BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengolahan Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah harga penutupan saham per hari selama 50 hari sebelum sampai dengan 2 hari setelah laporan keuangan tahun 2006 dipublikasikan dan laporan keuangan tahun 2006. Harga penutupan saham kemudian diolah menjadi Cumulative Total Standardized Abnormal Return (Cumulative TSAR) individu perusahaan, yang kemudian dijadikan sebagai variabel dependen. Sedangkan laporan keuangan kemudian diolah menjadi variabel independen, yaitu Δ ROA, DER, PER, dan ukuran (besar atau kecilnya) perusahaan. Berikut ini merupakan rincian dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan. 4.1.1 Perhitungan Actual Return (ACR) Actual Return adalah hasil yang diperoleh investor dari saham-saham yang dimiliki. Karena pengamatan return saham hanya selama 50 hari sebelum sampai dengan 2 hari setelah laporan keuangan 2006 dipublikasikan, maka dalam perhitungannya mengabaikan dividen. Rumus ACR dapat dilihat pada rumus 2.2 (untuk menghitung ACR saham individu perusahaan) dan rumus 2.3 (untuk menghitung ACR IHSG). Hasil perhitungan Actual Return (ACR) selama 50 hari sebelum sampai dengan 2 hari setelah laporan keuangan 2006 dipublikasikan tampak pada lampiran 1 dan 2. 4.1.2 Perhitungan Normal (Nonevent) Return Normal Return (NR) dapat dihitung dengan menggunakan Market Model, seperti yang tampak pada rumus 2.1. Di dalam Market Model, NR dihitung berdasarkan regresi dari return saham individu (Ri) dan return market (Rm). Perhitungan Normal Return menggunakan data harga saham harian perusahaan dari masing-masing industri yang telah diambil sampelnya selama periode estimasi. Setelah itu, return yang diharapkan (NR) dapat dihitung dengan menggunakan koefisien dari persamaan regresi tersebut berdasarkan hasil pengembalian pasar aktual. Perhitungan inilah yang disebut dengan teknik perhitungan market model. Perhitungan market model ini dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel for Windows. Adapun hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 3. 4.1.3 Perhitungan Abnormal Return (AR) Abnormal Return (AR) merupakan hasil pengurangan antara Normal Return (NR) individu perusahaan dengan intercept (α) dan slope (β) kemudian dikalikan dengan Normal Return (NR) pasar. Rumus AR tampak pada rumus 2.4. Adapun hasil perhitungannya tampak pada lampiran 4. 4.1.4 Perhitungan Standardized Abnormal Return (SAR) dan Total SAR (TSAR) Setelah menghitung abnormal return (AR), selanjutnya adalah menghitung standardized abnormal return (SAR) semua perusahaan emiten selama event window berlangsung, yaitu selama 2 hari sebelum sampai dengan 2 hari setelah laporan keuangan tahun 2006 dipublikasikan. SAR adalah AR yang sudah distandarisasikan. Cara menghitungnya yaitu dengan membagi AR dengan akar dari varians AR itu sendiri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada rumus 2.5 dan 2.6. Total SAR merupakan jumlah dari semua SAR. Rumus untuk menghitung TSAR tampak pada rumus 2.7. Hasil perhitungan Total SAR untuk semua perusahaan emiten yang dijadikan sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1 TSAR Seluruh Perusahaan Emiten yang Dijadikan Sampel Time (relative to the event date) -2 -1 0 +1 +2 (Total SAR) TSAR 1.20632899 -7.029739384 16.95812847 3.012874097 44.49864402 TSAR Z-statistic 0.193167234 -1.125659189 2.715473804 0.482445967 7.125485714 TSAR p-value 0.846827999 0.260309804 0.006618101 0.629489174 1.03717E-12 Berdasarkan Z-statistic dan p-value pada TSAR, dapat disimpulkan bahwa hasil yang signifikan dapat dilihat pada hari terjadinya event dan hari kedua setelah event terjadi (0 dan +2). Hal ini berarti publikasi laporan keuangan tahun 2006 mengandung informasi yang dapat mempengaruhi perubahan harga saham perusahaan emiten di BEI. Adanya perubahan pada harga saham pada hari-hari sebelum dan setelah laporan keuangan dipublikasikan juga berimplikasi terhadap pembuktian bahwa BEI merupakan pasar yang semi-strong efficient. Hal ini dapat dibuktikan dengan berubahnya harga saham pada saat publik menerima informasi baru berupa laporan keuangan yang dipublikasikan. Sehingga dapat terlihat bahwa harga saham merefleksikan informasi baru tersebut. 4.1.5 Perhitungan Cumulative Total Standardized Abnormal Return (Cumulative TSAR) Setelah menghitung TSAR, maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah menghitung Cumulative TSAR. Cumulative TSAR didapatkan dari mengkumulasikan TSAR selama event window berlangsung, yaitu 2 hari sebelum sampai dengan 2 hari setelah laporan keuangan tahun 2006 dipublikasikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada rumus 2.8. Hasil perhitungan Cumulative TSAR untuk semua perusahaan emiten yang dijadikan sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.2 Cumulative TSAR Seluruh Perusahaan Emiten yang Dijadikan Sampel time (relative to the event date) -2 -1 0 1 2 Cumulative TSAR 2.412657981 -5.823410394 18.16445746 4.219203088 45.70497301 Cumulative TSAR Z-statistics 0.386334468 -0.659371385 1.679304686 0.3378066 3.273001099 Cumulative TSAR p-value 0.699248976 0.509657313 0.093092678 0.735508936 0.001064121 Berdasarkan Z-statistic dan p-value pada Cumulative TSAR, dapat disimpulkan bahwa hasil yang signifikan dapat dilihat pada hari terjadinya event dan hari kedua setelah event terjadi (0 dan +2). Hal ini berarti publikasi laporan keuangan tahun 2006 mengandung suatu informasi yang berimplikasi terhadap harga saham perusahaan. Oleh karenanya pengumuman tentang pencapaian suatu perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham di BEI. Berubahnya harga saham pada hari-hari sekitar pengumuman tersebut juga berimplikasi terhadap pembuktian bahwa BEI adalah market yang semistrong efficient. Hal ini dibuktikan bahwa harga saham berubah pada saat publik menerima informasi berupa laporan keuangan diumumkan. Sehingga harga saham yang baru telah merefleksikan informasi baru tersebut. 4.1.6 Perhitungan Return on Asset (ROA) ROA merupakan rasio yang menghitung tingkat pengembalian yang diperoleh dari suatu investasi. ROA adalah salah satu bentuk rasio profitabilitas. ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber ekonomi yang ada, guna menciptakan laba. Semakin efektif manajemen mengelola perusahaan, maka semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hasil perhitungan tingkat perubahan ROA dibedakan menjadi dua macam, yaitu ROA perusahaan emiten yang negatif (menurun) dan yang positif (meningkat). Hasil perhitungan tingkat perubahan ROA tampak pada tabel di bawah ini. Tabel 4.3 Tingkat Perubahan ROA Negatif No Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 PTBA MEDC CNKO INTP TOTO BTON AKKU MAIN BRPT BATA SCCO GGRM UNVR LMPI LPCK TLKM SMDR PTRO HEXA BAYU LPLI Perusahaan Emiten (ROA Menurun) Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Medco Energi International Tbk Central Korporindo International Tbk Inducement Tunggal Prakasa Tbk Surya Toto Indonesia Tbk Betonjaya Manunggal Tbk Aneka Kemasindo Utama Tbk Malindo Feedmill Tbk Barito Pacific Tbk Sepatu Bata Tbk Supreme Cable Manufacturing Co Gudang Garam Tbk Unilever Indonesia Tbk Langgeng Makmur Plastic I Tbk Lippo Cikarang Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Samudera Indonesia Tbk Petrosea Tbk Hexindo Adiperkasa Tbk Bayu Buana Tbk Lippo E-Net Tbk ROA 2006 2005 15,63 16,45 2,07 6,61 1,59 3,39 6,18 7,02 8,78 9,51 2,43 6,31 0,23 3,59 6,41 14,99 0,41 29,99 7,43 8,2 7,67 8,18 4,64 9,55 37,22 37,49 0,65 34,82 0,28 0,34 14,65 17,71 1,72 17,85 5,37 12,02 3,27 11,42 1,23 3,36 3,19 3,56 ∆ ROA -0,0498 -0,6868 -0,5310 -0,1197 -0,0768 -0,6149 -0,9359 -0,5724 -0,9863 -0,0939 -0,0623 -0,5141 -0,0072 -0,9813 -0,1765 -0,1728 -0,9036 -0,5532 -0,7137 -0,6339 -0,1039 Tabel 4.4 Tingkat Perubahan ROA Positif No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kode Perusahaan Emiten (ROA Meningkat) UNSP Bakrie Sumatera Plantations Tbk MBAI Multibreeder Adirama Ind. Tbk IIKP Inti Kapuas Atowana Tbk INCO International Nickel Ind. Tbk SRSN Indo Acidatama Tbk FASW Fajar Surya Wisesa Tbk SMSM Selamat Sempurna Tbk DOID Delta Dunia Petroindo Tbk INDF Indofood Sukses Makmur Tbk ROA ∆ ROA 2006 2005 9,7 9,3 0,0430 16,21 9,81 0,6524 2,88 1,35 1,1333 24,18 17,93 0,3486 7,08 6,73 0,0520 2,97 0,2 13,8500 9,23 9,07 0,0176 0,27 0,19 0,4211 4,1 0,84 3,8810 No Kode 10 11 12 13 14 15 16 KLBF ADHI PGAS ALFA FORU ASGR POOL Perusahaan Emiten (ROA Meningkat) Kalbe Farma Tbk Adhi Karya (Persero) Tbk Perusahaan Gas Negara Tbk Alfa Retailindo Tbk Fortune Indonesia Tbk Astra Graphia Tbk Pool Advista Indonesia Tbk ROA ∆ ROA 2006 2005 14,63 13,82 0,0586 3,33 3,23 0,0310 12,52 4,86 1,5761 5,25 1,38 2,8043 2,22 1,11 1,0000 9,5 6,95 0,3669 12,63 7,17 0,7615 Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 37 perusahaan yang diamati, sebanyak 21 perusahaan (57%) mempunyai tingkat perubahan ROA negatif dan 16 perusahaan (43%) mempunyai tingkat perubahan ROA positif. Artinya sebanyak 57% perusahaan mengalami penurunan ROA dan 43% perusahaan mengalami kenaikan ROA dari tahun sebelumnya. 4.1.7 Perhitungan Debt Equity Ratio (DER) DER merupakan salah satu bentuk solvency ratio. DER adalah rasio untuk melihat seberapa besar kemampuan perusahaan melunasi hutangnya dengan modal yang mereka miliki. Maka, tak jadi soal jika laba yang dihasilkan perusahaan sedikit, asalkan perusahaan tetap mampu membayar semua kewajibannya dengan modal yang dimiliki. Semakin kecil nilai DER suatu perusahaan maka semakin kecil pula resiko finansial yang dimiliki perusahaan sehingga kemungkinan perusahaan memenuhi kewajibannya akan semakin besar. Hasil perhitungan Debt Equity Ratio (DER) perusahaan emiten tahun 2006 tampak pada tabel berikut ini. Tabel 4.5 Debt Equity Ratio (DER) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Kode Perusahaan Emiten UNSP Bakrie Sumatera Plantations Tbk MBAI Multibreeder Adirama Ind. Tbk IIKP Inti Kapuas Atowana Tbk PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk MEDC Medco Energi International Tbk INCO International Nickel Ind. Tbk CNKO Central Korporindo International Tbk INTP Inducement Tunggal Prakasa Tbk TOTO Surya Toto Indonesia Tbk BTON Betonjaya Manunggal Tbk SRSN Indo Acidatama Tbk AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk MAIN Malindo Feedmill Tbk BRPT Barito Pacific Tbk FASW Fajar Surya Wisesa Tbk SMSM Selamat Sempurna Tbk DOID Delta Dunia Petroindo Tbk BATA Sepatu Bata Tbk SCCO Supreme Cable Manufacturing Co INDF Indofood Sukses Makmur Tbk GGRM Gudang Garam Tbk KLBF Kalbe Farma Tbk UNVR Unilever Indonesia Tbk LMPI Langgeng Makmur Plastic I Tbk LPCK Lippo Cikarang Tbk ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk PGAS Perusahaan Gas Negara Tbk TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk SMDR Samudera Indonesia Tbk PTRO Petrosea Tbk HEXA Hexindo Adiperkasa Tbk ALFA Alfa Retailindo Tbk BAYU Bayu Buana Tbk DER 2006 1.78 4.54 0.02 0.35 2.21 0.26 0.57 0.59 2.24 0.31 1.06 0.48 0.98 0.64 1.91 0.53 1.03 0.43 1.15 2.13 0.65 0.36 0.95 0.35 1.60 5.60 1.61 1.39 0.98 0.60 2.48 1.02 0.82 No 34 35 36 37 Kode FORU ASGR POOL LPLI Perusahaan Emiten Fortune Indonesia Tbk Astra Graphia Tbk Pool Advista Indonesia Tbk Lippo E-Net Tbk DER 2006 0.86 0.98 0.06 1.49 4.1.8 Perhitungan Price Earning Ratio (PER) PER merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan. PER penting bagi investor karena apabila laba yang dihasilkan perusahaan naik, maka kemungkinan dividen yang dibagikan juga akan mengalami kenaikan. Dengan kata lain, jumlah laba yang dihasilkan perusahaan akan menentukan dividen yang dibagi. Hasil perhitungan PER tahun 2006 tampak pada tabel berikut ini. Tabel 4.6 Price Earning Ratio (PER) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Kode UNSP MBAI IIKP PTBA MEDC INCO CNKO INTP TOTO BTON SRSN AKKU MAIN BRPT Perusahaan Emiten Bakrie Sumatera Plantations Tbk Multibreeder Adirama Ind. Tbk Inti Kapuas Atowana Tbk Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Medco Energi International Tbk International Nickel Ind. Tbk Central Korporindo International Tbk Inducement Tunggal Prakasa Tbk Surya Toto Indonesia Tbk Betonjaya Manunggal Tbk Indo Acidatama Tbk Aneka Kemasindo Utama Tbk Malindo Feedmill Tbk Barito Pacific Tbk PER 2006 13.11 0.88 65.00 16.71 34.47 6.65 14.58 35.71 4.10 40.00 32.50 40.00 14.84 213.33 No 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Kode Perusahaan Emiten FASW Fajar Surya Wisesa Tbk SMSM Selamat Sempurna Tbk DOID Delta Dunia Petroindo Tbk BATA Sepatu Bata Tbk SCCO Supreme Cable Manufacturing Co INDF Indofood Sukses Makmur Tbk GGRM Gudang Garam Tbk KLBF Kalbe Farma Tbk UNVR Unilever Indonesia Tbk LMPI Langgeng Makmur Plastic I Tbk LPCK Lippo Cikarang Tbk ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk PGAS Perusahaan Gas Negara Tbk TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk SMDR Samudera Indonesia Tbk PTRO Petrosea Tbk HEXA Hexindo Adiperkasa Tbk ALFA Alfa Retailindo Tbk BAYU Bayu Buana Tbk FORU Fortune Indonesia Tbk ASGR Astra Graphia Tbk POOL Pool Advista Indonesia Tbk LPLI Lippo E-Net Tbk PER 2006 28.05 7.61 135.00 9.03 5.30 19.29 19.47 17.76 29.20 56.67 57.00 15.09 282.93 18.50 18.17 10.69 19.15 17.47 20.00 12.86 7.44 1.80 1.55 4.1.9 Perhitungan Ukuran Perusahaan Dalam penelitian ini, nilai total aktiva masing-masing perusahaan digunakan sebagai ukuran perusahaan. Sampel dibagi ke dalam dua kelompok ukuran perusahaan, yaitu perusahaan besar dengan nilai total aktiva > Rp 1 Triliun dan perusahaan kecil dengan nilai total aktiva ≤ Rp 1 Triliun. Nilai ukuran perusahaan tampak pada tabel di bawah ini. Tabel 4.7 Perusahaan Kecil No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Kode MBAI IIKP CNKO TOTO BTON SRSN AKKU MAIN SMSM DOID BATA SCCO LMPI ALFA BAYU FORU ASGR POOL Perusahaan Emiten (Perusahaan Kecil ≤ Rp 1 T) Multibreeder Adirama Ind. Tbk Inti Kapuas Atowana Tbk Central Korporindo International Tbk Surya Toto Indonesia Tbk Betonjaya Manunggal Tbk Indo Acidatama Tbk Aneka Kemasindo Utama Tbk Malindo Feedmill Tbk Selamat Sempurna Tbk Delta Dunia Petroindo Tbk Sepatu Bata Tbk Supreme Cable Manufacturing Co Langgeng Makmur Plastic I Tbk Alfa Retailindo Tbk Bayu Buana Tbk Fortune Indonesia Tbk Astra Graphia Tbk Pool Advista Indonesia Tbk Total Aktiva (Rp) 2006 654.250.000.000 393.225.112.551 68.543.995.301 908.168.166.154 25.631.527.026 330.445.358.000 51.236.165.744 325.400.518.000 716.685.940.960 824.158.263.105 271.460.708.000 673.667.710.647 508.864.677.279 744.925.795.814 146.245.820.492 146.987.424.992 584.838.895.959 127.459.908.049 Tabel 4.8 Perusahaan Besar No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kode Perusahaan Emiten (Perusahaan Besar > Rp 1 T) UNSP Bakrie Sumatera Plantations Tbk PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk MEDC Medco Energi International Tbk INCO International Nickel Ind. Tbk INTP Inducement Tunggal Prakasa Tbk BRPT Barito Pacific Tbk FASW Fajar Surya Wisesa Tbk INDF Indofood Sukses Makmur Tbk GGRM Gudang Garam Tbk KLBF Kalbe Farma Tbk UNVR Unilever Indonesia Tbk LPCK Lippo Cikarang Tbk Total Aktiva (Rp) 2006 1.783.001.195.000 3.107.734.000.000 16.620.284.977.575 19.157.656.300.000 9.598.280.330.742 1.061.854.537.543 3.421.891.751.436 16.112.493.000.000 21.733.034.000.000 4.624.619.204.478 4.626.000.000.000 1.161.979.825.867 No Kode 13 ADHI 14 PGAS 15 TLKM 16 SMDR 17 PTRO 18 HEXA 19 LPLI Perusahaan Emiten (Perusahaan Besar > Rp 1 T) Adhi Karya (Persero) Tbk Perusahaan Gas Negara Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Samudera Indonesia Tbk Petrosea Tbk Hexindo Adiperkasa Tbk Lippo E-Net Tbk Total Aktiva (Rp) 2006 2.869.948.047.000 15.113.901.573.826 75.135.745.000.000 3.482.428.789.000 1.082.936.825.000 1.204.103.631.117 1.264.397.000.000 Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 37 perusahaan yang diamati, sebanyak 18 perusahaan (49%) dikelompokkan menjadi perusahaan besar dan 19 perusahaan (51%) dikelompokkan menjadi perusahaan kecil. 4.2 Pengujian Hipotesis Pada Bab 3 telah diajukan lima hipotesis yang akan diuji kebenarannya berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dalam penelitian ini. Seluruh pengujian dilakukan dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 5%. Berikut ini merupakan uraian kelima hipotesis: 4.2.1 Hipotesis Pertama H0: Δ ROA, DER, PER, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama tidak mempengaruhi besarnya Cumulative TSAR H1: Δ ROA, DER, PER, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama mempengaruhi besarnya Cumulative TSAR Untuk menguji hipotesis di atas, maka digunakan regresi antara lima variabel, yaitu Cumulative TSAR sebagai variabel dependen dan Δ ROA, DER, PER, serta ukuran perusahaan sebagai variabel independen. Hasil regresi antara variabel dependen dengan semua variabel independen tampak pada lampiran 6. Persamaan regresi ganda hipotesis 1 adalah: Cumulative TSARi = b0 + b1 Δ ROA + b2 DER + b3 PER + b4 Size + ε i Cumulative TSARi = 12,0524 + 0,3810. Δ ROA – 1,2021. DER + 0,0105. PER – 0,3438. Size Pada tingkat signifikansi α = 0,05, coefficient of determination-nya sebesar 0,0350. Artinya bahwa 3,50% dari Cumulative TSAR dipengaruhi oleh ROA, DER, PER, dan ukuran perusahaan. Sedangkan adjusted r2 dari penelitian sebesar -0,0860 atau -8,60%, yang berarti bahwa Cumulative TSAR tidak dapat direfleksikan oleh seluruh variabel independen yang terdapat di dalam model regresi dan sampel penelitian yang digunakan. Berdasarkan coefficient of determination ini, maka dapat disimpulkan bahwa korelasi antara variabel dependen—Cumulative TSAR dengan variabel independen—ROA, DER, PER, dan Size sangat kecil. Pada pengujian F dengan tingkat signifikansi α = 0,05, nilai F = 0,2860 dan dengan derajat kebebasan k = 4 dan n-k-1 = 37-4-1 = 32, lebih kecil dari tabel F (F = 0,2860 < F2,69 ) dan p-value = 0,8850, sehingga H0 tidak ditolak. Artinya bahwa tidak ada satupun independen variabel (ROA, DER, PER, dan Size) yang dapat mempengaruhi variabel dependen (Cumulative TSAR). Pada pengujian t dengan tingkat signifikansi α = 0,05 dan dengan derajat kebebasan n-k-1 = 37-4-1 = 32, berikut merupakan hasil t-test bagi masingmasing variabel independen: 1. Return on Asset (ROA) Nilai t = 0,5370 lebih besar dari batas bawah t dan lebih kecil dari batas atas t (t -2,0369 < 0,5370 < t +2,0369), maka H0 tidak ditolak. Atau nilai p- value = 0,5950 > α = 0,05, maka H0 tidak ditolak. Artinya bahwa Cumulative TSAR tidak dipengaruhi oleh ROA. 2. Debt Equity Ratio (DER) Nilai t = -0,7680 lebih besar dari batas atas t dan lebih kecil dari batas atas t (t -2,0369 < -0,7680 < t +2,0369), maka H0 tidak ditolak. Atau nilai p-value = 0,4480 > α = 0,05, maka H0 tidak ditolak. Artinya bahwa Cumulative TSAR tidak dipengaruhi oleh DER. 3. Price Earning Ratio (PER) Nilai t = 0,3470 lebih besar dari batas atas t dan lebih kecil dari batas atas t (t -2,0369 < 0,3470 < t +2,0369), maka H0 tidak ditolak. Atau nilai p-value = 0,7310 > α = 0,05, maka H0 tidak ditolak. Artinya bahwa Cumulative TSAR tidak dipengaruhi oleh DER. 4. Size Nilai t = -0,3510 lebih besar dari batas atas t dan lebih kecil dari batas atas t (t -2,0369 < -0,3510 < t +2,0369), maka H0 tidak ditolak. Atau nilai p-value = 0,7280 > α = 0,05, maka H0 tidak ditolak. Artinya bahwa Cumulative TSAR tidak dipengaruhi oleh DER. 4.2.2 Hipotesis Kedua H0: Δ ROA tidak mempengaruhi besarnya Cumulative TSAR H1: Δ ROA mempengaruhi besarnya Cumulative TSAR Untuk menguji hipotesis di atas, maka digunakan regresi antara dua variabel, yaitu Cumulative TSAR sebagai variabel dependen dan Δ ROA sebagai variabel independen. Hasil regresi antara variabel dependen dengan variabel independen tampak pada lampiran 7. Persamaan regresi hipotesis 2 yaitu: Cumulative TSARi = b0 + b1 Δ ROAi + ε i Cumulative TSARi = 1,4630 + 0,2579. Δ ROAi Pada tingkat signifikansi α = 0,05, coefficient of determination-nya sebesar 0,004. Artinya bahwa 0,40% dari Cumulative TSAR dipengaruhi oleh ROA. Berdasarkan coefficient of determination ini, maka dapat disimpulkan bahwa korelasi antara variabel dependen—Cumulative TSAR dengan variabel independen—ROA sangat kecil. Tabel ANOVA mengindikasikan bahwa regresi secara statistik tidak signifikan dengan nilai F = 0,1460 untuk derajat kebebasan k = 1 dan n-k-1 = 37-1-1 = 35 (F = 0,1460 < F4,17 ) dan p-value = 0,7050 yang jauh lebih besar dari α = 0,05. Untuk menguji signifikansi masing-masing koefisien regresi digunakan uji statistik t. Pada pengujian t dengan tingkat signifikansi α = 0,05, nilai t = 0,3820 lebih besar dari batas bawah t dan lebih kecil dari batas atas t (t -2,0301 < 0,3820 < t +2,0301) dan p-value = 0,7050, maka H0 tidak ditolak. Artinya bahwa Cumulative TSAR tidak dipengaruhi oleh ROA. 4.2.3 Hipotesis Ketiga H0: DER tidak mempengaruhi besarnya Cumulative TSAR H1: DER mempengaruhi besarnya Cumulative TSAR Untuk menguji hipotesis di atas, maka digunakan regresi antara dua variabel, yaitu Cumulative TSAR sebagai variabel dependen dan DER sebagai variabel independen. Hasil regresi antara variabel dependen dengan variabel independen tampak pada lampiran 8. Persamaan regresi hipotesis 3 yaitu: Cumulative TSARi = b0 + b1 DERi + ε i Cumulative TSARi = 3,0998 – 1,2452. DERi Pada tingkat signifikansi α = 0,05, coefficient of determination-nya sebesar 0,0210. Artinya bahwa 2,10% dari Cumulative TSAR dipengaruhi oleh DER. Berdasarkan coefficient of determination ini, maka dapat disimpulkan bahwa korelasi antara variabel dependen—Cumulative TSAR dengan variabel independen—DER sangat kecil. Tabel ANOVA mengindikasikan bahwa regresi secara statistik tidak signifikan dengan nilai F = 0,7380 untuk derajat kebebasan k = 1 dan n-k-1 = 37-1-1 = 35 (F = 0,7380 < F4,17 ) dan p-value = 0,3960 yang jauh lebih besar dari α = 0,05. Pada pengujian t dengan tingkat signifikansi α = 0,05, nilai t = -0,8590 lebih besar dari batas bawah t dan lebih kecil dari batas atas t (t -2,0301 < - 0,8590 < t +2,0301) dan p-value = 0,3960, maka H0 tidak ditolak. Artinya bahwa Cumulative TSAR tidak dipengaruhi oleh DER. 4.2.4 Hipotesis Keempat H0: PER tidak mempengaruhi besarnya Cumulative TSAR H1: PER mempengaruhi besarnya Cumulative TSAR Untuk menguji hipotesis di atas, maka digunakan regresi antara dua variabel, yaitu Cumulative TSAR sebagai variabel dependen dan PER sebagai variabel independen. Hasil regresi antara variabel dependen dengan variabel independen tampak pada lampiran 9. Persamaan regresi hipotesis 4 yaitu: Cumulative TSARi = b0 + b1 PERi + ε i Cumulative TSARi = 1,1931 + 0,0108. PERi Pada tingkat signifikansi α = 0,05, coefficient of determination-nya sebesar 0,0040. Artinya bahwa 0,40% dari Cumulative TSAR dipengaruhi oleh PER. Berdasarkan coefficient of determination ini, maka dapat disimpulkan bahwa korelasi antara variabel dependen—Cumulative TSAR dengan variabel independen—PER sangat kecil. Tabel ANOVA mengindikasikan bahwa regresi secara statistik tidak signifikan dengan nilai F = 0,1390 untuk derajat kebebasan k = 1 dan n-k-1 = 37-1-1 = 35 (F = 0,1390 < F4,17 )dan p-value = 0,7120 yang jauh lebih besar dari α = 0,05. Pada pengujian t dengan tingkat signifikansi α = 0,05, nilai t = 0,3720 lebih besar dari batas bawah t dan lebih kecil dari batas atas t (t -2,0301 < 0,3720 < t +2,0301) dan p-value = 0,7120, maka H0 tidak ditolak. Artinya bahwa Cumulative TSAR tidak dipengaruhi oleh PER. 4.2.5 Hipotesis Kelima H0: Ukuran perusahaan tidak mempengaruhi besarnya Cumulative TSAR H1: Ukuran perusahaan mempengaruhi besarnya Cumulative TSAR Untuk menguji hipotesis di atas, maka digunakan regresi antara dua variabel, yaitu Cumulative TSAR sebagai variabel dependen dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen. Hasil regresi antara variabel dependen dengan variabel independen tampak pada lampiran 10. Persamaan regresi hipotesis 5 yaitu: Cumulative TSARi = b0 + b1 Sizei + ε i Cumulative TSARi = 12,3566 – 0,3871. Sizei Pada tingkat signifikansi α = 0,05, coefficient of determination-nya sebesar 0,0050. Artinya bahwa 0,50% dari Cumulative TSAR dipengaruhi oleh PER. Berdasarkan coefficient of determination ini, maka dapat disimpulkan bahwa korelasi antara variabel dependen—Cumulative TSAR dengan variabel independen—PER sangat kecil. Tabel ANOVA mengindikasikan bahwa regresi secara statistik tidak signifikan dengan nilai F = 0,1820 untuk derajat kebebasan k = 1 dan n-k-1 = 37-1-1 = 35 (F = 0,1820 < F4,17 ) dan p-value = 0,6720 yang jauh lebih besar dari α = 0,05. Pada pengujian t dengan tingkat signifikansi α = 0,05, nilai t = -0,4270 lebih besar dari batas bawah t dan lebih kecil dari batas atas t (t -0,4270 < t +2,0301) -2,0301 < dan p-value = 0,6720, maka H0 ditolak. Artinya bahwa Cumulative TSAR dipengaruhi oleh PER. 4.3 Hasil Penelitian Setelah menganalisa data-data yang ada, mengolahnya, dan kemudian mengujinya dengan menggunakan regresi, maka hasil dari pengujian tersebut akan diuraikan berikut ini. 4.3.1 Hasil Penelitian Hipotesis 1 H0: Δ ROA, DER, PER, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama tidak mempengaruhi besarnya Cumulative TSAR H1: Δ ROA, DER, PER, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama mempengaruhi besarnya Cumulative TSAR Berdasarkan pengujian yang telah dijabarkan di bagian 4.2.1, hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa informasi laporan keuangan yang berupa ROA, DER, PER, dan ukuran perusahaan tidak dapat mempengaruhi perubahan harga saham pada saat pengumuman laporan keuangan tahun 2006 di BEI. Dengan demikian, hipotesis 1 tidak dapat diterima. Koefisien Cumulative TSAR yang tinggi dan terbuktinya adanya perubahan harga saham pada hari-hari sekitar pengumuman laporan keuangan mengimplikasikan bahwa BEI merupakan pasar yang semi-strong form. Hal ini mengindikasikan bahwa harga mencerminkan tidak hanya harga di masa lalu tetapi juga informasi yang dipublikasikan. Harga saham melakukan penyesuaian dengan seketika terhadap publikasi laporan keuangan. Hasil pengujian untuk menganalisa efisiensi pasar bentuk semi-strong adalah bahwa harga saham akan berubah dan menyesuaikan dengan adanya publikasi laporan keuangan selama event window (2 hari sebelum sampai dengan 2 hari setelah laporan keuangan dipublikasikan). 4.3.2 Hasil Penelitian Hipotesis 2 H0: Δ ROA tidak mempengaruhi besarnya Cumulative TSAR H1: Δ ROA mempengaruhi besarnya Cumulative TSAR Berdasarkan pengujian yang telah dijabarkan di bagian 4.2.2, Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa informasi laporan keuangan yang berupa ROA tidak dapat mempengaruhi perubahan harga saham pada saat pengumuman laporan keuangan tahun 2006 di BEI. Dengan demikian, hipotesis 2 tidak dapat diterima. Perusahaan dengan ROA yang tinggi akan menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Begitu juga sebaliknya, jika ROA rendah maka minat investor untuk menanamkan modalnya akan berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa tinggi ataupun rendahnya ROA dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham, sehingga ikut mempengaruhi Cumulative TSAR sebuah perusahaan. Tanda positif pada ROA berarti makin besar ROA suatu perusahaan maka makin besar pula efek pengumuman earnings terhadap harga saham. Koefisien Δ ROA pada penelitian ini positif sesuai dengan ekspektasi sehingga seharusnya harga saham akan melonjak. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian tidak signifikan. 4.3.3 Hasil Penelitian Hipotesis 3 H0: DER tidak mempengaruhi besarnya Cumulative TSAR H1: DER mempengaruhi besarnya Cumulative TSAR Berdasarkan pengujian yang telah dijabarkan di bagian 4.2.3, Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa informasi laporan keuangan yang berupa DER dapat mempengaruhi perubahan harga saham pada saat pengumuman laporan keuangan tahun 2006 di BEI. Semakin kecil nilai DER yang dimiliki oleh perusahaan, maka semakin rendah resiko finansial perusahaan tersebut sehingga kemungkinan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya akan menjadi besar. Bagi perusahaan yang highly levered, Cumulative TSAR seharusnya lebih rendah daripada perusahaan dengan sedikit atau tidak ada hutang sama sekali. Tanda negatif berarti makin kecil leverage suatu perusahaan maka makin besarlah efek pengumuman earnings terhadap harga saham. Pada penelitian ini, koefisien DER adalah negatif, yang mana hal tersebut sudah sesuai dengan ekspetasi dari penelitian ini. Hanya saja koefisien tersebut tidaklah signifikan. Dengan demikian, hipotesis 3 tidak dapat diterima. 4.3.4 Hasil Penelitian Hipotesis 4 H0: PER tidak mempengaruhi besarnya Cumulative TSAR H1: PER mempengaruhi besarnya Cumulative TSAR Berdasarkan pengujian yang telah dijabarkan di bagian 4.2.4, Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa informasi laporan keuangan yang berupa PER dapat mempengaruhi perubahan harga saham pada saat pengumuman laporan keuangan tahun 2006 di BEI. Dengan demikian, hipotesis 4 tidak dapat diterima. Berita baik maupun berita buruk yang terkandung di dalam publikasi laporan keuangan dapat mempengaruhi prospek pertumbuhan perusahaan di masa depan. Berdasarkan sudut pandang perusahaan, semakin tinggi nilai PER maka semakin baik prospek perusahaan sehingga harga saham ikut berpengaruh. Pada penelitian ini, koefisien PER sudah sesuai dengan teori yang ada karena PER yang positif atau adanya berita baik mengenai pertumbuhan perusahaan berarti mengindikasikan harga saham yang bisa melonjak. Namun, koefisien PER tidaklah signifikan. 4.3.5 Hasil Penelitian Hipotesis 5 H0: Ukuran perusahaan tidak mempengaruhi besarnya Cumulative TSAR H1: Ukuran perusahaan mempengaruhi besarnya Cumulative TSAR Berdasarkan pengujian yang telah dijabarkan di bagian 4.2.5, Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa informasi laporan keuangan yang berupa PER dapat mempengaruhi perubahan harga saham pada saat pengumuman laporan keuangan tahun 2006 di BEI. Dengan demikian, hipotesis 5 tidak dapat diterima. Ukuran perusahaan berbanding terbalik dengan informasi dari laporan keuangan yang dipublikasikan. Semakin kecil ukuran perusahaan maka informasi mengenai laba akan semakin berpengaruh. Pada penelitian ini, teori tersebut sudah terbukti kebenarannya. Korelasi antara ukuran perusahaan dan Cumulative TSAR sangatlah kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tampak tidak memiliki kekuatan yang dapat menjelaskan Cumulative TSAR. 4.3.6 Hasil Uji Problem Regresi Terdapat 3 macam uji problem regresi yang telah dilakukan, antara lain: 1. Multikolinearitas (multicollinearity) Berikut ini merupakan nilai tolerance dan variance inflationary factor (VIF) dari tabel Coefficients hasil output SPSS: Tabel 4.9 Uji Multicollinearity Variabel X Tolerance VIF Δ ROA 0,960 1,0420 DER 0,9240 1,0830 PER 0,9700 1,0300 Size 0,9060 1,1030 Berdasarkan tabel 4.9, nilai tolerance dari masing-masing variabel independen masih berkisar 1 dan nilai VIF dari masing-masing variabel independen juga berkisar 1. Hal ini berarti masih dianggap low collinearity sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas atau korelasi di antara variabel-variabel independen X1, X2, X3, dan X1. 2. Heteroskedastisitas (heteroscedasticity) Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah di dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila varians dari residu tersebut berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Namun, bila varians dari residual satu ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Scatterplot Dependent Variable: Cum TSAR Regression Standardized Residual 6 5 4 3 2 1 0 -1 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 Regression Standardized Predicted Value Gambar 4.1 Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan scatterplot pada gambar 4.1 terlihat bahwa varians residual tidak membentuk suatu pola tertentu. Tidak ada pola yang terlihat jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu y sehingga bisa dianggap residual mempunyai varians konstan (homoscedasticity). 3. Autokorelasi (autocorrelation) Untuk menguji apakah asumsi residual atau error (ε i ) pada regresi ganda bersifat independen atau tidak terjadi autokorelasi, maka digunakan uji statistik Durbin-Watson. Nilai uji statistik ini berkisar antara 0 dan 4. Bila nilainya lebih kecil dari satu atau lebih besar dari tiga, maka error pada regresi ganda bersifat tidak independen atau terjadi autokorelasi. Pada uji problem regresi, nilai uji statistik Durbin-Watson = 1,909. Karena nilai uji statistik lebih besar dari satu dan kurang dari tiga, maka dapat diasumsikan tidak terjadi autokorelasi pada penelitian ini.