Dasar pertimbangan penyampaian RUU perubahan APBN 2014: Perkembangan indikator ekonomi makro selama Triwulan I 2014 yang jauh meleset dari perkiraan awal, seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi, pelemahan nilai tukar, dan rendahnya realisasi lifting migas. Perubahan kebijakan fiskal berupa langkah-langkah pengamanan pelaksanaan APBN 2014, al. Pemotongan belanja K/L dan pelebaran defisit. Sumber: www.kemenkeu.go.id Direktorat Jenderal Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Asumsi Dasar Ekonomi Makro dalam APBN P 2014 5,5 5,3 6,0 70,4 508,4 1.032,6 1.011,7 2012 1.193,0 1.139,3 2013 1.667,1 1.635,4 11.600 Harga Minyak Mentah Indonesia (USD/Barel) 105 2012 331,9 2012 332,2 344,5 2013 385,4 386,9 2014 Lifting Minyak Indonesia (Ribu Barel/hari) 818 Lifting Gas Indonesia (Ribu Barel setara minyak/hari) 1.224 2012 APBN (Triliun Rupiah) APBN P (Triliun Rupiah) 4,5 2013 4,5 117,8 2012 168,6 0,3 2013 637,8 602,3 2014 487,9 419,9 2014 70,4 2012 83,8 83,8 2013 104,6 104,6 2014 113,2 112,9 2013 Pembiayaan 121,3 135,5 2014 Pembiayaan Dalam Negeri Subsidi Energi Penerimaan Hibah 0,2 587,4 2013 Pembayaran Bunga Utang 122,2 227,9 594,6 444,9 2014 Penerimaan Negara Bukan Pajak Nilai Tukar (Rp/USD) 535,1 444,8 Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian Belanja Kementerian/Lembaga Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan (%) 405,8 2012 Belanja Pemerintah Pusat Penerimaan Perpajakan Inflasi (%, yoy) Dana Perimbangan 399,9 Penerimaan Dalam Negeri Pertumbuhan Ekonomi (%,yoy) Transfer Daerah Belanja Negara 1,4 2,3 2014 230,4 2012 274,8 309,9 2013 282,1 350,3 2014 2012 42,7 42,5 194,5 2012 172,7 250,5 2013 196,3 254,9 2014 Pembiayaan Luar Negeri Subsidi Nonenergi 40,3 125,9 48,3 2013 51,6 52,7 2014 (1,9) 2012 (4,4) (19,5) (16,9) 2013 20,9 13,4 2014