Sinergitas Good Governance, Demokrasi, dan Reinventing

advertisement
Sinergitas Good Governance, Demokrasi, dan
Reinventing Government dalam Mensejahterakan
Masyarakat
Gustati, S.E., Ak
Ferdawati, S.E., M.Sc., Ak
Jurusan Akuntansl, Pollteknlk Negeri Padang
Abstract
An independent wealthy civil society is becoming a matter that Indonesian government should
put a great concern on. In 1998, government were proved unable to provide a better service to
Its society. Health service, education facilities and other supporting services were not well
managed, mostly caused by crowded and ineffective bureaucracies. Most of vital services are
not prioritised for society but given in the name of political need or to bureaucrate. Thus a
government were asked to implement good governance so that the society were not burdened
with a bunch of paperwork when dealing with its services. In other words civil society is asking
for more effective and efficient bureaucracy in any government services, known as reinventing
government.
Key words: society, bureaucracy, good governance, reinventing government
1.
Pendahuluan
Sudah menjadi rahasia umum kalau
pelayanan masyarakat oleh instansi
atau aparat pemerintah umumnya
berjalan lamban. Tuntutan masyarakat
untuk terwujudnya masyarakat yang
CMf Society (masyarakat madani)
merupakan tuntutan
yang
harus
dipenuhi oleh pemerintah Indonesia
sekarang ini. Tuntutan ini menjadi
serna kin mendesak setelah pintu tirani
kekuasaan
terbuka
lebar,
yang
mernungkinkan seluruh rakyat Indonesia
dengan
jelas
hakekat
melihat
kekuasaan. Hakekat kekuasaan negara
tersebut adalah kekuasaan yang
diperoleh
dari
rakyat
dan
pertanggungjawaban atas kekuasaan
tersebut juga kepada rakyat.
Pada tahun 1998, dimana terjadinya
reformasi dimana pemerintah tidak
mampu memberikan pelayanan yang
baik kepada masyarakat. Pelayanan
dibidang kesehatan, pendidikan, dan
sektor lainnya tidak memuaskan
masyarakat dan penegakan hukum
tidak berjalan dengan semestinya.
Ketersediaan
dan
pertambahan
sumberdaya bagi pemerintah sangatlah
terbatas,
dibandingkan
dengan
peningkatan
tuntutan
pelayanan
masyarakat yang makin variatif dan
disertai dengan standar kualitatif.
Sehingga pertu upaya menekan sekecil
mungkin terjadinya kesenjangan antara
tuntutan pelayanan masyarakat dengan
kemampuan aparatur pemerintah untuk
memenuhinya. Sebab, keterbatasan
dalam hal sarana dan prasarana tidak
dapat
dijadikan
sebagai
alasan
pembenar tentang rendahnya kualitas
pelayanan kepada masyarakat.
Birokrasi yang besar dan tidak efektif
merupakan salah satu penyebab dari
masalah di atas. Aparat birokrasi
bekerja tidak untuk kepentingan rakyat,
tetapi untuk kepentingan politik atau
penguasa. Beberapa alasan, mengapa
bentuk ideal birokrasi tidak nampak
dalam praktek kerjanya antara lain:
Pertama, manusia birokrasi tidak selalu
berada (exist) hanya untuk organisasi.
Kedua, birokrasi sendiri tidak kebal
terhadap perubahan sosia!. Ketiga,
birokrasi dirancang untuk semua orang.
Keempat, dalarn kehidupan keseharian
manusia birokrasi berbeda-beda dalam
Sinergitas Good Governance, Dernokrasi, dan Reinventing Governrnent dalarn Mensejahterakan
Masyarakat
kecerdasan, kekuatan, pengabdian dan
sebagainya, sehingga mereka tidak
dapat saling dipertukarkan untuk peran
dan fungsinya dalam kinerja organisasi
birokrasi.
Akibatnya rakyat semakin terpinggirkan
dalam kehidupan bernegara dan
semakin kehilangan kemampuan untuk
mengurus dirinya sendiri Oauh dari
madani).
Birokrasi
masyarakat
cenderung menghabiskan dana untuk
kegiatan-kegiatan yang tidak berguna.
Hal Inl disebabkan oleh sistem
anggaran yang tradisional. Disamping
itu
sistem
pemerintahan
yang
sentralistik mengakibatkan lambannya
proses penetapan kebijakan publik yang
dibutuhkan oleh masyarakal Agar
pemerintah Indonesia tetap mendapat
kepercayaan
dan
tempat
dihati
maka
masyarakat
Indonesia,
pemerintah perlu melakukan berbagai
usaha
untuk
memperbaiki
diri.
Kemandirian dan kemampuan yang
handal dari pemerintah merupakan
syarat
tetap
terpeliharanya
kepada
kepercayaaan
masyarakat
pemerintah untuk memenuhi segala
kebutuhan pelayanan umumnya.
Seperti yang disampaikan oleh Agus
Suryono dalam
naskahnya yang
berjudul " Pentingnya Manajemen
Birokrasi Profesional Untuk Mengatasi
Kemunduran
Birokrasi
Dalam
Pe/ayanan Publik" dituliskan bahwa :
Krisis nasional yang dihadapi bangsa
Indonesia di penghujung abat 20 tidak
terlepas
dari
kegagalan
mengembangkan
sistem
penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan
yang
tidak
mengindahkan prinsip-prinsip Good
Govemance
(Accountability,
Democratic,Responcibility dan Rule of
the Law). Maka dalam kaitan inilah
pemerintah
perlu
mengefisienkan
manajemen
pemerintahan
atau
melaksanakan
manajemen
yang
biasanya dilakukan oleh pihak swasta
86
atau yang lebih dikenal dengan
-mewirausahakan Birokrasi (Reinventing
Govemment). Reinventing Govemment
adalah berbagai usaha yang dilakukan
oleh pihak birokrasi untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi suatu kegiatan.
2.
Sinergltas Good Governance,
Demokrasi, dan Reinventing
Government
dalam
Mensejahterakan Masyarakat
2.1.
Good Governance
Istilah govemance dalam bahasa Inggris
berarti "the act, fact, manner of
goveming", yang berarti adalah suatu
proses kegiatan. Kooiman dalsm
Sedarmayanti (2004:2) mengemukakan
bahwa govemance ialah-... serangkaian
proses interaksi sosial politik antara
pemerintah dengan masyarakat dalsm
berbagai bidang yang berkaitan dengan
kepentingan masyarakat dan intervensi
pemerintah
atas
kepentingankepentingan terse but" . Pada dasarnya,
istilah governance bukan hanya berarti
kepemerintahan sebagai suatu kegiatan
saja, melainkan juga mengacu kepada
arti
pengurusan,
pengarahan,
pengelolaan,
dan
pembinaan
penyelenggaraan.
United Nations Development Program
dalam
Sedarmayanti
(2004:3)
mendefinisikan governance sebagai
berikut : "Govemance is the exercise of
economic, political, and administrative
authority to manage a country's affair at
all levels and means by which states
promote social cohesion, integration,
and ensure the well being of their
population". ("Kepemerintahan adalah
pelaksanaan kewenangan di bidang
ekonomi, politik, dan administrasi untuk
mengelola berbagai urusan Negara
pada setiap tingkatan dan merupakan
instrument kebijakan Negara untuk
mendorong
terciptanya
kepaduan
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 4 No.1 Juni 2009 ISSN 1858-3687 hal 85-94
Sinergitas Good Govemance, Oemokrasi, dan Reinventing Govemment dalam Mensejahterakan
Masyarakat
sosial,
integrasi,
dan
menjamin
kesejahteraan
masyarakat").
Sedangkan kata "good' yang berarti
-baik" dalam istilah kepemerintahan
memiliki dua arti, yaitu (i) Nilai-nilai yang
menjunjung tinggi kehendak rakyat, dan
nilai-nilai yang dapat meningkatkan
kemampuan rakyat dalam pencapaian
tujuan pembangunan nasional yang
mandiri, berkelanjutan, dan berkeadilan
sosial. (ii) Aspek tungsional dari
pemerintah yang efektif dan efisien
dalaril pelaksanaan tugasnya untuk
mencapai tujuan nasianal tersebut.
lembaga Administrasi Negara (LAN)
mengemukakan
bahwa
good
governance berorientasi pada 2 hal,
yaitu pencapaian tujuan nasianal negara
dan pembentukan pemerintahan yang
berfungsi secara efektif serta efisien
dalam rangka mencapai tujuan nasianal.
Orientasi pertama mengacu pada
demokratisasi
dalam
kehidupan
bemegara
dengan
elemen-elemen
konstituennya
seperti
legitimacy,
accountability securing of human rights,
autonomy and devolution of power and
assurance. Orientasi kedua, tergantung
pada sejauh mana pemerintah memiliki
kompetensi dan sejauh mana struktur
politik
dan
serta
mekanisme
administrasi berfungsi secara efektif dan
efisien. LAN juga menyimpulkan bahwa
wujud
good
governance
adalah
penyelenggaraan pemerintahan yang
efisien dan efektif, serta solid dan
bertanggung jawab, dengan menjaga
kesinergisan interaksi yang konstruktif di
antara domain-domain negara, sektor
swasta,
dan
masyarakat.
Jadi,
berdasarkan kesimpulan dari LAN di
atas, maka entitas-entitas dalam good
govemance
dapat
dikelompokkan
menjadi 3 macam, yaitu:
a.
Negara
Konsepsi
kepemerintahan pada dasarnya
adalah
kegiatan
kenegaraan,
tetapi lebih jauh daripada itu,
melibatkan juga sektor swasta
dan kelembagaan
madani.
masyarakat
b.
Sektor Swasta : Pelaku sektor
swasta mencakup perusahan
swasta yang aktif dalam interaksi
sistem pasar seperti industri
pengolahan,
perdagangan,
perbankan,
dan
koperasi,
termasuk juga sektor informal
seperti PKl.
c.
Masyarakat Madani : kelompok
masyarakat
dalam
konteks
kenegaraan
pada
dasarnya
berada di antara atau di tengahtengah antara pemerintah dan
perseorangan, yang mencakup
baik
perseorangan
maupun
kelompok
masyarakat
yang
berinteraksi secara sosial dan
politik, dan ekonomi.
United Nation Development Programme
(UNDP) menyaratkan 10 prinsip untuk
terselenggaranya good governance,
yaitu adanya
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
partisipasi masyarakat;
penegakan hukum;
transparansi;
kesetaraan;
daya tanggap pemerintah;
wawasan ke masa depan;
akuntabilitas;
efisiensi
pengawasan;
efektifitas;
dan profesionalisme.
dan
Penyelenggaraan Negara yang bersih
dan
bebas
korupsi,
kolusi
dan
nepotisme, yang telah menegaskan
tekat bangsa ini untuk senantiasa
bersungguh-sungguh
mewujudkan
penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan yang didasarkan pad a
prinsip Good Governance.
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 4 No.1 Juni 2009 ISSN 1858-3687 hal 85-94
87
Sinergitas Good Govemance, Demokrasi, dan Reinventing Govemment dalam Mensejahterakan
Masyarakat
2.2. Demokrasi
Sejalan dengan hal ini, Dahl dalam
Basuki
dan
Shofwan
(2006:15)
menyatakan bahwa demokrasi yang
merupakan sebuah inkubator yang tepat
bagi
good
govemance
apabila
diterapkan akan memiliki efek-efek
positif sebagai berikut Menghindari
terjadinya kediktatoran; penghonnatan
terhadap hak asasi manusia; adanya
jaminan
kebebasan;
adanya
perlindungan;
adanya
jaminan
kebebasan;
adanya
perlindungan;
pemberian kesempatan yang luas;
adanya
tanggung
jawab
moral;
membantu perkembangan manusia;
adanya persamaan politik; mencari
perdamaian;
dan
mewujudkan
kemakmuran masyarakat.
2.3. Good
Governance
dan
Korelaslnya dengan Demokrasl
Jadi, korelasi antara good govemance
dengan
demokrasi
merupakan
pasangan yang ideal untuk mewujudkan
kesejahteraan
dalam
masyarakat,
keduanya saling berkaitan dan tidak
dapat dipisahkan.
sumberdaya dengan cara baru untuk
memaksimalkan
produktivitas
dan
efektivitas.
Dengan
demikian,
pemerintahan
wirausaha
adalah
pemerintah yang mempunyai kebiasaan
bertindak
dengan
mengunakan
sumberdaya dengan cara baru untuk
meningkatkan/mempertinggi
efisiensi
dan efektivitasnya.
2.4.2. Konsep Reinventing
Government
Konsep reinventing govemment pada
dasamya merupakan representasi dari
paradigma New Public Management
(NPM). Di mana dalam NPM, negara
dilihat sebagai perusahaan jasa modem
yang kadang-kadang bersaing dengan
pihak swasta, tapi di lain pihak dalam
bidang-bidang tertentu memonopoli
layanan jasa, namun tetap dengan
kewajiban memberikan layanan dan
kualitas yang maksimal. Segala hal
yang tidak bermanfaat bagi masyarakat
dianggap sebagai pemborosan dalam
paradigma NPM
2.4.3. Karakteristik Entrepeneur
(Burch, 1986 : 28-29)
2.4.
Reinventing Government
a.
Dorongan berprestasi : memiliki
keinginan besar untuk mencapai
suatu prestasi:
b.
Bekerja keras : mabuk kerja demi
mencapai sasaran yang ingin
dicapai.
c.
Memperhatikan
kualitas
menangani
dan
mengawasi
sendiri bisnisnya sampai mandiri,
sebelum ia mulai dengan usaha
yang baru.
d.
Sang at
secara
2.4.1. Pengertlan Reinventing
Government
Kata
Reinventing
Govemment
(pemerintahan wirausaha) berasal dari
kata "wirausaha dan pemerintah".
Menurut J.B.Say (1800) Wirausaha
(entrepreneur)
diartikan
sebagai
memindahkan
berbagai
sumber
ekonomi dari suatu wilayah yang
produktivitasnya rendah ke wilayah
yang produktivitasnya lebih tinggi dan
hasilnya lebih besar. Dengan kata lain,
seorang wirausahawan menggunakan
88
bertanggung jawab
legal, moral maupun
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 4 No.1 Juni 2009 ISSN 1858-3687 hal 85-94
Sinergitas Good Governance, Demokrasi, dan Reinventing Government dalam Mensejahterakan
Masyarakat
mental sangat bertanggung jawab
atas usaha mereka.
e.
Berorientasi pada imbalan : mau
menunjukkan prestasi, kerja keras
dan bertanggung jawab, dan
mereka mengharapkan imbalan
yang sepadan dengan usahanya.
f.
Optimis: hidup dengan doktrin
semua
waktu
baik
untuk
berbisnis, dan segala sesuatu
adalah mungkin.
g.
Berorientasi pada pada hasil
karya
yang
baik (excellent
oriented) : ingin mencapai sukses
yang menonjol dan menuntut
segala yang first class.
h.
Mampu mengorganisasikan
mampu
memadukan
bagianbag ian dari usahanya dalam
rangka mencapai hasil maksimal
bagi usahanya, mereka umumnya
diakui sebagai "komandan- yang
berhasil.
i.
Berorientasi
pada
uang
mengejar uang tidak semata-mata
untuk
memenuhi
kebutuhan
pribadi
dan
pengembangan
usahanya saja, tetapi juga dilihat
sebagai ukuran prestasi kerja dan
keberhasilan.
sebagai pengarah
(membuat
kebijakn,
peraturan,
undangundang) dengan fungsi pelaksana
(penyampai jasa dan penegakan).
b.
Pemerintahan Milik Masyarakat:
Memberdayakan
Ketimbang
Melayani (Empowering Rather
Than Serving). Menunjuk pada
pemerintahan yang mengalihkan
wewenang kontrol yang dimiliki ke
tangan masyarakat. Masyarakat
diberdayakan sehingga mampu
mengontrol
pelayanan
yang
diberikan oleh birokrasi.
c.
Pemerintahan Yang Kompetitif :
Menyuntikkan Persaingan Dalam
Pemberian Pelayanan (Injection
Competition
Delivery).
d.
Pemerintahan Yang Digerakkan
Oleh Misi : Mengubah Organisasi
Yang Digerakkan Oleh Peraturan
(Transforming
Organizations).
Rule-Driven
Pemerintahan
seperti ini mensyaratkan setiap
badan
pemerintah
harus
mempunyai misi yang jelas,
kemudian
memberikan
kebebasan kepada para manajer
untuk menemukan cara terbaik
misi tersebut, dalam batas-batas
legal. Keunggulan pemerintahan
semacam ini adalah lebih efisien,
efektif, inovatif, f1eksible dan
mempunyai semangat yang lebih
tinggi.
and
Gaebler's
dalam
Osborne's
artikelnya yang berjudul "Reinventing
Government: Ten Principles", yaitu :
Pemerintahan
Katalis .
Mengarahkan
Ketimpangan
Mengayuh (Steering Rather Than
Rowing).
Pemerintahan
Inl
memisahkan fungsi pemerintah
Service
Pemerintahan
semacam
1m
mensyaratkan
persaingan
diantara
para
penyampai jasa atau pelayanan
(publik-swasta,
swasta-swasta,
publik-publik) untuk
bersaing
berdasarkan kinerja dan harga
2.4.4. Sepuluh KarakterlstiklPrinslp
Pemerlntahan yang Berslfat
Wlrausaha
a.
into
e.
Pemerintahan Yang Berorientasi
Pada Hasil : Membiayai Hasil,
Bukan
Masukan
(Funding
Outcomes, Not Input). Menunjuk
pada Pemerintahan yang result-
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 4 No. 1 Juni 2009 ISSN 1858-3687 hal 85-94
89
Sinergitas Good Governance, Demokrasi, dan Reinventing Govemment dalam Mensejahterakan
Masyarakat
oriented dengan mengubah fokus
dari input (kepatuhan pad a
peraturan dan membelanjakan
anggaran
sesuaidengan
ketetapan) menjadi akuntabilitas
pada keluaran atau hasil.
f.
Pemerintahan Yang Berorientasi
Pada Pelanggan : Memenuhi
Kebutuhan Pelanggan, Bukan
Birokrasi (Meeting the needs of
Customer, not be Bureaucracy).
Pemerintah
berorientasi
memperlakukan
pelanggan
masyarakat yang dilayani sebagai
pelanggan.
g.
Pemerintahan
Wirausaha
Ketimbang
Menghasilkan
Membelanjakan (Earning Rather
Than
Spending).
Pemerintah
berusaha menfokuskan energinya
bukan
sekedar
untuk
menghabiskan anggaran, tetapi
juga menghasilkan uang.
h.
i.
90
Pemerintahan
Antisipatif
Mencegah Ketimbang Mengobati
(Prevenion Rather Than Cure).
Menunjuk pad a pemerintah yang
berpikir ke depan,
mereka
mencoba mencegah timbulnya
masalah daripada memberikan
pelayanan untuk menghilangkan
masalah. Hal itu ditempuh melalui
penggunaan
perencanaan
strategis, pemberian visi masa
depan, dan berbagai metode lain
untuk melihat masa depan.
Pemerintahan Desentralisasi
Dari Hirarki menuju Partisipasi
dan Tim Kerja. (From Hierarchy to
Participation and Teamwork).
Pemerintahan yang mendorong
wewenang
dari
pusat
pemerintahan melalui organisasi
atau sistem. Keunggulan dari
desentralisasi
adalah
lebih
res pons if dan fleksible, lebih
efektif,
lebih
inovatif,
dan
menghasilkan semangat kerja
yang lebih tinggisehingga lebhi
ban yak komitmen dan akhirnya
lebih produktif.
j.
Pemerintahan Yang Berorientasi
Pasar : Mendongkrak Perubahan
Melalui
Pasar
(Leveraging
Change Through The Market).
Pemerintahan
ini
sering
memanfaatkan struktur pasar
swasta
untuk
memecahkan
masalah daripada menggunakan
mekanisme administratif, seperti
menyampaikan pelayanan atau
perintah dan kontrol dengan
memanfaatkan peraturan.
Menurut Tri Widodo W. Utomo dalam
artikelnya yang berjudul -Reinventing
Government-Semangat Kewirausahaan
Sektor Publik- bahwa implementasi
prinsip reinventing government harus
selalu mengingat karakteristik yang
dimiliki oleh masing-masing daerah.
ArtInya, implementasi prinsip dan
semangat
reinventing
government
sifatnya kontekstual, bukan universal.
Dalam
hal
1m
Tri
Wldodo
mengasumsikan
bahwa
konsep
reinventing government merupakan
tawaran terhadap paradigma baru
(pergeseran
dalam model dasar
kepemerintahan) di Amerika.
Sedangkan Menurut Imawan, (bahan
Kuliah Sistem Politik Indonesia) prinsip
utama Reinventing Government adalah
Steering (mengendalikan, menfalitasi
aktivitas masyarakat),
Empowering
(memberdayakan anggota masyarakat),
Meeting the needs of the Customer, not
bureaucrachy, Earning, dan Prevention.
2.4.5. Beda Pemerintahan dengan
Usaha Bisnls
agar
Pemerintahan
bertujuan
memperoleh legitimasi dari masyarakat
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 4 No.1 Juni 2009 ISSN 1858·3687 hal 85·94
Sinergitas Good Governance, Demokrasi, dan Reinventing Government dalam Mensejahterakan
Masyarakat
sehingga dapat dipilih kembali oleh
masyarakat pada periode yang akan
datang. Sedangkan bisnis bertujuan
untuk memperoleh keuntungan. Jika
suatu organisasi bisnis tidak dapat
memperoleh
keuntungan
maka
organisasi tersebut akan mengalami
Death Une atau kematian. Oemikian
juga halnya dengan pemerintahan.
Perbedaan
tujuan,
menciptakan
motivasi yang berbeda. Indikator
keberhasilan usaha swasta adalah
mampu menesri keuntungan yang
sebesar-besamya. Sedangkan dalam
pemerintahan,
indikatomya adalah
apakah mereka dapat menyenangkan
para politisi yang terpilih atau tidak.
Reinventing
Government
bukan
bertujuan untuk menghilangkan peran
pemerintah dalam masyarakat dan
menjadikan peran tersebut dijadikan
peran swasta.
2.4.6. Kekuatan dan Kelemahan
Reinventing Governance
Dalam RendyBlog dituliskan bahwa
kelebihan goal governance yaitu
meletakkan fokus utamanya pada "the
achievement of result and taking
individual
responsibility
for
their
achievemenf. Tetapi ia juga memiliki
kelemahan
apabila
prinsip-prinsip
manajemen baru itu hendak diterapkan
di sektor publik. Misalnya, sampai
sekarang masih terjadi diskursus yang
seru terhadap 10 prinsip dalam
entrepreneurial government-nya Osborn
dan Gaebler (1992) yang mereka
kemukakan da/am uraian yang sang at
provokatif
yaitu
Reinventing
Government. Konsep pemerintahan
entrepreneur Osborn dan Gaebler yang
mencoba menemukan nilai-nilai baru
(re-inventing) di bidang pemerintahan
ternyata
menurut Painter (1994)
mempunyai kekuatan dan sekaligus
kelemahan.
Kritik
Painter
terhadap
konsep
pemerintahan entrepreneur ada/ah
bahwa ia terla/u bias pada .. new
administrative values" yang lebih
banyak menitik beratkan pada orientasi
goal governance dengan meminggirkan
nilai-nilai administrasi k/asik yang
sebenamya masih potensia/ yang
berbasis pada rule governance. Oleh
karena itu, Painter menyebutnya
bukannya
reinventing
govemment
melainkan pemerintahan yang sudah
dalam keadaan tertingga/ (abandoning
government), karena Osborn dan
Gaebler
sebenamya
te/ah
menghapuskan atau setidak-tidaknya
telah
membelotkan
nilai-nilai
pemerintahan. Padahal kedua nilai
tersebut (lama dan baru) bisa
disatupadukan.
Kritik yang lain, misalnya dari Pollitt
(dalam Hughes, 1994) yang meragukan
penerapan
prinsip-prinsip
entrepreneurship di sektor publik.
Setidak-tidaknya ada dua hal yang
melemahkan konsep terse but dengan
mengatakan
«First,
the
providerlconsumer transactions in the
public services tend to be notably more
complex than those faced by the
costumer in a normal market; and
second, public service consumers are
never merely consumers, they are
always citizens too, and they has a set
of unique
implications
for the
transaksi,
transactions"(
Periama,
providerl konsumer dalam pelayanan
publik cenderung berada pada sesuatu
yang khusus dan lebih komplek
daripada
berhadapan
dengan
pelanggan di pasar yang normal;
Kedua, pengguna pelayanan publik
tidak hanya konsumer saja, mereka juga
termasuk warga negara lain, dan
mereka adalah bag ian yang unik dari
implikasi suatu transaksi). Sehubungan
dengan itu, menurut Hughes (1994)
diperlukan adanya repositioning dengan
menyusun agenda kebijakan reformasi
administrasi
negara
dengan
mensinergikan
orientasi
rule
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 4 No.1 Juni 20091SSN 1858-3687 hal 85-94
91
Sinergitas Good Govemance, Demokrasi, dan Reinventing Govemment dalam Mensejahterakan
Masyarakat
governance dan goal governance.
Hughes mengatakan : .... .the best parts
of the old model professionalism,
impartiality, high ethical standards, the
absence
of corruption
can
be
maintained, along with the improved
performance a managerial model
premises" (bagian terbaik dari model
profesionalisme lama adalah sikap yang
adil, standard etika yang tinggi, tingkat
yang
dapat
dipantau,
korupsi
bersamaan dengan bentuk dasar
pemikiran model manajerialnya).
2.5.
Sistem PoUtik
Sistem politik dapat diartikan sebagai
struktur dan pola interaksi yang te~adi
dalam suatu masyarakat menyangkut
pembagian nilai atau hak-hak istimewa
kepada masyarakat, yang membuat si
penerima dipandang syah dan memiliki
kewenangan untuk terlibat dalam proses
poUtik. Jadi dalam sistem politik ada
beberapa unsur : Struktur dan pola
interaksi, pembagian nilai atau hak-hak
istimewa masyarakat, legitimate, dan
proses politik.
2.6.
Civil
Society
Madani)
aksistensi ruang dan wacana publik, (3).
Negara melaksanakan hal-hal yang
telah
disepakati
sebagai
batas
kewenangan masing-masing.
3.
Pada suatu penelitian yang pernah
dilakukan (dimuat dalam Indoskripsi)
pada
hakekatnya,
reinventing
government di Indonesia mencakup 5
hal yaitu
3.1.
Steering.
Paradigma tradisional ini menyebabkan
pemerintah tidak bisa lagi berpikir jemih
untuk meningkatkan mutu kerjanya,
karena sudah diliUt oleh aktivitasaktivitas rutin untuk melayani kebutuhan
masyarakat. Untuk itu pemerintah perlu
memikirkan untuk menyerahkan tugastugas tersebut kepada masyarakat
(NGO-non government organizationatau pihak swasta), atau bermitra
dengan
masyarakat
(sistem
koproduksi).
(Masyarakat
3.2.
Masyarakat Madani merupakan konsep
tentang keberadaan satu masyarakat
yang dalam batas-batas tertentu mampu
memajukan dirinya sendiri melalui
penciptaan aktivitas mandiri, dalam
suatu
ruang
gerak yang
tidak
Negara
melakukan
memungkinkan
intervensi. Penekanan diberikan pada
hak-hak dasar individu sebagai manusia
maupun negara. Penekanan ini yang
membuat konsep Civil Society sangat
erat terkait dengan demokrasi dan
demokratisasi. Tidak banyak yang
dituntut oleh Civil Society dari negara,
hanya ada 3 hal yang diharapkan yaitu :
(1). Negara menjamin hak-hak azazi
warga negara, (2).Negara menghormati
92
Penerapan
Reinventing
Government di Indonesia
Empowering.
Pada pemerintahan yang menganut
sistem otoriter kekuasaan tertinggi
berada ditangan penguasa (negara) dan
tidak memberikan hak-hak politik
kepada rakyat. Sistem otoriter tidak
mampu
memenuhi
kebutuhan
masyarakat, sehingga perlu dilakukan
perubahan yang dimaksudkan untuk
mengembalikan kekuasaan kepada
rakyat
dengan
melakukan
pemberdayaan
kepada
rakyat
(empowering).
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 4 No.1 Juni 20091SSN 1858-3687 hal 85-94
Sinergltas Good Govemance, Oemokrasi, dan Reinventing Government dalam Mensejahterakan
Masyarakat
3.3. Meeting the needs of the
Customer, not bureaucrachy.
Gejala yang selama ini ada para
administrator
bekerja
untuk
mendapatkan prestasi yang akan dinilai
baik oleh atasannya. Maka dilakukan
perubahan
untuk
meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat.
3.4. Earning.
Selama ini sifat pemerintah adalah
selalu berusaha untuk menghabiskan
dana yang ada, tanpa perlu memikirkan
bagaimana mendapatkan dana tersebut.
Untuk
itu
pemerintah
perlu
mempertimbangkan pemikiran bahwa
instansi pemerintah harus mampu
menghasilkan dana untuk membiayai
berbagai programnya.
3.5.
Prevention.
Pemerintah selama ini cenderung untuk
menyelesaikan suatu masalah setelah
masalah tersebut timbul atau menjadi
masalah besar. Setelah suatu masalah
menjadi
masalah
besar,
maka
pemerintah akan mengalami kesulitan
besar untuk mengatasinya, baik dari
segi kerumitan maupun pembiayaan.
Akan lain halnya jika pemerinta sudah
melakukan usaha-usaha pencegahan
terhadap datangnya masalah tadi.
4.
Keslmpulan
Keterlibatan masyarakat dalam sistem
pemerintahan merupakan semangat
yang terdapat dalam konsep good
governance. Sinergitas antara good
governance, demokrasi, dan reinventing
government memang perlu diciptakan
untuk menuju Indonesia yang sejahtera.
Good governance yang membutuhkan
demokrasi sebagai inkubatornya, dan
tujuan dari good governance sendiri
yang akan mendorong kehidupan
masyarakat ke arah demokrasi tentu
akan membuatnya keduanya terus
saling berkaitan.
Begitu
juga
dengan
pengimplementasian kesepuluh prinsip
reinventing government yang harus
mendapat pengawalan dari sistem good
governance agar benar-benar dapat
memaksimalkan layanan publik yang
nantinya
berujung
kepada
kesejahteraan masyarakat. Sebagai
saran untuk konsep iron triangle pada
good governance, sebaiknya perlu
ditambah sektor media massa dan
sektor Non-Government Organization
(NGO) sehingga bentuknya bukan lagi
segitiga melainkan pentagon (sagi lima).
Hal ini mengingat peran media massa
dan NGO yang pada abad ke- 21 ini
semakin kuat dalam mempengaruhi
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah,
dan mengendalikan kestabilan baik
sospol
maupun
sosek
dalam
masyarakat.
Reinventing Government di Indonesia
pada hakekatnya mencakup 5 prinsipal
yaitu, Steering, empowering, Meeting
the needs of the Customer, not
bureaucrachy, Earning, dan prevention.
Reinventing ini akan terlaksana jika di
Indonesia telah terwujud Civil Society
yang menghendaki masyarakat sudah
dewasa dan mempunyai aktivitas dan
kreativitas yang tinggi.
Daftar Referensi
Indoskripsi, "Reinventing Government",
Indonesia, 2008.
Mr.
Angeera Sidaya,
Government in
"Reinventing
Australia
Jumal Akuntansi & Manajemen Vol 4 No.1 Juni 2009 ISSN 1858-3687 hal 85-94
93
Sinergltas Good Govemance, Demokrasi, dan Reinventing Govemment dalam Mensejahterakan
Masyarakat
Whole of Government in a
Federation", Australia, 2008.
Bernadine Van Gramberg, "Reinventing
Government in Australia
Whole of Government in a
Federation", Australia, 2005.
Sunil Garg, ·Whatever Happened to
Reinventing
Government?",
2008.
Endang
Wi~atmi,
"Reinventing
Government", Indonesia.
Aaganzenk, "Reinventing Government",
2007.
Chris Steineger, Senator, -Reinventing
Government", Kansas City.
Tri Widodo W. Utomo, -Reinventing
Government dan Semangat
Kewirausahaan Sektor Publik"
Indonesia.
Osborne and Gaebler's, "Reinventing
Government : Ten Principles",
2009
Owen
Anto
E.
Hughes,
Manajemen dan
Pubik".
Tjahjanulin
Domai,
-Reinventing
Keuangan
Daerah
(Studi
Tentang Pengelo/aan Keuangan
Daerah)", Malang.
DR. Ir. Fadel Muhammad, "Reinventing
Local
Government
Untuk
Memberdayakan
Birokrasi
Pemerintah Daerah", Gorontalo.
5th Global Forum On Re-Inventing
Government, "Innovation And
Quality In The Government Of
The 21st Century" Mexico City,
2003
Dr.
Dr.
Hefrizal Handra, • Civil Service
Reform (Reformasi Birokrasi)",
Padang, 2009.
Hefrizal Handra, ·State
Birokrasi", Padang, 2009
RendyBlog,
• Sinergitas
Good
Governance, Demokrasi, Dan
Reinventing Government Da/am
Menyejahterakan Masyarakar.
"Pengantar
Administrasi
Purwo Santoso, "Memperbaiki
Sebagai
Pelayanan
Publik
Perwujudan Good Governance".
Efa Yonnedi, "New Publik Management
(NPM)", 2009.
Efa Yonnedi, "The Concept and role of
the Publik Sector", 2009.
Agus Suryono, "Pentingnya Manajemen
Birokrasi Profesional Untuk
Mengatasi
Kemunduran
Birokrasi Da/am Pelayanan
Publik, Malang, 2002.
94
and
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 4 No.1 Juni 20091SSN 1858-3687 hal 85-94
Download