BAB II PENGELOLAANKASUS 2.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi 2.1.1. Pengertian Nutrisi Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Enam katagori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Kebutuhan energi dipenuhi dengan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Air adalah komponen tubuh vital dan bertindak sebagai penghancur zat makanan. Vitamin dan mineral tidak menyediakan energi, tetapi penting untuk proses metabolisme dan keseimbangan asam basa (Potter dan Perry, 2005). Setiap bayi atau anak memiliki suatu potensi genetik untuk pertumbuhan fisik, mental, dan emosionalnya. Nutrisi yang optimal tercapai dengan memberikan zat gizi yang memenuhi semua aspek potensial pertumbuhan tersebut. Apabila nutrisi membatasi pertumbuhan atau menyebabkan terbentuknya massa tubuh yang berlebihan, baik karena kualitas yang tidak adekuat maupun kuantitas yang tidak sesuai, atau terjadi keadaan malnutrisi (Neal dan Cewin, 2007) 2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi yaitu : 1. Ukuran Tubuh. Merupakan peubah utama dalam menentukan pengeluaran energi seseorang. Tubuh yang besar memiliki kebutuhan nutrisi yang lebih besar (Almatsier, 2001). 2. Jenis Kelamin Laki-laki dan perempuan dengan tinggi, berat, dan umur yang sama mempunyai komposisi tubuh yang berbeda. Perempuan memiliki banyak jaringan lemak dan lebih sedikit otot daripada laki-laki (Almatsier, 2001). 3. Umur Kebutuhan nutrisi pada usia muda lebih tinggi dari pada usia tua. Waktu lahir akan meningkat kebutuhan nutrisi hingga umur dua tahun dan akan berangsur menurun untuk meningkat lagi pada saat remaja (Almatsier, 2001). 3 Universitas Sumatera Utara 2.1.3. Komponen Nutrisi Nutrisi dibagi menjadi delapan komponen utama yaitu air, energi, karbohidrat, protein, vitamin, mineral utama dan elemen renik (Rudolph,2007). 2.1.3.1. Air Air membentuk sekitar 50% sampai 60 % berat tubuh pada orang dewasa muda dan 70% sampai 75% berat tubuh pada bayi (Rudolph,2007). Keseimbangan cairan dan elektrolit ditentukanoleh intake atau masukan cairan dan pengeluaran cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan makanan(Tarwoto,2006). Kebutuhan pemeliharan cairan untuk bayi berdasarkan berat badan 1-10 kg dibutuhkan cairan sebanyak 100mL/kg (Rudolph,2007). Menurut usia, kebutuhan cairan sehari-hari berdasarkan usia 3 bulan membutuhkan cairan sebanyak 140-160 ml/kg/hari, Pemberian nutrisi dalam jumlah memadai tanpa cairan yang cukup akan menyebabkan dehidrasi. Bayi sangat rentan terhadap dehidrasi. Kebutuhan mereka akan air jauh lebih besar karena besarnya luas permukaan tubuh insensible water loss. Mereka juga memiliki presentasi air tubuh totalyang lebih besar dengan kapasitas ginjal untuk menangani beban zat telarut terbatas dan keterbatasan dalam mengemukakan rasa haus (Rudolph, 2007). Bagi bayi, ASI atau susu formula merupakan sumber utama untuk memenuhi kebutuhan cairan. ASI dan susu formula dengan densitas energi standar (20 Kkal/oz atau 0,66 Kkal/mL), mengandung air sekitar 89%. Tambahan air yang dihasilkan dari oksidasi susu yang dikomsumsi tersedia dalam bentuk air bebas. Apabila konsentrasi susu formula melebihi 24 kkal/oz terdapat resiko bahwa walaupun kalori dikomsumsi adekuat, bayi kurang mendapat air bebas sehingga terjadi peningkatan beban zat terlarut pada ginjal dan dehidrasi (Rudolph, 2007). 2.1.3.2. Energi Untuk bayi, RDA mengajurkan rata-rata 108 kkal/kg/hari sampai usia 6 bulan, dengan 98 kkal/kg/hari untuk bayi berusia 6 sampai 12 bulan. Walaupun angka-angka tersebut didasarkan pada penelitian terhadap “asupan normal”, tetapi 4 Universitas Sumatera Utara asupan energi yang sebenarnya bervariasi dalam rentang ini. Sebagian besar peneliti melaporkan asupan bayi sehat rata-rata 107 kkal/kg/hari pada usia 1 bulan tetapi kemudian turun menjadi 85 kkal/kg/hari pada usia 6 bulan (Rudolph, 2007). Kategori anak bayi usia 0,0 sampai 0,5 tahun rata-rata normalnya memiliki berat badan 6 kg dengan tinggi 60 cm, maka kecukupan energi rata-rata per kilogram adalah 108 kkal dan perhari 650 kkal (Rudolph,2007). 2.1.3.3. Karbohidrat ASI menyediakan sekitar 40% dari kalorinya dalam bentuk laktosa yang mengalami hidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa. Buah dan sayuran mengandung gula sederhana, termaksud glukosa dan fruktosa. Sukrosa (gula pasir) adalah kombinasi glukosa dan fruktosa. Pada anak dan dewasa, sebagian besar karbohidrat makanan dikomsumsi dalam bentuk polisakarida. Makanan Amerika rata-rata mengandung karbohidrat 35 sampai 60%. Asupan karbohidrat murni (refined) yang berlebihan meningkatkan resiko karies gigi (Rudolph, 2007). 2.1.3.4. Protein ASI memiliki kandungan protein rata-rata 9 g/L. Sebagian dari protein ini tidak disediakan untuk tujuan nutrisional. Tiga perempat IgA dalam ASI disekresikan utuh melalui tinja. Selain itu, baik laktoferin maupun lisozim mungkin tidak dicerna atau diserap. Ketiga protein ini mungkin membentuk sampai 30% dari semua protein didalam ASI, sehingga jumlah protein ASI yang tersedia untuk nutrisi mungkin serendah 7,2 g/L atau 1,3 g/kg/hari. RDA untuk bayi didasarkan pada jumlah protein total yang tersedia dalam ASI. Angka tersebut diperkirakan adalah 2,0 sampai 2,4 g/kg/hari selama bulan pertama kehidupan dan secara bertahap turun menjadi sekitar 1,5 g/kg/hari pada usia 6 bulan untuk kemudian menetap sepanjang tahun pertama kehidupan. Susu formula saat ini diizinkan oleh peraturan federal untuk mengandung antara 1,8 sampai 4,5 g protein per 100 kkal, yang akan menyediakan rata-rata asupan protein antara 2,0 dan 5,4 g/kg.hari. Sebagian besar ahli gizi menganjurkan asupan kurang dari 3,5 g/kg/hari pada bayi sehat (Rudolph, 2007). 5 Universitas Sumatera Utara 2.1.3.5. Vitamin Vitamin merupakan substansi organik dalam jumlah kecil pada makan yang esensial untuk metabolisme normal (Potter dan Perry, 2005). Vitamin berfungsi sebagai kofaktor dalam berbagai reaksi metabolik penting (Rudolph, 2007). Berikut dijelaskan tabel mengenai kerja biokimia vitamin, efek defisiensi, toksisitas dan sumber makanan : Tabel 2.1 Kerja Biokimia Vitamin, Efek Defisiensi, Toksisitas Dan Sumber Makanan Efek Efek Sumber Vitamin Kerja Biokimia Defisiensi Toksisitas Makanan Hati, Vitamin Komponen pigmen Rabun senja, Karotenemia minyak, diserati A retina dan rodopsin fotofobia, xantosis kutis, susu, untuk penglihatan konjungtiviti, kuning dalam cahaya, keratomalaisia keringat malam, kulit telur, perkembangan kering, vertigo, mentega, tulang dan gigi, – hepatomegali, sayur mempertahankan sayuran peningkatan integritas sel hijau cairan epitel,penyembuha serebrospinalis n luka dan pertumbuhan Pada bayi dan Pada bayi dan Susu,telur, Vitamin Mengatur anak – anak : hati, D penyerapan dan anak : rakitis hiperkalasemi, mentega pengendapan aneroksia, kalsium dan fosfor, gangguan pembentukan pertumbuhan protein pengangkut kalsium dimukosa deudonum, sintesis protein pengikat kalsium di sel epitel Vitamin Antioksidan Anemia Tidak Minyak E berperan dalam hemolitik pada diketahui nabati, fragilitas darah bayi prematur, hati sapi, merah, gangguan kacang menstabilkan integriras tanah, membran sel saraf, lesi otot susu, telur, mencegah mentega, peroksida asam sayuran lemak tidak jenuh Vitamin Memfasilitasi Kelainan Kernikterus Minyak K sintesis protombin, perdarahan nabati, faktor pembekuan babi, II, VII, IX, X sayuran 6 Universitas Sumatera Utara hijau, 2.1.3.6. Mineral Utama ASI atau susu formula memasok mineral-mineral pada bayi dan anak. Namun demikian, bayi yang banyak minum susu apapun alasannya beresiko tinggi mengidap defisiensi mineral (Rudolph, 2007). Berikut adalah tabel mengenai mineral utama yang dibutuhkan tubuh, kerja biokimiawi, efek defisiensi, toksisitas dan sumber makanan : Tabel 2.2 Mineral Utama Yang Dibutuhkan Tubuh, Kerja Biokimiawi, Efek Defisiensi, Toksisitas Dan Sumber Makanan Kerja Efek Sumber Mineral Efek defisiensi Biokimiawi toksisitas makanan Thiamin Berikatan dengan Beri-beri, gagal Tidak Hati, fosfor untuk jantung kongesti, diketahui daging, membentuk takikardi, edema susu, babi, tiamin pirofosfat perifer padiyang bekerja pada Beri-beri kering, padian berbagai neuritis, utuh, dan dekarboksilasi parestesia, kacang oksidatif iritabilitas, termaksud asam anoreksia piruvat Tidak Susu, Riboflavin Bagian dari Fotofobia, diketahui keju, telur, koenzim flavin, penurunan daging, flavin adenin ketajaman ikan, nukleotida, dan penglihatan, rasa sayuran terbakar, dan flavin berwarna gatal pada mata, mononukleotida hijau, yang penting vaskularisasi padiuntuk oksidasi, kornea, glositis, padian dermatitis pertumbuhan, yang utuh pigmen retina seboroik, untuk adaptasi cahaya Daging Pelagra, : Asam Niasin Komponen tanpa koenzim I dan II, dermatitis, apatis, nikotinat memiliki efek lemak, kofaktor dalam anoreksia, kacang sejumlah sistem neuropati perifer, vasodilatasi, flushing kulit, tanah, ensefalopati dehidrogenase ragi, penting untuk dengan demensia, kesemutan, akibat gatal, pusing daging, sintesis glikogen diare sayuran bergoyang, dan penguraian atropi mukosa hijau, mual, asam lemak serelia mungkin memicu kelainan hati 7 Universitas Sumatera Utara Lanjutan ….. Folat Asam tetrahidrofolat adalah bentuk aktif, esensial dalam sintesis purin, pirimidin dan nukleoprotein, reaksi metilasi, akseptor satu karbon Vitamin B4 Vitamin B12 Biotin Asam pantotenat Anemia megaloblastik (juga harus dicurigai defisiensi vit B12), gangguan imunitas selular, gangguan pertumbuhan, glositis, gangguan pencernaan berperan dalam Dermatitis, sintesis keilosis, hemoglobin dan stomatitis, metabolisme neuritis perifer, lemak anemia mikrositik hipokromik, Esensial untuk pematangan sel darah merah disumsum tulang belakang, koenzim untuk metil malonil KoA mutase, pemindahan satu unit kabon dalam metabolisme purin, mempengaruhi metabolisme susunan syaraf Koenzim dari semua karboksilase dan karbon dioksida Kompenen KoA penting untuk metabolisme lemak, protein dan CHO, Tidak Hati, sayurdiketahui sayuran berwarna hijau, brokoli, kacang, keju Tidak Hati, padidiketahui padian, ragi, kentang, jagung, kacang kedelai, pisang, kacang tanah Anemia Tidak Hati, daging, permisiosa, diketahui susu, padigangguan saraf padian utuh, pada serat saraf dan kacang besar di korda spinalis Dermatitis lenier, anoreksia, glositis, alopesia, mual nyeri otot, insomia Dijumpai pada pemakaian antagonis, depresi, hipotensi, Tidak Hati, daging, diketahui susu, padipadian utuh, dan kacang Tidak Hati, daging, diketahui susu, padipadian utuh, dan kacang 8 Universitas Sumatera Utara biosintesis lemak 2.1.3.7. Elemen Renik asam kelemahan otot, mual, antibodi Elemen renik hanya membentuk kurang dari satu persepuluh ribu berat tubuh total, tetapi banyak yang dianggap esensial untuk kehidupan, kesehatan, dan reproduksi. Elemen renik berfungsi sebagai kofaktor dalam reaksi enzim, komponen cairan tubuh, tempat untuk mengikat oksigen, dan sebagai komponen struktural untuk makromolekul nonenzimatik. Tabel dibawah meringkaskan kerja biokimiawi efek defisiensi toksisitas dan sumber elemen renik dalam makanan. Tabel 2.3 Kerja Biokimiawi Efek Defisiensi Toksisitas Dan Sumber Elemen Renik Dalam Makanan Elemen Kerja Efek Sumber Efek Defisiensi Renik Biokimiawi Toksisitas Makanan Kromium Dibutuhkan Intoleransi Tidak diketahui Daging, keju, untuk glukosa, ragi,bir metabolisme gangguan normal glukosa pertumbuhan, memperkuat neuropati kerja insulin perifer, keseimbangan nitrogen negatif, penurunan respiratori quotient Tembaga Penting untuk Anemia Penyakit wilson, Hati, kerang, membentuk sel sideroplastik, pengendapan ginjal, tiram, darah merah dan neutropenia, tembaga di kismis, coklat, hemoglobin, leukopenia, kornea dan hati daging, ikan, konstituen depikmentasi (menyebabkan kacang seruloplasmin, ataksia disfungsi sirosis), penurun komponen eritropoiesis, status metaloenzim anoreksia neurologik kunci Fluroida Membantu Peningkatan Fluorosis gigi Air minum, melindungi gigi kecenderungan dengan bercak makanan laut terhadap mengalami dan berubah pembusukan, karies gigi warna dapat mengurangi penyusutan tulang Iodium Komponen Hipotiroid, Gondok yang Gram hormon tiroksin gondok, latrogenik beriodium, dan trilodotiroin sederhana makanan laut, 9 Universitas Sumatera Utara kretinisme endemik ganggang laut Lanjutan … Besi Struktur hemoglobin dan mioglobin untuk mengangkut oksigen dan karbondiaoksida , enzim oksidatif, sitokrom C dan katalase Mangan Kofaktor untuk piruvat asetil Ko-A karboksilase Molibdenum Kofaktor untuk xantin, aslehida dan sulfit oksidase Anemia mikrositik hipokromia, kegagalan pertumbuhan Hemokromatosis Hati, daging tanpa lemak, telur, ayam Penurunan berat badan, dermatitis transien, mual dan muntah, perlambatan pertumbuhan rambut, Kerusakan otak yang parah, takikardi, nyeri kepala Kelainan neurologik seperti yang dijumpai pada penyakit parkinson Tersebar luas, defisiensi hanya dilaporkan pada diet eksperimental Selenium Faktor pertumbuhan dan kofaktor untuk glutation peroksidase dan sistem enzim lain Kardiomiopati, nyeri otot Seng Kofaktor untuk lebih dari 90 enzim Kegagalan pertumbuhan Sindrom mirip gout Tersebar luas, defisiensi hanya dilaporkan pada nutrisi parenteral dan sindrom genetik Kerontokan Tersebar rambut, luas, pengecapan defisiensi metalik hanya dilaporkan pada pemberian parenteral Muntah dan diare, Tersebar dermatitis, luas, defisiensi defisiensi tembaga hanya dilaporkan pada diare kronik dan nutrisi 10 Universitas Sumatera Utara parenteral 2.1.4. Makanan Formula dan Petunjuk Pemberian Makan Pada Bayi 2.1.4.1. Formula Bayi ASI adalah sumber nutrisi yang tersedia bagi bayi baru lahir, sehingga susu diberikan oleh ibu biologis atau ibu susu (wer-nurse) sewaan. Perkembangan susu formula bayi merupakan kejadian revolusioner dalam sejarah nutrisi pediatrik. Belum ada formula yang menyamai persis ASI, tetapi formula bayi telah disempurnakan sedemikian rupa ketahap menyamai ASI. Formula bayi memadai bagi bayi dari ibu karena alasan pribadi tidak ingin menyusui anaknya atau secara medis dikontraindikasikan untuk menyusui, dan sebagai suplemen apabila ASI tidak praktis untuk disimpan (Rudolph, 2007). Selama 4 sampai 6 bulan pertama kehidupan, ASI dan susu formula dapat berfungsi sebagai satu-satunya sumber nutrisi bagi bayi. Antara 4 dan 6 bulan besi dalam makanan mungkin kurang memadai, sehingga formula bayi harus diperkaya oleh zat besi. Walaupun ketersediaan hayati besi dalam ASI baik, namun bayi yang mendapat ASI mungkin kurang mendapat besi, dengan demikian makanan pertama yang dikenalkan adalah makanan yang kaya akan besi (Rudolph, 2007). Densitas kalori standar untuk semua formula bayi aterm sama dengan yangterdapat pada ASI (20 kkal/oz) dan semua pada dasarnya memiliki osmolaritas yang sama (280 sampai 300 mOsm/kg). Terdapat sedikit perbedaan dalam kandungan elektrolit yang mungkin penting untuk memilih formula pada kasus tertentu. Formula yang tersedia untuk bayi aterm dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori besar berdasarkan jenis dan sifat kandungan protein yaitu : Formula dengan bahan dasar susu sapi. Protein ASI terdiri sari sekitar 70% Whey(manusia) dan sekitar 30% kasein (manusia). Formula susu sapi yang belum diolah mengandung sekitar 18 whey (sapi) dan sekitar 82% kasein whey (sapi), sedangkan formula yang sudah ‘humanized’ (dimanusiawikan) mengandung sekitar 60% whey (sapi) sekitar 40 % kasein (sapi). Walaupun terdapat perbedaan kuantitatif antara rasio whey, kasein pada berbagai formula yang didasarkan susu sapi untuk bayi aterm, tetapi hasil pemberian formula 11 Universitas Sumatera Utara predominan kasein atau predominan whey untuk bayi sehat tidak dapat dibedakan (Rudolph, 2007). Formula dengan bahan dasar protein kedelai.Kedelai adalah sumber protein komersial kedua yang digunakan dalam formula bayi. Protein kedelai adalah jenis protein ketiga tersering yang dijumpai dalam formula bayi, dua yang lain adalah kasein dan whey. Susu kedelai sudah dianggap sesuai dengan bayi sejak 50 tahun yang lalu. Walaupun tidak ada data yang berarti mengenai keamanan pemakaian formula bayi pada prematur dan bayi sakit, tetapi tidak ada bukti yang harus membatasi pemakaian formula ini bagi bayi yang sehat (Rudolph, 2007). The Committee on Nutrition dari theAmerican Academy of Pediatrics menganjur pemakaian protein kedelai hanya pada bayi : 1. Keluarga vegetarian yang tidak menginginkan formula protein hewan. 2. Galaktosemia, defisiensi laktase primer atau fase pemulihan dari intoleransi laktosa sekunder karena merupakan formula paling murah yang tidak mengandung laktosa. 3. Bayi yang berpotensi mengalami alergi yang belum memperlihatkan klinis alergi. Namun, para bayi harus dipantau dengan cermat untuk mengetahui ada tidak alergi pada kedelai. Komite tersebut juga menyarankan bahwa formulaformula ini jangan digunakan : 1. Untuk pemberian makanan rutin bagi bayi prematur dan berat bayi rendah. 2. Apabila pemakaian harus dalam periode terbatas, kalaupun terindikasikan. 3. Dalam penanganan dietetik reaksi alergi terhadap protein susu sapi dan atau formula protein kedelai. 2.1.4.2. Petunjuk Pemberian Makan Pada Bayi Kurang dari 6 Bulan Tabel 2.4 Petunjuk Pemberian Makan Pada Bayi Kurang dari 6 Bulan Rentang Usia 0-2 bulan Pengenalan Makanan Baru ASI atau formula Alasan Pengenalan Memenuhi semua kebutuhan gizi bayi selama 4 sampai 6 bulan pertama Pola Perkembangan Refleks menyusu, pola mengisap, menelan, gerakan lidah menjulur 12 Universitas Sumatera Utara Lanjutan … 4-6 bulan Serealia tunggal yang diperkaya besi di campur dengan susu. Serealia beras merupakan padipadian yang paling hipoalergenik, dan biasanya diperkenalkan pertama kali. Menyediakan sumber besi makanan pada usia saat simpanan tubuh dari lahir mulai berkurang Pematangan pengendalian kepala dan leher. Bibir memiliki pengendalian motorik untuk menutup rongga mulut. Lidah dapat bergerak ke samping untuk membantu memindahkan makanan di mulut, dan bayi akan menarik bibir bawah saat sendok dilepas (gerakan rahang memotong naikturun) dimulai 2.2. Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi 2.2.1. Pengkajian Pengkajian nutrisi penting khususnya bagi pasien yang beresiko masalah nutrisi berhubungan dengan stres, penyakit, hospitalisasi, kebiasaan gaya hidup, dan faktor-faktor lain. Pengkajian nutrisi terdiri dari empat area pokok yaitu pengukuran fisik (tinggi dan berat badan), tes laboratorium, riwayat diet dan kesehatan dan observasi klinik (Potter dan Perry, 2005). Pengkuran Fisik Pengukuran tinggi dan berat badan harus diperoleh ketika pasien masuk rumah sakit atau lingkungan pelayanan kesehatan apapun. Apabila memungkinkan, pasien harus ditimbang pada waktu yang sama setiap hari, pada skala sama dan dengan pakaian atau linen yang sama. Perubahan berat badan terakhir harus didokumentasikan (Potter dan Perry, 2005). Tes Laboratorium dan Biokimia 13 Universitas Sumatera Utara Tidak satupun tes laboratorium atau biokimia adalah diagnostik untuk malnutrisi. Tes-tes dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keseimbangan cairan dan fungsi hati, fungsi ginjal dan adanya penyakit. Tes laboratorium biasanya digunakan untuk mempelajari status nutrisi termaksud ukuran protein plasma seperti albumin, transferin, retinol yang mengikat protein, total kapasitas ikatan zat besi dan hemoglobin (Potter dan Perry, 2005). Riwayat Diet dan Kesehatan Selain riwayat keperawatan yang umum, perawat memperoleh riwayat khusus diet yang lebih untuk mengkaji kebutuhan nutrisi aktual atau potensial. Riwayat diet berfokus pada kebiasaan asupan cairan dan makanan pasien. Sebaliknya informasi pilihan, alergi masalah dan area yang berhubungan lainnya seperti kemampuan pasien untuk memperoleh makanan (Potter dan Perry, 2005). Tambahan bagi perawat untuk mengkaji adalah pengumpulan faktor-faktor yang mempengaruhi pola diet pasien dan status nutrisi. Faktor-faktor tersebut adalah : Status Kesehatan. Status kesehatan pasien berhubungan dengan nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat. Anoreksia (kurang nafsu makan) biasanya gejala penyakit atau karena efek samping obat. Dan dukungan nutrisi adalah bagian esensial penyembuhan setiap penanganan medis (Potter dan Perry, 2005). Kultur dan Agama.Pola kultural, etnik, agama dan batasan mengenai makanan harus diperhitungkan. Makanan dan diet tertentu harus diberikan apabila sesuai (Potter dan Perry, 2005). Status Sosioekonomi.Biaya makanan tidak tetap dan belanja bervariasi tergantung pada uang yang tersedia (Potter dan Perry, 2005). Pilihan Pribadi.Kesukaan atau ketidaksukaan pribadi mungkin berpengaruh terhadap diet. Makanan yang berhubungan dengan kenangan yang menyenangkan cenderung menjadi makanan favorit. Makanan yang berhubungan dengan kenangan yang tidak menyenangkan cenderung untuk dihindari. Makanan mewah dapat digunakan sebagai simbol status. Pilihan individu harus dipertimbangkan ketika merencanakan diet terapeutik (Potter dan Perry, 2005). 14 Universitas Sumatera Utara Faktor Psikologis. Motivasi individu untuk makanan yang seimbang dan persepsi individu tentang diet merupakan pengaruh yang kuat. Makanan yang mempunyai nilai simbolik yang utama bagi banyak orang (misalnya susu menyimbolkan kelemahan dan daging menyimbolkan kekuatan). Alkohol dan obat-obatan.Penggunaan alkohol dan obat yang berlebihan memberikan konstribusi pada defisiensi nutrisi karena mungkin dibelanjakan alkohol daripada makanan dan alkohol menggantikan bagian makanan dan menekan nafsu makan. Alkohol juga memperngaruhi gastrointestinal. Obat-obatan berlebihan juga mempengaruhi organ gastrointestinal. Obatobatan yang menekan nafsu makan dapat menurunkan asupan gizi esensial. Obatobatan juga menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan mengurangi absospsi zat gizi didalam intostin(Potter dan Perry, 2005). Observasi Klinis Observasi klinis dapat menjadi aspek terpenting pengkajian nutrisi. Tandatanda klinis dari status gizi pasien terlihat pada tabel berikut : Tabel 2.5 Tanda-Tanda Klinis Dari Status Gizi Pasien No 1 Tanda-Tanda untuk Nutrisi yang Baik Sadar, responsif Bagian Tubuh 2 Penampilan umum Berat badan 3 Postur 4 Otot 5 Kontrol sistem saraf Rentang perhatian baik, kurang iritabilitas atau kelelahan, refleks normal, kestabilan psikologis 6 Fungsi gastrointestinal Nafsu makan dan pencernaan baik, eleminasi teratur normal, tidak ada Berat badan normal untuk tinggi badan, usia dan bentuk tubuh Postur tegak, lengan dan tungkai lurus Otot berkembang baik, kuat tonus bagus, beberapa lemak ada dibawah kulit Tanda-Tanda untuk Nutrisi yang Buruk Lesu, apatis, kakeksia, penampilan kakeksia Penampilan obesitas atau kurus (perhatian khusus untuk kurus) Bahu kendur, dada cekung, punggung bungkuk Penampilan lemah, tonus buruk, tonus tidak berkembang nyeri, edema, tidak mampu berjalan dengan baik Kurang perhatian, iritabilitas, bingung, tangan dan kaki terasa terbakar dan kesemutan, kelemahan dan nyeri otot, penurunan atau kehilangan refleks lutut dan tumit Anoreksia, tidak mampu mencerna, konstipasi atau diare, pembesaran hati atau 15 Universitas Sumatera Utara 7 organ atau massa yang teraba Laju denyut dan irama denyut jantung normal, tidak ada murmur, tekanan darah normal untuk usianya Fungsi kardiovaskuler limpa Laju denyut jantung cepat, pembersaran jantung dan irama jantung tidak normal, tekanan darah meningkat Lanjutan … 8 Vitalitas umum 9 Rambut 10 Kulit (umum) 11 Wajah dan leher 12 Bibir 13 Mulut dan membran mukosa 14 Gusi 15 Lidah 16 Gigi Ketahanan bertenaga, Mudah lelah, kurang kebiasaan tidur baik, energi, mudah tertidur, penampilan kuat penampilan capek dan apatis Bersinar, penampilan Rambut berserabut, kusam, berkilat, kuat, helai rambut kusut, kering, tipis dan tidak mudah dicabut, kulit kasar, penampilan kepala sehat depigmentasi, helai rambut mudah terlepas Kulit halus dan sedikti Kasar, kering, bersisik, lembab dengan warna baik pucat, berpigmen, berpenampilan iritasi, lebam, kehilangan lemak pada subkutan Warna merata halus, merah Penampilan berminyak, muda, penampilan sehat, diskolarasi, bersisik, tidak ada bengkak bengkak, kulit gelap dipipi dan bawah mata, tidak halus dan kasar pada kulit sekitar hidung dan mulut Halus, warna baik, Penampilan kering dan penampilan lembab (tidak bersisik, bengkak, pecah atau bengkak) kemerahan dan bengkak (keilosisi) lesi angular pada sudut mulut Membran mukosa didalam Membran mukosa mulut rongga mulut berwarna yang lembut dan bengkak merah muda sampai kemerahan Warna merah muda, Gusi bengkak dan mudah penampilan sehat dan berdarah, gusi tertarik merah, tidak bengkak dan kebelakang berdarah Warna merah muda atau Penampilan bengkak, kasar, kemerahan gelap baik, tidak warna magenta seperti bengkak, halus, terdapat daging (glositis),papilla papilla dipermukaan, tidak hiperemia dan hipertropi, ada lesi papilla attrofi Gigi tidak berlubang dan Karies tidak terisi, gigi nyeri, penampilan terang tidak ada, permukaan 16 Universitas Sumatera Utara terpakai, penampilan salah posisi Lanjutan … 17 Mata 18 19 Leher (kelenjar) Kuku 20 Kaki, tungkai 21 Kerangka Membran mata pucat (konjungtiva pucat), membran kemerahan (injeksi konjungtiva), kering, tanda-tanda infeksi, bintik-bintik kemerahan, fisura pada sudut kelopak mata (angulat palpebretik),kekeringan membran mata (konjungtiva serosis), penampilan buram dari kornea (korneal sirosis), kornea lunak (keratomalasia). pembesaran Pembesaran tiroid Mata terang jernih, penampilan bersinar, tidak ada luka disudut membran, bulu mata lembab dan sehat dengan warna merah muda, pembuluh darah terlihat atau tidak ada benjolan pada jaringan atau skelra, tidak ada lingkar kelelahan dibawah mata Tidak ada kelenjar Penampilan keras, merah Bentuk kuku seperti sendok muda (koilonishia), mudah patah dan berpunggung Tidak ada nyeri, lemah atau Edema, nyeri betis, bengkak, warna baik kesemutan, lemah Tidak ada malformasi Kaki bengkok, lutut menyatu, deformitas dada pada diafragma, skapula dan rusuk menonjol 2.2.2. Diganosa Keperawatan Pengkajian keperawatan memungkinkan perawat untuk menentukan apakah masalah nutrisi aktual atau potensial. Defisit dapat terjadi jika keseluruhan asupan oral menurun atau meningkat secara bermakna atau ketika satu atau lebih nutrisi tidak diingesti, tidak semuanya didigesti atau tidak semuanya diabrsobsi. Diagnosa spesifik yang berhubungan dengan defisiensi nutrisi umum atau masalah menempatkan pasien pada resiko defisiensi nutrisi seperi trauma oral, luka bakar atau infeksi berat (Potter dan Perry, 2005). 17 Universitas Sumatera Utara Diagnosa Keperawatan Nanda Perubahan Status Nutisi Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan : Peningkatan laju metabolik Asupan nutrisi yang tidak adekuat dalam diet Peningkatan kehilangan nutrisi melalui cairan gastrointestinal Kebutuhan energi tinggi akibat latihan yang berlebihan Perubahan Nutrisi : Lebih dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan: Penurunan laju metabolik Asupan nutrisi dan kilokalori yang berlebihan dalam diet Latihan atau aktivitas yang adekuat Perubahan Nutrisi Resiko : Lebih dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan: Pola asupan makanan yang disfungsional Gangguan hubungan dengan orang yang penting atau bermakna Gangguan menelan akibat jalan nafas buatan (Louis,1995). 2.2.3. Perencanaan Perencanaan untuk memelihara status nutrisi yang tepat menyediakan perawatan kualitas lebih tinggi daripada perbaikan defisit yang telah terjadi. Identifikasi pasien dengan rencana asuhan keperawatan akan mencegah atau meminimalkan masalah nutrisi. Pendidikan konseling nutrisi penting bagi pasien 18 Universitas Sumatera Utara yang diet teratur untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan. Pasien dengan diet terapeutik yang memahami rasional untuk diet adalah seperti lebih rela. Untuk kelompok pasien rencana asuhan keperawatan berdasarkan ada satu atau lebih dari tujuan berikut ini : 1. Klien akan kembali dalam 10% rentang berat badan yang baik. 2. Klien akan memperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam batasan normal. 3. Pasien akan ingesti atau telah diberikan diet atau terapi nutrisi yang secara minimal memenuhi RDA. 4. Tidak ada komplikasi yang dihasilkan dari terapi nutrisi. Dalam lingkungan kesehatan dan perawatan rumah, maka klien dengan kondisi fisiologis yang mempengaruhi nutrisi memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dan zat gizi. Jika merencanakan kebutuhan nutrisi yang kompleks maka konsultasi dengan ahli gizi untuk membantu meningkatkan sumber makanan yang cukup(Potter dan Perry, 2005). Tabel 2.6 Proses Diagnostik Keperawatan untuk Perubahan Status Nutrisi Aktivitas Pengkajian Tanyakan pasien tentang perubahan berat badan yang direncanakan atau tidak direncanakan Timbang pasien berat badan Batasan Karakteristik Diagnosa Keperawatan nutrisi Kehilangan berat badan Perubahan kurang dari kebutuhan yang tidak direncanakan tubuh berhubungan dengan penurunan asupan diet Berat badan kurang dari 20 % dari berat badan ideal Tanyakan pasien tentang Keengganan makanan yang disukai makanan atau tidak disukai Inspeksi mukosa mulut Mukosa inflamasi pasien bukal terhadap yang Palpasi abdomen Nyeri tekan abdomen 19 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.7 Rencana Asuhan Keperawatan untuk Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Tujuan Hasil yang Intervensi Rasional diharapkan enteral Klien akan Pasien akan Biasakan pasien Nutrisi fisiologis kembali dalam bertambah berat untuk diet dan secara 10 % dari badan rata-rata ¼ gunakan suplemen lebih kuat dan lebih daripada yang murah rentang berat- sampai 0.2 oral parenteral diperlukan untuk nutrisi tinggi badan kg/minggu dapat mencapai energi dan yang baik dan asupan nutrisi memelihara struktur dan fungsi intestin yang adekuat (Mainous, Block dan Dietch, 1994) Parameter laboratorium akan menunjukkan bukti hidrasi adekuat dan meningkatkan parameter nutrisi Erosi yang terus menerus dalam status nutrisi menempatakan pasien pada resiko komplikasi dengan malnutrisi seperti sepsis, dehidrasi dan ketidakseimbanng elektrolit (Williams,1993). Instruksikan pasien untuk minum air dan minum nonkafein pada waktu makan dan diantara waktu makan 2.2.4. Implementasi Implementasi yang dilakukan oleh perawat antara lain : Menstimulasi Makan. Perawat dapat membantu menstimulasi nafsu makan pasien dengan adaptasi lingkungan, konsultasi dengan ahli gizi, ketentuan diet khusus dan pilihan makanan, pemberian obat yang menstimulasi nafsu makan, dan konseling pasien dengan keluarga (Potter dan Perry, 2005). Lingkungan. Pasien menerima perawatan pada lingkungan yang beragam seperti rumah mereka, fasilitas perawatan yang luas, tatanan berdasarkan 20 Universitas Sumatera Utara komunitas dan rumah sakit. Apapaun keadaan lingkungan, perawat bertanggung jawab dalam memberikan lingkungan yang kondusif untuk makan (Potter dan Perry, 2005). Ahli gizi. Setelah makan, asupan makanan pasien dievaluasi dan dicatat. Perawat berbagi tangggung jawab dengan ahli gizi (ahli diet) untuk mengevaluasi asupana makanan, pengetahuan ahli gizi akan nutrisi normal dan terapi nutrisi membantu perawat dalam merancang suatu rencana yang memenuhi tujuan nutrisi pasien (Potter dan Perry, 2005). Diet terapeutik dan suplemen diet. Diet yang dimodifikasi atau terapeutik menunjukkan kebutuhan khusus pada proses penyakit. Diet modifikasi ini terdapat dalam perawatan rumah, perawatan yang diperluas, lingkungan jangka panjang. Komponen-komponen diet dimodifikasi termaksud isi nutrisi yang spesifik, jumlah kilokalori, tekstur makanan atau bumbu makanan. Terapi diet apapun akan baik jika keinginan pasien untuk mengikutinya. Rencana makanan pasien harus individual dan dikembangkan dalam kolaborasi dengan pasien (Potter dan Perry, 2005). Makan Sendiri. Pasien cacat yang terganggu asupan makanan secara mandiri harus diperbolehkan, memotong makanan menjadi potongan kecil-kecil, melapisi roti dengan mentega dan menuangkan air. Alat makan khusus harus disediakan jika pasien ingin melakukan sebisa mungkin untuk diri mereka sendiri. Pasien yang mengalami kerusakan penglihatan memerlukan bantuan perawat untuk memberi makan. Jika kerusakan penglihatan baru terjadi atau sementara, pasien lebih memilih diberi makan. Pasien yang mengalami kerusakan penglihatan berhasil makan sendiri dan mandiri jika perawat menyediakan dan mendeskripsikan nampan dalam jangkauan pasien, memastikan bahwa cangkir air tidak terlalu penuh, dan mengorientasikan pasien pada lokasi tiap-tiap makanan dengan memegang tangan pasien dan membawa kelokasi makanan. Konseling Pasien dan Keluarga. Pasien yang keluar dari rumah sakit dengan diresepkan diet seringkali memerlukan konseling diet untuk merencanakan makanan yang memenuhi kebutuhan diet khusus atau umum. Sama halnya pada lingkungan perawatan kesehatan lain, pasien mengalami defisit nutrisi atau masalah khusus seperti obesitas membutuhkan bantuan dalam 21 Universitas Sumatera Utara perencanaan menu dan kepatuhan dengan terapi yang direkomendasikan. Peranan konseling perawat termaksud keluarga dan informasi tentang sumber-sumber komunitas (Potter dan Perry, 2005). Perencanaan makan harus memperhitungkan anggaran keluarga dan perbedaan pilihan anggota keluarga. Makanan yang spesifik dipilih berdasarkan resep diet atau standar pedoman diet seperti kelompok dasar makanan. Makanan juga harus menyediakan variasi dalam makanan dan warna yang kontras serta konsitensinya. Untuk keluarga dengan anggaran yang terbatas, dapat menggunakan pengganti. Misalnya buncis atau keju seringkali menggantikan daging pada makan(Potter dan Perry, 2005). Pemberian makan oral. Membantu pasien dalam pemberian makan perawat dapat meningktakan pemberian makan pasien dalam perlindungan martabat pasien dan secara aktif melibatkan pasien dalan proses. Material apapun yang digunakan untuk melindungi pakaian harus serbet. Perawat harus memberikan pasien untuk mengosongkan mulutnya setelah setiap sendokan, berusaha menyelaraskan kecepatan pemberian makanan dengan kesiapan mereka dan seringkali menanyakan apakah terlalu cepat atau lambat. Perawat juga harus memperbolehkan pasien untuk menunjukkan perintah tentang makanan pilihan pasien yang ingin dimakan, dan percakapan dengan topik selain makanan harus menajdi bagian integral dalam proses (Potter dan Perry, 2005). Nutrisi Enteral dan Infus. Nutrisi Enteral adalah nutrisi yang diberikan melalui saluran gastrointestinal. Hai ini termaksud makanan keseluruhan, campuran semua makanan, suplemen oral, dan formula selang pemberian makan. Nutrisi enteral adalah metode yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan nutrisi jika salauran gastrointestinal pasien berfungsi dengan menyediakan dukungan psikologi, keamanan, dan nutrisi yang ekonomis (Potter dan Perry, 2005). 2.2.5. Evaluasi Evaluasi nutrisi harus berlangsung terus menerus untuk mengevaluasi hasil intervensi bagi perawat (Potter dan Perry, 2005). Rencana asuhan keperawatan harus menunjukkan tujuan yang masuk akal dan tercapai. Perawat harus mengevaluasi tanda dari tujuan yang telah tercapai. Waktu yang cukup harus diberikan untuk menguji pendekatan perawatan pada 22 Universitas Sumatera Utara suatu masalah. Perawat bekerjasama dengan ahli gizi dan dokter untuk mengevaluasi keefektifan terapi nutrisi (Potter dan Perry, 2005). Berikut adalah salah satu contoh evaluasi : Tabel 2.8 Evaluasi Keperawatan Tujuan Tindakan evaluatif Pasien akan kembali Timbang berat badan. berada dalam rentang Observasi tanda-tanda 10% berat badan yang defisit nutrisi pada pasien. baik untuk tinggi badannya Hasil yang diharapkan Berat badan akan menunjukkan peningkatan yang sesuai yaitu ¼-½ kg/minggu (0,25-0,5 kg/mimggu) Observasi tanda-tanda Parameter laboratorium dehidrasi atau overhidrasi akan menunjukkan bukti hidrasi yang adekuat dan pada pasien. peningkatan parameter Palpasi kulit terhadap nutrisi. kehilangan turgor. Palpasi kulit terhadap tanda-tanda edema. Pantau tingkat elektrolit dan observasi terhadap ketidakseimbangan elektrolit. 23 Universitas Sumatera Utara 2.3. Asuhan Keperawatan Kasus 2.3.1 Pengkajian I. BIODATA IDENTITAS PASIEN II. Nama : An. S Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 2 Bulan 3 minggu Agama : Islam Alamat : Jl. Pancing V Lingkungan II Medan Tanggal Masuk RS : 17 Juni 2013 No. Register : 00.88.67 Ruangan / Kamar : Kenanga / Ruang IX Anak Golongan Darah :O Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2013 Tanggal Operasi : Belum Pernah Operasi Diagnosa Medis : Meningokel + Hidrocefalus + Anemia KELUHAN UTAMA Ada benjolan dipunggung sebesar telur ayam dan sudah ada semenjak An.S lahir. Benjolan semakin besar seiring dengan bertambah usia. An. S terlihat lemah. Nyeri dirasakan saat tertekan atau tersentuh area sekitar benjolan terutama saat digendong. III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/Palliative 1. Apa Penyebabnya : Ada benjolan di punggung dan semakin besar ukuran benjolan 2. Hal-hal yang memperbaikkeadaan : An. S merasa nyaman bila tidak digendong dan tidur dengan posisi benjolan tidak tertekan 24 Universitas Sumatera Utara B. Quantity / quality 1. Bagaimana dirasakan : nyeri saat dipegang atau tersentuh area benjolan 2. Bagaimana dilihat : jika digeser posisi An. S terlihat kesakitan dan menangis kuat C. Region 1. Dimana lokasinya : Punggung badan 2. Apakah menyebar : Tidak menyebar D. Time : Jika ditekan atau tertekan area benjolan IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami : Tidak ada B. Pengobatan/tindakan yang pernah dilakukan : Tidak pernah mendapat pengobatan C. Pernah dirawat / dioperasi : Pernah dirawat di Rumah Sakit V. D. Lama dirawat : 3 hari E. Alergi : Tidak ada alergi F. Imunisasi : BCG dan Polio 1 RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tua : Tn. Y tidak menderita penyakit : Ny. S tidak memiliki penyakit apapun B. Saudara kandung : 1 Orang C. Penyakit keturunan yang ada : Diabetes Miletus D. Anggota keluarga yang meninggal : Kakek An. S E. Penyebab meninggal : Komplikasi diabetes 25 Universitas Sumatera Utara F. Genogram C = Laki – laki = Perempuan = Pasien (An.S) = laki – laki sudah meninggal ------ = tinggal serumah = perempuan sudah meninggal VI. RIWAYAT KESEHATAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentangpenyakitnya :Tidak dapat dikaji B. Konsep diri 1. Gambaran diri : Tidak terkaji 2. Ideal diri : Tidak terkaji 3. Peran diri : Tidak terkaji 4. Identitas : An. S seorang balita yang lahir dari orang tua yang sudah berpisah/cerai. orang tua kandung An.S tidak betanggung jawab terhadap An.S. An. S dititipkan dan diasuh oleh saudara kandung ibu An.S. Ibu An.S mengatakan tidak mampu membiayai kehidupan An.S.dan ibu An. S pada hari kedua An.S dirawat di RSUD 26 Universitas Sumatera Utara Dr.Pirngadi Medan pergi menjadi TKI di Malaysia. ayah An. S juga tidak sanggup untuk merawat anak nya sendiri. Oleh karena itu An.S diasuh oleh saudara kandung ibu An.S. C. Keadaan emosi : Tidak stabil D. Hubungan sosial 1. Orang yang berarti : Bibi 2. Hubungan dengan keluarga : Baik 3. Hubungan dengan orang lain : Baik 4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak ada E. Spiritual 1. Nilai dan keyakinan : An.S berkeyakinan Islam dan bersuku jawa 2. Kegiatan ibadah VII. : Tidak melakukan ibadah PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum: Kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, terlihat kesakitan dan menangis kuat saat area benjolan tersentuh B. Tanda-tanda vital Suhu tubuh : 38,5 C Tekanan darah :- Nadi : 150 x/i Pernafasanan : 60x/i Skala nyeri : tidak dapat dikaji Berat badan : 2,5 Kg Tinggi badan : 48cm C. Pemeriksaan Head to toe Kepala dan rambut Bentuk : terjadi pembesaran dari ukuran kepala normal 27 Universitas Sumatera Utara Ubun – ubun : lunak Kulit kepala : tidak bersih Rambut Penyebaran dan keadaan Rambut : tidak merata Bau : ada bau Warna rambut : hitam Wajah Warna kulit : tidak sianosis Struktur wajah : simetris Mata Konjungtiva dan sklera : konjungtiva anemis, sklera putih Pupil : Isokor Kornea : transparan sehingga iris terlihat Hidung Tulang hidung dan posisi septum nasal : lengkap dengan posisi midline Lubang hidung : tidak terdapat lendir/sekret kental Cuping hidung : tidak ada Telinga Bentuk telinga : simetris, aurikel mobile,tidak ada tejanan dan kembali setelah merah muda, dilipat. Ukuran posisi telinga : simetris Lubang telinga : baik Ketajaman pendengaran : baik Mulut dan faring Keadaan bibir : bibir berwarna simetris, tekstur lembut, lembab. Keadaan gigi : belum ada gigi 28 Universitas Sumatera Utara Keadaan lidah : posisi lidah ditengah, warna merah muda, dilapisi bintik putih yang tipis dan tidak ada lesi. Pergerakan lidah bebas, lembut, tanpa ada nodul, dan bagian pembuluh bawah lidah darah. terdapat Dasar mulut lembut dan tanpa nodul Palatum : merah muda dan tidak ada belah, uvula pada posisi garis tengah, tonsil berwarna merah muda dengan ukuran normal dan tidak ada cairan. Leher Posisi trakea : simetris Tyroid : tidak ada pembengkakan Suara : nyaring Kelenjar limfe : tidak ada pembengkakan Vena jugularis : teraba Denyut nadi karotis : teraba Pemeriksaan Integument Kebersihan : baik Kehangatan : ekstremitas tangan dan kaki terasa dingin Warna : tidak sianosis Turgor : kembali < 2 detik Kelembapan : baik Kelainan pada kulit : tidak ada Pemeriksaan payudara dan ketiak Ukuran dan bentuk : normal dan simetris Warna payudara dan areola : coklat Kondisi payudara dan putting : baik Pemeriksaan thoraks Inspeksi thoraks : pengembangan dada simetris 29 Universitas Sumatera Utara Pernafasan Frekuensi : reguler Irama : vesikuler Tanda kesulitan bernafas : tidak ada Pemeriksaan paru Palpasi getaran suara : baik Perkusi : resonan Auskultasi Suara nafas : vesikuler Suara ucapan : normal Suara tambahan : tidak ada Pemeriksaan jantung Inspeksi : tidak ada pembengkakan Palpasi : tidak ada benjolan dan pembengkakan Perkusi : dullness Auskultasi : tidak ada suara murmur Pemeriksaan abdomen Inspeksi : bentuk abdomen simetris, tidak ada benjolan atau massa sekitar abdomen, tidak ada luka atau lecet atau kemerahan pada area abdomen Palpasi : tidak terkaji Perkusi : timpani Auskultasi : bising usus 10 x/i Pemeriksaan kelamin dan area sekitarnya Genitalia : tidak ada kelaianan Anus dan perineum : Normal Pemeriksaan muskuluskeletal/ekstremitas Kesimetrisan : simetris 30 Universitas Sumatera Utara Kekuatan otot : skala 4 (An.S mampu menahan tahanan daripemeriksa) Edema : tidak ada Pemeriksaan neurologi Fungsi motorik : tidak terkaji Fungsi sensorik : tidak terkaji Refleks Bisep : baik Trisep : baik Bronkhoradialis : baik Patelar : baik Tendon achiles : baik Plantar : baik VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI Pola makan dan minum Nafsu makan : tidak baik Nyeri ulu hati : tidak ada Alergi : tidak ada Mual dan muntah : tidak ada Waktu pemberian makan : per 4 s.d 5 jam/hari Jumlah dan jenis makanan : PASI, 100ml Masalah makan dan minum : An. S sulit untuk mau minum PASI, dan sejak lahir hanya beberapa kali saja minum ASI IX. POLA ELEMINASI 1. BAB Pola BAB : baik Karakter feses : lunak Riwayat perdarahan : tidak ada 31 Universitas Sumatera Utara BAB trakhir : pagi hari Diare : tidak ada Penggunaan laksatif : tidak ada 2. BAK Pola BAK : baik Karakter urin : kuning keruh Nyeri/kesulitan BAK : tidak ada Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada 2.3.2. Penggunaan diuretik : tidak ada Upaya mengatasi masalah : tidak ada Analisa Data No 1 2 Masalah Keperawatan Hipertermi Data DO : DS : DO : DS : Temperatur suhu tubuh An. S = 38,5 C RR = 60x/i An. S terlihat gelisah Saat di palpasi, kulit terasa hangat Bibi An.S mengatakan bahwaAn. S gelisah dan menangis Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Usia 2 bulan 3 minggu. Berat Badan = 2,5 kg Tinggi Badan 48cm RR = 60 x/i Hasil lab. An. S, Hemoglobin = 4 g/L Konjungtiva An. S terlihat anemis An.S terlihat lemah Bibi An.S mengatakan An.S terlihat lemah sekali, Badan An. S terlihat semakin kurus dari sebelumnya 2.3.3. Diagnosa Keperawatan Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat ditandai dengan usia 2 bulan 3 minggu, berat dadan = 2,5 kg, RR = 60 x/i, hasil lab. An. S hemoglobin = 4 g/L, konjungtiva An. S terlihat anemis, dan An.S terlihat lemah. 32 Universitas Sumatera Utara Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan temperatur suhu tubuh An. S = 38,5 C, RR = 60 x/i, An. S terlihat gelisah, saat di palpasi, kulit terasa hangat. 2.3.4. Perencanaan Keperawatan 2.3.4.1. Diagnosa Keperawatan Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat ditandai dengan usia 2 bulan 3 minggu, berat badan = 2,5 kg, RR = 60 x/i, hasil lab. An. S hemoglobin = 4 g/L, konjungtiva An. S terlihat anemis, dan An.S terlihat lemah. Hari/ Tanggal Tujuan dan Kriteria Hasil An. S akan Senin, 17 Juni bertambah berat badan 2013 rata – rata ¼ Rencana Tindakan Rasional 1. Lakukan pengkajian fisik dan pemeriksaan laboratorium yang sudah dilakukan An. S sebelumnya 1. Pengkajian merupakan tahap awal dalam melakukan perencanaan dan implementasikepera watan 2. Lakukan kolaborasi dalam pemberian diet dengan dokter atau ahli gizi 3. Beri nutrisi PASI setiap 3 jam sekali dengan PASI sebanyak 250 ml/3jam 4. Lakukan kolaborasi untuk pemberian cairan dan transfusi pada An. S 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengetahui kebutuhan nutrisi yang diperlukan agar dapat menaikkan berat badan dan Hb 3. Pemberian nutrisi agar terjadi penambahan berat badan dan terjadi peningkatan Hb sampai 0.2 kg/mimggu Parameter laboratorium akan menunjukkan bukti hidrasi adekuat dan meningkatkan parameter nutrisi 33 Universitas Sumatera Utara Lanjutan … 5. Lalukan pemasangan cairan Intra Vena (IV) pada An. S dengan pemberian terapi cairan Ringer Laktat 30gtt/i dan NaCl 0,25% 30gtt/i 6. Lakukan pengontrolan cairan intravena pada An. S 7. Bila tidak ada demam, atau suhu tubuh aman untuk transfusi, kolaborasikan dengan dokter untuk dilakukan transfusi darah. 4. Terapi cairan dikolaborasikan dengan dokter sesuai dengan diagnosa penyakit dan kebutuhan tubuh pasien 5. Pemberian cairan intravena untuk membantu pasien dalam memenuhi menjaga keseimbangan kebutuhan cairan elektrolit 6. Pengontrolan dilakukan untuk mengetahui keefektifan pemberian cairan 7. Transfusi dilakukan untuk menaikkan Hb. 2.3.4.2. Diagnosa Keperawatan Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan temperatur suhu tubuh An. S = 38,5 C, RR = 60 x/i, An. S terlihat gelisah, saat di palpasi, kulit terasa hangat. Hari/t Tujuan dan gl kriteria hasil Senin, Suhu turun dan 17 dalam rentang Juni normal (37,5 C) 2013 Rencana tindakan Rasional 1. Lakukan 1. Pengkajian merupakan pengkajian tahap awal dalam pengukuran suhu melakukan tubuh An.S perencanaan dan 2. Beri kompres implementasi kepada An. S keperawatan 3. Ukur kembali suhu 2. Pemberian kompres tubuh An.S setelah adalah asuhan setengah jam diberi keperawatan yang kompres diberikan perawat untuk mengurangi terjadinya hipotermi 34 Universitas Sumatera Utara Lanjutan…. 4. Jika demam tidak 3. Untuk mengetahui berkurang, keefektifan kompres kolaborasikan selama ½ jam dengan dokter 4. Obat antipeuretik untuk diberikan berguna untuk obat antipeuretik menurunkan suhu tubuh yang tinggi. 2.3.5. Implementasi dan Evaluasi 2.3.5.1. Diagnosa Keperawatan Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupannutrisi tidak adekuat ditandai dengan usia 2 bulan 3 minggu, berat badan = 2,5 kg, RR = 60 x/i, hasil lab. An. S hemoglobin = 4 g/L, konjungtiva An. S terlihat anemis, dan An.S terlihat lemah Hari/ tgl Pukul Senin, 10.00 17 Juni WIB 2013 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tindakan Keperawatan Melakukan pengkajian fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium yang sudah dilakukan An. S sebelumnya Melakukan kolaborasi dalam pemberian diet dengan dokter atau ahli gizi Memberi PASI setiap 3 jam sebanyak 250 ml/3jam Lakukan kolaborasi untuk pemasangan cairan intravena Melakukan pemasangan cairan Intra Vena (IV) pada An. S dengan pemberian terapi cairan Ringer Laktat 30gtt/i dan NaCl 0,25% 30gtt/i Melakukan pengontrolan cairan intravena pada An. S Bila tidak ada demam, atau suhu tubuh aman untuk transfusi, kolaborasikan dengan dokter untuk dilakukan transfusi darah. S: O: A: P: Evaluasi bibi An. S mengatakan An.S masih terlihat lemah An. S terlihat lemah, Hb = 4 (belum dilakukan transfusi), PASI habis 200ml/3jam masalah tidak teratasi Intervensi dilanjutkan Pemberian terapi intravena dengan cairan Ringer Laktat 30gtt/i dan NaCl 0,25% 30gtt/i Diet PASI 250ml/3jam, transfusi PRC gol O 35 Universitas Sumatera Utara Lanjutan … Selasa, 15.10 18 Juni WIB 2013 1. 2. 3. 4. 5. 6. 16.20 Rabu, 19 Juni WIB 2013 1. 2. 3. Melakukan pengkajian fisik dan pemeriksaan laboratorium yang sudah dilakukan An. S sebelumnya Memberi nutrisi PASI setiap 3 jam sekali dengan PASI sebanyak 250 ml/3jam Lakukan kolaborasi untuk pemberian cairan dan transfusi pada An.S Melakukan pengontrolan cairan intravena pada An. S Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian transfusi Melakukan transfusi pada An. S PRC gol O 5gtt/i selama 3jam. Melakukan pengkajian fisik dan pemeriksaan laboratorium yang sudah dilakukan An. S sebelumnya Memberi nutrisi PASI setiap 3 jam sekali dengan PASI sebanyak 250 ml/3jam Jika suhu turun, segera lakukan kolaborasi dalam pemberian transfusi S : bibi An. S mengatakan An.S masih terlihat lemah O : An. S terlihat lemah, Hb = 5,2g/L, (PASI habis 200ml/3jam A : masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan. Pemberian terapi intravena dengan cairan Ringer Laktat 30gtt/i dan NaCl 0,25% 30gtt/i Diet PASI 250ml/3jam, transfusi PRC gol O S : bibi An. S mengatakan An.S masih terlihat lemah O : An. S terlihat lemah, Hb = 5,2g/L, PASI habis 210ml/3jam A : masalah teratasi sebagian P: Intervensidilanjutka n. Pemberian terapi intravena dengan cairan Ringer Laktat 30gtt/i dan NaCl 0,25% 30gtt/i. Diet PASI 250ml/3jam, jika suhu turun lakukan kolaborasi dalam pemberian transfusi PRC golO 36 Universitas Sumatera Utara 2.3.5.2. Diagnosa Keperawatan Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan temperatur suhu tubuh An. S = 38,5 C, RR = 50 x/i, An. S terlihat gelisah, saat di palpasi, kulit terasa hangat. Hari/ Pukul tanggal 13.00 Senin, 17 Juni WIB 2013 Tindakan Keperawatan Evaluasi 1. Melakukan pengkajian pengukuran suhu tubuh An.S 2. memberi kompres kepada An. S 3. Mengukur kembali suhu tubuh An.S setelah setengah jam diberi kompres 4. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk diberikan obat antipeuretik 5. Memberi obat antipeuretik Paracetamol S : bibi An. S mengatakan An.S gelisah dan rewel O : T= 38 C A : masalah sebagian teratasi P : intervensi dilanjutkan, pemberian kompres dan obat antipeuretik Selasa, 13.00 17 Juni WIB 2013 1. Melakukan pengkajian S : pengukuran suhu tubuh An.S 2. Mengontrol suhu tubuh setiap 2 jam O: A: P: bibi An. S mengatakan An.S terlihst tenang T= 37,4 C masalah teratasi intervensi dilanjutkan, pengontrolan suhu tubuh 17.00 Rabu, 19 Juni WIB 2013 1. Melakukan pengkajian S : bibi An. S pengukuran suhu tubuh An.S mengatakan An.S 2. Memberi kompres kepada gelisah dan rewel An. S O : T= 37,7 C 3. Mengukur kembali suhu A : Proses Infeksi tubuh An.S setelah setengah menyebabkan jam diberi kompres suhu tubuh meningkat P : Intervensi dilanjutkan, pemberian kompres 37 Universitas Sumatera Utara