Fatih Syuhud (2014) ada beberapa persamaan demokrasi dan Islam dalam tiga unsur pokok berdasarkan petunjuk dan visi Al-Qur’an di satu sisi dan pewarisan kepemimpinan sejak zaman Rasulullah SAW dan empat khalifah sesudahnya. Pertama, aspek konstitusional. Pemerintahan Islam esensinya merupakan sebuah pemerintahan yang konstitusional dimana konstitusi mewakili kesepakatan rakyat untuk diatur oleh sebuah kerangka hak dan kewajiban yang ditentukan dan disepakati. Bagi 2015 6 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB Inggar Saputra, S.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id seorang muslim, sumber konstitusi adalah Al-Qur’an, Hadits Rasulullah dan lainnya yang dianggap relevan, efektif dan tak bertentangan dengan Islam. Tidak ada otoritas kecuali rakyat yang memiliki hak untuk mempertahankan maupun mengubah konstitusi. Bagaimanapun pemerintahan Islam adalah pemerintahan demokrasi yang egalitarian dan pluralistik yang melibatkan partisipasi non-muslim dalam menjalankan pemerintahan. Kedua, sistem politik Islam adalah partisipators dimana dalam pembentukan maupun implementasinya, rakyat dilibatkan secara penuh melalui proses pemilihan populer. Umat Islam dalam memanfaatkan pemilihan umum untuk melembagakan dan memperbaiki proses yang dirasakan kurang dalam demokrasi itu sendiri. Salah satu inti demokrasi adalah pemilihan umum. Negara yang menyatakan diri menganut demokrasi pasti mengadakan pemilihan umum. Ada yang beranggapan bahwa Pemungutan suara atau Pemilu adalah bentuk perampasan hak Allah Swt sebagai Hakim karena dalam Pemilu keputusan ditentukan manusia, bukan Allah. Pernyataan ini kurang tepat. Pertama, kita bicara tentang Pemilu di negeri muslim: kandidatnya muslim, pemilihnya pun muslim dan keterlibatan non-muslim dalam proses itu sangat tidak signifikan. Maka dibolehkan adanya campur tangan namusia untuk menentukan jalan hidupnya selama masih dalam kaidah umum nash syariat Islam. Allah SWT berfirman, ”Hadirkanlah dua orang saksi yang adil di antara kamu”.(QS Ath Thalaq:2) ”Jika kamu khawatir adanya perselisihan antara keduanya, hendaklah kamu hadirkan seorang hakim dari keluarga suami dan seorang hakim dari keluarga isteri”. (QS An Nisa:35) Jika diperhatikan dengan seksama Pemilu atau pemungutan suara menurut Islam adalah pemberian kesaksian terhadap kelayakan calon pejabat negara atau calon anggota dewan. Oleh karena itu, si pemilih harus punya kelayakan sebagai seorang saksi adil dan baik perilakunya sehingga orang banyak ridha kepadanya. 2015 7 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB Inggar Saputra, S.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Penerapan Sistem Demokrasi C. Penerapan Demokrasi Dalam Ajaran Islam Kehidupan berdemokrasi sesungguhnya sudah diterapkan dalam Islam sejak masa kepemimpinan Rasulullah. Usai hijrah ke Madihan, Rasulullah mengangkat Bilal bin Rabah, seorang budak kulit hitam untuk menjadi seorang muadzin. Diangkatnya Builal menjadi bukti Rasulullah tak diskriminatif dalam memandang seseorang. Ketika beliau membentuk negara pertama kali dalam Islam, yaitu negara Madinah yang multi agama. Beliau tidak menggunakan Al Quran sebagai konstitusi negara Madinah. Karena Al Quran hanya berlaku bagi orang-orang yang mempercayainya, yaitu kaum muslimin. Beliau menyusun “Piagam Madinah” berdasarkan kesepakatan dengan orang-orang Yahudi sebagai konstitusi negara Madinah. Pada masa negara Madinah ini pula beliau mengenalkan konsep “bangsa” (al ummah) sebagai satu kesatuan warga negara Madinah tanpa membedakan asal-usul suku. Rasulullah SAW juga mendirikan negara Madinah berdasarkan kontrak sosial (al ‘aqd al ijtima’i) antara kaum muslimin dengan kaum Yahudi, Kristen, dan lainnya yang berdiam di Madinah. Piagam Madinah berisi prinsip-prinsip interaksi antar pemeluk agama; saling membantu menghadapi musuh yang menyerang negara Madinah, menegakkan keadilan dan membela orang yang teraniaya, saling menasehati, dan menghormati kebebasan beragama. Sewaktu Perang Badar, beliau juga menanggalkan pendapatnya dan mengambil pendapat sahabatnya dalam menyusun strategi perang yang jitu. Kejadian serupa terjadi dalam perang Khandaq, dimana Rasulullah SAW menerima pendapat Salman l Farisi untuk menggali parit supaya musuh tak dapat menembus pertahanan kaum muslimin, sehingga akhirnya kaum muslimin mampu mendapatkan kemenangan. Ketika Rasulullah SAW wafat, penerapan demokrasi dijalankan generasi sahabat. Pemilihan Abu Bakar ra misalnya melalui proses musyawarah muafakat sehingga kepemimpinannya membuat umat Islam tetap bersatu sebab Abu Bakar mendapatkan dukungan mayoritas umat Islam. Dalam pemilihan Umar, ditunjuklah enam orang sahabat untuk menetap pengganti khalifah, para sahabat kemudian memilih Umar. Dewasa ini pun demokrasi di negara Islam berjalan cukup baik dimana tercerminkan dalam pemilihan umum Palestina dan Turki yang memenangkan partai politik Islam yakni HAMAS dan AK Party. 2015 8 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB Inggar Saputra, S.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kesimpulan Keberhasilan Indonesia mengubah sistem politik dari otoritarianisme menuju demokrasi dan melewati era transisi demokrasi secara relatif damai telah membawa negara ini menjadi sebuah kekuatan baru demokrasi dunia yang diperhitungkan. Sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim, Indonesia dapat disebut contoh utama, kalau bukan satusatunya, yang berhasil menjadikan Islam dan demokrasi sebagai dua sejoli yang tak terpisahkan satu-sama lain. Islam sebagai agama mayoritas, telah memainkan peran yang signifikan dalam mendorong demokratisasi di Indonesia. Individu-individu dan kelompok-kelompok civil society Islam, seperti NU dan Muhammadiyah, telah berkontribusi terhadap upaya untuk mempromosikan kebaikan dari gagasan demokrasi di kalangan umat Islam serta mempertahankan kemandirian civil society sebagai pilar utama penyangga keseimbangan negara demokratis, selain negara dan pasar. Masa depan demokrasi di Indonesia akan banyak ditentukan oleh usaha-usaha umat Islam dalam mengembangkan dan menjaga konsolidasi demokrasi baik pada level kesadaran maupun praktik-praktik demokratis di dua aras: negara dan masyarakat. Tulisan ini mencoba memotret bagaimana peran kelompok Islam, khususnya, kelompok muda yang memiliki basis tradisi pesantren, dalam mendorong pengembangan, penguatan, dan konsolidasi demokrasi di Indonesia. Bagaimanapun Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia diharapkan mampu menjadi pelopor negara dengan kehidupan yang demokratis. Sebab dibandingkan negara lainnya yang harus berkonflik panjang demi mencapai kehidupan demokratis, pengalaman Indonesia sedikit berbeda. Usai reformasi 1998, penerapan nilai demokrasi di Indonesia berjalan damai, tanpa kekerasan dan pemimpin yang terpilih mendapatkan dukungan rakyat dalam menjalankan pemerintahannya. Jika demokrasi di Indonesia berjalan baik, bukan tak mungkin Indonesia akan menjadi teladan berdemokrasi yang santun dan penuh etika. Ini juga akan berdampak sangat baik kepada negara muslim lain yang sedang mencapai kehidupan demokratis seperti Mesir, Tunisia, Suriah dan lainnya yang sedang menghadapi fenomena Arab Spring. 2015 9 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB Inggar Saputra, S.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka M. Arief. Hakim “Hefner : Islam dan Demokrasi” dalam Jurnal Perta, Vol. VI/No. 02/2003 Fatih Syuhud “Islam dan Demokrasi” 22 Juni 2014 dalam ww w.fatihsyuhud.net Wilson, N. G. 2006, “Encylopedia of Ancient Greece” Routledge: New York Saiful Mujani, 2007. “Muslim demokrat: Islam, budaya demokrasi, dan partisipasi politik di Indonesia pasca Orde Baru” Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Pippa Norris dan Ronald Inglehart, 2002. “Islam and the West” Cambridge, MA: Research Programs, John F. Kennedy School of Government, Harvard University, USA John L. Esposito and John Obert Voll, 1996. ”islam and democracy” Oxford University Press: UK Robert W. Hefner, 2002.”Civil Islam: Muslims and democratization in Indonesia”, Princeton, New Jersey: Princeton University Press 2015 10 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB Inggar Saputra, S.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id