- Free Documents

advertisement
POLIP ANTROKOANA NASAL SINISTRA Laporan Kasus Diajukan Untuk Memenuhi
Persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta Pembimbing . KRH. dr. H. Djoko S. Sindhusakti Sp.
THTKL K, MBA, MARS, M.Si
. dr. H. Iwan Setiawan Adji, Sp. THTKL
Oleh Muh. Prabu Aryanda, S. Ked Listiana Masyita Dewi, S.Ked Fanadita Susilaningtyas, S.
Ked J J J
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Polip hidung adalah peradangan kronis selaput lendir dan sinus paranasal
yang ditandai dengan pembengkakan massa mukosa yang meradang dengan tangkai dasar
luas atau sempit. Kebanyakan polip berasal dari celah osteomeatal yang menyebabkan
obstruksi hidung. Polip sering tumbuh pada sinus ethmoidalis dan maxillaris. Polip
antrokoanal adalah jenis polip yang berasal dari mukosa dinding posterior di daerah antrum
maksila, yang kemudian keluar dari ostium sinus dan meluas hingga ke belakang di daerah
koana posterior. Polip ini juga dikenal sebagai Killians polyps karena ia pertama kali
ditemukan oleh Killian pada tahun . Polip antrochoanal ACP terdiri dari komponen yaitu
komponen kistik dan padat. Penyebab dan mekanisme yang mendasari polip masih tidak
dipahami dengan baik, namun peradangan kronis merupakan faktor utama seperti
peningkatan sel inflamasi seperti eosinofil. Polip sering dikaitkan dengan rinosinusitis kronis
dan alergi,. Namun peran alergi pada polip masih kontroversial. Sebuah studi pasien atopik
menunjukkan prevalensi ,, sedangkan studi di pasien alergi menunjukkan prevalensi sebesar
,. Polip antrochoanal hanya mewakili sekitar dari polip nasal. Etiologi yang tepat tidak
diketahui, tetapi diduga infeksi mungkin merupakan penyebab umum. Namun Cook et al
menemukan kejadian yang lebih tinggi ,. Sinusitis kronik ditemukan pada sekitar dari pasien.
Tidak seperti polip lainnya, polip antrochoanal lebih sering terjadi pada pasien non atopic ,
daripada pasien rinitis atopik , . Polip ini sering pada anakanak dan remaja tetapi dapat
bermanisfestasi pada usia lebih tua dan lebih banyak mengenai lakilaki dibandingkan
perempuan. Pada anakanak insidensi polip ini mencapai . Dalam sejumlah studi perspektif
pada tahun , diketahui bahwa usia ratarata terjadinya polip antrokoanal ini adalah dan tahun.
Gejala ACP yang sering dikeluhkan adalah sumbatan hidung dan secret yang keluar dari
hidung, kadang diawali dengan episode epistaksis, rhinorrea purulenta, strangulasi polip,
amputasi spontan, dispneu dan disfagia, gangguan berbicara, obstructive sleep apnoea,
serta kakeksia. Nasal endoskopi dan computed tomography CT scan yang perencanaan
perawatan. Sebagaimana polip jenis lain, penatalaksanaan polip antrokoanal ini masih
belum memuaskan. Hal ini dikarenakan tingkat rekurensinya yang cukup tinggi. Hingga saat
ini cara yang sering digunakan untuk mencegah rekurensi polip ini adalah dengan
mengangkat mukosa sumber polip hingga mendekati dasarnya agar terbentuk jaringan parut
yang menghambat pertumbuhan sel. Penatalaksanaan polip antrocoanal umumnya adalah
dengan operatif. Berbagai teknik pembedahan yang sudah dikembangkan untuk tujuan ini
antara lain metode CaldwellLuc, polipektomi endoskopis dengan meatotomi media,
polipektomi endoskopis dengan antrostomi melalui meatus inferior, dan penggunaan
microshaver dengan atau tanpa pemberian transkanin. Functional endoscopic sinus surgery
FESS merupakan prosedur yang umum digunakan serta aman dan efektif. diperlukan untuk
membuat diagnosis dan
B. Tujuan Penulisan Penulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai penyakit
polip antrokoanal sehingga mengetahui cara penegakan diagnosis dan penatalaksaannya.
BAB II LAPORAN KASUS A. Identitas Pasien No RM Nama Jenis Kelamin Usia Alamat
Pekerjaan Tanggal Masuk Rumah Sakit B. Anamnesis . . Keluhan Utama Hidung kiri terasa
tersumbat Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan hidung kiri terasa
tersumbat sejak kurang lebih tahun ini. Hidung tersumbat tidak pernah berganti dengan
hidung kanan dan hanya dirasakan pada hidung kiri. Selain itu pasien juga mengeluhkan
selama tahun ini sering pilek yang kambuhkambuhan dengan sekret warna kekuningan
kental dan berbau. Keluhan juga dirasakan semakin memberat disertai penurunan sensasi
penghidu. Pasien juga mengeluhkan kadangkadang terasa ada dahak yang turun ke
tenggorok serta saat tidur sering mengorok. Nyeri pada hidung , mimisan , nyeri pada daerah
pipi . Keluhan telinga nyeri /, telinga berdengung /, penurunan pendengaran Nn. SNN
Perempuan Tahun Karangrejo / Karanganyar Mahasiswa Januari
nyeri tenggorok yang kumatkumatan ./. batuk . . telinga gatal /. keluar ludah banyak. sulit
membuka mulut . pusing . gatal setelah makan makanan tertentu . nyeri telan
kambuhkambuhan. keluar cairan dari telinga /. telinga seperti kemasukan air /. sesak . nyeri
telan . seperti ada yang mengganjal di tenggorokan . keluhan nyeri tenggorok /. lemas .C /
mmHg x / menit x / menit Disangkal Disangkal Disangkal Disangkal Disangkal Disangkal
STATUS LOKALIS . bau mulut. di korek dengan cotton bud /. gatal setelah minum obat
tertentu .sulit menelan . telinga terasa penuh /. sakit gigi . kemasukan air saat mandi /. nafas
bau . Pemeriksaan Fisik STATUS GENERALIS Keadaan Umum Suhu Badan Tekanan darah
Nadi Respirasi Compos Mentis . Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Hipertensi Riwayat DM
Riwayat Allergi Riwayat benturan kepala Riwayat Asma Riwayat Trauma Sebelumnya C.
bicara seperti orang sengau .
serumen . bengkak . AS Tragus pain . Otoskopi AS CAE udem . secret . AD CAE udem .
manipulasi auricula tidak sakit. manipulasi auricula tidak sakit. discharge . bekas luka . nyeri
tekan . membrane timpani tampak utuh. deformitas . hiperemis . hiperemis . secret . serumen
. HIDUNG DAN PARANASAL Inspeksi Palpasi Deformitas pada apeks hidung kiri.
membrane timpani tampak utuh. hiperemis . bekas luka . discharge . AS Bentuk telinga
normal. sekret dari hidung kiri berwarna kekuningan kental . deformitas . hiperemis
.TELINGA Inspeksi AD Bentuk telinga normal. sekret. edema Krepitasi . sekret. secret .
Palpasi AD Tragus pain . bekas luka . bengkak . secret .
granulasi . concha media dan inferior hipertrofi . septum nasi deviasi . nyeri tekan palatum
mole tak . secret warna kekuningan kental. membengkak. concha media dan inferior
hipertrofi . tonsil hiperemis .RINOSKOPI ANTERIOR ND Mukosa hiperemis . NS Mukosa
hiperemis . udem . concha hiperemis . tonsil tak membesar . Palpasi limfadenopati . massa
dirongga hidung . uvula tak membengkak. massa dirongga hidung warna kekuningan.
permukaan licin. NASOFARING POSTERIOR Dinding belakang Muara tuba eustachii
Adenoid Tumor terlihat massa warna kekuningan Dbn Dbn Dbn RINOSKOPI
TENGGOROKAN DAN LARING Inspeksi Mukosa faring hiperemis . udem . tidak nyeri.
septum nasi deviasi . concha hiperemis . secret .
LARING LARINGOSKOPI INDIREK Epiglotis Aritenoid Plika vokalis Gerak plika vokalis
Subglotis Tumor Dbn Dbn Dbn Dbn Dbn Dbn KEPALA DAN LEHER Kepala Leher Dbn Dbn
D. L g P g . . juta/mm Dibawah Batas Normal Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal
Hasil Nilai Normal Interprestasi Hasil . Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan Tanggal
Januari Jenis Pemeriksaan HEMATOLOGI Hemoglobin Leukosit Eritrosit ./mm L . juta/mm P
.. . .. .
.Hematokrit HITUNG JENIS LEUKOSIT Granulosit Limfosit Monosit Trombosit MCV MCH
MCHC CT BT L vol P vol Dalam Batas Normal . mm mikron pikogram Dalam Batas Normal
Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal Dalam
Batas Normal Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal E. Diagnosis
Banding Keganasan nasofaringeal G. . Terapi Rencana operasi polipektomi tanggal Januari .
Diagnosis Tumor nasal sinistra ec suspect polip antrokoanal nasal sinistra F.
flatus .H. Bising Pulmo SDV /.Inj lapiron gr/ jam . Rh / Perut Ins supel .Kinj kalmethason
A/jam Keluar jendalan darah .BLPL . lainlain tak ada keluhan Post op polipektomi a/I polip
antrokoana H . lainlain tak ada keluhan Pemeriksaan O VS TD / KU baik KesadaranCM.
Follow Up Tanggal Anamnesa S Keluar jendalan darah cc dari mulut. Pal NT Ekstremitas
akral hangat. Sebelah kanan dbn Tenggorok dbn VS TD / KU baik KesadaranCM. Cor BJ III
int irregular. SI / Leher Pembesaran Ln Dada Sim. Kepala CA /. AusPeristaltik . membrane
timpani intak. edem Hidung sebelah kiri masih terpasang tampon. makan amp minum .
hidung tersumabt . Retraksi /. KG /.Inf RL tpm . lainlain tak ada keluhan.Norages tab x .Inj
norages A/ jam . Kepala CA /.Kalmethason tab x . SI / Leher Pembesaran Ln Diagnosa A
Post op polipektomi a/I polip antrokoana H Penatalaksanaan P Tx .edema / Telinga serumen
. makan amp minum .
Definisi Polip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung. Pal NT
Ekstremitas akral hangat. Bising Pulmo SDV /. . Polip ini berasal dari mukosa dinding
posterior di daerah antrum maksila. Retraksi /. Satu lobus tetap berada dalam sinus. Rh /
Perut Ins supel . Polip yang berasal dari sinus maksila sering tunggal dan tumbuh ke arah
belakang disebut polip antrokoanal. yang kemudian keluar dari ostium sinus dan meluas
hingga ke belakang di daerah koana posterior. Kebanyakan polip berwarna putih bening atau
keabuabuan. lainlain tak ada keluhan.Dada Sim. mengkilat. Cor BJ III int irregular..
membentuk struktur bilobus. lunak karena banyak mengandung cairan polip
edematosa.edema / Telinga serumen . KG /. AusPeristaltik . sedangkan lobus yang satunya
masuk ke dalam hidung dan terus ke nasofaring. membrane timpani intak. edem Hidung
sebelah kiri masih terpasang tampon. Sebelah kanan dbn Tenggorok dbn BAB III TINJAUAN
PUSTAKA A.
Nasalis pars transversa . Anatomi Hidung Luar Hidung luar berbentuk piramid dengan
bagian bagiannya dari atas ke bawah Pangkal hidung bridge Dorsum nasi Puncak hidung
Ala nasi Kolumela Lubang hidung nares anterior Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang
dan tulang rawan yang dilapisi kulit. Komponen kistik sebagian besar berasal dari dinding
posterior inferior. B. lateral atau medial antrum maxillaris. dan melekat pada polip yang padat
dengan pedikel dalam rongga hidung.Polip antrochoanal mempunyai komponen yaitu kistik
dan padat. jaringan ikat dan beberapa otot kecil yaitu M. Anatomi dan Fisiologi. .
Batas atas nasi eksternus melekat pada os frontal sebagai radiks akar. . Maksilaris ramus
eksternus N. Supratroklearis. Nasalis pars allaris. cabang dari A. N. Nasalis anterior cabang
A. . Etmoidalis yang merupakan cabang dari A. antara radiks sampai apeks puncak disebut
dorsum nasi. cabang dari a. A. Oftalmikus N. A. Karotis interna A. kartilago nasi lateralis.
Infratroklearis Cabang dari N. kartilago alaris mayor dan kartilago alaris minor Dengan
adanya kartilago tersebut maka nasi eksternus bagian inferior menjadi fleksibel. Maksilaris
interna. cabang dari A. Nasalis posterior cabang A. Etmoidalis anterior Kavum Nasi . .
Fasialis Persarafan Cabang dari N. os nasal. yang dibatasi oleh Superior os
frontal.Sfenopalatinum. Kerja otot otot tersebut menyebabkan nares dapat melebar dan
menyempit. Oftalmika. os maksila Inferior kartilago septi nasi. Lubang yang terdapat pada
bagian inferior disebut nares. Perdarahan .dan M. Karotis interna. Angularis cabang dari A. .
kedudukannya hampir sfenoidale dan sebagian os vomer horisontal. jaringan subkutan dan
kartilago alaris mayor. os frontal. septum nasi dilapisi oleh kulit. Medial septum nasi yang
membagi kavum nasi menjadi dua ruangan dekstra dan sinistra. Kavum nasi ini
berhubungan dengan sinus frontal. fossa kranial anterior dan fossa kranial media.Dengan
adanya septum nasi maka kavum nasi dibagi menjadi dua ruangan yang membentang dari
nares sampai koana apertura posterior. Batas batas kavum nasi Posterior Atap Lantai
berhubungan dengan nasofaring os nasal. lamina kribriformis etmoidale. . Bagian dari
septum yang terdiri dari kartilago ini disebut sebagai septum pars membranosa kolumna
kolumela. korpus merupakan bagian yang lunak. pada bagian bawah apeks nasi. bentuknya
konkaf dan bagian dasar ini lebih lebar daripada bagian atap. sinus sfenoid. Bagian ini
dipisahnkan dengan kavum oris oleh palatum durum.
Sfenopalatinus. Konka nasalis suprema. superior dan media merupakan tonjolan dari tulang
etmoid. Anterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari N. konka nasalis
inferior.maksilaris dan A. Vena tampak sebagai pleksus yang terletak submukosa yang
berjalan bersama sama arteri. os lakrima. Persarafan . . os maksila. Oftalmika. palatum dan
os sfenoid. Kadang kadang konka nasalis suprema dan meatus nasi suprema terletak di
bagian ini. Perdarahan Arteri yang paling penting pada perdarahan kavum nasi adalah A. os
etmoid. .sfenopalatina yang merupakan cabang dari A. Etmoidalis anterior Posterior kavum
nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari ganglion pterigopalatinum masuk melalui foramen
sfenopalatina kemudian menjadi N. Palatina mayor menjadi N.Lateral dibentuk oleh bagian
dari os medial. Trigeminus yaitu N. Ruangan di atas dan belakang konka nasalis superior
adalah resesus sfenoetmoid yang berhubungan dengan sinis sfenoid. Etmoidale anterior
yang merupakan cabang dari A. Sedangkan konka nasalis inferior merupakan tulang yang
terpisah.
Pada bagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya lebih tebal dan kadang kadang
terjadi metaplasia menjadi sel epital skuamosa. Mukosa Hidung Rongga hidung dilapisi oleh
mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagi atas mukosa pernafasan dan mukosa
penghidu. Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan
permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan diantaranya
terdapat sel sel goblet. Dalam keadaan normal mukosa berwarna merah muda .
radang. lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah
nasofaring. Dengan gerakan silia yang teratur. . Gangguan pada fungsi silia akan
menyebabkan banyak sekret terkumpul dan menimbulkan keluhan hidung tersumbat. udara
masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Pada
ekspirasi. Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel. sebagian lain kembali ke belakang
membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring. Gangguan gerakan silia
dapat disebabkan oleh pengeringan udara yang berlebihan. a Sebagai jalan nafas Pada
inspirasi.dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir mucous blanket pada
permukaannya. sekret kental dan obat obatan. konka superior dan sepertiga bagian atas
septum. yaitu sel penunjang. . sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus.
palut lendir di dalam kavum nasi akan didorong ke arah nasofaring. Silia yang terdapat pada
permukaan epitel mempunyai fungsi yang penting. Palut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar
mukosa dan sel goblet. Dengan demikian mukosa mempunyai daya untuk membersihkan
dirinya sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke dalam rongga
hidung. Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung. Daerah mukosa penghidu
berwarna coklat kekuningan. Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah. Fisiologi
hidung. Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu dan tidak bersilia pseudostratified
columnar non ciliated epithelium. udara masuk melalui nares anterior. sel basal dan sel
reseptor penghidu.
Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada musim panas. Fungsi ini dimungkinkan karena
banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang
luas. sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Fungsi ini dilakukan dengan cara
Mengatur kelembaban udara.b Pengatur kondisi udara air conditioning Fungsi hidung
sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke
dalam alveolus. Mengatur suhu. Dengan demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang
lebih o C. sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya. c Sebagai penyaring dan
pelindung Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan
dilakukan oleh . penguapan dari lapisan ini sedikit. udara hampir jenuh oleh uap air.
Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang.ng dimana rongga
mulut tertutup dan rongga hidung terbuka. disebut lysozime. Rangsang bau tertentu
menyebabkan sekresi kelenjar liur. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara
difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat. f Proses bicara Membantu
proses pembentukan kata dengan konsonan nasal m. d Indra penghidu Hidung juga bekerja
sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung. Palut
lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia. sehingga terdengar suara sengau.
lambung dan pankreas. . konka superior dan sepertiga bagian atas septum.n. Enzim yang
dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri. e Resonansi suara Penting untuk kualitas
suara ketika berbicara dan menyanyi. Rambut vibrissae pada vestibulum nasi Silia Palut
lendir mucous blanket. Contoh iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks bersin dan nafas
terhenti. palatum molle turun untuk aliran udara. kardiovaskuler dan pernafasan. g Refleks
nasal Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna.
Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan partikel partikel yang besar akan
dikeluarkan dengan refleks bersin.
Etiologi. Sinusitis kronis dan alergi seperti rinitis alergi ditemukan mempunyai hubungan
dengan terjadinya ACP.. sehingga terbentuk polip. . Etiologi polip antrochoanal ACP belum
diketahui pasti. mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian akan turun ke dalam
rongga hidung sambil membentuk tangkai. sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid.
Beberapa penelitiann menunjukkan kemungkinan peran aktivator dan inhibitor urokinase
plasminogen dan peran metabolit asam arakidonat dalam patogenesis ACP. Polip hidung
biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa
hidung. Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain . Iritasi. infeksi
Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konka.
Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler. Peranan infeksi pada pembentukan
polip hidung belum diketahui dengan pasti tetapi ada keraguraguan bahwa infeksi dalam
hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip.
Pembagian polip nasi Grade Tidak ada polip . D.. Sinusitis maksila dan penyakit kompleks
ostiomeatal menghalangi fungsi mukosiliar dari mukosa sinus. Sinusitis kronik. Patofisiologi
Pada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang kebanyakan terdapat di daerah
meatus medius. Bila proses terus berlanjut. .C.. . . Alergi terutama rinitis alergi.
Tampaknya bahwa tekanan negatif menginduksi mukosa yang meradang pada rongga
hidung mengakibatkan pembentukan . berhubungan dengan asma. Pasien sering memiliki
periode prodomal rhinitis sebelum terjadinya polip. Alergi Alergi dicurigai karena faktor yaitu
mayoritas nasal polip mempunyai eosinofil. Vaskular terganggu peraturan dan permeabilitas
pembuluh darah meningkat dapat menyebabkan edema dan pembentukan polip. tampak di
rongga hidung tapi belum menyebabkan obstruksi total Grade Polip sudah menyebabkan
obstruksi total Beberapa teori tentang pembentukan polip yaitu . Polip hidung sering memiliki
vaskularisasi yang buruk tidak memiliki persarafan vasokonstriktor. Ketidakseimbangan
vasomotor Teori ini tersirat karena mayoritas polip hidung pasien tidak atopik dan tidak ada
alergen yang jelas yang dapat ditemukan. Fenomena Bernoulli Hasil Fenomena Bernoulli
dalam Penurunan tekanan yang menyebabkan vasokonstriksi. . Grade Polip terbatas pada
meatus media Grade Polip sudah keluar dari meatus media. dan mempunyai gejala dan
tanda mirip dengan alergi .
Intoleransi Aspirin konsep yang canggih untuk menjelaskan patogenesis Banyak intoleransi
aspirin dan asosiasi dengan polip hidung. Hal ini menyebabkan . aspirin sensitivitas dan
polip hidung. . . intoleransi aspirin. Rinitis persisten muncul di usia ratarata tahun. maka
asma. polip. mukosa terdekat katup hidung akan membentuk polypoidal. Sebuah entitas
klinis terkenal yang merupakan produk dari tiga kondisi asma. Ini adalah sindrom klinis yang
berbeda. Teori Ruptur Epitel Rupturnya epitel mukosa hidung akibat alergi atau infeksi dapat
menyebabkan prolaps mukosa lamina propria sehingga polip cacat terbentuk.polip. Cystic
fibrosis . Metabolisme arakidonat merangsang jalur inflamasi leukotrien. LTC sintase berlebih
selanjutnya akan meningkatkan jumlah dari LTS cysteinyl. COX merangsang penurunan di
tingkat PGE. PG antiinflamasi. Mungkin diperbesar oleh efek gravitasi atau obstruksi
drainase vena. atau COX dan mungkin lebih rentan hidung terhadap asam ASA atau bisa
menghasilkan metabolit yang tidak diketahui yang cysteinyl leukotrien CysLT. ditandai
dengan presipitasi serangan rhinitis dan asma oleh aspirin dan kebanyakan nonsteroidal
antiinflammatory drugs NSAID. memiringkan keseimbangan ke arah peradangan. Jika ini
satusatunya faktor. Hal ini dapat berkontribusi untuk respon peradangan tidak terkendali dan
peradangan kronis.
Peran Infeksi infeksi dianggap penting dalam pembentukan polip. klorida menghasilkan
impermeabilitas dan penyerapan natrium meningkat. Poeningkatan penyerapan natrium dan
penurunan sekresi klorida menyebabkan pergerakan cairan ke dalam sel dan ruang
interstitial yang menyebabkan retensi cairan. yang dihasilkan dari Larginin oleh keluarga
enzim oksida nitrat synthases Noss. . regulasi vaskular. cedera jaringan dan penyakit kronis.
radikal bebas bisa membanjiri antioksidan yang mengakibatkan kerusakan sel. Nitrat oksida
memainkan peran utama dalam reaksi imun spesifik. glutation. Ini didasarkan pada model
eksperimental di mana terdapat gangguan epitel . Karlidag et al melaporkan peningkatan
dalam kadar oksida nitrat dan penurunan enzim SOD pada pasien polip hidung dibandingkan
dengan kontrol. dan dehidrasi.Cystic fibrosis adalah merupakan gangguan autosomal resesif
populasi kulit putih. pembentukan polip. Hal ini menyebabkan adanya siklik AMPregulated
saluran klorida dan abnormal regulasi natrium. . pertahanan superoksida tubuh. Nitrat oksida
Oksida nitrat adalah gas radikal bebas. nama transmembran cystic fibrosis regulator CFTR.
Meskipun transien. Cystic fibrosis disebabkan oleh mutasi pada gen tunggal pada kromosom
. dan peradangan SOD jaringan. Radikal katalase bebas dan dipertahankan dalam
keseimbangan oleh sistem pertahanan antioksidan dismutase peroksidase. menunjukkan
adanya radikal bebasyang menyebabkan kerusakan pada polip hidung.
Infeksi jamur Elemen jamur dihirup menjadi terperangkap dalam lendir sinonasal. dinding
sitokin IL. atau Bacteroides fragilis semua umum patogen dalam rinosinusitis atau
Pseudomonas aeruginosa. yang mungkin bertindak sebagai superantigens. .
Staphylococcus aureus. IL. mereka pada mediator mengakibatkan peradangan mukosa.
menyebabkan aktivasi dan klon perluasan dari limfosit dengan IFN. Hipotesis superantigen
Staphylococcus aureus terdapat pada musin polip hidung pada sekitar sampai . .
Staphylococcus enterotoxin B SEB dan Toxic shock syndrome toxin TSST.dengan proliferasi
jaringan diinisiasi oleh infeksi bakteri seperti Streptococcus pneumoniae. lateral hidung.
Staphylococcus enterotoxin A SEA. menyebabkan eosinofil bergeser dari mukosa
pernafasan ke lumen oleh mekanisme memproduksi yang belum diketahui. Organisme ini
selalu menghasilkan toxin. Ini dan menyebabkan diaktifkan Th penyakit limfosit baik kronis
menghasilkan Th lymphocyticeosinophilic. yang sering ditemukan dalam cystic fibrosis.
Selama yang proses ini. dalam IL. . Antibodi IgE spesifik untuk SEA dan SEB terdeteksi
pada dari hidung jaringan polip dan antibodi IgE spesifik dalam serum untuk stafilokokus
SEB. TSST ditemukan pada dari polip hidung. Elemen jamur ditemukan pada histologi pada
pasien rinosinusitis kronis menjalani operasi sinus.
Peningkatan produksi granulosit/macrophage colonystimulating factor. Cystic fibrosis
merupakan resesif autosomal yang berhubungan dengan mutasi gen CFTR dalam wilayah Q
pada lengan panjang kromosom . IL. peningkatan ekspresi dan produksi varietas sitokin
proinflamasi dan kemokin telah telah dilaporkan dalam polip hidung. kecuali di cystic fibrosis.
Komposisi Selular Pada sebagian besar polip hidung. Predisposisi genetik Etiologi genetik
dicurigai dalam pengembangan dari poliposis hidung berdasarkan agregasi keluarga. Ada
adalah peningkatan sel T CD diaktifkan oleh sel T mendominasi lebih dibandingkan CD .
RANTES dan eotaxin dapat berkontribusi untuk migrasi eosinofil. . . melebihi tingkat ng/ml.
eosinofil terdiri lebih dari dari populasi sel. Peningkatan kadar IL dapat menginduksi infiltrasi
neutrofil. Orang dengan HLADRDQA dan HLADQB haplotipe memiliki dua atau tiga kali lebih
tinggi untuk mengembangkan polip hidung. Kimia mediator Selain infiltrasi sel inflamasi
meningkat. IgA dan IgE juga meningkat pada . HLADR dinyatakan pada permukaan selsel
inflamasi paranasal pada mukosa dan polip hidung. Mast sel dan plasma sel juga meningkat
dibandingkan dengan mukosa hidung yang normal. Histamine nyata meningkat pada polip
hidung. Meningkatkan ekspresi faktor pertumbuhan endotel vaskular dan upregulationnya
dengan mengubah faktor pertumbuhanbeta yang dapat berkontribusi edema dan
angiogenesis dalam polip hidung..
Pada sumbatan hidung yang hebat dapat menimbulkan gejala hiposmia bahkan anosmia.
dapat juga tibatiba dan cepat setelah infeksi akut. suara sengau.hidung polip.. Sumbatan di
hidung adalah gejala utama yang dirasakan semakin memberat. dan rasa berlendir di
tenggorok. Gejala Klinis. Hiposmia atau anosmia Epistaksis Mendengkur Nyeri pada pipi
Sleep apneu Nyeri kepala Post nasal drip Bernafas dengan mulut Timbulnya gejala biasanya
pelan dan insidius. Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip antrokhoanal adalah Rasa
sumbatan di hidung. produksi lokal IgE dalam polip hidung dapat berkontribusi pada
kekambuhan polip hidung melalui IgEsel mastFc RI epsilon kaskade.. . Sering juga ada
keluhan pilek lama yang tidak sembuhsembuh. E. Sumbatan ini tidak hilang timbul dan
makin lama semakin berat keluhannya. serta sakit kepala. Selain itu.
Tanda dari respon inflamasi mungkin dapat ditemukan walaupun yang dominan adalah
limfosit. Sel stroma abnormal atau menunjukkan gambaran atipikal. ACP dilapisi dengan
epitel bersilia pseudostratified. Stroma membengkak dan sangat vaskular terdiri dari jaringan
ikat longgar disisipi sel plasma dan sedikit eosinofil. Gambaran utama dari tipe ini adalah
adanya glandula dan duktus dalam jumlah yang banyak. tetapi tidak memenuhi syarat untuk
disebut sebagai suatu neoplasma Karakteristik histopatologi ACP mirip dengan orang
nonalergi. Penebalan dari membran basement tidak nyata. Histopatologis Berdasarkan
temuan histologis diklasifikasikan polip menjadi empat jenis Tipe eosinofilik edema stroma
dengan sejumlah besar eosinofil Inflamasi atau fibrosis jenis kronis Sejumlah besar selsel
inflamasi terutama limfosit dan neutrofil dengan eosinofil lebih sedikit. Tipe ini hanya terdapat
kurang dari dari seluruh kasus. Stroma terdiri atas fibroblas.F. . dan jaringan ikat stroma
berisi sel inflammatori. Tipe ini ditandai dengan tidak ditemukannya edema stroma dan
penurunan jumlah dari sel goblet. Jenis atipikal stroma Tipe ini merupakan jenis yang jarang
ditemui dan dapat mengalami misdiagnosis dengan neoplasma. Seromucinous Tipe I
hiperplasia kelenjar seromucous.
. CT scan Sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus
paranasal apakah ada kelainan anatomi. khususnya polip berukuran kecil di meatus media.
infiltrasi eosinofilik. Pemeriksaan radiologi Foto polos sinus paranasal AP.Infiltrasi sel
inflamasi lebih parah daripada studi melaporkan atau memiliki sedikit tidak ada silia.
Nasoendoskopi Nasoendoskopi memberikan gambaran yang baik dari polip. polip. caldwell.
atau sumbatan pada komplek osteomeatal. Sebuah dan stroma berisi sejumlah bahwa selsel
permukaan epitelial pasien ACP minimal kelenjar lendir dengan eosinofil. Dengan
nasoendoskopi dapat juga dilakukan biopsi. Pemeriksaan Penunjang . dan lateral dapat
memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara dan cairan di dalam sinus. .
Polip stadium dan kadangkadang tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi
tampak dengan pemeriksan nasoendoskopi. CT scan terutama diindikasikan pada kasus
polip yang gagal diterapi dengan medikamentosa. tetapi pemeriksaan ini kurang bermanfaat
pada pada kasus polip. Pada kasus polip koanal juga dapat dilihat tangkai polip yang berasal
dari ostium asesorius sinus maksila. G. .
Antrochoanal polip pada hidung kanan H.Gb. dan ini timbul dari pterygoideus plate glioma
hidung meningoencephalocele limfoma . Diagnosa Banding Diagnosis diferensial dari ACP
mencakup Angiofibroma Angiofibroma adalah neoplasmavaskuler jinak yang memiliki
potensi untuk penghancuran lokal.
operasi endoskopi sinus fungsional FESS menjadi teknik bedah lebih disukai. Ini biasanya
terjadi di frontoethmoid. penghancuran struktur tulang dan invasi ke dalam sinus paranasal
Hemangioma lesi vaskuler jinak di rongga hidung dan sinus paranasal.Tapi prosedur ini
mungkin memiliki komplikasi. termasuk anestesi pipi. Ada kontroversi mengenai rute
penghapusan bagian antrum. Mucoceles jarang muncul di sinus maksilaris dan tidak
mencapai choana I. keganasan/ tumor nasofaringeal menyebabkan obstruksi saluran napas.
Bagian antrum dari polip harus dihapus untuk menghindari kekambuhan pasca operasi.
Perawatan dari ACP selalu bedah. Prosedur CaldwellLuc menawarkan eksposur yang baik
untuk penghapusan lengkap dari bagian antrum dari polip. Penatalaksanaan. Dalam tahun
terakhir. dan risiko merusak gigi tumbuh dan pusatpusat pertumbuhan dari rahang atas pada
anakanak. Kebanyakan muncul dari septum hidung anterior dan turbinat hidung Mukokel
Mucocele mengandung lendir dan epitel desquamated dan mucoceles dapat mengisi rongga
sinus. Polypectomy Sederhana membawa tingkat kekambuhan yang tinggi. Polypectomy
sederhana dan prosedur Caldwell Luc adalah metode sebelumnya yang disukai untuk
mengobati pembedahan ACP. dan . pembengkakan pipi dan cedera saraf infraorbital. FESS
barubaru ini terbukti menjadi metode yang aman dan efektif untuk mengobati ACP.
Bagian bawah dari proses uncinate dihapus dan kemudian ostium maxilla diperluas. Untuk
polip edematosa. Kombinasi antara FESS dan transcanin sinoscopy juga terbukti memiliki
tingakt rekurensi serta komplikasi minimal. .terdiri dari reseksi bagian dari polip hidung dan
bagian antrum yang bersifat kistik yang menuju dinding rahang atas melalui meatus media.
sehingga lebih aman. Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid. misalnya
prednison mg/hari atau deksametason selama hari. tiap hari sekali. dapat diberikan
pengobatan kortikosteroid Oral. cc. Suntikan intrapolip. Efek sistemik obat ini sangat kecil.
sampai polipnya hilang. kemudian dosis diturunkan perlahan lahan tappering off. misalnya
triamsinolon asetonid atau prednisolon . sering digunakan bersama atau sebagai lanjutan
pengobatn kortikosteroid per oral. merupakan obat untuk rinitis alergi.
J. dikombinasikan FESS dan transcanin sinoscopy atau pendekatan Caldwell Luc untuk
pengobatan ACP. Ozer et al dilakukan FESS. Prognosis Sebuah penelitian mengamati tidak
ada kekambuhan untuk pasien dengan ACP setelah FESS. namun tidak . Dari penelitian
ditemukan kekambuhan pada pasien setelah FESS.
sehingga teknik ini berguna untuk sepenuhnya menghapus negara ACP.menemukan
kekambuhan setelah sinoscopy FESS dan transcanin gabungan atau pendekatan Caldwell
Luc. dan . masingmasing. Peneliti lain melaporkan tingkat keberhasilan pendekatan
endoskopi transnasal dan gabungan pendekatan endoskopi dan transcanine sebesar .
Atighechi et al menggunakan pendekatan mini Caldwell dengan FESS. . Dilaporkan teknik ini
menunjukkan kekambuhan minimal dan tingkat komplikasi yang rendah.
Keluhan lain yang dirasakan adalah pilek denganh secret warna kuning kental dan
berbau.BAB III PEMBAHASAN Anamnesis Berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan
utama pasien adalah hidung kiri tersumbat yang semakin lama semakin memberat kurang
lebih tahun ini. selain itu didapatkan penurunan sensasi penghidu pada hidung kiri. Gejala
lain yang biasa dikeluhkan adalah hiposmia atau anosmia. Sedangkan menurut berbagai
sumber keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien adalah hidung tersumbat yang
semakin memberat. post nasal . epistaksis. terasa ada dahak yang turun ke tenggorok serta
tidur mengorok.
Penatalaksanaan Pada pasien ini direncanakan untuk dilakukan polipektomi. Dalam tahun
terakhir. Teknik ini diketahui merupakan metode yang aman dan efektif dalam
penatalakasanaan polip antrokoanal. operasi endoskopi sinus fungsional FESS telah
menjadi metode yang lebih banyak dipilih. Serta diberikan terapi medikamentosa pasca
polipektomi dengan kortikosteroid serta norages sebagai agen analgetik. nyeri pada pipi.
Sedangkan pada rinoskopi posterior didapatkan gambaran massa berwarna kekuningan .
mendengkur. Tingkat rekurensi setelah tindakan ini diketahui jauh lebih rendah. dan
bernafas dengan mulut. Pemeriksaan Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak
gambaran massa berwarna kekuningan dengan permukaan licin disertai dengan secret
kental warna kekuningan. sleep apneu. Dalam sebuah literature perawatan dari ACP selalu
bedah. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior bisanya didapatkan gambaran massa polip
warna keabuan atau kekuningan dan dapat mencapai hingga nasofaring sehingga akan
terlihat pada rinoskopi posterior. Polypectomy sederhana dan prosedur Caldwell Luc adalah
metode sebelumnya yang disukai untuk mengobati ACP. nyeri kepala.drip. .
. Terdapat sejumlah penelitian berbasis bukti bahwa pemberian steroid sistemik pasca
tindakan operatif pada pasien polip memiliki efek signifikan untuk mencegah terjadinya
rekurensi. Akan tetapi tingkat komplikasi pada polipektomi sederhana lebih rendah daripada
metode Caldwell Luc.Beberapa peneliti menyarankan pemberian steroid intranasal dalam
pengobatan polip post operatif. Prognosis Tingkat rekurensi yang tinggi pada polip nasal
masih menjadi masalah yang sulit diatasi. Pembedahan merupakan penatalaksanaan tahap
pertama yang membutuhkan evaluasi dan pengobatan lanjutan dengan steroid topical
maupun oral. Tingkat rekurensi polip nasal pasca pemberian betametason nasal spray
dibandingkan placebo adalah . Pada polipektomi sederhana memiliki tingkat rekurensi yang
lebih tinggi dibandingkan metode FESS oleh karena sumber polip masih tertinggal.
. Penegakkan diagnosis polip antrokoana pada pasien ini adalah melalui anamnesis. . Dari
hasil anamnesis didapatkan keluhan berupa hidung kiri tersumbat yang semakin lama
semakin memberat kurang lebih tahun ini. termasuk rinoskopi anterior dan posterior. terasa
ada dahak yang turun ke tenggorok serta tidur mengorok. pemeriksaan fisik. Keluhan lain
yang dirasakan adalah pilek denganh secret warna kuning kental dan berbau.
Penatalaksanaan sudah sesuai dengan teori yaitu pembedahan polipektomi dan pengobatan
dengan kortikosteroid.BAB IV KESIMPULAN . selain itu didapatkan penurunan sensasi
penghidu pada hidung kiri. serta pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen sinus
paranasal. .
Mullol . Cited from http//www.pdf . nerci. Alobid. de Souza. Rosane G. Asuncin. Karolinska
Institute. Homrich. . . Angel M.br/pdf/rboto/vn/enavn. Yaniv Eitan. ... . . Martnez. Granzotto. ..
Berrylin. Tone. Antunes. . Maria A. Metin. Brassesco. Queiroz. . Drusd Tamara. Endoscopic
Polipectomy with Middle Meatal Antrostomy for Antrochoanal Polyp Treatment. Rhinology.
Karolinska University Hospital. Imran San. Nasal Polyposis Pathogenesis. Guilherme. New
York SpringerVerlag Berlin Heidelberg. .com/Rhinologyissues/Maldonadoet al.. Fabiana
Valera. Mometasone Furoate Nasal Spray for the Treatment of Nasal Polyposis. .
OtolaryngologyHead and Neck Surgery . Isam. AnselmoLima. Cortez. de Souza. Department
of Otorhinolaryngology and Cochlear Implants. . J Med Assoc Thai . Hermes.. P. Luiz G. . .
Person. Brazilian Journal Of Otorhinolaryngology September/October . de Borba. Fernando.
Ferguson. Pr Stjrne. Their. Ctia. Kirtsreesakul. . Mara S. Eduardo.. Wilma T.. Necat Alatas.
In vitro effect of glucocorticoids on nasal polyps. Update on Nasal Polyps
Etiopathogenesis.CastroGamero. da Silva. J. The Antrochoanal Polyp.. Luis.scielo. Head.
Miguel. Franche. Andresa. Zehra Kurcer. Shvero Jacob. Tamir Rami.rhinologyjournal.pdf.
Braz J Otorhinolaryngol. Nasal polyp diseases in allergic and nonallergic patients and steroid
therapy. Nose and Sinus Institute Department of Otolaryngology Rabin Medical Center .
Maldonado.DAFTAR PUSTAKA . T. . Recurrence of Nasal Polyps After Functional
Endoscopic Sinus Surgery. and Associate Professor. . Joaquim. . Hadar Tuvia. Cited from
http//www. Saleh. Fusun Baba. Medical and Surgical Treatment. V.
. Sayyed Mostafa Hashemi. Mubasher Ikram. Higler. Penatalaksanaan dan Kelainan Telinga
Hidung Tenggorok edisi II. Efiaty. Jakarta . Iskandar. Balai Penerbit FKUI. Buku Ajar
Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. and Sayyed Hanif Okhovat. Efiaty. Tariq Dahri. Peter.
Balai Penerbit FKUI.. Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid I hal.. Jakarta .. Adams. J Pak
Med Assoc . Iqbal Azam. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok edisi IV
cetakan I. Lawrence. Does amphotericin B nasal douching help prevent polyp recurrence
following functional endoscopic sinus surgery. George.B. Hadjat. Nurbaiti. Factors
associated with recurrent nasal polyps A tertiary care experience. . Boies. . Fachri. Farhad
Mokhtarinejad. Philadelphia . . Shabbir Akhtar. January. Soepardi. Penerbit Media
Aesculapius FKUI .. Iskandar. . Maryam Karim. Soepardi. Saunders. W. Nurbaiti. . J Res
Med Sci.
Download