E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1) HUBUNGAN DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PENGOBATAN PASIEN KUSTA FAMILY PSYCHOSOCIAL SUPPORT RELATIONSHIP WITH TREATMENT COMPLIANCE LEPROSY PATIENTS Ferdinan Christian Papuling, Joksan Huragana, Nursalam. Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon ABSTRAK Latar belakang.Dukungan Psikososial keluarga adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan diantaranya pada pasien kusta.persepsi dan dukungan keluarga yang baik akan mempengaruhi pengobatan pasien kusta.Tujuan penelitian ini adalah dianalisanya hubungan dukungan psikososial keluarga dengan kepatuhan pengobatan pasien kusta di Puskesmas Paceda Kota Bitung.Metode. Penelitian ini menggunakan metode cross sectionaldimana untukmengetahui hubungan dukungan psikososial keluarga dengan kepatuhan pengobatanpasien kusta di Puskesmas Paceda Kota Bitung. Penelitian ini menggunakan kuesionerdukungan psikososial keluarga dengan kepatuhan pengobatan pasien kusta. Sampel yang digunakan adalah 30 respondenpasien kusta di Puskesmas Paceda Kota Bitung. Analisa data menggunakan Spermans rho. Hasil penelitian. Uji statistik Spermans rho menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan psikososial keluarga dengan kepatuhan pengobatan pasien kusta di Puskesmas Paceda Kota Bitung dengan nilai = 0,000< α 0,05dan nilai koefisien korelasi r= 0,737 yang berarti ada hubungan antara dukungan psikososial keluarga dengan kepatuhan pengobatan pasien kusta. Kesimpulan. Ada hubungan dukungan psikososial keluarga dengan kepatuhan pengobatan pasien kusta di Puskesmas Paceda Kota Bitung. Saran.Disarankan agar dapat mengembangkan dukungan psikososial keluarga sebagai salah satu kekuatan untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien kusta selain penguatan dari faktor lain seperti dukungan petugas kesehatan dan pendekatan kepada individu itu sendiri. Kata kunci : Dukungan psikososial keluarga, kepatuhan pengobatan, Pasien kusta ABSTRACT Background. Family psychosocial support one of the factors that influence treatment adherence among the lepers. perception and good family support will affect the treatment of leprosy patients. The purpose of this study. is analyzed of the relationship the family psychosocial supportwith treatment adherence lepers in Publik health center Paceda Bitung Town. Method. This study used a cross-sectional method in which to determine the relationship of family psychosocial supportwith medication adherencelepers in Publik health center Paceda Bitung Town. This study used a questionnaire offamily psychosocial supportwith leprosy patient treatment compliance. The samples used were 30 respondents lepers at Publik health centers Paceda Bitung .were analyzed using Spermans rho. Research result. Statistical test Spermans rho shows that there is a significant relationship between family psychosocial supportwith medication adherence leprosy patients in Publik health centers Paceda Bitung Town with significant ρ = 0.000 <α 0.05 and correlation coefficient r = 0,737, which means that there is a relationship between family psychosocial supportwith leprosy patient treatment compliance. Conclusion. There is a relationship of the family psychosocial supportwith treatment adherence lepers in Publik health center Paceda Bitung Town. Suggestions. It is recommended that in order to develop family psychosocial supportas one of the power to improve treatment adherence lepers besides other factors such as the strengthening of health workers and support the individual's own approach. Keywords: Family psychosocial support, treatment adherence, lepers PENDAHULUAN Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Selain menimbulkan masalah kesehatan penyakit kusta juga dapat menimbulkan masalah sosial, maka penanganan pasien kusta harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu (Depkes RI, 2007).Program pengendalian 59 E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1) penyakit kusta di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1951. Kemudian tahun 1982 sesuai rekomendasi WHO Indonesia mulai menggunakan Obat Kombinasi Multidrug Therapy (MDT), yakni kombinasi obat DDS (Diamino difenil sulfon) , Rifampicin, dan clofacimin. WHO telah menyiapkan obat MDT dalam kemasan blister pack untuk tipe Multi Basiler (MB) dan Pauci Basiler (PB) dengan lama pengobatan untuk tipe MB selama 12-18 Bulan dan pengobatan tipe PB 6-9 bulan (Depkes RI, 2007). Propinsi Sulawesi Utara menempati peringkat ke 6 penyumbang kusta baru secara Nasional, dengan penemuan kasus baru tahun 2011 menjadi 392 kasus, tipe PB sebanyak 50 kasus dan untuk tipe MB sebanyak 342 kasus (Laporan P2 Kusta Dinkes Propinsi Sulut, 2014) . Dari 15 kabupaten dan kota yang ada di Sulawesi Utara , Kota Bitung menempati peringkat ke 3 terbanyak setelah Kabupaten Minahasa Utara dan Bolaang Mongondouw. Dengan penemuan kasus kusta baru Tahun 2011 yakni , 66 pasien kasus Kusta tipe MB (CDR : 35/100.000 penduduk). Tahun 2012 kasus pasien Kusta meningkat dengan jumlah tipe MB 74 Kasus dan pasien tipe PB 3 (CDR : 41/100.000 penduduk). (Laporan P2 Kusta Dinkes Kota Bitung, 2014) Kecamatan Madidir termasuk wilayah kerja Puskesmas Paceda yang merupakan salah satu dari 9 kecamatan dikota Bitung dengan jumlah pasien kusta terbanyak yakni tahun 2011 jumlah pasien kusta tipe MB sebanyak 11 (30/100.000 penduduk) kasus dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 15 (40/100.000 penduduk) Kasus pasien Kusta tipe MB dan tahun 2013 tercatat 14 (40/100.000 penduduk) pasien kusta tipe MB yang menjalani pengobatan dan tahun 2014 sampai dengan triwulan III tercatat 15 pasien yang sementara menjalani pengobatan kusta Tipe MB. (Laporan P2 Kusta Puskesmas Paceda Kecamatan Madidir, 2014). Namun tingginya angka penemuan tidak dibarengi dengan kepatuhan berobat yang baik. Hasil laporan kohort kasus pasien kusta yang diobati tahun 2011 tercatat 1 pasien Drop out dan 3 pasien yang tidak teratur dalam pengobatan, tahun 2012 tercatat 7 pasien yang tidak teratur menjalani pengobatan dan tahun 2013 tercatat 1 pasien drop out dan 3 pasien yang tidak teratur menjalani pengobatan. Tentunya ini akan berdampak pada kesinambungan pengobatan. Tujuan dari pengobatan itu sendiri adalah untuk membunuh kuman kusta sehingga dengan hancurnya kuman maka sumber penularan dari pasien terutama tipe MB ke orang lain akan terputus.Bila pasien kusta tidak minum obat secara teratur, maka kuman kusta akan menjadi aktif kembali, sehingga akan menimbulkan gejala-gejala baru pada kulit dan saraf yang dapat memperburuk keadaan. (Depkes RI, 2007). Sacket (dalam Niven, 2002), mendefinisikan kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Menurut Niven (2002) bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi kepatuhan, adalah : Pasien atau individu , Keyakinan, Dukungan keluarga, Dukungan sosial, dan dukungan petugas kesehatan. Dukungan Keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan berobat .Shives (2005) keluarga adalah sekelompok individu yang saling berinteraksi, memberikan dukungan dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam melakukan berbagai fungsi dasar. Bentuk dukungan yang bisa diberikan oleh keluarga adalah dukungan psikososial. Dukungan Psikologis atau emosional keluarga merupakan bentuk atau jenis dukungan yang diberikan keluarga dalam bentuk memberikan perhatian, kasih sayang dan empati (Bomar, 2004). Menurut Fredman (2010), dukungan emosional merupakan fungsi afektif keluarga yang harus diterapkan kepada seluruh anggota keluarga. Fungsi afektif merupakan fungsi internal keluarga dalam memenuhi kebutuhan psikososial anggota keluarga dengan saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, dan saling mendukung dan menghargai antar anggota keluarga.Tujuan penelitian ini adalah menganalisa hubungan dukungan psikososial keluraga dengan kepatuhan pengobatan pasien kusta di Puskesmas Paceda Kota Bitung. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metode penelitiancross sectional, sampel yang digunakan adalah semua pasien kusta di Puskesmas Paceda yang diobati berjumlah 30 pasien. Pengukuran data dilakukan pada variabel independen (dukungan psikososial keluarga) dan variabel dependen (kepatuhan pengobatan pasien kusta). Instrumen dalam penelitian ini adalah Kuesioner yang berisi pertanyaan dukungan psikososial keluarga dan kepatuhan pengobatan pasien kusta. Analisis statistik menggunakan uji spermans rho dengan tingkat kemaknaan <(α) 0,05. 60 E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1) A. HASIL PENELITIAN Analisa Univariat Karakteristik demografi respoden Gambar 1. Karakteristik responden berdasarkan umur, Pasien kusta di Puskesmas Paceda Bulan Januari-Februari 2015. Berdasarkan gambar diatas, menunjukan bahwa sebagian besar responden dengan umur31-40 tahun yaitu 10 orang (33,3%), responden dengan umur 18-30 tahun terdapat 9orang (30%) ,reponden dengan umur 41 - 50 tahun terdapat 3 responden (10%) dan responden dengan umur diatas 51 Tahun terdapat 8 responden (26,7%). Perempuan 10 33,3% Laki-laki 20, 66,7% Gambar 2. Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin, Pasien kusta di Puskesmas Paceda Bulan Januari-Februari 2015. Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan bahwadari 30 responden sebagian besar adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu20 orang (67%), dan 10 orang responden perempuan (33,3%). Diploma III 2, 6,7% SMP 3 10% SMA 25 83,3% Gambar 2. Karakteristik responden berdasarkan Tingkat Pendidikan, Pasien kusta di Puskesmas Paceda Bulan Januari-Februari 2015. 61 E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1) Berdasarkan gambar diatas, menunjukan bahwa sebagian besar responden dengan tingkat Pendidikan SMA 25 responden (83,3%), responden dengan tingkat Pendidikan SMP 3 responden (10%) dan responden dengan Pendidikan terakhir DIII 2 responden(7%). Nelayan Sopir 3 2, 10% 6,7% Tukang 4, 13,3% Swasta 13 43,3% Mahasiswa 1 3,3% PNS 2 6,7% IRT 5 16,7% Gambar 2. Karakteristik responden berdasarkan Jenis Pekerjaan, Pasien kusta di Puskesmas Paceda Bulan Januari-Februari 2015. Berdasarkan gambar diatasmenunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan Pekerjaan Swasta 13 responden (43,3%), responden dengan Pekerjaan IRT 5 responden (16,7%) dan responden dengan Pekerjaan Tukang 4 responden (13,3%), responden dengan pekerjaan Sopir 2 responden (6,7%), responden dengan pekerjaan Nelayan 3 responden (10,0%), responden dengan pekerjaan PNS 2 responden (6,7%) dan responden dengan pekerjaan Mahasiswa 1 responden(3,3%). Deskripsi variabel penelitian Gambar 2. Dukungan psikososial keluarga, Pasien kusta di Puskesmas Paceda Bulan Januari-Februari 2015. Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa dukungan psikososial keluarga dari 30 responden sebagaian besar mendukung yakni sebanyak 23 (76,7%) responden dan tidak mendukung sebanyak 7 (23%) responden. Gambar 2. Kepatuhan pengobatanpasien kusta di Puskesmas Paceda Bulan Januari-Februari 2015. 62 E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1) Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa kepatuhan pengobatan pasien kusta dari 30 responden sebagaian besar patuh yakni B. sebanyak 22 responden (73,3%) dan tidak patuh sebesar 8 responden (26,7%). Analisa Bivariat Tabel 1 Hasil Uji Statistik Hubungan Dukungan Psikososial Keluarga dengan Kepatuhan Pengobatan Pasien Kusta di Puskesmas Paceda Kota Bitung . Dukungan Keluarga Psikososial Kepatuhan berobat pasien Tidak Patuh Patuh n % n % Total N % Tidak Mendukung 6 85,7 1 14,3 7 100 Mendukung 2 8,7 21 91,3 23 100 Total 8 26,7 22 73,3 30 100 Koefisien korelasi spearman rho (r) = 0,737(nilai r 0,60-0,799 = Kuat Positif) Signifikansi p=0,000 (< α 0,05) Dari hasil perhitungan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < α (0,05) maka Ha diterima. Artinya terdapat hubungan antara dukungan psikososial keluarga dengan kepatuhan pengobatan pasien kusta di Puskesmas Paceda Kota Bitung. Hubungan ini ditunjukan dengan nilai korelasi sebesar 0,737 .Nilai ini berada antara 0,60-0,799 yang berarti korelasi memiliki tingkat hubungan yang kuat (Positif). (Sugiyono, 2012). PEMBAHASAN Sesuai hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan psikososial keluarga dengan kepatuhan pengobatan pasien kusta di Puskesmas Paceda Kota Bitung dengan memperhatikan hasil uji statistik spearmans rho ada korelasi yang signifikan dan positif. Hubungan ini ditunjukan dengan nilai korelasi sebesar 0,737 .Nilai ini berada antara 0,60-0,799 yang berarti korelasi memiliki tingkat hubungan yang kuat . Dengan taraf signifikansi untuk hipotesis sebesar 0,000 pada tingkat kepercayaan 0,05 atau 95% dimana nilai p = 0,000 < α (0,05) yang berarti Ha diterima. Berdasarkan pendapat penulis, dukungan keluarga yang baik akan menimbulkan kepercayaan diri pasien kusta untuk menghadapi penyakitnya, sehingga mau mengikuti saran dari keluarganya sehingga keluarga juga dapat mengawasi dan menasehati agar pasien dapat berobat secara teratur. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu Penelitian Toha (2007) tentang hubungan persepsi dukungan keluarga dengan kepatuhan Penderita penyakit kusta dalam menjalani pengobatan Multi Drungs Therapy (MDT), menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara persepsi dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat Penderita kusta dalam menjalani pengobatan MDT yakni dengan nilai p=0,018. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Khotifah (2014) tentang hubungan antara dukungan keluarga dan peran petugas kesehatan dengan kepatuhan minum obat kusta menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat kusta yakni dengan nilai p=0,001. Hasil penelitian Afifah (2014) tentang Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Drop Out Pengobatan Penderita Kusta Tipe MB menunjukkan bahwa dukungan keluarga berhubungan dengan drop out pengobatan pasien kusta, dengan hasil analisis nilai p= 0,030. Hasil Penelitian Hutabarat (2007) tentang Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Kusta di Kabupaten Asahan juga menunjukkan bahwa peran keluarga berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat pasien kusta dengan hasil analisis nilai p=0,031. 63 E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1) Menurut Pender, et al (2002, Dalam Bomar 2004), family support system (sistem dukungan keluarga) merupakan suatu system pendukung yang diberikan oleh keluarga terhadap anggota keluarga dalam rangka mempertahankan identitas sosial anggota keluarga, memberikan dukungan emosional, bantuan materil, memberikan informasi dan pelayanan, dan memfasilitasi anggota keluarga dalam membuat kontak sosial baru dengan masyarakat.. Menurut Shives (2005) keluarga adalah sekelompok individu yang saling berinteraksi, memberikan dukungan dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam melakukan berbagai fungsi dasar. Friedman (1998, dalam Padila, 2012) mengemukanan ada lima fungsi dasar Keluarga diantaranya adalah Fungsi Afektif yang berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang bahagia.Anggota keluarga mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang.Reinforcement dan support dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima dan mendukung. Setiap anggota keluarga yang mendapat kasih sayang dan dukungan, maka kemampuannya untuk memberi akan meningkat sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan yang baik dalam keluarga tersebut akan menjadi dasar dalam membina hubungan dengan orang lain diluar keluarga. Berkaiatan dengan kepatuhan pengobatan pasien kusta, maka pendapat niven (2002) dukungan keluarga adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan,dukungan keluarga merupakan bagian dari Penderita yang paling dekat dan tidak dapat di pisahkan. Penderitaakan merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya. Karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi dan mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta pasien mau menuruti saran-saran yang di berikan oleh keluarga untuk menunjang pengelolahan penyakitnya. KESIMPULAN 1. Sebagian besar dukungan psikososial keluargadalam kategorimendukung. 2. Sebagian besarkepatuhan pengobatan pasien kusta dalam kategori patuh. 3. Ada hubungan yang antara dukungan psikososial keluarga dengan kepatuhan pengobatan pasien kusta di Puskesmas Paceda Kota Bitung. Keluarga yang mendukung dalam pengobatan akan meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien kusta SARAN faktor –faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan pasien Ada faktorfaktor lain misalnya faktor individu, dukungan sosial masyarakat dan dukungan petugas kesehatan yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 1. Hasil penelitian ini memberikan masukan yang berharga bagi keperawatan keluarga baik yang ada di klinik maupun di institusi pendidikan keperawatan bahwa dukungan psikososial keluarga adalah salah satu faktor yang mempengaruhi dalam kepatuhan pengobatan pasien diantaranya pasien kusta yang memiliki masalah yang kompleks baik dari kepatuhan pengobatan maupun masalah sosial, sehingga penguatan dukungan dari keluarga akan mampu meningkatkan kepercayaan diri pasien kusta untuk mengahadapi penyakitnya , sehingga mau mengikuti saran dari keluarga dan keluarga juga dapat mengawasi jalannya pengobatan.Didalam skripsi ini masih merupakan sebagian saja 2. Setelah mengetahui hasil penelitian ini menjadi bahan masukan untuk lebih meningkatkan peranan keluarga didalam pengobatan pasien kusta di Puskesmas Paceda Kota Bitung. Karena perhatian dan dukungan dari keluarga akan sangat membantu dalam pengobatan pasien kusta. Bagi penulis penelitian ini akan menambah wawasan dan kualitas pelayanan sebagai perawat. 64 E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1) DAFTAR PUSTAKA Afifah Nurul (2014). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Drop Out Pengobatan Penderita Kusta Tipe MB. Artikel dipulikasikan. Fakultas Ilmu Keolahragaan.Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang. diakes dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujp h/pdf. Diakses tanggal 19 Maret 2015 http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345 6789/6740/1/057023003.pdf. Diakses tanggal 23 Maret 2015 Depkes RI (2007). Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta. Dirjen PPPL. Friedman (2010). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. Ed 5. EGC. Jakarta Bomar P.J (2004). Promoting Health in families : appliying family research and theori to nursing practice, 3 rd ed . Philadhelpia : Library of Congress in publication Data. Ma”rifatul Khotimah (2014).Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Peran Petugas Kesehatan Dengan Kepatuhan Minum Obat Kusta. Artikel dipulikasikan. Fakultas Ilmu Keolahragaan.Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang. diakes dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujp h/pdf. Diakses tanggal 19 Maret 2015 Basaria Hutabarat (2007). Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Kusta di Kabupaten Asahan.Tesis dipulikasikan. Fakultas Ilmu Keolahragaan.Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang. diakes dari Sugiyono (2012).Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung Niven Neil (2002). Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain. Ed 2.EGC. Jakart Padila (2012).Buku Ajar Keperawatan Keluarga.Nuha Medika.Yogyakarta Toha Mochamad (2007). Hubungan Persepsi Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Penderita Penyakit Kusta Dalam Menjalani Pengobatan MDT. dari (http://eprints.undip.ac.id/38117/)diaks es tgl 19 maret 2015. Shives L.R (2005). Basic Concepts of psychiatric-mental heath nursing.Lippincott.William Wilkins. 65