Untitled - ETD UGM

advertisement
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perawatan ortodontik dapat dicapai jika diagnosis dan rencana perawatan
ditegakkan secara tepat sebelum perawatan dilakukan. Diagnosis ortodontik dapat
diperoleh dari data pengumpulan hasil analisis klinis, analisis fotometri dan
analisis model studi (Yashadhana dan Sadoso, 1997). Salah satu tujuan perawatan
ortodontik adalah untuk mendapatkan hubungan oklusi, overbite, dan overjet
akhir yang optimal (Akyalcin dkk., 2006). Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi tercapainya tujuan tersebut, diantaranya adalah keseimbangan
antara ukuran lebar mesiodistal gigi-gigi rahang bawah dan rahang atas (Endo
dkk., 2008). Keseimbangan ukuran lebar mesiodistal gigi rahang bawah dan
rahang atas yang tepat diperlukan untuk mencapai estetik dan fungsional yang
terbaik pada hasil perawatan ortodontik (Freeman dkk., 1996).
Pentingnya kesesuaian ukuran lebar mesiodistal gigi-gigi rahang atas dan
rahang bawah dalam memperoleh hubungan oklusi yang baik telah disadari dan
diteliti oleh beberapa ahli sejak puluhan tahun yang lalu. Analisis ukuran gigi
yang banyak digunakan di dunia diantaranya adalah analisis Bolton (Freeman
dkk., 1996). Analisis Bolton adalah analisis tentang perbandingan ukuran lebar
mesiodistal gigi antar rahang dan pengaruhnya terhadap oklusi. Analisis Bolton
merupakan sebuah analisis diskrepansi rasio ukuran gigi yang sederhana, cepat,
mudah, dan merupakan sebuah alat diagnostik untuk dapat menentukan lokasi
diskrepansi (Bolton, 1962). Penelitian Crosby dan Alexander (1989) menyatakan
bahwa sebagian besar pasien ortodonsia memiliki diskrepansi rasio ukuran gigi
1
yang signifikan terhadap hasil analisis Bolton. Aplikasi analisis Bolton di klinik,
selain untuk mendeteksi adanya diskrepansi rasio ukuran gigi, juga digunakan
untuk menentukan lokasi diskrepansi dan selanjutnya untuk menentukan rencana
perawatan (Bolton, 1962).
Analisis Bolton meliputi perbandingan antara lebar mesiodistal total gigigigi rahang bawah dan rahang atas. Terdapat dua rasio yaitu rasio keseluruhan
(overall ratio) dan rasio anterior (anterior ratio). Rasio keseluruhan diperoleh
dengan membandingkan jumlah seluruh ukuran lebar mesiodistal 12 gigi dari
molar pertama kanan hingga molar pertama kiri rahang bawah, dibagi jumlah
seluruh ukuran lebar mesiodistal 12 gigi dari molar pertama kanan hingga molar
pertama kiri rahang atas, kemudian dikalikan 100. Rasio anterior diperoleh
dengan membandingkan jumlah seluruh ukuran lebar mesiodistal 6 gigi anterior
rahang bawah, dibagi jumlah lebar mesiodistal 6 gigi anterior rahang atas,
kemudian dikalikan 100 (Freeman dkk., 1996). Kedua rasio tersebut dikenal
dengan nama indeks Bolton dan sekarang telah dipergunakan secara luas (Gaidyte
dkk., 2003). Analisis Bolton telah terbukti sangat bermanfaat dan dipergunakan
secara luas oleh para ortodontis, namun masih terdapat keterbatasan analisis
tersebut, yaitu komposisi populasi dan jenis kelamin sampel penelitian Bolton
tidak spesifik, hal ini potensial untuk menimbulkan bias-bias tertentu (Doris dkk.,
1981).
Ukuran lebar mesiodistal gigi, lengkung gigi, bentuk muka dan kepala
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : keturunan, ras, aktifitas fungsional,
jenis kelamin dan umur (Suparwitri, 1992). Beberapa penelitian telah
2
membuktikan bahwa perbedaan ras dan jenis kelamin akan memiliki ukuran lebar
mesiodistal gigi yang berbeda sehingga menghasilkan rasio keseluruhan dan rasio
anterior yang berbeda pula (Smith dkk., 2000). Lavelle (1972) menyatakan bahwa
orang kulit hitam memiliki rasio keseluruhan dan rasio anterior lebih besar
daripada orang kulit putih dan orang Asia. Smith dkk. (2000) menerapkan analisis
Bolton pada 3 populasi yaitu: kulit hitam, Hispanic, dan kulit putih. Hasilnya
menunjukkan bahwa perbedaan populasi mempengaruhi perbedaan ukuran gigi
dan rasio ukuran gigi. Orang hitam memiliki rasio keseluruhan dan rasio anterior
terbesar dibandingkan orang kulit putih dan Hispanic.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa selain faktor ras, faktor jenis
kelamin juga dapat mempengaruhi ukuran lebar mesiodistal gigi (Graber, 1972).
Ukuran lebar mesiodistal gigi tidak ada hubungannya dengan besar tubuh, tetapi
ukuran lebar mesiodistal gigi dipengaruhi oleh jenis kelamin (Thomson, 2012).
Salzmann (1966) dan Graber (1972) mengemukakan bahwa ukuran lebar
mesiodistal gigi pada laki-laki lebih besar daripada perempuan. Hal ini didukung
oleh penelitian Garn dkk. (1964, sit. Doris dkk., 1981) yang membuktikan bahwa
ukuran lebar mesiodistal gigi laki-laki 4% lebih besar daripada ukuran lebar
mesiodistal gigi perempuan. Lavelle (1972) membuktikan bahwa rasio
keseluruhan dan rasio anterior berdasarkan analisis Bolton pada laki-laki lebih
besar daripada perempuan.
Perbedaan ras berpengaruh terhadap perbedaan hubungan gigi-gigi antar
rahang sebab perbedaan ukuran gigi tidak sistematis (Smith dkk., 2000). Menurut
Alternus (1968, sit. Graber, 1972) pada setiap ras ada variasi dalam ukuran lebar
3
mesiodistal gigi. Thomson (2012) menyatakan bahwa selain faktor ras, waktu
migrasi yang berbeda menyebabkan perbedaan pola hidup dan sistem budaya pada
setiap ras. Ciri-ciri fisik yang bervariasi pada suatu ras akan mempengaruhi
ukuran lebar mesiodistal gigi. Ras adalah kelompok manusia yang mempunyai
ciri-ciri jasmaniah tertentu, yang diperoleh karena keturunan sesuai hukum
genetik, tetapi masih memungkinkan adanya variasi individu (Daldjoeni, 1991).
Manusia dibagi menjadi ras-ras yang tersebar luas, diantaranya : Kaukasoid,
Negroid, Mongoloid, Austramelanesoid dan Australoid (Nesturkh, 1982).
Indonesia merupakan bangsa yang multirasial dan multietnik. Proses mikroevolusi
dan pengaruh migrasi rasial di Indonesia menyebabkan timbulnya berbagai
kelompok etnik termasuk Jawa dan Cina (Jacob, 1967). Glinka (2001)
mengatakan bahwa kurangnya bukti berupa fosil maka sulit mengatakan sesuatu
yang pasti. Hanya diduga bahwa migrasi ini tidak besar-besaran, dan dilihat lebih
sebagai proses aliran gen (gene flow) kedalam populasi asli.
Kelompok suku Jawa merupakan ras Mongoloid dan subras sekunder
Mongoloid yaitu Deutro-Melayu. Suku Jawa merupakan populasi terbesar di
Pulau Jawa. Kelompok suku Jawa memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain : bentuk
kepala brachi-meso-dolicho cephali, bentuk wajah euro-meso-lepto prosope, bibir
agak tebal, profil hidung konkaf, rambut hitam lurus atau berombak, rambut tubuh
jarang (Sukadana, 1976). Ciri fisik suku Jawa di Yogyakarta menurut penelitian
Rahmawati dkk. (2003) adalah memiliki bentuk kepala antara lonjong dan bulat,
bermuka sempit, dan dahi yang lebar.
4
Kelompok suku Cina merupakan penduduk pendatang yang terbanyak di
Indonesia (Hidayah, 1996 ). Orang Cina datang ke Indonesia dalam jumlah besar
dimulai pada abad ke-16 sampai abad ke-19 (Jacob, 2000). Orang Cina di
Indonesia menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkian), Tengnang
(Tiochiu) atau Thongnyin (Hakka) (Vasanty, 2004). Orang Cina berasal dari
subras primer Mongoloid dengan ciri-ciri antara lain: celah mata sipit, lipatan
pada kelopak mata jelas, jarak antara mata besar, warna mata coklat sampai coklat
tua, warna kulit kuning gading hingga coklat muda, bibir tipis dan sempit, akar
hidung datar, batang hidung lebih tinggi, sayap hidung lebar, rambut kaku
berwarna coklat tua sampai hitam, muka lebih sempit, kepala lebih lonjong dan
sempit dengan dahi tegak dan sedikit melengkung (Jacob, 2000).
Hasil penelitian Sutardjo (2003) menyatakan suku Jawa menunjukkan
ukuran lebar mesiodistal gigi lebih besar daripada suku Cina. Sukadana (1987)
menegaskan bahwa hasil beberapa penelitian menggambarkan masing-masing
suku akan memberikan data yang berbeda dan masing-masing ras memiliki ciriciri fisik berbeda, termasuk bentuk dan ukurannya.
Mengingat pentingnya keseimbangan antara ukuran gigi-gigi rahang bawah
dan rahang atas dalam diagnosis dan perawatan ortodontik, serta pengaruh ras dan
jenis kelamin terhadap ukuran lebar mesiodistal gigi dan rasio ukuran gigi, maka
perlu dilakukan penelitian mengenai rasio keseluruhan dan rasio anterior
berdasarkan analisis Bolton pada ras Mongoloid khususnya suku Jawa dan Cina.
5
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan
yaitu:
1. Apakah ada perbedaan rasio keseluruhan dan rasio anterior berdasarkan
analisis Bolton antara suku Jawa dan Cina?
2. Apakah ada perbedaan rasio keseluruhan dan rasio anterior berdasarkan
analisis Bolton antara laki-laki dan perempuan pada suku Jawa dan Cina?
3. Apakah ada interaksi antara suku dan jenis kelamin dalam mempengaruhi
rasio keseluruhan dan rasio anterior berdasarkan analisis Bolton pada suku
Jawa dan Cina?
C. Keaslian Penelitian
Penerapan indeks Bolton telah banyak digunakan di dunia. Lavelle (1972)
meneliti perbandingan rasio keseluruhan dan rasio anterior berdasarkan perbedaan
populasi dan jenis kelamin pada orang kulit hitam, kulit putih dan Asia. Smith
dkk. (2000) meneliti perbandingan rasio keseluruhan dan rasio anterior ukuran
lebar mesiodistal gigi berdasarkan perbedaan populasi dan jenis kelamin pada
orang kulit hitam, Hispanic, dan kulit putih. Anil dan Monika (2010) meneliti
perbandingan rasio keseluruhan dan rasio anterior berdasarkan perbedaan populasi
dan jenis kelamin pada populasi Himachali dan Caucasian.
Penerapan indeks Bolton di FKG UGM pernah dilakukan oleh Hanimastuti
(2002) dengan menggunakan sampel mahasiswa FKG UGM yang bersuku Jawa
dengan membedakan jenis kelamin. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Maya
6
(2006) dengan menerapkan indeks Bolton pada suku Cina tanpa membedakan
jenis kelamin. Penelitian mengenai perbandingan indeks Bolton berdasarkan
perbedaan suku dan jenis kelamin yaitu pada suku Jawa dan Cina sejauh penulis
ketahui belum pernah dilakukan.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yaitu untuk :
1. Mengetahui perbedaan rasio keseluruhan dan rasio anterior berdasarkan
analisis Bolton antara suku Jawa dan Cina.
2. Mengetahui perbedaan rasio keseluruhan dan rasio anterior berdasarkan
analisis Bolton antara laki-laki dan perempuan pada suku Jawa dan Cina.
3. Mengetahui ada tidaknya interaksi antara suku dan jenis kelamin dalam
mempengaruhi rasio keseluruhan dan rasio anterior berdasarkan analisis Bolton
pada suku Jawa dan Cina.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian diantaranya :
1.
Menambah pengetahuan dalam bidang ortodonsia tentang rasio keseluruhan
dan rasio anterior indeks Bolton berdasarkan perbedaan suku dan jenis
kelamin pada suku Jawa dan Cina.
2.
Aplikasi di klinik yaitu untuk mendeteksi adanya diskrepansi rasio ukuran
gigi, untuk menentukan lokasi diskrepansi dan selanjutnya untuk menentukan
rencana perawatan.
7
Download