E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1) 59

advertisement
E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1)
HUBUNGAN DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PENGOBATAN
PASIEN KUSTA
FAMILY PSYCHOSOCIAL SUPPORT RELATIONSHIP WITH TREATMENT COMPLIANCE
LEPROSY PATIENTS
Ferdinan Christian Papuling, Joksan Huragana, Nursalam.
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
ABSTRAK
Latar belakang.Dukungan Psikososial keluarga adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi kepatuhan pengobatan diantaranya pada pasien kusta.persepsi dan dukungan
keluarga yang baik akan mempengaruhi pengobatan pasien kusta.Tujuan penelitian ini adalah
dianalisanya hubungan dukungan psikososial keluarga dengan kepatuhan pengobatan pasien
kusta di Puskesmas Paceda Kota Bitung.Metode. Penelitian ini menggunakan metode cross
sectionaldimana untukmengetahui hubungan dukungan psikososial keluarga dengan kepatuhan
pengobatanpasien kusta di Puskesmas Paceda Kota Bitung. Penelitian ini menggunakan
kuesionerdukungan psikososial keluarga dengan kepatuhan pengobatan pasien kusta. Sampel
yang digunakan adalah 30 respondenpasien kusta di Puskesmas Paceda Kota Bitung. Analisa
data menggunakan Spermans rho. Hasil penelitian. Uji statistik Spermans rho menunjukan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan psikososial keluarga dengan kepatuhan
pengobatan pasien kusta di Puskesmas Paceda Kota Bitung dengan nilai = 0,000< α 0,05dan nilai
koefisien korelasi r= 0,737 yang berarti ada hubungan antara dukungan psikososial keluarga
dengan kepatuhan pengobatan pasien kusta. Kesimpulan. Ada hubungan dukungan psikososial
keluarga dengan kepatuhan pengobatan pasien kusta di Puskesmas Paceda Kota Bitung.
Saran.Disarankan agar dapat mengembangkan dukungan psikososial keluarga sebagai salah satu
kekuatan untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien kusta selain penguatan dari faktor
lain seperti dukungan petugas kesehatan dan pendekatan kepada individu itu sendiri.
Kata kunci : Dukungan psikososial keluarga, kepatuhan pengobatan, Pasien kusta
ABSTRACT
Background. Family psychosocial support one of the factors that influence treatment adherence
among the lepers. perception and good family support will affect the treatment of leprosy patients.
The purpose of this study. is analyzed of the relationship the family psychosocial supportwith
treatment adherence lepers in Publik health center Paceda Bitung Town. Method. This study used
a cross-sectional method in which to determine the relationship of family psychosocial supportwith
medication adherencelepers in Publik health center Paceda Bitung Town. This study used a
questionnaire offamily psychosocial supportwith leprosy patient treatment compliance. The
samples used were 30 respondents lepers at Publik health centers Paceda Bitung .were analyzed
using Spermans rho. Research result. Statistical test Spermans rho shows that there is a
significant relationship between family psychosocial supportwith medication adherence leprosy
patients in Publik health centers Paceda Bitung Town with significant ρ = 0.000 <α 0.05 and
correlation coefficient r = 0,737, which means that there is a relationship between family
psychosocial supportwith leprosy patient treatment compliance. Conclusion. There is a relationship
of the family psychosocial supportwith treatment adherence lepers in Publik health center Paceda
Bitung Town. Suggestions. It is recommended that in order to develop family psychosocial
supportas one of the power to improve treatment adherence lepers besides other factors such as
the strengthening of health workers and support the individual's own approach.
Keywords: Family psychosocial support, treatment adherence, lepers
PENDAHULUAN
Penyakit kusta merupakan salah satu
jenis penyakit menular yang masih menjadi
masalah kesehatan di Indonesia. Selain
menimbulkan masalah kesehatan penyakit
kusta juga dapat menimbulkan masalah sosial,
maka penanganan pasien kusta harus
dilakukan secara menyeluruh dan terpadu
(Depkes RI, 2007).Program pengendalian
59
E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1)
penyakit kusta di Indonesia telah dilaksanakan
sejak tahun 1951.
Kemudian tahun 1982
sesuai rekomendasi WHO Indonesia mulai
menggunakan Obat Kombinasi Multidrug
Therapy (MDT), yakni kombinasi obat DDS
(Diamino difenil sulfon) , Rifampicin, dan
clofacimin. WHO telah menyiapkan obat MDT
dalam kemasan blister pack untuk tipe Multi
Basiler (MB) dan Pauci Basiler (PB) dengan
lama pengobatan untuk tipe MB selama 12-18
Bulan dan pengobatan tipe PB 6-9 bulan
(Depkes RI, 2007).
Propinsi Sulawesi Utara menempati
peringkat ke 6 penyumbang kusta baru secara
Nasional, dengan penemuan kasus baru tahun
2011 menjadi 392 kasus, tipe PB sebanyak 50
kasus dan untuk tipe MB sebanyak 342 kasus
(Laporan P2 Kusta Dinkes Propinsi Sulut, 2014)
. Dari 15 kabupaten dan kota yang ada di
Sulawesi Utara , Kota Bitung menempati
peringkat ke 3 terbanyak setelah Kabupaten
Minahasa Utara dan Bolaang Mongondouw.
Dengan penemuan kasus kusta baru Tahun
2011 yakni , 66 pasien kasus Kusta tipe MB
(CDR : 35/100.000 penduduk). Tahun 2012
kasus pasien Kusta meningkat dengan jumlah
tipe MB 74 Kasus dan pasien tipe PB 3 (CDR :
41/100.000 penduduk). (Laporan P2 Kusta
Dinkes Kota Bitung, 2014)
Kecamatan Madidir termasuk wilayah
kerja Puskesmas Paceda yang merupakan
salah satu dari 9 kecamatan dikota Bitung
dengan jumlah pasien kusta terbanyak yakni
tahun 2011 jumlah pasien kusta tipe MB
sebanyak 11 (30/100.000 penduduk) kasus dan
meningkat pada tahun 2012 menjadi 15
(40/100.000 penduduk) Kasus pasien Kusta
tipe MB dan
tahun 2013 tercatat 14
(40/100.000 penduduk) pasien kusta tipe MB
yang menjalani pengobatan dan tahun 2014
sampai dengan triwulan III tercatat 15 pasien
yang sementara menjalani pengobatan kusta
Tipe MB. (Laporan P2 Kusta Puskesmas
Paceda Kecamatan Madidir, 2014). Namun
tingginya angka penemuan tidak dibarengi
dengan kepatuhan berobat yang baik. Hasil
laporan kohort kasus pasien kusta yang diobati
tahun 2011 tercatat 1 pasien Drop out dan 3
pasien yang tidak teratur dalam pengobatan,
tahun 2012 tercatat 7 pasien yang tidak teratur
menjalani pengobatan dan tahun 2013 tercatat
1 pasien drop out dan 3 pasien yang tidak
teratur menjalani pengobatan. Tentunya ini
akan
berdampak
pada
kesinambungan
pengobatan. Tujuan dari pengobatan itu sendiri
adalah untuk membunuh kuman kusta
sehingga dengan hancurnya kuman maka
sumber penularan dari pasien terutama tipe MB
ke orang lain akan terputus.Bila pasien kusta
tidak minum obat secara teratur, maka kuman
kusta akan menjadi aktif kembali, sehingga
akan menimbulkan gejala-gejala baru pada kulit
dan saraf yang dapat memperburuk keadaan.
(Depkes RI, 2007). Sacket (dalam Niven,
2002), mendefinisikan kepatuhan pasien
sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai
dengan ketentuan yang diberikan oleh petugas
kesehatan. Menurut Niven (2002) bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi kepatuhan, adalah :
Pasien atau individu , Keyakinan, Dukungan
keluarga, Dukungan sosial, dan dukungan
petugas kesehatan.
Dukungan Keluarga merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan
berobat .Shives (2005) keluarga adalah
sekelompok individu yang saling berinteraksi,
memberikan
dukungan
dan
saling
mempengaruhi satu
sama
lain
dalam
melakukan berbagai fungsi dasar. Bentuk
dukungan yang bisa diberikan oleh keluarga
adalah dukungan psikososial. Dukungan
Psikologis atau emosional keluarga merupakan
bentuk atau jenis dukungan yang diberikan
keluarga dalam bentuk memberikan perhatian,
kasih sayang dan empati (Bomar, 2004).
Menurut Fredman (2010), dukungan emosional
merupakan fungsi afektif keluarga yang harus
diterapkan kepada seluruh anggota keluarga.
Fungsi afektif merupakan fungsi internal
keluarga
dalam
memenuhi
kebutuhan
psikososial anggota keluarga dengan saling
mengasuh, cinta kasih, kehangatan, dan saling
mendukung dan menghargai antar anggota
keluarga.Tujuan
penelitian
ini
adalah
menganalisa hubungan dukungan psikososial
keluraga dengan kepatuhan pengobatan pasien
kusta di Puskesmas Paceda Kota Bitung.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode
penelitiancross
sectional,
sampel
yang
digunakan adalah semua pasien kusta di
Puskesmas Paceda yang diobati berjumlah 30
pasien. Pengukuran data dilakukan pada
variabel independen (dukungan psikososial
keluarga) dan variabel dependen (kepatuhan
pengobatan pasien kusta). Instrumen dalam
penelitian ini adalah Kuesioner yang berisi
pertanyaan dukungan psikososial keluarga dan
kepatuhan pengobatan pasien kusta. Analisis
statistik menggunakan uji spermans rho dengan
tingkat kemaknaan <(α) 0,05.
60
E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1)
A.
HASIL PENELITIAN
Analisa Univariat
Karakteristik demografi respoden
Gambar 1. Karakteristik responden berdasarkan umur, Pasien kusta di
Puskesmas Paceda Bulan Januari-Februari 2015.
Berdasarkan gambar diatas, menunjukan
bahwa sebagian besar responden dengan
umur31-40 tahun yaitu 10 orang (33,3%),
responden dengan umur 18-30 tahun terdapat
9orang (30%) ,reponden dengan umur 41 - 50
tahun terdapat 3 responden (10%) dan
responden dengan umur diatas 51 Tahun
terdapat 8 responden (26,7%).
Perempuan
10
33,3%
Laki-laki
20,
66,7%
Gambar 2. Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin, Pasien kusta
di
Puskesmas
Paceda
Bulan
Januari-Februari
2015.
Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan
bahwadari 30 responden sebagian besar
adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu20 orang
(67%), dan 10 orang responden perempuan
(33,3%).
Diploma III
2,
6,7%
SMP
3
10%
SMA
25
83,3%
Gambar 2.
Karakteristik responden berdasarkan Tingkat Pendidikan,
Pasien kusta di Puskesmas Paceda Bulan Januari-Februari
2015.
61
E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1)
Berdasarkan gambar diatas, menunjukan
bahwa sebagian besar responden dengan
tingkat Pendidikan SMA
25 responden
(83,3%), responden dengan tingkat Pendidikan
SMP 3 responden (10%) dan responden
dengan
Pendidikan
terakhir
DIII
2
responden(7%).
Nelayan
Sopir
3
2,
10%
6,7%
Tukang
4,
13,3%
Swasta
13
43,3%
Mahasiswa
1
3,3%
PNS
2
6,7%
IRT
5
16,7%
Gambar 2.
Karakteristik responden berdasarkan Jenis Pekerjaan, Pasien
kusta di Puskesmas Paceda Bulan Januari-Februari 2015.
Berdasarkan gambar diatasmenunjukkan
bahwa sebagian besar responden dengan
Pekerjaan Swasta 13 responden
(43,3%),
responden dengan Pekerjaan IRT 5 responden
(16,7%) dan responden dengan Pekerjaan
Tukang 4 responden (13,3%), responden
dengan pekerjaan Sopir 2 responden (6,7%),
responden dengan pekerjaan Nelayan 3
responden
(10,0%),
responden
dengan
pekerjaan PNS 2 responden (6,7%)
dan
responden dengan pekerjaan Mahasiswa 1
responden(3,3%).
Deskripsi variabel penelitian
Gambar 2. Dukungan psikososial keluarga, Pasien kusta di Puskesmas
Paceda Bulan Januari-Februari 2015.
Berdasarkan gambar diatas menunjukkan
bahwa dukungan psikososial keluarga dari 30
responden sebagaian besar mendukung yakni
sebanyak 23 (76,7%) responden dan tidak
mendukung sebanyak 7 (23%) responden.
Gambar 2. Kepatuhan pengobatanpasien kusta di Puskesmas Paceda Bulan
Januari-Februari 2015.
62
E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1)
Berdasarkan gambar diatas menunjukkan
bahwa kepatuhan pengobatan pasien kusta
dari 30 responden sebagaian besar patuh yakni
B.
sebanyak 22 responden (73,3%) dan tidak
patuh sebesar 8 responden (26,7%).
Analisa Bivariat
Tabel 1 Hasil Uji Statistik Hubungan Dukungan Psikososial Keluarga dengan
Kepatuhan Pengobatan Pasien Kusta di Puskesmas Paceda Kota
Bitung .
Dukungan
Keluarga
Psikososial
Kepatuhan berobat pasien
Tidak Patuh
Patuh
n
%
n
%
Total
N
%
Tidak Mendukung
6
85,7
1
14,3
7
100
Mendukung
2
8,7
21
91,3
23
100
Total
8
26,7
22
73,3
30
100
Koefisien korelasi spearman rho (r) = 0,737(nilai r 0,60-0,799 = Kuat Positif)
Signifikansi p=0,000 (< α 0,05)
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,000 < α (0,05) maka Ha
diterima. Artinya terdapat hubungan antara
dukungan
psikososial
keluarga
dengan
kepatuhan pengobatan pasien kusta di
Puskesmas Paceda Kota Bitung. Hubungan ini
ditunjukan dengan nilai korelasi sebesar 0,737
.Nilai ini berada antara 0,60-0,799 yang berarti
korelasi memiliki tingkat hubungan yang kuat
(Positif). (Sugiyono, 2012).
PEMBAHASAN
Sesuai hasil analisis data menunjukkan
bahwa ada hubungan dukungan psikososial
keluarga dengan kepatuhan pengobatan pasien
kusta di Puskesmas Paceda Kota Bitung
dengan memperhatikan hasil uji statistik
spearmans rho ada korelasi yang signifikan
dan positif. Hubungan ini ditunjukan dengan
nilai korelasi sebesar 0,737 .Nilai ini berada
antara 0,60-0,799 yang berarti korelasi memiliki
tingkat hubungan yang kuat . Dengan taraf
signifikansi untuk hipotesis sebesar 0,000 pada
tingkat kepercayaan 0,05 atau 95% dimana
nilai p = 0,000 < α (0,05) yang berarti Ha
diterima.
Berdasarkan pendapat penulis, dukungan
keluarga yang baik akan menimbulkan
kepercayaan diri
pasien kusta untuk
menghadapi penyakitnya, sehingga mau
mengikuti saran dari keluarganya sehingga
keluarga
juga
dapat
mengawasi
dan
menasehati agar pasien dapat berobat secara
teratur.
Hasil ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya yaitu Penelitian Toha (2007)
tentang hubungan persepsi dukungan keluarga
dengan kepatuhan Penderita penyakit kusta
dalam menjalani pengobatan Multi Drungs
Therapy (MDT), menunjukkan ada hubungan
yang signifikan antara persepsi dukungan
keluarga dengan kepatuhan berobat Penderita
kusta dalam menjalani pengobatan MDT yakni
dengan nilai p=0,018. Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian Khotifah (2014)
tentang hubungan antara dukungan keluarga
dan peran petugas kesehatan dengan
kepatuhan minum obat kusta menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan minum
obat kusta yakni dengan nilai p=0,001.
Hasil penelitian Afifah (2014) tentang
Faktor-Faktor yang berhubungan dengan
Kejadian Drop Out Pengobatan Penderita
Kusta Tipe MB menunjukkan bahwa dukungan
keluarga berhubungan dengan drop out
pengobatan pasien kusta, dengan hasil analisis
nilai p= 0,030.
Hasil Penelitian Hutabarat (2007) tentang
Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal
Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita
Kusta di Kabupaten Asahan juga menunjukkan
bahwa peran keluarga berpengaruh terhadap
kepatuhan minum obat pasien kusta dengan
hasil analisis nilai p=0,031.
63
E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1)
Menurut Pender, et al (2002, Dalam Bomar
2004), family support system (sistem dukungan
keluarga) merupakan suatu system pendukung
yang diberikan oleh keluarga terhadap anggota
keluarga dalam rangka mempertahankan
identitas sosial anggota keluarga, memberikan
dukungan
emosional,
bantuan
materil,
memberikan informasi dan pelayanan, dan
memfasilitasi anggota keluarga dalam membuat
kontak sosial baru dengan masyarakat..
Menurut Shives (2005) keluarga adalah
sekelompok individu yang saling berinteraksi,
memberikan
dukungan
dan
saling
mempengaruhi satu
sama
lain
dalam
melakukan berbagai fungsi dasar.
Friedman (1998, dalam Padila, 2012)
mengemukanan ada lima fungsi dasar Keluarga
diantaranya adalah Fungsi Afektif yang
berhubungan dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan basis kekuatan dari keluarga.
Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial.Keberhasilan fungsi
afektif
tampak
melalui
keluarga
yang
bahagia.Anggota keluarga mengembangkan
konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan
memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber
kasih sayang.Reinforcement dan support
dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi
dalam keluarga. Saling mengasuh, cinta kasih,
kehangatan, saling menerima dan mendukung.
Setiap anggota keluarga yang mendapat kasih
sayang dan dukungan, maka kemampuannya
untuk memberi akan meningkat sehingga
tercipta hubungan yang hangat dan saling
mendukung. Hubungan yang baik dalam
keluarga tersebut akan menjadi dasar dalam
membina hubungan dengan orang lain diluar
keluarga.
Berkaiatan dengan kepatuhan pengobatan
pasien kusta, maka pendapat niven (2002)
dukungan keluarga adalah salah satu faktor
yang
mempengaruhi
kepatuhan,dukungan
keluarga merupakan bagian dari Penderita
yang paling dekat dan tidak dapat di pisahkan.
Penderitaakan merasa senang dan tentram
apabila mendapat perhatian dan dukungan dari
keluarganya.
Karena
dengan
dukungan
tersebut akan menimbulkan kepercayaan
dirinya untuk menghadapi dan mengelola
penyakitnya dengan lebih baik, serta pasien
mau menuruti saran-saran yang di berikan oleh
keluarga untuk menunjang pengelolahan
penyakitnya.
KESIMPULAN
1.
Sebagian besar dukungan psikososial
keluargadalam kategorimendukung.
2. Sebagian besarkepatuhan pengobatan
pasien kusta dalam kategori patuh.
3. Ada hubungan yang antara dukungan
psikososial
keluarga
dengan
kepatuhan
pengobatan pasien kusta di Puskesmas
Paceda
Kota
Bitung.
Keluarga
yang
mendukung
dalam
pengobatan
akan
meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien
kusta
SARAN
faktor
–faktor
yang
mempengaruhi
kepatuhan pengobatan pasien Ada faktorfaktor lain misalnya faktor individu,
dukungan sosial masyarakat dan dukungan
petugas kesehatan yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
1. Hasil penelitian ini memberikan masukan
yang berharga bagi keperawatan keluarga
baik yang ada di klinik maupun di institusi
pendidikan keperawatan bahwa dukungan
psikososial keluarga adalah salah satu
faktor
yang
mempengaruhi
dalam
kepatuhan pengobatan pasien diantaranya
pasien kusta yang memiliki masalah yang
kompleks baik dari kepatuhan pengobatan
maupun
masalah
sosial,
sehingga
penguatan dukungan dari keluarga akan
mampu meningkatkan kepercayaan diri
pasien
kusta
untuk
mengahadapi
penyakitnya , sehingga mau mengikuti saran
dari keluarga dan keluarga juga dapat
mengawasi jalannya pengobatan.Didalam
skripsi ini masih merupakan sebagian saja
2. Setelah mengetahui hasil penelitian ini
menjadi bahan masukan untuk lebih
meningkatkan peranan keluarga didalam
pengobatan pasien kusta di Puskesmas
Paceda Kota Bitung. Karena perhatian dan
dukungan dari keluarga akan sangat
membantu dalam pengobatan pasien kusta.
Bagi penulis penelitian ini akan menambah
wawasan dan kualitas pelayanan sebagai
perawat.
64
E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1)
DAFTAR PUSTAKA
Afifah Nurul (2014). Faktor-Faktor yang
berhubungan dengan Kejadian Drop Out
Pengobatan Penderita Kusta Tipe MB.
Artikel
dipulikasikan.
Fakultas
Ilmu
Keolahragaan.Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Negeri Semarang.
diakes
dari
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujp
h/pdf. Diakses tanggal 19 Maret 2015
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/6740/1/057023003.pdf.
Diakses
tanggal 23 Maret 2015
Depkes RI (2007). Buku Pedoman Nasional
Pengendalian Penyakit Kusta. Dirjen
PPPL.
Friedman (2010). Keperawatan Keluarga Teori
dan Praktek. Ed 5. EGC. Jakarta
Bomar P.J (2004). Promoting Health in families
: appliying family research and theori to
nursing practice, 3 rd ed . Philadhelpia :
Library of Congress in publication Data.
Ma”rifatul Khotimah (2014).Hubungan Antara
Dukungan Keluarga Dan Peran Petugas
Kesehatan Dengan Kepatuhan Minum
Obat Kusta. Artikel dipulikasikan. Fakultas
Ilmu
Keolahragaan.Jurusan
Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri
Semarang.
diakes
dari
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujp
h/pdf. Diakses tanggal 19 Maret 2015
Basaria Hutabarat (2007). Pengaruh Faktor
Internal
dan
Eksternal
Terhadap
Kepatuhan Minum Obat Penderita Kusta di
Kabupaten Asahan.Tesis dipulikasikan.
Fakultas Ilmu Keolahragaan.Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri
Semarang.
diakes
dari
Sugiyono
(2012).Metode
Penelitian
Administrasi. Alfabeta. Bandung
Niven Neil (2002). Psikologi Kesehatan
Pengantar
untuk
Perawat
dan
Profesional Kesehatan Lain. Ed
2.EGC. Jakart
Padila (2012).Buku Ajar Keperawatan
Keluarga.Nuha Medika.Yogyakarta
Toha Mochamad (2007). Hubungan Persepsi
Dukungan
Keluarga
Dengan
Kepatuhan Penderita Penyakit Kusta
Dalam Menjalani Pengobatan MDT.
dari
(http://eprints.undip.ac.id/38117/)diaks
es tgl 19 maret 2015.
Shives L.R
(2005). Basic Concepts of
psychiatric-mental
heath
nursing.Lippincott.William Wilkins.
65
Download