BAB II PENGELOLAANKASUS 2.1. Konsep Dasar Asuhan

advertisement
 BAB II
PENGELOLAANKASUS
2.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Nutrisi
2.1.1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Enam
katagori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral. Kebutuhan energi dipenuhi dengan metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak. Air adalah komponen tubuh vital dan bertindak sebagai penghancur zat
makanan. Vitamin dan mineral tidak menyediakan energi, tetapi penting untuk
proses metabolisme dan keseimbangan asam basa (Potter dan Perry, 2005).
Setiap bayi atau anak memiliki suatu potensi genetik untuk pertumbuhan
fisik, mental, dan emosionalnya. Nutrisi yang optimal tercapai dengan
memberikan zat gizi yang memenuhi semua aspek potensial pertumbuhan
tersebut. Apabila nutrisi membatasi pertumbuhan atau menyebabkan terbentuknya
massa tubuh yang berlebihan, baik karena kualitas yang tidak adekuat maupun
kuantitas yang tidak sesuai, atau terjadi keadaan malnutrisi (Neal dan Cewin,
2007)
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi yaitu :
1.
Ukuran Tubuh.
Merupakan peubah utama dalam menentukan pengeluaran energi seseorang.
Tubuh yang besar memiliki kebutuhan nutrisi yang lebih besar (Almatsier,
2001).
2.
Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan dengan tinggi, berat, dan umur yang sama
mempunyai komposisi tubuh yang berbeda. Perempuan memiliki banyak
jaringan lemak dan lebih sedikit otot daripada laki-laki (Almatsier, 2001).
3.
Umur
Kebutuhan nutrisi pada usia muda lebih tinggi dari pada usia tua. Waktu lahir
akan meningkat kebutuhan nutrisi hingga umur dua tahun dan akan berangsur
menurun untuk meningkat lagi pada saat remaja (Almatsier, 2001).
3 Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Komponen Nutrisi
Nutrisi dibagi menjadi delapan komponen utama yaitu air, energi,
karbohidrat, protein, vitamin, mineral utama dan elemen renik (Rudolph,2007).
2.1.3.1. Air
Air membentuk sekitar 50% sampai 60 % berat tubuh pada orang dewasa
muda dan 70% sampai 75% berat tubuh pada bayi (Rudolph,2007).
Keseimbangan cairan dan elektrolit ditentukanoleh intake atau masukan cairan
dan pengeluaran cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan
makanan(Tarwoto,2006).
Kebutuhan pemeliharan cairan untuk bayi berdasarkan berat badan 1-10
kg dibutuhkan cairan sebanyak 100mL/kg (Rudolph,2007). Menurut usia,
kebutuhan cairan sehari-hari berdasarkan usia 3 bulan membutuhkan cairan
sebanyak 140-160 ml/kg/hari,
Pemberian nutrisi dalam jumlah memadai tanpa cairan yang cukup akan
menyebabkan dehidrasi. Bayi sangat rentan terhadap dehidrasi. Kebutuhan
mereka akan air jauh lebih besar karena besarnya luas permukaan tubuh insensible
water loss. Mereka juga memiliki presentasi air tubuh totalyang lebih besar
dengan kapasitas ginjal untuk menangani beban zat telarut terbatas dan
keterbatasan dalam mengemukakan rasa haus (Rudolph, 2007).
Bagi bayi, ASI atau susu formula merupakan sumber utama untuk
memenuhi kebutuhan cairan. ASI dan susu formula dengan densitas energi
standar (20 Kkal/oz atau 0,66 Kkal/mL), mengandung air sekitar 89%. Tambahan
air yang dihasilkan dari oksidasi susu yang dikomsumsi tersedia dalam bentuk air
bebas. Apabila konsentrasi susu formula melebihi 24 kkal/oz terdapat resiko
bahwa walaupun kalori dikomsumsi adekuat, bayi kurang mendapat air bebas
sehingga terjadi peningkatan beban zat terlarut pada ginjal dan dehidrasi
(Rudolph, 2007).
2.1.3.2. Energi
Untuk bayi, RDA mengajurkan rata-rata 108 kkal/kg/hari sampai usia 6
bulan, dengan 98 kkal/kg/hari untuk bayi berusia 6 sampai 12 bulan. Walaupun
angka-angka tersebut didasarkan pada penelitian terhadap “asupan normal”, tetapi
4 Universitas Sumatera Utara
asupan energi yang sebenarnya bervariasi dalam rentang ini. Sebagian besar
peneliti melaporkan asupan bayi sehat rata-rata 107 kkal/kg/hari pada usia 1 bulan
tetapi kemudian turun menjadi 85 kkal/kg/hari pada usia 6 bulan (Rudolph,
2007).
Kategori anak bayi usia 0,0 sampai 0,5 tahun rata-rata normalnya memiliki
berat badan 6 kg dengan tinggi 60 cm, maka kecukupan energi rata-rata per
kilogram adalah 108 kkal dan perhari 650 kkal (Rudolph,2007).
2.1.3.3. Karbohidrat
ASI menyediakan sekitar 40% dari kalorinya dalam bentuk laktosa yang
mengalami hidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa. Buah dan sayuran
mengandung gula sederhana, termaksud glukosa dan fruktosa. Sukrosa (gula
pasir) adalah kombinasi glukosa dan fruktosa. Pada anak dan dewasa, sebagian
besar karbohidrat makanan dikomsumsi dalam bentuk polisakarida. Makanan
Amerika rata-rata mengandung karbohidrat 35 sampai 60%. Asupan karbohidrat
murni (refined) yang berlebihan meningkatkan resiko karies gigi (Rudolph, 2007).
2.1.3.4. Protein
ASI memiliki kandungan protein rata-rata 9 g/L. Sebagian dari protein ini
tidak disediakan untuk tujuan nutrisional. Tiga perempat IgA dalam ASI
disekresikan utuh melalui tinja. Selain itu, baik laktoferin maupun lisozim
mungkin tidak dicerna atau diserap. Ketiga protein ini mungkin membentuk
sampai 30% dari semua protein didalam ASI, sehingga jumlah protein ASI yang
tersedia untuk nutrisi mungkin serendah 7,2 g/L atau 1,3 g/kg/hari. RDA untuk
bayi didasarkan pada jumlah protein total yang tersedia dalam ASI. Angka
tersebut diperkirakan adalah 2,0 sampai 2,4 g/kg/hari selama bulan pertama
kehidupan dan secara bertahap turun menjadi sekitar 1,5 g/kg/hari pada usia 6
bulan untuk kemudian menetap sepanjang tahun pertama kehidupan. Susu formula
saat ini diizinkan oleh peraturan federal untuk mengandung antara 1,8 sampai 4,5
g protein per 100 kkal, yang akan menyediakan rata-rata asupan protein antara
2,0 dan 5,4 g/kg.hari. Sebagian besar ahli gizi menganjurkan asupan kurang dari
3,5 g/kg/hari pada bayi sehat (Rudolph, 2007).
5 Universitas Sumatera Utara
2.1.3.5. Vitamin
Vitamin merupakan substansi organik dalam jumlah kecil pada makan
yang esensial untuk metabolisme normal (Potter dan Perry, 2005). Vitamin
berfungsi sebagai kofaktor dalam berbagai reaksi metabolik penting (Rudolph,
2007). Berikut dijelaskan tabel mengenai kerja biokimia vitamin, efek defisiensi,
toksisitas dan sumber makanan :
Tabel 2.1 Kerja Biokimia Vitamin, Efek Defisiensi, Toksisitas Dan Sumber
Makanan
Efek
Efek
Sumber
Vitamin
Kerja Biokimia
Defisiensi
Toksisitas
Makanan
Hati,
Vitamin Komponen pigmen Rabun senja, Karotenemia
minyak,
diserati
A
retina dan rodopsin fotofobia,
xantosis kutis, susu,
untuk penglihatan konjungtiviti,
kuning
dalam
cahaya, keratomalaisia keringat
malam, kulit telur,
perkembangan
kering, vertigo, mentega,
tulang dan gigi,
–
hepatomegali, sayur
mempertahankan
sayuran
peningkatan
integritas
sel
hijau
cairan
epitel,penyembuha
serebrospinalis
n
luka
dan
pertumbuhan
Pada bayi dan Pada bayi dan Susu,telur,
Vitamin Mengatur
anak – anak : hati,
D
penyerapan
dan anak : rakitis
hiperkalasemi, mentega
pengendapan
aneroksia,
kalsium dan fosfor,
gangguan
pembentukan
pertumbuhan
protein pengangkut
kalsium dimukosa
deudonum, sintesis
protein
pengikat
kalsium di sel
epitel
Vitamin Antioksidan
Anemia
Tidak
Minyak
E
berperan
dalam hemolitik pada diketahui
nabati,
fragilitas
darah bayi prematur,
hati sapi,
merah,
gangguan
kacang
menstabilkan
integriras
tanah,
membran
sel saraf, lesi otot
susu, telur,
mencegah
mentega,
peroksida
asam
sayuran
lemak tidak jenuh
Vitamin Memfasilitasi
Kelainan
Kernikterus
Minyak
K
sintesis protombin, perdarahan
nabati,
faktor pembekuan
babi,
II, VII, IX, X
sayuran
6 Universitas Sumatera Utara
hijau,
2.1.3.6. Mineral Utama
ASI atau susu formula memasok mineral-mineral pada bayi dan anak.
Namun demikian, bayi yang banyak minum susu apapun alasannya beresiko
tinggi mengidap defisiensi mineral (Rudolph, 2007).
Berikut adalah tabel mengenai mineral utama yang dibutuhkan tubuh,
kerja biokimiawi, efek defisiensi, toksisitas dan sumber makanan :
Tabel 2.2 Mineral Utama Yang Dibutuhkan Tubuh, Kerja Biokimiawi, Efek
Defisiensi, Toksisitas Dan Sumber Makanan
Kerja
Efek
Sumber
Mineral
Efek defisiensi
Biokimiawi
toksisitas
makanan
Thiamin Berikatan dengan Beri-beri, gagal Tidak
Hati,
fosfor
untuk jantung kongesti, diketahui
daging,
membentuk
takikardi, edema
susu, babi,
tiamin pirofosfat perifer
padiyang bekerja pada Beri-beri kering,
padian
berbagai
neuritis,
utuh, dan
dekarboksilasi
parestesia,
kacang
oksidatif
iritabilitas,
termaksud asam anoreksia
piruvat
Tidak
Susu,
Riboflavin Bagian
dari Fotofobia,
diketahui
keju, telur,
koenzim flavin, penurunan
daging,
flavin
adenin ketajaman
ikan,
nukleotida, dan penglihatan, rasa
sayuran
terbakar,
dan
flavin
berwarna
gatal pada mata,
mononukleotida
hijau,
yang
penting vaskularisasi
padiuntuk
oksidasi, kornea, glositis,
padian
dermatitis
pertumbuhan,
yang utuh
pigmen
retina seboroik,
untuk
adaptasi
cahaya
Daging
Pelagra,
: Asam
Niasin
Komponen
tanpa
koenzim I dan II, dermatitis, apatis, nikotinat
memiliki efek lemak,
kofaktor
dalam anoreksia,
kacang
sejumlah sistem neuropati perifer, vasodilatasi,
flushing kulit, tanah,
ensefalopati
dehidrogenase
ragi,
penting
untuk dengan demensia, kesemutan,
akibat gatal, pusing daging,
sintesis glikogen diare
sayuran
bergoyang,
dan
penguraian atropi mukosa
hijau,
mual,
asam lemak
serelia
mungkin
memicu
kelainan hati
7 Universitas Sumatera Utara
Lanjutan …..
Folat
Asam
tetrahidrofolat
adalah
bentuk
aktif,
esensial
dalam
sintesis
purin, pirimidin
dan
nukleoprotein,
reaksi
metilasi,
akseptor
satu
karbon
Vitamin
B4
Vitamin
B12
Biotin
Asam
pantotenat
Anemia
megaloblastik
(juga
harus
dicurigai
defisiensi
vit
B12), gangguan
imunitas selular,
gangguan
pertumbuhan,
glositis,
gangguan
pencernaan
berperan dalam Dermatitis,
sintesis
keilosis,
hemoglobin dan stomatitis,
metabolisme
neuritis perifer,
lemak
anemia
mikrositik
hipokromik,
Esensial
untuk
pematangan sel
darah
merah
disumsum tulang
belakang,
koenzim
untuk
metil
malonil
KoA
mutase,
pemindahan satu
unit kabon dalam
metabolisme
purin,
mempengaruhi
metabolisme
susunan syaraf
Koenzim
dari
semua
karboksilase dan
karbon dioksida
Kompenen KoA
penting
untuk
metabolisme
lemak,
protein
dan
CHO,
Tidak
Hati, sayurdiketahui sayuran
berwarna
hijau, brokoli,
kacang, keju
Tidak
Hati,
padidiketahui padian, ragi,
kentang,
jagung,
kacang
kedelai,
pisang,
kacang tanah
Anemia
Tidak
Hati, daging,
permisiosa,
diketahui susu,
padigangguan saraf
padian utuh,
pada serat saraf
dan kacang
besar di korda
spinalis
Dermatitis lenier,
anoreksia,
glositis, alopesia,
mual nyeri otot,
insomia
Dijumpai
pada
pemakaian
antagonis,
depresi,
hipotensi,
Tidak
Hati, daging,
diketahui susu,
padipadian utuh,
dan kacang
Tidak
Hati, daging,
diketahui susu,
padipadian utuh,
dan kacang
8 Universitas Sumatera Utara
biosintesis
lemak
2.1.3.7. Elemen Renik
asam kelemahan otot,
mual, antibodi
Elemen renik hanya membentuk kurang dari satu persepuluh ribu berat
tubuh total, tetapi banyak yang dianggap esensial untuk kehidupan, kesehatan, dan
reproduksi. Elemen renik berfungsi sebagai kofaktor dalam reaksi enzim,
komponen cairan tubuh, tempat untuk mengikat oksigen, dan sebagai komponen
struktural untuk makromolekul nonenzimatik. Tabel dibawah meringkaskan kerja
biokimiawi efek defisiensi toksisitas dan sumber elemen renik dalam makanan.
Tabel 2.3 Kerja Biokimiawi Efek Defisiensi Toksisitas Dan Sumber Elemen
Renik Dalam Makanan
Elemen
Kerja
Efek
Sumber
Efek Defisiensi
Renik
Biokimiawi
Toksisitas
Makanan
Kromium Dibutuhkan
Intoleransi
Tidak diketahui Daging, keju,
untuk
glukosa,
ragi,bir
metabolisme
gangguan
normal glukosa pertumbuhan,
memperkuat
neuropati
kerja insulin
perifer,
keseimbangan
nitrogen negatif,
penurunan
respiratori
quotient
Tembaga Penting untuk
Anemia
Penyakit wilson, Hati, kerang,
membentuk sel
sideroplastik,
pengendapan
ginjal, tiram,
darah merah dan neutropenia,
tembaga di
kismis, coklat,
hemoglobin,
leukopenia,
kornea dan hati
daging, ikan,
konstituen
depikmentasi
(menyebabkan
kacang
seruloplasmin,
ataksia disfungsi sirosis), penurun
komponen
eritropoiesis,
status
metaloenzim
anoreksia
neurologik
kunci
Fluroida
Membantu
Peningkatan
Fluorosis gigi
Air minum,
melindungi gigi kecenderungan
dengan bercak
makanan laut
terhadap
mengalami
dan berubah
pembusukan,
karies gigi
warna
dapat
mengurangi
penyusutan
tulang
Iodium
Komponen
Hipotiroid,
Gondok yang
Gram
hormon tiroksin gondok,
latrogenik
beriodium,
dan trilodotiroin sederhana
makanan laut,
9 Universitas Sumatera Utara
kretinisme
endemik
ganggang laut
Lanjutan …
Besi
Struktur
hemoglobin dan
mioglobin untuk
mengangkut
oksigen dan
karbondiaoksida
, enzim
oksidatif,
sitokrom C dan
katalase
Mangan Kofaktor untuk
piruvat asetil
Ko-A
karboksilase
Molibdenum Kofaktor untuk
xantin, aslehida
dan sulfit
oksidase
Anemia
mikrositik
hipokromia,
kegagalan
pertumbuhan
Hemokromatosis
Hati, daging
tanpa lemak,
telur, ayam
Penurunan
berat badan,
dermatitis
transien, mual
dan muntah,
perlambatan
pertumbuhan
rambut,
Kerusakan
otak yang
parah,
takikardi, nyeri
kepala
Kelainan
neurologik seperti
yang dijumpai
pada penyakit
parkinson
Tersebar luas,
defisiensi
hanya
dilaporkan
pada diet
eksperimental
Selenium
Faktor
pertumbuhan
dan kofaktor
untuk glutation
peroksidase dan
sistem enzim
lain
Kardiomiopati,
nyeri otot
Seng
Kofaktor untuk
lebih dari 90
enzim
Kegagalan
pertumbuhan
Sindrom mirip
gout
Tersebar
luas,
defisiensi
hanya
dilaporkan
pada nutrisi
parenteral
dan sindrom
genetik
Kerontokan
Tersebar
rambut,
luas,
pengecapan
defisiensi
metalik
hanya
dilaporkan
pada
pemberian
parenteral
Muntah dan diare, Tersebar
dermatitis,
luas,
defisiensi
defisiensi
tembaga
hanya
dilaporkan
pada diare
kronik dan
nutrisi
10 Universitas Sumatera Utara
parenteral
2.1.4. Makanan Formula dan Petunjuk Pemberian Makan Pada Bayi
2.1.4.1. Formula Bayi
ASI adalah sumber nutrisi yang tersedia bagi bayi baru lahir, sehingga
susu diberikan oleh ibu biologis atau ibu susu (wer-nurse) sewaan. Perkembangan
susu formula bayi merupakan kejadian revolusioner dalam sejarah nutrisi
pediatrik. Belum ada formula yang menyamai persis ASI, tetapi formula bayi
telah disempurnakan sedemikian rupa ketahap menyamai ASI. Formula bayi
memadai bagi bayi dari ibu karena alasan pribadi tidak ingin menyusui anaknya
atau secara medis dikontraindikasikan untuk menyusui, dan sebagai suplemen
apabila ASI tidak praktis untuk disimpan (Rudolph, 2007).
Selama 4 sampai 6 bulan pertama kehidupan, ASI dan susu formula dapat
berfungsi sebagai satu-satunya sumber nutrisi bagi bayi. Antara 4 dan 6 bulan besi
dalam makanan mungkin kurang memadai, sehingga formula bayi harus
diperkaya oleh zat besi. Walaupun ketersediaan hayati besi dalam ASI baik,
namun bayi yang mendapat ASI mungkin kurang mendapat besi, dengan
demikian makanan pertama yang dikenalkan adalah makanan yang kaya akan besi
(Rudolph, 2007).
Densitas kalori standar untuk semua formula bayi aterm sama dengan
yangterdapat pada ASI (20 kkal/oz) dan semua pada dasarnya memiliki
osmolaritas yang sama (280 sampai 300 mOsm/kg). Terdapat sedikit perbedaan
dalam kandungan elektrolit yang mungkin penting untuk memilih formula pada
kasus tertentu. Formula yang tersedia untuk bayi aterm dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga kategori besar berdasarkan jenis dan sifat kandungan protein yaitu :
Formula dengan bahan dasar susu sapi. Protein ASI terdiri sari sekitar
70% Whey(manusia) dan sekitar 30% kasein (manusia). Formula susu sapi yang
belum diolah mengandung sekitar 18 whey (sapi) dan sekitar 82% kasein whey
(sapi),
sedangkan
formula
yang
sudah
‘humanized’
(dimanusiawikan)
mengandung sekitar 60% whey (sapi) sekitar 40 % kasein (sapi). Walaupun
terdapat perbedaan kuantitatif antara rasio whey, kasein pada berbagai formula
yang didasarkan susu sapi untuk bayi aterm, tetapi hasil pemberian formula
11 Universitas Sumatera Utara
predominan kasein atau predominan whey untuk bayi sehat tidak dapat dibedakan
(Rudolph, 2007).
Formula dengan bahan dasar protein kedelai.Kedelai adalah sumber
protein komersial kedua yang digunakan dalam formula bayi. Protein kedelai
adalah jenis protein ketiga tersering yang dijumpai dalam formula bayi, dua yang
lain adalah kasein dan whey. Susu kedelai sudah dianggap sesuai dengan bayi
sejak 50 tahun yang lalu. Walaupun tidak ada data yang berarti mengenai
keamanan pemakaian formula bayi pada prematur dan bayi sakit, tetapi tidak ada
bukti yang harus membatasi pemakaian formula ini bagi bayi yang sehat
(Rudolph, 2007).
The Committee on Nutrition dari theAmerican Academy of Pediatrics
menganjur pemakaian protein kedelai hanya pada bayi :
1. Keluarga vegetarian yang tidak menginginkan formula protein hewan.
2. Galaktosemia, defisiensi laktase primer atau fase pemulihan dari
intoleransi laktosa sekunder karena merupakan formula paling murah yang
tidak mengandung laktosa.
3. Bayi yang berpotensi mengalami alergi yang belum memperlihatkan klinis
alergi.
Namun, para bayi harus dipantau dengan cermat untuk mengetahui ada
tidak alergi pada kedelai. Komite tersebut juga menyarankan bahwa formulaformula ini jangan digunakan :
1. Untuk pemberian makanan rutin bagi bayi prematur dan berat bayi rendah.
2. Apabila pemakaian harus dalam periode terbatas, kalaupun terindikasikan.
3. Dalam penanganan dietetik reaksi alergi terhadap protein susu sapi dan
atau formula protein kedelai.
2.1.4.2. Petunjuk Pemberian Makan Pada Bayi Kurang dari 6 Bulan
Tabel 2.4 Petunjuk Pemberian Makan Pada Bayi Kurang dari 6 Bulan
Rentang Usia
0-2 bulan
Pengenalan
Makanan Baru
ASI atau formula
Alasan
Pengenalan
Memenuhi semua
kebutuhan gizi bayi
selama 4 sampai 6
bulan pertama
Pola
Perkembangan
Refleks
menyusu, pola
mengisap,
menelan,
gerakan lidah
menjulur
12 Universitas Sumatera Utara
Lanjutan …
4-6 bulan
Serealia tunggal
yang diperkaya
besi di campur
dengan susu.
Serealia beras
merupakan padipadian yang paling
hipoalergenik, dan
biasanya
diperkenalkan
pertama kali.
Menyediakan
sumber besi
makanan pada usia
saat simpanan
tubuh dari lahir
mulai berkurang
Pematangan
pengendalian
kepala dan leher.
Bibir memiliki
pengendalian
motorik untuk
menutup rongga
mulut. Lidah
dapat bergerak
ke samping
untuk membantu
memindahkan
makanan di
mulut, dan bayi
akan menarik
bibir bawah saat
sendok dilepas
(gerakan rahang
memotong naikturun) dimulai
2.2. Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian nutrisi penting khususnya bagi pasien yang beresiko masalah
nutrisi berhubungan dengan stres, penyakit, hospitalisasi, kebiasaan gaya hidup,
dan faktor-faktor lain. Pengkajian nutrisi terdiri dari empat area pokok yaitu
pengukuran fisik (tinggi dan berat badan), tes laboratorium, riwayat diet dan
kesehatan dan observasi klinik (Potter dan Perry, 2005).
Pengkuran Fisik
Pengukuran tinggi dan berat badan harus diperoleh ketika pasien masuk
rumah
sakit
atau
lingkungan
pelayanan
kesehatan
apapun.
Apabila
memungkinkan, pasien harus ditimbang pada waktu yang sama setiap hari, pada
skala sama dan dengan pakaian atau linen yang sama. Perubahan berat badan
terakhir harus didokumentasikan (Potter dan Perry, 2005).
Tes Laboratorium dan Biokimia
13 Universitas Sumatera Utara
Tidak satupun tes laboratorium atau biokimia adalah diagnostik untuk
malnutrisi. Tes-tes dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keseimbangan cairan
dan fungsi hati, fungsi ginjal dan adanya penyakit. Tes laboratorium biasanya
digunakan untuk mempelajari status nutrisi termaksud ukuran protein plasma
seperti albumin, transferin, retinol yang mengikat protein, total kapasitas ikatan
zat besi dan hemoglobin (Potter dan Perry, 2005).
Riwayat Diet dan Kesehatan
Selain riwayat keperawatan yang umum, perawat memperoleh riwayat
khusus diet yang lebih untuk mengkaji kebutuhan nutrisi aktual atau potensial.
Riwayat diet berfokus pada kebiasaan asupan cairan dan makanan pasien.
Sebaliknya informasi pilihan, alergi masalah dan area yang berhubungan lainnya
seperti kemampuan pasien untuk memperoleh makanan (Potter dan Perry, 2005).
Tambahan bagi perawat untuk mengkaji adalah pengumpulan faktor-faktor
yang mempengaruhi pola diet pasien dan status nutrisi. Faktor-faktor tersebut
adalah :
Status Kesehatan. Status kesehatan pasien berhubungan dengan nafsu
makan yang baik adalah tanda yang sehat. Anoreksia (kurang nafsu makan)
biasanya gejala penyakit atau karena efek samping obat. Dan dukungan nutrisi
adalah bagian esensial penyembuhan setiap penanganan medis (Potter dan Perry,
2005).
Kultur dan Agama.Pola kultural, etnik, agama dan batasan mengenai
makanan harus diperhitungkan. Makanan dan diet tertentu harus diberikan apabila
sesuai (Potter dan Perry, 2005).
Status Sosioekonomi.Biaya makanan tidak tetap dan belanja bervariasi
tergantung pada uang yang tersedia (Potter dan Perry, 2005).
Pilihan
Pribadi.Kesukaan
atau
ketidaksukaan
pribadi
mungkin
berpengaruh terhadap diet. Makanan yang berhubungan dengan kenangan yang
menyenangkan cenderung menjadi makanan favorit. Makanan yang berhubungan
dengan kenangan yang tidak menyenangkan cenderung untuk dihindari. Makanan
mewah dapat digunakan sebagai simbol status. Pilihan individu harus
dipertimbangkan ketika merencanakan diet terapeutik (Potter dan Perry, 2005).
14 Universitas Sumatera Utara
Faktor Psikologis. Motivasi individu untuk makanan yang seimbang dan
persepsi individu tentang diet merupakan pengaruh yang kuat. Makanan yang
mempunyai nilai simbolik yang utama bagi banyak orang (misalnya susu
menyimbolkan kelemahan dan daging menyimbolkan kekuatan).
Alkohol dan obat-obatan.Penggunaan alkohol dan obat yang berlebihan
memberikan konstribusi pada defisiensi nutrisi karena mungkin dibelanjakan
alkohol daripada makanan
dan alkohol menggantikan bagian makanan dan
menekan nafsu makan. Alkohol juga memperngaruhi gastrointestinal.
Obat-obatan berlebihan juga mempengaruhi organ gastrointestinal. Obatobatan yang menekan nafsu makan dapat menurunkan asupan gizi esensial. Obatobatan juga menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan mengurangi absospsi zat
gizi didalam intostin(Potter dan Perry, 2005).
Observasi Klinis
Observasi klinis dapat menjadi aspek terpenting pengkajian nutrisi. Tandatanda klinis dari status gizi pasien terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.5 Tanda-Tanda Klinis Dari Status Gizi Pasien
No
1
Tanda-Tanda untuk
Nutrisi yang Baik
Sadar, responsif
Bagian Tubuh
2
Penampilan
umum
Berat badan
3
Postur
4
Otot
5
Kontrol sistem
saraf
Rentang perhatian baik,
kurang iritabilitas
atau
kelelahan, refleks normal,
kestabilan psikologis
6
Fungsi
gastrointestinal
Nafsu
makan
dan
pencernaan baik, eleminasi
teratur normal, tidak ada
Berat badan normal untuk
tinggi badan, usia dan
bentuk tubuh
Postur tegak, lengan dan
tungkai lurus
Otot berkembang baik, kuat
tonus
bagus,
beberapa
lemak ada dibawah kulit
Tanda-Tanda untuk
Nutrisi yang Buruk
Lesu, apatis, kakeksia,
penampilan kakeksia
Penampilan obesitas atau
kurus (perhatian khusus
untuk kurus)
Bahu kendur, dada cekung,
punggung bungkuk
Penampilan lemah, tonus
buruk,
tonus
tidak
berkembang nyeri, edema,
tidak
mampu
berjalan
dengan baik
Kurang
perhatian,
iritabilitas, bingung, tangan
dan kaki terasa terbakar dan
kesemutan, kelemahan dan
nyeri otot, penurunan atau
kehilangan refleks lutut dan
tumit
Anoreksia, tidak mampu
mencerna, konstipasi atau
diare, pembesaran hati atau
15 Universitas Sumatera Utara
7
organ atau massa yang
teraba
Laju denyut dan irama
denyut jantung normal,
tidak ada murmur, tekanan
darah normal untuk usianya
Fungsi
kardiovaskuler
limpa
Laju denyut jantung cepat,
pembersaran jantung dan
irama jantung tidak normal,
tekanan darah meningkat
Lanjutan …
8
Vitalitas umum
9
Rambut
10
Kulit (umum)
11
Wajah dan
leher
12
Bibir
13
Mulut dan
membran
mukosa
14
Gusi
15
Lidah
16
Gigi
Ketahanan
bertenaga, Mudah
lelah,
kurang
kebiasaan
tidur
baik, energi, mudah tertidur,
penampilan kuat
penampilan capek dan
apatis
Bersinar,
penampilan Rambut berserabut, kusam,
berkilat, kuat, helai rambut kusut, kering, tipis dan
tidak mudah dicabut, kulit kasar,
penampilan
kepala sehat
depigmentasi, helai rambut
mudah terlepas
Kulit halus dan sedikti Kasar, kering, bersisik,
lembab dengan warna baik
pucat,
berpigmen,
berpenampilan
iritasi,
lebam, kehilangan lemak
pada subkutan
Warna merata halus, merah Penampilan
berminyak,
muda, penampilan sehat, diskolarasi,
bersisik,
tidak ada bengkak
bengkak, kulit gelap dipipi
dan bawah mata, tidak
halus dan kasar pada kulit
sekitar hidung dan mulut
Halus,
warna baik, Penampilan kering dan
penampilan lembab (tidak bersisik,
bengkak,
pecah atau bengkak)
kemerahan dan bengkak
(keilosisi) lesi angular pada
sudut mulut
Membran mukosa didalam Membran mukosa mulut
rongga mulut berwarna yang lembut dan bengkak
merah
muda
sampai
kemerahan
Warna
merah
muda, Gusi bengkak dan mudah
penampilan
sehat
dan berdarah, gusi tertarik
merah, tidak bengkak dan kebelakang
berdarah
Warna merah muda atau Penampilan bengkak, kasar,
kemerahan gelap baik, tidak warna magenta seperti
bengkak, halus, terdapat daging
(glositis),papilla
papilla dipermukaan, tidak hiperemia dan hipertropi,
ada lesi
papilla attrofi
Gigi tidak berlubang dan Karies tidak terisi, gigi
nyeri, penampilan terang
tidak
ada,
permukaan
16 Universitas Sumatera Utara
terpakai, penampilan salah
posisi
Lanjutan …
17
Mata
18
19
Leher
(kelenjar)
Kuku
20
Kaki, tungkai
21
Kerangka
Membran
mata
pucat
(konjungtiva
pucat),
membran
kemerahan
(injeksi
konjungtiva),
kering, tanda-tanda infeksi,
bintik-bintik
kemerahan,
fisura pada sudut kelopak
mata
(angulat
palpebretik),kekeringan
membran
mata
(konjungtiva
serosis),
penampilan buram dari
kornea (korneal sirosis),
kornea
lunak
(keratomalasia).
pembesaran Pembesaran tiroid
Mata
terang
jernih,
penampilan bersinar, tidak
ada luka disudut membran,
bulu mata lembab dan sehat
dengan warna merah muda,
pembuluh darah terlihat atau
tidak ada benjolan pada
jaringan atau skelra, tidak
ada
lingkar
kelelahan
dibawah mata
Tidak
ada
kelenjar
Penampilan keras, merah Bentuk kuku seperti sendok
muda
(koilonishia), mudah patah
dan berpunggung
Tidak ada nyeri, lemah atau Edema,
nyeri
betis,
bengkak, warna baik
kesemutan, lemah
Tidak ada malformasi
Kaki
bengkok,
lutut
menyatu, deformitas dada
pada diafragma, skapula
dan rusuk menonjol
2.2.2. Diganosa Keperawatan
Pengkajian keperawatan memungkinkan perawat untuk menentukan
apakah masalah nutrisi aktual atau potensial. Defisit dapat terjadi jika keseluruhan
asupan oral menurun atau meningkat secara bermakna atau ketika satu atau lebih
nutrisi tidak diingesti, tidak semuanya didigesti atau tidak semuanya diabrsobsi.
Diagnosa spesifik yang berhubungan dengan defisiensi nutrisi umum atau
masalah menempatkan pasien pada resiko defisiensi nutrisi seperi trauma oral,
luka bakar atau infeksi berat (Potter dan Perry, 2005).
17 Universitas Sumatera Utara
Diagnosa Keperawatan Nanda Perubahan Status Nutisi
Perubahan Nutrisi
: Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan
dengan :
Peningkatan laju metabolik
Asupan nutrisi yang tidak adekuat dalam diet
Peningkatan kehilangan
nutrisi melalui cairan
gastrointestinal
Kebutuhan energi tinggi akibat latihan yang
berlebihan
Perubahan Nutrisi
: Lebih
dari
Kebutuhan
Tubuh
Berhubungan
dengan:
Penurunan laju metabolik
Asupan nutrisi dan kilokalori yang berlebihan
dalam diet
Latihan atau aktivitas yang adekuat
Perubahan Nutrisi Resiko : Lebih
dari
Kebutuhan
Tubuh
Berhubungan
dengan:
Pola asupan makanan yang disfungsional
Gangguan hubungan dengan orang yang penting
atau bermakna
Gangguan menelan akibat jalan nafas buatan
(Louis,1995).
2.2.3. Perencanaan
Perencanaan untuk memelihara status nutrisi yang tepat menyediakan
perawatan kualitas lebih tinggi daripada perbaikan defisit yang telah terjadi.
Identifikasi pasien dengan rencana asuhan keperawatan akan mencegah atau
meminimalkan masalah nutrisi. Pendidikan konseling nutrisi penting bagi pasien
18 Universitas Sumatera Utara
yang diet teratur untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan. Pasien
dengan diet terapeutik yang memahami rasional untuk diet adalah seperti lebih
rela. Untuk kelompok pasien rencana asuhan keperawatan berdasarkan ada satu
atau lebih dari tujuan berikut ini :
1. Klien akan kembali dalam 10% rentang berat badan yang baik.
2. Klien akan memperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam
batasan normal.
3. Pasien akan ingesti atau telah diberikan diet atau terapi nutrisi yang secara
minimal memenuhi RDA.
4. Tidak ada komplikasi yang dihasilkan dari terapi nutrisi.
Dalam lingkungan kesehatan dan perawatan rumah, maka klien dengan
kondisi fisiologis yang mempengaruhi nutrisi memerlukan nutrisi untuk
memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dan zat gizi. Jika merencanakan
kebutuhan nutrisi yang kompleks maka konsultasi dengan ahli gizi untuk
membantu meningkatkan sumber makanan yang cukup(Potter dan Perry, 2005).
Tabel 2.6 Proses Diagnostik Keperawatan untuk Perubahan Status Nutrisi
Aktivitas Pengkajian
Tanyakan pasien tentang
perubahan berat badan
yang direncanakan atau
tidak direncanakan
Timbang
pasien
berat
badan
Batasan Karakteristik
Diagnosa
Keperawatan
nutrisi
Kehilangan berat badan Perubahan
kurang dari kebutuhan
yang tidak direncanakan
tubuh
berhubungan
dengan
penurunan
asupan diet
Berat badan kurang dari
20 % dari berat badan
ideal
Tanyakan pasien tentang Keengganan
makanan yang disukai makanan
atau tidak disukai
Inspeksi mukosa mulut Mukosa
inflamasi
pasien
bukal
terhadap
yang
Palpasi abdomen
Nyeri tekan abdomen
19 Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.7 Rencana Asuhan Keperawatan untuk Perubahan Nutrisi Kurang
dari Kebutuhan Tubuh
Tujuan
Hasil yang
Intervensi
Rasional
diharapkan
enteral
Klien
akan Pasien
akan Biasakan pasien Nutrisi
fisiologis
kembali dalam bertambah berat untuk diet dan secara
10
%
dari badan rata-rata ¼ gunakan suplemen lebih kuat dan lebih
daripada
yang murah
rentang
berat- sampai
0.2 oral
parenteral
diperlukan untuk nutrisi
tinggi
badan kg/minggu
dapat
mencapai energi dan
yang baik
dan asupan nutrisi memelihara struktur
dan fungsi intestin
yang adekuat
(Mainous,
Block
dan Dietch, 1994)
Parameter
laboratorium akan
menunjukkan
bukti
hidrasi
adekuat
dan
meningkatkan
parameter nutrisi
Erosi yang terus
menerus
dalam
status
nutrisi
menempatakan
pasien pada resiko
komplikasi dengan
malnutrisi
seperti
sepsis,
dehidrasi
dan
ketidakseimbanng
elektrolit
(Williams,1993).
Instruksikan
pasien
untuk
minum air dan
minum nonkafein
pada
waktu
makan
dan
diantara
waktu
makan
2.2.4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan oleh perawat antara lain :
Menstimulasi Makan. Perawat dapat membantu menstimulasi nafsu
makan pasien dengan adaptasi lingkungan, konsultasi dengan ahli gizi, ketentuan
diet khusus dan pilihan makanan, pemberian obat yang menstimulasi nafsu
makan, dan konseling pasien dengan keluarga (Potter dan Perry, 2005).
Lingkungan. Pasien menerima perawatan pada lingkungan yang beragam
seperti rumah mereka, fasilitas perawatan yang luas, tatanan berdasarkan
20 Universitas Sumatera Utara
komunitas dan rumah sakit. Apapaun keadaan lingkungan, perawat bertanggung
jawab dalam memberikan lingkungan yang kondusif untuk makan (Potter dan
Perry, 2005).
Ahli gizi. Setelah makan, asupan makanan pasien dievaluasi dan dicatat.
Perawat berbagi tangggung jawab dengan ahli gizi (ahli diet) untuk mengevaluasi
asupana makanan, pengetahuan ahli gizi akan nutrisi normal dan terapi nutrisi
membantu perawat dalam merancang suatu rencana yang memenuhi tujuan nutrisi
pasien (Potter dan Perry, 2005).
Diet terapeutik dan suplemen diet. Diet yang dimodifikasi atau
terapeutik menunjukkan kebutuhan khusus pada proses penyakit. Diet modifikasi
ini terdapat dalam perawatan rumah, perawatan yang diperluas, lingkungan jangka
panjang. Komponen-komponen diet dimodifikasi termaksud isi nutrisi yang
spesifik, jumlah kilokalori, tekstur makanan atau bumbu makanan. Terapi diet
apapun akan baik jika keinginan pasien untuk mengikutinya. Rencana makanan
pasien harus individual dan dikembangkan dalam kolaborasi dengan pasien
(Potter dan Perry, 2005).
Makan Sendiri. Pasien cacat yang terganggu asupan makanan secara
mandiri harus diperbolehkan, memotong makanan menjadi potongan kecil-kecil,
melapisi roti dengan mentega dan menuangkan air. Alat makan khusus harus
disediakan jika pasien ingin melakukan sebisa mungkin untuk diri mereka sendiri.
Pasien yang mengalami kerusakan penglihatan memerlukan bantuan
perawat untuk memberi makan. Jika kerusakan penglihatan baru terjadi atau
sementara, pasien lebih memilih diberi makan. Pasien yang mengalami kerusakan
penglihatan berhasil makan sendiri dan mandiri jika perawat menyediakan dan
mendeskripsikan nampan dalam jangkauan pasien, memastikan bahwa cangkir air
tidak terlalu penuh, dan mengorientasikan pasien pada lokasi tiap-tiap makanan
dengan memegang tangan pasien dan membawa kelokasi makanan.
Konseling Pasien dan Keluarga. Pasien yang keluar dari rumah sakit
dengan
diresepkan
diet
seringkali
memerlukan
konseling
diet
untuk
merencanakan makanan yang memenuhi kebutuhan diet khusus atau umum. Sama
halnya pada lingkungan perawatan kesehatan lain, pasien mengalami defisit
nutrisi atau masalah khusus seperti obesitas membutuhkan bantuan dalam
21 Universitas Sumatera Utara
perencanaan menu dan kepatuhan dengan terapi yang direkomendasikan. Peranan
konseling perawat termaksud keluarga dan informasi tentang sumber-sumber
komunitas (Potter dan Perry, 2005).
Perencanaan makan harus memperhitungkan anggaran keluarga dan
perbedaan pilihan anggota keluarga. Makanan yang spesifik dipilih berdasarkan
resep diet atau standar pedoman diet seperti kelompok dasar makanan. Makanan
juga harus menyediakan variasi dalam makanan dan warna yang kontras serta
konsitensinya.
Untuk
keluarga
dengan
anggaran
yang
terbatas,
dapat
menggunakan pengganti. Misalnya buncis atau keju seringkali menggantikan
daging pada makan(Potter dan Perry, 2005).
Pemberian makan oral. Membantu pasien dalam pemberian makan
perawat dapat meningktakan pemberian makan pasien dalam perlindungan
martabat pasien dan secara aktif melibatkan pasien dalan proses. Material apapun
yang digunakan untuk melindungi pakaian harus serbet. Perawat harus
memberikan pasien untuk mengosongkan mulutnya setelah setiap sendokan,
berusaha menyelaraskan kecepatan pemberian makanan dengan kesiapan mereka
dan seringkali menanyakan apakah terlalu cepat atau lambat. Perawat juga harus
memperbolehkan pasien untuk menunjukkan perintah tentang makanan pilihan
pasien yang ingin dimakan, dan percakapan dengan topik selain makanan harus
menajdi bagian integral dalam proses (Potter dan Perry, 2005).
Nutrisi Enteral dan Infus. Nutrisi Enteral adalah nutrisi yang diberikan
melalui saluran gastrointestinal. Hai ini termaksud makanan keseluruhan,
campuran semua makanan, suplemen oral, dan formula selang pemberian makan.
Nutrisi enteral adalah metode yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan nutrisi jika
salauran gastrointestinal pasien berfungsi dengan menyediakan dukungan
psikologi, keamanan, dan nutrisi yang ekonomis (Potter dan Perry, 2005).
2.2.5. Evaluasi
Evaluasi nutrisi harus berlangsung terus menerus untuk mengevaluasi hasil
intervensi bagi perawat (Potter dan Perry, 2005).
Rencana asuhan keperawatan harus menunjukkan tujuan yang masuk akal
dan tercapai. Perawat harus mengevaluasi tanda dari tujuan yang telah tercapai.
Waktu yang cukup harus diberikan untuk menguji pendekatan perawatan pada
22 Universitas Sumatera Utara
suatu masalah. Perawat bekerjasama dengan ahli gizi dan dokter untuk
mengevaluasi keefektifan terapi nutrisi (Potter dan Perry, 2005).
Berikut adalah salah satu contoh evaluasi :
Tabel 2.8 Evaluasi Keperawatan
Tujuan
Tindakan evaluatif
Pasien akan kembali Timbang berat badan.
berada dalam rentang Observasi
tanda-tanda
10% berat badan yang defisit nutrisi pada pasien.
baik
untuk
tinggi
badannya
Hasil yang diharapkan
Berat
badan
akan
menunjukkan
peningkatan yang sesuai
yaitu ¼-½ kg/minggu
(0,25-0,5 kg/mimggu)
Observasi
tanda-tanda Parameter laboratorium
dehidrasi atau overhidrasi akan menunjukkan bukti
hidrasi yang adekuat dan
pada pasien.
peningkatan parameter
Palpasi kulit terhadap nutrisi.
kehilangan turgor.
Palpasi kulit terhadap
tanda-tanda edema.
Pantau tingkat elektrolit
dan observasi terhadap
ketidakseimbangan
elektrolit.
23 Universitas Sumatera Utara
2.3. Asuhan Keperawatan Kasus
2.3.1 Pengkajian
I.
BIODATA
IDENTITAS PASIEN
II.
Nama
: An. S
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 2 Bulan 3 minggu
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Pancing V Lingkungan II Medan
Tanggal Masuk RS
: 17 Juni 2013
No. Register
: 00.88.67
Ruangan / Kamar
: Kenanga / Ruang IX Anak
Golongan Darah
:O
Tanggal Pengkajian
: 17 Juni 2013
Tanggal Operasi
: Belum Pernah Operasi
Diagnosa Medis
: Meningokel + Hidrocefalus + Anemia
KELUHAN UTAMA
Ada benjolan dipunggung sebesar telur ayam dan sudah ada semenjak
An.S lahir. Benjolan semakin besar seiring dengan bertambah usia. An. S
terlihat lemah. Nyeri dirasakan saat tertekan atau tersentuh area sekitar
benjolan terutama saat digendong.
III.
RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/Palliative
1.
Apa Penyebabnya :
Ada benjolan di punggung dan semakin besar ukuran benjolan
2.
Hal-hal yang memperbaikkeadaan
:
An. S merasa nyaman bila tidak digendong dan tidur dengan
posisi benjolan tidak tertekan
24 Universitas Sumatera Utara
B. Quantity / quality
1. Bagaimana dirasakan
: nyeri saat dipegang atau
tersentuh area benjolan
2. Bagaimana dilihat
: jika digeser posisi An. S
terlihat kesakitan dan
menangis kuat
C. Region
1. Dimana lokasinya
: Punggung badan
2. Apakah menyebar
: Tidak menyebar
D. Time
: Jika
ditekan
atau
tertekan area benjolan
IV.
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
: Tidak ada
B. Pengobatan/tindakan yang pernah dilakukan : Tidak pernah mendapat
pengobatan
C. Pernah dirawat / dioperasi
: Pernah
dirawat
di
Rumah Sakit
V.
D. Lama dirawat
: 3 hari
E. Alergi
: Tidak ada alergi
F. Imunisasi
: BCG dan Polio 1
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua
: Tn. Y tidak menderita
penyakit
: Ny. S tidak
memiliki
penyakit apapun
B. Saudara kandung
: 1 Orang
C. Penyakit keturunan yang ada
: Diabetes Miletus
D. Anggota keluarga yang meninggal
: Kakek An. S
E. Penyebab meninggal
: Komplikasi diabetes
25 Universitas Sumatera Utara
F. Genogram
C
= Laki – laki
= Perempuan
= Pasien (An.S)
= laki – laki sudah meninggal
------ = tinggal serumah
= perempuan sudah meninggal
VI.
RIWAYAT KESEHATAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentangpenyakitnya
:Tidak dapat dikaji
B. Konsep diri
1. Gambaran diri
: Tidak terkaji
2. Ideal diri
: Tidak terkaji
3. Peran diri
: Tidak terkaji
4. Identitas
:
An. S seorang balita yang lahir dari orang tua yang sudah
berpisah/cerai. orang tua kandung An.S tidak betanggung jawab
terhadap An.S. An. S dititipkan dan diasuh oleh saudara kandung ibu
An.S. Ibu An.S mengatakan tidak mampu membiayai kehidupan
An.S.dan ibu An. S pada hari kedua An.S dirawat di RSUD
26 Universitas Sumatera Utara
Dr.Pirngadi Medan pergi menjadi TKI di Malaysia. ayah An. S juga
tidak sanggup untuk merawat anak nya sendiri. Oleh karena itu An.S
diasuh oleh saudara kandung ibu An.S.
C. Keadaan emosi
: Tidak stabil
D. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti
: Bibi
2. Hubungan dengan keluarga
: Baik
3. Hubungan dengan orang lain : Baik
4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak ada
E. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
: An.S
berkeyakinan
Islam
dan
bersuku jawa
2. Kegiatan ibadah
VII.
: Tidak melakukan ibadah
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum:
Kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, terlihat kesakitan
dan menangis kuat saat area benjolan tersentuh
B. Tanda-tanda vital
 Suhu tubuh
: 38,5 C
 Tekanan darah
:-
 Nadi
: 150 x/i
 Pernafasanan
: 60x/i
 Skala nyeri
: tidak dapat dikaji
 Berat badan
: 2,5 Kg
 Tinggi badan
: 48cm
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
 Bentuk :
terjadi pembesaran dari ukuran kepala normal
27 Universitas Sumatera Utara
 Ubun – ubun
: lunak
 Kulit kepala
: tidak bersih
Rambut
 Penyebaran dan keadaan
Rambut
: tidak merata
 Bau
: ada bau
 Warna rambut
: hitam
Wajah
 Warna kulit
: tidak sianosis
 Struktur wajah
: simetris
Mata
 Konjungtiva dan sklera
: konjungtiva anemis, sklera putih
 Pupil
: Isokor
 Kornea
: transparan sehingga iris terlihat
Hidung
 Tulang hidung dan posisi septum nasal : lengkap
dengan
posisi
midline
 Lubang hidung
: tidak terdapat lendir/sekret kental
 Cuping hidung
: tidak ada
Telinga
 Bentuk telinga
: simetris, aurikel mobile,tidak ada
tejanan
dan
kembali
setelah
merah
muda,
dilipat.
 Ukuran posisi telinga
: simetris
 Lubang telinga
: baik
 Ketajaman pendengaran
: baik
Mulut dan faring
 Keadaan bibir
: bibir
berwarna
simetris, tekstur lembut, lembab.
 Keadaan gigi
: belum ada gigi
28 Universitas Sumatera Utara
 Keadaan lidah
: posisi lidah ditengah, warna merah
muda, dilapisi bintik putih yang tipis
dan tidak ada lesi. Pergerakan lidah
bebas, lembut, tanpa ada nodul, dan
bagian
pembuluh
bawah
lidah
darah.
terdapat
Dasar
mulut
lembut dan tanpa nodul
 Palatum
: merah muda dan tidak ada belah,
uvula pada posisi garis tengah,
tonsil berwarna merah muda dengan
ukuran normal dan tidak ada cairan.
Leher
 Posisi trakea
: simetris
 Tyroid
: tidak ada pembengkakan
 Suara
: nyaring
 Kelenjar limfe
: tidak ada pembengkakan
 Vena jugularis
: teraba
 Denyut nadi karotis
: teraba
Pemeriksaan Integument
 Kebersihan
: baik
 Kehangatan
: ekstremitas tangan dan kaki terasa
dingin
 Warna
: tidak sianosis
 Turgor
: kembali < 2 detik
 Kelembapan
: baik
 Kelainan pada kulit
: tidak ada
Pemeriksaan payudara dan ketiak
 Ukuran dan bentuk
: normal dan simetris
 Warna payudara dan areola
: coklat
 Kondisi payudara dan putting : baik
Pemeriksaan thoraks
 Inspeksi thoraks
: pengembangan dada simetris
29 Universitas Sumatera Utara
 Pernafasan
Frekuensi
: reguler
Irama
: vesikuler
 Tanda kesulitan bernafas
: tidak ada
Pemeriksaan paru
 Palpasi getaran suara
: baik
 Perkusi
: resonan
 Auskultasi
Suara nafas
: vesikuler
Suara ucapan
: normal
Suara tambahan
: tidak ada
Pemeriksaan jantung
 Inspeksi
: tidak ada pembengkakan
 Palpasi
: tidak ada benjolan dan
pembengkakan
 Perkusi
: dullness
 Auskultasi
: tidak ada suara murmur
Pemeriksaan abdomen
 Inspeksi
: bentuk abdomen simetris, tidak
ada benjolan atau massa sekitar
abdomen, tidak ada luka atau lecet
atau
kemerahan
pada
area
abdomen
 Palpasi
: tidak terkaji
 Perkusi
: timpani
 Auskultasi
: bising usus 10 x/i
Pemeriksaan kelamin dan area sekitarnya
 Genitalia
: tidak ada kelaianan
 Anus dan perineum
: Normal
Pemeriksaan muskuluskeletal/ekstremitas
 Kesimetrisan
: simetris
30 Universitas Sumatera Utara
 Kekuatan otot
: skala 4 (An.S mampu menahan
tahanan daripemeriksa)
 Edema
: tidak ada
Pemeriksaan neurologi
Fungsi motorik
: tidak terkaji
Fungsi sensorik
: tidak terkaji
Refleks
 Bisep
: baik
 Trisep
: baik
 Bronkhoradialis
: baik
 Patelar
: baik
 Tendon achiles
: baik
 Plantar
: baik
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
Pola makan dan minum
 Nafsu makan
: tidak baik
 Nyeri ulu hati
: tidak ada
 Alergi
: tidak ada
 Mual dan muntah
: tidak ada
 Waktu pemberian makan
: per 4 s.d 5 jam/hari
 Jumlah dan jenis makanan
: PASI, 100ml
 Masalah makan dan minum
: An. S sulit untuk mau minum
PASI,
dan
sejak
lahir
hanya
beberapa kali saja minum ASI
IX.
POLA ELEMINASI
1. BAB
 Pola BAB
: baik
 Karakter feses
: lunak
 Riwayat perdarahan
: tidak ada
31 Universitas Sumatera Utara
 BAB trakhir
: pagi hari
 Diare
: tidak ada
 Penggunaan laksatif
: tidak ada
2. BAK
 Pola BAK
: baik
 Karakter urin
: kuning keruh
 Nyeri/kesulitan BAK
: tidak ada
 Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada
2.3.2.
 Penggunaan diuretik
: tidak ada
 Upaya mengatasi masalah
: tidak ada
Analisa Data
No
1
2
Masalah
Keperawatan
Hipertermi
Data
DO :




DS :

DO :






DS :


Temperatur suhu tubuh An. S = 38,5 C
RR = 60x/i
An. S terlihat gelisah
Saat di palpasi, kulit terasa hangat
Bibi An.S mengatakan bahwaAn. S gelisah dan
menangis
Kebutuhan
nutrisi kurang
dari
kebutuhan
tubuh
Usia 2 bulan 3 minggu. Berat Badan = 2,5 kg
Tinggi Badan 48cm
RR = 60 x/i
Hasil lab. An. S, Hemoglobin = 4 g/L
Konjungtiva An. S terlihat anemis
An.S terlihat lemah
Bibi An.S mengatakan An.S terlihat lemah sekali,
Badan An. S terlihat semakin kurus dari
sebelumnya
2.3.3. Diagnosa Keperawatan
 Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan nutrisi tidak adekuat ditandai dengan usia 2 bulan 3 minggu, berat
dadan = 2,5 kg, RR = 60 x/i, hasil lab. An. S hemoglobin = 4 g/L,
konjungtiva An. S terlihat anemis, dan An.S terlihat lemah.
32 Universitas Sumatera Utara
 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan temperatur
suhu tubuh An. S = 38,5 C, RR = 60 x/i, An. S terlihat gelisah, saat di
palpasi, kulit terasa hangat.
2.3.4. Perencanaan Keperawatan
2.3.4.1. Diagnosa Keperawatan
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan nutrisi tidak adekuat ditandai dengan usia 2 bulan 3 minggu, berat badan =
2,5 kg, RR = 60 x/i, hasil lab. An. S hemoglobin = 4 g/L, konjungtiva An. S
terlihat anemis, dan An.S terlihat lemah.
Hari/
Tanggal
Tujuan dan
Kriteria
Hasil
An. S akan
Senin,
17
Juni bertambah
berat badan
2013
rata – rata ¼
Rencana Tindakan
Rasional
1. Lakukan pengkajian
fisik dan pemeriksaan
laboratorium
yang
sudah dilakukan An.
S sebelumnya
1. Pengkajian
merupakan
tahap
awal
dalam
melakukan
perencanaan
dan
implementasikepera
watan
2. Lakukan kolaborasi
dalam pemberian diet
dengan dokter atau
ahli gizi
3. Beri nutrisi PASI
setiap 3 jam sekali
dengan
PASI
sebanyak
250
ml/3jam
4. Lakukan kolaborasi
untuk
pemberian
cairan dan transfusi
pada An. S
2. Kolaborasi dengan
ahli
gizi
untuk
mengetahui
kebutuhan
nutrisi
yang diperlukan agar
dapat
menaikkan
berat badan dan Hb
3. Pemberian
nutrisi
agar
terjadi
penambahan
berat
badan dan terjadi
peningkatan Hb
sampai
0.2
kg/mimggu
Parameter
laboratorium
akan
menunjukkan
bukti hidrasi
adekuat dan
meningkatkan
parameter
nutrisi
33 Universitas Sumatera Utara
Lanjutan …
5. Lalukan pemasangan
cairan Intra Vena
(IV) pada An. S
dengan
pemberian
terapi cairan Ringer
Laktat 30gtt/i dan
NaCl 0,25% 30gtt/i
6. Lakukan
pengontrolan cairan
intravena pada An. S
7. Bila
tidak
ada
demam, atau suhu
tubuh aman untuk
transfusi,
kolaborasikan
dengan dokter untuk
dilakukan transfusi
darah.
4. Terapi
cairan
dikolaborasikan
dengan dokter sesuai
dengan
diagnosa
penyakit
dan
kebutuhan
tubuh
pasien
5. Pemberian
cairan
intravena
untuk
membantu
pasien
dalam
memenuhi
menjaga
keseimbangan
kebutuhan
cairan
elektrolit
6. Pengontrolan
dilakukan
untuk
mengetahui
keefektifan
pemberian cairan
7. Transfusi dilakukan
untuk menaikkan Hb.
2.3.4.2. Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan temperatur
suhu tubuh An. S = 38,5 C, RR = 60 x/i, An. S terlihat gelisah, saat di palpasi,
kulit terasa hangat. Hari/t
Tujuan dan
gl
kriteria hasil
Senin, Suhu turun dan
17
dalam
rentang
Juni
normal (37,5 C)
2013
Rencana tindakan
Rasional
1. Lakukan
1. Pengkajian merupakan
pengkajian
tahap awal dalam
pengukuran suhu
melakukan
tubuh An.S
perencanaan
dan
2. Beri
kompres
implementasi
kepada An. S
keperawatan
3. Ukur kembali suhu 2. Pemberian
kompres
tubuh An.S setelah
adalah
asuhan
setengah jam diberi
keperawatan
yang
kompres
diberikan
perawat
untuk
mengurangi
terjadinya hipotermi
34 Universitas Sumatera Utara
Lanjutan….
4. Jika demam tidak 3. Untuk
mengetahui
berkurang,
keefektifan kompres
kolaborasikan
selama ½ jam
dengan
dokter 4. Obat
antipeuretik
untuk
diberikan
berguna
untuk
obat antipeuretik
menurunkan
suhu
tubuh yang tinggi.
2.3.5. Implementasi dan Evaluasi
2.3.5.1. Diagnosa Keperawatan
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupannutrisi tidak adekuat ditandai dengan usia 2 bulan 3 minggu, berat badan =
2,5 kg, RR = 60 x/i, hasil lab. An. S hemoglobin = 4 g/L, konjungtiva An. S
terlihat anemis, dan An.S terlihat lemah
Hari/ tgl Pukul
Senin,
10.00
17 Juni WIB
2013
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tindakan Keperawatan
Melakukan pengkajian fisik
dan
hasil
pemeriksaan
laboratorium yang sudah
dilakukan An. S sebelumnya
Melakukan
kolaborasi
dalam
pemberian
diet
dengan dokter atau ahli gizi
Memberi PASI setiap 3 jam
sebanyak 250 ml/3jam
Lakukan kolaborasi untuk
pemasangan
cairan
intravena
Melakukan
pemasangan
cairan Intra Vena (IV) pada
An. S dengan pemberian
terapi cairan Ringer Laktat
30gtt/i dan NaCl 0,25%
30gtt/i
Melakukan
pengontrolan
cairan intravena pada An. S
Bila tidak ada demam, atau
suhu tubuh aman untuk
transfusi,
kolaborasikan
dengan
dokter
untuk
dilakukan transfusi darah.
S:
O:
A:
P:
Evaluasi
bibi An. S
mengatakan An.S
masih terlihat
lemah
An. S terlihat
lemah, Hb = 4
(belum dilakukan
transfusi), PASI
habis 200ml/3jam
masalah tidak
teratasi
Intervensi
dilanjutkan
Pemberian terapi
intravena dengan
cairan Ringer
Laktat 30gtt/i dan
NaCl 0,25%
30gtt/i
Diet PASI
250ml/3jam,
transfusi PRC gol
O
35 Universitas Sumatera Utara
Lanjutan …
Selasa,
15.10
18 Juni WIB
2013
1.
2.
3.
4.
5.
6.
16.20
Rabu,
19 Juni WIB
2013
1.
2.
3.
Melakukan pengkajian fisik
dan
pemeriksaan
laboratorium yang sudah
dilakukan An. S sebelumnya
Memberi nutrisi PASI setiap
3 jam sekali dengan PASI
sebanyak 250 ml/3jam
Lakukan kolaborasi untuk
pemberian
cairan
dan
transfusi pada An.S
Melakukan
pengontrolan
cairan intravena pada An. S
Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian transfusi
Melakukan transfusi pada
An. S PRC gol O 5gtt/i
selama 3jam.
Melakukan pengkajian fisik
dan
pemeriksaan
laboratorium yang sudah
dilakukan An. S sebelumnya
Memberi nutrisi PASI setiap
3 jam sekali dengan PASI
sebanyak 250 ml/3jam
Jika suhu turun, segera
lakukan kolaborasi dalam
pemberian transfusi
S : bibi An. S
mengatakan An.S
masih terlihat lemah
O : An. S terlihat
lemah, Hb = 5,2g/L,
(PASI habis
200ml/3jam
A : masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan.
Pemberian terapi
intravena dengan
cairan Ringer Laktat
30gtt/i dan NaCl
0,25% 30gtt/i
Diet PASI
250ml/3jam,
transfusi PRC gol O
S : bibi An. S
mengatakan An.S
masih terlihat lemah
O : An. S terlihat
lemah, Hb = 5,2g/L,
PASI habis
210ml/3jam
A : masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensidilanjutka
n.
Pemberian terapi
intravena dengan
cairan Ringer Laktat
30gtt/i dan NaCl
0,25% 30gtt/i. Diet
PASI 250ml/3jam,
jika suhu turun
lakukan kolaborasi
dalam pemberian
transfusi PRC golO
36 Universitas Sumatera Utara
2.3.5.2. Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan temperatur
suhu tubuh An. S = 38,5 C, RR = 50 x/i, An. S terlihat gelisah, saat di palpasi,
kulit terasa hangat.
Hari/
Pukul
tanggal
13.00
Senin,
17 Juni WIB
2013
Tindakan Keperawatan
Evaluasi
1. Melakukan
pengkajian
pengukuran suhu tubuh An.S
2. memberi kompres kepada
An. S
3. Mengukur kembali suhu
tubuh An.S setelah setengah
jam diberi kompres
4. Melakukan
kolaborasi
dengan
dokter
untuk
diberikan obat antipeuretik
5. Memberi obat antipeuretik
Paracetamol
S : bibi An. S
mengatakan An.S
gelisah dan rewel
O : T= 38 C
A : masalah sebagian
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan,
pemberian
kompres dan obat
antipeuretik
Selasa,
13.00
17 Juni WIB
2013
1. Melakukan
pengkajian S :
pengukuran suhu tubuh An.S
2. Mengontrol suhu tubuh setiap
2 jam
O:
A:
P:
bibi An. S
mengatakan An.S
terlihst tenang
T= 37,4 C
masalah teratasi
intervensi
dilanjutkan,
pengontrolan suhu
tubuh
17.00
Rabu,
19 Juni WIB
2013
1. Melakukan
pengkajian S : bibi An. S
pengukuran suhu tubuh An.S
mengatakan An.S
2. Memberi kompres kepada
gelisah dan rewel
An. S
O : T= 37,7 C
3. Mengukur kembali suhu A : Proses Infeksi
tubuh An.S setelah setengah
menyebabkan
jam diberi kompres
suhu tubuh
meningkat
P : Intervensi
dilanjutkan,
pemberian
kompres
37 Universitas Sumatera Utara
Download