Rancang Bangun Rangkaian Exiter Pemancar TV Stereo

advertisement
Rancang Bangun Rangkaian Exiter Pemancar TV Stereo
Arif Caesar
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
Kampus UI Depok 16424
[email protected]
Abstrak
Dari segi teknis, sebuah pemancar televisi bekerja dengan menggabungkan sinyal video dengan sinyal
audio yang dimodulasi. Dan dengan adanya pemancar televisi, informasi audio dan video dapat langsung
disiarkan ke daerah lain yang berada jauh dari stasiun penyiaran.
Skripsi ini membuat Rangkaian Exiter Pemancar TV Stereo. Perangkat keras yang dibuat meliputi,
rangkaian modulator stereo, dan rangkaian modulator televisi. Pada rangkaian modulator stereo
menggunakan rangkaian terintegrasi BA1404, sinyal audio akan dikondisikan menjadi satu sinyal audio
stereo. Masukan dari sinyal video dan audio stereo akan dimodulasi dengan sinyal sub-pembawanya dari
rangkaian transformator RF. Penggabungan keduanya menghasilkan keluaran sinyal frekuensi radio (RF).
Sinyal RF dimodulasi dengan sinyal pembawa yang dihasilkan dari rangkaian osilator Colpitt. Exiter
pemancar televisi yang dibuat bekerja pada Very High Frekuensi (VHF) 85 MHz.
Kata kunci: modulasi, video, audio stereo, televisi
1.
1.2 Tujuan
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembuatan Skripsi ini mempunyai tujuan yaitu :
a. Merancang dan merealisasikan Rangkaian
Exiter Pemancar TV Stereo.
b. Menguji
dan
mengevaluasi
kinerja
Rangkaian Exiter Pemancar TV Stereo yang
dipasang langsung pada televisi.
c. Rangkaian ini nantinya dapat digunakan
dalam penyiaran televisi sederhana pada
kanal VHF 85 MHz.
Pada media televisi, perkembangan teknologinya
terjadi pada sisi pesawat penerima maupun sisi
pemancar televisi. Dalam hal ini sistem pemancar
televisi merupakan suatu sistem yang menyiarkan
media gambar dan suara dengan menggunakan teknik
modulasi.
Modulasi
pada
media
gambar
menggunakan teknik modulasi amplitudo dan
modulasi pada media suara menggunakan teknik
modulasi frekuensi. Yang kemudian memanfaatkan
sinyal pembawa (carrier) pada sisi pemancar,
sehingga dapat diterima dengan baik pada pesawat
televisi.
Pemancar televisi bekerja dengan cara
menggabungkan sinyal informasi gambar komposit
(video) dengan sinyal sub-pembawa gambar dan
menggabungkan sinyal informasi suara (audio)
dengan sinyal sub-pembawa suara. Frekuensi dari
sinyal pembawa gambar dan sinyal pembawa suara
saling berbeda. Nilai dari frekuensi sinyal subpembawa suara lebih besar dari frekuensi sinyal subpembawa gambar. Sedangkan frekuensi dari sinyal
pembawa itu sendiri harus lebih besar dari frekuensi
sinyal informasinya.
Proses penggabungan dilakukan dengan
mengubah karakteristik amplitudo, fasa atau frekuensi
sinyal pembawa frekuensi tinggi sesuai dengan sinyal
yang ditransmisikan. Proses pengubahan karakteristik
sinyal pembawa disebut dengan proses modulasi.
Sedangkan perangkat untuk menggabungkan sinyal
video dan sinyal audio yang telah dimodulasi sinyal
pembawanya menghasilkan sinyal RF untuk
dipancarkan melalui antena disebut exiter.
1.3 Batasan Masalah
Dengan merujuk pada perumusan masalah
tersebut di atas, maka pada pembuatan alat ini dibatasi
mengenai beberapa hal, yaitu sebagai berikut :
a. Sinyal pembawa RF bernilai tetap karena
menggunakan induktor dan kapasitor dengan
nilai tetap.
b. Bentuk dan karakteristik sinyal pembawa
audio, video dan RF belum diukur secara
kuantitatif.
c. Bentuk dan karakteristik sinyal audio stereo,
video dan RF belum diukur secara
kuantitatif.
d. Sebagai ujicoba, sinyal RF yang dihasilkan
tidak mengalami penguatan daya, karena
langsung dihubungkan ke TV menggunakan
kabel coaxial.
2.
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Televisi
1
Rancang bangun..., Arif Caesar, FT UI, 2013
Televisi berasal dari kata tele dan vision, yang
mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan
tampak (vision)[2]. Televisi berarti melihat dari jarak
jauh. Pada sistem siaran televisi praktis, informasi
visual yang terlihat pada layar diubah menjadi sinyal
listrik yang dikirimkan ke penerima. Perubahanperubahan listrik yang sesuai dengan perubahanperubahan dalam nilai cahaya membentuk sinyal yang
dapat dilihat (sinyal video).
Sedangkan sistem SECAM digunakan di Perancis dan
negara-negara bekas Uni Soviet[5].
Sistem TV yang dipergunakan di Indonesia
mempergunakan standar sistem PAL dimana sesuai
peraturan SDTV (Standard Television) Internasional
dengan jumlah garis satu frame sebanyak 625 garis
yang tersusun beraturan dari sisi atas sampai dengan
di sisi paling bawah[4]. Garis dibuat titik demi titik
secara teratur yang bergerak membuat garis demi
garis horisontal sekaligus bergerak vertikal.
2.2 Prinsip Sederhana Televisi
Tabel 1. Pembagian Kanal/Saluran TV di Indonesia[4]
Di dalam studio TV, gambar kejadian ditangkap
oleh kamera TV sebagai tranduser yang mengubah
energi cahaya menjadi energi listrik (sinyal
gambar/video). Sedangkan suara ditangkap oleh
mikrofon yang berfungsi sebagai tranduser yaitu
merubah energi suara menjadi energi listrik (sinyal
audio/suara). Keluaran (output) dari kamera dan
mikropon yaitu sinyal video dan sinyal audio
dihubungkan ke Video Tape Recorder (VTR) untuk
direkam dan atau secara langsung disalurkan ke unit
pemancar TV.
Band
Frekuensi
Saluran
(MHz)
I
I
I
III
III
III
III
III
III
43-50
54-61
61-68
174-181
181-188
188-195
196-202
202-209
209-216
Frekuensi
Gelombang
Pembawa
Video
(MHz)
44,25
55,25
62,25
175,25
182,25
189,25
196,25
203,25
210,25
Frekuensi
Gelombang
Pembawa
Audio
(MHz)
49,75
60,75
67,75
180,75
187,75
194,75
201,75
208,75
215,25
2.3 Sinyal Dalam Pemancar Televisi
Sinyal televisi yang digunakan saat ini bekerja
pada Band frekuensi VHF dan UHF. Mekanisme
kerja dengan cara menumpangkan data yang berupa
sinyal pemodulasi ke dalam sinyal pembawa (carrier)
dengan frekuensi yang lebih besar, baru kemudian
dipancarkan ke penerima dengan menggunakan
pemancar VHF maupun UHF. Sinyal televisi terdiri
dari sinyal gambar yang disebut sinyal video dan
sinyal suara yang disebut sinyal audio. Proses
modulasi kedua sinyal ini tidak sama, sinyal video
dimodulasikan dengan modulasi amplitudo sedangkan
sinyal audio dimodulasikan dengan modulasi
frekuensi. Hal ini karena sinyal video mencakup
sebagian besar dari sinyal televisi yang dikirimkan.
Sedangkan sinyal audio hanya bekerja pada band
frekuensi yang kecil.
Gambar 1. Unit Pemancar TV
Pada pemancar TV, sinyal video diperkuat oleh
rangkaian penguat video dan kemudian dimodulasikan
dengan gelombang pembawa video yang diperoleh
dari rangkaian pembangkit gelombang pembawa
video. Kemudian sinyal modulasi video diperkuat oleh
rangkaian penguat daya agar memiliki daya yang
cukup besar. Sedangkan sinyal audio diperkuat oleh
rangkaian penguat audio dan dimodulasikan dengan
gelombang pembawa audio yang diperoleh dari
rangkaian pembangkit gelombang pembawa audio.
Kemudian sinyal modulasi audio diperkuat oleh
rangkaian penguat daya audio agar memiliki daya
yang cukup besar. Setelah sinyal modulasi audio dan
video memiliki daya yang cukup, sinyal audio-video
digabungkan pada rangkaian unit penggabung dan
dipancarkan oleh antena pemancar ke udara.
Terdapat tiga sistem penyiaran televisi berwarna
yaitu sistem PAL (Phase Alternating Line), sistem
NTSC (National Television Standards Committee),
dan SECAM (Sequential Couleur Avec Memoire).
Sistem PAL banyak dipakai di Eropa, Amerika latin,
dan Asia. Sistem NTSC dipakai di Amerika Utara.
2.3.1 Sinyal Video
a. Sinyal Berwarna
Gambar berwarna yang terlihat pada layar suatu
pesawat penerima televisi merupakan suatu emisi dari
phospor tertentu. Emisi phospor tersebut merupakan
gabungan dari 3 phospor utama yang ditempatkan
pada layar. Phospor khusus tersebut mengemisikan
warna merah (red), warna hijau (green), dan warna
biru (blue) bila ditabrakkan oleh elektron. Ketiga
phospor tersebut terletak terpisah tetapi diatur sangat
2
Rancang bangun..., Arif Caesar, FT UI, 2013
berdekkatan untuk menghasilkan
m
kombinasi waarna lain
dengaan mudah[1].
gabungan
g
untuk men-scannning 1 garis pada
p
pesawatt
[1]
penerima
p
.
warna mem
miliki sinyall
Sinyal informasi w
sinkronisasi
s
yang
y
disebutt dengan sin
nyal burst[1].
Sinyal
S
burst berisi inform
masi fasa darri sinyal subb
pembawa
p
warrna dari warnna yang dikiriimkan. Sinyall
burst
b
akan meengendalikan osilator dem
modulator agarr
dapat
d
memproduksi hue yyang benar. Warna-warnaa
akan
a
dimodulaasi oleh sinyal
al sub pembaw
wa warna yangg
besar
b
fasanya tersimpan dallam sinyal burrst[1].
Gambar 2. Diagram
D
Venn
n Sinyal Warnna
2.3.2
2
Pengkod
dean NTSC & PAL
a.
a
Pengkod
dean NTSC
K
Kepekaan waarna memilikii tiga karakteer utama
yaitu :
aa. Hue artinnya kepekaan berbeda tterhadap
warna-warrna (merah, hijau,
h
biru, dlll). Dapat
juga disebbut sebagai perbedaan jeniis warna
atau namaa warna.
bb. Luminance artinya kep
pekaan terhaddap kuat
cahaya attau terang-gelap, misalnyaa merah
menyala dan
d merah gelaap.
cc. Chrominaance artinya kepekaan tterhadap
degree)
kejenuhann warna (saturation
(
misalnya merah
m
cerah dengan
d
merah suram.
[1]
b.
Pada sisttem NTSC, leebar kanal yan
ng digunakann
adalah
a
6 MHz[1], dengan pembawa gaambar terletakk
1,25MHz
1
darii awal kanal ddan pembawa suara terletakk
0,25
0 MHz dari akhir kanal.
Standarissasi untuk sisstem NTSC adalah sebagaii
berikut:
b
a. Lebarr kanal sebesaar 6 MHz.
b. Pemaayaran horiisontal, blaanking, dann
freku
uensi sinkronnisasi sebesaar 15750Hz,,
karen
na setiap fram
me menggunak
kan 525 gariss
dan teerdapat 30 fraame setiap dettiknya.
c. Pemaayaran horiisontal, blaanking, dann
freku
uensi sinkroniisasi sebesar 60Hz, karenaa
setiap
p detiknya dikkirimkan 60 field.
d. Sub pembawa w
warna sebesarr 3,58 MHz..
uensi pemayar
aran horisontaal secara tepatt
Freku
didap
pat dari 1/286 dari jarak anttara pembawaa
gamb
bar dan pembaawa suara yaittu 4,5 MHz.
S
Sinyal Lumin
nasi
S
Sinyal luminansi dibuat dari
d
3 warnaa primer
yang kemudian diccampur dengan
n perbandinggan yang
tepat. Karena kepekkaan mata maanusia terhadaap warna
hijau, merah dann biru berbeeda maka koomposisi
campuuran sinyal warna diaturr berdasarkann urutan
kepekkaannya. Perbbandingan cam
mpuran sinyaal warna
primeer dalam mem
mbentuk warn
na putih adallah hijau
59%, merah 30%, dan
d biru 11%[1].
B
Bila dirumuskkan menjadi persamaan:
(1)
Y = 0,,3R + 0,59G + 0,11B
c.
b.
b
Pengkod
dean PAL
Sistem PAL
P
(Phase Al
Alternating Lin
ne) ada karenaa
sering
s
terjadi kesalahan
k
fasee warna pada penerima dann
pemancar
p
seh
hingga warnna yang dihasilkan padaa
penerima
p
berb
beda dengan yang dikirim
mkan. Sistem
m
PAL
P
didesain
n untuk mem
mperbaiki kesaalahan akibatt
pergeseran
p
fasse tersebut sec
ecara otomatiss. Pada sistem
m
PAL
P
warna R, G, dan B akaan dibentuk kedalam sinyall
Y,
Y U, dan V.
Y = 0,3R + 0,559G + 0,11B
(2))
U = 0,493
93 (B–Y)
(3))
V = 0,8777 (R–Y)
(4))
Standarissasi untuk sisstem PAL ad
dalah sebagaii
berikut:
b
a. Lebarr kanal sebesaar 7 MHz.
b. Pemaayaran horiisontal, blaanking, dann
freku
uensi sinkronnisasi sebesaar 15625Hz,,
karen
na setiap fram
me menggunak
kan 625 gariss
dan teerdapat 25 fraame setiap dettiknya.
c. Pemaayaran horiisontal, blaanking, dann
freku
uensi sinkroniisasi sebesar 50Hz, karenaa
setiap
p detiknya dikkirimkan 50 field.
d. Sub pembawa
p
warrna sebesar 4,43 MHz dann
jarak antara pembaawa gambar dan
d pembawaa
Hz
suaraa yaitu 5,5 MH
S
Sinyal Sinkroonisasi
D
Dasar dari sinyal
s
sinkron
nisasi adalahh prinsip
scannning pada peesawat televiisi. Scanningg adalah
prosess dimana sebuah
s
elektrron beam bbergerak
keseluuruh area peermukaan teleevisi sehinggga dapat
dengaan sempurna terlapisi[1]. Terdapat duua jenis
scannning yaitu horisontal
h
sca
anning dan vertikal
scannning. Horisonttal scanning merupakan
m
perrgerakan
titik eelektron beam dari kiri ke kanan dan kem
mbali lagi
untukk memulai garris baru padaa tujuan yang sama[1].
Frekuuensi horisonttal scanning didefinisikan sebagai
jumlaah garis yanng di-scan perdetik[1]. Vertikal
scannning didefiniisikan sebag
gai pergerakaan titik
elektrron beam padaa arah vertikall[12].
P
Pulsa sinkroonisasi horiso
ontal mensinnkronkan
horisoontal scanninng sedangkan
n pulsa sinkkronisasi
vertikkal mensinkroonkan vertikkal scanning.. Kedua
pulsa tersebut daalam beberap
pa praktisnyaa, dapat
mposit blankinng. Pulsa
digabuungkan menjaadi pulsa kom
kompposit blankingg merupakan
n pulsa sinkkronisasi
3
Rancang bangun..., Arif Caesar, FT UI, 2013
sub-pembawa dalam penerima dengan osilator subpembawa dalam pemancar[7].
Sinyal pilot dipancarkan sebagai pengganti subpembawa, karena 19-kHz jatuh ke dalam bagian yang
kosong dari spektrum sinyal pemodulasi gabungan.
Seandainya pembawa 38-kHz dipancarkan, maka
sinyal tersebut harus dipisahkan dari pita sisi L – R,
yang hanya berbeda sekitar 30-Hz. Hal ini tentunya
akan memerlukan penyaringan yang sangat sulit dan
mahal. Sinyal pilot ini dihasilkan oleh pemancar dari
sub-pembawa 38-kHz yang kemudian ditindas. Cara
ini ternyata yang paling baik, karena seperti gambar
2.6 sinyal 19-kHz ada di luar rentang frekuensi audio
L + R (0 – 15 kHz) maupun rentang sub-pembawa 23
– 53 kHz. Hal tersebut menghasilkan cakap silang
(interferensi) yang lebih kecil dan juga memudahkan
dalam memulihkan sub-pembawa tanpa interferensi
dari sinyal audio.
2.3.3 Sinyal Suara
Telinga manusia dapat mendeteksi sinyal suara
yang berlainan frekuensinya. Telinga yang sensitif
dapat mendengar pada jangkauan frekuensi 20 Hz
sampai dengan 20 KHz, meskipun sebagian orang
mempunyai jangkauan yang kurang dari nilai itu[7].
Suara yang kita dengar dikarenakan adanya
rambatan udara yang bergetar dalam jumlah osilasi
per detik. Masukan suara pada modulator televisi,
telah diubah menjadi osilasi elektrik per detik yang
jumlahnya setara. Pada nada rendah biasanya
mempunyai frekuensi sampai 30 Hz. Sementara untuk
menghasilkan kualitas suara yang tinggi diperlukan
frekuensi sebesar 15 KHz sampai 18 KHz.
2.3.4 Sinyal Pembawa (Carrier)
Gambar 3. Spektrum Gelombang Pemodulasi
Stereo[7]
Sinyal pembawa adalah sinyal yang dihasilkan
dari proses osilasi sebuah rangkaian osilator dan
digunakan untuk membawa sinyal informasi.
Frekuensi dari sinyal pembawa gambar dan sinyal
pembawa suara saling berbeda. Nilai dari frekuensi
sinyal pembawa suara lebih besar dari frekuensi
sinyal pembawa gambar. Sedangkan frekuensi dari
sinyal pembawa itu sendiri harus lebih besar dari
frekuensi sinyal informasinya. Selanjutnya sinyal
pembawa akan dinyatakan oleh nilai tegangan
keluaran sesaat yang biasa ditulis dalam bentuk
persamaan gelombang sebagai berikut:
(5)
eout = Aocos(2πfot)
Dimana :
eout : tegangan output pembawa (volt)
Ao : amplitudo keluaran pembawa (volt)
fo : frekueansi gelombang pembawa (Hz)
t
: waktu (detik)
Besarnya frekuensi yang dihasilkan gelombang
pembawa menandakan dimana sistem tersebut akan
beoperasi dan termasuk dalam jenis sinyal berikut.
Dalam siaran FM stereo, sinyal L dan R tidak
dipancarkan sendiri-sendiri. Mereka dipancarkan
tergabung membentuk saluran jumlah (L + R) dan
saluran selisih (L – R). Saluran jumlah dipancarkan
langsung. Sedangkan saluran selisih memodulasi subpembawa 38-kHz, yang menghasilkan suatu sinyal
DSB-SC (Double Side Band Suppressed Carrier).
Pembawa 38-kHz ditindas agar jalur samping LSB
(Lower Side Band) 38 – 23 kHz dan USB (Uper Side
Band) 38 – 53 kHz lebih berperan dalam deviasi
pemancar. Suatu fase sinyal “pilot” atau sinyal pandu
19-kHz yang koheren (sefasa) dengan sub-pembawa
38-kHz dipancarkan untuk mensinkronkan osilator
Tabel 2. Pembagian Sinyal Frekuensi[4]
3 – 30 Hz
30 – 300 Hz
300 – 3000 Hz
3 – 30 kHz
30 – 300 kHz
300 kHz – 3 MHz
3 – 30 MHz
30 – 300 MHz
300 MHz – 3 GHz
3 – 30 GHz
30 – 300 GHz
Panjang
Gelombang
104 – 105 km
103 – 104 km
100 – 103 km
10 – 100 km
1 – 10 km
100 m – 1 km
10 – 100 m
1 – 10 m
10 cm – 1 m
1 – 10 cm
1 mm – 1 cm
300 GHz - 3000 GHz
0.1 mm - 1 mm
Frekuensi
Jenis Sinyal
Extremely low frequency
Super low frequency
Ultra low frequency
Very low frequency
Low frequency
Medium frequency
High frequency
Very high frequency
Ultra high frequency
Super high frequency
Extremely high frequency
Tremendously high
frequency
4
Rancang bangun..., Arif Caesar, FT UI, 2013
Singkatan
ELF
SLF
ULF
VLF
LF
MF
HF
VHF
UHF
SHF
EHF
THF
(ditumpangkan
(
n)
pada
gelombang
pembawaa
menyebabkan
m
perubahann frekuensi gelombangg
pembawa
p
seesuai dengaan perubahaan tegangann
(simpangan)
(
sinyal info
formasi. Pad
da modulasii
frekuensi
f
sin
nyal informaasi mengubaah frekuensii
gelombang
g
pembawa,
p
ssedangkan amplitudo-nya
a
a
konstan
k
selam
ma proses modu
dulasi.
Sinyal termodulasi
t
FFM, untuk memudahkann
analisa,
a
diasu
umsikan sebag
agai gelomban
ng sinusoidall
juga,
j
dengan persamaan
p
maatematisnya (8
8):
eFM = Vc sin ( ωc t + mf sin ωm t )
(8))
Dimana:
D
nyal termodullasi FM (volt)
eFM : sin
Vc : am
mplitudo sinyaal pembawa (vvolt)
ωc : 2π
πfc
ωm : 2π
πfm
t
: waaktu (detik)
2.4 S
Sistem Modu
ulasi
M
Modulasi adaalah suatu proses
p
pengggabungan
yang dilakukan dengan men
ngubah karaakteristik
nsi sinyal ppembawa
ampliitudo, fasa atau frekuen
frekueensi tinggi dengan siny
yal informassi yang
ditrannsmisikan. Modulasi
M
biasa dipakaii untuk
mengatasi ketidak sesuaian kaarakter sinyal dengan
modulasi,
mediaa (kanal) yaang digunakaan. Tanpa m
sinyall informasi menyadi tid
dak praktis dikirim
melaluui media udarra.
P
Pada Rangkaaian Exiter Pemancar
P
TV
V Stereo
yang dibuat ini, terjadi mod
dulasi analogg yakni
moduulasi amplituddo pada bagiian sinyal viddeo dan
moduulasi frekuensii pada bagian sinyal audio.
2.4.1 M
Modulasi Am
mplitudo (AM
M)
adalah
proses
M
Modulasi
amplitudo
menum
mpangkan sinnyal informassi ke sinyal ppembawa
(carriier) dengan seedemikian rup
pa sehingga am
mplitudo
gelom
mbang pembbawa berubah sesuai dengan
perubbahan simpanngan (tegangaan) sinyal innformasi.
Pada jenis modulaasi ini amplittuda sinyal ppembawa
mplitudo
diubahh-ubah secaraa proporsionaal terhadap am
sesaatt sinyal pem
modulasi, sed
dangkan frekuuensinya
tetap sselama prosess modulasi.
Gambar
G
5. (a)) Sinyal pembbawa (b) Sinya
al pemodulasii
(cc) Sinyal term
modulasi FM[111]
2.5
2
Osilatorr
Osilator digunakan pada banyaak rangkaiann
elektronika
e
daan sistem terttentu yang beekerja dengann
kontrol
k
sinyall clock. Osilattor mengubah
h masukan dcc
(tegangan
(
masukan)
m
kee keluaran ac (bentukk
gelombang),
g
yang manna mempun
nyai bentukk
gelombang
g
yaang berbeda dan nilai freekuensi yangg
lebih
l
akurat. Osilator yanng biasa dig
gunakan padaa
suatu
s
peralataan mempunyai
ai bentuk gelo
ombang sinus,,
kotak,
k
gergaji,, segitiga, atauu pulsa.
Osilator
merupakaan
yangg
rangkaaian
menghasilkan
m
bentuk geloombang kelu
uaran tertentuu
dengan
d
tegan
ngan dan ffrekuensi daari rangkaiann
induktor,
i
kapasitor dan aatau resistor. Osilator LC
C
merupakan
m
osilator yang sering digunakan dalam
m
rangkaian
r
eleektronika. Jarringan LC seering disebutt
sebagai
s
“rang
gkaian tangkii”, karena keemampuannyaa
menampung
m
tegangan ac ppada “frekuensi resonansi”..
Osilator
O
ini dibentuk
d
olehh komponen induktor dann
kapasitor.
k
[11]
Gam
mbar 4. Bentuuk Sinyal Mod
dulasi Amplituudo
S
Sinyal pembbawa berupaa gelombangg sinus
dengaan persamaan matematisnyaa (6):
(6)
ec = Ecsin(2πffct)
S
Sinyal pemoddulasi, untuk memudahkann analisa,
diasum
msikan sebagai gelombaang sinusoidaal juga,
dengaan persamaan matematisnyaa (7):
(7)
em = Emsin(2πffmt)
Dimanna:
eec : tegangaan keluaran sinyal pembaw
wa (volt)
eem : tegangaan keluaran sinyal modulas i (volt)
E
Ec : amplituudo sinyal pem
mbawa (volt)
E
Em : amplituudo sinyal modulasi (volt)
ffc : frekuennsi sinyal pem
mbawa (Hz)
ffm : frekuennsi sinyal mod
dulasi (Hz)
t
: waktu (detik)
(
2.4.2 M
Modulasi Freekuensi (FM))
adalah
M
Modulasi
frekuensi
proses
menum
mpangkan sinyal inforrmasi pada sinyal
pembawa (carrierr) sehingga frekuensi
f
gellombang
pembawa (carrier)) berubah sesu
uai dengan peerubahan
simpaangan (teganggan) gelombaang sinyal innformasi.
Jadi
sinyal
innformasi
yaang
dimoddulasikan
Gambar 6. Rangkaian Dasar Osilattor LC[11]
5
Rancang bangun..., Arif Caesar, FT UI, 2013
Osilator ini tersusun dari dua buah kapasitor seri
yang diparalel dengan sebuah kapasitor yang
merupakan rangkaian intinya. Osilator Colpitt dibuat
untuk menghasilkan gelombang sinus pada daerah
frekuensi RF. Rangkaianya biasanya dihubungkan
dengan sebuah transistor NPN.
Kapasitor menyimpan energi pada bagian medan
magnet dan memproduksi tegangan statis antar
lempengnya. Saat energi ini disalurkan pada lilitan
induktif
maka
akan
menimbulkan
medan
elektromagnetik. Capasitor ini akan diisi sampai
penuh oleh tegangan dc, dangan saklar pada posisi A.
Ketika kapasitor telah terisi penuh maka saklar akan
berubah keposisi B.
Kapasitor yang diisi sekarang dihubungkan
paralel dengan induktor, maka kapasitor akan
membuang tegangan ke lilitan. Nilai tegangan yang
mulai turun pada kapasitor mengalir ke lilitan,
sehingga sekarang lilitan dialiri arus yang
mengeluarkan medan elektromagnetik pada lilitan.
Setelah kapasitor selesai membuang tegangan, maka
energi akan disimpan kembali pada kapasitor,
dikarenakan efek penurunan elektromagnet yang
mengalirkan arus. Dengan arah arus berkebalikan dari
sebelumnya. Peristiwa ini berlangsung berulangulang.
Terdapat beberapa jenis rangkaian dari osilator
LC. Yang sering dan umum digunakan adalah osilator
Hartley dan osilator Colpitt.
a.
Dengan nilai frekuensi yang dihasilkan dari
osilasi tersebut sesuai dengan persamaan:
(10)
Dimana:
f : Frekuensi yang dihasilkan (Hz)
L : Nilai induktor L1+L2 (henry)
C : Nilai kapasitor (farad)
2.6 Transistor
Transistor merupakan komponen aktif yang
dibangun dengan menggunakan bahan dasar
semikonduktor, yaitu menggunakan silikon (Si)
maupun germanium (Ge). Perbedaan transistor yang
dibuat dengan bahan silikon dan germanium adalah
pada tegangan knee yang dimilikinya. Pada transistor
yang dibuat dengan bahan silikon Vknee yang
dimilikinya berada pada kisaran 0,6V-0,7V,
sedangkan pada transistor yang dibuat dengan bahan
germanium Vknee yang dimilikinya adalah 0,3V[8].
Besarnya Vknee ini akan mempengaruhi titik
kerjanya, yang perlu diperhatikan juga adalah bahwa
transistor dengan bahan silikon biasanya dapat
dipakai pada arus besar atau daya besar, sedangkan
transistor yang dibangun dengan bahan dasar
germanium tidak dapat digunakan pada arus dan daya
besar. Fungsi dasar dari transistor adalah sebagai
penguat dan switch elektronik, namun biasanya
transistor lebih sering digunakan untuk penguat daya.
Biasanya transistor digunakan untuk penguat daya
pada audio amplifier, atau juga driver relay.
Osilator Hartley
Salah satu pengembangan osilator LC adalah
osilator Hartley. Osilator ini tersusun dari dua buah
induktor seri yang diparalel dengan sebuah kapasitor
yang merupakan rangkaian intinya. Osilator Hartley
dibuat untuk menghasilkan gelombang sinus pada
daerah frekuensi RF. Rangkaianya biasanya
dihubungkan dengan sebuah transistor NPN.
VCC
R1
Rc
Cc
Vo
Cb
Q1
L1
R2
Re
Ce
C
L2
GND
NPN Transistor
Gambar 7. Rangkaian Osilator Hartley
Dengan nilai frekuensi yang dihasilkan dari
osilasi tersebut sesuai dengan persamaan:
(9)
b.
Konstruksi transistor terdiri dari tiga lapisan
semikonduktor, yang susunannya bergantung dari
jenis transistor itu sendiri. Transistor tersebut
memiliki susunan semikonduktor yang berbeda
berdasarkan jenisnya. Sesuai dengan jenisnya NPN
memiliki susunan semikonduktor negatif – positif negatif dan jenis PNP memiliki susunan
semikonduktor positif – negatif - positif.
Osilator Colpitt
VCC
R1
PNP Transistor
Gambar 9. Simbol Transistor
Rc
Cc
Vo
Cb
Q1
C1
R2
Re
2.6.1 Transistor Switching
L
Ce
Komponen transistor dapat digunakan sebagai
sakelar atau switch pada rangkaian osilator Colpitt.
Pengoperasian transistor sebagai sakelar ini yaitu
pada saat kondisi saturasi dan cut-off-nya.
C2
GND
Gambar 8. Rangkaian Osilator Colpitt
6
Rancang bangun..., Arif Caesar, FT UI, 2013
Jika sebuah transistor berada pada keadaan
saturasi, transistor tersebut dapat dianalogikan seperti
sebuah sakelar tertutup dari kolektor ke emitor. Dan
jika transistor dalam keadaan cut-off, transistor
tersebut dapat dianalogikan seperti sebuah sakelar
yang terbuka. Gambar 10. menunjukkan rangkaian
yang akan dianalisa.
konduksi ini akan mempengaruhi titik kerja transistor.
Kelebihan transistor berbahan silikon yaitu dapat
mengatasi arus atau daya besar bila dibandingkan
dengan transistor berbahan dasar germanium.
Transistor akan cut-off jika nilai arus basis (IB)
sama dengan nol.[8] Pada daerah ini, arus kolektor
bernilai sangat kecil walaupun tidak sampai bernilai
nol. Arus tersebut berasal dari arus saturasi titik
kolektor yang biasa disebut arus kolektor cut-off.
Daerah cut-off terjadi jika VBB = 0.
3.
PERANCANGAN DAN REALISASI
3.1 Diagram Blok
Gambar 10. Transistor Switching
Hal pertama dalam melakukan perancangan
adalah merancang diagram blok dari sistem yang
akan dibuat. Diagram blok pada gambar 11.
merupakan gambaran umum mengenai prinsip kerja
sistem yang akan dibuat.
Pada transistor berbahan silikon, tegangan
konduksi yang dimiliki berada pada range 0,6V-0,7V,
sedangkan tegangan konduksi untuk transistor yang
berbahan germanium adalah 0,3V. Besarnya tegangan
Gambar 11. Diagram Blok Sistem
3.2 Cara Kerja Sistem
3.3.1 Modulator Stereo
Prinsip kerja dari sistem ini yaitu menggunakan
masukan sinyal video dan sinyal audio stereo (R&L)
yang telah dimodulasi oleh sinyal pembawanya dan
mengeluarkan sinyal RF yang dapat ditampilkan pada
televisi. Sinyal video dimodulasikan dengan
gelombang pembawa video yang diperoleh dari
rangkaian pembangkit gelombang pembawa video.
Sedangkan sinyal audio R dan L diolah oleh
rangkaian
terintegrasi
BA1404
dan
akan
mengeluarkan dua buah sinyal. Sinyal MPX yang
merupakan sinyal berisi informasi audio R dan L.
Selain itu sinyal pilot dengan frekuensi 19KHz yang
akan menukar secara bergantian sinyal audio R dan L.
Kemudian hasil penggabungan sinyal MPX dan pilot
dimodulasikan dengan gelombang pembawa audio
yang diperoleh dari rangkaian pembangkit gelombang
pembawa audio. Setelah sinyal audio dan video
dimodulasi dengan sinyal pembawanya, maka kedua
sinyal tersebut digabungkan pada rangkaian unit
penggabung.
Tahap
selanjutnya
hasil
dari
penggabungan ini dimodulasikan dengan sinyal
pembawanya dan menghasilkan sinyal RF yang telah
termodulasi.
Rangkaian stereo multiplexer ini memiliki
spesifikasi sebagai berikut[11]:
• Tegangan kerja: +1 sampai +3 VDC
• Disipasi daya: 500 mW
• Temperatur kerja: -25 sampai 75 oC
Rangkaian ini dibuat menggunakan rangkaian
terintegrasi BA1404. Komponen ini sebenarnya biasa
digunakan pada pemancar FM stereo. Yang
didalamnya terdiri dari modulator stereo, modulator
FM dan penguat RF. Dalam sistem ini, bagian
modulator stereo saja yang digunakan.
C23
Ch-L In
Ch-R In
1nF
R21
C24
47k
C25
10uF
18
1
C26
2
3
4
12
1nF
R22
47k
10uF
C27
10uF
C28
BA1404
L-CH IN XTAL
R-CH IN XTAL
RF OUT
AF BIAS VREF
AF GND
OSC B RF GND
MOD IN VCC
MPX BLC
OSC MPX BLC
OSC PLT OUT
MPX OUT
5
6
7
11
8
15
16
17
13
14
Xtal
C29
38KHz
10nF
+1.5
R23
27k
R25
1nF
GND
C30
1nF
27k
R26
150k
R27
5.6k
C31 GND
220
C32
Audio Out
10uF
Gambar 12. Rangkaian Modulator Stereo
Prinsip kerja dari rangkaian stereo multiplexer
yaitu masukan sinyal audio R dan L sebelum
dimasukan ke pin 1 dan 18 BA1404 terlebih dahulu
3.3 Perancangan Sistem
7
10
9
U3
Rancang bangun..., Arif Caesar, FT UI, 2013
melewati rangkaian pre-emphasis (high pass filter)
tersusun dari kapasitor non polar diparalel dengan
resistor kemudian dihubungkan dengan kapasitor
polar secara seri. Pada BA1404, sebelum digabung
sinyal audio R dan L akan dikuatkan terlebih dahulu
dengan pengaturan pada pin 2.
Pada pin 5 dan 6 dihubungkan dengan kristal
38KHz[11] dan kapasitor nonpolar yang akan
menghasilkan sinyal osilasi dengan frekuensi 38KHz,
kemudian dikeluarkan pada pin 14. Untuk pin 16 dan
17 menggunakan resistor dengan nilai yang sama
sebesar 27kΩ supaya terjadi keseimbangan sinyal
keluaran pada pin 14. Sinyal osilasi frekuensi 38KHz
juga akan dibagi dua menjadi sebesar 19KHz, yang
akan dikeluarkan pada pin 13.
Sinyal keluaran pin 13 dihubungkan dengan pin
14 supaya sinyal yang dikeluarkan dapat ditukar
(switch) menjadi dua bagian. Satu bagian sebagai
saluran audio R dan bagian lain sebagai saluran audio
kiri. Jika pin 13 dan 14 tidak dihubungkan, maka
kualitas stereo yang dikeluarkan tidak terbentuk atau
otak kita hanya akan merespon sinyal yang
berkelanjutan saja.
Pada rangkaian stereo multiplexer yang
dirancang terdapat rangkaian pre-emphasis (high pass
filter). Rangkaian ini berfungsi sebagai penyaring
noise atau gangguan sinyal lain pada sinyal masukan.
Dimana akan hanya melewatkan sinyal berfrekuensi
tinggi saja. sedangkan sinyal frekuensi rendah tidak
akan dilewatkan. Sedangkan untuk nilai amplitudonya
tidak berpengaruh.
Dengan besarnya frekuensi yang akan ditahan
dapat dihitung dengan persamaan berikut:
(11)
Jadi nilai frekuensi yang ditahan dengan nilai C=
10uF dan R= 47 kΩ menurut persamaan 3.3 adalah
0.34
sampai dengan 5.5 Mhz lebih besar dari sinyal subpembawa video. Sinyal sub-pembawa dengan
modulasi FM dipakai pada bagian modulator C5 dan
R7. Nilai R7 diatur untuk sinyal sub-pembawa ke
sinyal video.
Gambar 13. Spektrum Sinyal Sub-pembawa Video &
Audio
Pada Q3 merupakan rangkaian osilator Colpitt
yang dihubungkan dengan C12, C13 dan L1. Sinyal
hasil osilasinya digunakan sebagai sinyal pembawa
RF. Sehingga pada rangkaian ini akan diberoleh
besarnya frekuensi sinyal pembawa RF yang nantinya
modulator televisi ini akan bekerja pada saluran
berapa.
Sinyal video dihubungkan dengan emiter Q2
melalui R18. Besarnya nilai dari R18 berpengaruh
terhadap penguatan sinyal video yang akan
dimodulasikan dengan sub-pembawanya dari C5 dan
R7. Sinyal video dan audio yang telah dimodulasi
digabungkan dengan sinyal pembawa RF dari R9
menuju basis Q2. Dan pada kolektor Q2 sinyal RF
yang termodulasi dikeluarkan melalui C9.
C19
Q1
C945
Audio In
C4
68pF
1uF
C1
100pF
R2
5K2
R3
10K
C2
1nF
C3
68pF
T1
C2
5.5MHz/47pF
100pF
C5
GND
R16
100
10pF
3.3.2 Modulator Televisi (Exiter)
RF Out
R12
150
C8
25pF
Dalam modulator televisi sinyal video
dimodulasikan dengan gelombang pembawa video
yang diperoleh dari rangkaian pembangkit gelombang
pembawa
video.
Sedangkan
sinyal
audio
dimodulasikan dengan gelombang pembawa audio
yang diperoleh dari rangkaian pembangkit gelombang
pembawa audio. Setelah sinyal modulasi audio dan
video memiliki daya yang cukup, sinyal audio-video
digabungkan pada rangkaian unit penggabung dan
menghasilkan sinyal RF.
Prinsip kerja dari rangkaian ini terletak pada
trafo RF TI dengan kapasitor di dalamnya. Ini
digunakan sebagai rangkaian osilator Colpitt dengan
jarak frekuensi yang dapat diatur sampai dengan
frekuensi 5.5 MHz. Sinyal audio dari keluaran
BA1404, dihubungkan dengan Q1 melalui C19.
Gambar 3.4 menunjukan spektrum sinyal sub
pembawa 5,5 MHz. Sinyal audio dimodulasi pada
basis Q1 dengan frekuensi sinyal sub-pembawa audio
R17
1K
R18
1K
220
C7
33pF
R11
33K
R9
R8
1K
C12
C13
8pF
8pF
C11
100pF
L1
0.05uH
C1
100pF
GND
D1
9V
1
2
R13
1K
1N4002
GND
R14
1K
C16
470uF
R15
56
D2
5V
C6
1nF
C10
1nF
D3
LED
Gambar 14. Rangkaian Modulator Televisi (Exiter)
Karena modulator pemancar televisi yang dibuat
akan bekerja pada frekuensi Very High Frekuensi
(VHF) 85 MHz. Dan dengan nilai kapasitor 100 pF,
18 pF, dan 18 pF yang tersedia. Maka diperlukan
perancangan induktor persamaan (12)[8].
8
Q3
C1674
Q2
100pF
C1674
R7
620
R10
3K3
C9
Video In
Rancang bangun..., Arif Caesar, FT UI, 2013
(12)
Dimanna:
L : Nilai indukktansi (uH)
d : Diameter lilitan (inci)
l : Panjang lillitan (inci)
n : Banyaknyaa lilitan (lilit)
N
Nilai induktorr yang akan diibuat sebesar 00.03 uH.
Indukktor dibuat darri kawat email dengan diam
meter 1.2
mm ddengan inti uddara. Dengan diameter lilitaan 0.118
inci, panjang lilittan 0.236 incci. Maka baanyaknya
kan persamaann (12).
lilitann dapat dihitunng menggunak
0.118 0.03
80.118 400.236
18
24.958
√2
4.995
Gam
mbar 16. PCB
B Rangkaian Jadi
J
5 lilit
D
Dengan kom
mponen yang telah tersediia dapat
dibuatt
rangkaiaan
osilator
Colpitt
dengan
menggabungkan kapasitor,
k
ind
duktor dan trransistor.
Dengaan frekuensi osilasi yang dikeluarkan menurut
persam
maan (10).
1
2
0.03 10
18
18
Gambar 17. Kootak Rangkaia
an
100 10
0
85.33
4.
4
PENGU
UJIAN DA
AN ANALIS
SA
4.1.
4
Pengujia
an
3.4 R
Realisasi
Metode pengujian yang digun
nakan adalahh
dengan
d
cara mengukur tiap-tiap blo
ok rangkaiann
sistem.
s
Deng
gan demikian akan diperoleeh kesesuaiann
input/output
i
antara
a
blok yaang satu deng
gan blok yangg
lainnya.
l
Hal ini diperlukaan agar kerja sistem yangg
diinginkan
d
dap
pat tercapai.
R
Realisasi meruupakan tahapan lanjutan daari tahap
perancangan. Tujuaan dari realisaasi yaitu mew
wujudkan
m
suatu
u alat atau sisttem yang
hasil pperancangan menjadi
sesuaii dengan spesiifikasi yang diinginkan.
4.1.1
4
Penguku
uran Rangkaaian Modulato
or Stereo
Untuk mengetahui
m
appakah rangkaiian modulatorr
stereo
s
bekerjaa dengan baikk, maka dilaku
ukan langkah-langkah
l
pengu
ukuran sebagaai berikut :
• Berikan
n tegangan V
Vcc pada pin
n 15 BA14044
sebesarr 1.5V-DC
• Ukur teegangan pada tiap pin BA1404
• Ukur frrekuensi padaa pin 5-6 BA14
404
• Berikan
n variasi m
masukan freekuensi darii
generattor fungsi, denngan amplitud
do 1 VPP.
Gambar 15.
1 Layout PC
CB Rangkaian
a Tiap Pin
Tabell 3. Hasil Penggukuran Pada
Tegangan
n BA1404 Pad
da Pin Ke (V)
1
2 3 4 5
6
13 14
1.84 0 0 0 1.84 1.84 0
0
15
1.84
16
1
1.84
1
17
1.84
18
1.84
Tabell 4. Hasil Penggukuran Frekkuensi Pada P
Pin 5-6
Tegangan
n
(V)
Frekuen
nsi
(KHz)
1.84
38
Ska
ala
Osilosskop
Hasil
H
Osiloskoop
V/div = 1 V
T/div = 10 µs
9
Rancang bangun..., Arif Caesar, FT UI, 2013
Tabell 5. Hasil Pengukuran
P
Frekuensi K
Keluaran
Terhaadap Masukann Dengan Amp
plitudo 1 VPP
Freku
uensi
Masu
ukan
(kH
Hz)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
100
11
122
133
144
155
166
177
188
199
200
• Berikan
n variasi m
masukan freekuensi darii
generattor fungsi kee masukan video,
v
dengann
amplitu
udo 1 VPP, ukkur nilai tegan
ngan pada RF
F
out.
Freekuensi
Keeluaran
(KHz)
0
0,99
1,99
3,19
4,48
4,98
6,28
7,12
8,24
9,25
9,98
11,12
11,98
12,98
13,95
14,97
16,01
17,05
18,18
19,07
20,04
2
Tabel
T
6. Peng
gukuran Ampplitudo Keluarran Terhadapp
Masukan
M
Deng
gan Amplituddo 1 VPP
Frekuensi
Masukan
(Hz)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
40
50
100
500
1000
2000
3000
4000
5000
4.1.2 P
Pengukuran Rangkaian Modulator
M
TV
V
U
Untuk mengeetahui apakah rangkaian m
modulator
televisi (exiter) bekkerja dengan baik, maka di
dilakukan
bagai berikut :
langkah-langkah peengukuran seb
• Berikan tegaangan catu seb
besar 9V-DC
C
• Ukur teganngan pada R1
15 untuk menngetahui
tegangan yaang diberikan ke
k rangkaian uutama.
• Ukur teganggan pada tiap kaki
k transistorr Q3.
Amplitudo
o
Keluaran
(mVPP)
18,4
29,2
29,4
29,6
29,2
28,8
28,4
28,4
28,0
28,4
28,4
28,6
28,0
28,0
28,4
27,4
26,4
26,0
25,6
24,4
24,6
24,8
24,6
24,8
24,6
Tabell 7. Pengukuraan Pada Transistor Q3
Tegangan (V)
Sinya
al Pada Emiter(*)
VCE
VBE
Frekuensi
F
(MH
Hz)
Skala
S
Osiiloskop
5.14
4.21
86.3
V/div = 200 mV
v = 100 ns T/div
Hasil O
Osiloskop
(*)
( Diperoleh
h dari hasil ssimulasi deng
gan perangkatt
lunak
l
Multisim
m 11.0 pada raangkaian Gam
mbar 18.
4.2
4
Analisa Pengukuran
4.2.1
4
Analisa Rangkaian M
Modulator Stereo
Pada Tabel 3 dan 4 menunju
ukan adanyaa
tegangan
t
yang
g digunakan ssebagai catu daya
d
BA1404..
Sehingga
S
dapat dipastikan rangkaian teelah berfungsii
Gam
mbar 18. Simulasi Rangkaiian Osilator C
Colpitt
M
11.0
Transistoor Q3 Pada Multisim
10
Rancang bangun..., Arif Caesar, FT UI, 2013
Frekuensi Keluaran (KHz)
dengan baik. Dimana rangkaian kristal yang
dihubungkan pada pin 5 dan 6, dapat mengeluarkan
sinyal osilasi dengan frekuensi 38 MHz. Sehingga
kristal tersebut dapat bekerja dengan baik.
Dari Tabel 5, perubahan frekuensi yang terjadi
pada masukan mengakibatkan frekuensi keluaran juga
mengalami perubahan. Perubahan ini terjadi
mendekati linier seperti ditunjukan pada Gambar 19.
25
20
15
10
5
0
0
0.4
0.8
2
4
6
8
10
12
Frekuensi Masukan (KHz)
14
16
18
20
Gambar 19. Grafik Hubungan Frekuensi Masukan Dan Keluaran Rangkaian Modulator Stereo
4.2.2 Analisa Rangkaian Modulator TV (Exiter)
2
Dari Tabel 7, rangkaian osilator Colpitt pada
transistor Q3 dapat berfungsi dengan baik, seperti
dengan adanya keluaran sinyal osilasi. Sinyal osilasi
ini akan digunakan sebagai frekuensi pembawa sinyal
RF. Seperti frekuensi sinyal osilasi keluaran yang
dapat dicari dengan persamaan (10).
1
0.03 10
18
18
85.33
86.3
Dari Tabel 6 perubahan frekuensi yang terjadi
pada masukan mengakibatkan tegangan keluaran juga
mengalami perubahan. Tegangan keluaran mengalami
penurunan sebesar 4,8 mVpp, dari frekuensi masukan
2-5000 Hz. Penurunan tegangan keluaran terbesar
terjadi saat perubahan frekuensi masukan dari 28-30
Hz yaitu sebesar 1 mVpp. Perubahan ini terjadi
seperti ditunjukan pada Gambar 20.
100 10
35
30
25
20
15
10
5
0
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
40
50
100
500
1000
2000
3000
4000
5000
Tegangan Kaluaran
(mVpp)
2
1
1.865 10
Frekuensi Masukan (Hz)
Gambar 20. Grafik Hubungan Frekuensi Masukan Dan Tegangan Keluaran Rangkaian Modulator TV (Exiter)
5.
masukan sama dengan frekuensi keluaran
(tidak ada frekuensi yang teredam).
b. Rangkaian osilator Colpitt pada transistor C3
dapat menghasilkan sinyal osilasi dengan
frekuensi VHF 86,3 MHz, mendekati dari
nilai perhitungan yaitu 85,33 MHz.
c. Terjadi perubahan tegangan keluaran pada
rangkaian modulator televisi jika terjadi
perubahan frekuensi masukan. Dimana jika
tejadi kenaikan frekuensi masukan maka
tegangan keluaran akan relatif mengalami
penurunan (tetapi tidak linier).
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari
pengukuran tiap blok sistem dan analisa yang
dijelaskan, maka dari Skripsi “Rangkaian Exiter
Pemancar TV Stereo” dapat disimpulkan.
a. Rangkaian
modulator
stereo
dapat
menghasilkan keluaran dengan baik. Dengan
tidak adanya perubahan frekuensi yang
signifikan pada keluaran dari perubahan
frekuensi masukan, artinya frekuensi
11
Rancang bangun..., Arif Caesar, FT UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anil K., Maini, “Basic Television :
Transmission and Reception Monochrome and
Color”, Edisi kedua, CBS Publisher &
Distributors, New Delhi, 1987.
[2] Glasford, Glenn M., “Fundamentals of
Television Engineering”, Tata McGraw-Hill
Publishing Company LTD, New Delhi, 1978.
[3] H. Young, Paul, “Electronic Communication
Technique”, Fourth Edition, Prentice Hall
International, USA, 1999.
[4] Adriyansyah, Budi. “Stasiun Pemancar TVRI di
Demak”.
Semarang:
Universitas
Negeri
Semarang. 2008.
[5] Sauerwald, Mark, “Television Standards-Part I :
How Our TVs Work”, ChipCenter-QuestLink,
2002.
[6] Spiwak, Marc, “TV Transmitter”, Poptronix
Electronic Handbook, 1997.
[7] Leon W. Couch, Digital and Analog
Communication Systems, Prentice 2001
[8] Boylestad, Robert. Electronic Devices and
Circuit Theory. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
2002.
[9] Kurniawan, Arief. “Perancangan Perangkat
Keras Modul Pelatihan Pemancar Televisi
Berwarna Bakuan PAL Dan NTSC”. Semarang:
Universitas Diponegoro. 2009.
[10] Malvino,
Albert
Paul,
“Prinsip-Prinsip
Elektronika”, Erlangga, Jakarta, 1984.
[11] “Data-sheet BA1404” FM Stereo Transmitter.
September 1989.
[12] “Data-sheet LM317” Terminal Adjustable
Regulator. Juni 2012.
12
Rancang bangun..., Arif Caesar, FT UI, 2013
Download