pertukaran waktu dan biaya pada proyek pembangunan

advertisement
PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK
PEMBANGUNAN GEDUNG SENI DAN BUDAYA
(EX. GEDUNG MITRA) KOTA SURABAYA
Disusun oleh: Tomy Andrianto
NRP : 3106 100 626
Dosen Pembimbing :
Supani. ST. MT
Farida Rachmawati ST. MT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Surabaya adalah kota terbesar di wilayah provinsi Jawa Timur, merupakan pusat
pemerintahan Jawa timur, pusat perdagangan dan industri, tempat rekreasi juga tempat
menyalurkan bakat terlengkap untuk wilayah Provinsi Jawa Timur. Kota Surabaya menjadi
tempat tujuan untuk mengembangkan usaha, baik dari Jakarta maupun dari kota – kota lain di
Indonesia. Juga sebagai pusat pemerintahan di pulau jawa bagian timur. Cepatnya pergerakan
ekonomi-bisnis di Surabaya diikuti oleh tumbuhnya sektor budaya.
Berdasarkan Data dari Badan Perencana Kota surabaya, pemerintah kota Surabaya sampai
saat ini sangat minim dengan infrastruktur guna pengembangan bakat budaya serta seni di
lingkungannya. Maka pada tahun 2009 ini pemerintah kota Surabaya berencana untuk
membongkar serta membangun kembali gedung khusus pengembangan bakat seni serta
budaya. Dengan menggunakan bekas area dari gedung bioskop Mitra Surabaya yang
bertempat di jalan Gubernur Suryo No. 15 tepat di sebelah kantor DPRD Kota Surabaya yang
telah habis masa sewanya, digunakan untuk membangun Gedung Budaya dan seni Kota
Surabaya..
Gambar berikut ini merupakan ilustrasi dari kondisi proyek.
Awal Proyek
Akhir Proyek
Durasi Proyek
terlambat
150 hari / 22 minggu
Proses percepatan
Target percepatan
1 bulan
waktu yang dipercepat
Gambar 1.1 Ilustrasi Kondisi Proyek
Dari gambar tersebut terlihat bahwa proyek seharusnya selesai dalam waktu 22 minggu
atau tepatnya 150 hari kalender. Awal mulai proyek terlambat ± 1 bulan, apabila dikerjakan
secara normal, proyek akan selesai dengan keterlambatan 1 bulan juga. Supaya proyek selesai
tepat waktu, perlu dilakukan crasing untuk mengejar keterlambatan.
Keterlambatan proyek dapat diatasi dengan mengadakan percepatan durasi proyek namun
percepatan durasi dapat mengakibatkan pertambahan biaya. Metoda yang dapat digunakan
adalah time cost trade off atau pertukaran waktu dan biaya. Metoda ini dapat dilakukan dengan
mengubah metode konstruksi, menambah jumlah pekerja, mengadakan shift pekerjaan,
menggunakan material yang lebih cepat penggunaannya dan dengan menambah jam kerja atau
lembur. Pada Tugas Akhir ini akan di aplikasikan metoda time cost trade off untuk mengejar
keterlambatan.
1.2. PERMASALAHAN
Dengan latar belakang seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, maka yang menjadi
permasalahan dalam tugas akhir ini adalah :
1. Apakah target percepatan durasi proyek dapat tercapai ?
2. Berapakah biaya yang dibutuhkan untuk melakukan percepatan ?
1.3. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah target percepatan durasi proyek dapat tercapai.
2. Untuk mengetahui biaya yang dibutuhkan untuk melakukan percepatan.
1.4. BATASAN MASALAH
Lingkup pembahasan dan batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah :
1. Harga satuan tidak berubah selama pelaksanaan proyek.
2. Perhitungan crash duration menggunakan alternatif-alternatif seperti penambahan jam
kerja, penambahan grup kerja, menambah kapasitas alat, menambah jumlah alat pada
aktifitas-aktifitas tertentu dan juga mengganti metode pelaksanaan juga dimungkinkan
mengganti beberapa item bahn menjadi precast.
3. Biaya yang timbul akibat percepatan antara lain : pertambahan biaya untuk pengawas,
mobilisasi, upah dan overhead.
1.5. MANFAAT
Yang dimaksud manfaat disini adalah manfaat yang diperoleh dari proses percepatan
yang dilakukan pada Proyek Pembangunan Gedung Seni dan Budaya adalah sebagai
berikut :
1. Bagi pihak Pelaksana percepatan pembangunan diharapkan dapat mengurangi biaya
total yang dikeluarkan, diharapkan dapat memberikan profit atau keuntungan baik dari
segi waktu atau biaya. Tetapi bila sampai terlambat dapat dipastikan akan menambah
total cost dan juga mendapatkan denda dengan besaran seperti yang tertera pada
kontrak yaitu 1%o atau 1/1000 perhari serta dimasukan kedalam daftar hitam
perusahaan.
2. Sedangkan bagi Owner atau pemilik, percepatan pembangunan ini berarti dapat
mempercepat pengoperasian gedung ini agar segera dapat memberikan keuntungan
yang diharapkan juga sebagai tolak ukur keberhasilan proyek pemerintah yang didanai
oleh APBD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
Proyek
Pengertian Proyek
Menurut Soeharto (1995), proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara
yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya terbatas dan
dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas.
Adapun yang dimaksud dengan tugas adalah dapat berupa membangun pabrik, membuat
produk baru atau melakukan penelitian dan pengembangan.
Lebih lanjut Soeharto (1995), menjelaskan bahwa proyek memiliki ciri – ciri sebagai
berikut :
a Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir.
b Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan.
c Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal
dan akhir ditentukan dengan jelas.
d Non rutin, tidak berulang – ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang
proyek berlangsung.
2.1.2
Sasaran dan Tiga Kendala Proyek
Menurut Soeharto (1995), setiap proyek memiliki tujuan khusus yang dalam
pencapaiannya ditentukan oleh beberapa batasan yaitu anggaran yang dialokasikan, jadwal
serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan tersebut yang disebut sebagai tiga kendala
proyek yang merupakan parameter penting bagi penyelenggara proyek yang juga diasosiasikan
sebgai sasaran proyek.
Untuk anggaran proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran,
sedangkan untuk jadwal proyek harus diselesaikan sesuai kurun waktu dan tanggal akhir yang
telah ditentukan dan mutu produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan
kriteria yang disyaratkan. Jadi ketiga batasan tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang
lain, dalam hal ini jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah direncanakan maka
umumnya harus meningkatkan mutu yang selanjutnya berakibat pada kenaikan biaya proyek,
dan sebaliknya jika ingin menekan biaya maka harus berkompromi dengan mutu atau jadwal
(Soeharto,1995).
2.2
Pengertian Gedung Budaya dan Seni
Definisi Gedung budaya dan seni menurut Wikipedia adalah sebuah tempat atau
bangunan yang mempunyai fungsi sebagai arena atau ajang pertunjukan kebolehan, bakat
dalam bidang seni dan budaya bangsa. Contoh budaya bangsa seperti tari remo, lukisan atau
seni – seni yang lainnya.
Rencana Anggaran Pelaksanaan ( RAP )
Dalam penyusunan sebuah schedule proyek konstruksi biasanya menggunakan RAP (
Rencana Anggaran Pelaksanaan ). Nilai dari RAP berbeda dengan nilai RAB dikarenakan nilai
RAB adalah besaran nilai dari suatu proyek yang dihitung dari nilai konsultan perencana atau
EE, sedangkan nilai RAP adalah kisaran nilai anggaran proyek yang akan dilaksanakan hasil
dari perhitungan Kontraktor pelaksana. Sehingga nilai RAP biasanya lebih kecil dari nilai
RAB.
Analisa Time Cost Trade Off
Dalam penyusunan sebuah schedule proyek konstruksi diharapkan menghasilkan
schedule yang realistis berdasarkan estimasi yang wajar. Salah satu cara mempercepat durasi
proyek adalah dengan analisa time cost trade off. Dengan mereduksi suatu pekerjaan yang
akan berpengaruh terhadap waktu penyelesaian proyek. Time cost trade off (Ervianto, 2004)
adalah suatu proses yang disengaja, sistematis dan analitik dengan cara melakukan pengujian
dari semua kegiatan dalam suatu proyek yang dipusatkan pada kegiatan yang berada pada jalur
kritis. Selanjutnya melakukan kompresi dimulai pada lintasan kritis yang mempunyai nilai
cost slope terendah. Kompresi terus dilakukan sampai lintasan kritis mempunyai aktivitasaktivitas yang telah jenuh seluruhnya.
Dengan dipercepatnya durasi suatu proyek maka pasti akan terjadi perubahan biaya dan
waktu. Terdapat dua nilai waktu yang akan ditunjukkan tiap aktifitas dalam suatu jaringan
kerja saat terjadi percepatan yaitu:
a. Normal Duration
Normal Duration adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu aktifitas atau
kegiatan dengan sumber daya normal yang ada tanpa adanya biaya tambahan lain dalam
sebuah proyek.
b. Crash Duration
Crash duration adalah waktu yang akan dibutuhkan suatu proyek dalam usahanya
mempersingkat waktu yang durasinya lebih pendek dari normal duration.
Proses percepatan juga menyebabkan perubahan pada elemen biaya yaitu:
a. Normal Cost
Biaya yang dikeluarkan dengan penyelesaian proyek dalam waktu normal. Perkiraan biaya
ini adalah pada saat perencanaan dan penjadwalan bersamaan dengan penentuan waktu
normal.
b. Crash Cost
Biaya yang dikeluarkan dengan penyelesaian proyek dalam jangka waktu sebesar durasi
crash-nya. Biaya setelah di crashing akan menjadi lebih besar dari biaya normal.
Adapun hubungan antara biaya proyek, baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung
dengan waktu yang diperlukan dapat dilihat pada gambar 2.12
biaya total
biaya jenuh
biaya
biaya langsung
∆C
biaya normal
biaya tak langsung
∆t
waktu
Gambar 2.12 Grafik hubungan antara waktu dan biaya
Sumber: Soeharto (1995:219)
Dengan menggunakan variable waktu dan biaya pada saat normal maupun dipercepat,
maka didapatkan pertambahan biaya untuk mempercepat suatu aktifitas per satuan waktu yang
disebut cost slope. Menggambarkan titik-titik dari suatu kegiatan yang dihubungkan oleh
segmen-segmen garis yang dapat berfungsi untuk menganalisis kegiatan apa masih layak
untuk diadakan crashing. Cara yang digunakan adalah meninjau slope (kemiringan) dari
masing-masing segment garis yang dapat memberikan identifikasi mengenai pengaruh biaya
terhadap pengurangan waktu penyelesaian suatu proyek.
Cost slope = perbandingan antara pertambahan biaya dengan percepatan waktu penyelesaian
proyek
Perumusan cost slope sebagai berikut:
Cost Slope = ∆C/∆t
crash cost – normal cost
Cost Slope = normal duration – crash duration
Dalam proses penyelesaian proyek dengan melakukan penekanan (kompresi) diusahakan
agar penambahan biaya yang terjadi seminimum mungkin. Kompresi dilakukan pada jalur
lintasan kritis dimulai dengan aktifitas yang memiliki cost slope terendah.
Contoh analisa Time Cost Trade Off dapat dilihat berdasarkan Tabel 2.1 di bawah ini
(Ervianto, 2004)
Tabel 2.1 Data durasi dan cost proyek
Normal Duration
(days)
A
120
B*
20
C*
40
D*
30
E*
50
F
60
* Critical Path Activitiy
Activity
Crash Duration
(days)
100
15
30
20
40
45
Normal Cost
(Rp.)
12.000
1.800
16.000
1.400
3.600
13.500
Crash Cost
(Rp.)
14.000
2.800
22.000
2.000
4.800
18.000
Network dari kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.13 :
A
12
B
2
C
4
D
3
E
5
F
6
Gambar 2.13 Network Normal
Dari 6 kegiatan tersebut dapat dihitung cost slope masing-masing kegiatan sebagai berikut:
SA = (CC-NC)/(ND-CD) = Rp. 14.000 – Rp. 12.000 / 120 – 100 = Rp 100/hari.
= Rp 200/hari.
SB = (CC-NC)/(ND-CD) = Rp. 2.800 – Rp. 1.800 / 20 – 15
SC = (CC-NC)/(ND-CD) = Rp. 22.000 – Rp. 6.000 / 40 – 30
= Rp 600/hari.
SD = (CC-NC)/(ND-CD) = Rp. 2.000 – Rp. 1.400 / 30 – 20
= Rp 60/hari.
= Rp 120/hari.
SE = (CC-NC)/(ND-CD) = Rp. 4.800 – Rp. 3.600 / 50 – 40
SF = (CC-NC)/(ND-CD) = Rp. 18.000 – Rp. 13.500 / 60 – 45
= Rp 300/hari.
Normal Cost pekerjaan tersebut adalah = Rp. 48.300
Normal Duration pekerjaan tersebut = 140 hari
BAB III
METODOLOGI
3.1 Data
Untuk ini diperlukan data-data tentang proyek dan pelaksanaan.
3.1.1 Jenis Data
a. Data primer, berupa pengamatan di lapangan dan wawancara dengan beberapa pihak
yang terkait dalam pelaksanaan proyek seperti alternatif percepatan yang mungkin
dilakukan, penyebab keterlambatan pelaksanaan.
b.
Data sekunder
1. Schedule Proyek
Schedule proyek diperlukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan dalam
menyelesaikan proyek dan mengetahui jadwal masing-masing aktivitas pekerjaan di
lapangan. Maka schedule proyek sangat membantu dalam menentukan durasi tiaptiap aktivitas dan waktu penyelesaiannya juga dapat dipakai sebagai acuan durasi
normal proyek.
2. Rencana Anggaran Biaya Proyek
RAB proyek diperlukan untuk melakukan pemampatan setelah menyusun diagram
panah. Rencana anggaran biaya proyek berisi tentang volume, harga satuan dan
harga tiap-tiap pekerjaan. Selain RAB Proyek diperlukan juga analisa harga satuan.
Di dalam analisa harga satuan dapat dilihat jumlah bahan, jumlah tenaga kerja, harga
bahan dan upah tenaga kerja untuk setiap pekerjaan. Berguna pula sebagai acuan
biaya normal
3.1.2 Sumber Data
Data-data yang diperlukan untuk penyelesaian Tugas Akhir ini berasal dari
peminjaman data kepada pihak kontraktor pelaksana dan beberapa pihak yang terkait
di dalamnya.
3.2 Langkah-langkah Penelitian
Adapun langkah-langkah yang akan diambil dalam menyelesaikan tugas akhir ini adalah :
1. Latar belakang
2. Perumusan masalah.
3. Studi literatur.
4. Penentuan ND dan NC
5. Menyusun network diagram
6. Analisa cara penentuan percepatan
7. Penerapan Analisa Time Cost Trade Off
8. Kesimpulan dan saran
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1.
Data – data Proyek
Berdasarkan data – data yang terkumpul maka dapat diuraikan untuk gambaran proyek
ini adalah sebagai berikut :
Gambaran umum proyek secara teknis adalah sebagai berikut:
Nama Proyek
: Pembangunan Gedung Type B Gedung Mitra
Lokasi
: Jln. Gubernur Suryo No. 15 Surabaya
Pemilik Proyek
: Pemerintah Kota Surabaya
Kontraktor Proyek
: PT. Citra Mandiri Cipta
Konsultan Supervisi Proyek
: PT. Sekar Trias Utama
Struktur Utama
: Konstruksi Beton Bertulang
Nilai Kontrak
: Rp. 6.750.850.850,00
Saat ini Proyek diatas sedang mengalami keterlambatan dari jadwal semula dikarenakan
adanya pekerjaan – pekerjaan yang mengalami kemunduran jadwal alias molor. Besarnya
keterlambatan pelaksanaan proyek sebesar ± 6,57 % dari kondisi yang direncanakan, pada saat
ini proyek masih berjalan pada 2,78 % dari rencana yaitu sebesar 9,35 %.
4.2.
Analisa Data
Di dalam menganalisa data di gunakan program bantu excel, analisa data dibutuhkan
untuk mencari nilai input dari program Quantitative method (QM) for windows version 2.1
yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini antara lain mencari durasi normal, durasi
crash, biaya normal dan biaya crash.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dalam Tugas Akhir ini dihasilkan
kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisa, proyek dapat diselesaikan tepat waktu dengan percepatan
selama 32 hari.
2. Biaya – biaya yang dibutuhkan untuk melakukan percepatan :
a.Untuk penyelesaian tepat waktu dibutuhkan biaya Rp. 6,367,791,004.
b.Untuk memperoleh percepatan optimum dibutuhkan biaya Rp. 6,295,374,780
c.Untuk memperoleh percepatan maksimum dibutuhkan biaya Rp. 6,367,791,004.
Percepatan maksimum adalah 23 hari yang berarti proyek selesai lebih cepat 9 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Bonnie Biafore.Shortening Project Schedule.Microsoft Press, 2006.
Dipohusodo,(1996), Manajemen proyek konstruksi, Jakarta. Jilid 2
http://www.wikipedia.com/index.htm
Mark Keil.Crashing and Time/Cost Trade-off Analysis.2005
PMBOK , (2004)Project management body of knowledge,. Third Edition
Soeharto, Iman, (1995), Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional, Jakarta,
Erlangga.
Soeharto, Iman, (1998), Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional, Jakarta,
Erlangga.
Vittal.Multiple Critical Paths and Project Crashing.The Chattered Accountant.November.2006.
Wulfram, Ervianto, (2004), Manajemen Proyek Konstruksi, Yogyakarta, ANDI
Download