BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan kinerja usaha. Salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah laba yang dihasilkan perusahaan. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan, dan untuk melakukan penaksiran earning power perusahaan dimasa yang akan datang (Marberya dan Suaryana, 2007). Menurut Belkaoui (dalam Ahmadi 2000:233), Laba secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Tujuan dari setiap perusahaan sebagai institusi bisnis terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang perusahaan yaitu dengan terus meningkatkan nilai perusahaan dan tujuan jangka pendek yaitu dengan memperoleh laba yang maksimal secara berkesinambungan yang dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Dalam mencapai tujuan tersebut, perusahaan dituntut untuk selalu memiliki inovasi dalam menerapkan berbagai strategi dan mampu melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi baik berupa kemajuan teknologi, perubahan cara pandang masyarakat maupun perubahan-perubahan di regional dan dalam negeri seperti kebijakan- kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi, serta kondisi politik. Hal-hal tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung sangat berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus senantiasa berusaha agar tumbuh dan berkembang secara sistematis dengan berorientasi kepada pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang dinamis melalui pemanfaatan seluruh potensi sumber daya perusahaan. Bagi perusahaan pada umumnya profitabilitas lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar belum merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah bekerja secara efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Profitabilitas juga mencerminkan keuntungan dari investasi keuangan. Untuk kelangsungan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan menguntungkan (profitable). Sartono (2001:122) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Menurut Munawir (2007:86) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Martono dan Harjito (2004:53) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya. Profitabilitas juga merupakan hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Dalam kebijakan dan keputusan manajemen, manajer khususnya manajer keuangan perlu mempertimbangkan sumber-sumber dana yang akan dipilih dan digunakan sebagai sumber modal perusahaan. Salah satunya, manajer dapat memperoleh dana atau modal dari pasar keuangan atau financial market. Dana yang diperoleh kemudian diinvestasikan pada berbagai aktiva perusahaan, untuk mendanai kegiatan perusahaan. Apabila kegiatan tersebut memperoleh dana berarti perusahaan menerbitkan aktiva finansial, maka dalam kegiatan menanamkan dana (disebut investasi), perusahaan mengaharapkan untuk memperoleh hasil yang lebih besar dibandingkan pengorbanannya. Dengan kata lain, perolehan yang lebih besar daripada pengorbanannya merupakan laba perusahaan. Laba yang diperoleh perlu diputuskan untuk dikembalikan ke pemilik dana (pasar keuangan) atau diinvestasikan kembali ke perusahaan. Maka dari itu, dalam menunjang keberhasilan tujuan dan fungsi perusahaan tidak terlepas dari peran manajemen puncak dalam menentukan berbagai kebijakan dan pengambilan keputusan seperti keputusan investasi dan keputusan pembiayaan. Keputusan investasi merupakan keputusan mengenai usaha perusahaan untuk menginvestasikan atau menanamkan dana yang diperoleh perusahaan dalam kesempatan investasi yang menguntungkan. Keputusan investasi perusahaan dapat ditanamkan pada segi aktiva. Keputusan investasi berkaitan dengan struktur aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Struktur aktiva yang digunakan dalam perusahaan adalah aktiva tetap dan akitva lancar. Menurut Hasa (2008) menyatakan bahwa struktur aktiva berhubungan dengan jumlah aktiva yang dapat dijadikan jaminan di mana semakin besar struktur aktiva terutama yang bersifat aktiva tetap yang dimiliki perusahaan maka semakin besar peluang perusahaan menggunakan hutang. Investor akan lebih percaya kepada perusahaan yang memiliki aktiva tetap yang besar sebagai jaminan atas hutang perusahaan karena apabila terjadi risiko kebangkrutan, maka perusahaan dapat melunasi kewajibannya kepada investor. Semakin besar aktiva tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka semakin besar investasi perusahaan terhadap aktiva tetap produktif yang menyebabkan semakin meningkatnya profitabilitas. Aktiva lain yang berkaitan dengan profitabilitas adalah aktiva lancar karena apabila perusahaan telah menetapkan kebijakan tentang piutang dan persediaan, maka jumlah aktiva lancar hanya akan dipengaruhi oleh besar kecilnya perusahaan menyediakan kas. Semakin besar saldo kas yang disediakan, semakin besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban kasnya. Sebaliknya dengan semakin banyaknya kas yang dimiliki, semakin rendah profitabilitas karena kas diasumsikan memberikan profitabilitas yang paling rendah. Apabila manajemen keuangan mengutamakan likuiditas, perusahaan terpaksa mengorbankan profitabilitas. Sebaliknya, apabila perusahaan mengutamakan profitabilitas, maka perusahaan juga harus mengorbankan likuiditas (Husnan dan Pidjiastuti, 2006:96). Sehingga terjadi hubungan yang positif atau negatif antara struktur aktiva dengan profitabilitas. Zainuddin dan Jogiyanto (1999) yang dikutip dalam jurnal Akuntansi dan Teknologi Informasi (2005:96) menunjukkan bahwa dari segi aktiva yang digunakan dalam perusahaan berkaitan dengan kelangsungan usaha perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan. Pengelolaan aktiva diarahkan kepada pengelolaan aktiva produktif dengan maksud untuk memperoleh laba. Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dan kondisi likuiditas akan menentukan kredibilitas suatu perusahaan dan akhirnya akan mempengaruhi perubahan laba yang dicapai. Selain keputusan investasi, kebijakan terhadap keputusan pembiayaan perusahaan juga sangat penting untuk diperhatikan. Perusahaan sudah tentu membutuhkan dana untuk dapat menjaga usahanya demi tetap terjaganya kelangsungan hidup perusahaan. Dana tersebut dapat berupa modal sendiri yang terdiri dari modal pemilik, cadangan laba yang tidak dibagi, maupun berupa modal asing yang terdiri dari hutang pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang. Jumlah serta komposisi modal sendiri dan modal asing ini akan memcerminkan struktur finansial, dimana struktur finansial merupakan perimbangan baik dalam artian absolut maupun relatif antara keseluruhan modal asing dengan modal sendiri. Menurut Riyanto (2001:22) struktur finansial juga mencerminkan cara aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai oleh modal sendiri, modal asing atau kombinasi keduanya, dengan demikian struktur finansial tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca. Salah satu masalah pembelanjaan perusahaan adalah menyangkut masalah keseimbangan finansial. Keseimbangan finansial perusahaan dapat dicapai apabila perusahaan tersebut selama menjalankan fungsinya tidak mengahadapi gangguangangguan finansial, yang ini disebabkan adanya keseimbangan antara jumlah modal yang tersedia dengan jumlah modal yang dibutuhkan (Riyanto, 2001:14). Dalam menentukan kebutuhan-kebutuhan sumber dana dapat digunakan pedoman struktur finansial baik yang vertikal maupun yang horizontal (Riyanto, 2001:15). Pedoman struktur finansial yang vertikal memberikan imbangan yang harus dipertahankan oleh oleh suau perusahaan mengenai besarnya jumlah pinjaman (hutang) dengan besarnya jumlah modal sendiri. Berdasarkan anggapan bahwa pembelanjaan yang sehat harus dibangun atas dasar modal sendiri, yaitu modal yang tahan risiko maka besarnya modal asing dalam keadaan apapun tidak boleh melebihi besarnya modal sendiri. Adapun pedoman struktur finansial yang horizontal memberikan batas imbangan antara besarnya modal sendiri dengan besarnya jumlah aktiva tetap ditambah persediaan. Pedoman tersebut menyatakan bahwa keseluruhan aktiva ditambah persediaan harus sepenuhnya dibelanjai dengan modal sendiri yaitu modal yang tetap tertanam dalam perusahaan. Struktur finansial atau leverage merupakan cermin dari kebijakan pembiayaan perusahaan. Sartono (2001 : 257) leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Menurut pendapat Riyanto (2001 : 375) , leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana di mana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup atau membayar biaya tetap. Leverage yang meningkat mengindikasikan dana yang tersedia semakin tinggi dan akan memberikan kesempatan kepada pihak perusahaan untuk menginvestasikannya dalam modal kerja, sehingga memberikan peluang untuk meningkatkan profitabilitas. Namun, peningkatan leverage yang berlebihan akan menyebabkan pembayaran bunga yang lebih besar dan dapat menurunkan tingkat profitabilitas. Kebijaksanaan perusahaan dalam penggunaan pinjaman harus melalui perhitungan yang tepat, karena semakin besar porsi penggunaan hutang maka semakin besar risiko tidak terbayarnya hutang tersebut. Karena itu penggunaan modal pinjaman dapat dibenarkan apabila tambahan modal tersebut mempunyai dampak finansial menguntungkan yang akan terwujud. Leverage dianggap menguntungkan apabila laba yang diperoleh lebih besar dari pada beban tetap yang timbul akibat penggunaan hutang tersebut. Leverage di anggap merugikan apabila laba yang diperoleh lebih kecil dari pada beban tetap yang timbul akibat penggunaan hutangnya tersebut. Alasan penggunaan Leverage bahwa dengan menerapkan kebijakan ini, perusahaan memutuskan untuk mengikutsertakan modal pinjaman disertai kewajiban membayar beban yang bersifat tetap di dalam struktur modal perusahaan, disebut juga “trading on equity” sebagai jaminan penarikan modal pinjaman dari kreditur, karena tidak satupun dari pihak kreditur yang bersedia memberikan pinjaman tanpa adanya jaminan keamanan dan pembayaran kembali dari dana yang berasal dari pemegang saham. Penggunaan modal pinjaman pada dasarnya adalah untuk mengembangkan tingkat pendapatan perusahaan melalui penambahan aktiva produktif. Penambahan tingkat pendapatan perusahaan diharapkan dapat meningkatkan profit perusahaan. Meningkatnya penggunaan hutang oleh perusahaan maka akan mengakibatkan aktiva perusahaan juga meningkat. Dengan meningkatnya aktiva perusahaan maka diharapkan laba yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut juga akan meningkat. Apabila laba perusahaan tersebut meningkat maka profitabilitas juga akan meningkat. Sehingga dalam struktur finansial (leverage) berlaku ketentuan bahwa semakin tinggi hutang akan mengakibatkan tingkat profitabilitas semakin meningkat, atau semakin menurun. Terjadi hubungan yang positif atau negatif antara struktur finansial dengan profitabilitas. Selain memperhatikan kebijakan mengenai keputusan investasi dan pembiayaan, juga perlu membayar kewajiban-kewajiban yang berasal dari sumber dana yang digunakan oleh perusahaan. Suatu kinerja keuangan apabila dilihat dari segi likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek perusahaan tepat pada waktunya. Menurut Munawir (2007:31), likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut berada dalam keadaan “likuid” dan mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancar atau hutang jangka pendeknya. Sebaliknya apabila perusahaan tidak mampu memenuhi hutang jangka pendeknya maka perusahaan tersebut berada dalam keadaan “illikuid”. Apabila tingkat likuiditas perusahaan dapat memenuhi kewajibannya, maka kepercayaan pihak kreditur jangka pendek meningkat. Perusahaan dengan sangat mudah bisa memperoleh pinjaman jangka pendek untuk memperbesar modal lancar. Sehingga penjualan dapat ditingkatkan yang mengakibatkan laba meningkat pula. Oleh karena itu perlu pengaturan, penjagaan dan pemeliharaan likuiditas yang baik untuk menjaga kredibilitas kepada kreditur. Menurut Sawir (2005:8), rasio yang paling umum digunakan dalam mengukur likuiditas adalah current ratio (rasio lancar). Current ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar. Current ratio yang paling rendah biasanya menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas. Hubungan antara likuiditas dengan profitabilitas yaitu jika current ratio semakin tinggi maka dana yang ditanamkan dalam aktiva lancar terlalu besar maka ada banyak dana yang menganggur yang pada akhirnya dapat memperkecil profitabilitas perusahaan. Sehingga akan terjadi hubungan yang negatif terhadap profitabilitas. Pada segi aktivitas menunjukkan kemampuan perusahaan menggunakan aktiva untuk menciptakan suatu tingkat penjualan. Semakin tinggi tingkat perputaran aktivanya berarti semakin cepat jumlah aktiva dapat dimanfaatkan untuk menciptakan pendapatan. Dalam kondisi normal akan terjadi hubungan positif antara aktivitas perusahaan dengan profitabilitas. Untuk mengukur rasio aktivitas dapat digunakan rasio total assets turnover. Dalam jurnal Akuntansi dan Teknologi Informasi (2005:96) mengutip pernyataan Kussriyanto dan Suwartojo (1983) rasio ini mengukur seberapa efisien sebuah perusahaan memakai aktivanya untuk menghasilkan penjualan dalam memperoleh laba. Rasio ini merupakan ukuran umum yang mencerminkan jumlah investasi yang diperlukan untuk menunjang operasi. Investasi tentunya berasal dari para kreditur dan dari para pemilik, sehingga merupakan sesuatu yang berarti untuk mengukur produktivitas penggunaan modal investasi. Pertumbuhan perusahaan ditandai dengan pertumbuhan total aktiva sehingga dengan meningkatnya total aktiva maka terjadi pula peningkatan penjualan dan keuntungan perusahaan. Perusahaan yang berpeluang untuk tumbuh akan berpeluang dalam memperoleh keuntungan. Dalam hal ini terjadi hubungan positif antara pertumbuhan perusahaan dengan profitabilitas. Cara menilai profitabilitas perusahaan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang lainnya. Salah satu rasio yang biasa digunakan sebagai proksi terhadap profitabilitas adalah return on assets (ROA). ROA dapat menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dimiliki perusahaan. Bagi Investor ROA merupakan indikator yang penting untuk menilai prospek perusahaan di masa mendatang dengan melihat sejauh mana profitabilitas perusahaan. Efektivitas perusahaan dalam mengelola aktiva yang dimiliki perusahaan untuk mampu menghasilkan laba yang tercermin dari rasio keuangan. Dari kategori perusahaan yang ada pada Bursa Efek Indonesia tahun 2010, peneliti lebih mengarah kepada kelompok industri barang konsumsi (Consumer Goods industry). BEI menentukan kategori perusahaan yang dapat digolongkan sebagai industri barang konsumsi. Berikut daftar kelompok perusahaan Industri Consumer Goods disajikan pada tabel 1.1 Tabel 1.1 Daftar Kelompok Perusahaan Consumer Goods tahun 2010 No. 1 2 3 4 5 Perusahaan Food and Baverages Tobacco Manufacturers Pharmaceuticals Cosmetics and Household Houseware Total Jumlah 14 4 10 4 3 35 Sumber : www.idx.com Di Indonesia perusahaan barang konsumsi perkembangannya cukup pesat, hal ini terlihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI dari periode ke periode terus bertambah, sehingga tidak menutup kemungkinan perusahaan ini sangat dibutuhkan masyarakat sehingga prospeknya akan menguntungkan di masa sekarang maupun masa yang akan datang. Pilihan indutri ini didasarkan pada alasan bahwa perusahaan manufaktur yang tergolong dalam industri barangbarang konsumsi mempunyai tingkat perputaran penjualan yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan kelompok manufaktur lainnya yang memungkinkan perolehan laba perusahaan juga tinggi. Sehingga investor dapat melakukan investasi pada perusahaan-perusahaan industri barang konsumsi dimana diharapkan keuntungan yang didapat dari hasil investasi akan tinggi. Disisi lain, penelitian menggunakan industri ini karena perusahaanperusahaan juga menyediakan informasi yang lengkap dan memiliki ROA yang cenderung berfluktuasi sehingga tepat digunakan dalam penelitian ini. Dalam melakukan pengembangan dan perluasan usaha, perusahaan industri Consumer Goods membutuhkan dana yang cukup besar, sehingga diperlukan adanya pengambilan keputusan yang tepat dalam berinvestasi dan melakukan pembiayaan serta dapat dilihat dari segi likuiditas, dan aktivitas untuk mengukur profitabilitas yang dapat dihasilkan oleh perusahaan. Perusahaan industri Consumer Goods yang listing di Bursa Efek Indonesia berjumlah 35 perusahaan, namun yang mengeluarkan laporan keuangan dari tahun 2006-2008 hanya berjumlah 21 perusahaan. Berdasarkan laporan keuangan periode tahun 2004-2008, maka data tabel 1.2 dapat diketahui jumlah profitabilitas perusahaan yang diproksikan melaui return on assets (ROA) , yakni sebagai berikut : Tabel 1.2 Jumlah Return On Assets (ROA) pada Perusahaan Industri Consumer Goods yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2006-2008 (dalam %) No. Nama Perusahaan 1 2 3 4 5 6 PT. Aqua Golden Mississippi Tahun EAT Total Aktiva ROA 2006 49.265.128.274 730.586.083.57 6,74 2007 66.867.636.545 795.244.017.131 8,41 2008 83.811.929.866 891.529.586.396 9,40 PT.Bentoel International 2006 145.509.661.778 1.842.317.142.876 7,90 Investama Tbk. 2007 242.916.734.144 2.347.941.632.229 10,35 2008 239.137.880.999 3.859.160.327.022 6,20 2006 52.508.646.000 550.628.937.000 9,54 2007 49.917.853.000 557.337.641.000 8,96 2008 70.819.094.000 560.930.742.000 12,63 2006 43.859.420.000 537.784.507.000 8,16 2007 48.335.803.000 571.243.239.000 8,46 2008 85.615.426.000 592.359.226.000 14,45 2006 1.009.496.000.000 22.128.851.000.000 4,56 2007 1.445.949.000.000 21.733.034.000.000 6,65 2008 1.880.492.000.000 23.779.951.000.000 7,91 2006 3.557.491.000.000 11.934.600.000.000 29,81 2007 3.632.842.000.000 12.659.804.000.000 28,70 2008 3.897.120.000.000 15.680.542.000.000 24,85 PT.Darya-Varia Laboratoria Tbk. PT. Delta Djakarta Tbk. PT. Gudang Garam Tbk. PT.HM Sampoerna Tbk. No. Nama Perusahaan 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 PT.Indofarma Tbk. PT.Indofood Sukses Makmur Tbk. PT.Kalbe Farma Tbk. PT.Kimia Farma Tbk. PT.Mandom Indonesia Tbk. PT. Mayora Indah Tbk. PT.Merck Tbk. PT. Multi Bintang PT.Mustika Ratu Tbk. PT.Pyridam Farma Tbk. PT.Siantar Top Tbk. PT. Tempo Scan Pasific Tbk. Tahun EAT Total Aktiva ROA 2006 15.240.703.403 518.823.729.815 2,94 2007 11.077.021.046 686.937.377.885 1,61 2008 5.031.955.495 1.009.437.678.208 0,50 2006 742.322.000.000 14.859.203.000.000 5,00 2007 1.350.717.000.000 16.364.593.000.000 8,25 2008 1.798.270.000.000 29.706.895.000.000 6,05 2006 764.357.450.660 4.633.398.659.211 16,50 2007 811.647.239.876 4.624.619.204.478 17,55 2008 825.504.633.348 5.138.212.506.980 16,07 2006 43.969.948.288 1.177.602.832.496 3,73 2007 52.189.435.346 1.261.583.767.835 4,14 2008 55.393.774.869 1.386.739.149.721 4,00 2006 100.118.341.049 545.695.228.731 18,35 2007 111.232.287.817 672.196.585.121 16,55 2008 114.854.035.121 725.197.057.770 15,84 2006 97.909.170.030 1.459.968.922.850 6,71 2007 146.617.706.254 1.553.376.827.333 9,44 2008 201.588.834.246 1.893.175.019.860 10,65 2006 86.562.197.000 218.034.134.000 39,70 2007 89.486.022.000 282.698.909.000 31,65 2008 98.611.148.000 331.062.225.000 19,79 2006 73.636.000.000 575.385.000.000 12,80 2007 84.456.000.000 610.437.000.000 13,84 2008 222.307.000.000 621.835.000.000 23,59 2006 9.096.227.057 290.646.485.673 3,13 2007 11.130.009.996 291.768.931.718 3,82 2008 22.290.067.707 315.997.722.658 7,05 2006 1.729.406.246 76.550.878.274 2,26 2007 1.743.483.869 83.127.282.484 2,10 2008 2.308.877.329 95.157.347.340 2,43 2006 14.426.010.016 477.443.560.343 3,02 2007 15.594.767.180 467.491.119.280 3,34 2008 4.816.495.973 517.448.084.688 1,93 2006 282.045.233.100 2.345.759.617.952 12,02 2007 287.988.136.557 2.479.250.656.231 11,62 2008 326.915.328.470 2.773.134.866.559 11,79 No. Nama Perusahaan 19 20 21 Tahun PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. PT.Ultra Jaya Milk Tbk. PT.Unilever Indonesia Tbk. EAT Total Aktiva 2006 132.134.644 357.785.756.494 2,04 2007 32.485.645.797 363.932.553.117 8,93 2008 37.455.922.334 792.690.325.279 4,73 2006 14.604.174.200 1.254.444.147.713 1,16 2007 30.393.032.480 1.249.080.371.256 2,43 2008 303.857.531.129 1.362.829.538.011 22,30 2006 1.721.038.000.000 3.842.351.000.000 23,79 2007 1.962.147.000.000 4.626.000.000.000 32,43 2008 2.411.762.000.000 5.333.406.000.000 28,54 Sumber : www.idx.co.id, 2006-2008 Berdasarkan tabel 1.2 maka dapat diketahui return on assets (ROA) pada perusahaan industri Consumer Goods dari tahun 2006 sampai tahun 2008 diketahui bahwa perusahaan industri ini ada yang mengalami kenaikan, penurunan dan juga ROA yang berfluktuasi. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk yang mengalami kenaikan ROA sangat tajam, dimana pada tahun 2006 sebesar 1,16 persen hingga mencapai 22,30 persen. Begitu pula pada beberapa perusahaan yang mengalami kenaikan ROA seperti PT. Multi Bintang Tbk, PT. Aqua Golden Mississippi Tbk, PT. DaryaVaria Laboratoria Tbk, PT. Delta Djakarta Tbk, PT. Gudang Garam Tbk, PT. Mayora Indah Tbk dan PT. Mustika Ratu Tbk. Disisi lain, perusahaan yang memiliki ROA yang berfluktuasi adalah PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk dari tahun 2006 sebesar 2,04 persen meningkat pada tahun 2007 menjadi 8,93 persen namun tahun berikutnya menurun kembali. Perusahaan lain yang juga mengalami fluktuasi adalah Indonesia Tbk. ROA PT. Bentoel International Investama Tbk dan PT. Unilever Lain halnya dengan beberapa perusahaan berikut yang setiap tahunnya mempunyai ROA yang semakin menurun. Pada perusahaan PT. HM Sampoerna Tbk, PT. Indofarma Tbk, PT. Merck Tbk, dan PT. Siantar Top Tbk. Sedangkan perusahaan lainnya mempunyai ROA yang relatif stabil. Adanya ROA yang mengalami penurunan ataupun fluktuasi pada perusahaan bisa sangat berisiko untuk sebuah perusahaan yang go public, terutama pada kondisi saat ini dimana situasi perekonomian dalam keadaan tidak baik. Sehingga perusahaan industri Consumer Goods harus mengambil keputusan yang baik dan benar yaitu keputusan investasi dan keputusan pembiayaan serta perlu memperhatikan dari segi likuiditas, aktivitas dan pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian masalah tersebut menjadi menarik diteliti, untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas mengenai Pengaruh Struktur Aktiva, Struktur Finansial, Current Ratio, Total Assets Turnover, dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Industri Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai beikut : 1. Apakah struktur aktiva, struktur finansial, current ratio, total assets turnover dan pertumbuhan perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan industri Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008 ? 2. Apakah struktur aktiva, stuktur finansial, current ratio, total assets turnover, dan pertumbuhan perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan industri Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008 ? 3. Diantara variabel struktur aktiva, stuktur finansial, current ratio, total assets turnover, dan pertumbuhan perusahaan, manakah paling berpengaruh dominan secara parsial terhadap profitabilitas perusahaan industri Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008? 1.2 Tujuan dan kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian Dari pokok masalah yang telah dirumuskan, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh struktur aktiva, struktur finansial, current ratio, total assets turnover dan pertumbuhan perusahaan secara simultan terhadap profitabilitas pada perusahaan sektor industri Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia periode 20062008. 2) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh struktur aktiva, stuktur finansial, current ratio, total assets turnover, dan pertumbuhan perusahaan secara parsial terhadap profitabilitas pada perusahaan industri Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia periode periode 2006-2008. 3) Untuk mengetahui diantara variabel struktur aktiva, stuktur finansial, current ratio, total assets turnover, dan pertumbuhan perusahaan, yang mempunyai pengaruh dominan terhadap profitabilitas pada perusahaan industri Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008. 1.2.2 Kegunaan penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: 1) Kegunaan teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai keputusan investasi, struktur finansial, current ratio, total assets turnover, dan pertumbuhan perusahaan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan disiplin ilmu yang diperoleh dibangku kuliah khususnya dalam bidang ilmu manajemen keuangan dalam aspek pengaruh beberapa variabel keuangan terhadap profitabilitas. 2) Kegunaan praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau masukan bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan selanjutnya yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan mengenai keputusan yang tepat dalam berinvestasi, melakukan pembiayaan, mengevaluasi kinerja keuangan untuk dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. 1.3 Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Pada bab ini diuraikan materi-materi atai teori yang relevan dengan pembahasan masalah yang dibahas dalam laporan ini serta penelitian-penelitian terdahulu. BAB III : Metode Penelitian Dalam bab ini menguraikan mengenai lokasi dan objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode penentuan sampel, serta teknik analisis data. BAB IV : Pembahasan Hasil Penelitian Dalam bab ini menguraikan mengenai gambaran umum perusahaan yang teliti. Disamping itu dilakukan pengolahan data dengan menggunakan model analisis regresi linier berganda dengan uji simultan (F-test) dan uji parsial (t-test), dan asumsi klasik. BAB IV : Penutup Bab ini menguaraikan tentang simpulan yang diperoleh dari analisis yang telah dilakukan serta saran-saran yang diberikan sesuai dengan simpulan yang diperoleh.