UPAYA PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP AKUNTABILITAS KERJA PEMERINTAH DESA MARGOMULYO KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR IMPLEMENTATION EFFORT GOOD GOVERNANCE ON THE GOVERMENT WORK ACOUNTABILITY MARGOMULYO VILLAGE SUB DISTRIC PANGGUNGREJO BLITAR DISTRIC Enny Anggun Pratiwi, H. Moch Yudhi Batubara, Nuruddin Hady Prodi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang E-mail: [email protected] ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan upaya pelaksanaan prinsip-prinsip good governance terhadap akuntabilitas kerja Pemerintah Desa Margomulyo. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian: Pertama, perwujudan akuntabilitas kerja Pemerintahan Desa dapat dilihat dalam lingkup kerja Pemerintah Desa Margomulyo dan di lingkup masyarakat. Akuntabilitas sendiri dapat dibagi menjadi tiga yaitu akuntabilitas keuangan, akuntabilitas manfaat, dan akuntabilitas prosedural. Kedua, faktor penghambat akuntabilitas kerja Pemerintah Desa Margomulyo dalam mewujudkan akuntabiltas kerja yaitu, sebagai berikut : a) terjadinya kekosongan jabatan dalam pemerintahan, b) pembengkakan dana dalam pelaksanaan pembangunan, dan c) pelaksanaan pembangun yang tidak terealisasikan tepat pada waktunya. Ketiga, pengawasan yang dilakukan masyarakat kepada Pemerintah Desa Margomulyo dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Kata Kunci : Good Governance, Akuntabilitas Kerja, Pemerintah Desa. ABSTRACT: This study aims to describe the efforts to implement the principles of good governance to accountability Margomulyo village government work. The method used is descriptive qualitative. The results: First, the realization of accountability Village Government work can be seen in the scope of work Margomulyo village government and in the public sphere. Accountability can be divided into three, namely financial accountability, accountability benefits, and procedural accountability. Second, factors inhibiting the village government accountability Margomulyo work in creating work that is accountability, as follows: a) the occurrence of a vacancy in the office of government, b) swelling in the implementation of development funds, and c) implementation of the builders that are not realized in time. Third, the monitoring is done to the Village Government Margomulyo can be done directly or indirectly. Key Words : Good Governance, Accountability Work, village government. Good governance (Kepemerintahan yang baik) berlaku pada setiap pemerintahan daerah yang sangat diperlukan dalam penyelenggaran otonomi daerah dan otonomi desa. Karena semangat reformasi telah mewarnai pendayagunaan aparatur negara dengan tuntutan untuk mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dan pembangunan. Menurut Lembaga Administrasi Negara (2000, 6) mendefinisikan “good governance sebagai penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif dengan menjaga “kesinergisan” interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat (society) “. Good governance merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan dalam menyediakan barang dan jasa publik (public goods dan services.). Menurut United Nations Development Program (UNDP) yang dikutip dalam LAN (2000, 7) karakteritik good governance antara lain adalah (1) Partisipasi (Participation), (2) Penerapan Hukum (Fairness), (3) Transparansi (Transparency), (4) Responsivitas (Responsiveness), (5) Orientasi (Consensus Oreintation), (6) Keadilan (Equity), (7) Efektivitas (Effectivness), (8) Akuntabilitas (Acoountability), (9) Strategi visi (Strategic vision). Pada sisi lain, pemerintah sebagai lembaga negara yang mengemban misi pemenuhan kepentingan publik dituntut pula pertanggungjawaban terhadap publik yang dilayaninya, artinya pemerintah lokal harus menjalankan mekanisme pertanggungjawaban atas tindakan dan pekerjaannya kepada publik yang acapkali disebut menjalankan prinsip akuntabilitas (accountability). Menurut Lembaga Administrasi Negara (2000: 43)” akuntabilitas adalah pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja atas tindakan seseorang/badan hukum/ pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban”. Berkaitan dengan pemerintah desa menurut Pasal 1 Ayat (5) Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa: “Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Sedangkan dalam Pasal 1 Ayat (7) Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa “ Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa (Kepala desa dan perangkat desa) dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus”. Secara tersurat, Peraturan Pemerintah (PP) ini mengakui adanya otonomi desa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa Margomulyo adalah suatu desa yang terletak di Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar. Desa ini sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga segala program kerja yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat tidak lepas dari kondisi masyarakat dan di sektor swasta yang bergerak dibidang perekonomian di Desa Margomulyo. Sebagai sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan Desa Margomulyo berdasarkan susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa Margomulyo tidak bisa lepas dari struktur pemerintah pada level diatasnya, semua memang diberikan kewajiban untuk mengurus tugas dan kewenangannya masingmasing namun dengan pertanggungjawabannya kepada struktur diatasnya sehingga terjadi kesinergisan kerja antar aparatur pemerintahan. Pemerintah Desa mengukur akuntabilitas kerja, kepala desa hanya menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada BAPEMAS (Badan Permusyawarata Masyarakat) tingkat II dalam bentuk LPPD (Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa ) dasar hukumya ialah UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Selanjutnya pertanggungjawaban terhadap kinerja Pemerintah Desa ditujukan kepada masyarakat terhadap ketercapaian program pembangunan yang dirancang pemerintah desa. Good governance adalah cara yang dapat digunakan oleh suatu negara atau pemerintaha untuk melaksanakan wewenangnya dalam menyediakan barang dan jasa publik. Sedangkan untuk penerapan prinsip akuntabilitas yang merupakan bagian dari prinsip good governance diyakini mampu merubah kondisi suatu pemerintahan, dari kondisi pemerintahan yang tidak dapat memberikan pelayanan publik secara baik dan korup menuju suatu tatanan pemerintah yang demokratis. Penyelenggaraan pemerintah yang akuntabel signifikan medapat dukungan dari publik. Ada kepercayaan masyarakat atas apa yang diselenggarakan, direncanakan dan dilaksanakan program berorientasi pada publik. Di pihak penyelenggara, akuntabilitas mencerminkan komitmen pemerintah melayani publik. Berangkat dari realitas diatas maka peneliti tertarik untuk membahas dan membuat suatu penelitan mengenai upaya pelaksanaan prinsip-prinsip good governance terhadap akuntabilitas kerja kepala Desa margomulyo Kecamatan Panggung rejo Kabupaten blitar. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mendiskripsikan beberapa hal yaitu 1) perwujudan akuntabiltas kerja Pemerintah Desa Margomulyo; 2) faktor-faktor penghambat akuntabilitas kerja Pemerintah Kerja; 3) peran masyarakat dalam mengawasi penerapan good governance yang dilakukan Pemerintah Desa Margomulyo. METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2007:1) "metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna mendiskripsikan upaya dari pada generalisasi”. Metode ini digunakan perwujudan akuntabilitas kerja pemerintah desa Margomulyo sebagai bagian dari prinsip-prinsip good governance. Sumber data dalam penelitian ini adalah (1) data primer berupa informasi langsung berupa kata-kata (ucapan) dari pihak Pemerintah Desa (Kepala Desa dan perangkat Desa), mengenai penyelenggaraan pemerintahan di desa Margomulyo, beserta BPD (Badan Permusyawaratan Desa; (2) Dengan mengumpulkan arsiparsip yang berkaitan dengan penyelenggaraan desa, seperti RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) untuk jangka waktu 5 (lima), RKP (Recana Kerja Pembangunan) Desa untuk perencanaan untuk periode 1 (satu) tahunan, beberapa Undang-undang dan Peraturan Pemerintah sebagai pedoman peneliti melengkapi dasar teori penyelenggaraan pemerintahan desa. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah (1) observasi langsung tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, dan melihat secara langsung perilaku, perkembangan penyelenggaraan pemerintah desa terhadap pelayanan publik dan pelaksanaan rencana pembangunan Desa kedepannya yang dilakukukan oleh pemerintah desa (Kepala Desa dan Perangkat Desa) juga berkaitan dengan akuntabilitas kerja pemerintah desa sebagai wujud dan bentuk good governance (kepemerintahan yang baik); (2) wawancara, wawancara yang digunakan adalah wawancara semiterstruktur. Subyek yang diwawancarai adalah Kepala Desa Margomulyo, Perangkat Desa (Sekretaris Desa, pelaksana teknis, serta unsur kewilayahan), Ketua BPD (Badan Permusyawaratan Desa) selaku badan pengawas Pemerintah Desa, dan beberapa tokoh masyarakat Desa; (3) dokumentasi, dokumentasi dilakukan dengan memeriksa arsip-arsip,surat, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya yang berkaitan dengan yang rencana pembangunan desa oleh Pemerintah Desa yang sudah dilaksanakan dan yang belum dilaksanakan; (4) Triangulasi, triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber data, yaitu mengecek sumber data yang satu dengan yang lain berdasarkan hasil observasi, wawancara dan beberapa data sekundernya. Kegiatan analisis data dilakukan dengan menggunakan interactive model (Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2007:91) dan dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: (1) Reduksi data, kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan semua data yang diperoleh di lapangan (data mentah) berupa hasil wawancara para subjek penelitian dan pengamatan secara langsung di Desa Margomulyo Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar dalam memperoleh data. Data atau informasi tersebut dipilah, dirangkum dan disusun secara sistematis sehingga memudahkan peneliti dalam mencari data; (2) Penyajian data, data disajikan dalam bentuk table dan bentuk teks narasi atau uraian yang menyerupai cerita yang bertujuan agar data tersebut, terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan lebih mudah di pahami; (3) Menarik kesimpulan. HASIL Berdasarkan data yang diperoleh, dianalisis, dan dipaparkan, terdapat hasil penelitian ini sesuai dengan fokus penelitian yang ingin dicapai. Tiga temuan berikut adalah (1) perwujudan akuntabilitas kerja pemerintah Desa Margomulyo sebagai bagian dari penerapan prinsip-prinsip good governance ditunjukkan dengan permasing-masing perangkat desa melaksanakan tugas yang menjadi kewenangannya selain itu juga perwujudan tersebut dapat dilihat dengan menggunakan macam-macam akuntabilitas yaitu (a) akuntabilitas keuangan, (b) akuntabilitas manfaat dan (c) akuntabilitas prosedural; (2) faktor penghambat akuntabilitas kerja Pemerintah Desa Margomulyo dalam mewujudkan akuntabiltas kerja, dalam temuan penelitian ada tiga macam faktor penghambat wujud pertanggungjawaban kerja Pemerintah Desa yaitu: a) terjadinya kekosongan jabatan dalam pemerintahan, b) pembengkakan dana dalam pelaksanaan pembangunan, dan c) pelaksanaan pembangun yang tidak terealisasikan tepat pada waktunya, 3) pengawasan yang dilakukan masyarakat kepada Pemerintah Desa Margomulyo dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung pengawasan dilakukakan dengan ikut serta terhadap semua pembuatan keputusan-keputusan untuk pembangunan umum di masyarakat, sedangkan secara tidak langsung masyarakat hanya menyalurkan aspirasi berupa pendapat, saran dan kritik yang sifatnya membangun yaitu BPD (Badan Permusyaratan Desa) yang kemudian disampaikan kepada Pemerintah Desa Margomulyo. PEMBAHASAN Perwujudan Akuntabilitas Kerja Pemerintah Desa Margomulyo Sebagai Bagian Dari Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Akuntabilitas merupakan bagian prinsip-prinsip good governance akuntabilitas diartikan oleh Lembaga Administrasi Negara (2000: 43) “sebagai wujud pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja atas tindakan seseorang/badan hukum/ pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban “. Pada penelitian awal, berdasarkan hasil temuan penelitian perangkat desa telah mengerti tugas dan kewenangan kerja masing-masing. Seperti Kepala Desa yang berkedudukan sebagai Kepala Pemerintahan Desa yang mempunyai tugas di tiga bidang yaitu di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, dimana semua tugas tersebut harus terlaksana secara seimbang. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabuaten Blitar No. 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa pada Bab III Kedudukan, tugas dan wewenang Kepala Desa Pasal 3 Ayat (2) “ Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Dengan tugas yang dibebankan kepada Kepala Desa tersebut dijadikan acuan bahwa dalam pelaksanaanya harus berjalan secara seimbang sehingga dapat memberikan kemanfaatan secara menyeluruh di masyarakat. Penerapan akuntabilitas kerja pemerintah desa Margomulyo, diiringi pula dengan keterbukaan Pemerintah desa Margomulyo dalam memberikan informasi kepada publik berkaitan dengan segala program pembangunan baik rencana kerja maupun penganggarannya, sesuai dengan Kewajiban badan publik dalam menyediakan informasi publik diatur dalam Pasal 7 Ayat (1) UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yaitu sebagai berikut “Badan Publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan Informasi Publik yang berada di bawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik, selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan”. Dalam melihat perwujudan dari akuntabilitas, peneliti juga menggunakan macam-macam Akuntabilitas dari Lembaga Administrasi Negara karena lembaga ini merupakan suatu lembaga yang menangani administrasi-administrasi suatu negara. Menurut Lembaga Administrasi Negara (2000: 29) tiga macam akuntabilitas tersebut yaitu 1) Akuntabilitas keuangan berkaitan dengan pertanggungjawaban dalam pengelolaan dan penggunaan dana yang biasa, 2) Akuntabilitas manfaat yang berkaitan dengan hasil dari kegiatan pemerintah , 3) Akuntabilias prosedural berkaitan dengan prosedur pelaksanaan kegiatan yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan, etika, moral dan adat-istiadat setempat yang biasa Berdasarkan hasil temuan pembagian akuntabilitas diatas akan dibahas sebagai berikut: 1) Pertama yaitu akuntabilitas keuangan, pertanggungjawaban terhadap perencanaan, pengganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan desa dipegang oleh Kaur keuangan yang bertugas terhadap segala hal yang berkaitan dengan pendanaan namun seluruh perangkat desa tetap bertanggungjawab terhadap masuk dan keluarnya dana yang ada, semua yang telah dirancang dalam RAP Desa (Rencana Anggaran Pendapatan) tetap menjadi tanggungjawab bersama. Kaur Keungan, yang tugasnya mengatur pembukuan dan pengolahan keluar masuknya dana baik yang berasal dari ADD (Alokasi Dana Desa), PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) dan lain-lain dibukukan dalam buku kas setelah dimasukkan di buku kas kemudian dilakukan pembukuan dan dibuatkan LPJ (Laporan Pertanggungjawaban) dilaporkan kepada BAPEMAS tingkat II dalam bentuk LKPD (Laporan Kerja Pemerintah Desa) atau LPPD (Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa) Kepala Desa sebagai wujud dari pertanggungjawaban terhadap dana yang telah dipakai selama kurun waktu satu tahun tersebut. 2) Kedua adalah akuntabilitas manfaat, sejauh mana hasil yang dicapai pemerintah dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Pelayanan yang dilakukan pemerintah baik menyangkut pembangunan fisik maupun non fisik sejauh ini diperuntukkan untuk memperlancar dan memberikan kemudahan masyarakat dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Dapat memberikan kemanfaatan baik dalam kehidupan di bidang perekonomian, bidang pendidikan, bidang sosial dan bidang budaya. 3) Ketiga adalah sekaligus yang terkhir adalah akuntabilitas prosedural, pertanggungjawaban terhadap prosedur atau tata cara pelaksanaan kebijakan yang dibuat pemerintah desa sesuaikah dengan kondisi masyarakat desa Margomulyo baik mengenai adat istiadat, moral, etika yang berlaku dalam lingkup pergaulan masyarakat. Setiap kebijakan yang diambil pemerintah selalu melibatkan masyarakat, misalnya sebelum pelaksanaan kegiatan pembangunan di Desa Margomulyo khusunya yang diadakan oleh pihak PNPM selalu diadakan musyawarah menampung segala bentuk aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat, semua disesuaikan dengan prioitas kebutuhan masyarakat yang mendesak dan terpenting. Namun, dengan adanya permasalahan dana yang turun tidak tepat pada waktunya dan dana yang ada sudah dibuatkan RAPB Desa masyarakat sering mengadakan iuran-iuran dalam bentuk bahan-bahan material untuk membangun daerah sekitar mereka tanpa menunggu dana dari pemerintah turun, karena jika menunggu dana pemerintah turun maka akan lama perealisasian pembangunannya. Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa semua perwujudan pelaksanaan akuntabilitas dari beberapa macam akuntabilitas atau pertanggungjawaban kerja pemerintah desa tersebut dilakukan pemerintah desa sebagai upaya untuk melaksanakan kepemerintahan yang baik (good governance) dimana dari pihak masyarakat turut andil dalam setiap penyelenggaraan kepemerintahan dan pemerintah desa sendiri mempunyai pertanggungjawaban yang penuh untuk memberikan kesejahteraan pada masyarakat dan melaksanakan tugas sesuai dengan wewenangnya. Faktor-Faktor Penghambat yang dihadapi Pemerintah Desa Margomulyo Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar dalam Mewujudkan Akuntabilitas Kerja sebagai Bagian dari Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Upaya pelaksanaan akuntabilitas kerja pemerintah desa Margomulyo sebagai bagian dari penerapan prinsip-prinsip kepemerintah yang baik (good governance) tidak lepas dari hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan tersebut berupa kendala yang dihadapi pemerintah desa untuk pertanggungjawaban atau akuntabilitas kerja kepada publik. Dalam perwujudannya, hambatan tersebut tidak hanya muncul di lingkup kerja pemerintah desa namun juga muncul dari lingkup masyarakat. Pertama di lingkup kerja pemerintaha desa Margomulyo, istilah good governance dan akuntabilitas hampir sebagian besar perangkat pemerintah desa tidak mengetahui arti dari istilah tersebut, karena sebagaian dari perangkat tersebut hampir tidak pernah mendengar istilah-istilah yang berbahasa asing. Hal tersebut sangat wajar karena pendidikan para perangkat desa Margomulyo didominasi dengan lulusan dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan banyak dari perangkat desa yang berusia sudah diatas 40 tahun. Namun dalam penyelenggaraan dan permujudan sebagai suatu instansi pengayoman kehidupan masyarakat, pemerintah desa Margomulyo dalam berkerja tidak lepas dari prinsipprinsip utama good governance tersebut sesuai dengan pendapat Widodo (2001: 133) karena bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance. Selain itu di lingkup kerja pemerintah desa, setiap perangkat atau aparatur pemerintah desa mempunyai hambatan-hambatan yang ditemui selama melaksanakan tugas sebagai bagaian dari pemerintah desa, namun disini akan dikelompok secara umum beberapa hambatan-hambatan yang muncul dalam lingkup kerja pemerintah desa berdasarkan temuan penelitian yaitu 1) Terjadinya kekosangan jabatan, 2) Pembengkakan dana dalam pelaksanaan pembangunan, 3) Pelaksananaan pembangunan yang belum terealisasikan tepat waktu. Berdasarkan temuan penelitian akan dibahas sebagai berikut: 1. Terjadinya kekosongan jabatan Kekosongan jabatan pemerintahan adalah tidak terpenuhinya kursi jabatan dalam pemerintahan. Pemerintah desa Margomulyo hanya memiliki 9 perangkat desa dari 13 kursi jabatan yang tersedia, hal ini berdampak cukup buruk bagi pelaksanaan pemerintahan, dengan tidak terpenuhinya kursi jabatan tersebut membuat beberapa penyelenggaraan kebijakan pemerintah menjadi terhambat. Misalnya saja dalam pembuatan laporan-laporan administratif dan laporan pertanggungjawaban akhir tahun kebanyakan tidak tepat pada waktunya. 2. Pembengkakan dana dalam pelaksanaan pembangunan Pembengkakan dana ini adalah faktor yang paling berpengaruh dalam pelaksanaan pembangunan. Akuntabilitas kerja pemerintah desa dilihat juga dari keluar masuknya dana dan pengolahan dana yang dilakukan pemerintah. Pertanggungjawaban terhadap pengelolaan dana yang masuk baik dari ADD, PNPM dan lain-lain disusun dalam RAP (Rencana Anggaran Pendapatan) dan Belanja yang dimasukkan dalam RKP (Rencana Kerja Pembangunan) desa yang dibuat setahun sekali.Berkat dari kesadaran masyarakat sendiri terbentuklah swadaya masyarakat dapat membantu berjalanya proses pembangunan tersebut, walaupun bukan murni dalam bentuk uang, biasanya wujud dari swadaya tersebut dapat berbentuk tenaga, bahan material, dan makanan. Yang kemudian oleh Kepala Urusan keunagan yang bertugas membukukan dalam buku kas swadaya masyarakat tersebut dalam bentuk uang bukan dalam bentuk barang lagi. 3. Pelaksanaan pembangunan yang belum terealisasikan tepat waktu Pelaksanaan pembangunan di desa Margomulyo ini terhambat dan belum terealisasikan tepat pada waktunya dikarenakan dana turun tidak selalu tepat pada waktunya dan RKP yang telah dibuat untuk setahun belum tentu dapat terealisasikan untuk setahun itu. Kedua di lingkup masyarakat desa kendala-kendala tersebut juga ditemukan, hubungan yang terjalin antara pemerintah desa dan masyarakat desa Margomulyo. Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah desa adalah kunci utama penyelenggaraan pemerintah desa, hubungan tersebut harus terjalin secara harmonis, namun ada beberapa masyarakat yang tidak puas akan kinerja yang dilakukan pemerintah desa diantaranya dalam bentuk keluhan-keluhan warga atas pelayanan publik yang dilakukan pemerintah desa, ada pula warga yang pro dan kontra terhadap putusan yang diambil pemerintah desa sendiri. Selanjutnya yang jadi kendala pembangunan fisik desa adalah pelaksanaan pembangunan harus menunggu masyarakat Desa Margomulyo selesai panen raya, karena mayoritas masyarakat Desa Margomulyo adalah bermata pencaharian di bidang pertanian. Hal inilah salah satu hal yang menghambat tidak tepatnya pembangunan fisik desa. Peran Masyarakat dalam Mengawasi Penerapan Good Governance yang dilakukan Pemerintahan Desa Pengawasan yang dilakukan masyarakat dilakukan dengan cara langsung maupun cara tidak langsung. Secara langsung, masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara ikut kedalam musyawarah-musyawarah baik di tingkat RT sampai pada musyawarah tingkat pemerintah desa. Dengan begitu masyarakat dapat menyampaikan pendapat, saran dan kritik kepada Pemerintah desa secara langsung. Hal tersebut dilakukan masyawarakat sebagai wujud pengawasan untuk melihat seberapa jauh pemerintah desa melaksanakan tugasnya. Sedangkan secara tidak langsung dilakukan masyarakat dengan menyampaikan pendapat, saran, dan kritik yang sifatnya membangun kepada BPD (Badan Permusyawaratan Desa). Setelah BPD menerima pendapat, kritik dan saran dari masyarakat barulah BPD menyampaikan pendapat, saran dan kritik kepada Pemerintah desa. Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang bercirikan good governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengawasan merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama pentingnya dengan penerapan good governance itu sendiri. (Yosa , 2010:1). Dari penjelasan diatas diatas maka disimpulkan bahwa dengan melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan paparan data, temuan penelitian dan pembahasan tentang upaya pelaksanaan akuntabilitas kerja pemerintah desa, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Pertama, sebagai wujud pelaksanaan akuntabilitas kerja pemerintah Desa Margomulyo, upaya yang dilakukan pemerintah desa berdasarkan macammacam akuntabilitas sendiri adalah a) akuntabilitas keuangan, terhadap pengolahan dana baik dari ADD, PNPM dan lain-lain selama ini tepat sasaran dan bentuk pertanggungjawaban terhadap dana yang masuk dan keluar dilakukan pembukuan dan melaksanakan LPJ yaitu (Laporan Pertanggungjawaban) yang dibuat setahun sekali yang wewenangnya dipegang oleh Kepala Urusan Keuangan kemudian juga ada laporan LPPD (Laporan Pertanggung jawaban Pemerintah Desa) sebagai evaluasi terhap kinerja dan program-program yang dilaksanakan pemerintah desa selama setahun, b) akuntabilitas manfaat, hasil dari kegiatan yang dilaksanakan pemerintah baik menyangkut pembangunan fisik maupun nonfisik di segala bidang, yaitu di bidang perekonomia, sosial, pendidikan dan budaya. Pemerintah desa Margomulyo bertanggungjawab penuh kepada hasil dari kegiatan yang telah diusung sebelumnya. c) akuntabilitas prosedural berkitan dengan pelaksanaan segala keputusan dan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah desa Margomulyo harus sesuai dengan kondisi masyarakat, baik yang menyangkut adat istiadat, moral dan etika, terbukti peran serta masyarakat sangat berpengaruh terhadap pembangunan yang dilakukan pemerintah desa; 2) Kedua, faktor-faktor penghambat yang dihadapi pemerintah desa Margomulyo dalam mewujudkan akuntabilitas kerja, baik dalam lingkup kerja pemerintah desa dan masyarakat. Di lingkup pemerintah desa yaitu1) terjadinya kekosongan jabatan dalam pemerintahan , 2) pembengkakan dana dalam pelaksanaan pembangunan, 3) pelaksanaan pembangunan yang belum terealisasikan tepat waktu. Sedangkan hambatan yang ditemui pemerintah desa di lingkup masyarakat adalah menyangkut kepercayaan masyarakat akan akuntabilitas kerja pemerintah desa, berbentuk keluhan-keluhan terhadap penyelenggaraan pemerintah desa baik dari segi pembangunan fisik maupun non fisik yang disampaikan masyarakat kepada pemerintah desa Margomulyo. 3) Ketiga, peran masyarakat sebagai pengawas kerja pemerintah desa dapat dibagi menjadi dua mekanisme yaitu pengawasan secara langsung dan secara tidak langsung. Pengawasan secara langsung masyarakat ikut ambil bagian dalam musyawarah dan aktif dalam memberikan pendapat, kritik dan saran yang disampaikan secara langsung kepada pemerintah desa. Sedangkan secara tidak langsung, masyarakat hanya melakukan pengawasan dengan memberikan pendapat, kritik dan saran yang sifatnya membangun melalui BPD (Badan Permusyawaratan Desa) dan kemudian BPD menyampaikan kepada pemerintah desa. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan saran sebagai berikut, (1) kepada Pemerintah Desa Margomulyo, pemerintah desa seharusnya lebih memperhatikan keinginan rakyat, melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing dan sesuai dengan prosedur yang ada; (2) hambatan-hambatan tersebut hendaknya menjadi faktor yang lebih menumbuhkan semangat untuk memperbaiki dan menambah daya kerja pemerintah desa; (3) kepada masyarakat desa Margomulyo, sebaiknya peran sebagai pengawas, mempunyai andil yang besar sebagai penentu keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan. Masyarakat desa hendaknya aktif dalam memberikan pendapat, kritik, dan saran yang sifatnya membangun akuntabilitas kerja pemerintah desa. DAFTAR RUJUKAN Lembaga Administrasi Negara Dan Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan. 2000. Akuntabilitas dan Good Governance. Lembaga Administrasi Negara Dan Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan: Jakarta. Sugiyono. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Widodo, Joko. 2001. Good Governance (Akuntabilitas dan Kontrol Biokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah). Surabaya: Insan Cendekia. Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 Tentang Pemerintah Desa. Jakarta: Sinar Grafika. Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. Jakarta: Sinar Grafika. Yosa. 2010. Pengertian Pengawasan. (Online) http://itjen-depdagri.go.id/article-25-pengertian-pengawasan.html , diakses tanggal 10 April 2013)