Caranya Tetap Memiliki Semangat Rela Berkorban Caranya

advertisement
15 MARET 2014
ARTIKEL PELAJARAN
________________________________________________________________________________________________________________
________________________________________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________________________
5-11 MEI
12-18 MEI
19-25 MEI
26 MEI–1 JUNI
Caranya Tetap
Memiliki Semangat
Rela Berkorban
Caranya Tetap
Memiliki Sudut
Pandang Positif
Hormatilah
Para Lansia
Merawat
Para Lansia
HALAMAN 20 NYANYIAN: 90, 135
HALAMAN 25 NYANYIAN: 134, 29
HALAMAN 7 NYANYIAN: 61, 25
HALAMAN 12 NYANYIAN: 74, 119
ARTIKEL PELAJARAN
__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Caranya Tetap Memiliki Semangat Rela Berkorban
Kita menghadapi musuh yang bisa melemahkan semangat rela
berkorban kita. Artikel ini membahas hal itu dan caranya kita
bisa menggunakan Alkitab untuk melawan musuh tersebut.
AUSTRALIA
__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
SAMPUL: Beberapa Saksi di Australia
menempuh perjalanan jauh untuk
mengabar kepada orang yang tinggal
dan bekerja di peternakan
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐
Caranya Tetap Memiliki Sudut Pandang Positif
Jika kita punya sudut pandang positif, kita bisa bertekun dalam
ibadat. Mengapa ada yang punya sudut pandang negatif? Pelajaran ini menjelaskan caranya kita bisa menggunakan Alkitab
agar tetap memiliki sudut pandang positif tentang diri sendiri.
__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
PENDUDUK
Hormatilah Para Lansia
Merawat Para Lansia
23.192.500
PENYIAR
66.967
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐
Artikel pertama membahas tanggung jawab orang Kristen dan
sidang untuk mengurus rekan seiman dan kerabat yang lansia.
Artikel kedua memberikan saran praktis untuk membuat keputusan tentang perawatan para lansia.
PERTAMBAHAN JUMLAH PERINTIS
EKSTRA
BIASA
30.000
ISTIMEWA
6.000
110
100
25.000
5.000
70
4.000
15.000
3.000
10.000
3 Menyentuh Hati Kerabat yang Tak Seiman
__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
60
17 Ibadat Keluarga—Bagaimana Agar Lebih Menyenangkan?
50
__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
40
30 Kata-katamu—”Ya Namun Tidak?”
30
2.000
5.000
__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
90
80
20.000
ARTIKEL LAIN
20
1.000
1.000
10
2013
2003
1993
2013
1993
2003
2013
2003
1993
March 15, 2014
Vol. 135, No. 6 Semimonthly INDONESIAN
Publikasi ini tidak diperjualbelikan, dan disediakan
sebagai bagian dari pekerjaan pendidikan Alkitab sedunia yang ditunjang oleh sumbangan sukarela. Kecuali
disebutkan sumbernya, semua kutipan ayat diambil
dari Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru.
The Watchtower (ISSN 0043-1087) is published semimonthly by Watchtower Bible and Tract Society of
New York, Inc.; L. Weaver, Jr., President; G. F. Simonis,
Secretary-Treasurer; 25 Columbia Heights, Brooklyn,
NY 11201-2483, and in Indonesia by Saksi-Saksi
Yehuwa Indonesia, PO Box 2105, Jakarta 10001.
Periodicals Postage Paid at Brooklyn, NY, and at additional mailing offices. POSTMASTER: Send address
changes to Watchtower, 1000 Red Mills Road, Wallkill,
NY 12589-3299. 5 2014 Watch Tower Bible and Tract
Society of Pennsylvania. Hak cipta dilindungi. Printed
in Japan.
Menyentuh Hati
Kerabat yang
Tak Seiman
”PULANGLAH kepada sanak saudaramu, dan laporkan kepada mereka semua perkara yang telah Yehuwa lakukan bagimu dan belas kasihan yang telah ia
tunjukkan kepadamu,” kata Yesus Kristus. Pada waktu itu, kemungkinan ia berada di Gadara, di sebelah tenggara Laut Galilea, dan sedang berbicara kepada seorang pria yang ingin menjadi pengikutnya.
Kata-kata Yesus menunjukkan bahwa ia memahami
sifat dasar manusia, yaitu keinginan untuk membagikan hal-hal menarik dan penting kepada kerabat.
—Mrk. 5:19.
Dewasa ini, kita sering melihat sifat itu juga, meski
tidak di semua kebudayaan sifat itu ada. Jadi, sewaktu seseorang menjadi penyembah Allah yang benar,
Yehuwa, biasanya ia ingin menceritakan kepercayaannya yang baru kepada kerabatnya. Tetapi, dengan
cara apa ia bisa melakukannya? Bagaimana ia bisa
menyentuh hati kerabat yang tak seagama—atau yang
sama sekali tak beragama? Alkitab memberikan nasihat yang positif dan masuk akal.
”KAMI TELAH MENEMUKAN MESIAS”
”Kita tidak boleh memaksa dan
membuat kerabat kita kewalahan
dengan hal-hal rohani.”—Jürgen
Pada abad pertama, Andreas adalah salah satu
orang pertama yang menyadari bahwa Yesus adalah Mesias. Dan, kepada siapa ia segera memberitahukan ini? ”[Andreas] pertama-tama menemui saudaranya sendiri, Simon, dan mengatakan kepadanya,
’Kami telah menemukan Mesias’ (yang bila diterjemahkan berarti: Kristus).” Andreas mengajak Petrus untuk bertemu dengan Yesus, dengan demikian
memberi Petrus kesempatan untuk menjadi murid
Yesus.—Yoh. 1:35-42.
Sekitar enam tahun kemudian sewaktu Petrus sedang berada di Yopa, dia diundang pergi ke arah utara
ke Kaisarea untuk mengunjungi rumah Kornelius, seorang perwira. Ketika Petrus tiba di rumah itu, siapa
yang berkumpul di situ? ”Kornelius, tentunya, sedang
menantikan [Petrus dan orang-orang yang datang
3
bersamanya] dan dia telah memanggil sanak saudara dan sahabat-sahabat akrabnya untuk berkumpul.”
Jadi, Kornelius memberi kerabatnya kesempatan untuk mendengarkan Petrus dan untuk membuat keputusan berdasarkan apa yang mereka dengar.—Kis. 10:
22-33.
Apa yang bisa kita pelajari dari cara Andreas dan
Kornelius memperlakukan kerabat mereka?
Andreas maupun Kornelius mengambil inisiatif.
Andreas secara pribadi memperkenalkan Petrus kepada Yesus, dan Kornelius mengatur agar kerabatnya
mendengar apa yang Petrus katakan. Tetapi, Andreas
dan Kornelius tidak membuat kerabat mereka merasa dipaksa atau dijebak untuk menjadi pengikut Kristus. Apa pelajarannya bagi kita? Kita sebaiknya begitu
juga. Kita bisa mengobrol tentang berbagai hal dengan kerabat kita dan menciptakan kesempatan agar
mereka bisa mendengar kebenaran Alkitab dan mengenal rekan seiman kita. Namun, kita tetap merespek kebebasan memilih dan tidak menekan mereka.
Untuk mengetahui caranya membantu kerabat kita,
perhatikan contoh Jürgen dan Petra, suami istri dari
Jerman.
Petra belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa
dan akhirnya dibaptis. Suaminya, Jürgen, adalah perwira militer. Awalnya, Jürgen tidak senang dengan
keputusan istrinya. Namun belakangan, ia sadar bahwa para Saksi memberitakan kebenaran Alkitab. Ia
juga membaktikan diri kepada Yehuwa dan kini menjadi penatua di sidang setempat. Nasihat apa yang ia
berikan tentang menyentuh hati kerabat yang berbeda kepercayaan?
Jürgen mengatakan, ”Kita tidak boleh memaksa
dan membuat kerabat kita kewalahan dengan halhal rohani. Itu malah membuat mereka makin ingin
menolak. Untuk jangka panjang, mungkin lebih baik
jika kita menyelipkan kesaksian dalam obrolan sedikit demi sedikit tanpa membuatnya tersinggung.
Bagus juga untuk mengenalkan kerabat kita dengan
saudara-saudara yang sebaya dan yang punya minat
sama. Dengan begitu, mereka bisa lebih akrab.”
”Banyak hasil baik bisa dicapai
dengan bersabar, bersabar,
dan lebih banyak bersabar.”
—Roswitha
Rasul Petrus dan para kerabat Kornelius langsung
menerima berita Alkitab. Pada abad pertama, orangorang lain yang menerima kebenaran butuh waktu lebih lama untuk membuat keputusan.
BAGAIMANA DENGAN SAUDARA-SAUDARA
YESUS?
Beberapa kerabat Yesus beriman kepadanya selama pelayanannya di bumi. Misalnya, kemungkinan
besar rasul Yakobus dan Yohanes adalah sepupu Yesus. Dan ibu mereka, Salome, adalah bibi Yesus. Salome bisa jadi salah seorang dari ”banyak wanita lain,
yang dengan harta miliknya melayani mereka [Yesus
dan para rasul]”.—Luk. 8:1-3.
Akan tetapi, anggota keluarga Yesus yang lain tidak langsung beriman kepadanya. Misalnya, pada
satu peristiwa lebih dari satu tahun setelah Yesus dibaptis, banyak orang berkumpul di sebuah rumah untuk mendengarkannya. ”Tetapi sewaktu sanak saudaranya mendengar mengenai hal tersebut, mereka
pergi untuk menangkapnya, karena mereka mengatakan, ’Ia telah kehilangan akal sehat.’” Beberapa
waktu kemudian, ketika saudara-saudara tiri Yesus
bertanya tentang rencana perjalanannya, Yesus tidak
menjawab mereka secara langsung. Mengapa? Karena ”saudara-saudara lelakinya tidak memperlihatkan
iman akan dia”.—Mrk. 3:21; Yoh. 7:5.
Apa yang bisa kita pelajari dari cara Yesus memperlakukan kerabatnya? Dia tidak tersinggung sewak-
tu mereka menuduhnya sudah gila. Bahkan setelah
dia dihukum mati dan dibangkitkan, Yesus kembali
menghibur kerabatnya dengan menampakkan diri
kepada Yakobus, saudara tirinya. Hal itu tampaknya
meyakinkan Yakobus sekaligus saudara tirinya yang
lain bahwa Dia memang Sang Mesias. Karena itulah,
mereka berada bersama para rasul dan orang-orang
lain di sebuah ruangan atas di Yerusalem dan pastilah turut menerima roh kudus. Belakangan, Yakobus dan Yudas, saudara tiri Yesus yang lain, mendapat hak-hak istimewa yang besar.—Kis. 1:12-14; 2:1-4;
1 Kor. 15:7.
ADA YANG BUTUH WAKTU LEBIH LAMA
Seperti pada abad pertama, dewasa ini ada kerabat yang butuh waktu cukup lama untuk masuk kebenaran. Misalnya, perhatikan pengalaman Roswitha,
yang masih menganut Katolik Roma ketika suaminya dibaptis sebagai Saksi Yehuwa pada 1978. Karena
tulus meyakini imannya, Roswitha awalnya menentang suaminya. Namun bertahun-tahun kemudian, ia
tidak terlalu menentang lagi dan sadar bahwa para
Saksi mengajarkan kebenaran. Pada 2003, ia dibaptis. Apa yang membuatnya berubah? Suaminya tidak
tersinggung sewaktu ditentang, tetapi malah memberi Roswitha kesempatan untuk berubah pandangan. Apa nasihat Roswitha? ”Banyak hasil baik bisa
dicapai dengan bersabar, bersabar, dan lebih banyak
bersabar.”
Monika dibaptis pada 1974, dan sekitar sepuluh tahun kemudian dua putranya menjadi Saksi. Meski
Hans, suaminya, tidak pernah menentang, baru pada
2006 dia dibaptis. Dari apa yang mereka alami, saran
apa yang keluarga itu berikan? ”Tetaplah loyal kepada Yehuwa, dan jangan pernah berkompromi.” Tentu saja, mereka perlu terus meyakinkan Hans bahwa mereka mengasihinya. Dan, mereka tidak pernah
putus harapan bahwa ia akhirnya akan menerima
kebenaran.
DISEGARKAN OLEH AIR KEBENARAN
Yesus pernah menyamakan berita kebenaran dengan air yang memberi kehidupan abadi. (Yoh. 4:
13, 14) Kita ingin kerabat kita disegarkan dengan meminum air kebenaran yang segar dan bersih. Pastilah, kita tidak ingin mereka tersedak karena dipaksa minum terlalu banyak air. Apakah mereka akan
disegarkan atau tersedak bergantung pada cara kita
15 MARET 2014
menjelaskan kepercayaan kita kepada mereka. Alkitab mengatakan bahwa ”hati orang adil-benar merenung agar dapat menjawab” dan bahwa ”hati orang
berhikmat menyebabkan mulutnya memperlihatkan
pemahaman, dan kepada bibirnya menambahkan kemampuan untuk meyakinkan”. Bagaimana kita bisa
mengikuti nasihat ini?—Ams. 15:28; 16:23.
Seorang istri mungkin ingin sekali menjelaskan
kepercayaannya kepada suaminya. Jika merenung sebelum menjawab, ia akan memilih kata dengan hatihati dan tidak asal bicara. Ia tidak akan memberi
kesan bahwa ia lebih saleh atau lebih hebat. Kalau dipikirkan dengan baik, kata-katanya bisa menyegarkan dan menciptakan perdamaian. Kapan suaminya
santai dan mudah diajak bicara? Dia suka mengobrol atau membaca tentang apa? Apakah dia menyukai sains, politik, atau olahraga? Bagaimana sang
istri bisa membuatnya ingin tahu tentang Alkitab dan
pada waktu yang sama merespek perasaan dan pendapatnya? Dengan memikirkan pertanyaan-pertanyaan di atas, sang istri bisa berbicara dan bertindak dengan bijaksana.
Menyentuh hati anggota keluarga yang belum menjadi Saksi bukanlah sekadar menjelaskan kepercayaan kita dalam porsi yang sesuai. Apa yang kita katakan harus disertai dengan teladan tingkah laku yang
baik.
SELALU BERTINGKAH LAKU BAIK
”Kita harus selalu menjalankan prinsip-prinsip Alkitab dalam kehidupan sehari-hari. Cara ini sering
berhasil menggugah kerabat kita untuk bersedia
mendengar, meskipun dia tidak terlalu setuju,” kata
Jürgen, yang disebutkan sebelumnya. Hans, yang dibaptis hampir 30 tahun setelah istrinya, sependapat.
”Teladan itu penting, supaya kerabat kita melihat pengaruh positif dari kebenaran dalam hidup kita.” Kerabat kita harus bisa melihat bahwa kita berbeda dengan orang lain dalam hal-hal yang positif, bukan
negatif atau menjengkelkan.
Rasul Petrus memberikan nasihat yang berguna
bagi para istri yang suaminya belum seiman, ”Tunduklah kepada suamimu, agar jika ada yang tidak
taat kepada firman itu, mereka dapat dimenangkan tanpa perkataan melalui tingkah laku istri mereka, karena telah menjadi saksi mata dari tingkah lakumu yang murni yang disertai respek yang dalam.
5
Dandananmu janganlah dengan kepangan rambut
yang lahiriah dan perhiasan emas atau pakaian luar,
tetapi hendaklah itu berupa manusia batiniah yang
tersembunyi dengan pakaian yang tidak fana berupa
roh yang tenang dan lembut, yang sangat bernilai di
mata Allah.”—1 Ptr. 3:1-4.
Petrus menulis bahwa seorang suami bisa diyakinkan melalui tingkah laku yang baik dari istrinya. Berdasarkan petunjuk Alkitab itu, seorang saudari bernama Christa berupaya menyentuh hati sang suami
melalui tingkah lakunya sejak ia dibaptis pada 1972.
Suaminya pernah belajar Alkitab dengan Saksi, namun belum sepenuhnya yakin akan kebenaran. Dia
sesekali berhimpun dan bergaul akrab dengan beberapa anggota sidang. Tetapi, mereka tetap merespek haknya untuk memilih. Apa yang Christa lakukan agar dapat menyentuh hatinya?
”Saya bertekad untuk tetap mengikuti apa yang Yehuwa perintahkan. Pada saat yang sama, saya berupaya ’tanpa perkataan memenangkan’ suami saya melalui tingkah laku yang baik. Kalau tidak menyangkut
prinsip Alkitab, saya akan berbuat apa saja untuk memenuhi keinginannya. Dan tentu saja, saya merespek
kebebasannya untuk memilih dan menyerahkan hal
ini kepada Yehuwa.”
”Teladan itu penting,
supaya kerabat kita melihat
pengaruh positif dari kebenaran
dalam hidup kita.”—Hans
Tindakan Christa menunjukkan bahwa bersikap
lentuk itu bermanfaat. Dia terus melakukan rutin rohani yang menguatkannya, termasuk selalu berhimpun dan rajin berdinas. Namun, dia menunjukkan
pengertian, dan sadar bahwa suaminya berhak mendapatkan kasih, waktu, dan perhatiannya. Bagi kita
yang ingin membantu kerabat yang tidak seiman,
kita perlu bersikap lentuk dan berpengertian. ”Untuk
segala sesuatu ada waktu yang ditetapkan,” kata Alkitab. Itu termasuk waktu yang digunakan untuk anggota keluarga yang tidak seiman, khususnya teman
hidup. Dengan meluangkan waktu bersama-sama,
kita bisa berkomunikasi dengan mereka. Menurut
pengalaman, komunikasi yang baik akan memperkecil kemungkinan mereka merasa kesepian, terabaikan, atau cemburu.—Pkh. 3:1.
JANGAN PERNAH PUTUS HARAPAN
”Kita perlu menunjukkan bahwa kita menyayangi
anggota keluarga kita dan bahwa kita berdoa untuk
mereka,” kata Holger, yang ayahnya dibaptis 20 tahun setelah anggota-anggota keluarganya dibaptis.
Christa menambahkan bahwa dia ’tidak akan pernah
putus harapan bahwa suaminya pasti akan berpihak
kepada Yehuwa dan menerima kebenaran’. Sikap kita
terhadap kerabat yang tidak seiman hendaknya selalu positif dan disertai harapan.
Tujuan kita adalah menjaga hubungan tetap baik,
memberi kerabat kita kesempatan untuk sadar bahwa ini kebenaran, dan menyentuh hati mereka agar
menerima berita Alkitab. Dan dalam segala hal, kita
perlu bertingkah laku ”dengan cara yang lembut dan
respek yang dalam”.—1 Ptr. 3:15.
Caranya Tetap Memiliki
Semangat Rela Berkorban
”Jika seseorang ingin mengikuti aku, hendaklah dia
menyangkal dirinya sendiri.”—MAT. 16:24.
KETIKA berada di bumi, Yesus memberikan teladan yang sempurna dalam hal rela berkorban. Ia mendahulukan kehendak
Allah di atas keinginan dan kenyamanannya sendiri. (Yoh. 5:30)
Dengan tetap setia sampai mati di tiang siksaan, ia membuktikan bahwa ia bersedia mengorbankan apa saja demi kepentingan orang lain.—Flp. 2:8.
2Sebagai pengikut Yesus, kita juga perlu menunjukkan semangat rela berkorban. Apa maksudnya? Itu berarti rela menomorduakan kepentingan sendiri demi membantu orang lain.
Bisa dibilang, itu adalah kebalikan dari sikap egois. (Baca Matius 16:24.) Jika kita tidak egois, kita bisa mendahulukan perasaan dan pilihan pribadi orang lain. (Flp. 2:3, 4) Yesus mengajarkan bahwa sikap tidak egois sangat penting dalam ibadat
kita. Mengapa begitu? Karena sebagai orang Kristen, kita harus
memiliki kasih, dan kasih itu rela berkorban. Kasih inilah yang
menjadi tanda pengenal murid Yesus yang sejati. (Yoh. 13:34, 35)
Pikirkan berkat-berkat yang kita rasakan karena menjadi bagian dari persaudaraan sedunia yang menunjukkan semangat rela
berkorban!
1. Teladan apa yang Yesus berikan dalam hal rela berkorban?
2. Apa artinya memiliki semangat rela berkorban? Mengapa kita harus
memiliki semangat itu?
15 MARET 2014
7
APA JAWABAN SAUDARA?
________________________________________________________________________________________________________________________________
Bagaimana kita bisa
menggunakan Alkitab
untuk memeriksa apakah
kita cenderung egois?
________________________________________________________________________________________________________________________________
Peringatan apa yang kita
dapatkan dari contoh
Raja Saul?
________________________________________________________________________________________________________________________________
Bagaimana contoh
Petrus memperlihatkan
bahwa kita bisa mengatasi
kecenderungan untuk egois?
Namun, kita menghadapi musuh yang
bisa secara perlahan melemahkan semangat rela berkorban kita. Musuh itu adalah kecenderungan kita untuk egois.
Coba perhatikan contoh Adam dan Hawa.
Meskipun sempurna, mereka menunjukkan sikap egois. Hawa ingin menjadi seperti Allah, dan Adam lebih ingin menyenangkan istrinya daripada menyenangkan
Allah. (Kej. 3:5, 6) Setelah menyimpangkan Adam dan Hawa dari Allah, Si Iblis terus menggoda orang supaya menjadi
egois. Ia bahkan berupaya menggoda Yesus. (Mat. 4:1-9) Pada zaman kita, Setan telah berhasil menyimpangkan banyak
orang, dan ia memengaruhi mereka agar
bersikap egois. Jika kita tidak waspada, sikap egois dari dunia ini bisa menulari kita
juga.—Ef. 2:2.
4Sikap egois bisa disamakan dengan
karat. Karat bisa muncul pada besi yang
sering terkena udara dan air. Kalau diabaikan, itu bisa berbahaya karena karat
itu akan semakin menyebar dan membuat
besi keropos. Sama halnya, meski kita tidak bisa menyingkirkan ketidaksempurnaan dan kecenderungan untuk egois, kita
perlu terus melawan kecenderungan itu.
Jika kita tidak hati-hati, semangat rela berkorban kita bisa hilang. (1 Kor. 9:26, 27)
Bagaimana kita bisa mengenali tanda-tanda sikap egois dalam diri kita? Dan, bagaimana kita bisa mengembangkan sikap rela
berkorban kita?
3
GUNAKAN ALKITAB UNTUK
MEMERIKSA DIRI
5 Kita bisa menggunakan cermin untuk
memeriksa penampilan kita. Sama halnya,
3. Apa yang bisa melemahkan semangat rela
berkorban?
4. (a) Apakah kita bisa menyingkirkan kecenderungan untuk egois? Jelaskan. (b) Pertanyaan
apa saja yang akan kita bahas?
5. (a) Dalam hal apa Alkitab sama seperti cermin? (Lihat gambar di awal artikel.) (b) Sewaktu
memeriksa diri, apa yang tidak boleh kita lakukan?
8
kita bisa menggunakan Alkitab untuk memeriksa kepribadian kita dan memperbaiki kesalahan yang kita dapati. (Baca
Yakobus 1:22-25) Namun, cermin bisa bermanfaat hanya kalau kita menggunakannya dengan benar. Misalnya, kalau kita hanya becermin sekilas, kita mungkin tidak
melihat kesalahan kecil namun serius dalam penampilan kita. Atau, kalau kita melihat cermin dari samping, kita malah melihat orang lain di cermin itu. Demikian
pula, sewaktu menggunakan Alkitab untuk memeriksa diri apakah ada sifat buruk
seperti sikap egois, jangan hanya membacanya sekilas atau menggunakannya untuk melihat kesalahan orang lain.
6Misalnya, kita mungkin sudah membaca Alkitab setiap hari, tapi tetap tidak
menyadari bahwa ada kecenderungan untuk egois yang berkembang dalam diri
kita. Mengapa? Pikirkan ini: Dalam ilustrasi tentang pria yang ”melihat dirinya sendiri” di cermin, Yakobus menggunakan
kata Yunani yang berarti pemeriksaan saksama. Jadi, pria itu memang melihat dengan saksama ke cerminnya, tapi hal itu
tidak cukup. Yakobus mengatakan bahwa
pria itu ”lalu pergi, dan segera lupa pria
macam apa dia”. Ya, ia meninggalkan cerminnya tanpa melakukan apa pun untuk
memperbaiki penampilannya. Sebaliknya,
”pelaku firman” tidak hanya ”meneliti hukum yang sempurna” tapi juga ”berkanjang dalam hal itu”. Jadi, ia tidak melupakan hukum yang sempurna dari Firman
Allah, tapi ”berkanjang dalam hal itu”,
atau terus mengikuti ajaran Alkitab. Yesus
juga menekankan hal ini, ”Jika kamu tetap ada dalam perkataanku, kamu benarbenar muridku.”—Yoh. 8:31.
7 Jadi, agar bisa melawan kecenderungan untuk egois, pertama-tama kita harus
6. Selain ”meneliti hukum yang sempurna” apa
lagi yang harus kita lakukan?
7. Bagaimana kita bisa menggunakan Alkitab
untuk memeriksa apakah kita cenderung egois?
MENARA PENGAWAL
membaca Firman Allah dengan saksama.
Ini bisa membantu Saudara melihat halhal yang perlu Saudara perbaiki. Tapi, bukan hanya itu. Gali lebih dalam apa yang
Saudara baca. Sewaktu membaca kisah Alkitab, bayangkan Saudara ada di sana. Pikirkan, ’Kalau saya ada dalam situasi ini,
apa yang akan saya lakukan? Apakah saya
akan bertindak dengan benar?’ Yang terpenting, setelah merenungkan apa yang
Saudara baca, berupayalah sebisanya untuk menerapkannya. (Mat. 7:24, 25) Mari
kita bahas kisah Raja Saul dan rasul Petrus. Kisah mereka bisa membantu kita tetap memiliki semangat rela berkorban.
CONTOH BURUK RAJA SAUL
8Contoh Raja Saul menjadi peringatan bagi kita bahwa sikap egois bisa merusak semangat rela berkorban. Saat Saul
baru menjadi raja, ia bersahaja dan rendah hati. (1 Sam. 9:21) Sewaktu ada orang
Israel yang menentang kedudukannya, ia
tidak menghukum mereka, meski ia bisa
saja merasa berhak melakukannya karena
yang melantik dia adalah Allah. (1 Sam.
10:27) Raja Saul mau dibimbing oleh roh
Allah ketika memimpin bangsa Israel melawan bangsa Ammon sampai menang.
Setelah itu, ia dengan rendah hati memuliakan Allah atas kemenangan itu.—1 Sam.
11:6, 11-13.
9Belakangan, Saul membiarkan sikap
egois dan kesombongan berkembang dalam hatinya, sama seperti karat yang membuat besi keropos. Setelah mengalahkan
orang Amalek, ia lebih memikirkan keinginannya sendiri daripada menaati Yehuwa. Karena tamak, Saul tidak menghancurkan harta orang Amalek seperti yang
Allah perintahkan. Saul begitu sombong
sampai-sampai ia mendirikan monumen
bagi dirinya sendiri. (1 Sam. 15:3, 9, 12)
8. Bagaimana sikap Saul sewaktu ia baru men-
jadi raja? Bagaimana ia menunjukkan hal itu?
9. Saul belakangan menjadi egois. Jelaskan.
15 MARET 2014
Sewaktu nabi Samuel memberi tahu dia
bahwa Yehuwa tidak senang, Saul berdalih bahwa ia sudah menaati perintah Yehuwa yang lain. Ia bahkan menyalahkan
orang lain atas tindakannya. (1 Sam. 15:
16-21) Karena sombong, Saul lebih memikirkan reputasinya daripada persahabatannya dengan Allah. (1 Sam. 15:30) Bagaimana kita bisa menggunakan contoh Saul
sebagai cermin agar bisa tetap memiliki semangat rela berkorban?
10Pertama, pengalaman Saul mengingatkan kita untuk tidak menjadi terlalu
percaya diri. Kita tidak bisa menganggap
bahwa kita akan selalu memiliki semangat
rela berkorban. Kita perlu terus mengupayakan sifat itu. (1 Tim. 4:10) Ingatlah,
Saul awalnya baik dan menyenangkan Yehuwa, tapi ia tidak berupaya keras untuk
menyingkirkan kecenderungan egois yang
mulai ia miliki. Akhirnya, Yehuwa menolak Saul karena ketidaktaatannya.
11Kedua, jangan hanya berfokus pada
hal-hal baik yang sudah kita lakukan dan
mengabaikan hal-hal yang perlu kita perbaiki. Ini sama saja seperti menggunakan cermin untuk mengagumi pakaian
baru kita tapi tidak menyadari bahwa wajah kita kotor. Meski kita tidak sombong
atau terlalu percaya diri seperti Saul, kita
perlu menghindari kecenderungan apa
pun yang bisa membuat kita menjadi seperti dia. Sewaktu diberi nasihat, kita hendaknya tidak seperti Saul yang berdalih
atau menyalahkan orang lain. Akan jauh
lebih baik kalau kita rela menerima nasihat.—Baca Mazmur 141:5.
12Bagaimana kalau kita melakukan
dosa serius? Saul ingin mempertahankan
reputasinya, dan hal itu membuat dia tidak
10, 11. (a) Mengenai semangat rela berkorban,
apa yang kita pelajari dari pengalaman Saul?
(b) Bagaimana caranya agar kita tidak meniru
contoh buruk Saul?
12. Kalau kita melakukan dosa serius, semangat rela berkorban akan menggerakkan kita
untuk melakukan apa?
9
Bagaimana tanggapan Petrus sewaktu dikoreksi? Apakah kita akan seperti itu juga?
(Lihat paragraf 15)
berupaya memperbaiki persahabatannya
dengan Yehuwa. Sebaliknya, kalau kita
memiliki semangat rela berkorban, kita
akan mencari bantuan meski itu mungkin bisa membuat kita malu. (Ams. 28:13;
Yak. 5:14-16) Sebagai contoh, seorang saudara menonton pornografi sejak umur
12 tahun, dan terus melakukannya dengan
diam-diam selama lebih dari sepuluh tahun. Ia berkata, ”Sulit sekali mengakui
perbuatan saya kepada istri saya dan para
penatua. Tapi setelah saya mengaku, rasanya ada beban besar yang terangkat dari
pundak saya. Beberapa teman saya sedih
sewaktu hak istimewa saya sebagai hamba
pelayanan dicabut, dan menganggap saya
telah mengecewakan mereka. Tapi, saya
tahu Yehuwa lebih berkenan dengan dinas
saya sekarang dibanding waktu saya masih menonton pornografi, dan pandangan
Dia-lah yang paling penting.”
CONTOH BAIK RASUL PETRUS
Rasul Petrus menunjukkan semangat
rela berkorban sewaktu ia dilatih oleh Yesus. (Luk. 5:3-11) Tapi, dia masih harus
13
13, 14. Bagaimana Petrus memperlihatkan ke-
cenderungan egoisnya?
10
melawan kecenderungan untuk egois. Misalnya, ia marah sewaktu rasul Yakobus
dan Yohanes meminta kepada Yesus kedudukan yang terhormat dalam Kerajaan Allah. Mungkin Petrus berpikir bahwa
dialah yang harus mendapatkannya karena Yesus pernah berkata bahwa Petrus
akan memiliki peranan penting. (Mat. 16:
18, 19) Yesus memperingatkan Yakobus,
Yohanes, Petrus, dan rasul-rasul yang lain
agar tidak egois dan menganggap diri lebih baik daripada saudara-saudara mereka.—Mrk. 10:35-45.
14Bahkan setelah Yesus mencoba mengoreksi cara berpikirnya, Petrus masih
punya kecenderungan untuk egois. Yesus
pernah memberi tahu para rasul bahwa
mereka akan meninggalkan dia untuk sementara waktu. Saat itu, Petrus mengatakan bahwa hanya dialah yang akan tetap
setia, seolah-olah menunjukkan bahwa dia
lebih baik daripada rasul lainnya. (Mat. 26:
31-33) Ia seharusnya tidak bersikap terlalu
percaya diri, karena malam itu juga, Petrus gagal menunjukkan sikap rela berkorban. Karena ingin melindungi diri sendiri,
ia menyangkal Yesus tiga kali.—Mat. 26:
69-75.
MENARA PENGAWAL
Meski kadang Petrus gagal, dia tetap
memberikan teladan yang membina kita.
Karena upaya kerasnya dan bantuan roh
kudus Allah, Petrus akhirnya bisa mengatasi kecenderungan egoisnya. Belakangan, ia bisa memperlihatkan pengendalian
diri dan kasih yang rela berkorban. (Gal. 5:
22, 23) Dia bertekun menghadapi banyak
cobaan yang mungkin sebelumnya tidak
akan bisa ia tanggung. Contohnya, sewaktu Paulus menegur Petrus dengan keras
di hadapan orang lain, Petrus tetap rendah hati. (Gal. 2:11-14) Setelah menerima nasihat itu, Petrus tidak mendendam
dan merasa nama baiknya telah tercemar.
Ia tetap mengasihi Paulus. (2 Ptr. 3:15) Dengan memperhatikan teladan Petrus, kita
bisa terus mengembangkan semangat rela
berkorban.
16Pikirkan bagaimana reaksi Saudara
saat menghadapi situasi yang sulit. Sewaktu Petrus dan rasul lainnya dipenjarakan
dan dipukuli karena mengabar, mereka bahagia karena ”dihina” sebagai pengikut Yesus. (Kis. 5:41) Saudara juga bisa menganggap penganiayaan sebagai kesempatan
untuk meniru Petrus dan memperlihatkan
sikap rela berkorban seperti Yesus. (Baca
1 Petrus 2:20, 21.) Sikap seperti ini bahkan
bisa berguna sewaktu Saudara menerima
disiplin dari para penatua. Ikutilah teladan
Petrus dan jangan tersinggung.—Pkh. 7:9.
17 Kita juga bisa mengikuti teladan Petrus dalam hal menetapkan cita-cita rohani. Dalam upaya untuk meraih cita-cita
itu, Saudara perlu terus menunjukkan sikap rela berkorban. Hati-hatilah agar motif Saudara bukan karena ingin dianggap
sebagai orang penting. Pikirkanlah, ’Kena15
15. Mengapa teladan Petrus sangat membina
kita?
16. Bagaimana kita bisa memperlihatkan sikap
rela berkorban dalam situasi yang sulit?
17, 18. (a) Pertanyaan apa yang bisa kita pikirkan tentang cita-cita rohani kita? (b) Kalau kita
merasa ada motif mementingkan diri dalam hati
kita, apa yang bisa kita lakukan?
15 MARET 2014
pa saya ingin berbuat lebih banyak untuk
Yehuwa? Apakah karena saya ingin mendapat pujian atau kedudukan, seperti halnya Yakobus dan Yohanes?’
18 Kalau Saudara merasa ada motif mementingkan diri dalam hati Saudara, mintalah bantuan Yehuwa agar Saudara bisa
mengoreksi cara berpikir dan sikap Saudara. Lalu, berupayalah lebih keras untuk
memuliakan Yehuwa dan bukan diri sendiri. (Mz. 86:11) Saudara juga bisa menetapkan tujuan yang tidak menarik perhatian kepada diri sendiri. Misalnya, Saudara
bisa mencoba mengembangkan salah satu
buah roh yang masih sulit bagi Saudara.
Atau, jika Saudara rajin mempersiapkan
bahan perhimpunan, tapi kurang bersemangat membersihkan Balai Kerajaan, Saudara bisa menetapkan tujuan untuk menerapkan nasihat di Roma 12:16.—Baca.
19 Jika kita dengan saksama melihat diri
kita di cermin Firman Allah dan melihat ada kekurangan atau kecenderungan
untuk egois, kita mungkin merasa kecil
hati. Kalau Saudara pernah merasa begitu, ingatlah pelaku firman dalam perumpamaan Yakobus. Yakobus tidak memberi
tahu seberapa cepat pria ini menyelesaikan masalah yang ia lihat atau apakah
ia bisa mengatasi semua kekurangannya.
Tapi, Yakobus mengatakan bahwa pria ini
terus ”meneliti hukum yang sempurna”.
(Yak. 1:25) Pria itu mengingat apa yang
ia lihat di cerminnya dan terus berupaya
memperbaiki diri. Jadi, teruslah berpikir
positif tentang diri Saudara sendiri, dan
ingatlah bahwa kita semua tidak sempurna. (Baca Pengkhotbah 7:20.) Yehuwa bersedia menolong Saudara, sama seperti Ia
menolong saudara-saudari yang lain. Jika
Saudara mengikuti nasihat Alkitab dan terus menunjukkan semangat rela berkorban, Saudara akan menikmati perkenan
dan berkat Yehuwa.
19. Apa yang bisa kita lakukan supaya tidak ke-
cil hati sewaktu melihat diri kita dalam cermin
Firman Allah?
11
Caranya Tetap Memiliki
Sudut Pandang Positif
”Jika manusia hidup bahkan selama banyak tahun,
dalam semuanya itu biarlah ia bersukacita.”—PKH. 11:8.
APA JAWABAN SAUDARA?
________________________________________________________________________________________________________________________________
Mengapa tetap memiliki
sudut pandang positif itu
tidak mudah?
________________________________________________________________________________________________________________________________
Bagaimana kita bisa
menggunakan Alkitab
agar tetap memiliki
sudut pandang positif?
________________________________________________________________________________________________________________________________
Bagaimana teladan janda
miskin, Elia, dan penulis
Mazmur 102 bisa membantu
kita mengembangkan
sudut pandang positif?
YEHUWA ingin agar kita bahagia, dan Ia memberi kita berlimpah berkat yang bisa membuat kita bahagia. Misalnya, Ia memberi kita kehidupan. Kita bisa menggunakan kehidupan kita untuk memuliakan Dia, karena Allah telah menarik kita ke ibadat
sejati. (Mz. 144:15; Yoh. 6:44) Yehuwa meyakinkan kita bahwa Ia
mengasihi kita, dan Ia membantu kita agar bisa bertekun melayani-Nya. (Yer. 31:3; 2 Kor. 4:16) Kita menikmati firdaus rohani.
Di dalamnya ada perdamaian dan persatuan yang sejati, persaudaraan yang pengasih, serta makanan rohani yang berlimpah. Selain itu, kita juga memiliki harapan yang tak ternilai untuk masa
depan kita.
2Meski hal-hal itu bisa membuat kita bahagia, ada hambahamba Allah yang setia yang dirundung pikiran negatif tentang
diri sendiri. Mereka mungkin merasa bahwa Yehuwa tidak menghargai mereka atau pelayanan mereka. Orang-orang seperti itu
mungkin merasa bahwa mereka tidak akan pernah bisa menikmati kehidupan. Hari-hari yang mereka jalani pun terasa suram.
—Pkh. 11:8.
3 Perasaan negatif itu mungkin disebabkan oleh kekecewaan,
1. Apa saja berkat dari Yehuwa yang bisa membuat kita bahagia?
2. Apa yang dirasakan beberapa hamba Allah yang setia?
3. Apa yang bisa menimbulkan perasaan negatif?
12
MENARA PENGAWAL
penyakit, atau usia lanjut. (Mz. 71:9; Ams.
13:12; Pkh. 7:7) Kita juga harus menyadari
bahwa hati kita ”licik” dan bisa membuat
kita merasa bersalah padahal Allah mungkin berkenan atas kita. (Yer. 17:9, 1 Yoh.
3:20) Iblis menyebarkan dusta tentang
hamba-hamba Allah. Setan menggerakkan
Elifas untuk mengatakan bahwa kita tidak
berharga di mata Allah. Dari zaman Ayub
sampai sekarang, itu adalah dusta.—Ayb. 4:
18, 19.
4Dalam Alkitab, Yehuwa meyakinkan
kita bahwa Ia akan menyertai orang-orang
yang dilanda pikiran negatif. (Mz. 23:4)
Salah satu caranya adalah melalui Firman-Nya. Alkitab ”penuh kuasa oleh karena Allah, untuk merobohkan perkara-perkara yang dibentengi dengan kuat”. Itu
berarti Alkitab bisa mengubah pikiran
yang salah atau negatif tentang diri kita
sendiri. (2 Kor. 10:4, 5) Jadi, mari kita
bahas caranya menggunakan Alkitab untuk mengembangkan dan tetap memiliki
sudut pandang positif. Saudara bisa mendapat manfaat dari pembahasan ini dan
menggunakannya untuk menghibur orang
lain.
GUNAKAN ALKITAB
5Rasul Paulus menjelaskan beberapa
hal yang bisa membantu kita mengembangkan sudut pandang positif. Ia menasihati sidang di Korintus, ”Teruslah uji apakah kamu berada dalam iman.” (2 Kor.
13:5) ”Iman” adalah seluruh kepercayaan
Kristen yang ada dalam Alkitab. Jika katakata dan tindakan kita sesuai dengan ajaran Alkitab, kita lulus ujian ini dan menunjukkan bahwa kita berada ”dalam iman”.
Tentu saja, kita tidak bisa memilih-milih
ajaran mana yang mau kita ikuti. Kita harus menaati semua ajaran Kristen dalam
Alkitab.—Yak. 2:10, 11.
4. Apa yang akan kita bahas dalam artikel ini?
5. Apa yang bisa kita lakukan untuk mengem-
bangkan sudut pandang positif?
15 MARET 2014
6
Saudara mungkin enggan menguji diri
seperti itu, apalagi kalau Saudara merasa akan gagal. Namun, pandangan Yehuwa
tentang kita lebih penting daripada pandangan kita sendiri, karena Ia tahu jauh lebih banyak daripada kita. (Yes. 55:8, 9) Ia
memeriksa umat-Nya, bukan untuk menghukum mereka, melainkan untuk mencari
sifat-sifat mereka yang baik dan membantu mereka. Jika Saudara menggunakan Firman Allah untuk menguji diri apakah Saudara ”berada dalam iman”, Saudara akan
memahami perasaan Allah terhadap Saudara. Dengan begitu, Saudara bisa selalu
ingat pandangan Allah bahwa Saudara berharga di mata-Nya dan tidak akan merasa
diri tidak berguna. Ini bagaikan membuka
sebuah tirai agar sinar matahari menerangi
ruangan yang gelap.
7 Satu cara yang jitu untuk menguji diri
adalah dengan merenungkan teladan
orang-orang setia yang disebutkan dalam
Alkitab. Bandingkan keadaan dan perasaan mereka dengan apa yang Saudara alami,
dan pikirkan apa yang akan Saudara lakukan dalam situasi itu. Mari kita lihat tiga
contoh dari Alkitab, dan bagaimana kita
bisa menggunakannya untuk memastikan
apakah kita berada ”dalam iman”. Ini juga
akan membantu Saudara mengembangkan sudut pandang yang positif tentang
diri sendiri.
JANDA MISKIN
8
Di bait di Yerusalem, Yesus mengamati
seorang janda miskin. Teladan janda ini
bisa membantu kita tetap memiliki sudut
pandang positif meskipun kita tidak bisa
melakukan semua hal yang kita inginkan.
6. Mengapa kita harus menguji diri apakah kita
berada ”dalam iman”? (Lihat gambar di awal artikel.)
7. Apa manfaatnya mempelajari teladan orangorang setia yang disebutkan dalam Alkitab?
8, 9. (a) Seperti apa keadaan janda miskin
yang Yesus lihat di bait? (b) Perasaan negatif apa
yang mungkin dimiliki janda itu?
13
Apa yang kita pelajari dari pengalaman janda miskin ini?
(Lihat paragraf 8-10)
(Baca Lukas 21:1-4.) Bayangkan situasi janda ini. Ia pasti sedih dan merasa kehilangan setelah suaminya meninggal. Selain
itu, para pemimpin agama tidak membantu para janda seperti dia, tapi malah dengan tamak memeras uang mereka. (Luk.
20:47) Dia begitu miskin sehingga sumbangan yang bisa ia berikan hanya senilai
upah kerja beberapa menit.
9 Coba bayangkan perasaan janda ini sewaktu masuk ke halaman bait sambil membawa dua uang logam kecil. Apakah ia
berpikir bahwa seandainya suaminya masih hidup, pasti sumbangannya tidak akan
sekecil ini? Ketika ia melihat sumbangan
yang besar dari orang lain, apakah ia merasa malu dan merasa bahwa sumbangannya
tidak berarti? Kalau pun dia merasa begitu,
ia tetap memberikan apa yang ia miliki untuk mendukung ibadat sejati.
10 Yesus menunjukkan bahwa janda tersebut dan sumbangannya berharga bagi
Yehuwa. Ia mengatakan bahwa janda itu
memberikan jauh lebih banyak daripada semua orang kaya saat itu. Sumbangan janda itu akan digabung dengan sumbangan orang lain, tapi Yesus khususnya
memuji pemberian janda itu kepada Yehuwa. Orang yang menghitung semua sumbangan untuk bait tidak akan pernah tahu
betapa berharganya dua uang logam kecil
maupun janda itu bagi Yehuwa. Ya, yang
benar-benar penting adalah pandangan
Allah, bukan pendapat manusia atau bahkan perasaan janda itu sendiri terhadap dirinya. Dapatkah Saudara menggunakan kisah ini untuk menguji apakah Saudara
”berada dalam iman”?
11 Apa yang bisa Saudara berikan kepada Yehuwa mungkin bergantung pada keadaan Saudara. Karena usia lanjut atau
problem kesehatan, ada yang tidak bisa
mengabar sebanyak yang mereka inginkan. Apakah mereka perlu merasa bahwa jam dinas mereka terlalu sedikit untuk dilaporkan? Sekalipun Saudara masih
10. Bagaimana Yesus menunjukkan bahwa jan-
11. Apa yang bisa kita pelajari dari kisah ten-
da itu berharga bagi Allah?
tang janda itu?
14
MENARA PENGAWAL
muda atau sehat, Saudara bisa juga merasa
bahwa upaya Saudara tidak ada artinya dibanding dengan waktu yang digunakan seluruh umat Allah untuk beribadat kepadaNya. Kisah janda miskin itu mengajar kita
bahwa Yehuwa memperhatikan dan menghargai setiap hal kecil yang kita lakukan
untuk-Nya, terutama kalau keadaan kita
sulit. Pikirkan pelayanan Saudara selama
tahun lalu. Apakah saudara pernah harus
membuat pengorbanan besar untuk bisa
melayani Yehuwa selama beberapa jam?
Kalau begitu, yakinlah bahwa Ia menghargai apa yang Saudara lakukan untuk-Nya
pada saat itu. Kalau Saudara meniru janda
miskin itu dan berbuat sebisa mungkin untuk Yehuwa, Saudara membuktikan bahwa
Saudara berada ”dalam iman”.
”CABUTLAH JIWAKU”
12Nabi Elia loyal dan sangat beriman
kepada Yehuwa. Tapi, pada suatu ketika,
ia merasa begitu kecewa sehingga ia minta
kepada Yehuwa agar ia mati saja. Ia mengatakan, ”Cukuplah! Sekarang, oh, Yehuwa, cabutlah jiwaku.” (1 Raj. 19:4) Orang
yang belum pernah merasa begitu putus
asa mungkin menganggap doa Elia hanya
”omongan yang tidak terkendali”. (Ayb.
6:3) Tapi, ia tidak mengada-ada. Perhatikan bahwa Yehuwa tidak memarahi Elia,
tapi justru membantunya.
13Mengapa Elia merasa seperti itu? Tidak lama sebelumnya, Elia melakukan
mukjizat yang membuktikan bahwa Yehuwa adalah Allah yang benar. Kemudian,
450 nabi Baal dihukum mati. (1 Raj. 18:
37-40) Kemungkinan besar, Elia berharap
umat Allah akan kembali kepada ibadat sejati, tapi ternyata tidak. Ratu Izebel yang
jahat mengirim pesan kepada Elia bahwa ia akan membunuhnya. Elia ketakutan,
dan melarikan diri ke arah selatan, mele12-14. (a) Perasaan negatif apa yang Elia miliki?
(b) Mengapa Elia merasa begitu?
15 MARET 2014
wati negeri Yehuda, lalu sampai di padang
gurun.—1 Raj. 19:2-4.
14 Ketika berada di sana seorang diri, ia
mulai merasa bahwa apa yang telah ia lakukan sebagai nabi itu sia-sia. Ia berkata kepada Yehuwa, ”Aku tidak lebih baik
daripada bapak-bapak leluhurku.” Ia merasa dirinya tidak berguna, sama seperti
debu dan tulang-belulang leluhurnya yang
sudah mati. Ia menganggap dirinya telah
gagal dan tidak berharga bagi Yehuwa atau
siapa pun.
15Tapi, Yang Mahakuasa tidak merasa
begitu. Ia tetap menganggap Elia berharga, dan Ia meyakinkan Elia akan hal itu.
Ia mengutus malaikat untuk menguatkan
dia. Yehuwa juga memberinya makanan
dan minuman agar dapat melakukan perjalanan selama 40 hari ke selatan, ke Gunung Horeb. Ketika Elia merasa bahwa tidak ada orang Israel lain yang setia kepada
Yehuwa kecuali dia, Allah dengan pengasih mengoreksinya. Perhatikan juga bahwa Yehuwa memberi Elia tugas baru, dan
ia mau menerimanya. Setelah dibantu oleh
Yehuwa, ia mendapat kekuatan baru dan
kembali bekerja sebagai nabi.—1 Raj. 19:
5-8, 15-19.
16Saudara bisa menggunakan pengalaman Elia untuk memastikan apakah
Saudara berada ”dalam iman” dan mengembangkan sikap positif. Pertama, renungkan apa saja yang telah Yehuwa lakukan untuk mendukung Saudara. Apakah
seorang penatua atau orang Kristen lain
yang matang pernah memberi Saudara
bantuan yang tepat waktu? (Gal. 6:2) Apakah Saudara merasakan perhatian Yehuwa
melalui Alkitab, publikasi kita, dan perhimpunan? Jika Saudara mendapat bantuan seperti itu, renungkanlah dari mana asalnya
bantuan itu dan jangan lupa untuk bersyukur kepada Yehuwa.—Mz. 121:1, 2.
15. Bagaimana Allah menunjukkan kepada Elia
bahwa Ia masih menganggapnya berharga?
16. Bagaimana Yehuwa menguatkan Saudara?
15
17Kedua, ingatlah bahwa sudut pandang negatif bisa menyesatkan kita. Yang
benar-benar penting adalah pendapat
Allah tentang diri kita. (Baca Roma 14:4.)
Yehuwa sangat menghargai pengabdian
dan kesetiaan kita kepada-Nya. Ia tidak
menilai kita berdasarkan berapa banyak
yang bisa kita lakukan untuk-Nya. Seperti
Elia, bisa saja Saudara sudah melakukan
lebih banyak untuk Yehuwa daripada yang
Saudara sadari. Saudara mungkin membantu orang lain di sidang tanpa Saudara
ketahui. Dan, orang-orang di daerah Saudara mungkin bisa mendengar kebenaran
karena kerja keras Saudara.
18Ketiga, ingatlah bahwa setiap tugas
dari Yehuwa adalah bukti bahwa Ia memperkenan Saudara. (Yer. 20:11) Seperti Elia,
Saudara mungkin kecil hati jika dinas Saudara sepertinya tidak membuahkan hasil atau cita-cita rohani Saudara sepertinya
mustahil dicapai. Namun, Saudara masih
punya hak istimewa yang terbesar. Itu adalah memberitakan kabar baik dan disebut
sebagai Saksi-Saksi Yehuwa. Jadi, tetaplah
setia kepada Yehuwa. Lalu, seperti yang
Yesus katakan, Saudara bisa masuk ”ke dalam sukacita majikanmu”.—Mat. 25:23.
”DOA ORANG YANG MENDERITA”
19Penulis Mazmur 102 sedang putus
asa. Ia ”menderita” karena tubuh dan hatinya sangat sakit. Ia juga ”lemah” karena ia
tidak punya kekuatan untuk menghadapi
problemnya. (Mz. 102, superskripsi) Yang
ia pikirkan hanya rasa sakitnya, rasa kesepiannya, dan perasaannya sendiri. (Mz.
102:3, 4, 6, 11) Ia merasa Yehuwa mau
membuang dia.—Mz. 102:10.
20Namun, sang pemazmur masih bisa
17. Apa yang Yehuwa hargai dari hamba-ham-
ba-Nya?
18. Tugas yang Saudara terima dari Yehuwa
membuktikan apa?
19. Apa yang dirasakan penulis Mazmur 102?
20. Bagaimana doa bisa membantu orang yang
sedang melawan pikiran negatif?
16
menggunakan kehidupannya untuk memuliakan Yehuwa. (Baca Mazmur 102:
19-21.) Mazmur 102 menunjukkan bahwa orang yang berada ”dalam iman” pun
bisa merasakan kepedihan dan mungkin
terus memikirkan hal itu saja. Sang pemazmur merasa kesepian ”seperti burung
yang terasing di atas atap”, seolah-olah hanya ditemani oleh problem. (Mz. 102:7) Jika
Saudara pernah merasa begitu, curahkanlah perasaan Saudara kepada Yehuwa, seperti yang dilakukan sang pemazmur.
Dengan berdoa, Saudara bisa melawan pikiran negatif. Yehuwa berjanji bahwa ”ia
pasti akan berpaling kepada doa orangorang yang dilucuti, dan tidak memandang
hina doa mereka”. (Mz. 102:17) Yakinlah
akan janji itu.
21Mazmur 102 juga menunjukkan bagaimana Saudara bisa memiliki sudut pandang yang lebih positif. Sang pemazmur
memilih untuk memikirkan persahabatannya dengan Yehuwa. (Mz. 102:12, 27) Ia
terhibur karena tahu bahwa Yehuwa akan
selalu siap membantu umat-Nya bertekun
menghadapi cobaan. Jadi, jika Saudara merasa kecil hati dan hal ini membuat Saudara tidak bisa melayani Yehuwa sepenuhnya, bawakan itu dalam doa. Mohonlah
kepada Allah untuk mendengar doa Saudara, bukan hanya agar Saudara mendapat
kelegaan, tapi juga ”agar nama Yehuwa dinyatakan”.—Mz. 102:20, 21.
22Ya, kita bisa menggunakan Alkitab
untuk membuktikan bahwa kita berada
”dalam iman” dan bahwa kita berharga
bagi Yehuwa. Memang, karena kita hidup
di dunia Setan, kita tidak bisa menyingkirkan semua perasaan negatif atau kecil
hati. Namun, kita semua bisa menyenangkan Yehuwa dan mendapat hidup kekal
jika kita bertekun melayani-Nya.—Mat.
24:13.
21. Jika kita menjadi kecil hati, bagaimana kita
bisa memiliki sudut pandang yang lebih positif?
22. Bagaimana kita semua bisa menyenangkan
Yehuwa?
MENARA PENGAWAL
Ibadat
Keluarga
Bagaimana Agar
Lebih Menyenangkan?
”Saking asyiknya, acara Ibadat Keluarga
kami bisa sampai tengah malam kalau saya tidak menghentikannya,” kata seorang ayah di
Brasil. Seorang kepala keluarga di Jepang mengatakan bahwa anak lelakinya yang berusia
sepuluh tahun sampai lupa waktu dan tidak
ingin berhenti. Mengapa? ”Dia sangat menikmatinya, dan itu membuatnya bersemangat,”
menurut sang ayah.
Memang, tidak semua anak seperti itu; nyatanya, ada beberapa anak yang mungkin tidak menikmati ibadat keluarga. Mengapa?
Seorang ayah di Togo menyatakan pendapatnya, ”Ibadat kepada Yehuwa seharusnya tidak
membosankan.” Jadi, jika ibadat keluarga terasa membosankan, barangkali caranya itu dilakukan perlu disesuaikan. Banyak keluarga
mendapati bahwa ibadat keluarga bisa menjadi ”kesenangan yang besar”, seperti hari Sabat
yang digambarkan Yesaya.—Yes. 58:13, 14.
15 MARET 2014
Para ayah Kristen menyadari bahwa agar keluarga mereka menyukai ibadat keluarga, suasananya harus santai. Ralf, yang punya tiga
putri dan satu putra, mengatakan bahwa ibadat keluarga mereka lebih mirip percakapan
santai dibanding acara belajar yang serius; semuanya terlibat. Memang, kadang tidak mudah untuk mempertahankan minat dan konsentrasi setiap anggota keluarga. Seorang ibu
mengakui, ”Saya ingin ibadat keluarga kami
menyenangkan tapi kadang saya sudah terlalu
capek.” Dapatkah Saudara mengatasinya?
FLEKSIBEL DAN BERVARIASI
”Kita tidak boleh kaku,” kata ayah dua
anak di Jerman. ”Yang penting bagi keluarga
kita adalah variasi, variasi, dan variasi,” kata
Natalia, ibu dua anak. Banyak keluarga membagi acara ibadat keluarga dalam beberapa
sesi. ”Pelajarannya jadi lebih seru dan semua
17
anggota keluarga terlibat,” jelas Cleiton, ayah dua
remaja di Brasil. Jika perbedaan usia anak-anak cukup jauh, orang tua bisa membagi ibadat keluarga
menjadi beberapa sesi untuk membahas publikasi
yang sesuai dengan kebutuhan setiap anak.
Agar lebih bervariasi, apa yang dilakukan beberapa keluarga? Ada yang memulai ibadat keluarga dengan menyanyikan lagu Kerajaan. ”Dengan
menyanyi, suasana jadi menyenangkan, dan secara mental kita siap dengan bahan yang akan dibahas,” kata Juan di Meksiko. Keluarganya memilih
lagu yang cocok dengan bahan yang dipilih untuk
ibadat keluarga.
Beberapa keluarga membaca Alkitab bersamasama. Agar ada variasi, beberapa anggota keluarga
bisa membacakan perkataan berbagai tokoh dalam
pembacaan itu. Seorang ayah di Jepang mengakui
bahwa dia ”mulanya tidak terbiasa membaca dengan cara itu”. Tapi, kedua putranya gembira melihat orang tuanya melakukan hal itu bersama mereka. Beberapa keluarga bahkan memeragakan kisah
Alkitab. Anak-anak ”sering bisa melihat sesuatu dalam kisah Alkitab yang mungkin terlewatkan oleh
orang tua”, kata Roger, ayah dua putra di Afrika
Selatan.
Cara lain untuk menciptakan variasi adalah dengan mengerjakan suatu proyek bersama-sama, misalnya membuat miniatur bahtera Nuh atau bait Salomo. Proyek semacam itu memerlukan riset yang
pasti mengasyikkan. Hal ini dilakukan oleh suatu
keluarga di Asia. Di ruang keluarga mereka, gadis
cilik usia lima tahun beserta orang tua dan neneknya membuat papan permainan tentang kisah perjalanan utusan injil rasul Paulus. Keluarga lain membuat papan permainan tentang kisah yang ada di
buku Keluaran. Donald dari Togo, 19 tahun, mengatakan bahwa variasi ”membuat keluarga kami, juga
suasana ibadat keluarga kami, jadi lebih ceria”. Dapatkah Saudara pikirkan proyek apa kira-kira yang
akan membuat ibadat keluarga Saudara menjadi
lebih menyenangkan?
PERSIAPAN MUTLAK PERLU
Variasi dan penyesuaian bahan dapat membuat
ibadat keluarga jadi menarik. Tapi, agar itu benar-benar bermanfaat, semuanya harus melakukan persiapan. Kadang, anak-anak cepat bosan,
18
jadi para ayah perlu memilih bahan yang menarik lalu mempersiapkannya baik-baik. Seorang
ayah mengatakan, ”Kalau saya sudah persiapan,
tiap orang akan mendapat lebih banyak manfaat.”
Seorang ayah di Jerman memberi tahu keluarganya bahan yang akan dibahas di minggu-minggu
berikutnya. Seorang ayah, dengan enam anak praremaja di Benin, menjadwalkan pembahasan DVD
kita sebagai bagian ibadat keluarga mereka. Jauh
sebelumnya, ia sudah menyiapkan dan memberikan pertanyaannya kepada keluarganya. Jelaslah,
persiapan adalah kunci dari ibadat keluarga yang
bermutu.
Jika anggota keluarga sudah tahu bahan yang
akan dibahas, mereka pun bisa membicarakannya
selama pekan itu sehingga mereka akan menantinantikannya dengan penuh semangat. Dan, apabila setiap anggota keluarga diberi tugas, ia akan
merasa bahwa ini memang ibadat keluarga-nya.
LAKUKAN DENGAN RUTIN
Tidak sedikit keluarga yang sulit untuk mengadakan ibadat keluarga dengan rutin.
Banyak ayah yang bekerja sepanjang hari untuk
mencari nafkah. Misalnya, seorang ayah di Meksiko berangkat kerja jam enam pagi dan pulang
jam delapan malam. Kadang, acara Ibadat Keluarga juga perlu disesuaikan jika ada kegiatan rohani
lainnya.
Namun, kita harus berupaya keras untuk mengadakan ibadat keluarga dengan rutin. Loïs di Togo,
11 tahun, mengatakan tentang tekad keluarganya,
”Kadang ada hal yang bikin ibadat keluarga kami
dimulainya terlambat. Tapi, ibadat keluarga enggak pernah batal.” Ada baiknya ibadat keluarga dijadwalkan untuk diadakan di awal minggu. Jadi,
jika ada hal yang tak terduga, ibadat keluarga bisa
diadakan di hari lain pada minggu itu.
Sesuai dengan namanya, ibadat keluarga adalah bagian dari ibadat Saudara kepada Yehuwa. Semoga semua anggota keluarga Saudara mempersembahkan kepada Yehuwa ’lembu-lembu jantan
muda dari bibir mereka’ setiap minggu. (Hos. 14:2)
Dan, semoga ibadat keluarga menjadi waktu yang
menggembirakan bagi tiap-tiap anggota keluarga, ”karena sukacita Yehuwa adalah bentengmu”.
—Neh. 8:9, 10.
MENARA PENGAWAL
Amerika Serikat
IBADAT KELUARGA
HENDAKNYA:
Santai
Fleksibel
Bervariasi
Dipersiapkan
Rutin
Sri Lanka
Afrika Selatan
Hormatilah Para Lansia
”Haruslah engkau memperlihatkan pertimbangan [hormat]
bagi orang yang sudah tua.”—IM. 19:32.
APA JAWABAN SAUDARA?
________________________________________________________________________________________________________________________________
Bagaimana perasaan Yehuwa
terhadap para lansia yang
setia?
________________________________________________________________________________________________________________________________
Tanggung jawab apa yang
dimiliki anak yang sudah
dewasa kepada orang tua
mereka yang lansia?
________________________________________________________________________________________________________________________________
Bagaimana sidang bisa
menghormati saudara
dan saudari lansia?
YEHUWA tidak pernah ingin manusia menderita, sakit-sakitan, dan bertambah tua. Sejak awal, Ia ingin semua manusia selalu sehat dan hidup di Firdaus. Tapi kenyataannya,
sekarang ”semua ciptaan sama-sama terus mengerang dan
sama-sama berada dalam kesakitan”. (Rm. 8:22) Menurut
Saudara, bagaimana perasaan Allah sewaktu melihat manusia menderita akibat dosa? Yang menyedihkan, banyak lansia ditelantarkan saat mereka sangat membutuhkan bantuan.—Mz. 39:5; 2 Tim. 3:3.
2Sebagai umat Yehuwa, kita sangat bersyukur bisa bergaul dengan para lansia di sidang. Kita bisa menimba ilmu
dari mereka, dan bisa meniru teladan iman mereka. Kebanyakan dari kita masih berkerabat dengan para lansia ini.
Namun, tidak soal kita berkerabat dengan mereka atau tidak, kita ingin memastikan bahwa mereka diurus dengan
baik. (Gal. 6:10; 1 Ptr. 1:22) Agar kita bisa melakukannya
dengan lebih baik, kita akan membahas bagaimana perasaan Allah terhadap para lansia ini. Kita juga akan membahas
tanggung jawab anggota keluarga dan sidang dalam mengurus mereka.
1. Kenyataan menyedihkan apa yang sekarang dihadapi manusia?
2. Mengapa orang Kristen sangat bersyukur bisa bergaul dengan para
lansia di sidang?
20
MENARA PENGAWAL
”JANGANLAH MEMBUANG AKU”
3Mazmur 71:9 mengatakan, ”Janganlah membuang aku pada masa tuaku;
pada waktu kekuatanku habis, janganlah
meninggalkan aku.” Mungkin kata-kata
ini ditulis oleh Daud. Ia telah melayani
Yehuwa seumur hidupnya, dan Yehuwa
menggunakan dia untuk melakukan halhal besar. (1 Sam. 17:33-37, 50; 1 Raj. 2:
1-3, 10) Namun di usia tuanya, ia merasa
perlu memohon agar Yehuwa tetap mendukungnya.—Baca Mazmur 71:17, 18.
4Banyak lansia juga merasa seperti
Daud. Meski sudah tua dan menghadapi
banyak kesulitan, mereka berupaya keras
untuk melayani Allah. (Pkh. 12:1-7) Kebanyakan dari mereka tidak bisa lagi berbuat
sebanyak dulu, termasuk dalam pelayanan. Tapi seperti Daud, mereka bisa meminta Yehuwa untuk terus memberkati
dan mengurus mereka. Para lansia yang
setia ini bisa yakin bahwa Yehuwa akan
menjawab doa mereka. Lagi pula, Yehuwa
dulu mengilhami Daud untuk mendoakan hal yang sama.
5Yehuwa sangat menghargai para lansia yang setia dan Ia ingin para hambaNya menghormati mereka. (Mz. 22:24-26;
Ams. 16:31; 20:29) Imamat 19:32 mengatakan, ”Di hadapan orang beruban haruslah
engkau bangkit berdiri, dan haruslah engkau memperlihatkan pertimbangan [hormat] bagi orang yang sudah tua, dan engkau harus takut akan Allahmu. Akulah
Yehuwa.” Ya, sewaktu perintah ini ditulis, menghormati kaum lansia merupakan
tanggung jawab penting bagi orang Israel.
Sekarang pun perintah itu masih berlaku.
Tapi, siapa yang bertanggung jawab untuk
mengurus para lansia ini?
3, 4. (a) Permohonan apa yang diajukan penu-
lis Mazmur 71 kepada Yehuwa? (b) Para lansia
dalam sidang bisa meminta Yehuwa melakukan
apa?
5. Bagaimana perasaan Yehuwa terhadap para
lansia yang setia?
15 MARET 2014
TANGGUNG JAWAB KELUARGA
Alkitab memerintahkan, ”Hormatilah
bapakmu dan ibumu.” (Kel. 20:12; Ef. 6:2)
Yesus menunjukkan pentingnya hal ini
ketika ia mengutuk orang Farisi dan para
penulis yang tidak mau mengurus orang
tua mereka. (Mrk. 7:5, 10-13) Yesus memberikan teladan dalam hal ini. Bahkan sewaktu berada di tiang siksaan, ia masih
memikirkan ibunya, yang mungkin sudah
menjanda. Ia meminta Yohanes, sahabat
dan muridnya, untuk mengurus ibunya
itu.—Yoh. 19:26, 27.
7Dalam suratnya kepada Timotius, rasul Paulus mengatakan bahwa orang Kristen harus mengurus keluarga mereka sendiri. (Baca 1 Timotius 5:4, 8, 16.) Paulus
menyebutkan hal itu sewaktu membahas
tentang siapa yang boleh mendapat dukungan keuangan dari sidang. Paulus mengatakan bahwa yang terutama bertanggung jawab mengurus seorang janda
lansia di sidang adalah anak, cucu, dan kerabat yang seiman dari janda tersebut. Dengan begitu, sidang tidak akan terbebani
secara materi. Sekarang, kita juga membuktikan bahwa kita mengasihi Allah dengan berupaya memenuhi kebutuhan kerabat kita.
8Anak-anak yang sudah dewasa harus
memastikan bahwa orang tua mereka diurus dengan baik. Memang, yang Paulus
maksudkan tadi adalah mengurus kerabat
yang seiman, tapi orang tua yang tidak seiman pun tidak boleh diabaikan. Keadaan
tiap keluarga berbeda-beda, jadi tiap keluarga harus membuat keputusan sendiri
mengenai hal itu. Kesehatan, kebutuhan,
6
6. Teladan apa yang Yesus berikan dalam meng-
urus ibunya?
7. (a) Prinsip apa yang Paulus sebutkan tentang
keluarga? (b) Apa yang sedang Paulus bahas sewaktu menyebutkan prinsip itu?
8. Mengapa Alkitab tidak memberikan petunjuk spesifik tentang cara mengurus orang tua
yang lansia?
21
dan kepribadian tiap orang berbeda-beda.
Ada lansia yang punya banyak anak, yang
lain hanya punya satu anak. Ada yang
bisa mendapat bantuan pemerintah, yang
lain tidak. Juga, orang yang membutuhkan perawatan punya pilihan pribadi.
Jadi, tidaklah bijaksana atau pengasih kalau kita mengkritik keputusan saudara seiman kita yang berupaya keras mengurus
kerabat mereka yang lansia. Yehuwa akan
memberkati keputusan apa pun, selama
itu sesuai dengan prinsip Alkitab. Ia akan
membantu agar keputusan kita terlaksana
dengan baik, sama seperti Ia mendukung
umat-Nya sejak zaman dulu.—Bil. 11:23.
9Kalau anak-anak tinggal jauh dari
orang tua, mereka mungkin sulit membantu orang tua mereka yang lansia. Bisa
jadi mereka perlu segera menjenguk ayah
atau ibu mereka yang tiba-tiba terjatuh,
mengalami patah tulang atau problem serius lainnya. Setelah itu, orang tua mungkin masih perlu dibantu untuk beberapa waktu atau bahkan untuk waktu yang
lama.
10 Para pelayan sepenuh waktu yang ditugaskan di daerah yang jauh dari rumah
mungkin harus membuat keputusan yang
sangat sulit. Anggota Betel, utusan injil,
dan para pengawas keliling menganggap
tugas mereka sebagai berkat yang berharga dari Yehuwa. Tapi, jika orang tua mereka sakit, mungkin mereka akan langsung
berpikir, ’Kami harus meninggalkan tugas dan pulang untuk merawat orang tua.’
Namun, ada baiknya jika mereka berdoa
dan memikirkan apa yang benar-benar dibutuhkan atau diinginkan orang tua mere-
ka. Janganlah langsung meninggalkan tugas dari Yehuwa. Kadang itu tidak perlu.
Mungkin problem kesehatan itu hanya sementara. Atau, mungkin ada saudara-saudari di sidang setempat yang mau merawat orang tua mereka, sehingga mereka
bisa tetap melayani dalam dinas sepenuh
waktu.—Ams. 21:5.
11 Misalnya, sepasang suami istri lansia
di Jepang punya dua putra yang melayani
jauh dari rumah bersama istri mereka.
Yang satu menjadi utusan injil di Amerika
Selatan, dan yang satu lagi bekerja di kantor pusat di Brooklyn, New York. Sewaktu orang tua mereka butuh bantuan, mereka pulang untuk melihat apa yang bisa
dilakukan. Pasangan yang melayani sebagai utusan injil sempat memutuskan untuk berhenti agar bisa merawat orang
tua mereka. Kemudian, mereka ditelepon
oleh para penatua dari sidang orang tua
mereka. Para penatua itu telah berunding,
dan mereka ingin pasangan utusan injil
itu tetap melayani di negeri lain. Karena
sangat menghargai pelayanan para utusan injil itu, para penatua menawarkan diri
untuk merawat orang tua mereka. Seluruh
keluarga pasti sangat menghargai bantuan
yang pengasih itu!
12Apa pun yang diputuskan oleh keluarga Kristen soal merawat orang tua
yang lansia, hal itu harus tetap membawa kemuliaan bagi nama Allah. Kita tidak mau seperti para pemimpin agama
pada zaman Yesus. (Mat. 15:3-6) Sebaliknya, kita mau menghormati Yehuwa dan
sidang.—2 Kor. 6:3.
Artikel berikutnya akan membahas beberapa hal
yang bisa dilakukan para lansia dan anak-anak mereka.
TANGGUNG JAWAB SIDANG
13Tidak semua sidang bisa membantu para pelayan sepenuh waktu seperti
9-11. (a) Keputusan sulit apa yang mungkin ha-
12. Sewaktu mengambil keputusan soal mera-
rus diambil beberapa orang? (Lihat gambar di
awal artikel.) (b) Jika orang tua butuh bantuan, mengapa anak-anak hendaknya tidak langsung berhenti dari dinas sepenuh waktu? Berikan contoh.
22
wat orang tua yang lansia, apa yang harus dipastikan setiap keluarga Kristen?
13, 14. Bagaimana Alkitab menunjukkan bahwa sidang perlu ikut mengurus anggotanya yang
lansia?
MENARA PENGAWAL
halnya sidang yang diceritakan tadi. Tapi,
Alkitab menunjukkan bahwa sidang harus berbuat sebisanya untuk membantu para lansia yang setia. Di sidang Yerusalem pada abad pertama, ”tidak ada
seorang pun yang berkekurangan”. Itu
tidak berarti mereka semua kaya. Malah, beberapa saudara tampaknya miskin,
tapi ”pembagian dilakukan kepada setiap
orang, sesuai dengan yang ia butuhkan”.
(Kis. 4:34, 35) Namun belakangan, ada
masalah serius di sidang itu. Beberapa
janda tidak mendapat jatah ”pembagian
makanan sehari-hari”. Jadi, apa yang dilakukan para rasul? Mereka menugasi beberapa saudara untuk memastikan bahwa para janda ini diperlakukan dengan
adil dan diberi cukup makanan. (Kis. 6:
1-5) Memang, pembagian makanan itu
hanya pengaturan sementara untuk memenuhi kebutuhan para pendatang yang
menjadi orang Kristen pada Pentakosta
tahun 33 M. Mereka menginap di Yerusalem untuk memperkuat iman mereka.
Namun, keputusan para rasul itu memperlihatkan bahwa sidang bisa berperan
untuk memenuhi kebutuhan para lansia
yang setia.
14Paulus menjelaskan kepada Timotius dalam situasi apa saja sidang perlu
memberikan bantuan materi kepada janda Kristen. (1 Tim. 5:3-16) Yakobus diilhami untuk menulis bahwa orang Kristen
bertanggung jawab untuk mengurus para
yatim, janda, dan orang lain yang mengalami kesulitan. (Yak. 1:27; 2:15-17) Rasul
Yohanes juga menjelaskan, ”Barang siapa
memiliki sarana dunia untuk menunjang
kehidupan dan melihat saudaranya berkekurangan namun menutup pintu keibaan hatinya yang lembut terhadap dia,
bagaimana kasih akan Allah dapat tetap
berada dalam dirinya?” (1 Yoh. 3:17) Jadi,
jika setiap orang Kristen bertanggung jawab untuk membantu orang yang mem15 MARET 2014
Jika terjadi kecelakaan, bagaimana
sidang bisa membantu?
(Lihat paragraf 15, 16)
butuhkan, berarti sidang juga memiliki
tanggung jawab itu.
15 Di beberapa negeri, pemerintah menyediakan pensiun dan program bantuan
lainnya bagi para lansia. (Rm. 13:6) Di negeri lain, program seperti itu tidak tersedia. Jadi, banyaknya kebutuhan para lansia yang harus dipenuhi kerabat maupun
sidang bisa berbeda-beda. Jika seorang
Kristen tinggal jauh dari orang tuanya, ia
mungkin tidak bisa membantu sebanyak
yang ia inginkan. Anak-anak harus berkomunikasi dengan para penatua di sidang orang tua mereka agar para penatua
15. Banyaknya bantuan yang dibutuhkan para
lansia bisa berbeda-beda. Jelaskan.
23
itu memahami keadaan keluarga mereka. Misalnya, para penatua mungkin bisa
membantu orang tua dengan mencari
tahu program pemerintah yang tersedia
bagi kaum lansia. Mungkin mereka juga
bisa memberi tahu anak-anak tentang keadaan di rumah orang tua mereka, misalnya ada surat penting yang belum dibuka
atau ada obat yang belum diminum. Jika
anak-anak dan para penatua berkomunikasi dengan terbuka dan jelas, mereka
bisa mendapat jalan keluar terbaik dan
mencegah situasinya memburuk. Jika ada
yang bisa membantu mengurus orang tua
dan memberikan informasi kepada anakanak, hal itu bisa mengurangi rasa khawatir seluruh keluarga.
16Karena mengasihi para lansia di sidang, ada saudara-saudari yang merelakan waktu dan tenaga mereka untuk
memberikan bantuan. Mereka menganggap para lansia itu seperti keluarga sendiri. Ada yang bergantian dengan saudara-saudari lain untuk mengurus para
lansia. Saudara-saudari yang pengasih ini
mungkin tidak bisa melayani dalam dinas
sepenuh waktu, tapi berkat bantuan mereka, anak-anak dari para lansia itu bisa
terus melayani sepenuh waktu. Kerelaan mereka patut dipuji! Tentu saja, meski
orang lain bisa membantu, anak-anak harus melakukan sebisanya untuk mengurus orang tua mereka.
HORMATI PARA LANSIA DENGAN
KATA-KATA YANG MEMBINA
17Kalau para lansia dan orang yang
mengurus mereka tetap berpikiran positif, keadaan sulit bisa terasa lebih ringan.
Karena usia tua, seseorang kadang bisa
16. Apa yang dilakukan beberapa orang dalam
sidang untuk membantu para lansia?
17, 18. Sikap seperti apa yang bisa membuat
kita lebih menikmati pekerjaan membantu para
lansia?
24
menjadi kecil hati atau bahkan depresi.
Jadi, mungkin dibutuhkan upaya yang lebih besar untuk menghormati dan membina saudara-saudari lansia ini. Bagaimana kita bisa melakukannya? Sewaktu
berbicara dengan mereka, upayakan untuk tetap positif. Para lansia ini telah melayani Yehuwa dengan setia dan mereka
patut dipuji. Yehuwa tidak melupakan semua hal yang telah mereka lakukan untuk-Nya, dan kita juga tidak melupakannya.—Baca Maleakhi 3:16; Ibrani 6:10.
18 Pekerjaan sehari-hari yang kita lakukan untuk membantu mereka bisa terasa
lebih mudah jika kita semua punya selera
humor yang baik. (Pkh. 3:1, 4) Selain itu,
para lansia juga berupaya agar tidak terlalu menuntut. Mereka tahu bahwa kalau mereka bersikap baik, orang akan
lebih senang memberi perhatian atau mengunjungi mereka. Banyak orang yang
mengunjungi para lansia sering berkata,
”Tadinya saya datang untuk menguatkan
seorang teman yang sudah lansia, tapi
waktu pulang saya juga merasa dikuatkan.”—Ams. 15:13; 17:22.
19Kita sangat menantikan saatnya ketika usia tua, penderitaan, dan ketidaksempurnaan tidak akan ada lagi. Sebelum saat itu tiba, umat Allah harus
berfokus pada harapan kehidupan abadi
di masa depan. Iman kita kepada janji
Allah membuat kita tetap kuat di masa
yang sulit. Karena kita beriman, ’kita tidak tawar hati, tapi meskipun manusia
lahiriah kita semakin merosot, manusia
batiniah kita diperbarui dari hari ke hari’.
(2 Kor. 4:16-18; Ibr. 6:18, 19) Apa lagi yang
bisa membantu mereka yang bertanggung jawab mengurus para lansia? Artikel berikutnya akan membahas beberapa
saran yang berguna.
19. Apa yang bisa membuat kita, tua maupun
muda, tetap kuat pada masa sulit?
MENARA PENGAWAL
Merawat Para Lansia
”Anak-anak kecil, marilah kita mengasihi, bukan dengan perkataan ataupun
dengan lidah, melainkan dengan perbuatan dan kebenaran.”—1 YOH. 3:18.
KITA pasti sedih sewaktu melihat orang tua kita, yang dulunya
kuat dan mandiri, sekarang tidak bisa mengurus dirinya sendiri.
Saudara mungkin mendapat kabar bahwa ayah atau ibu Saudara terjatuh dan mengalami patah tulang, sudah mulai pikun, atau
mungkin mengidap penyakit serius. Para lansia juga pasti sedih
karena kesehatan dan keadaan mereka berubah, apalagi kalau itu
membuat mereka kurang bisa mandiri. (Ayb. 14:1) Apa yang bisa
kita lakukan untuk membantu mereka? Bagaimana kita bisa merawat mereka?
2Sebuah artikel mengenai perawatan para lansia mengatakan
bahwa membicarakan masalah akibat usia tua itu memang sulit.
Tapi menurut artikel itu, keluarga yang sudah membuat rencana di
muka akan lebih siap membuat keputusan yang tepat soal perawatan kesehatan. Kita harus menyadari bahwa masalah akibat usia
tua tidak bisa dihindari. Karena itu, seluruh keluarga harus mempersiapkan diri. Bagaimana keluarga-keluarga bisa bekerja sama
dengan pengasih untuk mengambil keputusan yang sulit ini?
APA JAWABAN SAUDARA?
________________________________________________________________________________________________________________________________
Bagaimana orang tua
dan anak-anak bisa
mempersiapkan diri
untuk ”hari-hari yang
menyebabkan malapetaka”?
________________________________________________________________________________________________________________________________
Kapan orang tua membutuhkan lebih banyak bantuan
dari anak-anaknya?
________________________________________________________________________________________________________________________________
PERENCANAAN MENGHADAPI PROBLEM DI USIA TUA
3Suatu saat nanti, kebanyakan orang tua tidak bisa lagi
1, 2. (a) Masalah apa yang dihadapi banyak keluarga? (b) Bagaimana
orang tua dan anak-anak bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan yang berubah?
3. Apa yang harus dilakukan keluarga sewaktu orang tua yang lansia
membutuhkan lebih banyak bantuan? (Lihat gambar di atas.)
15 MARET 2014
25
Bantuan praktis apa yang
bisa Saudara berikan untuk
seseorang yang merawat
orang tuanya yang lansia?
mengurus diri sendiri, dan membutuhkan
bantuan. (Baca Pengkhotbah 12:1-7.) Sewaktu ini terjadi, orang tua yang lansia dan
anak-anak mereka harus bersama-sama
memutuskan perawatan yang terbaik dan
yang paling terjangkau. Ada baiknya mereka berkumpul dan membahas perawatan yang dibutuhkan, bagaimana itu akan
diberikan, dan bagaimana semua anggota keluarga bisa bekerja sama. Semua harus berupaya sebisanya untuk bersikap
realistis dan berbicara dengan terus terang. Apakah orang tua mereka masih bisa
tinggal sendirian dengan aman? Bahaslah apa saja yang bisa dilakukan tiap anak
agar orang tua mendapat perawatan yang
baik. (Ams. 24:6) Ada yang bisa membantu merawat orang tua setiap hari, dan yang
lain mungkin bisa membayar biaya kesehatan. Setiap anggota keluarga harus tahu
peranannya masing-masing. Tapi, setelah
beberapa lama tugas mereka bisa berubah
dan mereka mungkin perlu bergantian melakukan suatu tugas.
4Sewaktu Saudara mulai merawat
orang tua Saudara, cari tahu sebanyak-banyaknya tentang penyakit yang ia derita.
Jika penyakitnya akan bertambah parah,
cari tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. (Ams. 1:5) Hubungi kantor pemerintah yang menyediakan layanan bagi para
lansia di daerah Saudara. Carilah informasi soal program apa yang bisa membantu orang tua Saudara mendapat perawatan yang lebih baik atau agar Saudara lebih
mudah merawatnya. Sewaktu menghadapi
perubahan yang berat seperti ini, Saudara mungkin mulai merasa sangat sedih, sulit menerima kenyataan, atau bingung.
Jika begitu, ungkapkan perasaan Saudara
kepada seorang sahabat. Yang terpenting,
curahkanlah isi hati Saudara kepada Ye-
huwa. Ia bisa memberikan kedamaian
yang Saudara butuhkan agar bisa menerima dan menghadapi situasi apa pun.—Mz.
55:22; Ams. 24:10; Flp. 4:6, 7.
5Sebaiknya, para lansia dan keluarga
mereka mencari tahu jauh di muka perawatan kesehatan apa saja yang bisa mereka gunakan. Misalnya, mana yang lebih
praktis, orang tua tinggal bersama salah
satu anak, tinggal di panti wreda, atau pilihan lainnya. Dengan begitu, keluarga
bisa membuat persiapan menghadapi ”kesusahan dan hal-hal yang menyakitkan” di
usia tua. (Mz. 90:10) Kalau keluarga tidak
membuat rencana sejak awal, bisa-bisa
mereka harus membuat keputusan dengan terburu-buru sewaktu problem akhirnya muncul. Menurut seorang pakar, itu
bisa dibilang ”waktu yang paling tidak tepat untuk membuat keputusan”. Jika keputusan harus diambil secepat mungkin,
anggota keluarga bisa merasa terdesak
dan mungkin tidak sepakat tentang apa
yang perlu dilakukan. Namun, jika kita sudah membuat rencana sejak awal, kita lebih mudah menyesuaikan diri dengan perubahan.—Ams. 20:18.
6Saudara mungkin merasa sulit untuk
memberi tahu orang tua Saudara bahwa akan ada perubahan di rumah mereka
atau bahwa suatu saat mereka perlu pindah. Namun, banyak orang mengatakan
bahwa bicara dengan orang tua sejak awal
itu sangat bermanfaat. Mengapa? Karena
hal-hal yang sulit dan rencana yang praktis lebih mudah dibicarakan sebelum problem muncul. Dan juga, keluarga bisa saling
mendengarkan dengan penuh respek. Dalam suasana santai, akrab, dan penuh
pengertian, para anggota keluarga bisa secara terus terang menyatakan keinginan
mereka. Orang tua yang lansia mungkin
ingin tetap tinggal sendirian selagi masih
Di beberapa tempat, orang tua biasanya tinggal
bersama anak mereka yang sudah dewasa, dan itu
mungkin lebih disukai.
5. Mengapa keluarga sebaiknya mencari tahu di
4. Sewaktu keadaan berubah, kepada siapa ke-
luarga bisa meminta bantuan?
26
muka perawatan kesehatan apa saja yang bisa
digunakan?
6. Mengapa masalah tempat tinggal orang tua
yang lansia sebaiknya dibicarakan sejak awal?
MENARA PENGAWAL
bisa. Jika mereka memberi tahu anak-anak
perawatan apa yang mereka inginkan, ini
akan sangat berguna sewaktu keluarga
perlu membuat keputusan.
7Orang tua, sewaktu membahas bersama keluarga Saudara, beri tahukan apa
saja yang Saudara inginkan, keadaan keuangan Saudara, dan perawatan yang Saudara pilih. Jadi, jika suatu hari Saudara tidak bisa mengambil keputusan sendiri,
mereka bisa mengambil keputusan sesuai
dengan keinginan Saudara. Mereka kemungkinan besar akan menghormati keinginan Saudara dan menginginkan yang
terbaik bagi Saudara. (Ef. 6:2-4) Misalnya,
apakah Saudara ingin tinggal dengan salah satu anak Saudara dan keluarganya?
Atau, apakah ada hal lain yang Saudara
inginkan? Bersikaplah realistis dan ingat
bahwa anggota keluarga yang lain mungkin punya pendapat yang berbeda. Semua
butuh waktu untuk menyesuaikan cara
berpikirnya.
8Jika semua sudah direncanakan dan
dibicarakan dengan baik, banyak problem
bisa dihindari. (Ams. 15:22) Bicarakan dengan keluarga Saudara mengenai perawatan medis dan pilihan Saudara. Bahas juga
informasi dalam Surat Kuasa untuk Perawatan Kesehatan yang dimiliki Saksi-Saksi
Yehuwa. Saudara berhak mengetahui perawatan apa saja yang ada, dan berhak menerima atau menolak perawatan tertentu.
Isilah Kartu Keterangan Medis untuk menunjukkan apa yang Saudara inginkan. Pilihlah seorang wakil untuk surat kuasa ini,
yaitu orang yang Saudara percayai untuk
mengambil keputusan bagi Saudara jika
dibutuhkan. Ia harus punya salinan Surat
Kuasa itu, demikian pula orang yang merawat, kalau-kalau itu dibutuhkan. Beberapa
lansia menyimpan Surat Kuasa untuk Perawatan Kesehatan mereka bersama surat
wasiat dan dokumen penting lain seperti
dokumen asuransi, bank, dan sebagainya.
Keluarga bisa berkumpul untuk membicarakan
perawatan yang dibutuhkan dan apa yang
bisa dilakukan tiap anggota keluarga
(Lihat paragraf 6-8)
MENGHADAPI PERUBAHAN SITUASI
9
Sering kali, orang tua yang lansia ingin
tetap mandiri, dan itu juga yang diinginkan anggota keluarganya. Selama orang
tua masih bisa memasak, bersih-bersih,
minum obat dengan teratur, dan berkomunikasi dengan baik, anak-anak mungkin tidak perlu mengurus orang tua mereka sampai hal-hal terkecil. Namun lama
kelamaan, jika orang tua mulai sulit berjalan, tidak bisa berbelanja sendiri, atau sudah mulai pikun, anak-anak mungkin perlu membuat penyesuaian.
10Para lansia mungkin mulai linglung
atau depresi. Pendengaran, penglihatan, atau daya ingat mereka mungkin mulai melemah, atau mungkin mereka sulit
menahan air seni. Hal-hal ini bisa diatasi dengan bantuan medis. Segera pergi ke dokter sewaktu problem seperti itu
mulai muncul. Anak-anak mungkin perlu
mengambil inisiatif untuk membuat janji
7, 8. Apa yang harus dibicarakan keluarga, dan
9, 10. Kapan orang tua membutuhkan lebih ba-
mengapa?
nyak bantuan dari anak-anaknya?
15 MARET 2014
27
dengan dokter dan untuk urusan lainnya. Agar orang tua bisa mendapat perawatan yang terbaik, anak-anak mungkin perlu berbicara mewakili orang tuanya,
mengurus dokumen-dokumen penting,
mengantar mereka ke dokter, dan lainnya.
—Ams. 3:27.
11 Jika orang tua Saudara punya problem
kesehatan yang tidak bisa disembuhkan,
Saudara mungkin perlu membuat perubahan dalam perawatan mereka atau pada rumah mereka. Semakin sedikit perubahannya, semakin mudah bagi mereka untuk
menyesuaikan diri. Jika Saudara tinggal
jauh dari orang tua, mungkin sudah cukup jika ada Saksi atau tetangga yang rutin berkunjung dan memberi tahu Saudara
tentang keadaan mereka. Apakah mereka
hanya butuh bantuan untuk memasak dan
bersih-bersih? Apakah dengan perubahan
kecil di rumah, mereka akan lebih mudah
dan lebih aman berjalan ke sana kemari,
mandi, dan lainnya? Kalau mereka ingin tetap tinggal sendirian, mungkin mereka hanya butuh bantuan seorang perawat yang
datang tiap hari. Namun, jika tinggal sendirian ternyata tidak aman, mereka butuh
seseorang untuk tinggal di situ dan membantu mereka. Apa pun keadaannya, cari
tahu jasa apa yang tersedia di daerah Saudara.—Baca Amsal 21:5.
BAGAIMANA MEREKA MENGHADAPINYA
12Karena menyayangi orang tua, kita
pasti memperhatikan keamanan dan kenyamanan mereka. Kita merasa tenang kalau mengetahui bahwa orang tua kita dirawat dengan baik. Namun, karena ada
Jika orang tua Saudara masih tinggal sendiri di
rumahnya, pastikan bahwa orang yang merawatnya
punya kunci rumah cadangan untuk keadaan darurat.
11. Apa yang bisa dilakukan agar orang tua bisa
menyesuaikan diri dengan perubahan?
12, 13. Bagaimana anak-anak yang tinggal jauh
dari orang tuanya bisa tetap menghormati dan
mengurus mereka?
28
kewajiban lain, banyak anak yang sudah
dewasa tinggal jauh dari orang tuanya.
Maka sewaktu libur, mereka menjenguk
orang tua untuk membantu mengurus mereka dan melakukan pekerjaan di rumah
yang sulit mereka lakukan. Anak-anak
bisa menunjukkan bahwa mereka menyayangi orang tua mereka dengan rutin menelepon, bahkan tiap hari kalau bisa, atau
dengan mengirim surat atau email.—Ams.
23:24, 25.
13Apa pun keadaannya, Saudara perlu
terus memperhatikan perawatan yang diberikan kepada orang tua Saudara. Jika
Saudara tinggal jauh dari orang tua Saudara dan mereka adalah Saksi Yehuwa, Saudara bisa meminta saran dari para penatua
di sidang mereka. Yang terutama, jangan
lupa bawakan itu dalam doa. (Baca Amsal
11:14.) Bahkan jika orang tua Saudara bukan Saksi Yehuwa, Saudara harus menghormati mereka. (Kel. 20:12; Ams. 23:22)
Tentu saja, tidak semua keluarga akan
membuat keputusan yang sama mengenai hal ini. Ada anak-anak yang meminta
orang tuanya yang lansia untuk pindah ke
rumah mereka atau ke daerah yang dekat
dengan mereka. Namun, itu tidak selalu
bisa dilakukan. Ada orang tua yang tidak
mau tinggal bersama anaknya yang sudah
dewasa dan keluarganya. Mereka lebih senang hidup mandiri dan tidak mau membebani anaknya. Ada juga yang memilih
untuk membiayai sendiri perawatan kesehatan di rumah.—Pkh. 7:12.
14 Dalam banyak keluarga, kelihatannya
yang paling sering merawat orang tua adalah anak yang rumahnya paling dekat. Namun, ia juga perlu seimbang karena ia bukan hanya mengurus orang tuanya, tapi
juga keluarganya sendiri. Waktu dan tenaga setiap orang pasti ada batasnya. Dan,
kalau keadaan anak yang merawat ini berubah, keluarga mungkin perlu membuat
penyesuaian. Apakah ada anggota keluar14. Problem apa yang bisa muncul bagi anak
yang paling sering merawat orang tuanya?
MENARA PENGAWAL
ga yang tanggung jawabnya terlalu banyak? Apakah anak-anak yang lain bisa
melakukan lebih banyak, mungkin bergantian merawat orang tua?
15 Jika orang tua yang lansia butuh bantuan setiap saat, anak yang paling sering merawatnya bisa kelelahan. (Pkh. 4:6)
Anak-anak yang pengasih ingin berbuat
sebisanya, tapi mengurus orang tua bisa
membuat seorang anak kewalahan. Ia perlu bersikap realistis dan mungkin perlu
minta bantuan. Dengan sesekali menerima bantuan dari orang lain, ia bisa terus
merawat orang tuanya tanpa perlu memindahkan mereka ke panti wreda.
16 Kita tentu sedih melihat dampak dari
usia tua pada orang tua kita. Orang yang
merawat mereka kadang merasa bersalah,
sedih, khawatir, frustrasi, marah, atau bahkan kesal. Kadang, orang tua yang lansia mungkin berbicara kasar atau kurang
menghargai upaya untuk merawat mereka. Jika itu yang terjadi pada Saudara,
janganlah cepat tersinggung. Menurut seorang pakar kesehatan mental, jika Saudara merasa kesal, jangan menyangkal
perasaan itu atau menyalahkan diri karena merasa seperti itu. Curahkan perasaan
Saudara kepada suami atau istri, anggota
keluarga yang lain, atau teman yang bisa
dipercaya. Hasilnya, Saudara bisa mengerti mengapa Saudara merasa begitu dan
tetap seimbang.
17Kadang, keluarga sudah tidak bisa
lagi memberikan perawatan kepada para
lansia di rumah. Mereka mungkin memutuskan bahwa orang tua mereka perlu dirawat di panti wreda. Seorang saudari Kristen mengunjungi ibunya di panti wreda
hampir setiap hari. Ia bercerita, ”Kami ti15. Apa yang bisa dilakukan agar anak yang
merawat orang tuanya tidak kelelahan?
16, 17. Sewaktu merawat orang tua yang lansia,
apa yang mungkin dirasakan anak-anak? Apa
yang bisa membantu mereka memahami perasaan itu dan tetap seimbang? (Lihat juga kotak
”Kebahagiaan dalam Merawat Orang Tua”.)
15 MARET 2014
KEBAHAGIAAN DALAM
MERAWAT ORANG TUA
Seorang Saudari tinggal sejauh empat jam perjalanan dari rumah orang tuanya. Bersama tiga
saudaranya, ia merawat orang tuanya yang lansia. Ibunya menderita penyakit Alzheimer. Ia mengatakan, ”Saya terkesan dengan nasihat Yesus
ini, ’Jangan sekali-kali khawatir mengenai hari berikutnya, sebab hari berikutnya mempunyai kekhawatirannya sendiri. Cukup untuk setiap hari keburukannya sendiri.’ Kami tidak bisa menyembuhkan
orang tua kami. Jadi, setiap hari kami hanya berfokus pada apa yang bisa kami lakukan hari itu agar
Mama dan Papa merasa nyaman. . . . Mereka sudah berbuat banyak untuk kami, dan saya bersyukur bisa merawat mereka sekarang.” Pasti Yehuwa
sangat senang melihat sikap yang baik tersebut.
—Mat. 6:34; Mz. 68:19.
dak bisa merawat Mama 24 jam sehari.
Keputusan untuk memasukkan Mama ke
panti wreda itu sulit. Sebenarnya, itu sangat, sangat berat. Tapi, itulah yang terbaik buat Mama selama bulan-bulan terakhir hidupnya, dan Mama juga mau
menerimanya.”
18Tanggung jawab merawat orang tua
Saudara yang lansia bukanlah hal yang
mudah dan bisa menguras emosi. Tidak ada aturan yang baku untuk merawat orang tua karena keadaan setiap orang
berbeda-beda. Namun, jika Saudara merencanakannya dengan saksama, bekerja sama dengan keluarga, berkomunikasi
dengan baik, dan yang terutama, berdoa
kepada Yehuwa, Saudara bisa memenuhi
tanggung jawab Saudara untuk menghormati orang tua Saudara. Dengan melakukan ini, Saudara bisa merasa bangga karena telah memberikan perawatan dan
perhatian yang mereka butuhkan. (Baca
1 Korintus 13:4-8.) Yang terpenting, Saudara akan merasakan kedamaian batin
dan mendapat berkat Yehuwa.—Flp. 4:7.
18. Mereka yang merawat orang tua bisa yakin
akan hal apa?
29
KATA-KATAMU
”Ya Namun Tidak”?
Pertimbangkan situasi berikut:
Seorang penatua yang juga
anggota Panitia Penghubung Rumah
Sakit sudah membuat janji dengan
seorang saudara muda untuk berdinas
bersama pada hari Minggu pagi. Pagi itu,
penatua tersebut menerima panggilan
darurat dari seorang saudara yang istrinya baru saja kecelakaan dan dilarikan
ke rumah sakit. Sang suami meminta
bantuan penatua itu untuk mencarikan
dokter yang bersedia bekerja sama
dalam soal darah. Maka, sang penatua
membatalkan janji dinas dengan saudara
muda tadi agar bisa segera menolong
keluarga tersebut.
Bayangkan situasi lain: Seorang ibu yang
sendirian membesarkan dua anak diundang
oleh suami istri di sidangnya untuk datang ke
rumah mereka pada suatu malam. Ketika dia
memberi tahu anak-anaknya tentang itu, mereka sangat senang. Mereka dengan semangat
menanti-nantikan malam itu. Tetapi, sehari sebelum acaranya, pasangan itu memberi tahu
sang ibu bahwa sesuatu yang tidak terduga terjadi dan mereka harus membatalkannya. Sang
ibu belakangan tahu alasannya. Rupanya, setelah mengundang sang ibu, pasangan itu mendapat undangan untuk datang ke rumah teman mereka pada malam yang sama, dan
mereka menerimanya.
Sebagai orang Kristen kita tentu harus menepati janji. Kita tidak boleh seolah-olah berkata ”ya namun tidak”. (2 Kor. 1:18) Akan tetapi,
seperti yang ditunjukkan dari dua situasi di
atas, tidak semua situasi sama. Terkadang, kita
sepertinya tidak punya pilihan selain membatalkan janji. Rasul Paulus pernah mengalaminya.
PAULUS DITUDUH TIDAK PUNYA
PENDIRIAN
Pada 55 M, sewaktu Paulus berada di Efesus selama perjalanan utusan injilnya yang ketiga, dia bermaksud menyeberangi Laut Aegea
untuk pergi ke Korintus dan dari sana pergi ke Makedonia. Dalam perjalanannya kembali ke Yerusalem, dia berencana untuk mengunjungi sidang Korintus untuk yang kedua
kali, tampaknya untuk mengumpulkan sumbangan mereka bagi saudara-saudara di Yerusalem. (1 Kor. 16:3) Ini jelas dari 2 Korintus 1:
15, 16, yang berbunyi, ”Dengan keyakinan ini,
aku sebelumnya telah berniat untuk datang kepadamu, agar kamu memperoleh sukacita untuk kedua kalinya; setelah singgah kepadamu aku akan pergi ke Makedonia, dan datang
kembali kepadamu dari Makedonia dan diantar olehmu sampai sebagian dari perjalananku
ke Yudea.”
Kelihatannya dalam suratnya, Paulus sudah memberi tahu saudara-saudara di Korintus tentang rencananya ini. (1 Kor. 5:9)
MENARA PENGAWAL
Akan tetapi, tidak lama setelah menulis surat itu, Paulus mendengar dari anggota keluarga Khloe bahwa terjadi pertikaian serius di sidang itu. (1 Kor. 1:10, 11) Paulus memutuskan
untuk menyesuaikan rencananya, dan dia menulis surat yang kita kenal sekarang sebagai
1 Korintus. Dalam surat itu, Paulus dengan pengasih memberikan nasihat dan teguran. Dia
juga menyebutkan bahwa dia telah mengubah
rencana perjalanannya, dan memberi tahu mereka bahwa dia akan pergi ke Makedonia terlebih dahulu baru ke Korintus.—1 Kor. 16:5, 6.
Kelihatannya sewaktu saudara-saudara di
Korintus menerima suratnya, beberapa ’rasul
yang sangat hebat’ di sidang itu menuduhnya
plinplan, atau tidak punya pendirian, karena
tidak menepati janjinya. Untuk membela diri,
Paulus bertanya, ”Jadi, apabila aku mempunyai
niat demikian, aku tidak akan bertindak dengan sembarangan, bukan? Atau hal-hal apa
pun yang aku rencanakan, apakah aku merencanakannya menurut daging, sehingga padaku
ada ’Ya, Ya’ dan ’Tidak, Tidak’?”—2 Kor. 1:17;
11:5.
Kita mungkin bertanya: Dalam situasi ini,
apakah rasul Paulus memang ”bertindak dengan sembarangan”? Tentu saja tidak! Kata
yang diterjemahkan ”sembarangan” memiliki
makna plinplan, atau tidak bisa dipercaya dan
tidak berpegang pada janji. Pertanyaan retorik yang Paulus ajukan ”apakah aku merencanakannya menurut daging?” memaksudkan
bahwa dia mengubah rencananya bukan karena dia tidak bisa diandalkan. Dan, saudarasaudara di Korintus semestinya bisa mengerti
maksudnya.
Paulus dengan tegas menyanggah tuduhan
itu dengan menulis, ’Tetapi Allah dapat diandalkan, yaitu bahwa perkataan kami kepadamu bukan ”Ya namun Tidak”.’ (2 Kor. 1:18)
Jelaslah, Paulus mengubah perjalanannya karena memikirkan kesejahteraan saudara-saudari di Korintus. Di 2 Korintus 1:23, kita memTidak lama setelah menulis 1 Korintus, Paulus memang pergi ke Makedonia lewat Troas, tempat dia menulis 2 Korintus. (2 Kor. 2:12; 7:5) Belakangan, dia jadi pergi ke Korintus.
15 MARET 2014
baca bahwa Paulus mengubah rencananya
yang semula untuk pergi ke Korintus ’demi
menyayangkan mereka’, atau ’karena tidak
mau membuat hati mereka sedih’. (Bahasa Indonesia Masa Kini) Maka, ia memberi mereka
kesempatan untuk meluruskan masalahnya sebelum bertemu muka dengan mereka. Seperti
yang ia harapkan, sewaktu berada di Makedonia, Paulus mendengar dari Titus bahwa suratnya telah menggugah mereka untuk menyesal
dan bertobat. Dan, ia senang sekali mendengarnya.—2 Kor. 6:11; 7:5-7.
YESUS-LAH JAMINANNYA
Tuduhan bahwa Paulus plinplan bisa jadi
menyiratkan bahwa kalau dia tidak bisa menepati janji dalam urusan sehari-hari, berarti
dia juga tidak bisa dipercaya dalam penginjilannya. Namun, Paulus mengingatkan saudara-saudara di Korintus bahwa dia telah memberitakan Yesus Kristus kepada mereka. ”Putra
Allah, Kristus Yesus, yang diberitakan di antara kamu melalui kami, yaitu melalui aku, Silvanus, dan Timotius, tidak menjadi Ya namun Tidak, tetapi Ya telah menjadi Ya dalam hal dia.”
(2 Kor. 1:19) Apakah teladan yang Paulus ikuti,
Yesus Kristus, bisa dipercaya? Tentu saja! Dalam cara hidup dan pelayanannya, Yesus selalu
berkata benar. (Yoh. 14:6; 18:37) Jika apa yang
Yesus beritakan sepenuhnya benar dan dapat
dipercaya, dan Paulus menyatakan berita yang
sama, maka apa yang Paulus katakan juga bisa
dipercaya.
Tentu saja, Yehuwa adalah ”Allah kebenaran”. (Mz. 31:5) Kita bisa melihat ini dari apa
yang Paulus tulis selanjutnya, ”Tidak soal seberapa banyak janji-janji Allah, itu telah menjadi
Ya melalui dia,” yaitu melalui Kristus. Karena
selama di bumi Yesus memiliki reputasi yang
tak bercela, tidak ada alasan sama sekali untuk meragukan janji-janji Yehuwa. Paulus melanjutkan, ”Karena itu juga, melalui dia [Yesus]
’Amin’ diucapkan bagi kemuliaan Allah melalui kami.” (2 Kor. 1:20) Yesus adalah jaminan,
atau ”Amin”, bahwa setiap janji Allah Yehuwa
akan terwujud!
Sama seperti Yehuwa dan Yesus, Paulus selalu berkata benar. (2 Kor. 1:19) Ia tidak
31
plinplan, atau membuat janji ”menurut daging”. (2 Kor. 1:17) Sebaliknya, ia ”berjalan dengan roh”. (Gal. 5:16) Dalam berurusan dengan orang lain, ia memikirkan kesejahteraan
mereka. ”Ya” yang ia katakan berarti ”Ya”!
APAKAH ”YA” SAUDARA BERARTI ”YA”?
Unduh gratis majalah
ini dan bacaan lain
yang tersedia di
www.jw.org/id
Alkitab Terjemahan
Dunia Baru juga dapat
dibaca di Internet
Kunjungi
www.jw.org/id,
atau pindai kode
w14 03/15-IN
131203
Dewasa ini, orang-orang yang tidak hidup
sesuai dengan prinsip Alkitab biasanya membuat janji dan melanggarnya kalau ada masalah sepele atau ada sesuatu yang lebih menarik. Dalam dunia bisnis, ”ya” tidak selalu
berarti ”ya”, meskipun suatu perjanjian sudah
dibuat dalam bentuk tertulis. Banyak yang tidak lagi menganggap perkawinan sebagai ikatan seumur hidup, padahal itu juga perjanjian
antara dua pihak. Sebaliknya, angka perceraian yang mencuat menunjukkan bahwa banyak
yang memandang perkawinan hanya sebagai
hubungan biasa yang bisa dengan mudah dibubarkan.—2 Tim. 3:1, 2.
Bagaimana dengan Saudara? Apakah ”Ya”
Saudara berarti ”Ya”? Memang, seperti di bagian awal artikel ini, Saudara bisa jadi harus
membatalkan janji bukan karena Saudara tidak punya pendirian, melainkan karena keadaan di luar kendali. Tetapi sebagai orang
Kristen, jika Saudara membuat janji atau kesepakatan, Saudara harus berupaya memenuhinya. (Mz. 15:4; Mat. 5:37) Jika itu yang Saudara
lakukan, Saudara akan dikenal sebagai orang
yang bisa dipercaya, yang memegang kata-katanya, dan yang selalu berkata benar. (Ef. 4:
15, 25; Yak. 5:12) Jika orang-orang melihat bahwa Saudara bisa dipercaya dalam urusan sehari-hari, mereka mungkin akan lebih bersedia
mendengarkan ketika Saudara menceritakan
kepada mereka kebenaran tentang Kerajaan
Allah. Karena itu, marilah kita terus memastikan bahwa ”Ya” kita memang berarti ”Ya”!
Download