Sinergitas Good Governance, Demokrasi, dan Reinventing Government dalam Mensejahterakan Masyarakat Gustati, S.E., Ak Ferdawati, S.E., M.Sc., Ak Jurusan Akuntansl, Pollteknlk Negeri Padang Abstract An independent wealthy civil society is becoming a matter that Indonesian government should put a great concern on. In 1998, government were proved unable to provide a better service to Its society. Health service, education facilities and other supporting services were not well managed, mostly caused by crowded and ineffective bureaucracies. Most of vital services are not prioritised for society but given in the name of political need or to bureaucrate. Thus a government were asked to implement good governance so that the society were not burdened with a bunch of paperwork when dealing with its services. In other words civil society is asking for more effective and efficient bureaucracy in any government services, known as reinventing government. Key words: society, bureaucracy, good governance, reinventing government 1. Pendahuluan Sudah menjadi rahasia umum kalau pelayanan masyarakat oleh instansi atau aparat pemerintah umumnya berjalan lamban. Tuntutan masyarakat untuk terwujudnya masyarakat yang CMf Society (masyarakat madani) merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh pemerintah Indonesia sekarang ini. Tuntutan ini menjadi serna kin mendesak setelah pintu tirani kekuasaan terbuka lebar, yang mernungkinkan seluruh rakyat Indonesia dengan jelas hakekat melihat kekuasaan. Hakekat kekuasaan negara tersebut adalah kekuasaan yang diperoleh dari rakyat dan pertanggungjawaban atas kekuasaan tersebut juga kepada rakyat. Pada tahun 1998, dimana terjadinya reformasi dimana pemerintah tidak mampu memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Pelayanan dibidang kesehatan, pendidikan, dan sektor lainnya tidak memuaskan masyarakat dan penegakan hukum tidak berjalan dengan semestinya. Ketersediaan dan pertambahan sumberdaya bagi pemerintah sangatlah terbatas, dibandingkan dengan peningkatan tuntutan pelayanan masyarakat yang makin variatif dan disertai dengan standar kualitatif. Sehingga pertu upaya menekan sekecil mungkin terjadinya kesenjangan antara tuntutan pelayanan masyarakat dengan kemampuan aparatur pemerintah untuk memenuhinya. Sebab, keterbatasan dalam hal sarana dan prasarana tidak dapat dijadikan sebagai alasan pembenar tentang rendahnya kualitas pelayanan kepada masyarakat. Birokrasi yang besar dan tidak efektif merupakan salah satu penyebab dari masalah di atas. Aparat birokrasi bekerja tidak untuk kepentingan rakyat, tetapi untuk kepentingan politik atau penguasa. Beberapa alasan, mengapa bentuk ideal birokrasi tidak nampak dalam praktek kerjanya antara lain: Pertama, manusia birokrasi tidak selalu berada (exist) hanya untuk organisasi. Kedua, birokrasi sendiri tidak kebal terhadap perubahan sosia!. Ketiga, birokrasi dirancang untuk semua orang. Keempat, dalarn kehidupan keseharian manusia birokrasi berbeda-beda dalam Sinergitas Good Governance, Dernokrasi, dan Reinventing Governrnent dalarn Mensejahterakan Masyarakat kecerdasan, kekuatan, pengabdian dan sebagainya, sehingga mereka tidak dapat saling dipertukarkan untuk peran dan fungsinya dalam kinerja organisasi birokrasi. Akibatnya rakyat semakin terpinggirkan dalam kehidupan bernegara dan semakin kehilangan kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri Oauh dari madani). Birokrasi masyarakat cenderung menghabiskan dana untuk kegiatan-kegiatan yang tidak berguna. Hal Inl disebabkan oleh sistem anggaran yang tradisional. Disamping itu sistem pemerintahan yang sentralistik mengakibatkan lambannya proses penetapan kebijakan publik yang dibutuhkan oleh masyarakal Agar pemerintah Indonesia tetap mendapat kepercayaan dan tempat dihati maka masyarakat Indonesia, pemerintah perlu melakukan berbagai usaha untuk memperbaiki diri. Kemandirian dan kemampuan yang handal dari pemerintah merupakan syarat tetap terpeliharanya kepada kepercayaaan masyarakat pemerintah untuk memenuhi segala kebutuhan pelayanan umumnya. Seperti yang disampaikan oleh Agus Suryono dalam naskahnya yang berjudul " Pentingnya Manajemen Birokrasi Profesional Untuk Mengatasi Kemunduran Birokrasi Dalam Pe/ayanan Publik" dituliskan bahwa : Krisis nasional yang dihadapi bangsa Indonesia di penghujung abat 20 tidak terlepas dari kegagalan mengembangkan sistem penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip Good Govemance (Accountability, Democratic,Responcibility dan Rule of the Law). Maka dalam kaitan inilah pemerintah perlu mengefisienkan manajemen pemerintahan atau melaksanakan manajemen yang biasanya dilakukan oleh pihak swasta 86 atau yang lebih dikenal dengan -mewirausahakan Birokrasi (Reinventing Govemment). Reinventing Govemment adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh pihak birokrasi untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi suatu kegiatan. 2. Sinergltas Good Governance, Demokrasi, dan Reinventing Government dalam Mensejahterakan Masyarakat 2.1. Good Governance Istilah govemance dalam bahasa Inggris berarti "the act, fact, manner of goveming", yang berarti adalah suatu proses kegiatan. Kooiman dalsm Sedarmayanti (2004:2) mengemukakan bahwa govemance ialah-... serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintah dengan masyarakat dalsm berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingankepentingan terse but" . Pada dasarnya, istilah governance bukan hanya berarti kepemerintahan sebagai suatu kegiatan saja, melainkan juga mengacu kepada arti pengurusan, pengarahan, pengelolaan, dan pembinaan penyelenggaraan. United Nations Development Program dalam Sedarmayanti (2004:3) mendefinisikan governance sebagai berikut : "Govemance is the exercise of economic, political, and administrative authority to manage a country's affair at all levels and means by which states promote social cohesion, integration, and ensure the well being of their population". ("Kepemerintahan adalah pelaksanaan kewenangan di bidang ekonomi, politik, dan administrasi untuk mengelola berbagai urusan Negara pada setiap tingkatan dan merupakan instrument kebijakan Negara untuk mendorong terciptanya kepaduan Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 4 No.1 Juni 2009 ISSN 1858-3687 hal 85-94 Sinergitas Good Govemance, Oemokrasi, dan Reinventing Govemment dalam Mensejahterakan Masyarakat sosial, integrasi, dan menjamin kesejahteraan masyarakat"). Sedangkan kata "good' yang berarti -baik" dalam istilah kepemerintahan memiliki dua arti, yaitu (i) Nilai-nilai yang menjunjung tinggi kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional yang mandiri, berkelanjutan, dan berkeadilan sosial. (ii) Aspek tungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalaril pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan nasianal tersebut. lembaga Administrasi Negara (LAN) mengemukakan bahwa good governance berorientasi pada 2 hal, yaitu pencapaian tujuan nasianal negara dan pembentukan pemerintahan yang berfungsi secara efektif serta efisien dalam rangka mencapai tujuan nasianal. Orientasi pertama mengacu pada demokratisasi dalam kehidupan bemegara dengan elemen-elemen konstituennya seperti legitimacy, accountability securing of human rights, autonomy and devolution of power and assurance. Orientasi kedua, tergantung pada sejauh mana pemerintah memiliki kompetensi dan sejauh mana struktur politik dan serta mekanisme administrasi berfungsi secara efektif dan efisien. LAN juga menyimpulkan bahwa wujud good governance adalah penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif, serta solid dan bertanggung jawab, dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta, dan masyarakat. Jadi, berdasarkan kesimpulan dari LAN di atas, maka entitas-entitas dalam good govemance dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu: a. Negara Konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan kenegaraan, tetapi lebih jauh daripada itu, melibatkan juga sektor swasta dan kelembagaan madani. masyarakat b. Sektor Swasta : Pelaku sektor swasta mencakup perusahan swasta yang aktif dalam interaksi sistem pasar seperti industri pengolahan, perdagangan, perbankan, dan koperasi, termasuk juga sektor informal seperti PKl. c. Masyarakat Madani : kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada dasarnya berada di antara atau di tengahtengah antara pemerintah dan perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial dan politik, dan ekonomi. United Nation Development Programme (UNDP) menyaratkan 10 prinsip untuk terselenggaranya good governance, yaitu adanya a. b. c. d. e. f. g. h. i. partisipasi masyarakat; penegakan hukum; transparansi; kesetaraan; daya tanggap pemerintah; wawasan ke masa depan; akuntabilitas; efisiensi pengawasan; efektifitas; dan profesionalisme. dan Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, yang telah menegaskan tekat bangsa ini untuk senantiasa bersungguh-sungguh mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang didasarkan pad a prinsip Good Governance. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 4 No.1 Juni 2009 ISSN 1858-3687 hal 85-94 87 Sinergitas Good Govemance, Demokrasi, dan Reinventing Govemment dalam Mensejahterakan Masyarakat 2.2. Demokrasi Sejalan dengan hal ini, Dahl dalam Basuki dan Shofwan (2006:15) menyatakan bahwa demokrasi yang merupakan sebuah inkubator yang tepat bagi good govemance apabila diterapkan akan memiliki efek-efek positif sebagai berikut Menghindari terjadinya kediktatoran; penghonnatan terhadap hak asasi manusia; adanya jaminan kebebasan; adanya perlindungan; adanya jaminan kebebasan; adanya perlindungan; pemberian kesempatan yang luas; adanya tanggung jawab moral; membantu perkembangan manusia; adanya persamaan politik; mencari perdamaian; dan mewujudkan kemakmuran masyarakat. 2.3. Good Governance dan Korelaslnya dengan Demokrasl Jadi, korelasi antara good govemance dengan demokrasi merupakan pasangan yang ideal untuk mewujudkan kesejahteraan dalam masyarakat, keduanya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. sumberdaya dengan cara baru untuk memaksimalkan produktivitas dan efektivitas. Dengan demikian, pemerintahan wirausaha adalah pemerintah yang mempunyai kebiasaan bertindak dengan mengunakan sumberdaya dengan cara baru untuk meningkatkan/mempertinggi efisiensi dan efektivitasnya. 2.4.2. Konsep Reinventing Government Konsep reinventing govemment pada dasamya merupakan representasi dari paradigma New Public Management (NPM). Di mana dalam NPM, negara dilihat sebagai perusahaan jasa modem yang kadang-kadang bersaing dengan pihak swasta, tapi di lain pihak dalam bidang-bidang tertentu memonopoli layanan jasa, namun tetap dengan kewajiban memberikan layanan dan kualitas yang maksimal. Segala hal yang tidak bermanfaat bagi masyarakat dianggap sebagai pemborosan dalam paradigma NPM 2.4.3. Karakteristik Entrepeneur (Burch, 1986 : 28-29) 2.4. Reinventing Government a. Dorongan berprestasi : memiliki keinginan besar untuk mencapai suatu prestasi: b. Bekerja keras : mabuk kerja demi mencapai sasaran yang ingin dicapai. c. Memperhatikan kualitas menangani dan mengawasi sendiri bisnisnya sampai mandiri, sebelum ia mulai dengan usaha yang baru. d. Sang at secara 2.4.1. Pengertlan Reinventing Government Kata Reinventing Govemment (pemerintahan wirausaha) berasal dari kata "wirausaha dan pemerintah". Menurut J.B.Say (1800) Wirausaha (entrepreneur) diartikan sebagai memindahkan berbagai sumber ekonomi dari suatu wilayah yang produktivitasnya rendah ke wilayah yang produktivitasnya lebih tinggi dan hasilnya lebih besar. Dengan kata lain, seorang wirausahawan menggunakan 88 bertanggung jawab legal, moral maupun Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 4 No.1 Juni 2009 ISSN 1858-3687 hal 85-94 Sinergitas Good Governance, Demokrasi, dan Reinventing Government dalam Mensejahterakan Masyarakat mental sangat bertanggung jawab atas usaha mereka. e. Berorientasi pada imbalan : mau menunjukkan prestasi, kerja keras dan bertanggung jawab, dan mereka mengharapkan imbalan yang sepadan dengan usahanya. f. Optimis: hidup dengan doktrin semua waktu baik untuk berbisnis, dan segala sesuatu adalah mungkin. g. Berorientasi pada pada hasil karya yang baik (excellent oriented) : ingin mencapai sukses yang menonjol dan menuntut segala yang first class. h. Mampu mengorganisasikan mampu memadukan bagianbag ian dari usahanya dalam rangka mencapai hasil maksimal bagi usahanya, mereka umumnya diakui sebagai "komandan- yang berhasil. i. Berorientasi pada uang mengejar uang tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan pengembangan usahanya saja, tetapi juga dilihat sebagai ukuran prestasi kerja dan keberhasilan. sebagai pengarah (membuat kebijakn, peraturan, undangundang) dengan fungsi pelaksana (penyampai jasa dan penegakan). b. Pemerintahan Milik Masyarakat: Memberdayakan Ketimbang Melayani (Empowering Rather Than Serving). Menunjuk pada pemerintahan yang mengalihkan wewenang kontrol yang dimiliki ke tangan masyarakat. Masyarakat diberdayakan sehingga mampu mengontrol pelayanan yang diberikan oleh birokrasi. c. Pemerintahan Yang Kompetitif : Menyuntikkan Persaingan Dalam Pemberian Pelayanan (Injection Competition Delivery). d. Pemerintahan Yang Digerakkan Oleh Misi : Mengubah Organisasi Yang Digerakkan Oleh Peraturan (Transforming Organizations). Rule-Driven Pemerintahan seperti ini mensyaratkan setiap badan pemerintah harus mempunyai misi yang jelas, kemudian memberikan kebebasan kepada para manajer untuk menemukan cara terbaik misi tersebut, dalam batas-batas legal. Keunggulan pemerintahan semacam ini adalah lebih efisien, efektif, inovatif, f1eksible dan mempunyai semangat yang lebih tinggi. and Gaebler's dalam Osborne's artikelnya yang berjudul "Reinventing Government: Ten Principles", yaitu : Pemerintahan Katalis . Mengarahkan Ketimpangan Mengayuh (Steering Rather Than Rowing). Pemerintahan Inl memisahkan fungsi pemerintah Service Pemerintahan semacam 1m mensyaratkan persaingan diantara para penyampai jasa atau pelayanan (publik-swasta, swasta-swasta, publik-publik) untuk bersaing berdasarkan kinerja dan harga 2.4.4. Sepuluh KarakterlstiklPrinslp Pemerlntahan yang Berslfat Wlrausaha a. into e. Pemerintahan Yang Berorientasi Pada Hasil : Membiayai Hasil, Bukan Masukan (Funding Outcomes, Not Input). Menunjuk pada Pemerintahan yang result- Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 4 No. 1 Juni 2009 ISSN 1858-3687 hal 85-94 89 Sinergitas Good Governance, Demokrasi, dan Reinventing Govemment dalam Mensejahterakan Masyarakat oriented dengan mengubah fokus dari input (kepatuhan pad a peraturan dan membelanjakan anggaran sesuaidengan ketetapan) menjadi akuntabilitas pada keluaran atau hasil. f. Pemerintahan Yang Berorientasi Pada Pelanggan : Memenuhi Kebutuhan Pelanggan, Bukan Birokrasi (Meeting the needs of Customer, not be Bureaucracy). Pemerintah berorientasi memperlakukan pelanggan masyarakat yang dilayani sebagai pelanggan. g. Pemerintahan Wirausaha Ketimbang Menghasilkan Membelanjakan (Earning Rather Than Spending). Pemerintah berusaha menfokuskan energinya bukan sekedar untuk menghabiskan anggaran, tetapi juga menghasilkan uang. h. i. 90 Pemerintahan Antisipatif Mencegah Ketimbang Mengobati (Prevenion Rather Than Cure). Menunjuk pad a pemerintah yang berpikir ke depan, mereka mencoba mencegah timbulnya masalah daripada memberikan pelayanan untuk menghilangkan masalah. Hal itu ditempuh melalui penggunaan perencanaan strategis, pemberian visi masa depan, dan berbagai metode lain untuk melihat masa depan. Pemerintahan Desentralisasi Dari Hirarki menuju Partisipasi dan Tim Kerja. (From Hierarchy to Participation and Teamwork). Pemerintahan yang mendorong wewenang dari pusat pemerintahan melalui organisasi atau sistem. Keunggulan dari desentralisasi adalah lebih res pons if dan fleksible, lebih efektif, lebih inovatif, dan menghasilkan semangat kerja yang lebih tinggisehingga lebhi ban yak komitmen dan akhirnya lebih produktif. j. Pemerintahan Yang Berorientasi Pasar : Mendongkrak Perubahan Melalui Pasar (Leveraging Change Through The Market). Pemerintahan ini sering memanfaatkan struktur pasar swasta untuk memecahkan masalah daripada menggunakan mekanisme administratif, seperti menyampaikan pelayanan atau perintah dan kontrol dengan memanfaatkan peraturan. Menurut Tri Widodo W. Utomo dalam artikelnya yang berjudul -Reinventing Government-Semangat Kewirausahaan Sektor Publik- bahwa implementasi prinsip reinventing government harus selalu mengingat karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing daerah. ArtInya, implementasi prinsip dan semangat reinventing government sifatnya kontekstual, bukan universal. Dalam hal 1m Tri Wldodo mengasumsikan bahwa konsep reinventing government merupakan tawaran terhadap paradigma baru (pergeseran dalam model dasar kepemerintahan) di Amerika. Sedangkan Menurut Imawan, (bahan Kuliah Sistem Politik Indonesia) prinsip utama Reinventing Government adalah Steering (mengendalikan, menfalitasi aktivitas masyarakat), Empowering (memberdayakan anggota masyarakat), Meeting the needs of the Customer, not bureaucrachy, Earning, dan Prevention. 2.4.5. Beda Pemerintahan dengan Usaha Bisnls agar Pemerintahan bertujuan memperoleh legitimasi dari masyarakat Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 4 No.1 Juni 2009 ISSN 1858·3687 hal 85·94 Sinergitas Good Governance, Demokrasi, dan Reinventing Government dalam Mensejahterakan Masyarakat sehingga dapat dipilih kembali oleh masyarakat pada periode yang akan datang. Sedangkan bisnis bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Jika suatu organisasi bisnis tidak dapat memperoleh keuntungan maka organisasi tersebut akan mengalami Death Une atau kematian. Oemikian juga halnya dengan pemerintahan. Perbedaan tujuan, menciptakan motivasi yang berbeda. Indikator keberhasilan usaha swasta adalah mampu menesri keuntungan yang sebesar-besamya. Sedangkan dalam pemerintahan, indikatomya adalah apakah mereka dapat menyenangkan para politisi yang terpilih atau tidak. Reinventing Government bukan bertujuan untuk menghilangkan peran pemerintah dalam masyarakat dan menjadikan peran tersebut dijadikan peran swasta. 2.4.6. Kekuatan dan Kelemahan Reinventing Governance Dalam RendyBlog dituliskan bahwa kelebihan goal governance yaitu meletakkan fokus utamanya pada "the achievement of result and taking individual responsibility for their achievemenf. Tetapi ia juga memiliki kelemahan apabila prinsip-prinsip manajemen baru itu hendak diterapkan di sektor publik. Misalnya, sampai sekarang masih terjadi diskursus yang seru terhadap 10 prinsip dalam entrepreneurial government-nya Osborn dan Gaebler (1992) yang mereka kemukakan da/am uraian yang sang at provokatif yaitu Reinventing Government. Konsep pemerintahan entrepreneur Osborn dan Gaebler yang mencoba menemukan nilai-nilai baru (re-inventing) di bidang pemerintahan ternyata menurut Painter (1994) mempunyai kekuatan dan sekaligus kelemahan. Kritik Painter terhadap konsep pemerintahan entrepreneur ada/ah bahwa ia terla/u bias pada .. new administrative values" yang lebih banyak menitik beratkan pada orientasi goal governance dengan meminggirkan nilai-nilai administrasi k/asik yang sebenamya masih potensia/ yang berbasis pada rule governance. Oleh karena itu, Painter menyebutnya bukannya reinventing govemment melainkan pemerintahan yang sudah dalam keadaan tertingga/ (abandoning government), karena Osborn dan Gaebler sebenamya te/ah menghapuskan atau setidak-tidaknya telah membelotkan nilai-nilai pemerintahan. Padahal kedua nilai tersebut (lama dan baru) bisa disatupadukan. Kritik yang lain, misalnya dari Pollitt (dalam Hughes, 1994) yang meragukan penerapan prinsip-prinsip entrepreneurship di sektor publik. Setidak-tidaknya ada dua hal yang melemahkan konsep terse but dengan mengatakan «First, the providerlconsumer transactions in the public services tend to be notably more complex than those faced by the costumer in a normal market; and second, public service consumers are never merely consumers, they are always citizens too, and they has a set of unique implications for the transaksi, transactions"( Periama, providerl konsumer dalam pelayanan publik cenderung berada pada sesuatu yang khusus dan lebih komplek daripada berhadapan dengan pelanggan di pasar yang normal; Kedua, pengguna pelayanan publik tidak hanya konsumer saja, mereka juga termasuk warga negara lain, dan mereka adalah bag ian yang unik dari implikasi suatu transaksi). Sehubungan dengan itu, menurut Hughes (1994) diperlukan adanya repositioning dengan menyusun agenda kebijakan reformasi administrasi negara dengan mensinergikan orientasi rule Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 4 No.1 Juni 20091SSN 1858-3687 hal 85-94 91 Sinergitas Good Govemance, Demokrasi, dan Reinventing Govemment dalam Mensejahterakan Masyarakat governance dan goal governance. Hughes mengatakan : .... .the best parts of the old model professionalism, impartiality, high ethical standards, the absence of corruption can be maintained, along with the improved performance a managerial model premises" (bagian terbaik dari model profesionalisme lama adalah sikap yang adil, standard etika yang tinggi, tingkat yang dapat dipantau, korupsi bersamaan dengan bentuk dasar pemikiran model manajerialnya). 2.5. Sistem PoUtik Sistem politik dapat diartikan sebagai struktur dan pola interaksi yang te~adi dalam suatu masyarakat menyangkut pembagian nilai atau hak-hak istimewa kepada masyarakat, yang membuat si penerima dipandang syah dan memiliki kewenangan untuk terlibat dalam proses poUtik. Jadi dalam sistem politik ada beberapa unsur : Struktur dan pola interaksi, pembagian nilai atau hak-hak istimewa masyarakat, legitimate, dan proses politik. 2.6. Civil Society Madani) aksistensi ruang dan wacana publik, (3). Negara melaksanakan hal-hal yang telah disepakati sebagai batas kewenangan masing-masing. 3. Pada suatu penelitian yang pernah dilakukan (dimuat dalam Indoskripsi) pada hakekatnya, reinventing government di Indonesia mencakup 5 hal yaitu 3.1. Steering. Paradigma tradisional ini menyebabkan pemerintah tidak bisa lagi berpikir jemih untuk meningkatkan mutu kerjanya, karena sudah diliUt oleh aktivitasaktivitas rutin untuk melayani kebutuhan masyarakat. Untuk itu pemerintah perlu memikirkan untuk menyerahkan tugastugas tersebut kepada masyarakat (NGO-non government organizationatau pihak swasta), atau bermitra dengan masyarakat (sistem koproduksi). (Masyarakat 3.2. Masyarakat Madani merupakan konsep tentang keberadaan satu masyarakat yang dalam batas-batas tertentu mampu memajukan dirinya sendiri melalui penciptaan aktivitas mandiri, dalam suatu ruang gerak yang tidak Negara melakukan memungkinkan intervensi. Penekanan diberikan pada hak-hak dasar individu sebagai manusia maupun negara. Penekanan ini yang membuat konsep Civil Society sangat erat terkait dengan demokrasi dan demokratisasi. Tidak banyak yang dituntut oleh Civil Society dari negara, hanya ada 3 hal yang diharapkan yaitu : (1). Negara menjamin hak-hak azazi warga negara, (2).Negara menghormati 92 Penerapan Reinventing Government di Indonesia Empowering. Pada pemerintahan yang menganut sistem otoriter kekuasaan tertinggi berada ditangan penguasa (negara) dan tidak memberikan hak-hak politik kepada rakyat. Sistem otoriter tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga perlu dilakukan perubahan yang dimaksudkan untuk mengembalikan kekuasaan kepada rakyat dengan melakukan pemberdayaan kepada rakyat (empowering). Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 4 No.1 Juni 20091SSN 1858-3687 hal 85-94 Sinergltas Good Govemance, Oemokrasi, dan Reinventing Government dalam Mensejahterakan Masyarakat 3.3. Meeting the needs of the Customer, not bureaucrachy. Gejala yang selama ini ada para administrator bekerja untuk mendapatkan prestasi yang akan dinilai baik oleh atasannya. Maka dilakukan perubahan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. 3.4. Earning. Selama ini sifat pemerintah adalah selalu berusaha untuk menghabiskan dana yang ada, tanpa perlu memikirkan bagaimana mendapatkan dana tersebut. Untuk itu pemerintah perlu mempertimbangkan pemikiran bahwa instansi pemerintah harus mampu menghasilkan dana untuk membiayai berbagai programnya. 3.5. Prevention. Pemerintah selama ini cenderung untuk menyelesaikan suatu masalah setelah masalah tersebut timbul atau menjadi masalah besar. Setelah suatu masalah menjadi masalah besar, maka pemerintah akan mengalami kesulitan besar untuk mengatasinya, baik dari segi kerumitan maupun pembiayaan. Akan lain halnya jika pemerinta sudah melakukan usaha-usaha pencegahan terhadap datangnya masalah tadi. 4. Keslmpulan Keterlibatan masyarakat dalam sistem pemerintahan merupakan semangat yang terdapat dalam konsep good governance. Sinergitas antara good governance, demokrasi, dan reinventing government memang perlu diciptakan untuk menuju Indonesia yang sejahtera. Good governance yang membutuhkan demokrasi sebagai inkubatornya, dan tujuan dari good governance sendiri yang akan mendorong kehidupan masyarakat ke arah demokrasi tentu akan membuatnya keduanya terus saling berkaitan. Begitu juga dengan pengimplementasian kesepuluh prinsip reinventing government yang harus mendapat pengawalan dari sistem good governance agar benar-benar dapat memaksimalkan layanan publik yang nantinya berujung kepada kesejahteraan masyarakat. Sebagai saran untuk konsep iron triangle pada good governance, sebaiknya perlu ditambah sektor media massa dan sektor Non-Government Organization (NGO) sehingga bentuknya bukan lagi segitiga melainkan pentagon (sagi lima). Hal ini mengingat peran media massa dan NGO yang pada abad ke- 21 ini semakin kuat dalam mempengaruhi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, dan mengendalikan kestabilan baik sospol maupun sosek dalam masyarakat. Reinventing Government di Indonesia pada hakekatnya mencakup 5 prinsipal yaitu, Steering, empowering, Meeting the needs of the Customer, not bureaucrachy, Earning, dan prevention. Reinventing ini akan terlaksana jika di Indonesia telah terwujud Civil Society yang menghendaki masyarakat sudah dewasa dan mempunyai aktivitas dan kreativitas yang tinggi. Daftar Referensi Indoskripsi, "Reinventing Government", Indonesia, 2008. Mr. Angeera Sidaya, Government in "Reinventing Australia Jumal Akuntansi & Manajemen Vol 4 No.1 Juni 2009 ISSN 1858-3687 hal 85-94 93 Sinergltas Good Govemance, Demokrasi, dan Reinventing Govemment dalam Mensejahterakan Masyarakat Whole of Government in a Federation", Australia, 2008. Bernadine Van Gramberg, "Reinventing Government in Australia Whole of Government in a Federation", Australia, 2005. Sunil Garg, ·Whatever Happened to Reinventing Government?", 2008. Endang Wi~atmi, "Reinventing Government", Indonesia. Aaganzenk, "Reinventing Government", 2007. Chris Steineger, Senator, -Reinventing Government", Kansas City. Tri Widodo W. Utomo, -Reinventing Government dan Semangat Kewirausahaan Sektor Publik" Indonesia. Osborne and Gaebler's, "Reinventing Government : Ten Principles", 2009 Owen Anto E. Hughes, Manajemen dan Pubik". Tjahjanulin Domai, -Reinventing Keuangan Daerah (Studi Tentang Pengelo/aan Keuangan Daerah)", Malang. DR. Ir. Fadel Muhammad, "Reinventing Local Government Untuk Memberdayakan Birokrasi Pemerintah Daerah", Gorontalo. 5th Global Forum On Re-Inventing Government, "Innovation And Quality In The Government Of The 21st Century" Mexico City, 2003 Dr. Dr. Hefrizal Handra, • Civil Service Reform (Reformasi Birokrasi)", Padang, 2009. Hefrizal Handra, ·State Birokrasi", Padang, 2009 RendyBlog, • Sinergitas Good Governance, Demokrasi, Dan Reinventing Government Da/am Menyejahterakan Masyarakar. "Pengantar Administrasi Purwo Santoso, "Memperbaiki Sebagai Pelayanan Publik Perwujudan Good Governance". Efa Yonnedi, "New Publik Management (NPM)", 2009. Efa Yonnedi, "The Concept and role of the Publik Sector", 2009. Agus Suryono, "Pentingnya Manajemen Birokrasi Profesional Untuk Mengatasi Kemunduran Birokrasi Da/am Pelayanan Publik, Malang, 2002. 94 and Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 4 No.1 Juni 20091SSN 1858-3687 hal 85-94