gambaran karakteristik responden dengan kejadian disfungsi ereksi

advertisement
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
GAMBARAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN KEJADIAN
DISFUNGSI EREKSI PADA LAKI-LAKI PENDERITA DIABETES
MELLITUS DI KOTA SEMARANG
Diana Kusmi Tridiantari*), Lintang Dian Saraswati**), Ari Udiyono**)
*) Mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Diponegoro
**) Dosen Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Diponegoro
Email : [email protected]
Abstract : Erectile dysfunction is one of the most common sexual dysfunction in
males that causes other sexual function disorder. The causes are multifactorial
one of them is unmodifiable factor as age, education and employment. The
purpose of this study was to describe the characteristics of responden related to
the incidence of erectile dysfunction among patients with diabetes mellitus. This
cross-sectional study was conducted in February 2017 at diabetic man in
Tlogosari Kulon Community Health Center, Semarang City. There were 122 male
respondents with diabetes who meet the admission criteria as research subjects.
The sample was selected by total sampling. The results showed that the
characteristics of respondents were aged >45 years (91%); completed high
school education (50%); and entrepreneur (30.3%). This study concluded that
characteristics of responden includes on aged >45 yeras, completed high school
education and entrepreneur is high. The primary health centers are suggested to
carry out health promotion about the importance of respondents characteristics to
determine sexual function in diabetes mellitus in order to prevent complications of
diabetes.
Keyword
: Erectile dysfunction, age, education dan employment, DM
96
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
PENDAHULUAN
Disfungsi ereksi adalah salah
satu gangguan fungsi seksual pada
laki-laki yang paling sering ditemukan
dan
sering
kali
menyebabkan
gangguan fungsi seksual lainnya.
Salah satu faktor penyebab disfungsi
ereksi adalah faktor yang tidak dapat
dirubah seperti usia dan karakteristik
penduduk seperti pendidikan dan
pekerjaan. Prevalensi disfungsi ereksi
secara gobal adalah 20-40% pada pria
berusia 60-69 tahun. Sedangkan
prevalensi
di
Indonesia
belum
diketahui secara tepat.1 Etiologi
disfungsi ereksi pada pria adalah
multifaktorial salah satunya adalah
faktor
biologis
seperti
diabetes
mellitus.
Diabetes
menyebabkan
masalah kesehatan reproduksi yang
dapat menimbulkan pengaruh buruk
terhadap potensi seksual laki-laki. Pria
dengan diabetes melitus (DM) memiliki
risiko dua kali lipat untuk terjadi
disfungsi ereksi.2 Prevalensi disfungsi
ereksi pada pria diabetes sebesar 45,8
% lebih tinggi daripada pada penderita
non diabetes 24,1 %.3
Kota Semarang, prevalensi
diabetes
mellitus
pada
laki-laki
sebesar 5,6%. Dari keseluruhan kasus
DM di Kota Semarang, prevalensi
terbesar berasal dari puskesmas
Tlogosari Kulon. Trend kasus penyakit
DM sejak tahun 2014 – 2016 selalu
mengalami peningkatan yaitu masingmasing sebesar 1,5 %, 1,59 %, dan
3,7 %.4 5
Disfungsi ereksi pada lakilaki merupakan masalah yang masih
jarang dipelajari dan hubungan faktor
risikonya belum banyak diteliti padahal
dapat berefek besar pada kualitas
hidup (quality of life) seseorang.
Sehingga peneliti
tertarik untuk
meneliti
gambaran
karakteristik
responden dengan kejadian disfungsi
ereksi
pada
laki-laki
penderita
Diabetes Melitus di Puskesmas
Tlogosari Kulon Kota Semarang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
rancangan deskriptif dengan desain
cross sectional. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk membuat gambaran
karakteritik responden yang meliputi
usia, pendidikan dan pekerjaan.
Penelitian dilaksanakan di Wilayah
Kerja Puskesmas Tlogosari Kulon
Kota Semarang Tahun 2017. Sampel
pada penelitian ini sebanyak 122
responden dengan penarikan sampel
menggunakan metode total sampling.
Sample diambil dari warga yang
bertempat
tinggal
diwilayah
Puskesmas Tlogosari Kulon Kota
Semarang.
Penelitian
dilakukan
dengan cara kunjungan kerumah
(home visit) masing-masing responden
berdasar alamat yang didapatkan dari
Puskesmas. Analisis data yang
dilakukan analisis univariat, yaitu
analisis
yang
digunakan
untuk
mendeskripsikan
masing-masing
variabel. Analisis univariat yang
dilakukan yaitu analisis distribusi
frekuensi. Variabel dalam penelitian ini
adalah status disfungsi ereksi, usia,
pendidikan dan pekerjaan. Sumber
data adalah data primer yaitu
wawancara
langsung
dengan
responden dan data sekunder yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan kota
Semarang Tahun 2015 dan data
Puskesmas Tlogosari Kulon tahun
2014-2016.
Instrumen
dalam
penelitian ini adalah kuesioner.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian berdasarkan
faktor-faktor terkait kejadian disfungsi
ereksi terhadap 122 laki-laki penderita
diabetes mellitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Tlogosari Kulon dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel
1:
Proporsi
Distribusi
Frekuensi Karakteristik Responden
97
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Varibel Penelitian
f
%
Usia
> 45 tahun
111 91,0%
36 – 45 tahun
9
7,4%
25 – 35 tahun
2
1,6%
Tingkat
Pendidikan
1. SD
25 20,5%
19 15,6%
2. SMP
61 50,0%
3. SMA
4. ST/PT/Akademi
17 13,9%
Tingkat Pekerjaan
1. Petani
4
3,3%
2. BuruhBangunan
5
4,1%
3. Sopir
15 12,3%
4. PNS
11
9,0%
5. Pegawai Swasta
7
5,7%
4
3,3%
6. Pedagang
17 13,9%
7. Tidak Bekerja
22 18,0%
8. Pensiun
9. Wiraswasta
37 30,3%
Pada tabel 1, diketahui bahwa
proporsi usia terbesar ditemukan pada
usia > 45 tahun. Proporsi tingkat
pendidikan paling tinggi yaitu SMA dan
pekerjaan
terbanyak
adalah
wiraswasta.
Tabel 2 : Distribusi Frekuensi
Responden
Menurut
Status
Disfungsi Ereksi
Status
f
%
Disfungsi
Ereksi
Normal
19
15,6%
Disfungsi Ereksi
103
84,4%
Jumlah
122
100%
Berdasarkan tabel 2 dapat
diketahui
presentase
terbesar
didapatkan pada responden yang
mengalami disfungsi ereksi.
PEMBAHASAN
Proporsi Kejadian Disfungsi Ereksi
Meningkat dengan Bertambahnya
Umur
Berdasarkan hasil penelitian
memperlihatkan
bahwa
sebagian
besar yang mengalami disfungsi
ereksi adalah responden berusia ≥46
tahun. Risiko terjadinya disfungsi
ereksi pada usia ≥46 tahun lebih tinggi
dibandingkan usia <46 tahun. Hal ini
disebabkan karena gangguan pada
poros
hipotalamus-hiposisisgonadyang menyokong terjadinya
kadar testosteron.6 Hasil penelitian ini
sejalan berdasarkan dengan studi
yang dilakukan menunjukkan bahwa
fungsi ereksi berkorelasi dengan usia
(p<0.001).7
Data epidemiologi berdasar
studi yang dilakulan di Eropa
sebanyak lima belas studi, Amerika
Serikat sebanyak lima studi, Asia
sebanyak dua studi dan Australia
sebanyak satu studi pada tahun 2002
menyatakan
bahwa
rata-rata
prevalensi disfungsi ereksi berkisar
antara 2% pada pria berusia kurang
dari 40 tahun sampai 86% pada pria
berusia 80 tahun ke atas. Hal ini
menunjukkan prevalensi disfungsi
ereksi meningkat secara signifikan
pada peningkatan usia.8
Semakin
tua
seseorang
menyebabkan penurunan sintesis
oksida nitrat. Akibatnya berkurangnya
ketersediaan oksida nitrat sehingga
terjadi gangguan fungsi endotel yang
dapat menyebabkan disfungsi ereksi.9
Proporsi Kejadian Disfungsi Ereksi
Meningkat
dengan
Tingkat
Pendidikan yang Rendah dan
Tingkat Pekerjaan yang Berat
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
kejadian
disfungsi
ereksi
paling
banyak
ditemukan pada responden yang
berpendidikan tamat SD. Hal ini
sejalan dengan studi yang dilakukan
oleh Richie dimana pendidikan yang
rendah memiliki nilai p<0,05 terhadap
kejadian disfungsi ereksi. Pendidikan
yang rendah merupakan faktor risiko
untuk mengalami kejadian disfungsi
ereksi. Data epidemiologi di Denmark
tahun 2004 menyatakan tingkat
pendidikan yang rendah menempati
98
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
proporsi terbesar terjadinya derajat
disfungsi ereksi berat yaitu sebesar
32%. Tingkat pendidikan seksual
seseorang penderita diebetes mellitus
akan mempengaruhi pengetahuan
dalam menerima informasi kesehatan
dan
sikap
seseorang
dalam
melakukan pengobatan yang akan
berdampak pada kualitas hubungan
pasangan dalam melakukan hubungan
seksual. Kualitas hubungan seksual
yang tidak terjalin dengan baik akan
menimbulkan stress dalam aktivitas
seksualnya. Hal ini akan menimbulkan
gangguan stimulus ke otak sehingga
mempengaruhi gairah seseorang dan
dapat berdampak pada gangguan
ereksi.10
Berdasarkan hasil penelitian
kejadian disfungsi ereksi paling
banyak dijumpai pada responden yang
memiliki
pekerjaan
sebagai
wiraswasta. Hal ini sejalan dengan
studi yang dilakukan oleh Richie
dimana pekerjaan berat memiliki nilai
p<0,005 terhadap kejadian difungsi
ereksi. Data epidemiologi di Arab
Saudi tahun 2014 menunjukkan
bahwa pekerjaan berat memiliki nilai
p<0,05 terhadap kejadian difungsi
ereksi. Studi yang dilakukan oleh
Massachussetts tahun 2000 pada pria
dengan pekerjaan berat memiliki nilai
(OR= 1,68, 95% CI= 1,16-2,43) secara
signifikan
lebih
cenderung
menyebabkan
disfungsi
ereksi.
Pekerjaan yang memakan waktu
cukup lama, pekerjaan yang memiliki
beban kerja cukup berat dan dalam
keadaan jauh dari keluarga dapat
menimbulkan depresi atau stress.
Stres dapat menimbulkan gangguan
stimulus
ke
otak
sehingga
mempengaruhi
kesejahteraan
emosional
dengan
pasangan
mempengaruhi
kehidupan
seks
seseorang
diantaranya
dapat
menyebabkan hilangnya libido dan
disfungsi ereksi.10
KESIMPULAN
1. Proporsi karakteristik responden
mayoritas berada pada usia (≥46)
tahun sebesar (91,0%).
2. Proporsi karakteristik responden
mayoritas
berpendidikan
SMA
(50,0%).
3. Proporsi karakteristik responden
mayoritas mempunyai pekerjaan
sebagai wiraswasta (30,3%).
4. Proporsi pasien penderita diabetes
mellitus
pada
penelitian
ini
diperoleh mayoritas disfungsi ereksi
sedang sebesar (35,2%),
SARAN
Perlu
dilakukan edukasi
mengingat adanya faktor yang dapat
menyebabakan disfungsi ereksi pada
pria, seperti usia, pendidikan dan
pekerjaan agar dapat dilakukan upaya
preventif untuk menanggulangi usia
awal terjadi disfungsi ereksi yang
dapat berdampak pada timbulnya
penyakit lain yang berhubungan
dengan kualitas hidup pria diabetes
mellitus.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Wibowo S. Disfungsi Ereksi.
Yogyakarta: Pustaka Cendekia
Press Yogyakarta; 2005.
2.
Sexual and Urologic Problems
of Diabetes. National Kidney
and Urologic Disease. U.S.
Department of Health and
Human Service. 2008;
3.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah.
Profil
Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah Tahun
2015; 2015.
4.
Dinas
Kesehatan
Kota
Semarang. Profil Kesehatan
Kota Semarang Tahun 2014.
Bidang P2 dan PL; 2014;
5.
Phangkahila
W.
Disfungsi
Seksual Pria. Dr.Yulherina,
editor. Ikatan Dokter Indonesia;
2005.
6.
I need to know about Erectile
Dysfunction. Natl Inst Diabetes
99
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
7.
8.
9.
10.
Digenstive
Kidney
Disease.American
Diabetes
Association. 2014;
Tsao CW, Liu CY, Tsai TN, Cha
TL, Meng E, Wu WC. Is
epicardial
adipose
tissue,
another measure of central
obesity, correlated with erectile
dysfunction.
J
Med
Sci.
2016;36(3):95–100.
Prins J, Blanker MH, Bohnen
AM, Thomas S, Bosch JLHR.
Prevalence
of
erectile
dysfunction: a systematic review
of population-based studies. Int
J
Impot
Res
[Internet].
2002;14(6):422–32.
Rachmadi A. Kadar Gula Darah
dan Kadar Hormon Testosteron
pada Pria Penderita Diebetes
Melitus Hubungannya dengan
Disfungsi
Seksual
dan
Perbedaanya dengan yang
Tidak Mengalami Disfungsi
Seksual.
Tesis.Semarang.
Program
Pasca
Sarjana
Universitas Diponegoro. 2008;
Abdoly M, Pourmousavi L. The
Relationship Between Sexual
Satisfaction
and
Education
Levels in Women. Int J
Women’s Heal Reprod Sci
[Internet].
2013;1(2):39–44.
Accessed April 21, 2017.
100
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
101
Download