Peran Efek Analgesik Palonosetron terhadap Nyeri

advertisement
BERITA TERKINI
Peran Efek Analgesik Palonosetron
terhadap Nyeri terkait Injeksi Propofol
P
ropofol, salah satu agen induksi anestesi,
memiliki efek samping utama nyeri saat
injeksi intravena dilakukan. Kejadian
nyeri ini ditemukan pada sekitar 70% pasien1
dan membuat pasien menolak propofol
saat induksi anestesinya.1,2 Secara struktural,
propofol berbentuk mikroemulsi yang terdiri
atas dua sisi komponen. Sisi dalam partikel
mikroemulsi ini sangat larut lemak; terdiri atas
campuran minyak soya murni, minyak soya,
dan minyak safflower; dan terkadang dicampur
juga dengan trigliserida rantai sedang
(medium chain triglyceride, MCT). Sedangkan
sisi luar partikel mikroemulsi sangat larut air
dan dapat mengiritasi dinding pembuluh
darah sehingga menyebabkan nyeri.2
Salah satu mekanisme yang berperan pada
terjadinya nyeri adalah interaksi serotonin
(5-HT) dan reseptornya; interaksi ini dapat
meregulasi nociception dan antinociception.3
Mekanisme ini sesuai dengan fakta bahwa
reseptor 5-HT3 terdapat di ujung saraf di
berbagai tempat, baik di organ perifer
maupun sistem saraf pusat; termasuk di
neuron-neuron yang mengeluarkan mediator
nyeri. Contoh mediator nyeri yang dimaksud
adalah substansi P, atau Neurokinin-1 (NK1).
Substansi P ini bersifat unik karena selain dapat
menekan mual muntah secara lambat, juga
menjadi perantara nyeri neuropatik; misalnya
pada kasus fibromialgia dan neuropati
perifer.2 Selain efek antagonisme langsung
terhadap reseptor serotonin, salah satu 5-HT3
antagonist yaitu palonosetron pun pernah
dilaporkan memiliki efek agonis reseptor mu
(μ). Hal inilah yang diduga turut berkontribusi
pada efek analgesik palonosetron.1 Namun
karena perbedaan konsentrasi (densitas)
reseptor serotonin antara saraf yang satu
dan saraf lainnya, dosis yang dibutuhkan
agar mekanisme antinociception atau
analgesik dapat timbul setelah pemberian
5-HT3 antagonist dapat sangat bervariasi. Hal
inilah yang mengakibatkan hasil penelitian
Tabel 1 Distribusi skor nyeri
Nyeri ringan sampai berat (skala 1-3)
Nyeri sedang sampai berat (skala 2-3)
Kelompok N (n=40)
Kelompok P (n=40)
Nilai p
24 orang (60%)
11 orang (27,5%)
<0,01
<0,01
14 orang (35%)
1 orang (2,5%)
Skala 0 (tidak nyeri)
16 orang (40,0%)
29 orang (72,5%)
Skala 1 (nyeri ringan)
10 orang (25,0%)
10 orang (25,0%)
Skala 2 (nyeri sedang)
10 orang (25,0%)
1 orang (2,5%)
Skala 3 (nyeri berat)
4 orang (10,0%)
Tidak ada (0,0%)
terhadap efek analgesik dari 5-HT3 antagonist
tidak konsisten.3
Secara teoritis, karena kekuatan ikatan
palonosetron dan reseptor 5-HT3 lebih
besar daripada 5-HT3 antagonist generasi
sebelumnya,
diperkirakan
palonosetron
memiliki efek analgesik yang lebih baik. Hal
ini telah dicoba dibuktikan melalui sebuah uji
klinik di Korea Selatan.1
Dalam studi paralel ini, Ryu & Kim (2014)
membagi 80 pasien menjadi dua kelompok;
yaitu kelompok N (normal saline; NaCl 0,9%
2 mL, n=40) dan kelompok P (palonosetron
0,075 mg 2 mL, n=40). Normal saline atau
palonosetron diinjeksikan 1 menit sebelum
injeksi propofol (1%) sebanyak 25% dari
dosis total. Sebagai prasyarat, sejak 12 jam
sebelum pembedahan, semua pasien tidak
mendapatkan analgesik apapun. Nyeri
terkait injeksi propofol dinilai secara subjektif
berdasarkan sistem skor semikuantitatif (0 =
tidak nyeri, 1 = nyeri ringan, 2 = nyeri sedang
yang mengganggu, 3 = nyeri berat yang
sangat mengganggu), segera setelah injeksi
propofol dilakukan. Margin of superiority yang
diambil peneliti adalah selisih efektivitas
sebesar 30%.1
Berikut adalah distribusi skor nyeri dari kedua
kelompok tersebut (Tabel).1
Dari hasil uji klinik di atas, palonosetron
memberikan efek cukup baik dalam
penekanan nyeri terkait injeksi propofol, dibandingkan dengan injeksi NaCl 0,9%.
Beberapa penelitian pernah dilakukan
sehubungan dengan penggunaan 5-HT3
antagonist pada kasus nyeri injeksi propofol
dan jika ditinjau ulang, hasilnya cukup
konsisten. Misalnya dengan ondansetron 4 mg;
hanya 33,3% pasien yang masih mengeluhkan nyeri. Dengan ramosetron 0,3 mg; masih
ada 60% pasien yang masih mengeluhkan
nyeri. Sementara itu studi ini memperlihatkan
bahwa jumlah pasien yang masih mengeluh
nyeri mencapai 27,5%. Akan tetapi, belum
ada perbandingan antara berbagai 5-HT3
antagonist yang membandingkan efektivitas
peredaan nyeri terkait injeksi propofol
secara head-to-head. Perbaikan klinis oleh
palonosetron terhadap kasus-kasus nyeri terkait injeksi propofol ini diduga disebabkan oleh
afinitas ikatan palonosetron dengan reseptor
5-HT3 yang relatif kuat; dibantu dengan waktu
paruh yang panjang dan efek internalisasi
reseptor; sehingga inhibisi terhadap reseptor
5-HT3 lebih bersifat menetap.
Dengan hasil uji klinis ini, peneliti menggarisbawahi sifat unik palonosetron dalam
setting pembedahan; palonosetron efektif
untuk pengelolaan mual muntah pascabedah
baik fase akut maupun lambat, sekaligus
menurunkan keluhan nyeri terkait injeksi
propofol. (HLM)
REFERENSI:
1.
Ryu HB, Kim SJ. Analgesic effects of palonosetron in the intravenous propofol injection. Korean J Anesthesiol.2014;66(2):99-104.
2.
Mantyh P. Neurobiology of substance P and the NK1 receptor. J Clin Psychiatry.2002;63 (Suppl 11):6-10.
3.
Späth M. Current experience with 5-HT3 receptor antagonists in fibromyalgia. Rheum Dis Clin North Am.2002;28(2):319-28.
CDK-220/ vol. 41 no. 9, th. 2014
695
Download