Strategi Politik Nabi Muhammad SAW di Madinah MAKALAH Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Siyasah Dosen Pengampu : DR. Imam Yahya, MA Oleh : 1. Maulana Hasanudin 1502056002 2. Afrizal Ardiansyah F 1502056009 3. Mas Fu’ul Fikri 1502056014 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA UNIVESITAS ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS SYARI’AH & HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM Jalan Prof. DR. Hamka Kampus III Ngaliyan 50185, Semarang 2016 DAFTAR ISI DAFTAR ISI ......................................................................................................i BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2 C. Metode Penulisan ......................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3 A. Strategi Politik Nabi Muhammad di Madinah ............................................. 3 B. Kondisi Madinah Setelah Perjanjian Hudaibiyah ........................................ 7 BAB III PENUTUP ...........................................................................................12 A. Kesimpulan ..................................................................................................12 B. Saran .............................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sebagaimana dijumpai dalam sejarah, ternyata tidak sempit yang dipahami pada umumnya. Dalam sejarah islam tentu kita telah mengetahui bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan Allah memiliki tugas yang sangat penting sebagai penyampai wahyu kepada umat dalam setiap sendi-sendi kehidupan dalam rangka menegakkan syari’at islam. Kaitannya dengan perjalanan sejarah Nabi Muhammad maka kita akan berbicara mengenai kehidupan beliau dalam mengatur kegiatan agama, sosial, budaya, ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan dalam kegiatan syi’ar islam. Peranan Nabi Muhammad dalam menegakkan syari’at islam memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Sebagaimana telah disebutkan bahwa Nabi Muhammad diutus ke dunia untuk menyempurnakan akhlak mulia. Kata akhlak tentu berkaitan dengan etika, tata cara yang baik, aturan yang sesuai dalam mengatur setiap kehidupan masyarakat. Sebuah pemikiran bukan hanya dipandang sebagai suatu konsep semata. Tapi, membutuhkan sebuah kajian yang ilmiah untuk diterapkan dalam sebuah praktek perpolitikan. Pemikiran-pemikiran inilah yang akan menjadi jembatan bagi manusia untuk mengembangkan, memanfaatkan dan melaksanakan, tuntutan serta tuntunan Tuhan. Maka dari itu, dibutuhkannya kesungguhan dari manusia itu sendiri untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan dapat membawanya kepada kebahagiaan. Kecerdasan Nabi Muhammad SAW dalam mengembangkan syari’at islam telah membawa islam ke berbagai penjuru dunia, pembawa lentera zaman kegelapan. Hal tersebut telah diakui oleh seluruh umat penjuru dunia. Sebagai buktinya menurut Michael J Hart1 seorang ilmuwan terkemuka non muslim 1 Michael J Hart, The 100 A Ranking Of The MostInfluential Persons In History, New York: Publishing Company, 1978, hal. 27. menyebutkan Nabi Muhammad sebagai urutan pertama dari 100 orang yang berpengaruh di dunia. Untuk mengetahui perjalanan sejarah mengenai strategi politik Nabi Muhammad perlu dituangkan kembali dalam sebuah catatan yang mengkaji secara deskriptif. Karakter hebat yang tertanam dalam jiwa Nabi Muhammad telah membawa pengaruh besar bagi kehidupan politik umat islam dari zaman dahulu sampai sekarang. Gagasan tersebut penulis tuangkan dalam bentuk makalah yang berjudul “ Strategi Politik Nabi Muhammad SAW di Madinah ”. Semoga makalah ini menjadi kajian yang deskriptif bagi pembaca, sehingga dapat membuka jendela pengetahuan baru mengenai bagaimana politik yang sesuai dengan tuntunan Allah SWT. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana strategi politik Nabi Muhammad SAW di Madinah ? 2. Bagaimana kondisi politik Madinah setelah adanya perjanjian Hudaibiyah ? C. Metodelogi Penulisan Penulisan mengenai makalah ini kami lakukan dengan cara pustaka yaitu mencari informasi dari buku serta media lainnya yang mendukung. BAB II PEMBAHASAN A. Strategi Politik Nabi Muhammad di Madinah Madinah sebagai salah satu kota bersejarah bagi kehidupan Nabi Muhammad merupakan tonggak awal perjalanan islam menuju kesuksessan. Tidak terelakkan lagi bahwa Madinah menjadi kota peradaban baru umat islam. Campur tangan Nabi Muhammad dalam memimpin Madinah membawa perkembangan yang signifikan dalam segala aspek kehidupan umat, baik sosial, budaya, ekonomi, pertahanan, keamanan dan politik. Bukti dari pembangunan peradaban baru tersebut bisa dilihat dengan ditetapkannya masjid sebagai sarana sentral kegiatan umat. Pembangunan masjid tersebut telah memberikan dampak besar bagi kehidupan masyarakat Madinah. Masjid pertama yang dibangun oleh Nabi Muhammad dan para sahabat di Madinah ialah Masjid Nabawi. Masjid menjadi tempat yang sakral dalam memberikan arahan kepada umat muslim agar hidup berkesesuaian dengan ketentuan syari’at islam. Beliau Nabi Muhammad SAW memilki strategi keamanan yang handal dalam mengamankan Madinah dari serangan pihak Quraisy, mengadakan suatu sistem patroli yang efisien serta dapat memberinya informasi tentang gerakan, rencana dan kekuatan musuh. Setiap ada gerakan mencurigakan dari musuh untuk melakukan serangan posisi Nabi Muhammad sebagai komando utama dalam melaksanakan pertahanan dan keamanan, selain menjadi komando utama Nabi Muhammad juga memberikan jabatan komando kepada sahabatnya. Strategi tersebut dijalankan dengan membuat formasi yang baik, adanya tenaga cadangan, adanya informan dan menjaga kerahasiaan strategi rencana, operasi, taktik, kekuatan senjata sendiri dan sebagainya.2 Menyetujui perjanjian Hudaibiyah antara pihak umat islam dengan kaum kafir Quraisy dalam jangka waktu 10 tahun merupakan bagian strategi penting 2 Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer, terj., Jakarta: Amzah, 2006, hal. 259-260. dalam membangun peradaban baru serta tatanan kehidupan umat islam di Madinah. Pokok-pokok isi perjanjian tersebut, yaitu: 1. Nabi Muhammad dan kaumnya harus kembali tanpa melaksanakan ibadah haji. Tahun depan mereka boleh melaksanakan ibadah haji dalam jangka waktu tiga hari. 2. Kedua belah pihak tidak saling menyerang selama sepuluh tahun. 3. Siapa saja dari kedua belah pihak untuk bergabung dengan salah satu pihak maka diperkenankan. 4. Siapa saja yang datang kepada Nabi Muhammad tanpa izin walinya maka harus dikembalikan. Dan barang siapa yang datang kepada pihak Quraisy maka tidak dikembalikan.3 Sekilas perjanjian tersebut telah memberikan kelemahan bagi umat islam. Hal tersebut telah terjadi pertentangan dikalangan sahabat. Sahabat banyak yang tidak percaya dengan keputusan Nabi Muhammad karena telah menerima serta menyetujui isi perjanjian tersebut. Tetapi Nabi memberikan keyakinan kepada umat islam akan hasil yang akan diraih setelah perjanjian Hudaibiyah dalam waktu kedepannya. Hasil kesepakatan ini memaksa rombongan umat islam untuk kembali ke Madinah, perasaan berat hati menghantui perjalanan rombongan sahabat. Psikis para sahabat telah tertekan dengan adanya perjanjian tersebut.4 Kelebihan Nabi Muhammad dalam perjanjian tersebut ialah memiliki beberapa pandangan kedepan yang tidak terpikirkan oleh para sahabat lain bahkan Abu Bakar sekalipun sebagai sahabat terdekat. Adapun pandangan kedepan tersebut memberikan keuntungan kepada umat islam sebagai dari pelaksanaan peerjanjian Hudaibiyah, yaitu sebagai berikut: 1. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh kaum Quraisy dengan perwakilan Suhail bin Amr. Suku Quraisy merupakan suku terhormat di daerah Arab, jadi siapa pun akan menerima apa yang dilakukannya. Dengan perjanjian 3 Ali Geno Berutu, Strategi Politik Nabi Muhammad dalam Perjanjian Hudaibiyah, e-journal, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014, hal. 6-7. 4 Ibid., hal. 8-9. itu Madinah mempunyai otoritas secara mandiri, setelah suku Quraisy menyetujuinya maka suku-suku lain akan mengikutinya. 2. Dengan perjanjian tersebut Madinah mempunyai otoritas dalam memberikan hukuman kepada mereka kaum Quraisy yang melakukan pelanggaran terhadap perjanjian itu. Sejak perjanjian tersebut Madinah bisa menghukum suku terhormat di Arab. 3. Perjanjian tersebut telah menjadi legalitas bagi perjalanan dakwah umat islam dalam menegakkan syari’at islam. 4. Membuka keran dukungan bagi kabilah-kabilah lain untuk gabung bersama kaum muslim, karena menganggap kaum Quraisy telah bergabung. 5. Pengambilan keputusan Nabi Muhammad menunjukkan kepada kepentingan kemaslahatan banyak orang.5 Nabi Muhammad sebagai insan yang sempurna. Semua tindak perilakunya telah menjadi pengejawantahan dari wahyu Allah SWT. Kekecewaan sahabat terhadap persetujuan perjanjian tersebut tidak lain karena tidak mampu menjangkau maksud tersembunyi dari sang utusan Allah tersebut. Perempuan memiliki peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan setiap keputusan Nabi Muhammad. Sebagai contoh Ummu Salamah menjadi penasihat kepada Nabi Muhammad disaat memikirkan sebagian sahabat yang tidak mengikuti perintahnya untuk menyembelih hewan kurbannya dan penyampai pesan kepada para sahabat agar segera menyembelih hewan kurbannya saat perjalanan kembali ke Madinah.6 Penciptaan tatanan masyarakat madani sebagai sebuah tatanan kehidupan masyarakat yang demokratis telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan Nabi Muhammad dan Khulafa Ar Rasyidin. Prinsip-prinsip demokrasi seperti keadilan, persamaan, kebebasan, hak asasi manusia, musyawarah, demikian juga dengan sikap toleransi, kepentingan bersama atau kemaslahatan 5 Ibid., hal. 10-11. 6 Ibid., hal. 16. dan pluralisme telah berfungsi dengan baik, dalam kehidupan sosial politik yang oleh kalangan intelektual muslim dikenal sebagai suatu tatatanan masyarakat madani.7 Tatanan sosial politik yang dibangun akan memberikan pengaruh kepada kemapanan suatu bangsa dan negara dalam menjalankan kehidupan negara yang mandiri. Karena tidak adanya tatanan tersebut akan memberikan ketimpangan bagi jalannya aspek-aspek kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Sangatlah jelas bahwa tatanan politik yang dibangun oleh Nabi Muhammad ialah tatanan yang memiliki nilai-nilai kemafaatan yang lebih besar bagi setiap aspek kehidupan, hal tersebut tertuang dalam perwujudan masyarakat madani sebagai suatu tatanan politik. Secara jelas bahwa sikap toleran dan pluralis terhadap agama dan pemeluk agama lain mendapat legitimasi dari al qur’an dan sunnah. Salah satu wujudnya dalam mewujudkan masyarakat Madinah ialah dengan adanya dokumen perjanjian yang disebut dengan Piagam Madinah. Hamidullah menyebutkan bahwa piagam Madinah ini merupakan kontitusi tertulis pertama di dunia, yang meletakkan dasar-dasar toleransi dan pluralisme. Merangkul semua warga Madinah, tanpa adanya perbedaan suku dan agama, sebagai anggota umat yang tunggal (ummah wahidah), dengan hak dan kewajiban yang sama.8 B. Kondisi Madinah Setelah Perjanjian Hudaibiyah Perjanjian Hudaibiyah adalah sebuah perjanjian yang diadakan disebuah tempat di antara Madinah dan Mekah pada bulan Maret 628 M (Dzulqaidah, 6 H). Nabi Muhammad dan para sahabat hendak melaksanakan haji dan umrah serta melihat sanak keluarga yang telah ditinggalkan secara lama setelah mereka hijrah ke Madinah. Kedatangan Nabi Muhammad ke Mekah murni hanya untuk melaksanakan ibadah. Hal ini terjadi dari sikap Nabi Muhammad yang melaksanakan berbagai persiapan dalam pelaksanaan ibadah tersebut merancang perdamaian bersama sahabat untuk kaum kafir Quraisy. Perjalanan yang 7 Achmad Jainuri, Agama dan Mayarakat Madani: Rujukan Khusus Tentang Sikap Budaya, Agama dan Politik, e-journal, Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2000, hal. 16. 8 Ibid., hal. 5. diharapkan aman dan damai dari gangguan kafir Quraisy dilaksnakan dengan membawa sekitar 70 ekor unta untuk pelaksanaan kurban dan Nabi Muhammad menggunakan pakaian ihram. Rancangan rencana tersebut Nabi Muhammad tuangkan dalam perintahnya yaitu sebagai berikut: 1. Agar melaksanakan perjalanan melalui rute yang tidak menimbulkan kecurigaan kaum kafir Quraisy. 2. Hewan sebagai kendaraan ibadah umrah harus ditandai agar tidak disangka sebagai kendaraan perang. 3. Pedang dalam perjalanan menuju Mekah harus berada dalam posisi disarungkan.9 Cara tersebut akan menghilangkan kecurigaan kafir Quraisy terhadap kedatangan rombongan Nabi Muhammad dan sahabat. Karena telah menjadi tradisi dalam bangsa Arab bahwa pada bulan-bulan haram umat selalu mengunjungi Masjidil Haram untuk melaksanakan ritual ibadah, serta keamanan yang terjamin oleh Allah SWT. Perjalanan rombongan Nabi Muhammad ternyata telah terdengar oleh pihak kafir Quraisy, sehingga mereka menyiapkan 200 orang sebagai pasukan berkuda yang dipimpin oleh Khalid bin Walid dan Iqrimah bin Abi Jahal. Pasukan tersebut menyongsong kedatangan rombongan Nabi Muhammad dengan berkemah di Dzu Thuwa. Adapun Nabi Muhammad mengetahui pergerakan kafir Quraisy setelah diinformasikan oleh seseorang dari Bani Ka’ab. Selanjutnya Nabi memerintahkan rombongan untuk mengambil jalan yang berbeda melalui petunjuk dari salah satu sahabat yang menjadi penunjuk jalan. Rintangan jalan yang sangat berat, berliku tetap menjadi pilihan Nabi Muhammad untuk menempuh perjalanan ke Mekah supaya tidak terjadi pertumpahan darah dengan kafir Quraisy. Ketika telah sampai disekitar kota Mekah rombongan melihat kaum kafir Quraisy hendak mencegah kedatangan mereka. Hal tersebut diketahui setelah ada informasi dari Buda’il kepala suku Khuza’ah, yang kemudian diperintahkan untuk menyampaikan pesan kepada kafir Quraisy bahwa kedatangan Nabi Muhammad beserta rombongan 9 Ali Geno Berutu, Op.Cit., hal. 2-3. hanya untuk melaksanakan ibadah haji dengan damai. Setelah mengirim pesan tersebut rombongan sahabat berhenti di daerah Hudaibiyah.10 Setelah perjanjian Hudaibiyah, Madinah tidak lagi mengalami ancaman serangan musuh dan telah menjadi sebuah kekuatan yang baru dalam mempertahankan kekuasaanya sendiri. Dengan rahmat Allah, kebijaksanaan dan kecerdasan Nabi Muhammad telah memberikan kekuatan, stabilitas dan keamanan bagi kota Madinah dan daerah sekelilingnya.11 Perjanjian Hudaibiyah (Piagam Madinah) dianggap sebagai dokumen salah satu politik terbesar dalam sejarah.12 Perjanjian tersebut merupakan sumbangan yang mulia dan terbaik, dalam perjanjian tersebut memilki dampak yang besar bagi adanya suatu kebebasan yang menjadi tegaknya kebersamaan dalam menegakkan syari’at islam. Piagam tersebut sesungguhnya mengukuhkan status keagamaan, sosial dan politik orang yahudi dalam bermasyarakat, yang berbunyi: “ Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Ini adalah sebuah piagam yang diberikan oleh Muhammad pada orang beriman (muslim) Quraisy, Yastrib dan orang-orang yang mengikuti mereka. Mereka membentuk suatu ummah menghadapi semua lainnya... Semua orang beriman yang taat akan bangkit sebagai satu orang melawan siapa pun yang berontak, atau yang berusaha melakukan ketidakadilan, agresi, atau dosa, atau menyebarkan permusuhan timbal balik di antara orang beriman, bahkan kalau orang itu adalah salah seorang dari anak laki-laki mereka... Setiap orang Yahudi yang mengikuti kami berhak memperoleh bantuan kami dan memiliki hak yang sama seperti kami, tanpa perbedaan... Tidak ada pokok perselisihan di antara kamu yang tidak dapat diputuskan menurut hukum Allah dan diputuskan oleh 10 Ali Geno Berutu, Op.Cit., hal. 4-6. (Hudaibiyah sebuah tenpat yang berada dilintasan dari jalan Jedah menuju Mekah yang berada dii luar tanah haram. Tempat tersebut diperkirakan membutuhkan perjalanan satu hari pada saat itu. Di tempat inilah Nabi Muhammad beserta rombongan melaksanakan perjanjian dengan kaum kafir Quraisy ). 11 Afzalur Rahman, Op.Cit., hal. 261. 12 Ibid., hal. 271. Nabi Muhammad untuk memperoleh keadilan.” Dokumen tersebut mempunyai pasal-pasal sebagai berikut.13 1. Setiap suku dan kelompok akan mengurus urusannya sendiri dan menyelesaikan sendiri perselisihannya menurut hukum dan kebiasaan sendiri. 2. Tidak ada pihak Yahudi atau Muslim yang boleh melakukan persetujuan kapan pun juga dengan salah satu pihak atau kelompok yang tinggal di luar Madinah. 3. Kalau terjadi pertempuran di luar batas-batas Madinah, tidak ada penduduk Madinah yang dapat dipaksa untuk bertempur dipihak mana pun dari yang berselisih. 4. Orang Yahudi harus memberikan sumbangan biaya kalau mereka bertempur bahu-membahu dengan orang Muslim melawan musuh bersama. 5. Setiap suku atau kelompok bebas menjalankan agamanya. Orang Yahudi menjalankan agamanya dan orang islam menjalankan agamanya. 6. Kalau ada serangan dari pihak luar, masing-masing pihak akan membantu pihak lain. Jika salah satu pihak terlibat pertempuran, pihak lain akan memberikan bantuannya, dan jika salah satu membuat perdamaian, dan pihak lainnya juga membuat perdamaian dengannya. Tidak ada satu pihak pun juga akan memberikan perlindungan pada orang Quraisy di Mekkah. 7. Kota Mekkah adalah kota suci dan tidak boleh dilanggar semua pihak yang menandatangani perjanjian tersebut. 8. Dalam semua perselisihan di antara pihak-pihak yang menandatangani perjanjian ini di Madinah, Nabi Muhammad akan bertindak sebagai wasit dan putusannya adalah putusan tertinggi. Hasil dari perjanjian tersebut telah memiliki dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat Madinah. Dari perjanjian tersebut para sahabat dapat melihat hasilnya. Kaum muslimin yang masuk islam pasca perjanjian Hudaibiyah 13 M Husaiyn Hykel, The Life of Muhammad, hal. 180-181. dalam Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer, terj., Jakarta: Amzah, 2006, hal. 271-273. ini jauh lebih banyak dari pada sebelumnya. Jumlah mereka yang datang ke Hudaibiyah sekitar 1.400 orang. Tetapi saat dua tahun kemudian saat fathul Mekah menjadi 10.000 orang. Setelah peristiwa tersebut Abu Bakar berkomentar “ Belum pernah islam meraih kemenangan, sebesar kemenangan yang diraih melalui perjanjian Hudaibiyah ”. Analisis-analisis mengenai keuntungan perjanjian Hudaibiyah telah membuktikan ketajaman visi Nabi Muhammad dalam berpoilitik.14 Dengan adanya perjanjian tersebut Madinah telah menjadi sebuah daulah yang mempunyai kekuasaan mandiri. Terbukti dengan hubungan diplomasi yang dilaksanakan Nabi Muhammad kepada berbagai pemimpin negara-negara tetangga seperti, Mesir , Persia, Romawi, Habasyah dan ekspansinya ke berbagai penjuru dunia. Pengaruh yang dihasilkan setelah perjanjian hudaibiyah (Piagam Madinah) tidak lain kepada eksistensi umat islam dalam dunia perpolitikan bangsa Arab. Islam sebagai agama yang terhormat dan dihormati oleh pihak-pihak lain. Islam diterima sebagai sebuah agama, yang sebelumnya hanya dianggap sebagai sebuah penyimpangan dari kepercayaan nenek moyang. Secara politik Madinah diakui sebagai yang mempunyai kedaulatan negara yang tinggi dan Nabi Muhammad sebagai pemimpinya. Sikap Nabi Muhammad yang tidak memaksa masuk ke dalam Mekah telah mengundang simpati kabilahkabilah Arab, sebagai contoh kaum Badui yang turut serta bergabung dengan koalisi Madinah. Secara militer Madinah tidak terlalu sibuk dengan konfrontasi kaum Quraisy karena adanya gencatan senjata. Semakin terbukanya jalur dakwah memberikan kesempatan yang lebih dalam mengembangkan islam.15 Kemenangan yang sangat besar telah menjadi hadiah bagi umat islam. Kebijakan yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad telah memberikan kehidupan umat di Madinah menjadi dinamis, strategis, harmonis dan selaras. 14 Ali Geno Berutu, Op.Cit., hal. 13. 15 Ali Geno Berutu, Ibid., hal. 14 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan makalah mengenai strategi politik Nabi Muhammad SAW di Madinah. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil kajian di atas adalah sebagai berikut: 1. Melaksanakan perdamaian antara umat islam dengan kaum kafir Quraisy adalah suatu hal yang menjadi fundamental utama dalam mewujudkan Madinah sebagai suatu wilayah yang memiliki kedudukan tinggi di seluruh wilayah bangsa Arab. Peranan sahabat sebagai kepanjangan tangan dari Nabi Muhammad SAW menjadi sangat penting dalam melaksanakan strategi dakwah islam. Kecerdasan Nabi Muhammad dalam menentukan suatu pilihan yang terbaik bagi kemaslahatan umat terbukti dari perilakunya yang arif dan bijaksana. 2. Pengaruh besar setelah dilaksanakannya perjanjian Hudaibiyah dapat terlihat secara langsung dalam tatanan sosial politik Madinah. Hal tersebut bisa dibandingkan bagaimana kondisi Madinah pra-perjanjian serta pasca pernjanjian. Pengaruh tersebut menjadi bukti kemenangan besar bagi islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin. B. Saran Strategi yang diterapkan oleh Nabi Muhammad sebagai sebuah suatu yang diharapkan mampu menginspirasi kegiatan politik pada zaman berikutnya. Nabi Muhammad sebagai seorang yang pintar dalam membuat sebuah strategi harus menjadi cerminan bagi umat islam dalam menjalankan semua aspek kehidupan. Tatanan masyarakat madani yang menjadi suatu konsep kerukunan dalam masyarakat harus mampu diangkat kembali oleh generasi penerus islam sebagai jalan dakwah dan bukti penegakkan syari’at islam. DAFTAR PUSTAKA Berutu, Ali Geno. 2014. Strategi Politik Nabi Muhammad dalam Perjanjian Hudaibiyah. e-journal. Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah. Hart, Michael J . 1978. The 100 A Ranking Of The MostInfluential Persons In History. New York.Publishing Company. Jainuri, Achmad. 2000. Agama dan Mayarakat Madani: Rujukan Khusus Tentang Sikap Budaya. Agama dan Politik, e-journal, Surabaya. UIN Sunan Ampel. Rahman, Afzalur. 2006. Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer. terj., Jakarta. Amzah.