BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Globalisasi menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan kinerja usaha.
Salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan adalah laba yang dihasilkan perusahaan. Laba merupakan
salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan yang
sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan, dan untuk
melakukan penaksiran earning power perusahaan dimasa yang akan datang
(Marberya dan Suaryana, 2007). Menurut Belkaoui (dalam Ahmadi 2000:233),
Laba secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang
direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang
berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Tujuan dari setiap perusahaan sebagai institusi bisnis terdiri dari tujuan
jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang perusahaan
yaitu dengan terus meningkatkan nilai perusahaan dan tujuan jangka pendek yaitu
dengan memperoleh laba yang maksimal secara berkesinambungan yang dapat
menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Dalam mencapai tujuan tersebut,
perusahaan dituntut untuk selalu memiliki inovasi dalam menerapkan berbagai
strategi dan mampu melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi baik berupa kemajuan teknologi, perubahan cara pandang masyarakat
maupun perubahan-perubahan di regional dan dalam negeri seperti kebijakan-
kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi, serta kondisi politik. Hal-hal tersebut
baik secara langsung maupun tidak langsung sangat berpengaruh terhadap
kebijakan-kebijakan yang diambil perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus
senantiasa berusaha agar tumbuh dan berkembang secara sistematis dengan
berorientasi kepada pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang dinamis
melalui pemanfaatan seluruh potensi sumber daya perusahaan.
Bagi perusahaan pada umumnya profitabilitas lebih penting daripada
masalah laba, karena laba yang besar belum merupakan ukuran bahwa perusahaan
itu telah bekerja secara efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan
membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang
menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang
mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Profitabilitas
juga mencerminkan keuntungan dari investasi keuangan.
Untuk kelangsungan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam
keadaan menguntungkan (profitable). Sartono (2001:122) profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan
penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Menurut Munawir (2007:86)
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan
membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah
aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Martono dan
Harjito (2004:53) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan dari penggunaan modalnya. Profitabilitas juga merupakan hasil akhir
dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen.
Dalam kebijakan dan keputusan manajemen, manajer khususnya manajer
keuangan perlu mempertimbangkan sumber-sumber dana yang akan dipilih dan
digunakan sebagai sumber modal perusahaan. Salah satunya, manajer dapat
memperoleh dana atau modal dari pasar keuangan atau financial market. Dana
yang diperoleh kemudian diinvestasikan pada berbagai aktiva perusahaan, untuk
mendanai kegiatan perusahaan. Apabila kegiatan tersebut memperoleh dana
berarti perusahaan menerbitkan aktiva finansial, maka dalam kegiatan
menanamkan dana (disebut investasi), perusahaan mengaharapkan untuk
memperoleh hasil yang lebih besar dibandingkan pengorbanannya. Dengan kata
lain, perolehan yang lebih besar daripada pengorbanannya merupakan laba
perusahaan. Laba yang diperoleh perlu diputuskan untuk dikembalikan ke pemilik
dana (pasar keuangan) atau diinvestasikan kembali ke perusahaan. Maka dari itu,
dalam menunjang keberhasilan tujuan dan fungsi perusahaan tidak terlepas dari
peran manajemen puncak dalam menentukan berbagai kebijakan dan pengambilan
keputusan seperti keputusan investasi dan keputusan pembiayaan.
Keputusan investasi merupakan keputusan mengenai usaha perusahaan
untuk menginvestasikan atau menanamkan dana yang diperoleh perusahaan dalam
kesempatan investasi yang menguntungkan. Keputusan investasi perusahaan dapat
ditanamkan pada segi aktiva. Keputusan investasi berkaitan dengan struktur aktiva
yang digunakan dalam perusahaan. Struktur aktiva yang digunakan dalam
perusahaan adalah aktiva tetap dan akitva lancar. Menurut Hasa (2008)
menyatakan bahwa struktur aktiva berhubungan dengan jumlah aktiva yang dapat
dijadikan jaminan di mana semakin besar struktur aktiva terutama yang bersifat
aktiva tetap yang dimiliki perusahaan maka semakin besar peluang perusahaan
menggunakan hutang. Investor akan lebih percaya kepada perusahaan yang
memiliki aktiva tetap yang besar sebagai jaminan atas hutang perusahaan karena
apabila
terjadi
risiko
kebangkrutan,
maka
perusahaan
dapat
melunasi
kewajibannya kepada investor. Semakin besar aktiva tetap yang dimiliki oleh
suatu perusahaan maka semakin besar investasi perusahaan terhadap aktiva tetap
produktif yang menyebabkan semakin meningkatnya profitabilitas.
Aktiva lain yang berkaitan dengan profitabilitas adalah aktiva lancar karena
apabila perusahaan telah menetapkan kebijakan tentang piutang dan persediaan,
maka jumlah aktiva lancar hanya akan dipengaruhi oleh besar kecilnya
perusahaan menyediakan kas. Semakin besar saldo kas yang disediakan, semakin
besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban kasnya. Sebaliknya dengan
semakin banyaknya kas yang dimiliki, semakin rendah profitabilitas karena kas
diasumsikan memberikan profitabilitas yang paling rendah. Apabila manajemen
keuangan
mengutamakan
likuiditas,
perusahaan
terpaksa
mengorbankan
profitabilitas. Sebaliknya, apabila perusahaan mengutamakan profitabilitas, maka
perusahaan juga harus mengorbankan likuiditas (Husnan dan Pidjiastuti, 2006:96).
Sehingga terjadi hubungan yang positif atau negatif antara struktur aktiva dengan
profitabilitas.
Zainuddin dan Jogiyanto (1999) yang dikutip dalam jurnal Akuntansi dan
Teknologi Informasi (2005:96) menunjukkan bahwa dari segi aktiva yang
digunakan dalam perusahaan berkaitan dengan kelangsungan usaha perusahaan
dalam menghasilkan laba perusahaan. Pengelolaan aktiva diarahkan kepada
pengelolaan aktiva produktif dengan maksud untuk memperoleh laba.
Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dan kondisi likuiditas akan
menentukan kredibilitas suatu perusahaan dan akhirnya akan mempengaruhi
perubahan laba yang dicapai.
Selain keputusan investasi, kebijakan terhadap keputusan pembiayaan
perusahaan juga sangat penting untuk diperhatikan. Perusahaan sudah tentu
membutuhkan dana untuk dapat menjaga usahanya demi tetap terjaganya
kelangsungan hidup perusahaan. Dana tersebut dapat berupa modal sendiri yang
terdiri dari modal pemilik, cadangan laba yang tidak dibagi, maupun berupa
modal asing yang terdiri dari hutang pinjaman jangka pendek maupun jangka
panjang. Jumlah serta komposisi modal sendiri dan modal asing ini akan
memcerminkan
struktur
finansial,
dimana
struktur
finansial
merupakan
perimbangan baik dalam artian absolut maupun relatif antara keseluruhan modal
asing dengan modal sendiri. Menurut Riyanto (2001:22) struktur finansial juga
mencerminkan cara aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai oleh modal sendiri, modal
asing atau kombinasi keduanya, dengan demikian struktur finansial tercermin
pada keseluruhan pasiva dalam neraca.
Salah satu masalah pembelanjaan perusahaan adalah menyangkut masalah
keseimbangan finansial. Keseimbangan finansial perusahaan dapat dicapai apabila
perusahaan tersebut selama menjalankan fungsinya tidak mengahadapi gangguangangguan finansial, yang ini disebabkan adanya keseimbangan antara jumlah
modal yang tersedia dengan jumlah modal yang dibutuhkan (Riyanto, 2001:14).
Dalam menentukan kebutuhan-kebutuhan sumber dana dapat digunakan pedoman
struktur finansial baik yang vertikal maupun yang horizontal (Riyanto, 2001:15).
Pedoman struktur finansial yang vertikal memberikan imbangan yang harus
dipertahankan oleh oleh suau perusahaan mengenai besarnya jumlah pinjaman
(hutang) dengan besarnya jumlah modal sendiri. Berdasarkan anggapan bahwa
pembelanjaan yang sehat harus dibangun atas dasar modal sendiri, yaitu modal
yang tahan risiko maka besarnya modal asing dalam keadaan apapun tidak boleh
melebihi besarnya modal sendiri. Adapun pedoman struktur finansial yang
horizontal memberikan batas imbangan antara besarnya modal sendiri dengan
besarnya jumlah aktiva tetap ditambah persediaan. Pedoman tersebut menyatakan
bahwa keseluruhan aktiva ditambah persediaan harus sepenuhnya dibelanjai
dengan modal sendiri yaitu modal yang tetap tertanam dalam perusahaan.
Struktur finansial atau leverage merupakan cermin dari kebijakan
pembiayaan perusahaan. Sartono (2001 : 257) leverage adalah penggunaan aset
dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Menurut pendapat Riyanto
(2001 : 375) , leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana
di mana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup atau membayar
biaya tetap. Leverage yang meningkat mengindikasikan dana yang tersedia
semakin tinggi dan akan memberikan kesempatan kepada pihak perusahaan untuk
menginvestasikannya dalam modal kerja, sehingga memberikan peluang untuk
meningkatkan profitabilitas. Namun, peningkatan leverage yang berlebihan akan
menyebabkan pembayaran bunga yang lebih besar dan dapat menurunkan tingkat
profitabilitas.
Kebijaksanaan perusahaan dalam penggunaan pinjaman harus melalui
perhitungan yang tepat, karena semakin besar porsi penggunaan hutang maka
semakin besar risiko tidak terbayarnya hutang tersebut. Karena itu penggunaan
modal pinjaman dapat dibenarkan apabila tambahan modal tersebut mempunyai
dampak finansial menguntungkan yang akan terwujud. Leverage dianggap
menguntungkan apabila laba yang diperoleh lebih besar dari pada beban tetap
yang timbul akibat penggunaan hutang tersebut. Leverage di anggap merugikan
apabila laba yang diperoleh lebih kecil dari pada beban tetap yang timbul akibat
penggunaan hutangnya tersebut.
Alasan penggunaan Leverage bahwa dengan menerapkan kebijakan ini,
perusahaan memutuskan untuk mengikutsertakan modal pinjaman disertai
kewajiban membayar beban yang
bersifat tetap di dalam struktur modal
perusahaan, disebut juga “trading on equity” sebagai jaminan penarikan modal
pinjaman dari kreditur, karena tidak satupun dari pihak kreditur yang bersedia
memberikan pinjaman tanpa adanya jaminan keamanan dan pembayaran kembali
dari dana yang berasal dari pemegang saham. Penggunaan modal pinjaman pada
dasarnya adalah untuk mengembangkan tingkat pendapatan perusahaan melalui
penambahan aktiva produktif. Penambahan tingkat pendapatan perusahaan
diharapkan dapat meningkatkan profit perusahaan. Meningkatnya penggunaan
hutang oleh perusahaan maka akan mengakibatkan aktiva perusahaan juga
meningkat. Dengan meningkatnya aktiva perusahaan maka diharapkan laba yang
dihasilkan oleh perusahaan tersebut juga akan meningkat. Apabila laba
perusahaan tersebut meningkat maka profitabilitas juga akan meningkat. Sehingga
dalam struktur finansial (leverage) berlaku ketentuan bahwa semakin tinggi
hutang akan mengakibatkan tingkat profitabilitas semakin meningkat, atau
semakin menurun. Terjadi hubungan yang positif atau negatif antara struktur
finansial dengan profitabilitas.
Selain memperhatikan kebijakan mengenai keputusan investasi dan
pembiayaan, juga perlu membayar kewajiban-kewajiban yang berasal dari sumber
dana yang digunakan oleh perusahaan. Suatu kinerja keuangan apabila dilihat dari
segi likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
finansial jangka pendek perusahaan tepat pada waktunya. Menurut Munawir
(2007:31), likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi. Perusahaan yang
mampu memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya berarti
perusahaan tersebut berada dalam keadaan “likuid” dan mempunyai alat
pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancar atau
hutang jangka pendeknya. Sebaliknya apabila perusahaan tidak mampu memenuhi
hutang jangka pendeknya maka perusahaan tersebut berada dalam keadaan
“illikuid”. Apabila tingkat likuiditas perusahaan dapat memenuhi kewajibannya,
maka kepercayaan pihak kreditur jangka pendek meningkat. Perusahaan dengan
sangat mudah bisa memperoleh pinjaman jangka pendek untuk memperbesar
modal lancar. Sehingga penjualan dapat ditingkatkan yang mengakibatkan laba
meningkat pula. Oleh karena itu perlu pengaturan, penjagaan dan pemeliharaan
likuiditas yang baik untuk menjaga kredibilitas kepada kreditur.
Menurut Sawir (2005:8), rasio yang
paling umum digunakan dalam
mengukur likuiditas adalah current ratio (rasio lancar). Current ratio
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang harus segera
dipenuhi dengan aktiva lancar. Current ratio yang paling rendah biasanya
menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas. Hubungan antara likuiditas
dengan profitabilitas yaitu jika current ratio semakin tinggi maka dana yang
ditanamkan dalam aktiva lancar terlalu besar maka ada banyak dana yang
menganggur yang pada akhirnya dapat memperkecil profitabilitas perusahaan.
Sehingga akan terjadi hubungan yang negatif terhadap profitabilitas.
Pada segi aktivitas menunjukkan kemampuan perusahaan menggunakan
aktiva untuk menciptakan suatu tingkat penjualan. Semakin tinggi tingkat
perputaran aktivanya berarti semakin cepat jumlah aktiva dapat dimanfaatkan
untuk menciptakan pendapatan. Dalam kondisi normal akan terjadi hubungan
positif antara aktivitas perusahaan dengan profitabilitas. Untuk mengukur rasio
aktivitas dapat digunakan rasio total assets turnover. Dalam jurnal Akuntansi dan
Teknologi Informasi (2005:96) mengutip pernyataan Kussriyanto dan Suwartojo
(1983) rasio ini mengukur seberapa efisien sebuah perusahaan memakai aktivanya
untuk menghasilkan penjualan dalam memperoleh laba. Rasio ini merupakan
ukuran umum yang mencerminkan jumlah investasi yang diperlukan untuk
menunjang operasi. Investasi tentunya berasal dari para kreditur dan dari para
pemilik, sehingga merupakan sesuatu yang berarti untuk mengukur produktivitas
penggunaan modal investasi.
Pertumbuhan perusahaan ditandai dengan pertumbuhan total aktiva
sehingga dengan meningkatnya total aktiva maka terjadi pula peningkatan
penjualan dan keuntungan perusahaan. Perusahaan yang berpeluang untuk tumbuh
akan berpeluang dalam memperoleh keuntungan. Dalam hal ini terjadi hubungan
positif antara pertumbuhan perusahaan dengan profitabilitas.
Cara menilai profitabilitas perusahaan tergantung pada laba dan aktiva atau
modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang lainnya. Salah satu
rasio yang biasa digunakan sebagai proksi terhadap profitabilitas adalah return on
assets (ROA). ROA dapat menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba dari aktiva yang dimiliki perusahaan. Bagi Investor ROA merupakan
indikator yang penting untuk menilai prospek perusahaan di masa mendatang
dengan melihat sejauh mana profitabilitas perusahaan. Efektivitas perusahaan
dalam mengelola aktiva yang dimiliki perusahaan untuk mampu menghasilkan
laba yang tercermin dari rasio keuangan.
Dari kategori perusahaan yang ada pada Bursa Efek Indonesia tahun 2010,
peneliti lebih mengarah kepada kelompok industri barang konsumsi (Consumer
Goods industry). BEI menentukan kategori perusahaan yang dapat digolongkan
sebagai industri barang konsumsi. Berikut daftar kelompok perusahaan Industri
Consumer Goods disajikan pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Daftar Kelompok Perusahaan Consumer Goods tahun 2010
No.
1
2
3
4
5
Perusahaan
Food and Baverages
Tobacco Manufacturers
Pharmaceuticals
Cosmetics and Household
Houseware
Total
Jumlah
14
4
10
4
3
35
Sumber : www.idx.com
Di Indonesia perusahaan barang konsumsi perkembangannya cukup pesat,
hal ini terlihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI dari periode ke
periode terus bertambah, sehingga tidak menutup kemungkinan perusahaan ini
sangat dibutuhkan masyarakat sehingga prospeknya akan menguntungkan di masa
sekarang maupun masa yang akan datang. Pilihan indutri ini didasarkan pada
alasan bahwa perusahaan manufaktur yang tergolong dalam industri barangbarang konsumsi mempunyai tingkat perputaran penjualan yang relatif lebih cepat
dibandingkan dengan kelompok manufaktur lainnya yang memungkinkan
perolehan laba perusahaan juga tinggi. Sehingga investor dapat melakukan
investasi pada perusahaan-perusahaan industri barang konsumsi dimana
diharapkan keuntungan yang didapat dari hasil investasi akan tinggi.
Disisi lain, penelitian menggunakan industri ini karena perusahaanperusahaan juga menyediakan informasi yang lengkap dan memiliki ROA yang
cenderung berfluktuasi sehingga tepat digunakan dalam penelitian ini. Dalam
melakukan pengembangan dan perluasan usaha, perusahaan industri Consumer
Goods membutuhkan dana yang cukup besar, sehingga diperlukan adanya
pengambilan keputusan yang tepat dalam berinvestasi dan melakukan pembiayaan
serta dapat dilihat dari segi likuiditas, dan aktivitas untuk mengukur profitabilitas
yang dapat dihasilkan oleh perusahaan.
Perusahaan industri Consumer Goods yang listing di Bursa Efek Indonesia
berjumlah 35 perusahaan, namun yang mengeluarkan laporan keuangan dari tahun
2006-2008 hanya berjumlah 21 perusahaan. Berdasarkan laporan keuangan
periode tahun 2004-2008, maka data tabel 1.2 dapat diketahui jumlah
profitabilitas perusahaan yang diproksikan melaui return on assets (ROA) , yakni
sebagai berikut :
Tabel 1.2 Jumlah Return On Assets (ROA) pada Perusahaan Industri
Consumer Goods yang Go Public di Bursa Efek Indonesia
Periode Tahun 2006-2008 (dalam %)
No. Nama Perusahaan
1
2
3
4
5
6
PT. Aqua Golden Mississippi
Tahun
EAT
Total Aktiva
ROA
2006
49.265.128.274
730.586.083.57
6,74
2007
66.867.636.545
795.244.017.131
8,41
2008
83.811.929.866
891.529.586.396
9,40
PT.Bentoel International
2006
145.509.661.778
1.842.317.142.876
7,90
Investama Tbk.
2007
242.916.734.144
2.347.941.632.229
10,35
2008
239.137.880.999
3.859.160.327.022
6,20
2006
52.508.646.000
550.628.937.000
9,54
2007
49.917.853.000
557.337.641.000
8,96
2008
70.819.094.000
560.930.742.000
12,63
2006
43.859.420.000
537.784.507.000
8,16
2007
48.335.803.000
571.243.239.000
8,46
2008
85.615.426.000
592.359.226.000
14,45
2006
1.009.496.000.000
22.128.851.000.000
4,56
2007
1.445.949.000.000
21.733.034.000.000
6,65
2008
1.880.492.000.000
23.779.951.000.000
7,91
2006
3.557.491.000.000
11.934.600.000.000
29,81
2007
3.632.842.000.000
12.659.804.000.000
28,70
2008
3.897.120.000.000
15.680.542.000.000
24,85
PT.Darya-Varia Laboratoria Tbk.
PT. Delta Djakarta Tbk.
PT. Gudang Garam Tbk.
PT.HM Sampoerna Tbk.
No. Nama Perusahaan
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
PT.Indofarma Tbk.
PT.Indofood Sukses Makmur Tbk.
PT.Kalbe Farma Tbk.
PT.Kimia Farma Tbk.
PT.Mandom Indonesia Tbk.
PT. Mayora Indah Tbk.
PT.Merck Tbk.
PT. Multi Bintang
PT.Mustika Ratu Tbk.
PT.Pyridam Farma Tbk.
PT.Siantar Top Tbk.
PT. Tempo Scan Pasific Tbk.
Tahun
EAT
Total Aktiva
ROA
2006
15.240.703.403
518.823.729.815
2,94
2007
11.077.021.046
686.937.377.885
1,61
2008
5.031.955.495
1.009.437.678.208
0,50
2006
742.322.000.000
14.859.203.000.000
5,00
2007
1.350.717.000.000
16.364.593.000.000
8,25
2008
1.798.270.000.000
29.706.895.000.000
6,05
2006
764.357.450.660
4.633.398.659.211
16,50
2007
811.647.239.876
4.624.619.204.478
17,55
2008
825.504.633.348
5.138.212.506.980
16,07
2006
43.969.948.288
1.177.602.832.496
3,73
2007
52.189.435.346
1.261.583.767.835
4,14
2008
55.393.774.869
1.386.739.149.721
4,00
2006
100.118.341.049
545.695.228.731
18,35
2007
111.232.287.817
672.196.585.121
16,55
2008
114.854.035.121
725.197.057.770
15,84
2006
97.909.170.030
1.459.968.922.850
6,71
2007
146.617.706.254
1.553.376.827.333
9,44
2008
201.588.834.246
1.893.175.019.860
10,65
2006
86.562.197.000
218.034.134.000
39,70
2007
89.486.022.000
282.698.909.000
31,65
2008
98.611.148.000
331.062.225.000
19,79
2006
73.636.000.000
575.385.000.000
12,80
2007
84.456.000.000
610.437.000.000
13,84
2008
222.307.000.000
621.835.000.000
23,59
2006
9.096.227.057
290.646.485.673
3,13
2007
11.130.009.996
291.768.931.718
3,82
2008
22.290.067.707
315.997.722.658
7,05
2006
1.729.406.246
76.550.878.274
2,26
2007
1.743.483.869
83.127.282.484
2,10
2008
2.308.877.329
95.157.347.340
2,43
2006
14.426.010.016
477.443.560.343
3,02
2007
15.594.767.180
467.491.119.280
3,34
2008
4.816.495.973
517.448.084.688
1,93
2006
282.045.233.100
2.345.759.617.952
12,02
2007
287.988.136.557
2.479.250.656.231
11,62
2008
326.915.328.470
2.773.134.866.559
11,79
No. Nama Perusahaan
19
20
21
Tahun
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
PT.Ultra Jaya Milk Tbk.
PT.Unilever Indonesia Tbk.
EAT
Total Aktiva
2006
132.134.644
357.785.756.494
2,04
2007
32.485.645.797
363.932.553.117
8,93
2008
37.455.922.334
792.690.325.279
4,73
2006
14.604.174.200
1.254.444.147.713
1,16
2007
30.393.032.480
1.249.080.371.256
2,43
2008
303.857.531.129
1.362.829.538.011
22,30
2006
1.721.038.000.000
3.842.351.000.000
23,79
2007
1.962.147.000.000
4.626.000.000.000
32,43
2008
2.411.762.000.000
5.333.406.000.000
28,54
Sumber : www.idx.co.id, 2006-2008
Berdasarkan tabel 1.2 maka dapat diketahui return on assets (ROA) pada
perusahaan industri Consumer Goods dari tahun 2006 sampai tahun 2008
diketahui bahwa perusahaan industri ini ada yang mengalami kenaikan, penurunan
dan juga ROA yang berfluktuasi. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan PT.
Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk yang mengalami kenaikan ROA
sangat tajam, dimana pada tahun 2006 sebesar 1,16 persen hingga mencapai 22,30
persen. Begitu pula pada beberapa perusahaan yang mengalami kenaikan ROA
seperti PT. Multi Bintang Tbk, PT. Aqua Golden Mississippi Tbk, PT. DaryaVaria Laboratoria Tbk, PT. Delta Djakarta Tbk, PT. Gudang Garam Tbk, PT.
Mayora Indah Tbk dan PT. Mustika Ratu Tbk. Disisi lain, perusahaan yang
memiliki ROA yang berfluktuasi adalah PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk dari
tahun 2006 sebesar 2,04 persen meningkat pada tahun 2007 menjadi 8,93 persen
namun tahun berikutnya menurun kembali. Perusahaan lain yang juga mengalami
fluktuasi adalah
Indonesia Tbk.
ROA
PT. Bentoel International Investama Tbk dan PT. Unilever
Lain halnya dengan beberapa perusahaan berikut yang setiap tahunnya
mempunyai ROA yang semakin menurun. Pada perusahaan PT. HM Sampoerna
Tbk, PT. Indofarma Tbk, PT. Merck Tbk, dan PT. Siantar Top Tbk. Sedangkan
perusahaan lainnya mempunyai ROA yang relatif stabil.
Adanya ROA yang mengalami penurunan ataupun fluktuasi pada
perusahaan bisa sangat berisiko untuk sebuah perusahaan yang go public,
terutama pada kondisi saat ini dimana situasi perekonomian dalam keadaan tidak
baik. Sehingga perusahaan industri Consumer Goods harus mengambil keputusan
yang baik dan benar yaitu keputusan investasi dan keputusan pembiayaan serta
perlu memperhatikan dari segi likuiditas, aktivitas dan pertumbuhan perusahaan.
Dengan demikian masalah tersebut menjadi menarik diteliti, untuk
mendapatkan suatu gambaran yang jelas mengenai Pengaruh Struktur Aktiva,
Struktur Finansial, Current Ratio, Total Assets Turnover, dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Industri Consumer
Goods di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai beikut :
1.
Apakah struktur aktiva, struktur finansial, current ratio, total assets
turnover dan pertumbuhan perusahaan secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan industri Consumer
Goods di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008 ?
2.
Apakah struktur aktiva, stuktur finansial, current ratio, total assets
turnover, dan pertumbuhan perusahaan secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan industri Consumer
Goods di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008 ?
3.
Diantara variabel struktur aktiva, stuktur finansial, current ratio, total
assets turnover, dan pertumbuhan perusahaan, manakah paling
berpengaruh dominan secara parsial terhadap profitabilitas perusahaan
industri Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008?
1.2
Tujuan dan kegunaan Penelitian
1.2.1 Tujuan Penelitian
Dari pokok masalah yang telah dirumuskan, maka yang menjadi tujuan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh struktur aktiva, struktur
finansial, current ratio, total assets turnover dan pertumbuhan
perusahaan secara simultan terhadap profitabilitas pada perusahaan
sektor industri Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia periode 20062008.
2) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh struktur aktiva, stuktur
finansial, current ratio, total assets turnover, dan pertumbuhan
perusahaan secara parsial terhadap profitabilitas pada perusahaan
industri Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia periode periode
2006-2008.
3) Untuk mengetahui diantara variabel struktur aktiva, stuktur finansial,
current ratio, total assets turnover, dan pertumbuhan perusahaan, yang
mempunyai pengaruh dominan terhadap profitabilitas pada perusahaan
industri Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008.
1.2.2 Kegunaan penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kegunaan sebagai berikut:
1) Kegunaan teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan khususnya mengenai keputusan investasi, struktur finansial,
current ratio, total assets turnover, dan pertumbuhan perusahaan.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran berdasarkan disiplin ilmu yang diperoleh dibangku kuliah
khususnya dalam bidang ilmu manajemen keuangan dalam aspek
pengaruh beberapa variabel keuangan terhadap profitabilitas.
2) Kegunaan praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran atau masukan bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan selanjutnya yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi kebijakan mengenai keputusan yang tepat dalam
berinvestasi, melakukan pembiayaan, mengevaluasi kinerja keuangan
untuk dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh
keuntungan.
1.3
Sistematika Penulisan
BAB I
: Pendahuluan
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang
masalah, pokok permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian,
serta sistematika penulisan.
BAB II
: Kajian Pustaka dan Hipotesis
Pada bab ini diuraikan materi-materi atai teori yang relevan
dengan pembahasan masalah yang dibahas dalam laporan ini
serta penelitian-penelitian terdahulu.
BAB III : Metode Penelitian
Dalam bab ini menguraikan mengenai lokasi dan objek
penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel,
jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode
penentuan sampel, serta teknik analisis data.
BAB IV : Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam bab ini menguraikan mengenai gambaran umum
perusahaan yang teliti. Disamping itu dilakukan pengolahan
data dengan menggunakan model analisis regresi linier
berganda dengan uji simultan (F-test) dan uji parsial (t-test),
dan asumsi klasik.
BAB IV : Penutup
Bab ini menguaraikan tentang simpulan yang diperoleh dari
analisis yang telah dilakukan serta saran-saran yang diberikan
sesuai dengan simpulan yang diperoleh.
Download